Anda di halaman 1dari 40

REFRAT/CLINICAL SCIENCE SESSION

*Prodi Profesi Dokter/ G1A216106/ Juni 2017

**Pembimbing/ dr. Humaryanto, Sp.OT, M.Kes

SRORT INJURY (RUPTURE LIGAMENT CRUCRIATE)

Helena Kartika Utami, S.Ked*, dr. Humaryanto, Sp.OT, M.Kes**

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER

BAGIAN BEDAH RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2017
LEMBAR PENGESAHAN

REFRAT

SRORT INJURY (RUPTURE LIGAMENT CRUCRIATE)

Oleh:

Helena Kartika Utami, S.Ked

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN ILMU BEDAH

RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2017

Jambi, Juni 2017


Pembimbing

dr. Humaryanto, Sp.OT, M.Kes


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan refrat yang berjudul “Sport Injury (Rupture Ligament Crucriate” sebagai
kelengkapan persyaratan dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Bagian
Ilmu Bedah RSUD Raden Mattaher Jambi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Humaryanto, Sp.OT,


M.Kes yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing
penulis selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Bedah RSUD
Raden Mattaher Jambi.

Penulis menyadari bahwa refrat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan guna
kesempurnaan laporan ini, sehingga dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Jambi, Juni 2017

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3

2.1 Anatomi ACL ................................................................................. 3

2.2 Cedera ACL .................................................................................... 11

2.2.1 Definisi cedera ACL .................................................................... 11

2.2.2 Epidemiologi cedera ACL ........................................................... 12

2.2.3 Etiologi cedera ACL ................................................................... 12

2.2.4 Gejala Klinis cedera ACL ........................................................... 13

2.2.5 Klasifikasi cedera ACL ............................................................... 14

2.2.6 Patofisiologi cedera ACL ........................................................... 14

2.2.7 Diagnosis cedera ACL ................................................................. 15

2.2.8 Penatalaksanaan cedera ACL ...................................................... 19

2.2.9 Komplikasi cedera ACL .............................................................. 23

2.3 Cedera PCL .................................................................................... 24

2.3.1 Definisi cedera PCL..................................................................... 24

2.3.2 Etiologi cedera PCL..................................................................... 25

2.3.3 Manifestasi klinis cedera PCL ..................................................... 26

2.3.4 Klasifikasi cedera PCL................................................................ 27

2.3.5 Patofisiologi cedera PCL ............................................................. 27


2.3.6 Penatalaksanaan cedera PCL....................................................... 28

2.3.7 Komplikasi cedera PCL .............................................................. 32

BAB III KESIMPULAN .................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 49


1

BAB I
PENDAHULUAN

Cedera pada saat melakukan olah raga memang kerap terjadi ketika
seseorang tidak melakukan tahapan olah raga yang benar. Paling sering terjadi
juga lantaran tidak menggunakan peralatan keamanan yang lengkap atau setting
peralatan olah raga yang tidak benar. Cedera olah raga yang kerapkali terjadi
adalah pada anterior cruciate ligament (ACL). ACL adalah ligament yang paling
sering mengalami cedera pada lutut. Penyebab utamanya terjadinya ACL
adalah aktifitas olah raga berat. Olah raga yang sering menyebabkan cedera
adalah olah raga dengan gerakan tumpuan kaki dan badan berubah arah dengan
cepat, misalnya pada pemain sepak bola atau basket. 2
Terdapat 3 tulang utama untuk membentuk pergerakan lutut yang baik
yakni femur, tibia dan patella. Tidak hanya itu, kestabilan sendi lutut ditentukan
oleh ligamen-ligamen seperti medial collateral, lateral collateral, anterior cruciate
dan posterior cruciate. Cedera yang paling sering terjadi pada Sports Injury yakni
cedera ACL (Anterior Cruciate Ligament), terutama pada olah raga high-
impact, seperti sepak bola, futsal, tenis, badminton, bola basket dan olah
raga bela diri. 1,2
Posterior Cruciate Ligament (PCL) merupakan ligamen yang saling
bersilangan dengan Anterior Cruciate Ligament (ACL) yang menghubungkan dan
memberikan ikatan antara tulang femur dengan tulang tibia. Sama seperti Anterior
Cruciate Ligament (ACL), Posterior Cruciate Ligament (PCL) juga
memungkinkan mengalami cedera
Insidensi cedera ACL berdasarkan AFL injury report: musim 2006
adalah 0.9 cedera baru / tim / musim dan cedera ini menyebabkan para
pemain sepak bola melewatkan 15.3 permainan / tim / musim. Setiap tahun di
amerika serikat terjadi 250.000 cedera ACL, atau sekitar 1 dari 3000
populasi. Sekitar sepertiga dari pasien yang mengalami cedera ACL
memerlukan pembedahan, dengan biaya 17.000 dollar amerika serikat per
rekonstruksi sehingga diperkirakan biaya per tahun sekitar 1,5 Milyar dollar
2

Amerika serikat. Dengan demikian biaya yang di keluarkan sangat besar


sekali.2
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI
Secara anatomis sendi lutut dibentuk oleh tibia bagian proximal, femur
bagian distal dan patella. Sendi lutut terdiri dari tiga bagian persendian; medial
dan lateral antara condyle femur dan tibia serta persendian intermediate antara
patela dan femur. Femur distal terdiri dari medial condyle dan lateral condyle,
femoral trochlear groove dan intercondylar notcth. Ligamen tersebut melewati
anterior, medial dan distal sendi dari femur ke tibia. Ligamen berputar
membentuk spiral sedikit luar (lateral), melewati bawah ligamentum transverse
meniscal di ujung tibialisnya. Beberapa fasikula mungkin menyatu dengan
perlekatan anterior dengan meniskus lateral. Ikatan tibialis lebih lebar dan lebih
kuat dari perlekatan femoralis.1

Gambar 2.1

Lutut adalah sendi yang paling rumit dan terbesar dalam tubuh. Lutut juga
yang paling rentan terjadi cedera karena menanggung beban berat dan beban
tekanan sambil memberikan gerakan yang fleksibel. Ketika berjalan lutut
mendukung 1,5 kali berat badan, naik tangga sekitar 3-4 kali berat badan, dan
jongkok sekitar 8 kali berat badan.
4

Sendi lutut merupakan bagian dari ekstremitas inferior yang


menghubungkan tungkai atas dengan tungkai bawah. Fungsi dari sendi lutut
adalah untuk mengatur pergerakan dari kaki. Dan untuk menggerakkan kaki ini
juga diperlukan antara lain :
 Otot-otot yang membantu menggerakkan sendi
 Kapsul sendi yang berfungsi untuk melindungi bagian tulang yang
bersendi agar tidak lepas saat bergerak
 Adanya permukaan tulang yang dengan bentuk tertentu mengatur
luasnya gerakan
 Adanya cairan dalam rongga sendi yang berfungsi untuk
mengurangi gesekan antara tulang pada permukaan sendi
 Ligamen-ligamen yang ada di sekitar sendi lutut yang merupakan
penghubung kedua buah tulang yang bersendi sehingga tulang
menjadi kuat untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh
Sendi lutut ini termasuk dalam jenis sendi engsel, yaitu pergerakan dua
condylus femoralis di atas condylus tibia. Gerakan yang dapat dilakukan oleh
sendi ini yaitu gerakan fleksi, ekstensi, dan sedikit rotasi. Jika terjadi gerakan
yang melebihi kapasitas sendi maka akan menimbulkan cedera antara lain
terjadinya robekan pada kapsul dan ligamentum di sekitar sendi.

