Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PENCEGAHAN DAN PERAWATAN CEDERA

Dosen Pembimbing

A. Febi Irawati,S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :

MUH. SUARDI
NIM : 1931041003

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Tahun 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yg berjudul pencegahan
dan perawatan cedera tepat waktu. Makalah pencegahan dan perawatan cedera
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah pencegahan dan perawatan cedera.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang pencegahan dan perawatan cedera.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu A.Febi


irawati, S.Pd., M.Pd selaku dosen mata kuliah pencegahan dan perawatan cedera .
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Penulis

Muh. Suardi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………...……………………………………..i

DAFTAR ISI………………………...……………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN……………...……...………………………………….1

A. Latar belakang…………………………………….……………..…….1
B. Rumusan masalah ……………………………….………………….....7
C. Tujuan & Manfaat ………...…………………….………………..…...8

BAB II PEMBAHASAN………………………...…..…………………………...9

A. Pengertian Cedera Olahraga ……………………………...…………...9


B. Macam-macam cedera………......………………………………… ..10
C. Cedera pada olahraga sepak bola…………………...……..…...…….15
D. Faktor Penyebab Cedera………………………………………….….16
E. Pencegahan dan penanggulan cedera……………......…………….....17
F. Penyebab cedera olahraga……..……………………………………..21
G. Gejala utama cedera……………..…………………………………...21

BAB III PENUTUP………..……………………………………………………24

A. Kesimpulan…….…....……………..…………………………….24
B. Saran…………………………..………………………………….26

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...27

BIODATA PENULIS…………...…………………………………………........28
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah Olahraga sebagai salah satu model karya cipta manusia yang
merupakan suatu bentuk aktivitas fisik dengan berbagai dimensi yang kompleks.
Keterkaitan antara kegiatan berolahraga dengan keberadaan manusia adalah suatu
hal yang tidak dipisahkan. Berawal dari gerak dan bergerak manusia selanjutnya
dikembangkan menjadi perilaku yang bermakna dan memiliki tujuan tertentu.
adapun bentuknya jika dihubungkan dengan perilaku manusia, maka tujuannya
akan menjadi luas dan dalam. Hal ini karena manusia memiliki berbagai potensi
dan kelebihan dibanding dengan mahluk lain. Oleh sebab itu olahraga perlu
semakin ditingkatkan dan dimasyarakatkan sebagai salah satu cara untuk
memasyarakatkan olahraga dan mengolah-ragakan masyarakat. Untuk itulah perlu
ditingkatkan penyediaan sarana dan prasarana untuk meningkatkan kegiatan
berolahraga, termasuk para pendidik, pelatih dan pembina. Kenyataan
menunjukkan bahwa dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat
sekarang ini, telah mempercepat terjadinya perubahan dalam kehidupan
masyarakat pada umumnya dan khususnya di bidang olahraga. Perubahan dan
perkembangan dalam bidang olahraga tersebut, terjadi persaingan untuk
meningkatkan prestasi di bidang olahraga melalui berbagai pendekatan. Salah satu
pendekatan yang efektif dan dapat dipertanggung jawabkan adalah melalui
penelitian.

Bagi atlet yang aktif melakukan olahraga tertentu (misalnya atlet pro),
dituntut untuk memiliki sekelompok otot yang lebih kuat daripada bagian otot-
otot yang lainnya. Respon tubuh terhadap adanya permintaan ini adalah dengan
melalui sekelompok otot tertentu untuk berkontraksi dengan lebih keras. Hal ini
meruakan perubahan dari penyesuaian tubuh yang sangat positif tentunya, karena
perubahan ini memungkinkan terjadinya perbaikan selama melakukan latihan.
Disamping itu, ada segi negatifnya juga. Setiap jenis olahraga menekankan
adanya kontraksi (kerja otot) hanya pada sekelompok otot tertentu, sehingga hal
ini dapat menyebabkan kontraksi otot hanya pada bagian otot tersebut saja
menjadi lebih kuat, sedangkan otot-otot yang lainnya relatif lebih lemah.

Kelompok otot yang ada pada tubuh biasanya berkontraksi secara


berpasangan. Misalnya, otot biceps pada lengan akan berkontraksi menekuk
(fleksi) pada siku, sedangkan otot triceps menegangkan (meluruskan) siku. Otot
yang berkontraksi secara berpasangan (berlawanan) seperti tersebut dinamakan
otot-otot antagonis. Banyak sekali pasangan otot seperti ini pada tubuh. Oleh
karena itu, senantiasa menjaga keseimbangan di antara otot-otot tersebut agar
unit-unit otot dapat berfungsi secara efesien. Apabila program latihan yang
dilakukan lebih menekankan hanya pada salah satu dari sekelompok otot yang
saling berpasangan tersebut, maka akan menimbulkan cedera. Cedera ini
disebabkan karena salah satu pasangan otot menjadi lebih kuat atau lebih kencang
daripada otot-otot pasangannya. Cedera otot dapat juga terjadi pada otot yang
lebih kuat maupun otot yang lebih lemah.

Cedera sering dialami oleh seorang atlet, seperti cedera goresan, robek pada
ligamen, atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya memerlukan
pertolongan yang profesional dengan segera. Banyak sekali permasalahan yang
dialami oleh atlet olahraga, tidak terkecuali dengan sindrom ini. Sindrom ini
bermula dari adanya suatu kekuatan abnormal dalam level yang rendah atau
ringan, namun berlangsung secara berulang-ulang dalam jangka waktu lama. Jenis
cedera ini terkadang memberikan respon yang baik bagi pengobatan sendiri. Tak
ada yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran tubuh dan melindungi
kita dari berbagai penyakit. Namun, berolahraga secara berlebihan dan
mengabaikan aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera yang
membahayakan dirinya sendiri. Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi
pada atlet, tak terkecuali atlet senior. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan
berlebihan karena panjangnya waktu permainan (misalnya ada babak tambahan)
atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus diikuti. Cara yang lebih
efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa jenis cedera
dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon terhadap cedera
tersebut. Juga, akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga dapat
mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera,
bagaimana mendeteksi suatu cedera agar tidak terjadi parah, bagaimana
mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara profesional (memeriksakan
diri ke dokter).

