OLEH :
Desnidar Nababan
LEMBAR PENGESAHAN
OLEH :
Desnidar Nababan
Mengetahui,
(……………………………………)
II
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
senantiasa melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam
menyelesaikan program pendidikan profesi Fisioterapi Poltekkes surakarta.
Penyelesaian penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan,bimbingan arahan dan
dorongan dari berbagai pihak ,baik dari keluarga maupun dari sahabat2 semua maka
dalam kesempatan ini saya menghaturkan terimakasih yang sebesar – besarnya.
Penulis menyadari bahwa apa yang tertuang dalam makalah ini masih banyak
kelemahan dan kekurangannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
Desnidar Nababan
III
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................v
BAB 1.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................................2
C. Tujuan penulisan.............................................................................................................2
D. Manfaat penulisan...........................................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................4
E. Kajian Teori....................................................................................................................4
F. Intervensi Fisioterapi.....................................................................................................13
G. C . Latihan Stabilisasi...................................................................................................17
BAB III....................................................................................................................................24
LAPORAN STUDI KASUS..................................................................................................24
A. Keterangan Umum Penderita........................................................................................24
B. Data-data Medis Rumah sakit.......................................................................................24
BAB IV....................................................................................................................................30
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................................30
A. Kesimpulan...................................................................................................................30
H. Saran..............................................................................................................................30
DAFAR PUSTAKA................................................................................................................25
DAFTAR GAMBAR
2.9 Skema Kerangka Teori ……………………………………………………….. 22
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya orang
perorang tetapi juga oleh keluarga, kelompok bahkan masarakat. Untuk mewujudkan
keadaan sehat tersebut banyak hal yang perlu dilakukan, salah satu diantaranya yang
dinilai mempunyai peranan yang cukup penting adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan seperti promotif, preventif, kuratif serta rehabilitatif dimana lebih
dititikberatkan pada upaya promotif dan preventif tanpa meninggalkan upaya kuratif
dan rehabilitatif.
Fisioterapi sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan
kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan
gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan
secara manual, peningkatan gerak, peralatan, pelatihan fungsi dan komunikasi.
Perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan sehingga usia
lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikanitu terlihat pula pada
semua system musculoskuletal. Salah satu gangguan musculosculetal yang perlu
mendapat perhatian ialah osteoarthritis.
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degenerative yang progresif, dimana
adanya gangguan cartilage articularis yang secara simultan ditemukan perubahan
cartilage hyaline, tulang subchodrial dan tulang disekitar sendi. Adapun keluhan yang
sering dijumpai pada penderita osteoarthritis genu ialah adanya rasa nyeri, adanya
kekakuan sendi, keterbatasan luas gerak sendi, kelemahan otot dan serta deformitas.
Nyeri pada osteoartiritis sendi lutut dapat disebabkan oleh inflamasi tulang
subchondrale yang terkelupas lapisan rawan sendinya, sehingga timbul nyeri bila
terjadi kompresi misalnya pada saat berjalan. Nyeri juga dapat terjadi akibat
instabilitas, dimana saat aktifitas terjadi gesekan yang tidak fisiologis sehingga
menimbulkan iritasi jaringan lunak disekitarnya, sehingga nyeri muncul setelah
olahraga atau aktifitas lainnya. Disamping itu pada kasus kronis terjadi kontraktur
kapsul sendi, sehingga timbul nyeri dan pembatasan gerak ( nyeri regang). Pada kasus
lepasan rawan sendi yang cukup besar sebagai korpus libera dapat mengunci pada
1
2
ROM tertentu sehhingga nyeri mengunci. Nyeri juga terjadi oleh iritasi osteofit yang
mengiritasi jaringan lunak sekitarnya.
Menurut para peneliti, untuk mengatasi problem penderita osteoartritis sendi
lutut fisioterapi sering direkomendasikan terapi latihan. Banyak hasil penelitian ilmiah
yang menunjukkan manfaat terapi latihan. Namun di indonesia, hampir tidak mungkin
bila hanya memberikan intervensi terapi latihan saja. Hasil survei singkat peniliti
menunjuikkan mayoritas penderita merasakan perbaikan keluhan setelah
mendapatkan terapi termal atau elektris bila dibandingkan hanya terapi latihan saja.
Oleh sebab itu pemberian terapi latihan selalu dikombinasikan dengan salah satu
modalitas.