LIGAMENTUM PADA SENDI LUTUT


A. LIGAMENTUM EXTRACAPSULAR
1. Ligamentum Patella
Melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian
bawah melekat pada tuberositas tibia. Ligamentum patella ini
sebenarnya merupakan lanjutan dari bagian pusat tendon bersama
M. Quadriceps femoris. Dipisahkan dari membran synovial sendi
oleh bantalan lemak intra patella dan dipisahkan dari tibia oleh
sebuah bursa yang kecil. Bursa infra patellaris superficialis
memisahkan ligamentum ini dari kulit.
2. Ligamentum Collateral Fibula
5

Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas


pada condylus lateralis dan dibagian bawah melekat pada
capitulum fibula. Ligamentum ini dipisahkan dari capsul sendi
melalui jaringan lemak dan tendon M. Popliteus. Dan juga
dipisahkan dari meniscus lateralis melalui bursa M. Popliteus.
3. Ligamentum Collateral Tibia
Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar
dan melekat di bagian atas pada condylus medialis femoris dan
pada bagian bawah melekat pada margo infraglenoidalis tibia.
Ligamentum ini menembus dinding kapsul sendi dan sebagian
melekat pada meniscus medialis. Di bagian bawah pada margo
infraglenoidalis, ligamentum ini menutupi tendon M.
Semimembranosus dan A. Inferior medialis genu .
4. Ligamentum Obliquus Popliteus
Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian
posterior dari sendi lutut, letaknya membentang secara oblique ke
medial dan bawah. Sebagian dari ligamentum ini berjalan menurun
pada dinding capsul dan fascia M. Popliteus dan sebagian lagi
membelok ke atas menutupi tendon M. Semimembranosus.
5. Ligamentum Transversum Genu
Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada
dua meniscus, kadang-kadang ligamentum ini tertinggal dalam
perkembangannya, sehingga sering tidak dijumpai pada sebagian
orang.

B. LIGAMENTUM INTRA CAPSULAR


Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang
sangat kuat, saling menyilang di dalam rongga sendi. Ligamentum ini
terdiri dari dua bagian yaitu posterior dan anterior sesuai dengan
perlekatannya pada tibia. Ligamentum ini penting karena merupakan
pengikat utama antara femur dan tibia.1
6

1. Ligamentum Cruciatum Anterior


Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior
tibiae dan berjalan ke arah atas, kebelakang dan lateral untuk
melekat pada bagian posterior permukaan medial condylus lateralis
femoris. Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan
akan menegang bila lutut diluruskan sempurna. Ligamentum
cruciatum anterior berfungsi untuk mencegah femur bergeser ke
posterior terhadap tibia. Bila sendi lutut berada dalam keadaan
fleksi ligamentum cruciatum anterior akan mencegah tibia tertarik
ke posterior.

Gambar 2.2

2. Ligamentum Cruciatum Posterior


Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area
intercondylaris posterior dan berjalan kearah atas, depan dan
medial, untuk dilekatkan pada bagian anterior permukaan lateral
condylus medialis femoris. Serat-serat anterior akan mengendur
bila lutut sedang ekstensi, namun akan menjadi tegang bila sendi
lutut dalam keadaan fleksi. Serat-serat posterior akan menjadi
tegang dalam keadaan ekstensi. Ligamentum cruciatum posterior
berfungsi untuk mencegah femur ke anterior terhadap tibia. Bila
7

sendi lutut dalam keadaan fleksi, ligamentum cruciatum posterior


akan mencegah tibia tertarik ke posterior.

Gambar 2.3

Cartilago Semilunaris (Meniscus)


Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C, yang
pada potongan melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan cembung,
melekat pada bursa. Batas dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas.
Permukaan atasnya cekung dan berhubungan langsung dengan condylus femoris.
Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus tibialis
untuk menerima condylus femoris yang cekung.1
1. Cartilago Semilunaris Medialis
Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh
lebih lebar daripada bagian depannya. Cornu anterior melekat pada
area intercondylaris anterior tibia dan berhubungan dengan
cartilago semilunaris lateralis melalui beberapa serat yang disebut
ligamentum transversum. Cornu posterior melekat pada area
intercondylaris posterior tibia. Batas bagian perifernya melekat
pada simpai dan ligamentum collaterale sendi. Dan karena
perlekatan inilah cartilago semilunaris relatif tetap.
2. Cartilago Semilunaris Lateralis
8

Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata.


Cornu anterior melekat pada area intercondylaris anterior, tepat di
depan eminentia intercondylaris. Cornu posterior melekat pada
area intercondylaris posterior, tepat di belakang eminentia
intercondylaris. Seberkas jaringan fibrosa biasanya keluar dari
cornu posterior dan mengikuti ligamentum cruciatum posterior ke
condylus medialis femoris. Batas perifer cartilago dipisahkan dari
ligamentum collaterale lateralis oleh tendon M. Popliteus, sebagian
kecil dari tendon melekat pada cartilago ini. Akibat susunan yang
demikian ini cartilago semilunaris lateralis kurang terfiksasi pada
tempatnya bila di bandingkan dengan cartilage semilunaris
medialis.

Capsula Articularis
Capsula articularis terletak pada permukaan posterior dari tendon M.
Quadriceps femoris dan di depan menutupi patella menuju permukan anterior dari
femur diatas tuberositas sendi. Kemudian capsula ini berlanjut sebagai loose
membran yang dipisahkan oleh jaringan lemak yang tebal dari ligamentum patella
dan dari bagian tengah dari retinacula patella menuju bagian atas tepi dari dua
meniscus dan ke bawah melekat pada ligamentum cruciatum anterior. Selanjutnya
capsula articularis ini menutupi kedua ligamentun cruciatum pada sendi lutut
sebagai suatu lembaran dan melintasi tepi posterior ligamentum cruciatum
posterior. Dari tepi medial dan lateral dari fascies articularis membentuk dua
tonjolan, lipatan synovial, plica alares yang terkumpul pada bagian bawah.
Kesemuanya hal ini membentuk suatu synovial villi.1
Plica synovialis patellaris, membentang pada bagian belakang yang
mengarah pada bidang sagital menuju cavum sendi dan melekat pada bagian
paling bawah dari tepi fossa intercondyloidea femoris. Plica ini merupakan lipatan
sagital yang lebar pada synovial membran.
Lipatan ini membagi cavum sendi menjadi dua bagian, berhubungan
dengan dua pasang condylus femoris dan tibia. Lipatan capsul sendi pada bagian
9

samping berjalan dekat pinggir tulang rawan. Sehingga regio epicondylus tetap
bebas. Kapsul sendi kemudian menutupi permukaan cartilago, dan bagian
permukaan anterior dari femur tidak ditutupi oleh cartilago. Pada tibia capsul
sendi ini melekat mengelilingi margo infraglenoidalis, sedikit bagian bawah dari
permukaan cartilago, selanjutnya berjalan kebawah tepi dari masing-masing
meniscus.

