Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL JOURNAL RIEVIEW

NAMA : Willy Owen Nicholas Sihombing

NIM : 6211121001

DOSEN PENGAMPU : Ibrahim, Drs, M. Pd

MATKUL : Pembinaan Kondisi Fisik

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah senantiasa memberkati dalam
menyelesaikan Critical Journal Review (CJR), adapun tugas ini dikerjakan untuk memenuhi
mata kuliah PEMBINAAN KONDISI FISIK. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini saya
dapat mengetahui arti berfisafat sebenarnya. Saya telah menyusun CJR ini dengan sebaik-
baiknya tetapi mungkin masih ada kekurangan-kekurangan untuk mencapai kesempurnaan.
Saya selaku penulis menerima berbagai kritik yang sifatnya membangun agar CJR ini menjadi
lebih baik lagi.

Tugas Critical Journal Review ini disusun dengan harapan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kita.

Selanjutnya, saya berharap semoga CJR ini bisa memberikan manfaat serta
menambah wawasan bagi para pembaca. Semoga CJR ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kata-kata
yang kurang berkenan.

Medan, 21 November 2021

Penulis
KATA PENGHANTAR………………………..................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB I: PENDAHULUAN.......................................................................................................

A. Rasionalisasi CJR....................................................................................................
B. Tujuan CJR.............................................................................................................
C. Manfaat CJR...........................................................................................................
D. Identitas.................................................................................................................
BAB II: RINGKASAN ISI ARTIKEL.........................................................................................

A. RINGKASAN ISI BUKU............................................................................................


BAB III: PEMBAHASAN / ANALISIS.....................................................................................

A. Pembahasan Isi Journal.........................................................................................


B. Kelebihan & kekurangan.......................................................................................
BAB IV: PENUTUP..............................................................................................................

A. Kesimpulan............................................................................................................
B. Saran......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi CJR
Dalam pembuatan CJR (Critical Journal Review) keterampilan para mahasiswa akan diuji
dalam membaca, menganalisis, dan mengkritik sebuah buku. Terkadang kita bingung
memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami, terkadang kita hanya memilih satu
buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum memuaskan misalnya dari segi analisis
bahasa dan pembahasan, oleh karena itu penulis membuat CJR Pembinaan Kondisi Fisik
ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus pada pokok
bahasa tentang Pembinaan Kondisi Fisik.
B. Tujuan CJR
Mengetahui kelemahan dan kekurangan buku. Menkritisi sebuah buku tentang
Pembinaan Kondisi Fisik yang dikritik dalam buku tersebut yaitu kelengkapan
pembahasannya, keterkaitan antara babnya.
C. Manfaat CJR
Manfaat yang dapat kita simpulkan pada hal diatas ialah:
1. Menambah wawasan pengetahuan tentang hakikat filsafat pendidikan, pengertian
filsafat secara etimologi, dan pengertian filsafat secara terminologi.
2. Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah buku yang telah di lengkapi
dengan ringkasan buku, pembahasan isi buku, serta kekurangan dan kelebihan buku
tersebut.
3. Melatih siswa merumuskan serta mengambil kesimpulan-kesimpulan atas buku-buku
yang dianalisis tersebut.
D. Identitas Jurnal
Jurnal Utama
1. Nama Journal : Pembentukan Kondisi Fisik
2. Edisi terbit : Ke-1
3. Pengarang artikel : Dr. Bafirman HB, Kes., AIFO/Dr. Asep Sujana Wahyuri, S.Si.,
M.Pd
4. Penerbit : PT RajaGrafindo Persada
5. Kota terbit : Depok
6. Nomor ISBN : 978-602-425-830-6
7. Alamat Situs :
http://repository.unp.ac.id/22141/1/PEMBENTUKAN%20KONDISI%20FISIK
%20BAFIRMAN.pdf

Jurnal Pembanding

1. Nama Journal : Kondisi Fisik


2. Edisi terbit :-
3. Pengarang artikel : M. Ridwan
4. Penerbit : Universitas Negeri Padang
5. Kota terbit : Kota Padang
6. Nomor ISSN : 2528-6102
7. Alamat Situs : http://performa.ppj.unp.ac.id/index.php/kepel
BAB II
RINGKASAN ISI ARTIKEL