Perawatan dan pencegahan cedera di perguruan tinggi. Khususnya para


mahasiswa pendidikan jasmani. Proposal ini mencakup agar mahasiswa mampu
melaksanakan dan faham tentang prinsip-prinsip, faktor-faktor perawatan cedera
dalam olahraga serta dapat mempraktekkanya pada saat menempuh perkuliahan
maupun setelah lulus dan menjadi guru pendidikan jasmani di sekolah. Cedera
merupakan masalah yang sulit dihindari oleh olahragawan, baik di dalam
kompetisi maupun di saat latihan. Beberapa kasus, cedera membuat seorang
olahragawan terpaksa harus pensiun dini dari dunia olahraga prestasi. Cedera
diakibatkan oleh kekuatan luar yang menimpa tubuh, melebihi daya tahan jaringan
tubuh. Ada beberapa penanganan yang biasa dilakukan untuk penanganan cidera
akut, dalam bidang fisioterapi sendiri dikenal dengan istilah RICE yaitu Rest
(Istirahat), Ice (Es), Compression (Kompresi), Elevation (Mengangkat area cidra)
sedangkan masyarakat biasa menggunakan obat-obatan kimia yang terdapat di
pasaran. Terapi dingin (cold therapy) merupakan modalitas fisioterapi yang
banyak digunakan pada fase akut cedera olahraga. Pada fase akut, efek fisiologis
terapi dingin berupa vasokontriksi arteriola dan venula, penurunan kepekaan
akhiran saraf bebas dan penurunan tingkat metabolisme sel sehingga
mengakibarkan penurunan kebutuhan oksigen sel. Secara klinis keseluruhan
proses tadi dapat mengurangi proses pembengkakan, mengurangi nyeri,
mengurangi spasme otot dan resiko kematian sel. Berbagai bentuk terapi seperti
masase es, ice pack, cold bath, vapocoolant spray dan cyrokinetics digunakan
untuk mengatasi peradangan dan mengurangi waktu yang diperlukan untuk
pemulihan cedera lewat berbagai mekanisme fisiologis.
Perubahan suhu jaringan bervariasi tergantung bentuk terapi, waktu
pemaparan, suhu awal dan lokasi anatomis. Efek fisiologis terapi dingin
disebabkan oleh penurunan suhu jaringan yang mencetuskan perubahan
hemodinamis lokal dan sistemik serta adanya respon neuromuscular. 3 Natrium
diklofenak merupakan obat antiinflamasi nonsteroid yang termasuk ke dalam
kelompok preverencially selective Cox inhibitor. Obat ini bekerja menghambat
aktivitas enzim siklooksigenase yang berperan dalam metabolism asam arakidonat
menjadi prostaglandin yang merupakan salah satu mediator inflamasi (Kertia,
2009). Penelit tertarik untuk membendingkan efektifitas antara terapi dingin
dengan pemberian obat-obatan kimia yaitu natrium diklofenak untuk menghambat
derajat oedema yang akan diuji cobakan pada tikus putih galur wistar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul suatu permasalahan


sebagai berikut:.

1. Apa yang dimaksud dengan cedera?

2. Bagaimana cara perawatan cedera ?

3. factor penyebab terjadinya cedera?

4. Bagaimana pertolongan pertama pada orang yang mengalami cedera ?

C. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian cedera


2. Untuk mengetahui macam-macam cedera
3. Untuk mengetahu cedera pada sepakbola
4. Untuk mengetahui penyebab cedera
5. Untuk mengetahui gejala cedera
6. Untuk mengetahui pencegan dan penanggulan cedera

D. Tujuan penulisan

Penyusun makalah dengan judul “pencegahan dan perawatan cedera”


berujuan untuk

1. Tujuan umum

Mampu mengidentifikasi tentang pencegahan dan perawatan cedera yang


terjadi pada seseorang saat melakukan olahraga

2. Tujuan khusus

a. Mampu memahami tentang tata cara pertolongan pertama pada


seseorang yang mengalami cedera
b. Mampu memahami jenis-jenis cedera
c. Mampu memahami gejala pada cedera
d. Mampu mengevaluasi tentang pembelajaran pencegahan dan perawatan
cedera
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Cedera Olahraga

