OLEH
Mengetahui, Mengetahui,
Clinical Instructor Clinical Educator
Bustaman Wahab, S.Ft., Physio., M.Kes Yery Mustari, S.Ft., Physio., M.ClinRehab.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat dan Anugerah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan kasus ini sebagai pembuka pintu menyelesaikan studi, yang berjudul
“Laporan Studi Kasus Profesi manajemen fisioterapi gerak dan aktivitas
fungsional berupa nyeri, muscle weakness, limitasi ROM, ADL serta rekreasi
pada knee joint dextra e.c post op acl ₁ minggu yang lalu”. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih banyak kekurangan dan
keterbatasan, namun berkat do’a, bimbingan, arahan dan motivasi dari berbagai
pihak, kami mampu menyelesaikan satu tahapan penyelesaian studi. Harapan
kami semoga laporan kasus yang diajukan ini dapat diterima dan diberi kritikan
serta masukan yang dapat semakin memperbaiki laporan kasus ini.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB I ANATOMI & FISIOLOGI.........................................................................15
A. Anatomi dan Fisiologi Knee Joint..........................................................15
BAB II PATOFISIOLOGI.....................................................................................22
A. Definisi Ruptur ACL...............................................................................22
B. Epidemiologi...........................................................................................26
C. Etiologi....................................................................................................28
D. Healing Process Ligament......................................................................30
E. Klasifikasi Cedera Ligament...................................................................32
F. Manifestasi Klinik...................................................................................32
G. Klasifikasi Meniscus Tear.......................................................................33
H. Patomekanisme Meniscus Tear...............................................................34
I. Diagnosis Banding..................................................................................34
J. Penatalaksanaan Fisioterapi....................................................................35
BAB III MANAJEMEN FISIOTERAPI...............................................................40
A. Identitas Pasien.......................................................................................40
B. Assessment CHARTS..............................................................................40
C. Diagnosis Fisioterapi...............................................................................42
D. Problem Fisioterapi.................................................................................43
E. Tujuan Fisioterapi...................................................................................43
F. Program Fisioterapi.................................................................................43
G. Evaluasi...................................................................................................44
H. Home Program........................................................................................44
I. Modifikasi Fisioterapi.............................................................................45
J. Kemitraan................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................46
DAFTAR GAMBAR
a. Otot-otot fleksor
Otot penggerak flexor knee yaitu grup otot hamstring yaitu bicep
femoris, semitendinosus, semimembranosus otot-otot lain yang
juga berkontribusi ketika gerakan fleksi lutut yaitu gastrocnemius,
plantaris, popliteus, gracillis, dan sartorius (Hassebrock et al.,
2020).
M. Hamstring merupakan otot penggerak utama dari fleksi lutut
yang memiliki 3 otot yakni m. biceps femoris pada bagian lateral,
serta m. Semi membranosus pada bagian tengah, dan m.
Semitendinosus pada bagian medial. Lingkup gerak sendi saat aktif
fleksi adalah 140º dan 120º jika hip dalam keadaan ekstensi. Saat
pasif fleksi dapat mencapai 160º dimana tumit dapat menyentuh
bokong.
b. Otot-otot ekstensor
Otot penggerak extensor knee antara lain adalah grup m.
Quadriceps (musculus rectus femoris, musculus vastus lateralis,
musculus Vastus medialis, musculus vastus intermedius). Keempat
otot quadriceps bersatu membentuk tendon dan melekat pada
tulang tibia (tuberositas tibialis) melalui ligamen patella. Fungsi m.