A. Ringkasan Isi Buku


Latihan fisik merupakan aktivitas olahraga secara sistematik dalam waktu yang lama,
ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi
dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Melalui
latihan fisik seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam istilah fisiologisnya,
seseorang mengejar tujuan perbaikan sistem organisme dan fungsinya untuk
mengoptimalkan prestasi dan penampilan olahraganya (Bompa, 1990). Peningkatan
kemampuan fungsi organ tubuh dari latihan fisik atau kegiatan olahraga yang
dilakukan akan terjadi lebih baik, bila latihan fisik yang dilakukan mempedomi dan
melaksanakan hakikat fisiologis dalam latihan fisik atau kegiatan olahraga, yaitu: 1)
latihan harus kontinu, berkesinambungan dan progresif, 2) untuk mencapai tiap
fungsi yang khas, latihan fisik sepsifik, dan 3) volume latihan yang terkait dengan
intensitas, waktu, dan frekuensi. Maksud dari hakikat fisiologis dalam latihan fisik
tersebut adalah, bahwa latihan fisik tersebut selalu dilakukan, umpamanya untuk
latihan kebugaran jasmani minimal frekuensinya tiga kali dalam seminggu, dilakukan
secara berkesinambungan serta ada peningkatannya. Untuk mencapai kemampuan
yang spesifik atau tertentu, umpamanya meningkatkan kemampuan daya tahan,
maka latihannya harus bersifat aerobik. Voleme latihan harus mempertimbangkan
keadaan berat ringannya 16 Pembentukan Kondisi Fisik latihan sesuai dengan target
latihan (training zone) yang sesuai dengan program dan tujuan latihan, lama latihan
dalam satu kali latihan serta jumlah latihan fisik setiap minggunya yang disesuaikan
dengan prinsipprinsip latihan. Latihan fisik akan meningkatkan prestasi kerja, dan
peningkatan itu dipengaruhi oleh pemberian beban atau tenaga, pengaturan irama
atau frekuensi, masa istirahat dan lamanya kerja (Astrand dan Rodahl, 1986). Ruang
lingkup latihan fisik menambah kapasitas kerja organisme dan cadangan
keterampilannya, melakukan hal yang sama dengan mengembangkan ciri-ciri
kejiwaan yang kuat, akan mengakibatkan meningkatnya prestasi seseorang (Bompa,
1990). Hakikat latihan kondisi fisik selain berguna meningkatkan kebugaran jasmani,
latihan kondisi fisik merupakan program pokok dalam pembinaan atlet untuk
berprestasi dalam suatu cabang olahraga. Atlet yang memiliki tingkat kebugaran
jasmani yang baik akan terhindar dari kemungkinan cedera yang biasanya sering
terjadi jika seseorang melakukan kerja fisik yang berat. Para ahli olahraga
berpendapat, bahwa seseorang atau atlet yang mengikuti program latihan kondisi
fisik secara intensif selama 6-8 minggu sebelum musim pertandingan, akan memiliki
kekuatan, kelentukan, dan daya tahan yang jauh lebih baik selama musim
pertandingan. Perkembangan kondisi fisik yang baik juga membantu seorang atlet
untuk mampu mengikuti latihan selanjutnya dalam usaha mencapai prestasi
setingginya. Ada empat bentuk latihan untuk pmbentukan fisik yaitu: (1)
peningkatkan potensi kemampuan seseorang dan mengembangkan kemampuan
biomotor ke standar paling tinggi, (2) kemampuan fisik sangat labil berubah
menurun, dipengaruhi oleh banyak variabel lain yang menyebabkan turunnya
kemampuan fisik yang telah diperoleh dari hasil latihan sebelumnya, (3) latihan
harus dilakukan dengan teratur, ajeg, terus-menerus tanpa berselang dengan beban
yang tepat sesuai dengan rencana latihan, dan (4) seluruh kegiatan latihan harus
direncanakan dan disusun dalam suatu program latihan, baik jangka pendek,
menengah dan jangka panjang.