Cedera olahraga adalah segala macam cedera yang timbul pada saat
latihan ataupun pada waktu pertandingan ataupun sesudah pertandingan
(Hardianto Wibowo, 1995:11). Cedera merupakan rusaknya jaringan yang
disebabkan adanya kesalahan teknis, benturan, atau aktivitas fisik yang melebihi
batas beban latihan, yang dapat menimbulkan rasa sakit akibat dari kelebihan
latihan melalui pembebanan latihan yang terlalu berat sehingga otot dan tulang
tidak lagi dalam keadaan anatomis (Cava, 1995:145). Cedera tidak hanya terjadi
pada saat berolahraga, namun pada saat pembelajaran Penjasorkes (penjas), cedera
akan selalu membayangi terlebih pada materi yang relatif lebih berat seperti
senam lantai.
Paul M Taylor (1997: 5), membagi jenis cedera yang sering dialami
menjadi dua jenis yaitu:
a. Trauma akut Yaitu suatu cedera berat yang terjadi secara mendadak,
seperti cedera goresan, robek padaa ligamen, atau patah tulang karena
tejatuh. Cedera akut biasanya memerlukan pertolongan yang profesional
dengan segera.
b. Overuse syndrome Sindrom ini bermula dari adanya kekuatan abnormal
dalam level yang rendah atau ringan, namun berlangsung secara berulang-
ulang dalam jangka waktu yang lama.
Hardianto Wibowo (1995:15) mengklasifikasikan cedera olahraga sebagai
berikut:
a. Cedera ringan atau tingkat I, ditandai dengan adanya robekan yang hanya
dapat dilihat menggunakan mikroskop, dengan keluhan minimal dan
hanya sedikit saja atau tidak mengganggu performa olahragawan yang
bersangkutan, misalnya lecet, memar, sprain ringan.
b. Cedera sedang atau tingkat II, ditandai dengan kerusakan jaringan yang
nyata, nyeri, bengkak, berwarna kemerahan dan panas, dengan gangguan
fungsi yang nyata dan berpengaruh pada performa atlet yang
bersangkutan, misalnya: melebarnya otot dan robeknya ligamen.
c. Cedera berat atau tingkat III, pada cedera ini terjadi kerobekan lengkap
atau hampir lengkap pada otot, ligamentum dan fraktur pada tulang, yang
memerlukan istirahat total, pengobatannya intensif, bahkan mungkin
operasi.
Sedangkan menurut Giam C. K dan Teh K. C (1993: 137) membedakan
cedera menjadi tiga tingkatan yaitu:
a. Cedera ringan adalah cedera yang tidak diikuti kerusakan yang berarti
pada jaringan tubuh, misalnya kekuatan otot dan kelelahan. Pada cedera
ringan biasanya tidak memerlukan pengobatan apapun, dan akan sembuh
dengan sendirinya setelah istirahat beberapa waktu
b. Cedera sedang ialah kerusakan jaringan yang lebih nyata, dan berpengaruh
terhadap performa olahragawan. Keluhan berupa nyeri, bengkak, dan
gangguan fungsi, misalnya lebar otot, strain otot, tendon-tendon, dan
robeknya ligamen (sprain gerak)
c. Cedera berat adalah cedera yang serius, diytandai dengan adanya kerusakan
pada jaringan tubuh, misalnya kerobekan otot hingga putus, maupun
fraktur tulang yang memerlukan istirahat total, pengobatan intensif bahkan
operasi.

B. MACAM-MACAM CEDERA
Menurut Mirkin dan Hoffman (1984: 107) struktur jaringan didalam tubuh
yang sering mengalami cedera olahraga adalah otot, tendo, tulang, persendian
termasuk tulang rawan, ligamen, dan fasia. Sedangkan menurut Taylor (1997:63)
macam-macam cedera yang mungkin terjadi adalah memar, cedera pada otot atau
tendo dan cedera ligamentum, dislokasi, patah tulang, kram otot dan perdarahan
pada kulit. Macam-macam cedera yaitu sebagai berikut :

1. Sprain (keseleo)
Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament
(jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang
memberikan stabilitas sendi. Kerusakan yang parah pada ligament atau kapsul
sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi. Gejalanya dapat berupa
nyeri, inflamasi/peradangan, dan pada beberapa kasus, ketidakmampuan
menggerakkan tungkai. Sprain atau keseleo adalah jenis cedera yang paling sering
dialami oleh para pemain sepak bola, Untuk menghindari keseleo, diperlukan
pemanasan yang cukup dan stretching yang tepat bisa mencegah terjadinya cedera
tersebut (Hardianto Wibowo 1995: 22).
Berikut ini adalah tingkatan cedera sprain:
a. Sprain Tingkat I
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan
hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan,
pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut. cedera pada tingkat ini
cukut diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya
b.   Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi
lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa
sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya
tidak dapat menggerakkan persendian tersebut. kita harus membrikan
tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang
cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs.
c. Sprain Tingkat III
Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya
terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat
darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa,
dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal. Cedera tingkat ini harus
dibawa ke rumah sakit untuk dioperasi namun harus diberi pertolongan
pertama terlebih dahulu.

2. Strain.
Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada
struktur muskulo-tendinous (otot dan tendon). Jenis cedera ini terjadi akibat otot
tertarik pada arah yang salah, kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi
kontraksi, otot belum siap. Strains sering terjadi pada bagian groin muscles (otot
pada kunci paha), hamstrings (otot paha bagian bawah), dan otot quadriceps.
Cedera tertarik otot betis juga kerap terjadi pada para pemain bola. Fleksibilitas
otot yang baik bisa menghindarkan diri dari cedera macam ini. Kuncinya dalah
selalu melakukan stretching setelah melakukan pemanasan, terutama pada bagian
otot-otot yang rentan tersebut (Hardianto Wibowo 1995: 22).
Pengobatan sprain dan strain adalah terapi, yang dilakukan adalah reset
atau istirahat, mendinginkan area cidera, copression atau balut bagian yang cidera,
elevasi atau meninggikan, membebaskan diri dari beban. Jika nyeri dan bengkak
berkurang selama 48 jam setelah cidera, gerakkan persendian tulang ke seluruh
arah. Hindari tekanan pada daerah cidera sampai nyeri hilang (biasanya 7-10 hari
untuk cidera ringan dan 3-5 minggu untuk cidera berat), gunakan tongkat
penopang ketika berjalan bila dibutuhkan
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16), Cidera derajat I biasanya sembuh
dengan cepat dengan pemberian istirahat, es, kompresi dan elevasi (RICE). Terapi
latihan dapat membantu mengembalikan kekuatan dan fleksibilitas. Cidera derajat
II terapinya sama hanya saja ditambah dengan immobilisasi pada daerah yang
cidera.. Kunci dari penyembuhan adalah evaluasi dini dengan professional medis.
Knee Injuries Adalah cidera yang terjadi karena adanya paksaan dari tendon. Saat
mengalami cidera ini akan merasakan nyeri tepat dibawah mangkuk lutut setelah
melakukan latihan olahraga. Rasa sakit itu disebabkan oleh gerakan melompat,
menerjang maupun melompat dan turun kembali. Ada beberapa jenis cedera lutut
yang umum dialami oleh pemain bola, yaitu cedera pada medial collateral
ligament, meniscus, dan anterior cruciate ligament, baik itu sobek pada jaringan,
maupun putusnya jaringan tersebut.