Bursa Anterior
1. Bursa Suprapatellaris
Terletak di bawah M. Quadriceps femoris dan berhubungan erat
dengan rongga sendi.
2. Bursa Prepatellaris
Terletak pada jaringan subkutan diantara kulit dan bagian depan
belahan bawah patella dan bagian atas ligamentum patella.
3. Bursa Infrapatellaris Superficialis
Terletak pada jaringan subkutan diantara kulit dan bagian depan
belahan bawah ligamentum patella.
4. Bursa Infapatellaris Profunda
Terletak di antara permukaan posterior dari ligamentum patella dan
permukaan anterior tibia. Bursa ini terpisah dari cavum sendi melalui
jaringan lemak dan hubungan antara keduanya ini jarang terjadi.
Bursa Posterior
1. Recessus Subpopliteus
Ditemukan sehubungan dengan tendon M. Popliteus dan
berhubungan dengan rongga sendi.
2. Bursa M. Semimembranosus
Ditemukan sehubungan dengan insertio M. Semimembranosus dan
sering berhubungan dengan rongga sendi.
3. Empat bursa lainnya ditemukan sehubungan dengan:
a. Tendon insertio M. biceps femoris.
10

b. Tendon M. Sartorius, M. Gracilis, dan M. Semitendinosus sewaktu


berjalan ke insertionya pada tibia.
c. Di bawah caput lateral origo M. Gastrocnemius.
d. Di bawah caput medial origo M. Gastrocnemius.

PERSARAFAN SENDI LUTUT


Persarafan pada sendi lutut adalah melalui cabang-cabang dari nervus yang
yang mensarafi otot-otot di sekitar sendi dan befungsi untuk mengatur pergerakan
pada sendi lutut.3 Sehingga sendi lutut dipersarafi oleh :
1. N. Femoralis
2. N. Obturatorius
3. N. Peroneus communis
4. N. Tibialis

VASKULARISASI
Suplai darah pada sendi lutut berasal dari anastomose pembuluh darah
disekitar sendi ini. Dimana sendi lutut menerima darah dari descending genicular
arteri femoralis, cabang-cabang genicular arteri popliteal dan cabang descending
arteri circumflexa femoralis dan cabang ascending arteri tibialis anterior.
Aliran vena pada sendi lutut mengikuti perjalanan arteri untuk kemudian
akan memasuki vena femoralis.3

SISTEM LIMFATIK
System limfe pada sendi lutut terutama terdapat pada perbatasan fascia
subcutaneous. Kemudian selanjutnya akan bergabung dengan lymph node sub
inguinal superficialis.
Sebagian lagi aliran lymph ini akan memasuki lymph node popliteal,
dimana aliran lymph berjalan sepanjang vena femoralis menuju deep inguinal
lymph node.3
11

FISIOLOGI
Dari ligamen lutut, cruciatum adalah yang paling penting dalam
melakukan pengekangan pasif untuk anterior / posterior gerakan lutut. Jika salah
satu atau kedua cruciatum terganggu, biomekanik selama kegiatan jalan mungkin
terganggu.
Fungsi utama dari ACL adalah untuk mencegah translasi anterior dari
tibia, dalam ekstensi penuh, ACL menyerap 75% muatan anterior dan 85% antara
30o dan 90° fleksi. Selain itu, fungsi lain ACL termasuk melawan rotasi internal
tibia dan varus / valgus angulasi dari tibia dengan adanya cedera ligamen
kolateral. Hilangnya ACL menyebabkan penurunan magnitude pada coupled
rotasi selama fleksi, dan lutut yang tidak stabil. Kekuatan tarik ACL sekitar 2200
N tetapi berubah dengan usia dan beban berulang.2,3

Gambar 2.4

2.2 CEDERA ACL


2.2.1 DEFINISI CEDERA ACL
Cedera ACL (Anterior Cruciate Ligament) atau rupture ACL adalah
robekan di salah satu ligamen lutut yang menghubungkan tulang kaki atas dengan
tulang kaki bagian bawah. ACL berfungsi untuk menjaga kestabilan lutut.4,5
12

2.2.2 EPIDEMIOLOGI CEDERA ACL


Prevalensi kejadian cedera ligamentum cruciatum anterior (ACL) yang
lebih besar ditemukan pada wanita dibandingkan dengan laki-laki. Sekitar 50%
pasien dengan cedera ACL juga didapatkan ruptur pada meniscus. Pada cedera
ACL akut meniscus lateralis sering robek, sedangkan pada cedera ACL kronis
meniscus medial lebih sering robek. Pada penelitian prevalensi mengenai cedera
ACL pada populasi umum didapatkan bahwa 1 kasus dijumpai pada 3.500 orang
memperkirakan 95.000 ruptur ACL per tahun.
Sekitar 200.000 ACL terkait cedera terjadi setiap tahun di Amerika
Serikat dengan kejadian ruptur ACL sebanyak 95.000 kasus. Sekitar 100.000
ACL dilakukan rekonstruksi setiap tahun.4

2.2.3 ETIOLOGI CEDERA ACL


Diperkirakan bahwa 70% dari cedera ACL terjadi melalui mekanisme non
kontak sementara 30% adalah hasil dari kontak langsung. Mekanisme cedera
sering dikaitkan dengan perlambatan diikuti dengan pemotongan, berputar atau
“side stepping maneuver”, pendaratan canggung atau "out of control play” pada
atlet karena cedera ini sering terjadi pada banyak atlet.5,6
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa wanita memiliki insiden yang
lebih tinggi cedera ACL dari laki-laki adalah karena perbedaan kondisi fisik,
kekuatan otot, dan kontrol neuromuskular. Penyebab lain dari hipotesis ini adalah
perbedaan kelamin yang berkaitan dengan tingkat cedera ACL yang termasuk
keselarasan pelvis dan ekstremitas bawah (kaki), peningkatan kelemahan ligamen,
dan efek estrogen pada sifat ligamen. Jatuh dari tangga atau hilang satu langkah di
tangga adalah kemungkinan penyebab lainnya. Seperti bagian tubuh lain, ACL
menjadi lemah dengan usia. Jadi robekan terjadi lebih mudah pada orang tua dari
usia 40 tahunan.6,7
13

Gambar 2.5

2.2.4 GEJALA KLINIS CEDERA ACL


Pasien selalu merasa atau mendengar bunyi "pop" di lutut pada saat cedera
yang sering terjadi saat mengganti arah, pemotongan, atau pendaratan dari
melompat (biasanya kombinasi hiperekstensi / poros). Ketidakstabilan mendadak
di lutut (lutut terasa goyah.) Hal ini bisa terjadi setelah lompatan atau perubahan
arah atau setelah pukulan langsung ke sisi lutut. Nyeri di bagian luar dan belakang
lutut.5
Lutut bengkak dalam beberapa jam pertama dari cedera. Ini mungkin
merupakan tanda perdarahan dalam sendi. Pembengkakan yang terjadi tiba-tiba
biasanya merupakan tanda cedera lutut serius. Gerakan lutut terbatas karena
pembengkakan dan / atau rasa sakit.4
Kebanyakan cedera pada ACL dapat didiagnosis melalui anamnesis yang
cermat menekankan mekanisme kejadian cedera ditambah dengan pemeriksaan
fisik yang sesuai.4,5
14