Olahraga sebagai salah satu unsur dalam kehidupan manusia, jika


diberdayakan melalui berbagai cara yang tepat, merupakan usaha dari upaya
bangkit. Dalam rangka pembentukan watak, disiplin, keunggulan daya saing,
produktivitas dan etos kerja yang bermanfaat dari individu-individu melakukannya
secara sportif, maka olahraga menjadi penting artinya dalam peningkatan kualitas
sumber daya manusia untuk prestasi yang diinginkan Hakikat olahraga juga
merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan berisi perjuangan
melawan diri sendiri atau dengan orang lain atau konfrontasi dengan unsur-unsur
alam. Kemajuan ilmu dan teknologi menimbulkan perubahan yang cepat dalam
berbagai tatanan kehidupan manusia, sehingga terjadinya globalisasi dan pasar
bebas, Ridwan, M., & Irawan, R. (2018). Menurut Syukur, A., & Soniawan, V. (2015)
sepakbola merupakan permainan yang membutuhkan banyak energi, kepintaran di
dalam lapangan memacu semangat, sekaligus memberikan kegembiraan melalui
kebersamaan dalam sebuah tim. Kegiatan olahraga banyak faktor pendukung yang
mempengaruhi untuk mndapatkan prestasi, seperti: kondisi fisik, teknik, taktik, dan
mental, Soniawan, V., & Irawan, R. (2018). Menurut Arwandi, J., & Ardianda, E.
(2018) dalam upaya peningkatan prestasi para pemain sepakbola. Latihan adalah
salah satu faktor yang sangat menentukan dalam pencapaian prestasi. Bentuk
latihan yang dipilih juga akan sangat menentukan dalam mencapai target latihan
yang diinginkan. Latihan kondisi fisik dalam pelaksanaannya lebih difokuskan kepada
proses pembinaan kondisi fisik atlet secara keseluruhan, dan merupakan salah satu
factor utama dan terpenting yang harus dipertimbangkan sebagai unsure yang
diperlukan dalam prosesmlatihan guna mencapai prestasi yang tertinggi. Tujuan
utamanya adalah untuk meningkatkan potensi fungsional atlet dan mengembangkan
kemampuan biomotor ke derajat yang paling tinggi. Melalui latihan kondisi fisik
kebugaran jasmani atlet dapat dipertahankan atau ditingkatkan, baik yang
berhubungan dengan keterampilan maupun dengan kesehatan secara umum.
Kondisi fisik merupakan suatu persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang pemain
sepakbola di dalam meningkatkan dan mengembangkan prestasi olahraga yang
optimal, sehingga kondisi fisiknya harus dikembangkan dan ditingkatkan sesuai
dengan ciri, karakteristik, dan kebutuhan masing-masing cabang olahraga. Kondisi
fisik adalah satu persyaratan yang diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi atlet
bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau
ditawar-tawar lagi. Kondisi fisik adalah satu kesatuan dari komponen - komponen
yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun
pemeliharaannya.
BAB III