3. Compartment Syndrome.
Para atlet pada umumnya sering mengalami permasalahan (gangguan rasa
nyeri atau sakit) yang terjadi pada kaki bawah (meliputi daerah antara lutut dan
pergelangan kaki). Terkadang rasa sakit/nyeri tersebut terjadi karena adanya suatu
sindrom kompartemen. Diagnosa terhadap sindrom terhadap sindrom tersebut
dilakukan dengan cara perkiraan,  karena pola karakteristik (gejala) dan rasa sakit
tersebut dan ukuran-ukuran tekanan kompartemennya. Diantara beberapa penyakit
yang menyertai sindrom ini dapat diatasi dengan pembedahan (operasi).

4. Shin Splints.
Istilah shin aplints kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan
adanya rasa sakit (cidera pada kaki bagian bawah yang seringkali terjadi terjadi
akibat melakukan berbagai aktivitas olahraga, termasuk olahraga lari. Shin splints
ada 2 jenis yaitu; a). Anterior Shin Splints, yaitu rasa sakit yang terjadi pada
bagian depan (anterior) dari tulang gares (tibia). B) Posterior Shin Splints, rasa
sakit tersebut terasa pada bagian dalam (medial) kaki pada tulang tibia. Shin
splints disebabkan oleh adanya robekan sangat kecil pada otot-otot kaki bagian
bawah yang berhubungan erat dengan tulang gares. Pertama-tama akan
mengalami rasa sakit yang menarik-narik setelah melakukan lari. Anterior shin
splints disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan otot kaki.

5. Achilles Tendon Injuries.


Cedera pada tendon achilles ini menempati peringkat pertama yang sering
terjadi pada atlet dan paling sulit untuk merawat/menyembuhkannya. Cedera
tersebut berkisar dari tendinitis ringan sampai pada pemutusan tendon yang parah.
Kunci dari diagnosa tahap-tahap cidera ini adalah pengenalan pada tanda-tanda
dan gejala-gejala yang terjadi.

6. Fractures.
Cedera seperti ini dialami apabila pemain yang bersangkutan mengalami
benturan dengan pemain lain atau sesuatu yang keras. Cedera fractures tidak
hanya terjadi pada bagian kaki macam tulang paha, tulang kering, tulang
selangkangan, atau tulang telapak kaki, tapi juga kerap terjadi pada lengan, bahu,
hingga pergelangan tangan. Untuk menghindari cedera macam ini, penggunaan
pelindung sangat dianjurkan untuk meminimalisir patah atau retak tulang. Kasus
Wayne Rooney merupakan salah satu contoh cedera fractures yang cukup
membuat pusing Alex Fergusson. Setiap tulang yang mendapatkan tekanan terus-
menerus diluar kapasitasnya dapat mengalami keretakan (stress fracture).
Kelemahan pada struktur tulang sering terjadi pada atlet ski, jogging, berbagai
atlet lari, dan pendaki gunung maupun para tentara, mengalami march fracture.

7. Kehilangan kesadaran atau pingsan (syncope)


Pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan
singkat, disebabkan oleh berkurangnya aliran darah dan oksigen yang menuju ke
otak” (Kartono Mohammad, 2003: 96). Gejala pertama yang dirasakan oleh
seseorang sebelum pingsan adalah rasa pusing, berkurangnya penglihatan, dan
rasa panas. Selanjutnya, penglihatan orang tersebut akan menjadi gelap dan ia
akan jatuh atau terkulai. Biasanya pingsan terjadi akibat dari (1) aktivitas fisik
yang berat sehingga menyebabkan deposit oksigen sementara, (2) pengaliran
darah atau tekanan darah yang menurun akibat perdarahan hebat, dan (3) karena
jatuh dan benturan. Menurut Kartono Mohamad (2001) pingsan mempunyai
beberapa jenis, diantaranya:
a. Pingsan biasa (simple fainting) Pingsan jenis ini sering diderita
oleh orang yang memulai aktivitas tanpa melakukan makan pagi
terlebih dahulu, penderita anemia, orang yang mengalami kelelahan,
ketakutan, kesedihan dan kegembiraan.
b. Pingsan karena panas (heat exhaustion) Pingsan ini terjadi pada
orang sehat yang melakukan aktivitas di tempat yang sangat panas.
Biasanya penderita merasakan jantung berdebar, mual, muntah, sakit
kepala dan pingsan. Keringat yang berkucuran pada orang pingsan di
udara yang sangat panas merupakan petunjuk bahwa orang tersebut
mengalami pingsan jenis ini.
c. Pingsan karena sengatan terik (heat stroke) Pingsan jenis ini
merupakan keadaan yang lebih parah dari heat exhaustion. Sengatan
terik terjadi karena bekerja di udara panas dengan terik matahari
dalam jangka waktu yang lama, sehingga kelenjar keringat menjadi
lemah dan tidak mampu mengeluarkan keringat lagi. Akibatnya panas
yang mengenai tubuh tidak ditahan oleh adanya penguapan keringat.