Modalitas lain yang cukup banyak sigunakan adalah TENS, diatermi dan
ultrasonik. Penelitian ini berusaha mengetahui beda efek penambahan ultrasonik pada
intervensi TENS dan latihan stabilisasi dalam mengurangi nyeri penderita osteoartritis
sendi lutut (RSUD,2015).
Dalam penulisan makalah ini, mengingat terbatasnya waktu penelitian maka
penulis membatasi penelitian hanya dapat pengaruh beda efek ultrasonik pada
intervensi TENS dan latihan stabilisasi terhadap penurunan nyeri penderita
osteoatritis sendi lutut di instalasi Rehabiltasi Medik RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru.
B. Rumusan masalah
1. Apakah intervensi TENS dan latihan stabilisasi dapat memberikan efek terhadap
penurunan nyeri pada osteoartritis sendi lutut?
2. Apakah TENS dan latihan stabilisasi serta penambahan ultasonik dapat meberikan
efek terhadap penurunan nyeri pada osteoartritis sendi lutut?
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
untuk mengetahui bahwa penambahan ultrasonik pada intervensi TENS dan
latihan stabilisasi lebih berpengaruh daripada intervensi TENS dan stabilisasi saja
terhadap penurunan nyeri pada osteoartritis.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui efek intervensi TENS dan latihan stabilisasi dapat
memberikan efek terhadap penurunan nyeri pada osteoartritis sendi lutut.
3
D. Manfaat penulisan
Bagi penulis
Untuk memahami secara mendalam tentang kondisi osteoartritis sendi lutut, maka
perlu diketahui struktur jaringan yang mengalami gangguan patologis pada sendi
lutut, dan gangguan musculoskletal pada kondisi ini. Dengan demikian pada sub bab
ini penulis akan memaparkan tentang anatomi terapan sendi lutut, patologi
osteoartritis sendi lutut.
1. Anatomi terapan sendi lutut
a) Sendi lutut
Sendi lutut terdiri dari 3 persendian yang meliputi sendi tibio-femoral,
sendi tibiofibular proksimal dan sendi patelofemoral.
1) Sendi tibiofemoralis
Sendi tibiofemoralis disusun oleh kondilus femur dan kondilus tibia.
Sendi lutut digolongkan sebagai modified hinge joint yang memiliki tiga
bidang gerak yaitu fleksi – ekstensi pada bidang sagital, abduksi – aduksi
pada bidang koronal ( frontal) dan rotasi pada biadang transversal
(partono,2001). Arthrokinematik joint adalah gerak traksi dan kompresi
dengan arah kaudal – kranial searah aksis longitudinal tibia. Saat gerakan
fleksi terjadi translasi ke dorsal dan saat ekstensi terjadi translasi keventral.
Selain itu saat fleksi dan ekstensi juga terjadi translasi ke medial dan
lateral.
2) Sendi patello femoralis
Sendi ini dibentuk oleh facies articularis dengan tulang femur, sendi ini
diperkuat dengan ligament transversum genu, otot vastus lateralis dan
vastus medialis sehingga patella tetap stabil. Adapun struktur sendi
modified plane joint, permukaan patella tertutup cartilage tebal uang
berfungsi membantu mekanisme kerja dan mengurangi friction otot
quadriceps. Gerak geser patella terhadap femur mengikuti pola atur gerak
lurus – melengkung kemedial – lurus, gerak geser patella keproximal dan
kedistal saat extensi dan flexi, saat extensi disertai gerak geser patella
kemedial hingga kembali lurus.
4
5
femur terhadap tibia dan hiper-ekstensi sendi lutut. Ligamen ini miskin
vaskularisasi dan lebih lemah dibandingkan ligament krisiatum posterior.
2. Ligamen krusiatum posterior
Dari perlekatannya di posterior area interkondiler, ligamen ini
membentang ke supero-anterior dan berakhir di bagian anterior permukaan
lateral kondilus medialis femur. Ligamen krusiatum posterior membatasi
rolling femur ke anterior terhadap tibia plateau dan mengubahnya menjadi
gerakan spin. Juga berfungsi mencegah pergeseran ke anterior dan femur
terhadap tibia dan hiperfleksi sendi lutut.