PEMBAHASAN/ANALISI

A. Pembahasan Isi Jurnal


Jurnal Utama
A. Persiapan Fisik
Dalam suatu program latihan persiapan fisik untuk mencapai kebugaran dan apalagi
prestasi yang penting diketahui adalah:
1. Mempersiapkan Fisik pada Umumnya (General Physical Preparation = GPP).
Pada umumnya persiapan fisik memerlukan waktu yang lama bila dibandingkan
dengan tahap penyempurnaan biomotorik. Lebih tinggi kapasitas kerja
seseorang atau atlet, lebih mudah pula ia menyesuaikan pada peningkatan
latihan yang diselenggarakan secara terus-menerus. Selanjutnya untuk lebih
dapat memahami tuntutan cabang olahraga yang bersangkutan maka perlu
dilakukan persiapan fisik khusus.
2. Persiapan Fisik Khusus (Specific Physical Preparation = SPP) Persiapan fisik
khusus disadari oleh persiapan fisik umum. Terutama bagi atlet dituntut untuk
mencapai prestasi yang tinggi sehingga dituntut untuk mengembangkan otot-
otot secara keseluruhan, maupun energi yang khusus untuk berolahraga
tersebut. Dalam setiap program latihan seharusnya harus ditentukan dulu
sistem energi predominannya (predominant energy system). Di samping itu,
untuk dapat mengerti mengenai “predominant energy system” maka perlu
diketahui bagaimana sebenarnya penyediaan energi di dalam tubuh atau
dikenal dengan istilah konsep energi berlangsung (Energy Continum Concept).
3. Penyempurnaan Kemampuan Biomotor Khusus (Perfection of Specific Biomotor
Ability) Tujuan latihan fisik di sini ialah untuk meningkatkan dan
menyempurnakan gerakan-gerakan yang khusus serta potensi seseorang atau
atlet untuk memenuhi tuntutan dari olahraga yang dipilihnya. Nossek (1982)
berpendapat bahwa akhirnya “sport techniquet” adalah sangat penting untuk
dapat mencapai prestasi. Pada olahraga yang dituntut untuk kemampuan tinggi
maka apabila seorang atlet teknik olahraganya kurang sempurna maka
diperlukan kompensasi dari kualitas yang lain, umpamanya dengan kekuatan
yang lebih besar dari kualitasnya yang lain, umpamanya dengan kekuatan yang
lebih besar.
B. Fase Latihan Fisik
Sebelum seseorang atau atlet melakukan latihan, terlebih dulu harus melakukan
pemanasan yang bertujuan untuk meningkatkan suhu tubuh agar dalam melakukan
aktivitas dapat mempersiapkan fisik dan psikis supaya terhindar dari terjadinya
cedera. Selanjutnya sebelum selesai melakukan olahraga atau latihan inti, diakhiri
dengan melakukan pelemasan. Pemanasan merupakan peralihan dari fase istirahat
ke fase latihan berat. Demikian dengan pelemasan merupakan fase peralihan dari
aktivitas berat ke fase istirahat. Sebagai contoh sesuai dengan bagan berikut:
1. Pemanasan (Warming-up)
Menurut Fox (1988) prosedur pemanasan dapat berupa: (1) Aktif pemanasan
(active warm-up) yaitu prosedur mencakup penggunaan keterampilan atau
aktivitas yang akan digunakan dalam latihan atau kompetisi (formal warm-up),
serta stretching dan calisthenics (formal warmup) (2) Pasif pemanasan (passive
warm-up) tidak dalam bentuk gerakan. Di sini hanya pemanasan seluruh atau
beberapa bagian tubuh dengan alat diatermi, mandi air panas, pemijatan dan
lain-lain. Di samping itu, Mac Ardle mengklasifikasikan pemanasan dalam
kategori: (1) General pemanasan (general warm-up) yang terdiri dari calisthenics,
stretching, gerak badan yang tidak berhubungan dengan aksi neuromusculer
khusus yang nanti ditampilkan. (2) Spesifik pemanasan (spesific warm-up) berupa
gerakan keterampilan yang sesuai dengan aktivitas yang sesungguhnya, misalnya
melempar bola, menendang bola dan lain-lain. Pada umumnya, latihan
pamanasan yang dianjurkan terdiri dari: (1) latihan peregangan (stretching
ecercaise), (2) peregangan dinamis (calisthenics), dan (3) aktivitas formal.
a. Peregangan Aktif (Strecthing Activities)
Latihan peregangan seyogyanya dilakukan sebelum dan sesudah melakukan
latihan fisik atau kompetisi. Selama periode pemanasan latihan peregangan
harus merupakan aktivitas yang pertama kali ditampilkan. Beberapa bentuk
latihan peregangan akan meningkatkan suhu otot di saat melakukan aktivitas
berat. Menurut Lamp (1984) peningkatan suhu jaringan ikat akan menambah
“plastic elongation dinamis stretching effecs” sehingga mengurangi risiko
cedera jaringan. Menurut Fox, dkk. (1988) latihan peregangan dalam tiga
bentuk, yaitu: (1) Statik, (2) Balistik, dan (3) Contract-relax. – Statik stretching