Gambar 2.6

2.2.5 KLASIFIKASI CEDERA ACL


Tingkat keparahan cedera ligamen dinilai sebagai :8
- GRADE I
Nyeri ringan, bengkak tetapi tidak ada perpanjangan permanen
atau kerusakan pada ligamen.
- GRADE II
Ligamentum tertarik keluar dan diperpanjang. Ada rasa sakit
umumnya lebih bengkak dan sering memar. Ligamen biasanya akan
sembuh tanpa operasi. Ligamen akan memiliki beberapa kelemahan
dibandingkan dengan normal, tetapi sendi akan sembuh dan biasanya
dapat berfungsi hampir normal dengan sedikit ketidakstabilan.
- GRADE III
Ligamentum tertarik jauh sehingga robek menjadi dua. Sering kali
ada rasa sakit yang relatif sedikit. Namun sendi sangat tidak stabil dan
sulit menampung beban bahkan dengan tongkat. Lutut akan terlepas atau
“buckle”. Sering memar di sekitar lutut. Operasi sering kali diperlukan
untuk perbaikan.

2.2.6 PATOFISIOLOGI CEDERA ACL


ACL, seperti semua ligamen lain, terdiri dari tipe I kolagen. Struktur
ligamen sangat mirip dengan tendon, tetapi serat di dalam ligamen lebih bervariasi
dan memiliki isi elastin yang lebih tinggi. Ligamen menerima suplai darah dari
15

lokasi insersinya. Vaskularisasi dalam ligamen adalah seragam dan ligamen


masing-masing berisi mechanoreceptors dan ujung saraf bebas yang diduga
membantu dalam menstabilkan sendi. Avulsi ligamen pada umumnya terjadi
diantara lapisan fibrocartilago tidak bermineral dan yang bermineral. Ruptur ACL
yang paling umum, adalah ruptur midsubstan. Jenis rupture ini terjadi terutama
sewaktu ligamentum di transeksi oleh kondilus femoral lateral yang berputar.
ACL menerima suplai darah terutama dari Arteri Geniculate medial, sewaktu
ACL pecah, haemarthrosis biasanya berkembang dengan cepat. Namun, meskipun
intraartikular lokasinya, ACL sebenarnya di extrasynovial.7

2.2.7 DIAGNOSIS CEDERA ACL


Anamnesis
Ketika seorang pasien datang dengan cedera ACL pada awalnya untuk
evaluasi di klinik, tanyakan tentang mekanisme kejadian. Dua pertiga dari cedera
adalah hasil dari cedera non kontak (deselerasi atau berputar) dan sering dikaitkan
dengan bunyi "pop" dan bengkak, yang biasanya terlihat dalam waktu cedera 4-12
jam (cedera lutut lain yang terkait dengan hemarthrosis yang meliputi robekan
ligamentum cruciatum posterior, robekan meniskus perifer, fraktur osteochondral,
cedera kapsuler, dan dislokasi patella).6,7
Cedera kontak langsung sering menimbulkan stres hiperekstensi atau
valgus pada lutut yang mengarah ke cedera cruciatum.

Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis :
1. Look
Pada cedera ekstremitas bawah dapat terlihat pasien berjalan
dengan antalgic gait, dimana fase stance phase lebih pendek dibanding
swing phase. Biasanya terdapat pula raut wajah kesakitan, deformitas,
ataupun pasien menggunakan alat bantu misalnya tongkat.
16

2. Feel
Ditentukan adanya nyeri tekan. Selain itu juga dapat dilakukan
ballottement. Cara ballottement adalah recessus suprapatellaris
dikosongkan dengan menekannya dengan satu tangan, sementara itu
dengan jari tangan lainnya patella ditekan ke bawah. Dalam keadaan
normal patella tidak dapat ditekan ke bawah, karena sudah terletak di atas
dua condyle dari femur. Bila terdapat banyak cairan di dalam lutut, maka
patella sepertinya terangkat, yang memungkinkan adanya sedikit gerakan.
3. Move
Tentukan adanya nyeri gerak, baik aktif maupun pasif. Dan apakah
terdapat keterbatasan lingkup gerak sendi dan kekuatan otot. Pemeriksaan
fisik harus segera dilakukan setelah cedera. Pembengkakan biasanya
muncul dalam 4 jam.

Tes Khusus
1. Tes Lachman
Untuk melihat apakah ACL masih utuh. Pada tes Lachman, pasien
pada posisi supine, lutut difleksikan 30 derajat. Femur distabilisasikan
dengan satu tangan dan satu tangan mengerakkan tibia ke anterior. Positif
jika end point dari translasi anterior tibia tidak jelas dan infrapatellar slope
menghilang, yaitu jika ACL robek, pemeriksa akan merasakan gerakan ke
depan dari tibia meningkat (ke atas atau anterior) dengan hubungannya
dengan tulang paha (jika dibandingkan dengan kaki normal) dan gerakan
lembut pada end point (karena ACL robek) saat ini gerakan berakhir.
17

Gambar 2.7

2. Pivot Shift Test


Pada pivot shift test pasien pada posisi supine, lutut difleksi 5
derajat dan valgus stres diberikan sambil memberi gaya internal rotasi
pada tibia, lutut kemudian difleksikan 30- 40 derajat, tes positif jika lutut
tereduksi ke posterior. Jika ACL robek, tibia akan mulai maju ketika lutut
sepenuhnya lurus dan kemudian akan bergeser kembali ke posisi yang
benar dalam hubungannya dengan tulang paha ketika lutut dibengkokkan
lebih 30 derajat.9,10

Gambar 2.8

3. Anterior Drawer Test


Pasien dalam posisi supine, lutut fleksi 90 derajat, kaki
distabilisasikan oleh pemeriksa dan tibia ditarik kearah anterior. Tes
18

positif apabila terdapat translasi lebih dari 6 mm. Ataupun apabila tibia
didorong ke posterior akan terjadi translasi jauh ke posterior berarti positif.