Vastus medialis pada sendi lutut disamping berperan sebagai
ekstensor sendi juga berperan dalam menjaga stabilisasi posisi
patella bersama–sama dengan ligament (Ahmed Ali & Babiker
Abdelwahab, 2019)
Sumber: Netter&Kubey,2011
20
BAB II
PATOFISIOLOGI
C. Etiologi
F. Manifestasi Klinik
Pasien dengan cedera ligamen lutut terkadang akan mendengar bunyi,
“pop” saat lututnya terhentak. Lutut membengkak dan terasa sakit terutama
jika melakukan banyak gerakan. Lutut terasa lebih lunak segera setelah
mengalami cedera. Manifestasi klinis dapat bervariasi bergantung robeknya
ligamen secara komplit atau hanya sebagian. Robekan komplit kadang tidak
memberikan rasa nyeri sama sekali sementara pada robekan sebagian akan
memberikan rasa nyeri yang luar biasa. Pembengkakan juga akan memburuk
pada robekan sebagian karena pendarahan tertahan didalam kapsul sendi
sementara pada
32
G. Diagnosis Banding
1. Patellofemoral Dysfunction. Nyeri lutut depan, atau biasa disebut
patellofemoral pain yang berhubungan dengan tidak berfungsinya sendi
patellofemoral. Nyeri di patellofemoral bisa mendeskripsikan banyak
kondisi yang berhubugan denga disfungsi patellofemoral, ternasuk
patella malalignment syndrome, chondromalacia patellae, dan subluksasi
atu dislokasi patella. Nyeri di daerah patellofemoral dapat disebabkan
karena trauma atau mungkin disebabkan karena overuse. Setelah operasi
di hip,
33
H. Penatalaksanaan Fisioterapi
Penyembuhan ACL pasca operasi memiliki 6 fase penyembuhan
menurut Massachusetts General Hospital Sports Medicine (James et al., 2012)
a. Fase 1: IMMEDIATE POST-OP (0-2 weeks after surgery)
Dengan tujuan melindungi rekonstruksi ACL, mengurangi
pembengkakan dan peradangan karena inflamasi, mengembalikan dan
mempertahankan gerakan full ekstensi, mengembalikan gerakan fleksi
knee secara bertahap, mengaktifkan kembali kerja otot quadriceps,
melakukan ambulasi secara mandiri, dan fisioterapis memberikan
edukasi pda pasien terkait perlindungan pada daerah sekitar pemasangan
graft agar tetap terfiksasi Latihan yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut: ankle pumping, pasif knee ekstensi 0 derajat, Straigh leg raises
(SLR), quadriceps sets, close kinematic chain exercise, stretching
hamstring.
b. Fase II. MAKSIMAL- FASE PROTEKSI ( MINGGU 2-8)
Tujuannya untuk kontrol penuh dari pengaruh luar dan melindungi graf
(Keseimbangan dan pola jalan normal), memelihara artikular di tulang
rawan, mengurangi pembengkakan, mencegah atrofi pada paha depan.
Latihan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: Pasif ROM exercise
0-100 derajat, mobilisasi patella, bicycle static, isometric quadriceps sets,
34
35
BAB III
MANAJEMEN FISIOTERAPI
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Usia : 21 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Hobi : Bermain basket
Tanggal fisioterapi : 09 September 2021
B. Assessment CHARTS
1. Chief of Complain
Nyeri dan kekakuan pada daerah lutut sebelah kanan pasca rekonstruksi
ACL
2. History Taking
Trauma terjadi kurang lebih 2 bulan bulan 4 minggu yang lalu akibat
kecelakaan atau terjatuh dari motor pada tanggal 13 Juli 2021 dengan kaki
kanannya sebagai penumpu berat badan. Sesaat setelah kejadian pasien
langsung ke dokter, namun karena antrian untuk penanganan operasi di
rumah sakit tersebut panjang akibatnya pasien mendapatkan penanganan
operasi pada tanggal 02 Agustus 2021 dengan hasil rontgen total rupture
ACL dextra dan partial tear LCL grade 2 sisi dextra. Post operasi pasien
telah melakukan empat kali fisioterapi di salah satu rumah sakit akan tetapi
pasien merasakan tidak ada perubahan signifikan yang terjadi dan nyeri
makin bertambah. Pasien merasa nyaman saat dalam posisi terlentang dan
kaki diluruskan. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain dan keluhan
lain.
3. Assymetic
a. Inspeksi Statis
Tampak Anterior: tampak oedem dan luka bekas insisi knee dextra,
otot paha dextra tampak lebih kecil (indikasi atrofi) dibanding otot
paha sisi
40
sinistra, patella tampak asimetris (sisi dextra lebih tinggi dibanding sisi
sinistra)
b. Tampak lateral : knee sisi dextra tampak sedikit semifleksi dibanding
knee sisi sinistra
c. Inspeksi Dinamis : Pola jalan pasien abnormal, pasien datang dengan
berjalan menggunakan tongkat dikedua sisi.
d. Palpasi :
Suhu : hangat (sisi dextra)
Kontur kulit : adhesive pada bekas insisi bagian knee dextra
Oedem : terdapat oedem pada knee dextra
Tenderness : tidak Ada
e. PFGD
Fleksi Knee Dextra:
Aktif : Tidak full ROM, ada nyeri
Pasif : Tidak full ROM, ada nyeri, soft end feel.
