Anda di halaman 1dari 26

MANAJEMEN FISIOTERAPI SPORT TERHADAP GANGGUAN

PERFORMA DALAM OLAHRAGA ADL WALKING DAN PRAYING


BERUPA NYERI PADA SISI MEDIAL KNEE DEXTRA E.C TEAR
PADA MEDIAL COLLATERAL LIGAMENT
SEJAK 1 BULAN YANG LALU

OLEH:

GITA SAFIRAH NUSKIN

(R024221016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus Fisioterapi di Klinik Physiocenter Makassar dengan judul


“Manajemen Fisioterapi Sport terhadap Gangguan Performa dalam Olahraga dan
ADL Berupa Nyeri Pada Sisi Medial Knee Dextra E.C Tear Pada Medial
Collateral Ligament Sejak 1 Bulan yang Lalu”

Pada tanggal 01 April 2023

Mengetahui,

Clinical Instructor,

Mulyadi ,S.Ft.,Physio.,M. Kes

Clinical Educator,

Melda Putri ,S.Ft.,Physio.,M.Kes

Yery Mustari ,S.Ft.,Physio.,M. Clin. Rehab

Melda Putri ,S.Ft.,Physio.,M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga laporan kasus yang berjudul “Manajemen fisioterapi sport terhadap
gangguan performa dalam olahraga dan ADL berupa nyeri pada sisi medial knee
dextra e.c tear pada medial collateral ligament sejak 1 bulan yang lalu” dapat
selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tujuan penulisan laporan kasus
ini adalah sebagai tugas evaluasi diri terhadap kasus pada tempat praktik lapangan
masing-masing.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini tidak lepas dari
bantuan, dorongan, semangat, dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya, semoga
laporan kasus ini bermanfaat baik pada diri sendiri maupun pihak lain yang
berminat.

Makassar, 01 April 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

SAMPUL ..................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan Praktik .............................................................................................. 2
C. Manfaat Praktik ............................................................................................ 2
D. Waktu dan Tempat ....................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 4
A. Definisi ....................................................................................................... 4
B. Anatomi ...................................................................................................... 4
C. Biomekanik ................................................................................................. 6
D. Klasifikasi ................................................................................................... 7
E. Epidemiologi dan Etiologi .......................................................................... 8
F. Patofisiologi ............................................................................................... 8
G. Manifestasi Klinis ........................................................................................ 9
H. Penyembuhan Ligamen ................................................................................ 9
I. Komplikasi ................................................................................................. 10
J. Pemeriksaan Spesifik ................................................................................. 10
K. Penanganan Fisioterapi .............................................................................. 11
BAB III MANAJEMEN FISIOTERAPI ........................................................... 14
A. Proses Pengukuran dan Pemeriksaan Fisioterapi (CHARTS)................... 14
B. Diagnosa Fisioterapi ................................................................................... 16
C. Problem Fisioterapi ................................................................................... 16
D. Tujuan Fisioterapi ..................................................................................... 16
E. Program Fisioterapi ................................................................................... 17
F. Evaluasi Program Fisioterapi ................................................................... 19
G. Home Program .......................................................................................... 20
H. Rencana Tindak Lanjut Fisioterapi ............................................................ 20
I. Kemitraan ................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 21

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktivitas olahraga merupakan aktivitas yang sangat penting dilakukan untuk


menjaga kondisi kesehatan tubuh. Manfaat olahraga bagi kesehatan jelas sangat
banyak dan dapat dirasakan manfaatnya oleh setiap orang. Tak bisa dipungkiri
bahwa olahraga menjadi salah satu gaya hidup yang wajib dilakukan setiap orang
untuk bisa membuat tubuhnya tetap sehat dan bugar. Olahraga merupakan suatu
gerakan olah tubuh yang memberikan efek pada tubuh secara keseluruhan.
Olahraga membantu merangsang otot-otot dan bagian tubuh lainnya untuk
bergerak. Dengan berolahraga, tidak hanya otot-otot yang terlatih, sirkulasi darah
dan oksigen dalam tubuh pun menjadi lancar sehingga metabolisme tubuh menjadi
optimal., meningkatkan daya tahan tubuh, menurunkan kolestrol, mengurangi stres,
membakar lemak, meningkatkan imunitas dan mencegah sakit, meningkatkan
fungsi otak dan masih banyak lagi.. Berolahraga juga mampu memperlancar
peredaran darah dan membakar timbunan lemak dalam tubuh.
Dalam menjalani aktivitas berolahraga, terkadang juga terdapat banyak risiko
cedera yang dapat muncul. Pada umumnya cedera olahraga terjadi karena tidak
melakukan pemanasan dengan benar, olahraga berlebihan dan faktor motorik
lainnya. Orang yang jarang olahraga dan tidak melakukannya dengan teknik yang
benar memiliki risiko terkena cedera olahraga. Selain cedera anterior cruciate
ligament (ACL), salah satu cedera yang paling sering terjadi adalah cedera ligamen
lutut medial collateral ligament (MCL).
Ligamentum kolateral medial (MCL) adalah ligamen lebar yang besar
terletak di aspek medial (di dalam) lutut. Ligamen ini menghubungkan femur
(tulang paha) ke tibia (tulang kering) dan melindungi lutut dari tertekuk ke dalam.
Kondisi ini bisa terjadi dalam olahraga kontak seperti sepak bola dan rugby saat
pemain lain memukul lutut dan/atau kaki dari luar, serta non kontak seperti pada
atlet ski es dan hoki es yang banyak melakukan gerakan pivoting dan twisting
(Sherwood Forest Hospital, 2022). Keparahan dari tiap kasus strain hamstring
berbeda-beda yang didasarkan pada klasifikasi tear yang terjadi, begitupun dengan
penanganan fisioterapi yang dapat diberikan.