3. Ligamen patelaris
Ligamen ini merupakan bagian distal tendon quadriceps, berupa pita
fibrous tebal dan kuat yang membentang dari apeks patella sampai ke
tuberositas tibia. Dibagian lateral dan medial, yaitu perpanjangan
aponeurosis dari vastus lateralis dan medialis serta fascia yang menutupi.
Retinakula ini menyusun kapsul sendi lutut pada tiap sisi patella dan
memegang peranan penting dalam mempertahankan posisi patella terhadap
fascies artikularis patellaris femur. Posisi miring dari femur atau garis
tarikan otot quadriceps femoris terhadap tendon patella dan tibia dikenal
sebagai sudut-Q (Q-angle) yang menunjukkan pergeseran patella ke
lateral.
4. Ligamen kolateral medial
Ligamen ini terbentang dari epikondilus medialis femur sampai
kondilus medialis dan permukaan medial tibia bagian superior. Pada
bagian pertengahan, serabut dalam (deep) ligamen ini melekat kuat pada
meniscus medialis. Ligamen kolateral medial lebih lemah dibandingkan
ligamen kolateral lateral. Oleh karena itu, ligament kolateral medial dan
meniscus medialis mudah mengalami cidera dalam olahraga keras seperti
sepakbola atau hoki es.
5. Ligamen kolateral lateral
Ligamen ini berbentuk seperti dawai, kuat, terbentang dari epikondilus
lateralis femur kesisi lateral kaput fibula. Ligamen ini tidak berhubungan
dengan meniscus akibat adanya tendon popliteus yang membatasi
keduanya.
7
d) Kapsul sendi
Kapsul sendi lutut yang terdiri dari lapisan fibrous eksternal ( kapsul
fibrous ) dan membran sinovial internal yang menyelubungi seluruh
permukaan sendi yang tidak tertutup oleh kartilago artikularis.
Dibagian superior, lapisan fibrous melekat pada femur di dekat margin
artikuliaris kondilus. Dibagian posterior, lapisan fibrous menyelubungi
kondilus dan fossa interkondiler. Lapisan fibrous memiliki celah di sebelah
posterior kondilus tibialis lateralis sebagai jalan bagi tendon popliteus untuk
keluar dari kapsul sendi dan melekat di tibia. Dibagian inferior, lapisan fibrous
melekat pada tibia plateau. Dibagian anterior, lapisan fibrous ini berlanjut
dengan bagian medial dan lateral dari tendon quadriseps, patella dan ligamen
patella.
g) Biomekanik
Sendi lutut mempunyai dua derajsd kebebasan gerak yaitu fleksi –
ekstensi (S = 5°/10° – 0 – 140°) dan internal rotasi – eksternal rotasi pada
posisi sendi lutut. Fleksi 90° (R = 45° - 0 - 30°). Gerakan sendi lutut
dipengaruhi oleh bentuk permukaaan sendi tibia dan femur serta peran empat
9
2. Patologi Osteoartritis
a) Definisi
Osteoartritis adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang terutama
terjadi pada orang berusia lanjut dan ditandai dengan degenerasi progresif
kartilago artikularis, perubahan membrana sinovia serta hipertrofi tulangpada
tepinya/osteofit (felson, 2008).
Osteoartritis (OA) atau penyakit sendi degeneratif adalah hasil dari
peristiwa mekanik dan biologik yang mengakibatkan tidak stabilnya perangkat
normal dari degradasi dan sintesis kondrosit kartilago artikuler dan matriks
10
b) Patologi
Penyebab pasti osteoartritis belum diketahui sampai saat ini, yang
sudah diketahui barulah faktor – faktor resikonya. Faktor resiko ini dapat
digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu yang tidak dapat dirubah dan yang
mungkin dirubah. Faktor resiko yang dapat dirubah meliputi jenis kelamin,
usia, genetik, dan ras. Penderita dengan usia di bawah 50 tahun sebagian besar
adalah pria, sedangkan diatas 50 tahun mayoritas adalah wanita. Komponen
herediter ditemukan pada 40 – 50 % penderita yaitu berupa efek genetik dan
gen kolagen tipe II.
Osteoartritis sendi lutut lebih banyak diderita oleh penduduk asia khususnya
pada wanita cina bila dibandingkan di amerika utara. Faktor resiko yang
mungkin dirubah meliputi cidera, obesitas dan aktivitas berlebihan (overuse).