Gambar 2.9

Pemeriksaan Penunjang
1. Arthroscopy
Prosedur yang digunakan untuk memeriksa bagian dalam sendi
dengan memasukkan tabung tipis (arthroscope) yang berisi kamera dan
cahaya melalui sayatan kecil di dekat sendi. Kamera mengirimkan gambar
close-up video dari sendi ke monitor tv, di mana dokter dapat melihat
bagian dalam sendi.
Arthroscopy dapat digunakan untuk mendiagnosa penyakit sendi
dan cedera sendi dan untuk terapi. Instrumen bedah juga dapat
dimasukkan melalui arthroscope untuk mengambil sampel jaringan atau
19

untuk memperbaiki luka atau kerusakan pada sendi. Secara umum,


pemulihan setelah operasi arthroscopic lebih cepat dan lebih mudah
daripada setelah operasi yang menggunakan sayatan yang lebih besar.
2. Magnetic Resonance Imaging
(MRI) juga dapat dilakukan untuk mengevaluasi ACL dan untuk
memeriksa tanda cedera pada ligamen lutut yang lain, meniskus tulang
rawan, atau tulang rawan artikular.9,10

2.2.8 PENATALAKSANAAN CEDERA ACL


Penatalaksanaan untuk ACL yang robek tergantung pada keperluan pasien.
Contohnya atlet yang muda akan terlibat dalam aktivitas olahraga dan perlu
dioperasi supaya fungsi dapat kembali. Bagi individu yang lebih tua, dengan
aktivitas yang lebih sedikit biasanya tidak perlu dioperasi.
Standar operasi Arthroscopy ACL Reconstruction yang dipakai adalah
Arthroscopic ACL Double Bundle Reconstruction. Teknik ini telah dilakukan
lebih dari 200 kali sejak tahun 2007.11

Penatalaksanaan Awal Cedera Ligamen


 Non Medikamentosa
Dalam 48-72 jam pertama pikirkan untuk melakukan PRICE (Protection,
Rest, Ice, Compression, Elevation) dan hindari HARM (Heat, Alcohol,
Running, Massage)
1. Protection
Melindungi cedera lutut yang lebih lanjut, misalnya dengan menggunakan
knee brace atau kursi roda, sehingga memberikan kesempatan untuk
proses penyembuhan terjadi.
2. Rest
Mengistirahatkan lutut yang mengalami cedera 48-72 jam setelah cedera
untuk mecegah terjadinya cedera lebih lanjut.
3. Ice
20

Es harus digunakan sesegera mungkin setelah cedera lutut selama 10-30


menit. Kurang dari 10 menit memiliki pengaruh yang kecil, sedangkan
lebih dari 30 menit dapat merusak kulit. Es dibungkus dengan kantong
plastik atau handuk (jangan diletakkan langsung di kulit karena dapat
menyebabkan ice-burn). Tekan dengan lembut ke daerah lutut yang
mengalami cedera. Dingin dari es dapat mengurangi aliran darah ke
ligamen yang cedera sehingga dapat membatasi rasa sakit dan
peradangan.
4. Compression
Memberikan tekanan pada bagian tubuh yang cedera untuk mencegah
atau megurangi terjadinya edema / pembengkakan jaringan. Hal ini dapat
dilakukan dengan memberikan elastic verbandt secara figure of eight
(menyilang). Berikan edukasi pada pasien untuk mempererat kembali
balutan berkala apabila kendur.
5. Elevation
Bertujuan untuk membatasi atau mengurangi pembengkakan. Misalnya
ketika tidur, posisikan kaki lebih tinggi dari posisi kepala yang bertujuan
untuk mengurangi efek gravitasi pengumpulan darah pada bagia tubuh
yang cedera.

Hindari HARM selama 72 jam setelah cedera. Artinya, hindari :


- Panas (Heat)
Panas memiliki efek berlawanan pada aliran darah ke es. Mempunyai efek
vasodilatasi sehingga dapat meningkatkan edema.
- Minuman beralkohol (Alcohol)
Dapat meningkatkan perdarahan, pembengkakan, dan dapat menurunkan
tingkat penyembuhan.
- Aktivitas (Running)
Dapat menyebabkan cedera lebih lanjut.
- Pijat (Massage)
Dapat meningkatkan perdarahan dan pembengkakan.
21

 Medikamentosa
Analgetik
OAINS
 Rujuk
Rujuk ke ortopedi atau rehabilitasi medik untuk penanganan lebih lanjut.

International Knee Documentation Committee :


- Level I : Loncatan, berputar, dan lompat tinggi
- Level II : Kerja berat, olahraga berat
- Level III : Pekerjaan keras, olahraga ringan
- Level IV: Aktivitas yang tak banyak bergerak dan tanpa olahraga
Pengobatan tanpa operasi mungkin dapat dipertimbangkan bagi pasien yang
mengambil bagian di aktivitas di level III & IV.

 Terapi Operatif
Pembentukan ligamen. Kebanyakan ACL yang robek tidak boleh di jahit dan
disambung semula. Untuk membolehkan reparasi dari ACL untuk restorasi
stabilitas lutut adalah rekonstruksi dari ligamen tersebut. Ligamen tersebut
akan di ganti dengan graft jaringan ligamen. Graft tersebut akan menjadi dasar
untuk ligament yang baru untuk tumbuh. Graft tersebut diambil dari beberapa
sumber :

1. Tendon Patella
Merupakan sambungan “kneecap” dan “shinbone”
2. Tendon hamstring pada posterior
3. Tendon quadriceps yang insersinya dari “kneecap” ke paha
4. Graft dari kadever (allograft)
Tindakan operasi untuk rekonstruktif ACL dapat digunakan dengan
arthroscopi dengan insisi yang kecil. Kelebihan dari artroskopi adalah tidak terlalu
22

invasif, tidak terlalu nyeri, masa rawat inap lebih pendek, dan penyembuhan lebih
cepat.
Rekonstruktif ACL terlalu awal dapat meningkatkan resikoartofibrosis
atau parut terjadi pada sendi dan bisa meningkatkan resiko kehilangan pergerakan.

(Single Bundle)

Gambar 2.10

 Terapi Non-operatif

ACL yang robek tidak akan sembuh sendiri dan harus dioperasi. Namun terapi
non-operatif efektif kepada pasien yang sudah tua dengan aktivitas yang tidak
terlalu banyak. Jika stabilitas pada lutut intak, indikasinya adalah tanpa operasi.12
1. Bracing
23

Alat ini dapat memproteksi lutut dari ketidakstabilan. Selanjutnya dapat


diteruskan dengan pemakaian tongkat yang dapat mengurangi beban pada
kaki.13
2. Terapi Fisik
Apabila edema berkurang, rehabilitasi baru dapat dimulai. Olahraga yang
dilakukan adalah yang spesifik dapat mengembalikan fungsi pada lutut dan
menguatkan otot kaki yang menyokong lutut tersebut.

 Rehabilitasi
Protokol terapi dibagi empat menurut Shelbourne and Nitz :13
- Fase I
Titik sebelum operasi dan memenuhi ROM yang maksimal.
- Fase II (0-2 minggu)
Target adalah mencapai ektensi penuh, kontrol tendon quadriceps dan
mengurangi bengkak dan target flexi hingga 90 derajat.
- Fase III (3-5 minggu)
Mempertahankan ektensi penuh dan meningkatkan flexi ROM yang
maksimal (dapat naik tangga atau naik sepeda)
- Fase IV (6 minggu)
Menambah kekuatan dan kelincahan, progresif sampai kembali
berolahraga. Kembali beraktivitas seperti semula kemungkinan
membutuhkan waktu 6-9 bulan dan dipantau oleh ahli bedah dan
fisioterapis.13

2.2..9 KOMPLIKASI
- Infeksi
- Kekakuan pasca operasi
- Nyeri pasca operasi7,13
24

2.3 CEDERA POSTERIOR CRUCIATE LIGAMENT (PCL)


2.3.1 DEFINISI CEDERA PCL

Ligamen Krusiata Posterior (Posterior Curicate Ligamnet / PCL)


adalah salah satu dariligamen krusiata yang menghubungkan tulang paha
(femur) dengan tulang kering (tibia) di dalam sendi lutut. Ligamne ini saling
bersilangan dengan ligament krusiata anterior di tengah sendi. Fungsi utama
PCL adalah mencegah pergeseran
mundur tibia terhadap tulang paha.
Ligamen ini juga membantu
mencegah hiperekstensi gerakan
memutar tibia. Cedera pada PCL
menyebabkan ketidakstabilan lutut,
dimana tibia cenderung untuk
merosot mundur ketika lutut
ditekuk 90o.