1
Ligamentum kolateral medial (MCL) merupakan ligamen penting sebagai
salah satu penstabil stastis utama bagian medial tubuh. Tear atau rupture yang
terjadi pada MCL akan menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari hingga
olahraga yang dilakukan dari suatu. Maka dari itu, pemberian tindakan dan
rehabilitasi yang tepat perlu diperhatikan dalam penanganan kasus MCL injury.
Fisioterapis memiliki peranan yang sangat penting untuk mengembalikan fungsi
dari MCL dan jaringan di sekitarnya selama terjadinya proses healing dari tear atau
ruptur agar penderita dapat melaksanakan aktivitas fungsionalnya hingga kembali
pada aktivitas olahraga tanpa hambatan. Pada tahapan lanjutan, fisioterapis juga
dapat mengoptimalkan kemampuan atlet untuk kembali ke lapangan pasca MCL
injury.
B. Tujuan Praktek
1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui manajemen fisioterapi terhadap gangguan ADL
berupa nyeri pada sisi medial knee dextra e.c tear pada medial collateral
ligament sejak 1 bulan yang lalu
2) Tujuan Khusus
• Diketahuinya anatomi, fisiologi dan biomekanik ligamen collateral
medial.
• Diketahuinya definisi, epidemiologi, patofisiologi, etiologi, dan
manifestasi klinis ligamen collateral medial.
• Diketahuinya manajemen fisioterapi terhadap gangguan ADL berupa
nyeri pada sisi medial knee dextra e.c tear pada medial collateral
ligament sejak 1 bulan yang lalu
C. Manfaat Praktik
Adapun manfaat dari laporan kasus ini adalah sebagai berikut:
1) Bagi Mayarakat
Laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media promotif kepada
masyarakat tentang ligamen collateral medial dan langkah untuk mencegah
timbulnya kondisi tersebut.

2
2) Bagi Fisioterapis/ Tenaga Kesehatan
Laporan kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber
informasi dalam pemberian edukasi maupun intervensi pada pasien dengan
kasus ligamen collateral medial injury.
3) Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam
mengimplementasikan pengetahuan dan keterampilan praktik lapangan di
bidang fisioterapi yang didapatkan dari materi perkuliahan dan pelatihan
skill yang telah diberikan.

D. Tempat dan Waktu Praktek

Praktik klinik (stase) manajemen fisioterapi sport dilaksanakan di klinik


Physiocenter Makassar pada 20 Maret – 01 April 2023

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi MCL Tear


Tear atau sprain pada ligamen kolateral medial adalah cedera sendi yang
menyebabkan peregangan atau robekan pada ligamen, ligamen adalah jaringan
yang kuat yang menghubungkan satu tulang ke tulang lainnya. Ligamen kolateral
medial terletak di sisi dalam lutut. Ligamen ini menempel di tulang paha ke tulang
kering. Jenis MCL tear bervariasi dari robekan kecil pada beberapa serat ligamen
hingga robekan total pada seluruh ligamen. Robekan total membuat persendian
menjadi sangat longgar dan tidak stabil (Volpi, 2016).
Perannya untuk memberikan stabilitas valgus pada sendi lutut. Cedera
MCL sering terjadi pada olahraga, terutama pada ski; faktanya, 60% cedera lutut
ski melibatkan MCL. Cedera MCL sangat umum terjadi pada atlet dan biasanya
disebabkan oleh stres valgus berdampak tinggi. Mekanisme cedera yang paling
umum terjadi adalah dengan pukulan eksternal langsung ke sisi lateral paha bawah
atau kaki bagian atas dan cedera terutama mempengaruhi daerah proksimal dan
tengah ligamen sementara cedera distal lebih jarang terjadi (Desai et al., 2020).
B. Anatomi
Struktur anatomi bagian medial lutut lebih rinci oleh Warren dan Marshall
yangmembagi struktur dasar dalam tiga lapisan (Warren dan Marshall, 1979)
(Markatos et al., 2016).