Cidera merupakan faktor resiko yang sangat penting, robeknya meniskus dan
ligamen krusiatum meningkatkan resiko osteoartritis 5 – 10 kali. Obesitas
sudah lama diketahui sebgai faktorvresiko osteoartritis. Peningkatan indeks
masa tubuh (IMT) sekitar 10 kg/m2 meningkatkan resiko terjadinya
osteoartritis sendi lutut sebesaraktivitas berlebihan (overuse). Cidera
merupakan faktor resiko yang sangat penting, robeknya meniskus dan ligamen
krusiatum meningkatkan resiko osteoartritis 5 – 10 kali. Obesitas sudah lama
diketahui sebgai faktorvresiko osteoartritis. Peningkatan indeks masa tubuh
(IMT) sekitar 10 kg/m2 meningkatkan resiko terjadinya osteoartritis sendi
lutut sebesar 36%, sedangkan IMT > 30 kg/m2 memiliki resiko 20 kali lipat
menimbulkan osteoartritis lutut bilateral. Aktivitas berlebihan sangat erat
kaitannya dengan cidera minor. Aktivitas jongkok, mendapat atau mendaki
yang berulang – ulang meningkatkan resiko osteoartritis sendi lutut sampai 30
%.
11
Adapun faktor – faktor resiko osteoartritis sendi lutut antara lain yaitu :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Kegemukan dan penyakit metabolik
4. Cidera sendi dan pekerjaan
c) Proses patologi
Kartilago sendi merupakan organ sasaran utama pada OA. Terdapat 2
perubahan morfologi utama yang mewarnai OA yaitu kerusakan lokal tulang
rawan sendi yang progresif dan pembentukan tulang baru pada dasar lesi
tulang rawan sendi dan tepi sendi ( osteofit ). Penelitian – penelitian
menunjukkan bahwa perubahan – perubahan metabolisme tulang rawan sendi
telah timbul sejak awal proses patologi OA. Perubahan tersebut berupa
peningkatan aktifitas enzim – enzim yang merusak makromolekul matrik
tulang rawan sendi (proteoglikan dan kolagen). Hal ini menyebabkan
penurunan kadar proteoglikan dan kolagen serta berkurangnya kadar air tulang
rawan sendi (kalim, 1996).
Rusaknya rawan sendi pada OA tidak semata – mata disebabkan oleh
penggunaan yang lama (wear and tear). Akan tetapi juga disebabkan oleh
adanya proses inflamasi rawan sendi tersebut. Perubahan utama yang timbul
pada OA akibat proses wear and tear atau penggunaan yang lama dan
berlebihan yaitu timbulnya kerusakan yang diikuti oleh proses perbaikan yang
tidak sempurna yang tergambar dari pembentukan osteofit. Proses ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, beban mekanik, dan lain – lain.
Struktur non inflamasi seperti tendon, ligamen, bursa dan otot dianggap
memegang peranan penting pada proses timbulnya nyeri pada OA.
d) Diagnosa
Diagnosis osteoartritis menurut american college of rheumatology (2000)
ditentukan berdasarkan kriteria berikut ini :
a. Nyeri sendi yang berulang setiap hari
b. Gambaran osteofit dalam pemeriksaan radiologis
12
F. Intervensi Fisioterapi
a) Ultrasonik
1) Pengertian Ultrasonik
2) Efek Ultrasonik
a) Efek mekanik
b) Efek Panas
3) Efek Biologis
a) Meningkatkan sirkulasi darah
b) Rileksasi otot
c) Meningkatkan permeabilitas membrane
d) Mempercepat proses penyembuhan jaringan
14
3) Mekanisme Penurunan nyeri pada osteo artritis sendi lutut oleh TENS
Pada penelitian ini menggunakana gelombang bisasik,karena
gelombang bifasik lebih besar untuk modulasi nyeri level spinal yang pada
kasus osteo artritis genu ini nyerinya juga pada level spinal.
G. C . Latihan Stabilisasi
Dosis latihan :
Dosis latihan :
Jenis latihannya antara lain adalah quads dan wall sits. Teknikl atihan
ini mempunyai manfaat tambahan yaitu untuk melatih proprioseptif
sendi yang sering juga mengalami gangguan pada penderita
osteoartritis sendi lutut.
Dosis latihan :
B. Hipotesa Gambar
1. ada efek penurunan nyeri akibat osteoartritis sendi lutut dengan penerapan tens
dan latihan stabilisasi.