adalah peregangan tanpa sentakan, yang diakhiri dengan mempertahankan
posisi akhir beberapa saat. – Balistik strecthing lebih berupa gerakan aktif,
yaitu “bobbing” tanpa mempertahankan posisi akhir. – Contract-relax adalah
berupa peregangan pada batas tertentu diikuti rileks kemudian kembali
diregangkan.
b. Peregangan Dinamis (Calisthenics)
Calisthenics segera dilakukan setelah latihan peregangan, calisthenics adalah
gerakan aktif karena mencakup konstraksi otot-otot. Dengan demikian,
gerakan ini akan menambah peningkatan suhu otot/ tubuh. Gerakan
calisthenics harus mencakup kelompok otot-otot besar terutama otot-otot
yang nanti dipergunakan pada waktu latihan atau kompetisi.
c. Aktivitas Formal
Fase terakhir dari pemanasan terdiri dari aktivitas yang mirip atau sama
dengan gerakan yang sesungguhnya/ditampilkan. Sebagai contoh pada
pemanasan untuk cabang Sofball, aktivitas formalnya berupa melempar,
menangkap, memukul bola, sliding, dan lain sebagainya. Tujuan gerakan ini
adalah; secara fisiologis agar suhu tubuh dan aliran darah otot tetap optimal,
dan mensiagakan koordinasi tangan dan kaki (hand-to-eye coordination) dan
mekanisme neuromuskular lainnya yang berhubungan dengan cabang
olahraga bersangkutan. Sandra (1992) mengemukakan, manfaat dari
pemanasan antara lain adalah: 1) Aktivitas enzim dalam reaksi-reaksi
metabolisme sehubungan dengan sintesis penyiapan energi. 2) Meningkatkan
penyebaran oksigen ke otot-otot dengan jalan meningkatkan aliran/tekanan
darah dan meningkatkan kemampuan hemoglobin. 3) Membuka
kemungkinan kontraksi yang lebih cepat. 4) Meningkatkan koordinasi. 5)
Meningkatkan motivasi dan konsentrasi
2. Pelemasan (Coollingdown)
Setelah melakukan latihan, perlu melakukan pelemasan pada pemulihan otot,
dan sebaiknya dilakukan segera setelah latihan. dianjurkan agar aktivitas
pelemasan dilakukan sepertinya pemanasan hanya dalam bentuk kebalikannya.
C. Prinsip-prinsip Dasar Latihan Fisik
Seseorang yang akan meningkatkan kemampuan kondisi fisik, apalagi pelatih cabang
olahraga dalam merencanakan program latihan kondisi fisik harus mengetahui faktor
fisik yang memengaruhi perkembangan kondisi fisik dan prestasi atlet sebagai
individu dan efek terhadap latihan yang diberikan. Agar program latihan kondisi fisik
berjalan efektif, maka secara individu, atlet dan pelatih harus memperhatikan
prinsip-prinsip latihan yang dapat digunakan sebagai tuntunan. Ada beberapa prinsip
dasar program latihan yang perlu diperhatikan.
1. Prinsip Beban Berlebih (The Overload Principles)
Prinsip pembebanan berlebih adalah penerapan pembebanan latihan yang
semakin hari semakin meningkat, dengan kata lain pembebanan diberikan
melebihi yang dapat dilakukan saat itu. Untuk mendapatkan efek latihan yang
baik, maka organ tubuh harus diberi beban melebihi beban yang biasanya
diterima dalam aktivitas sehari-hari. Beban yang diterima bersifat individual,
tetapi pada prinsipnya diberi beban mendekati submaksimal hingga beban
submaksimalnya. Prinsip beban berlebih dapat meningkatkan penampilan secara
umum (Brooks dan Fahey, 1984; Fox, 1988).
2. Prinsip Beban Bertambah (Principle of Progressive Resistance)
Suatu prinsip peningkatan beban secara bertahap yang dilaksanakan di dalam
suatu program latihan. Peningkatan dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
beban, set, repetisi, frekuensi maupun lama latihan (Fox, 1988; Bowers, 1992).
Dalam meningkatkan beban Hakkinen (1993) mengemukakan, bahwa
peningkatan beban yang tidak sesuai atau sangat tinggi dapat menurunkan
pengaktifan sistem syaraf.
3. Prinsip Latihan Berurutan (The Principle of Arrangement of Exercise)
Latihan hendaknya dimulai dari kelompok otot yang besar kemudian baru pada
otot yang lebih kecil. Bawers (1992) mengemukakan bahwa hal tersebut
berdasarkan alasan:
a. otot kecil lebih cepat lelah
b. otot besar lebih mudah pelaksanaannya. Jangan melakukan latihan secara
berurutan pada kelompok otot yang sama, berilah jarak waktu yang cukup untuk
periode pemulihan (recovery).
4. Prinsip Kekhususan (The Principle of Spesificity)
Hukum kekhususan adalah bahwa beban latihan yang alami menentukan efek
latihan. Latihan harus secara khusus untuk efek yang diinginkan. Metode latihan