Gambar 2. Anatomi Knee Medial

4
• Lapisan 1 terutama terdiri dari otot sartorius secara superfisial dan jaringan
lemak di bagian posterior. Lebih dalam orang dapat menemukan tendon
gracilis dan semitendinosus.
• Lapisan 2 adalah bidang MCL superfisial yang terbuat dari paralel dan
bundel miring dari serat jaringan ikat. Bagian anterior terdiri dari serat
paralel dari epikondilus femoralis medial ke permukaan medial tibia
posterior ke pes anserinus.
• Ligamen oblik posterior terhubung ke serabut lapisan 3 dan membentuk
kapsul posteromedial sendi lutut.
MCL dianggap sebagai penstabil statis lutut dan merupakan ligamen yang
kuat melekat pada meniskus medial dan kapsul. Ligamen ini dibagi menjadi dua
bagian, superficial MCL dan deep MCL. Posterior oblique ligament (POL) juga
merupakan struktur yang sering diabaikan tetapi memiliki peran penting dalam
stabilisasi lutut statis, dan karena anatomi dan fungsinya berkorelasi dengan MCL.
Anatomi sisi medial lutut secara klasik dijelaskan dalam tiga lapisan, dengan
superficial MCL dan posterior oblique ligament (POL) berada di lapisan kedua dan
deep MCL di lapisan ketiga (Volpi, 2016).

Gambar 2. Anatomi Ligamen Kolateral Medial

5
a) Superficial MCL
Superficial MCL memiliki lebar rata-rata 1,5 cm dan panjang 11 cm,
berasal dari epikondilus femoralis medial dan sisipan distal garis sendi pada
aspek medial proksimal tibia dengan dua lampiran berbeda, yang pertama 1 cm
distal garis sendi dan yang lainnya kira-kira 6 cm (ikatan ini yang paling kuat).
Superficial MCL merupakan penstabil statis utama tubuh pada sisi medial yang
berperan dalam gerakan fleksi dan ekstensi full knee joint.
b) Deep MCL
Deep MCL merupakan komponen anatomi kapsul sendi medial yang
terdiri dari ligamen meniscofemoral dan ligamen meniscotibial. Ligamen
meniscofemoral lebih panjang dari ligamen meniscotibial dan ditemukan
berada di posterior dan distal epikondilus medial. Komponen meniscotibial
lebih pendek, lebih tebal dan menempel di bagian distal dari medial tibial
plateau. Struktur ini memiliki panjang 3-4 mm.
c) Posterior Oblique Ligament (POL)
Posterior Oblique Ligament adalah struktur yang sering disalahpahami
dan diabaikan. Struktur ini berorigo dari tuberkulum adduktor dan memiliki
tiga perlekatan distal: (1) tibia posterior, (2) posterior kapsul, dan (3) selubung
tendon semimembranosus.
C. Biomekanik
Dalam hal biomekanik, MCL memiliki struktur penahan valgus, tetapi
penelitian terbaru telah melaporkan bahwa MCL superfisial juga terlibat dalam
stabilitas rotasi. Sebuah studi diuji beban maksimum yang didukung oleh
struktur ligamen ini membuktikan beban seberat 534 N yang dapat ditahan oleh
superfisial MCL , 194 N untuk MCL dalam, dan 425 N untuk MCL dalam
ligamen oblik posterior. Pada gerakan 25° fleksi, MCL memberikan 78% dari
gaya penahan valgus. Pada gerakan ekstensi, ACL dan komponen posterior-
medial (ligamen oblik posterior, meniskus medial, dan tendon
semimembranosus) juga berkontribusi terhadap stres valgus dan MCL
memberikan 57% dari kekuatan penahan terhadap stres valgus (Volpi, 2016).
MCL superfisial adalah stabilitas utama untuk gaya valgus dari ekstensi
penuh hingga fleksi penuh lutut. Ketahanan MCL terhadap gaya rotasi mulai

6
signifikan pada 30° fleksi lutut dengan relaksasi kapsul posteromedial. MCL
superfisial adalah ligamen utama untuk stabilitas medial. Pada sisi lain, kapsul
posteromedial dalam keadaan tegang dan memberikan stabilitas yang
signifikan dalam bereaksi terhadap gaya valgus, translasi tibialis posterior, dan
rotasi internal dengan lutut diperpanjang. Aksi ligamen oblik posterior sangat
penting untuk stabilitas lutut persendian. Ligamen oblik posterior memberikan
stabilitas pada tibialis internal dan eksternal rotasi pada fleksi lutut dan
stabilitas posterior ke tibia dalam ekstensi lutut. Peran ligamen miring posterior
menjadi lebih penting ketika MCL superfisial kurang baik untuk valgus dan
stabilitas rotasi (Desai et al., 2020).
Studi menemukan bahwa jumlah ketegangan untuk stres valgus di berbagai
area MCL sangat tinggi tergantung pada sudut fleksi lutut. Ketegangan
tertinggi berada di atas bagian posterior MCL di femoralis insersi saat lutut
ekstensi penuh. Regangan pada area ini menurun dengan bertambahnya sudut
fleksi, sedangkan regangan pada serat anterior tetap relatif konstan sepanjang
sudut fleksi yang berbeda. Studi ini berkorelasi dengan beberapa studi
radiografi yang menunjukkan perlekatan femoralis posterior dari MCL adalah
lokasi yang paling umum untuk terjadinya cedera ligamen MCL (Nagvi &
Sherman, 2022).