Gejala sengatan panas biasanya didahului oleh keringat yang mendadak


menghilang, penderita kemudian merasa udara disekitarnya mendadak menjadi
sangat panas. Selain itu penderita merasa lemas, sakit kepala, tidak dapat berjalan
tegap, mengigau dan pingsan. Keringatnya tidak keluar sehingga badan menjadi
kering. Suhu badan meningkat sampai 40-41 derajat celcius, mukanya memerah
dan pernafasannya cepat. Gambar 4. Perbedaan antara Heat Exhaustion dan Heat
Stroke.
Macam-macam patah tulang yaitu sebagai berikut :

a. Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit


diatasnya dan tulang keluar.
b. Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus
permukaan kulit. Penanganan patah tulang yang dilakukan menurut
Hardianto Wibowo (1995:28) sebagai berikut: olahragawan tidak boleh
melanjutkan pertandingan.

C .  Cidera Pada Cabang Olahraga Sepak Bola:

1. Cedera Ringan yang dimaksud dengan cedera ringan adalah cedera


dimana si pemain masih dapat melanjutkan permainannya misalnya :
a. Luka lecet
b. Strain dan strain tingkat Satu
c. Kram otot
d. Memar otot (kontusio)
2.   Cedera Berat (dimana si pemain tidak dapat melanjutkan
permainnnanya.
a. Cedera pada kepala : gegar otak atau cedera yang menimbulkan
pingsan dan tidak sadar, pendarahan yang sukar dihentikan,
patah tulang hidung
b. Cedera pada lutut : kontusio,robekan ligamen, robekan otot,
dislokasi patella, robekan meniskus.
c. Cedera pada pergelangan kaki : patah tulang malleolus medialis
tibia , dislokasi talokruralis , haermarthrose.

D. Faktor Penyebab Cedera


1.      Latihan Yang Berlebihan , Ini bisa terjadi jika anda memaksa diri
untuk berlatih di luar batas kemampuan diri anda, berlatihlah sesuai
dengan kemampuan anda, anda harus tahu batas kemampuan tubuh
anda sendiri.
2.      Ketidak Seimbangan ,Otot Ini bisa terjadi jika salah satu otot lebih
kuat daripada otot lain yang melakukan fungsi yang berlawanan
misalnya selain melatih otot Biceps (Lengan Atas Depan) kita juga
harus melatih otot Triceps (Lengan Atas Belakang), agar kekuatan
otot lengan kita berimbang
3.      Kurangnya Pemanasan ,Pemanasan sebelum berolahraga sangat
penting, karena ini membantu untuk kita menjadi tidak kaku/
menambah flexibilitas sehingga bisa terhindar dari cedera.
4.      Metode Latihan Yang Salah,Metode latihan yang salah merupakan
penyebab paling sering dari cedera pada otot dan sendi. Penderita
tidak memberikan waktu pemulihan yang cukup setelah melakukan
olah raga atau tidak berhenti berlatih ketika timbul nyeri. Setiap kali
otot tertekan oleh aktivitas yang intensif, latihan berat, hari
berikutnya beristirahat atau melakukan latihan ringan. Hanya
perenang yang bisa melakukan latihan yang berat dan ringan setiap
hari tanpa mengalami cedera. Kemungkinan daya ampung dari air
membantu melindungi otot dan sendi para perenang.
5.      Kelainan Struktural, Kelainanan struktural atau anatomi   tubuh anda
yang dapat memberikan stress tambahan, misalnya kelainan otot,
tulang, sendi dll. Ini bisa karena bawaan dari lahir Kelainan
struktural bisa menyebabkan seseorang lebih peka terhadap cedera
olah raga karena adanya tekanan yang tidak semestinya pada bagian
tubuh tertentu. Misalnya, jika panjang kedua tungkai tidak sama,
maka pinggul dan lutut pada tungkai yang lebih panjang akan
mendapatkan tekanan yang lebih besar.
6.      Kelemahan Otot, Tendon & Ligamen, Jika mendapatkan tekanan
yang lebih besar daripada kekuatan alaminya, maka otot, tendon dan
ligamen akan mengalami robekan. Tulang yang rapuh
karena osteoporosis mudah mengalami patah tulang (fraktkur).

E.    Pencegahan dan Penanggulangan Cidera

1.      Cedera lutut
Sekitar 55 persen cedera akibat aktivitas olahraga berupa cedera lutut.
Cedera ini termasuk satu dari 40 kasus bedah ortopedi. Terbanyak terjadi
pada sendi dan tulang rawan (retak), termasuk sakit dan nyeri yang terkait
dengan tempurung lutut. Risiko tinggi terjadi pada pelari, perenang, step
aerobic, pesepakbola, pebasket, pevoli, dan atlet cabang atletik. Ini karena
lutut menjadi tumpuan, sehingga berpotensi terkena arthritis..
2.      Cedera bahu
Sebanyak 20 persen cedera karena olahraga terjadi pada bahu,
termasuk akibat salah posisi, salah urat, dan ketegangan otot.
Penyebabnya, aktivitas berlebih dan gerakan yang salah di daerah bahu
sehingga mengenai tendon (urat). Gejalanya nyeri, kaku pada bahu, otot
terkilir, hingga tulang retak. Pencegahan: Untuk olahraga yang rentan
benturan (misalnya bisbol) gunakan pelindung khusus.