yang diterapkan harus sesuai dengan kebutuhan latihan. Beban latihan menjadi
spesifik ketika itu memiliki rasio latihan (beban terhadap latihan) dan struktur
pembebanan (intensitas terhadap beban latihan) yang tepat. Intensitas latihan
adalah kualitas atau kesulitan beban latihan. Mengukur intensitas tergantung
pada atribut khusus yang dikembangkan atau diteskan. Kecepatan berlari diukur
dalam meter per detik (m/dtk) atau langkah per detik (m/sec).
5. Prinsip Individual (the Principle of Individuality)
Faktor individu harus diperhatikan, karena mereka pada dasarnya mempunyai
karakteristik yang berbeda baik secara fisik maupun psikologis (Bompa, 1990).
Setiap individu adalah pribadi yang unik, meskipun setiap individu merespons
latihan yang sama tetapi akan mendapatkan hasil yang berbeda. Penyebab
perbedaan ini antara lain adalah: a. Pengalaman masa lalu. b. Kemampuan
individu yang berbeda. c. Komitmen individu yang berbeda. d. Bahkan perilaku
keluarga dan pelatih akan menjadi penyebab individu menjawab latihan yang
sama dengan hasil yang berbeda. Faktor-faktor perbedaan individu itu
mencakup: a. Bakat: kemampuan fisik dan mental setiap individu diwarisi dari
kedua orangtuanya. b. Kematangan: tubuh yang muda masih bertumbuh dan
berkembang, artinya pada mereka yang muda energi yang ada untuk latihan
jumlahnya tidak sebanyak jumlah energi yang ada pada mereka yang usia
pertumbuhan dan perkembangannya sudah selesai. c. Nutrisi: adalah vital dan
penting bagi atlet olahraga prestasi untuk mendapatkan makanan yang seimbang
dengan kegiatan latihannya. Kalau nutrisi yang masuk tidak seimbang dengan
kegiatan latihannya, hasil latihannya juga tidak akan efektif. d. Istirahat dan
pemulihan: kalau kita melakukan program fisik yang panjang (berlangsung lama)
atau acara pertandingan yang terpusat dan ketat, atlet membutuhkan istirahat
dan tidur yang lebih lama dari yang biasanya. Mereka juga membutuhkn waktu
yang lebih panjang untuk pemulihan, bahkan perlu diingat mungkin saja atlet A
membutuhkan waktu pemulihan yang lebih panjang daripada atlet B. e. Tingkat
kondisi fisik: setiap atlet akan datang ke tempat pelatihan dengan membawa
tingkat kondisi fisik yang berbeda. f. Sakit dan kecederaan: kedua hal ini akan
memengaruhi kesiapan atlet dalam melaksanakan dan menjawab latihan yang
diberikan. Kalau salah satu atau kedua hal ini terjadi, sebaiknya diatasi sesegera
mungkin.
6. Prinsip Pulih Asal (Recovery)
Pemulihan mengembalikan kondisi tubuh pada keadaan sebelum aktivitas,
bertujuan; pemulihan cadangan energi, membuang asam laktat dari darah dan
otot, dan pemulihan cadangan oksigen (Soekarman, 1991). Pemulihan
merupakan adaptasi tubuh setelah berlatih selama periode latihan tertentu.
Sesudah berlatih selama suatu periode latihan tertentu, bagian tubuh yang aktif,
seperti otot, tendon dan ligamen membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri
terhadap tekanan latihan. Tubuh akan melakukan penyesuaian secara perlahan
dan bertahap. Jadi jika ada seseorang setelah latihan fisik atau pelatih yang
berusaha mempercepat proses penyesuaian ini sebenarnya dia membawa
atletnya ke kemungkinan terjadinya cedera atau sakit. Pelaku olahraga seperti
atlet dan pelatih seharusnya memulai proses penyesuaian pada atletnya dengan
memberikan beban latihan sesuai dengan batas-batas kemampuan kondisi fisik.
Peningkatan beban latihan disesuaikan dengan perkembangan kondisi fisik yang
terjadi. Penyesuaian tubuh yang terjadi terlihat pada: a. Membaiknya fungsi-
fungsi peredaran darah, pernapasan dan jantung. b. Kekuatan otot dan daya
tahan kekuatan otot yang lebih baik. c. Tulang-tulang, tendon dan ligamen yang
lebih kuat. d. Beban latihan yang bertambah.
Dari berapa contoh yang dikemukakan di atas dapat dikemukakan, bila latihan
interval yang dilakukan dengan sistem energi predominannya anaerobik (ATP-
PC), tetapi tidak terjadi peningkatan atau akumulasi asam laktat, dan juga latihan
yang bersifat aerobik (O2), maka istirahatnya bersifat istirahat pasif (rest-relief).
Kemudian latihan interval yang bersifat anaerobik asam laktat (ATP-PC-LA) dan
antara anaerobik dengan aerobik (LA-02), maka istirahatnya bersifat aktif (work-
relief). Melalui istirahat aktif, maka penumpukan asam laktat yang terjadi akan
normal kembali.