Gambar 2.10

Posterior Cruciate Ligament (PCL) merupakan ligamen yang saling


bersilangan dengan Anterior Cruciate Ligament (ACL) yang menghubungkan
dan memberikan ikatan antara tulang femur dengan tulang tibia. Sama seperti
Anterior Cruciate Ligament (ACL), Posterior Cruciate Ligament (PCL) juga
memungkinkan mengalami cedera.
Menurut statistik, 20% dari total keseluruhan cedera pada lutut,
melibatkan ligamen ini. Menurut data tahun 2010, ditemukan 463 kasus
cedera Posterior Cruciate Ligament (PCL). Dari total cedera, sebagian besar
penderitanya berkisar antara usia 18 - 44 tahun. Pengkajian awal mengenai
kisaran usia pederita kasus cedera ini, dikarenakan pada usia tersebut, orang
masih sangat aktif dalam aktivitas fisik maupun menggeluti salah satu cabang
olahraga tertentu. Cedera ini sering dipicu saat lutut mengalami benturan dari
25

arah depan saat posisi lutut dalam keadaan fleksi (menekuk). Contohnya,
seperti saat lutut membentur dashboard pada beberapa kasus kecelakaan di
jalan raya. Kasus ini juga sering terjadi pada cabang olahraga fullbody
contact seperti American Football. Umumnya, penderita cedera ligamen ini
mengalami sensasi popping atau sensasi letusan pada lutut
Cedera Posterior Crucite Ligament (PCL) ditandai oleh beberapa
symptoms, antara lain :
a. Pembengkakan (pada kasus cedera menengah hingga parah).
b. Nyeri pada lutut.
c. Lutut terasa goyah (kehilangan kekuatan dan fungsi).
d. Keterbatasan pada saat berjalan dan menopang berat badan.

2.3.2 ETIOLOGI CEDERA PCL

Diperkirakan bahwa 70&% persen dari cedera acl terjadi melalui


mekanisme non kontak sementara 30% persen adalah hasil dari kontak
langsung dengan pemain lain atau object. Mekanisme cedera sering dikaitkan
dengan perlambatan diikuti dengan pemotongan, berputar atau “side stepping
maneuver” , pendaratan canggung atau “out of control play”
26

Beberapa studi telah menunjukkan bahwa atlet wanita memiliki


insiden yang lebih tinggi cedera acl dari atlet laki-laki di olahraga tertentu,
telah diusulkan bahwa ini adalah karena perbedaan kondisi fisik, kekuatan
otot, dan kontrol neuromuskular. Penyebab lain dari hipotesis ini adalah
perbedaan kelamin yang berkaitan dengan tingkat cedera acl yang termasuk
keselarasan pelvis dan ekstremitas bawah (kaki), peningkatan kelemahan
ligamen, dan efek estrogen pada sifat ligamen.
Jatuh dari tangga atau hilang satu langkah di tangga
adalahkemungkinan penyebab lainnya. Seperti bagian tubuh lain, ACL
menjadi lemah dengan usia. Jadi robekan terjadi lebih mudah pada orang tua
dari usia 40%.

2.3.3 MANIFESTASI KLINIS CEDERA PCL

Pasien selalunya merasa atau mendengar bunyi “pop” di lutut pada


saat cedera yang sering terjadi saat mengganti arah, pemotongan,atau
pendaratan dari melompat (biasanya kombinasi hiperekstensi/poros).
Ketidakstabilan mendadak di lutut. (Lutut terasa goyah.) Gal ini bisa terjadi
27

setelah lompatan atau perubahan arah atau setelah pukulan langsungke sisi
lutut. Nyeri di bagian luar dan belakang lutut.
Lutut bengkak dalam beberapa jam pertama dari cedera. Ini mungkin
merupakan tanda perdarahan dalam sendi. Pembengkakan yang terjadi tiba-
tiba biasanya merupakan tanda cedera lutut serius. Gerakan lutut terbatas
karena pembengkakan dan atau rasa sakit.
Kebanyakan cedera pada ACL dapat didiagnosis melalui anamneae
yang cermat menekankan mekanisme kejadian cedera ditambah dengan
pemeriksaan fisik yang sesuai. Pastikan anamnesa mencakup mekanisme
kejadian cedera sekarang dan kejadian sebelumnya jika ada.

2.3.4 KLASIFIKASI CEDERA PCL


Beberapa ahli mengelompokkan cedera Posterior Cruciate
Ligament (PCL) ke dalam beberapa kelompok berdasarkan kondisi ligamen
sesaat setalah cedera terjadi, yaitu :
a. Grade I : Cedera dimana ligamen hanya mengalami cedera
sebagian. Biasanya disebabkan karena tertarik dalam mengakomodasi
gerakan.
b. Grade II : Cedera dimana ligament mengalami tarikan berlebihan sehingga
lutut kehilangan stabilitas akibat ligamen kendor.
c. Grade III : Cedera dimana ligament mengalami sobekan total sehingga
lutut tidak stabil.
d. Grade IV : Cedera dimana ligamen yang terlukan mengakibatkan cedera
pada bagian lutut lainnya, baik tulang, meniscus, ligamen, maupun otot.

2.3.5 PATOFISIOLOGI CEDERA PCL


ACL seperti semua ligament lain, terdiri dari tipe 1
kolagen.Ultrastruktur ligament adalah sangat mirip dengan tendon, tetapi serat
didalam ligament lebih bervariasi dan memiliki isi elastin yang lebih tinggi.
28

Ligamen menerima suplai darah dari lokasi insersinya. Vaskularisasi dalam


ligament adalah seragam, dan ligament masing-masing berisi
mechanoreceptors dan ujung saraf bebas yang diduga membantu dalam
menstabilkan sendi. Avulsi ligamen pada umumnya terjadi diantara lapisan
fibrocartilage tidak bermineral dan yang bermineral. Rupture ACL yang
paling umum, adalah ruptur midsubstan. Jenis ruptur ini terjadi terutama
sewaktu ligamentum ditranseksi oleh kondilus femoral lateral yang berputar.
ACL menerima suplai darah kaya, terutama dari arteri geniculate
medial, sewaktu ACL pecah, haemarthrosis biasanya berkembang dengan
cepat. Namun, meskipun intra-artikular lokasinya, ACL sebenarnya di
extrasynovial.

