OLEH :
Laporan kasus atas nama Nadia Zulmia Aris NIM: PO.71.4.241.17.1.027 dengan judul
“Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Neck Pain non-specific” telah disetujui untuk
diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan praktek klinik di RSUD
Batara Guru, Kab. Luwu, mulai tanggal 28 Desember 2020 – 27 Januari 2021.
Mengetahui,
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
I/II. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala
Laporan kasus ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Neck
Pain et causa Non-Specific” yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber informasi, referensi, dan berita. Laporan kasus ini di susun oleh penyusun
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
Semoga laporan kasus ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Saya sadar bahwa laporan kasus ini
Lembar Pengesahan...................................................................................................
Kata Pengantar...........................................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
D.1. Ultrasound................................................................................................16
A. Identitas Pasien................................................................................................36
B. History Taking.................................................................................................36
C. Inspeksi/Observasi...........................................................................................36
D. Pemeriksaan/Pengukuran Fisioterapi..............................................................37
F. Problematik Fisioterapi....................................................................................41
E. Evaluasi Fisioterapi..........................................................................................49
BAB V PEMBAHASAN...........................................................................................52
BAB VI PENUTUP...................................................................................................55
A. Kesimpulan......................................................................................................55
B. Saran................................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................56
BAB I
PENDAHULUAN
paling umum. Nyeri leher adalah nyeri yang dirasakan pada bagian atas
tulang belakang. Ini merupakan tanda bahwa sendi, otot, atau bagian lain
Nyeri leher adalah masalah yang umum ditemukan. Dua dari tiga orang
terhadap iritasi. Sepuluh persen dari semua orang akan mengalami nyeri
saluran saraf
Servikal I-VII
Vertebra servikal I juga disebut atlas, pada dasarnya berbeda dengan lainnya
karena tidak mempunyai corpus vertebra oleh karena pada atlas dilukiskan adanya
arcus anterior terdapat permukaan sendi, fovea, vertebralis, berjalan melalui arcus
Vertebra servikal II juga disebut aksis, berbeda dengan vertebra servikal ke-3
sampai ke-6 karena adanya dens atau processus odontoid. Pada permukaan cranial
corpus aksis memiliki tonjolan seperti gigi, dens yang ujungnya bulat, aspek dentis.
Vertebra servikal VII merupakan processus spinosus yang besar, yang biasanya
dapat diraba sebagai processus spinosus columna vertebralis yang tertinggi, oleh
Ligamentum
Ligamentum adalah pita jaringan fibrosa yang kuat dan berfungsi untuk
mengikat serta menyatukan tulang atau bagian lain atau untuk menyangga suatu
membentuk pita lebar dan tebal serta kuat, yang melekat pada bagian corpus
atlantis) dan memanjang ke bawah sampai bagian atas depan fascies pelvina
os sacrum. Ligamen longitudinal anterior ini lebih tebal pada bagian depan
memfiksasi dan memegang dalam posisi yang betul dari suatu posisis
c. Ligamentum intertransversarium
berbentuk pita yang melekat mulai dari permukaan anterior tepi bawah suatu
daerah servikal tipis akan tetapi di daerah thorakal ligamentum ini agak
arteri, vena serta nervus intervertebral. Adapun fungsi ligamentum ini adalah
e. Ligamentum interspinale
pada tepi bawah processus suatu vertebra menuju ke tepi atas processus
sempit.
origonya terletak pada processus mastoideus dan linea nuchae superior, insersio
bila kepal difixasi inervasi nervus accessorius dan plexus servikal (C1 dan C2)
Otot scaleni terbagi atas 3 serabut, yang pertama otot scalenus anterior,
sampai VI, insersio pada tuberculum scaleni anterior, inervasi plexus brachialis
(C5-C7) dan berfungsi menarik costa I, menekuk leher ke latero anterior dan
menekuk leher ke anterior. Yang kedua otot scalenus medius origo terletak pada
menekuk leher ke lateral costa I. Yang terakhir otot scalenus posterior origo
pada permukaan lateral costa II, inervasi plexus brachialis ( C7-C8) dan
berfungsi fleksi leher, membantu rotasi leher dan kepala serta mengangkat costa
nervus accessorius dan rami trapezius (C2- C4). Otot pars tranversa origo
berasal dari servikal, insersio pada sepertiga lateral clavicula, berfungsi untuk
dan rami trapezius (C2-C4). Yang ketiga pars ascendens origo berasal dari
vertebra thoracalis III sampai XII, dari processus spinosus dan ligamentum
supraspinasum, insersio pada trigonum spinale dan bagian spina scapulae yang
medial dan menginervasi nervus dorsalis scapulae (C4-C8). Otot ini difungsikan
untuk mengangkat pinggir medial scapula. Bila bekerja sama dengan serabut
tengah otot trapezius dan rhomboideus, otot ini menarik scapula ke medial dan
atas, yakni pada gerakan menjepit bagu ke belakang (Daniel, S. Wibowo, 2005).