2. ada efek penurunan nyeri akibat osteoartritis sehingga lutut dengan penerapan
ultrasound, tens dan latihan stabilisasi.
3. ada perbedaan efek penurunan nyeri akibat osteoarthritis sendi lutut antara
penerapan tens dan latihan stabilisasi dengan penerapan ultrasound, tens dan
latihan stabilisasi.
BAB III
LAPORAN STUDI KASUS
A. Keterangan Umum Penderita
1. Nama : Tn EM
2. Umur : 58 th
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Pensiunan PNS
6. Alamat : Jl Merbau No 83 berigin indah
Hasil lab :-
Foto ro :-
C. Segi Fisioterapi
1. Anamnese ( auto)
a) Keluhan utama : nyeri pada lutut sebelah kiri
b) Riwayat penyakit sekarang : 2 bln yg lalu pasien jatuh dari motor dengan
posisi menumpu pada lututnya.paien dibawa ke poli ortophedi, dari hasil ro
tidak tampak adanya patah, setelah itu pasien merasa sakit saat menekuk lutut
dan saat memulai gerakan.
c) Riwayat penyakit dahulu : sudah ada pengapuran pada lutut sebelah kiri
d) Riwayat penyakit penyerta : obesitas : 68 kg
e) Riwayat penyakit keluarga : tidak ada riwayat keluarga, status sosial pasien
terganggu saat sholat mesjid
24
25
2. Pemeriksaan fisik
1. Vital sign
- tekanan darah : 110/80mmhg
- denyut nadi : 80kali/ menit
- pernafasan : 16 kali/menit
- temperatur : 36
- berat badan : 68 kg
- tinggi badan : 150 cm
2. Inspeksi
Statis : tidak tampak kelainan
Dinamis: wajah meringis menahan sakit
3. Palpasi
nyeri tekan genu
4. Auskultasi
adanya kripitasi
5. Perkusi
tidak dilakukan
6. pemeriksaan fungsi
3. fungsi
pola jalan berbeda : fase mid swing tidak ada diakibatkan rasa nyeri
26
4. diagnosa fisioterapi
a) Impairment
1). Nyeri gerak pada lutut
2). Adanya kripitasi
b) Functional limitation
pasien mengalami kesulitan pada saat berjongkok dan berjalan
c) Disability/participation restriction
terganggunya saat mengikuti sholat di mesjid
27
5. Rencana evaluasi
Pada kasus ini terapis menggunakan alat ukur skala VAS ( visual analog scale)
untuk mengetahui apakah ada penurunan nyeri dan balloteent test untuk
mengetahui apakah kripitasi masih ada
6. Pronosis
Quo ad vitam : bagus ( tidak menyebabkan kematian )
Quo ad sanam : bagus ( dapat sembuh )
Quo ad cosmeticam : bagus (tidak meniggalkan kecacatan )
Quo ad fungsionam : bagus
7. Program fisioterapi
Tujuan :
a). Jangka pendek
8. Tindakan fisioterapi
a. Durasi : 7 menit
b). TENS
nyeri pasien saat menekuk lutut nilai VAS 6 dan saat memulai gerakan nilai VAS 8,
kripitasi masih ada.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. pemberian terapi dengan intervensi US dan latihan stabilisasi mempunyai efek
dalam mengurangi nyeri osteoarthritis sendi lutut
2. pemberian terapi dengan intervensi Tens dan latihan stabilisasi mempunyai efek
dalam mengurangi nyeri osteoartritis lutut.
3. pemberian terapi dengan penambahan ultrasonik pada intervensi tens dan latihan
stabilisasi mempunyai efek yang lebih bermakna dalam mengurangi nyeri
osteoarthritis sendi lutut dibanding dengan pemberian terapi dengan intervensi
tens dan latihan stabilisasi saja
H. Saran
30
31
DAFAR PUSTAKA
Adnan Zainal Arifin, 2007, patogenesis OA dan terapi latihan, simposium Reuumatologi,
Surakarta.
Anonym,2007,http://www.cra.org/activities/craw_archive/dmp/awards/2007/tolbert/
osteoartritis-therapeutic.pdf,diakses.
Hogenmiller MS, lozada CJ, 2006, An Update on osteoarthristis therapeutics, Curr Opin
Rheumatol 18:256-160.