3.      Cedera otot pergelangan kaki


Banyak terjadi pada pesebakbola, pemain hoki, pebasket, dan
pevoli karena gerakan seperti melompat, berlari, dan berhenti mendadak
menyebabkan tendon terjepit. Pencegahan: Perkuat pergelangan kaki
dengan naik turun tangga atau olahraga sejenisnya. Memakai pelindung
kaki tidak menjamin keselamatan, tapi meminimalkan risiko.
4.      Otot tertarik
Tidak melakukan pemanasan cukup, kelelahan otot, dan otot
lemah, adalah beberapa sebabnya. Lari, joging, basket, dan sepakbola,
adalah contoh olahraga paling potensial menimbulkan cedera
ini. Pencegahan: Latihan peregangan yang cukup sebelum dan sesudah
berolahraga. Hindari berlatih saat tubuh Anda terasa lelah. Jangan
berolahraga dulu sebelum Anda benar-benar pulih pascacedera, untuk
menghindari cedera lebih berat.
5.      Sakit punggung bagian bawah
Banyak dialami oleh orang yang duduk terlalu lama dan penderita
obesitas. Rentan pula dialami pelari, pebalap sepeda, pegolf, petenis, dan
pebisbol. Pencegahan: Lakukan pemanasan sebelum, selama, dan sesudah
berolahraga. Gerakan meluruskan punggung dengan menarik perlahan
kedua tangan ke atas dan menekuk punggung ke samping.
6.      Cedera tulang kering
Biasa menyerang pemula, yang berambisi ingin meningkatkan
tahap latihan. Memakai alas kaki yang tidak sesuai dengan aktivitas.
Termasuk melompat dan berlari di landasan yang keras. Pencegahan:
Pakailah alas kaki yang tepat, berlatih secara bertahap, peregangan, dan
tidak berlebihan.
7.      Cedera paha
Sepakbola, hoki, basket, olahraga dengan raket, dan voli. Selain
daerah paha terasa nyeri yang sangat, juga terjadi pembengkakan pada otot
paha. Pencegahan: Peregangan sebelum berlatih, berlatih dengan intensitas
bertahap, latihan menguatkan daerah kaki terutama paha.
8.      Gegar otak
Cedera kategori berat akibat benturan. Gejalanya yaitu kehilangan
kesadaran, sakit kepala hebat, amnesia, Pencegahan: Perlindungan
memakai helm tidak menjaminan aman untuk kepala. Jika mengalami
benturan, segera cari pertolongan medis.
9.      Salah urat
Cedera ini timbul karena salah gerak atau kelelahan pada tendon
karena aktivitas berlebih. Paling banyak dialami pelari karena gerakan lari
dan lompat. Pencegahan: Peregangan cukup dan hindari gerakan menarik
otot secara tiba-tiba dan memaksa. Jika cedera terjadi, jangan tergesa
berlatih kembali
10. Perdarahan pada Kulit (lecet)

Perdarahan pada kulit atau perdarahan eksternal adalah perdarahan


yang dapat dilihat berasal dari luka terbuka (Kartono Mohammad
2003:88). Cedera dapat juga merusak dan menyebabkan perdarahan.
Menurut Kartono Mohammad (2003:88) ada tiga jenis yang berhubungan
dengan jenis pembuluh darah yang rusak yaitu:
a. Perdarahan kapiler, berasal dari luka yang terus-menerus tetapi lambat.
Perdarahan ini paling sering terjadi dan paling mudah dikontrol.

b. Perdarahan vena, mengalir terus- menerus karena tekanan rendah


perdarahan vena tidak menyembur dan lebih mudah dikontrol

.c. Perdarahan arteri, menyembur bersamaan dengan denyut jantung,


tekanan yang menyebabkan darah menyembur juga menyebabkan jenis
perdarahan ini sulit dikontrol. Perdarahan arteri merupakan jenis
perdarahan yang paling serius karena banyak darah yang dapat hilang
dalam waktu sangat singkat Kartono Mohammad (2003) menjelaskan
bahwa perdarahan dikulit terdiri dari beberapa jenis yaitu :

1) Abrasi : lapisan atas kulit terkelupas, dengan sedikit kehilangan darah.


(goresan, road rash dan rug burn)
2) Laserasi : kulit yang terpotong dengan pinggir bergerigi. Jenis luka ini
biasanya disebabkan oleh robeknya jaringan kulit secara paksa.
3) Insisi : potongan dengan pinggir rata, seperti potongan pisau atau teriris
kertas.
4) Pungsi : cedera akibat benda tajam (seperti pisau, pemecah es atau
peluru).
5) Avulsi : sepotong kulit yang robek lepas dan menggantung pada tubuh.
6) Amputasi : terpotong atau robeknya bagian tubuh