Jurnal Pembading

1. Tes Kekuatan Otot Tulang


Hasil pengukuran dari pelaksanaan tes push-up berdasarkan norma tes yang
telah di analisis seperti tabel dibawah ini:
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tes Push Up
Interval Frekuensi Frekuensi Kategori
a r
≥28 4 4 Baik sekali
27-24 31 31 baik
23-30 39 39 sedang
19-16 25 25 kurang
≥25 1 1 Kurang sekali

100 100.00

Berdasarkan pada tabel di atas dari 100 orang sampe terdapat 4 orang (4,00%)
berada pada kategori baik sekali, 31orang (31,00%) beradapada kategori baik,
39orang (39,0%) berada pada kategori sedang, 25orang (25,00%) berada pada
kategori kurangdan 1 orang (1,00%) berada pada kategori kurang sekali .

2. Tes Kekuatan Otot Perut


Berdasarkan pada tabel di atas dari 100 orang sampelterdapat 4 orang (4,00%)
berada pada kategori baik sekali, 31orang (31,00%) berada pada kategori baik,
39orang (39,0%) berada pada kategori sedang, 25orang (25,00%) berada pada
kategori kurangdan 1 orang (1,00%)berada pada kategori kurang sekali.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tes Sit Up
Interval Frekuensi Frekuensi Kategori
a r
≥29 2 2 Baik Sekali
28-26 23 23 Baik
25-23 27 27 Sedang
22-29 42 42 Kurang
≥18 6 6 Kurang Sekali
100 100.00

Berdasarkan pada tabel di atas dari 100 orang sampe terdapat 2 orang (2,00%)
berada pada kategori baik sekali, 23orang (23,00%) berada padakategori baik,
27orang (27,0%) berada pada kategori sedang, 42orang (42,00%) berada pada
kategori kurangdan 6 orang (6,00%) berada pada kategori kurang sekali.
3. Tes Daya Letak Otot Tungkai
Hasil pengukuran dari pelaksanaan tes standing broad jump
berdasarkan norma tes yang telah di analisis seperti tabel dibawah ini:

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tes Standing Broad Jump

Interval Frekuensi Frekuensi Kategori


a r
≥234 4 4.00 Baik Sekali
233-219 26 26.00 Baik
218-205 35 35.00 Sedang
204-189 32 32.00 Kurang
≥188 3 3.00 Kurang Sekali
100 100.00

Berdasarkan pada table diatas dari 100 orang sampe terdapat 4 orang (4.00%)
berada pada kategori baik sekali, 26orang (26.00%) berada pada kategori baik,
35 orang (35.00%) berada pada kategori sedang, 32 orang (32.00%) berada pada
kategori kurang dan 3 orang (3.00%) berada pada kategori kurang sekali.