D. Klasifikasi
Klasifikasi MCL tear berdasarkan Hughston JC (1994) (Nagvi & Sherman,
2022)

7
E. Epidemiologi dan Etiologi
Dalam sebuah studi yang mempelajari epidemiologi dari cedera lutut,
termasuk 17.397 pasien dengan 19.530 cedera olahraga selama periode 10
tahun. Popularitas sepak bola, hoki es, dan ski semuanya berkontribusi pada
peningkatan frekuensi cedera MCL. MCL tear terjadi setidaknya 42% dari
cedera ligamen di lutut, dengan cedera MCL terisolasi terhitung 29%. Dalam
populasi di Amerika Serikat, insiden cedera MCL adalah 0,24/1000 orang atau
74.000 cedera setiap tahunnya. MCL tear adalah cedera lutut yang paling
umum terjadi pada atlet di sekolah menengah. Pada atlet muda, suatu penelitian
menemukan bahwa wanita memiliki tingkat cedera MCL yang lebih tinggi di
tingkat sekolah menengah, sedangkan pria memiliki tingkat cedera MCL yang
lebih tinggi di tingkat perguruan tinggi. Namun, tidak ada perbedaan jenis
kelamin yang signifikan ketika cedera MCL dibandingkan antara jenis kelamin
dalam olahraga tertentu. Ski menyumbang persentase besar cedera MCL dan
LCL, yang merupakan 60% dari cedera terkait ski. Cedera MCL juga sering
terlihat pada olahraga kontak seperti sepak bola Amerika, sepak bola, hoki, dan
rugby (Roach et al., 2014).
F. Patofisiologi
Mekanisme cedera biasanya salah satu dari dua mekanisme: pukulan
valgus langsung dari sisi lateral lutut (biasanya mekanisme ini menyebabkan lesi
yang lebih parah) dan cedera nonkontak. Cedera rotasi nonkontak dapat berupa
gaya valgus (paling umum), mekanisme normal umumnya mencakup kombinasi
gerakan: fleksi/valgus/rotasi eksternal. Hal ini dapat terjadi ketika seorang pemain
mencoba untuk mengubah arah dengan cepat atau ketika sepatu tetap menempel ke
tanah. Dalam studi kadaver, perlekatan pada femur adalah lokasi yang paling umum
terjadinya tear pada MCL superfisial, tapi interstitial kegagalan lebih sering terjadi
pada ligamen oblik posterior dan deep MCL. Cedera pada MCL dapat diisolasi
tetapi lebih sering terjadi bersamaan dengan cedera pada struktur lutut lainnya.
Misalnya, "unhappy triad" terdiri dari cedera bersamaan pada MCL, ligamentum
cruciate anterior (ACL), dan meniskus medial (Andrews et al., 2017).

8
G. Manifestasi Klinis
Pasien biasanya akan merasakan nyeri lutut medial akut atau kronis. Dalam
kasus akut, pasien biasanya dapat menggambarkan kejadian spesifik baru-baru
ini yang mengakibatkan timbulnya rasa sakit atau bengkak, seperti aktivitas
olahraga. Pasien mungkin mendengar atau merasakan bunyi robekan pada saat
cedera. Pasien juga biasanya mengalami kesulitan berjalan dan mengeluhkan
ketidakstabilan lutut (Nagvi & Sherman, 2022).

H. Healing Process of MCL


Cedera akut pada ligamen diikuti dengan inisiasi cepat dari proses
penyembuhan. Proses ini umumnya dibagi menjadi tiga tahap kronologis:
Inflamasi, proliferasi, dan remodelling (Hauser & Dolan, 2014).
a) Fase Inflamasi
Fase inflamasi dimulai dalam beberapa menit setelah cedera dan berlanjut
selama 48-72 jam berikutnya. Selama fase ini, darah berkumpul di lokasi
cedera dan sel-sel trombosit berinteraksi dengan komponen matriks tertentu
untuk mengubah bentuk dan memulai pembentukan bekuan trombosit.
Gumpalan fibrin kaya trombosit melepaskan growth factor yang diperlukan
untuk penyembuhan dan menyediakan tempat untuk terjadinya reaksi
seluler.
b) Fase Proliferasi
Fase proliferasi atau perbaikan dimulai ketika sel-sel imun melepaskan
berbagai faktor pertumbuhan dan sitokin, yang menginisiasi proliferasi
fibroblas untuk membangun kembali matriks jaringan ligamen. Jaringan
yang terbentuk awalnya muncul sebagai jaringan parut yang tidak teratur