F. Penyebab Cedera Olahraga


Penyebab pasti cedera olahraga bergantung pada jenis cederanya. Namun,
sebagian besar luka terjadi pada otot, ligamen, atau tendon. Organ tersebut akan
sobek jika dibentangkan terlalu jauh dan terlalu cepat. Sobekan yang parah
memerlukan operasi, namun sobekan kecil biasanya sembuh sendiri tanpa bantuan
pertolongan medis atau obat penghilang rasa sakit lainnya.
Cedera olahraga umum lainnya adalah patah tulang. Patah tulang
memerlukan perhatian medis segera, tidak hanya untuk menghilangkan rasa sakit,
tetapi juga untuk membentuk tulang ke bentuk semula. Tindakan tersebut
membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga tulang sembuh. Dislokasi juga
merupakan cedera yang sangat menyakitkan. Namun, dokter olahraga atau pelatih
yang terlatih dalam bidang kedokteran olahraga dapat mengembalikan sendi yang
dislokasi ke posisinya semula sehingga mengurangi rasa sakit. Tidak semua
cedera olahraga muncul tiba-tiba. Cedera olahraga kronis muncul secara perlahan
seiring waktu. Misalnya, pelari sering memiliki risiko berbagai cedera yang sangat
ringan. Cedera ini berkembang secara perlahan dan disebabkan oleh tindakan
yang berulang.
Penampilan fisik seseorang dan struktur tulangnya juga dapat menyebabkan
cedera olahraga. Beberapa sebab yang paling umum adalah panjang kaki yang
tidak sama, kaki datar, telapak kaki yang terlalu tinggi, kaki berbentuk O, dan kaki
berbentuk X. Kondisi structural, seperti lordosis pinggang, bengkok tulang paha,
dan tempurung lutut terlalu tinggi juga dapat meningkatkan risiko seseorang
terserang cedera olahraga.

G. Gejala Utama Cedera Olahraga


Rasa sakit merupakan gejala umum berbagai cedera olahraga. Namun, tingkat
rasa sakit biasanya tidak menunjukan tingkat cedera. Misalnya, atlet terlatih untuk
mengabaikan tingkat rasa sakit tertentu dan banyak atlet melampaui pengalaman
yang menyakitkan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan atau
ketahanan fisik mereka.
Melakukan hal-hal tersebut dapat mengakibatkan timbulnya cedera olahraga
tanpa menyadari seberat apa kondisi tersebut. Sebagai contohnya, cedera
pinggang biasanya dimulai dengan rasa sakit ringan pada punggung yang biasanya
diabaikan oleh atlet angkat besi. Namun, melanjutkan latihan rutin sering
mengakibatkan penurunan kondisi tiba-tiba disertai dengan rasa sakit yang hebat
dan kejang pada punggung.
Selain rasa sakit, pembengkakan dan kemerahan pada daerah yang terserang
adalah tanda umum dari cedera olahraga. Ketika tanda ini muncul, penting untuk
meminta dokter memeriksa seberapa parah cederanya dan menjalani perawatan
untuk mencegah kerusakan permanen. Misalnya, banyak atlet amatir yang
memilki kecenderungan untuk melampaui batasnya meskipun tanda dan gejala
cedera tendon muncul. Sayangnya, melanjutkan latihan rutin tanpa memberikan
waktu istirahat yang cukup untuk tendon pulih akan menyebabkan kondisi yang
disebut degenerasi mukoid, yaitu ketika materi berserat lentur menggantikan
tendon yang sobek.

F. Pertolongan Pertama Pada Cedera

1. Memberikan perlindungan

Segera hentikan aktivitas olahraga, pindah dari lokasi cedera


(atau dibantu oleh orang lain yang menolong untuk dipindahkan
dari lokasi cedera). Misalnya cedera saat jogging, segera
dipindahkan ke tempat yang aman dan menjauhi jalanan dan
keramaian.
2. Mengistirahatkan bagian yang cedera

Mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera, segera berhenti


olahraga dan jangan melakukan gerakan apapun pada bagian
tubuh yang cedera, serta hindari memberi beban pada daerah
yang cedera atau jika cedera kaki, bisa menggunakan tongkat
atau kruk untuk berjalan.
3. Pemberian Es
Es bisa mengurangi pendarahan atau pembengkakan. Caranya
ambil dan letakkan ice pack atau es batu yang dibungkus handuk
pada tubuh yang mengalami cedera. Kompres selama 15 hingga
20 menit selama 2 jam sekali.proses ini bisa dilakukan 5 hingga
8 kali sehari khususnya di 2 hari pertama cedera terjadi.
4. Kompresi atau pembalutan
Lakukan pembalutan dengan perban elastis pada bagian tubuh
yang mengalami cedera. Tekan luka dengan menebalkan
penggunaan kassa di atas luka agar tidak terjadi pembengkakan.
5. Tinggikan posisi cedera
Hal ini bertujuan agar transportasi atau aliran darah kembali
lancar. dr. Andi mengingatkan posisi cedera sebaiknya lebih
tinggi dari dada saat berbaring.

6. Datangi dokter
Apabila ragu dan khawatir dengan cedera yang Anda alami atau
nyeri dan bengkak yang bertambah, atau nyeri dan bengkak tidak
berkurang dalam 2 hari.

7. Hindari pemijatan
Tindakan ini dapat menyebabkan meningkatnya perdarahan dan
bengkak pada daerah yang cedera, memperberat cedera, dan
mengakibatkan lambatnya masa penyembuhan. Hindari
pemijatan khususnya saat 3 hari pertama cedera terjadi, karena
itu masa krusial.

8. Hindari pemberian air panas atau alkohol


Air panas dan alkohol juga akan meningkatkan perdarahan dan
bengkak pada daerah yang cedera. Alih-alih air panas, lebih baik
mencari air es atau es batu untuk dikompres.

9. Hentikan kegiatan olaharaga sementara


Jangan lakukan atau kembali berolahraga terutama dalam 3 hari
pertama cedera kecuali jika dokter memberikan izin. Hal ini
karena akan menambah beratnya cedera yang ada.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bagi atlet yang aktif melakukan olahraga tertentu , dituntut untuk memiliki


sekelompok otot yang lebih kuat daripada bagian otot-otot yang lainnya. Respon
tubuh terhadap adanya permintaan ini adalah dengan melalui sekelompok otot
tertentu untuk berkontraksi dengan lebih keras. Setiap jenis olahraga menekankan
adanya kontraksi hanya pada sekelompok otot tertentu, sehingga hal ini dapat
menyebabkan kontraksi otot hanya pada bagian otot tersebut saja menjadi lebih
kuat, sedangkan otot-otot yang lainnya relatif lebih lemah. Kelompok otot yang
ada pada tubuh biasanya berkontraksi secara berpasangan. Misalnya, otot biceps
pada lengan akan berkontraksi menekuk pada siku, sedangkan otot triceps
menegangkan siku. Otot yang berkontraksi secara berpasangan seperti tersebut
dinamakan otot-otot antagonis. Banyak sekali pasangan otot seperti ini pada
tubuh. Oleh karena itu, senantiasa menjaga keseimbangan di antara otot-otot
tersebut agar unit-unit otot dapat berfungsi secara efesien.