2.3.6 PENATALAKSANAAN CEDERA PCL


Penanganan untuk ACL yang robek tergantung pada keperluan pasien.
Contohnya atlet yang muda akan terlibat dalam aktivitas olahraga dan perlu
dioperasi supaya fungsi dapat kembali. Bagi individu yang lebih tua, dengan
aktivitas yang lebih sederhana biasanya tidak perlu dioperasi dan kembali ke
kehidupan yang sederhana.
Namun sering, setelah cedera 1-2 hari, pasien dapat jalan seperti biasa.
Keadaan ini bukan berarti ACL sudah sembuh. Pada perkembangannya
pasien akan merasakan bahwa lututnya tidak stabil, gampang ‘goyang’ dan
sering timbul nyeri. Dengan cedera ACL pasien akan sulit sekali untuk dapat
melakukan aktifitas high impact sports, seperti main bola, futsal, basket atau
badminton. Sebagian besar cedera ACL memerlukan tindakkan operasi
Arthroscopy agar pasien dapat pulih seperti sedia kala. Standar operasi
Arthroscopy ACL Reconstruction yang dipakai adalah Arthroscopic ACL
Double Bundle Reconstruction. Tehnik ini telah dilakukan lebih dari 200 kali
sejak tahun 2007. Tehnik operasi ini sangat populer di USA,Eropa dan Jepang
karena dengan tehnik ini, hasilnya sangat memuaskan pasien. Saat ini tehnik
29

operasi ini dipakai sebagai standard untuk operasi cedera ACL atlet-atlet
papan atas kelas dunia, misalnya Tiger Wood.
Setelah luka bedah disembuhkan oleh pasien maka akan menjadwalkan
pertemuan pertama mereka dengan seorang fisioterapis. Terapis fisik untuk
mengembangkan rencana untuk mengobati pasien. Tujuan utama awal untuk
mengurangi pembengkakan dan bekerja untuk mencegah pembentukan
jaringan parut. Tujuan berikutnya adalah untuk menyediakan berbagai gerak
kembali, sekaligus memperkuat otot-otot yang mendukung sendi lutut.
Dengan berbagai peningkatan gerak dan kekuatan, terapis fisik rehabilitasi
mereka akhirnya kegiatan dengan panggung dan kontrol neuromuskular
gerakan fungsional yang sesuai dengan kebutuhan sehari-hari pasien. Ini harus
mengikuti jalannya akronim pada tahap awal pemulihan dari robek ACL.
Rekonstruksi berhasil ACL tergantung atas sejumlah faktor, termasuk
teknik operasi, rehabilitasi pasca bedah dan menghubungkan ketidakstabilan
ligamen sekunder. Hari ini, rekonstruksi ACL biasanya dilakukan dengan
arthroscopic bantuan. Ahli bedah memakai korupsi, untuk mengganti sobek
ACL. Graft mungkin dari tempat lain ekstremitas pasien dipelopori
(autograft), dipanen dari mayat (allograft) atau mungkin sintetis.
Prosedur ACL rekonstruksi biasanya tidak dilakukan sampai sedikit
minggu setelah luka sebagai studi sudah menunjukkan hasil yang diperbaiki
kalau lutut sudah pulih dari jawaban luka gawat adalah lutut mempunyai
pemecahan bertambah, rasa sakit dan pasien sudah. Selama prosedur, pasien
dibius umum atau tulang belakang=epidural. Arthroscopy membolehkan
penentuan luka yang dihubungkan, yang biasanya diobati di tempat sama (e.g.,
meniscal cabikan atau chondral trauma). Bagian di lutut di mana PCL dan
ACL terdapat, taktik, sering sempit dan di kasus itu diperlebar (notchplasty)
untuk memberi cangkokan akomodasi mendapat kembali dekat gerakan dan
kekuatan penuh.Lalu lewat kecil memisahkan aksesori torehan, terowongan
dibor lewat tulang kering (tulang kaki direndahkan) dan lewat tulang paha
(tulang atas) di posisi sama sebagai tempat pertalian ligamen asli. Graft
diciptakan untuk bisa masuk di terowongan ini. Graft dibereskan ke tulang
30

paha dan tulang kering (sol bagian atas dan menurunkan tulang kaki) oleh
jenis alat. Pernah mendapatkan, korupsi diperiksa untuk ketegangan kulit.
Penyembuhan beristirahat selama - atau 4 hari yang pertama, usaha
ditujukan di minimizing bengkak dan mendirikan kembali quadriceps fungsi.
Selama kali ini peninggian lutut, kaki dan pergelangan kaki ditekankan.
Perpindahan sering menambah darah mengalir kembali dari ekstremitas (e.g.
pompa pergelangan kaki) .Tongkat dibiasakan dengan arah jalan-jalan
menurut perintah dokter. Tekanan atas gaya berjalan biasa tanpa limping.
Wear nyaman shoes, Stay dalam tingkat nada aman anda gerakan sebagai
ditujukan oleh dokter anda

International Knee Documentation Committee;


a. Level I : loncatan, berputar, dan lompat tinggi
b. Level II : kerja berat, olahraga berat
c. Level III : perkerjaan keras, olahraga ringan
d. Level IV : aktivitas yang tak banyak bergerak dan tanpa olahraga
Pengobatan tanpa operasi mungkin dapat dipertimbangakan bagi
pasien yang mengambil bagian di aktivitas di level III dan IV. Atlet muda
harus dipertimbangkan untuk operasi untuk mencegah ketidakstabilan
berulang.
Terapi Operasi
Pembentukan ligament kebanyakan ACL yang robek tidak boleh di
jahit dan disambung semula. Untuk membolehkan reparasi dari ACL untuk
restorasi stabilitas lutut adalah rekonstruksi dari ligament tersebut. Ligament
tersebut akandi ganti dengan graft jaringan ligament. Graft tersebut akan
menjadi dasar untuk ligament yang baru untuk tumbuh.Graft tersebut diambil
dari beberapa sumber. Selalunya dari tendon patella, yang merupakan
sambungan “kneecap” dan “shinbone”. Tendon hamstring pada posterior pada
juga sering digunakan. Kadang tendon kuadrisep yang insersinya dari
“kneecap” ke paha dapat digunakan. Graft dari kadever (allograft) juga dapat
digunakan. Penyembuhan semula mengambil masa sekurang-kurangnya
31