9
dengan lebih banyak pembuluh darah, sel lemak, sel fibroblastik dan
inflamasi dari jaringan ligamen normal. Selama beberapa minggu
berikutnya, sel fibroblas menyimpan berbagai jenis kolagen, proteoglikan,
protein lain, dan glikoprotein ke matriks. Setelah beberapa minggu, fase
proliferatif bergabung menjadi remodeling fase dimana pematangan
kolagen terjadi selama berbulan-bulan hingga tahunan setelah cedera awal.
c) Fase Remodelling
Fase remodelling ligamen dapat berlanjut selama berbulan-bulan hingga
bertahun-tahun, selama waktu itu kolagen dan matriks ligamen terus
berganti oleh proses sintesis dan degradasi jaringan. Adanya kelainan pada
remodelling matriks ligamen dapat memiliki implikasi mendalam pada
sendi biomekanik tergantung pada tuntutan fungsional pada jaringan
tersebut. Karena jaringan ligamen yang diremodelling memiliki kualitas
yang lebih rendah dari jaringan ligamen normal. Laxity pada ligamen akan
menyebabkan kecacatan fungsional pada sendi yang terkena dan
predisposisi dan kerusakan jaringan yang ada di sekitarnya.
I. Komplikasi
Komplikasi cedera MCL jarang terjadi, terutama bila terdeteksi dini dan
segera ditangani. Adanya cedera berulang juga sangat jarang terjadi. Kasus
yang tidak diobati atau dengan kepatuhan yang buruk terhadap program
rehabilitasi dapat menimbukan terjadinya osifikasi di lokasi cedera, seperti
pada lesi Pellegrini-Stieda (Nagvi & Sherman, 2022).
J. Pemeriksaan Spesifik
1) Range of Motion (ROM) Test
Tes ini bertujuan untuk mengukur lingkup gerak sendi pasien sehingga
fisioterapi dapat mengetahui keterbatasan ROM yang dialami pasien.
2) Visual Analogue Scale (VAS)
Digunakan untuk menghitung skala nyeri
3) Manual Muscle Test (MMT)
Tes yang berperan dalam mengevaluasi fungsi dan kekuatan otot baik
secara individu atau grup otot, berdasarkan gerakan efektif yang
berhubungan dengan gravitasi dan tahanan manual.

10
4) Valgus Stress Test
Tes ini merupakan tes yang dilakukan dengan memberi tekanan ke arah
valgus untuk memprovokasi adanya laxity atau nyeri mada sisi medial knee.
Tes ini biasanya dilakukan dengan posisi pasien berbaring dalam keadaan
rileks dan dilakukan uji pada kaki dengan fleksi 30°.
5) Magnetic Resonance Imaging
MRI bermanfaat untuk menilai lokasi, grade, dan cedera lainnya yang biasa
terjadi secara bersamaan (ACL atau meniskus tear).
K. Protocol Rehabilitation
Pemberian penanganan pada kasus cedera MCL harus diperhatikan jenis
penanganan yang diberikan, disesuaikan dengan kondisi post-operative atau
non-operative. Pada kondisi kasus non-operative kita harus memperhatikan
protokol rehabilitasi dalam pemberian penanganan baik menggunakan
modalitas ataupun latihan-latihan yang diberikan. Menurut panduan sports
medicine, Massachussets General Hospital. Latihan- latihan yang dapat
diberikan pada pasien non-operative yaitu:
1) Phase 1: Enam minggu pertama setelah cedera (grade 2 dan 3) tiga
minggu setelah cedera (grade 1)
• Stationary Bicycle Days per week: 5-7 Times per day: 1-2
• Range of Motion and Strengthening Exercises (brace off)
Days per Week: 5-7 Times per Day: 1-2
Quadriceps setting 1-2 sets of 15-20 reps
Heel prop 5 minutes
Heel slides with towel assist 1 set of 5 to 15 minutes
Straight Leg Raises 3 sets of 10 reps
Short-Arc Lift 3 sets of 10 reps
Standing hamstring curl 3 sets of 10 reps
Standing toe-raises 3 sets of 10 reps
Hip abduction 3 sets 10 reps
Partial squats 3 sets 15 reps
Wall slides 3 sets 15 reps

11
2) Phase 2: Setelah enam minggu pasca cedera (grade 2 and 3) Setelah
tiga minggu pasca cedera (grade 1)
• Range of Motion and Strengthening Exercises
Days per week: 3 Times per day: 1
Quadriceps setting 1-2 sets of 15-20 reps
Heel prop 5 minutes
Prone hang 5 minutes
Heel slides with towel assist 1 set of 5 to 15 minutes
Straight leg raises
Short-Arc Lift 3 sets of 10 reps