4. Tes Kelincahan
Hasil pengukuran dari pelaksanaan tes arrowhead agility berdasarkan norma tes
yang telah di analisis seperti tabel dibawah ini:
Tabel 4. Distribusi Tes Arrowhead Agility
Interval Frekuensi Frekuensi Kategori
a r
≥8.04 1 1.00 Baik Sekali
8.05-8.37 21 21.00 Baik
8.38-8.71 59 59.00 Sedang
7.72-9.04 13 13.00 Kurang
≥9.05 6 6.00 Kurang sekali
100 100.00

Berdasarkan pada tabel di atas dari 100 orang sampe terdapat 1 orang (1,00%)
berada pada kategori baik sekali, 21orang (21,00%) berada pada kategori baik,
59orang (59,0%) berada pada kategori sedang, 13orang (13,00%) berada pada
kategori kurangdan 6 orang (6,00%) berada pada kategori kurang sekali.
5. Tes Kecepatan
Hasil pengukuran dari pelaksanaan tes lari 30 meter, berdasarkan norma tes yang
telah di analisis seperti tabel dibawah ini:
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Tes Lari 30 Meter
Interval Frekuensi Frekuensi Kategori

a r
≥4.20 6 6.00 Baik Sekali
4.21-4.43 23 23.00 Baik
4.44-4.67 42 42.00 Sedang
4.68-4.90 23 23.00 Kurang
≥4,91 6 6.00 Kurang Sekali
100 100.00

Berdasarkan pada tabel di atas dari 100 orang sampe terdapat 6 orang (6,00%)
berada pada kategori baik sekali, 23orang (23,00%) berada padakategori baik,
42orang (42,0%) berada pada kategori sedang, 23orang (23,00%) berada pada
kategori kurangdan 6 orang (6,00%) berada pada kategori kurang sekali.
6. Tes Daya Tahan
Hasil pengukuran dari pelaksanaan tes lari 100 meter, berdasarkan norma tes
yang telah di analisis seperti tabel dibawah ini:
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tes Daya Tahan
Interval Frekuensi Frekuensi Kategori
a r
≥4.52 15 15.00 Baik Sekali
4.53-4.92 14 14.00 Baik
4.93-5.33 53 53.00 Sedang
5.74-5.73 26 26.00 Kurang
≥5.74 2 2.00 Kurang Sekali
100 100.00

Berdasarkan pada tabel di atas dari 100 orang sampe terdapat 15 orang (15,00%)
berada pada kategori baik sekali, 4orang (4,00%) berada pada kategori baik,
53orang (53,0%) berada pada kategori sedang, 26orang (26,00%) berada pada
kategori kurangdan 2 orang (2,00%) berada pada kategori kurang sekali.

B. Kelebihan & kekurangan


Kelebihan
1. Kedua jurnal sangat lengkap dalam mencantumkan materi, sehingga jurnal ini sangat
baik untuk dibaca dan dipahami.
2. Penggunaan Bahasa juga sangat baik
Kekurangan
1. Identitas pada jurnal tidak terlalu lengkap dicantumkan, sehingga mempersulit
penulis dan pembaca dalam mengkritik jurnal seperti ini.
2. Didalam Journal ini terlalu banyak menggunakan kosa kata asing.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
(1) Kondisi fisik dari aspek kekuatan otot lengan pemain Sekolah Sepakbola Kota Padang
berada pada kategori sedang, (2) Kondisi fisik dariaspek kekuatan otot perut
pemain Sekolah Sepakbola Kota Padang berada pada kategori kurang, (3) Kondisi fisik
dari aspek daya ledak otot tungkai pemain Sekolah Sepakbola Kota Padang berada
pada kategori sedang, (4) Kondisi fisik dari aspek kelincahan pemain
SekolahSepakbola Kota Padang berada pada kategori sedang, (5) Kondisi fisik dari
aspek kecepatan pemain Sekolah Sepakbola Kota Padang berada pada kategori
sedang, (6) Kondisi fisik dari aspek dayatahan pemain Sekolah Sepakbola Kota Padang
berada pada kategori sedang.
B. Saran
Saran dari saya, segera dievaluasi kesalahan yang ada pada jurnal ini supaya tidak
banyak kritikan yang masuk. Seperti halnya pada identitas pada jurnal untuk kedepannya
da baiknya identitas jurnak itu dicantumkan selengkap mungkin.

DAFTAR PUSAKA

Arwandi, J., & Ardianda, E. (2018). Latihan Zig- Zag Run Dan Latihan Shuttle Run
Berpengaruh Terhadap Kemampuan Dribbling Sepakbola. Performa 3
(01), 32-32.
Ahlborg B, Bergstrom J, Ekelund L, et al. 1972. Muscle Metabolism During Isometrik Exercise
Peformed at Constant Force. J Appl Physiol 33.

Anda mungkin juga menyukai