1bulan sebelum atlit dapat berolahraga setelah operasi. Tindakan operasi


untuk rekonstruktif ACL dapat digunakan dengan artroscopi dengan insisi
yang kecil. Operasi artroskopi kurang invasife. Kelebihan dari artroskopi
adalah kerana kurang invasife,kurang nyeri, masa rawat inap lebih pendek dan
penyembuhan lebih cepat. Selain rekonstruktif ACL adalah terapi yang
dikombinasi untuk kerusakan ligament, selalunya tidak dilakukan segera.
Keterlambatan ini memberi waktu proses inflamasi untuk berjalan, dan
memberi kelonggaran bagi pergerakan untuk belaku sebelum operasi.
rekonstruktif ACL terlalu awal dapat meningkatkan resiko artofibrosis atau
parut terjadi pada sendi dan bisa meningkatkan resikokehilangan pergerakan
Terapi Tanpa Operasi
ACL yang robek tidak akan sembuh sendiri dan harus dioperasi.
Namun terapi tanpa operasi efektif kepada pasien yang sudah tua dengan
aktivitas kehidupan yang sederhana. Jika stabilitas pada lutut intak,
indikasinya adalah tanpa operasi. Bracing. Alat ini dapat memproteksi lutut
dari ketidakstabilan. Selanjutnya bias diteruskan dengan pemakaian tongkat
yang dapat mengurangi beban pada kaki. Terapi Fisikal, apabila oedem
berkurang, rehabilitasi akan bermula.Olahraga yang spesifik dapat restorasi
fungsi pada lutut dan menguatkan otot kaki yang memberi sokongan
padanya.Berikut lima langkah ini setiap hari seorang pasien untuk mengurangi
nyeri dan pembengkakan serta untuk lebih mempersiapkan proses
penyembuhan mereka bersama-sama. Sekitar satu atau dua minggu setelah
operasi, pasien akanmulai fisioterapi. Terapis fisik melakukan evaluasi awal
yang terdiri dari isu-isu substantif, dan pemeriksaan fisual dan fisik dari lutut
yang sama. Dengan formasi ini, seorang fisioterapis, rehabilitasi khusus rinci
kebutuhan setiap pasien. Jadwal dan rehabilitasi Expectations As kerusakan
yang perkiraan tanggal pemulihan tergantung pada banyak faktor, termasuk
usia pasien, besarnya kerugian, keberhasilan dan tipe operasi, etos kerja
selama rehabilitasi, seni terapis dan perhatian terhadap detail, dan secara
keseluruhan kesehatan dan kondisi pasien. Satu pasien, rata-rata, dari operasi
ACL tradisional, akan mulai jogging ringan sekitar empat bulan setelah
32

operasi dengan kekuatan dan mobilitas tidak sepenuhnya pulih sampai sekitar
enam sampai sembilan bulan setelah operasi. Kebanyakan dokter
menyarankan pasien tidak kembali ke aktifitas fisik mereka lebih agresif
sampai penyembuhan tulang telah memenangkan setidaknya 90% kekuatan
kaki suara. Ada operasi yang lebih canggih yang atlet dapat di tanah dalam
waktu sekitar enam bulan. Pilihan ini adalah untuk atlet yang serius dan hanya
seorang dokter harus dikonsultasikan sebelum penelitian dari jenis cedera
dapat alternative.
Rehabilitasi
Penggunaan olahraga closed-chain adalah untuk membantu pergerakan
dari awal dan untuk jangka waktu yang panjang. Protocol terapi dibagi empat
menurut Shelbourne and Nitz.
1. Fase I : Titik sebelum operasi dan memenuhi ROM yang maksimal.
2. Fase II : ( 0-2 minggu)target adalah mencapai ektensi penuh, control
tendon kuadrisep dan mengurangi bengkak dan target flexi hingga 90
derajat.
3. Fase III : (3-5minggu) mempertahankan ektensi penuh dan
meninggkatkan flexi ROM yang maksimal. Menaik tangga dan sepeda
bisa digunakan.
4. Fase IV : ( 6 minggu) menambah kekuatan dan kelincahan, progresif
sampai kembali berolahraga.Kembali berolahraga tanpa aktivitas mungkin
mengambil 6-9 bulan dan sebaiknya di pantau oleh ahli bedah dan terapi
fisik.

2.3.7 KOMPLIKASI CEDERA PCL


Komplikasi/resiko graft kegagalan karena luka kambuh, risiko infeksi
luka, operasi menyebabkan radang sendi, otot melemah dan kekurangan daya
gerakan (ROM). Jika nyeri, bertambah, karena inflamasi, drainase atau
pertambahan pendarahan di lutut. Konsul spesialis jika timbul gejala tersebut.
33

BAB III
KESIMPULAN

Cedera ACL (anterior cruciate ligament) atau ACL rupture adalah


robekan di salah satu ligamen lutut yang menghubungkan tulang kaki atas dengan
tulang kaki bagian bawah. ACL menjaga kestabilan lutut.Ruptur ACL seringkali
terjadi pada atlet olahraga dengan high-impact. Dari pemeriksaan penunjang kita
dapat segera mengetahui apakah terdapat rupture ACL pada pasien.
Penatalaksanaan untuk ACL yang robek tergantung pada keperluan pasien.
Contohnya atlet yang muda akan terlibat dalam aktivitas olahraga dan perlu
dioperasi supaya fungsi dapat kembali. Bagi individu yang lebih tua, dengan
aktivitas yang lebih sederhana biasanya tidak perlu dioperasi dan kembali ke
kehidupan yang sederhana.
34

DAFTAR PUSTAKA

1. Jon C. Thompson, Anatomy of Leg/knee, Netter’s concise orthopaedic


anatomy, 2010; 9: 297-303.
2. Smith BA, Livesay GA, Woo SL. Biology and Biomechanics of the
anterior
cruciate ligament. Clin Sports Med 2006; 12:637–670.
3. Kennedy JC, Alexander IJ, Hayes KC. Nerve supply of the human knee
and its functional importance. Am J Sports Med 2007; 10:329–335.
4. Maguire J., 2012. Anterior Cruciate Ligament Pathology. Townsville
Orthopaedics and Sports Surgery, Australia. Medscape. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/307161-overview#showall
5. Healthwise Incorporated. 2011. Anterior Cruciate Ligament (ACL)
Injuries. Webmed. Available from: http://www.webmd.com/a-to-z-
guides/anterior-cruciate-ligament-acl-injuries-topic-overview
6. American Academy of Orthopaedic Surgeons, 2009. ACL Injury: Does It
Require Surgery. Available from:
http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00297
7. Klaud Miller , 2007. Acute Knee And Chronic Ligament Injuries.
Available from: http://www.jockdoc.ws/subs/kneeligament.htm
8. Souryal T.O. ACL Injury, ACL Tear, ACL Surgery. Texas Sports
Medicine And Orthopaedic Group. Available from:
http://www.txsportsmed.com/emedicineacl.php
9. Garrick, J. G. (Ed.). 2004. Orthopaedic Knowledge Update: Sports
Medicine (3rd ed.). Rosemont, IL: American Academy of Orthopaedic
Surgeons. Available from:
http://www.orthopaedia.com/display/Main/Anterior+cruciate+ligament+in
juries+of+the+knee
10. DeLee, Jesse C., David Drez Jr., and Mark D. Miller, eds. DeLee &
Drez's, 2010. orthopaedic sports medicine principles and practice. 3rd ed.
35

Vol. 2. Philadelphia:
Saunders/Elsevier.Availablefrom:http://www.orthopaedia.com/display/Ma
in/Anterior+cruciate+ligament+injuries+of+the+knee
11. Canale,. Beaty. Campbell's Operative Orthopaedics, 11th ed,2007; 145-
147
12. Finalli GC. The Multiple Ligament Injured Knee, A Practical Guide To
Management, 2003; 2-15
13. Duquin TR, Wind WM, Fineberg MS, Smolinski RJ, Buyea CM. Current
trends in anterior cruciate ligament reconstruction. J Knee Surg. Jan 2009;
22(1):7-12

Anda mungkin juga menyukai