Standing hamstring curl 3 sets of 10 reps


Standing toe-raises-
3 sets of 10 reps
single leg
3 sets of 10 reps
Hip abduction
Squat to chair 3 sets of 10 reps

Wall slides 3 sets 15 reps


Single leg strengthening
3 sets of 15 reps
progression see timeline
• Stretching Exercises
Days per week: 5-7 Times per day: 1-2
Hamstring stretch 3-5 reps holding 15 to 30
seconds
Quadriceps stretch 3-5 reps holding 15 to 30
seconds
Calf Stretch 3-5 reps holding 15 to 30
seconds
• Optional Additional Weight Training
Days per week: 2-3 Times per day: 1 3 sets of 20 repetitions
Latihan-latihan berikut dapat ditambahkan ke program latihan sekitar 6
minggu setelah operasi : Seated Leg Press Roman Chair Knee Extension

12
machine (short-arc) Hamstring Curl Calf Raise Machine Hip Flexor
Machine
• Cardiovascular Conditioning
Days per week: 1-2 Times per day: 1 Duration: 20-30 minutes
Stationary bicycle, walking, rowing, elliptical trainer, and water workout
• Single-Leg Strengthening Progression
Saat ini, penting untuk memulai pengembangan kekuatan satu kaki

13
BAB III
MANAJEMEN FISIOTERAPI
A. Idenitas Umum
Nama : Tn. I
Usia : 26 Tahun
Alamat : Jl. Batua Raya Lr 8
Pekerjaan : Pegawai Kantoran dan Mahasiswa
Hobi : Bermain Sepak bola
B. Anamnesis Umum
a) Chief Of Complaint (C) : Nyeri pada sisi medial lutut sebelah kanan
b) History Taking (H) :
Pasien mengalami cedera setelah jatuh di lubang plafon sekitar satu bulan
yang lalu. Setelah jatuh, malamnya pasien langsung merasakan nyeri pada
sisi medial lutut kanan. Setelah jatuh, pasien berkonsultasi dengan dokter
melalui alodokter dan pasien disarankan untuk mengonsumsi obat nyeri.
Setelah mengonsumsi obat nyeri, rasa sakit sedikit berkurang namun
kembali lagi pada saat konsumsi obat dihentikan. Saat ini, pasien merasa
sangat nyeri ketika baru bangun tidur, lutut terlalu lama dlam posisi
berjalan dan berdiri, serta pada saat lutut full fleksi dalam gerakan shalat.
Pasien juga masih merasakan nyri pada gerakan naik-turun tangga.
Sampai sebelum datang ke klinik, pasien mengaku memaksakan lututnya
untuk beraktivitas seperti biasanya. pasien sudah tidak mengonsumsi obat
nyeri apapun pada saat datang ke klinik
c) Assymetric (A)
• Statis :
- Wajah pasien terlihat cemas
- Terlihat oedem pada bagian medial knee dextra
- Terlihat luka kering pasca jatuh di bagian medial knee dextra
• Dinamis :
- Pasien mampu berjalan dengan normal tanpa bantuan
- Tidak terdapat perubahan gait analysis pasien

14
• Palpasi
Suhu : Normal
Kontur Kulit : Normal
Oedem : Terdapat oedem pada sisi medial knee dextra
Tenderness : Terdapat nyeri takan saat palpasi pada sisi medial
knee

• PFGD pada Knee


Aktif Pasif TIMT
Gerakan
Dextra Sinistra Dextra Sinistra Dextra Sinistra
DBN, DBN, Soft end Soft end
Fleksi Mampu Mampu
Ada nyeri Tidak feel, ada feel,
ada nyeri tidak
nyeri ada
nyeri
DBN, DBN, Hard Hard
Ekstensi Mampu Mampu
Ada Tidak end feel, end feel,
nyeri ada ada tidak
nyeri nyeri ada
nyeri

d) Restrictive (R)
• Limitasi ROM : Tidak terdapat keterbatasan
• Limitasi ADL : Limitasi ADL berupa walking dan praying
• Limitasi Pekerjaan : Tidak terdapat keterbatasan
• Limitasi Hobi : Terganggu karena pasien untuk sementara tidak dapat
bermain bola
e) Tissue Impairment (T)
• Musculotendinogen : Nyeri pada sisi medial knee dextra
• Psikogen :-
• Osteoarthrogen : Suspect tear pada medial collateral ligament