Otot longus colli kira-kira membentuk segitiga karena terdiri atas tiga
samping. Inervasinya plexus cervicalis dan brachialis (C2- C8). Otot longus colli
terdiri dari 3 serabut, yang pertama serabut oblique superior origonya berasal
dan insersio pada tuberculum anterior atlas. Yang kedua serabut oblique inferior,
origo berjalan dari corpus vertebra thoracalis I sampai III dan insersio pada
tuberculum anterius vertebra cervicalis VI. Dan yang terakhir serabut medial,
origo terbentang dari corpus vertebra thoracalis bagian atas dan vertebra
cervicalis bagian bawah insersio pada corpus vertebra cervicalis bagian atas
transversus vertebra cervicalis III sampai VI, insersio pada bagian basal os
Nyeri leher non spesifik yaitu nyeri leher yang tidak menyebar sampai
anggota gerak atas, nyeri berlokasi pada leher area oksipital atau dasar
tengkorak sampai bahu bagian belakang. Nyeri leher mekanik atau nyeri
leher non spesifik dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain postur
yang salah, dan gerakan yang berlebihan. Keluhan yang dirasakan pada
umumnya adalah sakit di daerah leher dan kaku, nyeri pada otot-otot leher
dapat juga terjadi sakit kepala dan migrain. Hal ini dapat menimbulkan
Nyeri leher non spesifik disebut juga nyeri leher mekanikal merupakan
nyeri leher yang disebabkan oleh kebiasaan postur yang buruk dalam jangka
waktu yang lama dan berulang. Kebiasaan postur yang buruk tersebut dapat
pada berbagai populasi, dan secara khas digambarkan sebagai nyeri lokal
gerakan pada cervical (Green et al., 2004). Sumber gejala dari non-spesific
segala arah terutama gerak rotasi, lateral fleksi dan ekstensi cervical (de-las-
Nyeri leher non spesifik merupakan keluhan yang paling banyak terjadi
pada pekerja terutama para pekerja yang dalam jangka waktu lama dan
leher ini menurut proses patofisiologinya termasuk nyeri leher mekanik atau
nyeri leher axial atau sering disebut sebagai nyeri leher non spesifik,
dikatakan non spesifik karena tidak ada penyakit atau kelainan struktural
anatomi yang mendasarinya. Gejala yang sering menyertai nyeri leher non
spesifik ini seperi rasa kaku pada leher bisa satu sisi atau kedua sisi leher,
nyeri dirasakan sampai ke kepala, nyeri leher non spesifik murni disebabkan
berhubungan dengan postur tubuh atau posisi leher yang salah saat bekerja,
beban kerja otot leher yang berlebihan dalam jangka waktu tertentu (Binder,
Neck pain dapat diakibatkan oleh banyak hal. Penyebab tersering neck
pain tanpa alasan yang spesifik dan jelas dapat disebut sebagai nonspecific
neck pain (NSNP). Nonspecific neck pain merupakan salah satu neck pain
yang sering terjadi, yaitu 27-48% pekerja per tahun mengalami nonspecific
neck pain.
Salah satu penyebab tersering nyeri leher non spesifik adalah kontraksi
berlebihan pada otot leher, hal ini terjadi karena postur yang kurang baik
atau salah posisi saat tidur, hal ini juga dapat terjadi karena seseorang
bertahan pada satu posisi tertentu dalam jangka waktu yang lama, misalnya
membungkuk pada saat bekerja. Sakit leher mungkin berasal dari salah satu
struktur peka nyeri di leher termasuk tulang vertebra, ligamen (anterior dan
posterior ligamen longitudinal), akar saraf, dan kapsul, otot, dan duramater,
struktur lain dari daerah leher, viseral dan struktur somatik (Keshawi dkk.,
Penyebab potensial dari nyeri leher adalah adanya tekanan pada jaringan
lunak, tulang, atau sendi pada area cervikal. Pada beberapa kasus dapat pula
Nyeri leher timbul sebagai akibat dari beberapa faktor yang saling
mempengaruhi, kontraksi otot leher, postur tubuh dan posisi leher saat kerja
serta durasi atau lama posisi leher dalam posisi tertentu dapat menyebabkan
pada akhirnya mengaktivasi reseptor nosiseptik pada otot rangka dileher dan
reseptor nyeri ditekan dan nyeri leher dapat berkurang (Saleet, 2014).