Apabila program latihan yang dilakukan lebih menekankan hanya pada


salah satu dari sekelompok otot yang saling berpasangan tersebut, maka akan
menimbulkan cedera. Cedera ini disebabkan karena salah satu pasangan otot
menjadi lebih kuat atau lebih kencang daripada otot-otot pasangannya. Cedera
otot dapat juga terjadi pada otot yang lebih kuat maupun otot yang lebih lemah.
Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament atau
kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi. Kerusakan yang parah pada
ligament atau kapsul sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi. 

Sprain atau keseleo adalah jenis cedera yang paling sering dialami oleh
para pemain sepak bola, Untuk menghindari keseleo, diperlukan pemanasan yang
cukup dan stretching yang tepat bisa mencegah terjadinya cedera tersebut . Pada
cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa
serabut yang putus. Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang
putus, tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Persendian yang
bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam
persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat
gerakan–gerakan yang abnormal. Jenis cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada
arah yang salah, kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi, otot
belum siap. Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan diri dari cedera
macam ini. Kuncinya dalah selalu melakukan stretching setelah melakukan
pemanasan, terutama pada bagian otot-otot yang rentan tersebut. 

Pengobatan sprain dan strain adalah terapi, yang dilakukan adalah reset


atau istirahat, mendinginkan area cidera, copression atau balut bagian yang
cidera, elevasi atau meninggikan, membebaskan diri dari beban. Cidera derajat II
terapinya sama hanya saja ditambah dengan immobilisasi pada daerah yang
cidera. Kunci dari penyembuhan adalah evaluasi dini dengan professional medis.
Injuries Adalah cidera yang terjadi karena adanya paksaan dari tendon. Ada
beberapa jenis cedera lutut yang umum dialami oleh pemain bola, yaitu cedera
pada medial collateral ligament, meniscus, dan anterior cruciate ligament, baik itu
sobek pada jaringan, maupun putusnya jaringan tersebut. Para atlet pada
umumnya sering mengalami permasalahan yang terjadi pada kaki
bawah . Diantara beberapa penyakit yang menyertai sindrom ini dapat diatasi
dengan pembedahan .

Shin splints disebabkan oleh adanya robekan sangat kecil pada otot-otot
kaki bagian bawah yang berhubungan erat dengan tulang gares. Pertama-tama
akan mengalami rasa sakit yang menarik-narik setelah melakukan lari. Cedera
pada tendon achilles ini menempati peringkat pertama yang sering terjadi pada
atlet dan paling sulit untuk merawat/menyembuhkannya. Cedera tersebut berkisar
dari tendinitis ringan sampai pada pemutusan tendon yang parah.

Kunci dari diagnosa tahap-tahap cidera ini adalah pengenalan pada tanda-tanda
dan gejala-gejala yang terjadi. Cedera seperti ini dialami apabila pemain yang
bersangkutan mengalami benturan dengan pemain lain atau sesuatu yang
keras. Kasus Wayne Rooney merupakan salah satu contoh cedera fractures yang
cukup membuat pusing Alex Fergusson. Setiap tulang yang mendapatkan tekanan
terus-menerus diluar kapasitasnya dapat mengalami keretakan .

B. SARAN

Dalam melakukan aktifitas olahraga kita perlu melihat kondisi fisik kita
terlebih dahulu serta tempat yang kita tempati saat berolahraga, sebelum
melakukan olahraga kita perlu mengisi energy kita dan mengonsumsi makanan
yang mudah dicernah oleh tubuh dan 2-3 jam sebelum melakukan olahraga di
anjurkan untuk makan yang mudah dicernah agar energy yang kita peroleh saat
berolahraga itu stabil dan sebelum melakukan olahraga terlebih dahulu lakukan
pemanasan agar otot otot tubuh tidak tegang sat melakukan olahraga serta
meminialisir terjadinya cedera.
DAFTAR PUSTAKA

Alman, JR. FL, 1984. Rhabilitation Following Athletic Injuries. In : O’Donoghue,


DH, (ed):

Treatment of Injuries tu Athletic Philadelphia, W.B. Saounders Co.

Andun Sudijandoko, 1995, Pola Rehabilitasi Atlet Yang Cedera, IKOR. UNAIR,
Surabaya.

Bayu Santoso, 1994. Cedera olahraga Konggres Nasional III. Perdosri, Surabaya.

Brukner Peter, 1993. Clinical Sports Medicine, Sydney, Australia.

Djoko Roshadi, 1995. Aspek Orthopaedi Pada Usia Lanjut. Bedah Orthopaedi,
Unair.Surabaya

Entjang Indah, 1991. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Fatchur Racham, 1992. Modalitas Terapi Fisik Pada Penatalaksanaan Nyeri, Unit
Rehabilitasi
BIODATA PENULIS

Nama : Muh. Suardi


TTL : Palopo, 05-04-2001
Alamat : BTN. Dea Permai, Blok C1 No.14, Palopo

Anda mungkin juga menyukai