15
• Neurogen :-
f) Specific Test (S)
• Visual Analog Scale (VAS)
Nyeri diam (8)
Nyeri tekan (5)
Nyeri gerak (3)
• Circumferentia knee
Dextra : 38,5 cm
Sinistra : 36,9 cm
Interpretasi : Terdapat perbedaan 1,6 cm antara knee dextra dan knee
sinistra
• Stationary Bicycle Test
Interpretasi : Nyeri terprovokasi di beberapa derajat tertentu
• Valgus Stress Test : (+)
Interpretasi :Nyeri terprovokasi pada medial knee dextra (tear atau
rupture MCL)
• Anterior Drawer Test : (-)
Interpretasi : Tidak terdapat tear pada ACL
• Thesally Test : (-)
Interpretasi : Tidak terdapat masalah pada meniskus
C. Diagnosis Fisioterapi : Manajemen fisioterapi terhadap gangguan performa
dalam berolahraga dan ADL berupa nyeri pada sisi medial knee dextra e.c
tear pada medial collateral ligament sejak 1 bulan yang lalu Problem
Fisioterapi
D. Problem Fisioterapi
• Problem primer : Nyeri

• Problem sekunder : Stiffness knee joint pada derajat tertentu

• Problem kompleks : Gangguan performa dalam bermain bola dan


limitasi ADL walking dan praying

16
E. Tujuan Fisioterapi
• Tujuan jangka pendek : Mengurangi nyeri, menurunkan oedem,
menjaga ROM sendi, dan menjaga kekuatan otot
• Tujuan jangka panjang :Mengembalikan performa dalam berolahraga dan
kemampuan ADL
F. Program Fisioterapi
1) Intervensi Fisioterapi Pertemuan 1 (24 Maret 2023)

No. Problem Fisioterapi Modalitas Dosis


F : 2 kali pemakaian
(before dan after TENS)
1. Nyeri Ice compress I : Low temperature
T : Sisi medial knee dextra
T : before (1 menit)
After (5 menit)
F : 1 kali pemakaian
I : 15,4
TENS T : Lokal pada sisi medial
knee dextra
T : 7 menit
2) Intervensi Fisioterapi Pertemuan 2 (27 Maret 2023)

No. Problem Fisioterapi Modalitas Dosis


F : 1 kali pemakaian
I : Low temperature
Ice compress T : Sisi medial knee dextra
T : 5 menit
1. Nyeri F : 1 kali pemakaian
I : 18
TENS T : Kontraplanar pada knee
dextra
T : 30 menit

17
F : 1 kali sehari
Menjaga kekuatan otot I : 8 hitungan, 3 repetisi
2. Exercise Therapy
Quadrisep T : Quad Set
T : 5 menit

F : 1 kali sehari
I : 6 repetisi
Exercise Therapy T : Knee active flexion and
extension Exercise
3. Menjaga ROM Knee T : 5 menit
F : 1 kali sehari
I : Tension 1
Static Bicycle
T : Full Pedalling
T : 5 menit
F : 1 kali sehari
I : 8 hit, 3 repetisi
Menjaga kekuatan otot
4. Exercise Therapy T : Hamstring set with knee
Hamstring
90° flexion at the gym ball
T : 5 menit
3) Intervensi Fisioterapi Pertemuan 3 (29 Maret 2023)

No. Problem Fisioterapi Modalitas Dosis


F : 1 kali pemakaian
Pre Eliminary I : 30 cm
1.
Exercise IRR T : Lokal pada knee dextra
T : 10 menit
F : 1 kali pemakaian
I : 24,4
2. Nyeri TENS T : Kontraplanar pada knee
dextra
T : 20 menit

18
F : 1 kali sehari
I : 8 hitungan, 3 repetisi
T : Quad Set
Menjaga kekuatan otot T : 5 menit
3. Exercise Therapy
Quadrisep F : 1 kali sehari
I : 8 hitungan, 3 repetisi
T : SLR Exercise
T : 5 menit
F : 1 kali sehari
I : 8 hit, 3 rep
Menjaga kekuatan otot
4. Exercise Therapy T : Side Lying Leg Lift
gluteus
Exercise
T : 5 menit
F : 1 kali sehari
I : 8 hit, 3 repetisi
Menjaga kekuatan otot
5. Exercise Therapy T : Hamstring set with knee
Hamstring
90° flexion at the gym ball
T : 5 menit
G. Evaluasi Fisioterapi
Hasil Hasil Hasil
pengukuran Pengukuran Pengukuran
No. Problem Modalitas Ket.
pertemuan pertemuan pertemuan
1 2 3
Nyeri diam Nyeri diam Nyeri diam Terdapat
(8) (5) (5) Penurunan

Nyeri Tekan Nyeri Tekan Nyeri Tekan Nyeri yang


1. Nyeri VAS signifikan
(5) (3) (0)
setiap
Nyeri Gerak Nyeri Gerak Nyeri Gerak
pertemuannya
(3) (1) (1)
Pengukuran Terdapat Terdapat Terdapat Tidak terlihat
2. Oedem
circumferentia perbedaan perbedaan perbedaan perubahan