TIMT : Tidak full ROM, ada nyeri, tidak mampu melawan
tahanan.
Ekstensi Knee Dextra:
Aktif : tidak full ROM, ada nyeri
Pasif : full ROM, ada nyeri, hard end feel
TIMT : full ROM, tidak ada nyeri, tidak mampu melawan
tahanan.
4. Restrictive
ROM : limitasi ROM fleksi-ekstensi knee dextra.
Pekerjaan : terbatas sebagai mahasiswa
ADL : mengalami limitasi pada aktifitas praying, walking, dan
toileting
Rekreasi : limitasi rekreasi untuk melakukan hobi bermain basket
5. Tissue Impairment
Musculotendinogen: weakness pada m. Quadriceps femoris, m.
abductor, m. Adductor, m. Hamstring, m. Gastrocnemius, m. Tibialis
41
D. Problem Fisioterapi
Primer : nyeri dan keterbatasan ROM knee dextra
Sekunder : weakness, atrofi otot, dan stiffness joint
Kompleks : keterbatasan ADL (praying, walking, toileting)
E. Tujuan Fisioterapi
Jangka pendek : meningkatkan ROM, mengatasi nyeri & oedem,
meningkatkan kekuatan otot, stiffness joint
Jangka Panjang : mengembalikan fungsional ADL (walking, praying,
toileting), mencegah re-injury.
F. Program Fisioterapi
No. Problem Modalitas Dosis
F: Setiap hari
I: 2x/hari
Ice Compress T: Ice compres (medial-
lateral, anterior-posterior)
T: 10 menit
F: Setiap hari
I: 8 hit, 3x rep
Exercise Therapy
T: Ankle Pumping
T: 2 menit
1. Nyeri dan Oedem
F: Setiap hari
I: 10-15 menit
Exercise Therapy
T: Elevasi
T: 2 jam sekali
F: Setiap hari
I: 2 set, 8 rep, 2 hit
Exercise Therapy T: Static contraction
(isometric exc)
T: 3 menit
F: Setiap hari
I: 2 set, 10 rep
2. Adhesive Patella Manual Therapy
T: mobilisasi patella
T: 3 menit
F : Setiap hari
I : 18mA
Elektroterapi T : Muscle Strength
(Co.Planar)
Weakness m. qua
3. T : 30 menit
dricep
F: Setiap hari
I: 2 set, 8 rep, 8 hit
Exercise Therapy
T: Static contraction
(isometric exc)
43
T: 3 menit
F: Setiap Hari
I: 3 set, 3x rep, 8 hit
4. Limitasi ROM Exercise Therapy
T: heel slide exercise
T: 3 menit
G. Evaluasi
No. Problem Parameter Sebelum Setelah Ket.
Nyeri diam : 0 Nyeri diam : 0 Ada
1. Nyeri VAS Nyeri gerak : 0 Nyeri gerak : 0 penurunan
Nyeri tekan : 4 Nyeri tekan : 3 nyeri
Kekuatan Belum ada
2. MMT 2 2
otot perubahan
Terjadi
3. ROM Goniometer S: 8◦.0◦.60◦ S: 6◦.0◦.60◦ peningkatan
ROM
H. Home Program
1. Heel slide: pasien diedukasi untuk melakukan heel slide di rumah sesering
mungkin yang bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan ROM pasien.
2. Quadriceps Sets: pasien diedukasi untuk melakukan isometric kontraksi di
rumah sesering mungkin yang bertujuan untuk meningkatkan nilai otot
yang mengalami kelemahan (m. quadriceps).
I. Modifikasi Fisioterapi
Tenaga fisioterapis melakukan modifikasi pada program intervensi dan
latihan yang diberikan apabila tidak ada peningkatan kondisi yang lebih baik.
J. Kemitraan
Dalam kasus ini pengembangan kemitraan dilakukan dengan dokter spesialis
orthopedic dan bagian radiologi dalam rangka memberikan pelayanan
sepenuhnya terhadap kondisi pasien dan untuk mengetahui perkembangan
patofisiologi pasien sesaat setelah pemberian exercise.
44
DAFTAR PUSTAKA