19
1,1 cm 0,8 cm 1 cm yang
siginfikan
pada pasien

H. Home Program
1) Home Program Pertemuan 1 (24 Maret 2023)
• Pasien diinstruksikan untuk tidak melakukan gerakan yang dapat
memprovokasi nyeri seperti full fleksi knee dan ekstensi knee dalam
jangka waktu yang lama
• Pasien diinstruksikan untuk menggunakan bantal di bawah knee dextra
tidur untuk mencegah gerakan hiperekstensi knee dextra
2) Home Program Pertemuan 2 (27 Maret 2023)
• Pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan aktif pada knee sebatas
rasa nyeri yang dirasakan
• Pasien diinstruksikan untuk boleh meluruskan (ekstensi) knee jika rasa
nyeri sudah berada pada skala VAS 1 dalam waktu yang tidak terlalu lama
3) Home Program Pertemuan 3 (29 Maret 2023)
• Pasien diedukasi mengenai rasa nyeri yang muncul akibat aktivitas
berjalan yang dilakukan sehari sebelumnya
• Pasien diinstruksikan untuk melanjutkan home program pertemuan
sebelumnya
I. Rencana Tindak Lanjut Fisioterapi
Merujuk pada protocol rehabilitation MCL non operative, penanganan
akan dilanjutkan dengan tetap menurunkan nilai nyeri pada medial knee
dengan melakukan penguatan otot-otot paha dan panggul pada posisi yang
tidak menimbulkan nyeri.
J. Kemitraan
Meninjau dari kondisi pasien, kemitraan dengan dokter spesial orthopedi
dan spesial radiologi menjadi sangat penting untuk dapat menjaga kondisi
pasien serta sebagai salah satu jalan alternatif lain jika kondisi pasien
memburuk.

20
DAFTAR PUSTAKA

Andrews, K., Lu, A., Mckean, L., & Ebraheim, N. (2017). Review: Medial
collateral ligament injuries. Journal of Orthopaedics, 14(4), 550–554.
https://doi.org/10.1016/j.jor.2017.07.017
Cianca, J., & Mimbella, P. (2018). Hamstring Strain. Essentials of Physical
Medicine and Rehabilitation: Musculoskeletal Disorders, Pain, and
Rehabilitation, 3535(Mild), 378–383. https://doi.org/10.1016/B978-0-323-
54947-9.00068-7
Desai, V. S., Wu, I. T., Camp, C. L., Levy, B. A., Stuart, M. J., & Krych, A. J.
(2020). Midterm Outcomes following Acute Repair of Grade III Distal MCL
Avulsions in Multiligamentous Knee Injuries. Journal of Knee Surgery, 33(8),
785–791. https://doi.org/10.1055/s-0039-1688689
Hauser, R. a., & Dolan, E. E. (2014). Ligament Injury and Healing : An Overview.
Journal of Prolotherapy, 3, 836–846.
Hellinckx, B., Ben, B., Prudden, G., Kumawat, M., Eldib, S., Thomas, E., Lowe,
R., Yona, T., Jackson, K., Roelandt, I., Niekerk, W. Van, Jackson, D., Otsuka,
S., Ayobami, F., Hoeben, L., Lowe, T., Appelmans, T., Knott, C., Sigel, K. A.,
& Ajeyalemi, S. (2022). Hamstring Strain Epidemiology / Etiology
Predisposing Factors / Risk Factors. 1–15.
Hospital, S. F. (2022). Medial collateral ligament ( MCL ) Sprain. Mcl, 5.
Laumonier, T., & Menetrey, J. (2016). Muscle injuries and strategies for improving
their repair. Journal of Experimental Orthopaedics, 3(1), 1–18.
https://doi.org/10.1186/s40634-016-0051-7
Markatos, K., Tzagkarakis, G., Kaseta, M. K., Efstathopoulos, N., Mystidis, P., &
Korres, D. (2016). The anatomy of the medial collateral ligament of the knee
and its significance in joint stability. Italian Journal of Anatomy and
Embryology, 121(2), 198–204. https://doi.org/10.13128/IJAE-18495
Nagvi, U., & Sherman, A. I. (2022). Medial Collateral Ligament Knee Injuries.
Poudel, B., & Pandey, S. (2020). Hamstring injury. StatPearls, 1–9.
https://doi.org/10.53347/rid-96615
Roach, C. J., Haley, C. A., Cameron, K. L., Pallis, M., Svoboda, S. J., & Owens, B.
D. (2014). The epidemiology of medial collateral ligament sprains in young

21
athletes. American Journal of Sports Medicine, 42(5), 1103–1109.
https://doi.org/10.1177/0363546514524524
Volpi, P. (2016). Football traumatology: New trends: Second edition. Football
Traumatology: New Trends: Second Edition, June 2016, 1–392.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-18245-2

22

Anda mungkin juga menyukai