Proses terjadinya neck pain dapat berawal dari postur buruk kemudian
pada otot leher bagian stabilisasi, sehingga terjadi postural stress. Postural
stress yang berlangsung lama dan di lakukan secara terus menerus membuat
tekanan pada leher meningkat, sehingga membuat otot leher kaku. Kekakuan
jaringan lunak di sekitar otot yang kaku pada leher. Proses tersebut
Nyeri leher non spesifik biasanya terjadi karena kebiasaan postural yang
buruk. Nyeri leher juga dapat disebabkan oleh adanya injuri minor atau
adanya injuri pada otot atau ligamen pada leher. Nyeri leher pada umumnya
bekerja dengan duduk dalam posisi forward head posture (Ahmed, 2012).
Nyeri leher dapat terjadi oleh karena berbagai faktor. Nyeri leher dapat
terjadi akibat tersensitisasinya free nerve ending di otot leher. Proses nyeri
pada otot terjadi akibat proses kimiawi maupun mekanik karena free nerve
Nyeri akibat proses kimiawi dapat terjadi karena kelelahan, trauma, dan
iskemik pada otot. Kelelahan otot akan memicu metabolisme anaerobik yang
akhirnya akan mengakibatkan akumulasi metabolit pada otot yang kemudian
memicu nyeri dapat ditimbulkan dari peregangan ataupun tekanan pada otot
Gejala-gejala nyeri leher antara lain terasa sakit di daearah leher dan
kaku, nyeri otot-otot leher yang terdapat disekitar leher dan nyeri kepala,
otot-otot leher menjadi tegang bila disentuh terasa sakit dan keras, kadang
nyeri yang dirasakan sampai menjalar ke bahu, lengan, dan kepala, nyeri
yang tiba-tiba dan terus menerus dapat menyebabkan bentuk leher yang
abnormal, kepala menghadap kesisi yang tidak nyeri yang sering disebut
tortikolis. Nyeri leher yang disertai keluhan yang lain seperti rasa kesemutan
atau baal, kelemahan anggota gerak lengan perlu mendapat perhatian yang
perasaan tidak enak, pedis dan dingin, rasa tertekan dengan ngilu, pegal dan
sebagainya. Sebagai akibat dari adanya stimulasi ataupun trauma dari dalam
nociceptor pada saraf perifer diatas nilai ambang rangsang yang diteruskan ke
korteks cerebri kemudian diterjemahkan dalam bentuk nyeri dengan bentuk dan
Terdapat beberapa alat ukur yang digunakan untuk menilai intensitas nyeri,
antara lain: Visual Analogue Scale (VAS), Verbal Rating Scale (VRS),
Numerical Rating Scale (NRS), dan masih banyak alat ukur lainnya. VAS
metode lain. VAS terdiri dari sebuah garis lurus yang horizontal sepanjang 10
cm yang tidak diberikan pembagian skala. Awal garis menunjukkan tidak ada
intensitas nyeri yang dirasakan pasien (ukuran centimeter), dengan skala 0–10.
Association, 2016).
C.2. Pengukuran Kekuatan Otot
menentukan jenisjenis alat bantu yang diperlukan oleh pasien dan menentukan
Tabel Nilai Manual Muscle Testing (MMT) (Daniel & Worthinghams, 2013)
maksimal)
assessment. Adapun treatment yang bisa digunakan dalam kondisi ini, adalah
sebagai berikut:
1) Ultrasound
a. Pengertian
zirkonat titanata) yang di pasang pada pada aplikator atau transduser yang
energi lebih cepat hilang, mengatasi tahanan yang besar terhadap vibrasi
didengar oleh manusia berkisar antara 16 dan 20.000 Hz. Energi suara pada
dari api yang menyala. Pada frekuensi yang tinggi, gelombang suara lebih
berjalan melalui suatu medium. Suatu fase tekanan positif, dimana molekul
diikuti oleh fase tekanan negatif, dimana molekul didaerah yang sama
2012).
intensitas.
3) Intensitas : Watts/Cm2
yang diterapkan dan sifat fisik jaringan tersebut, suatu peningkatan suhu
aliran darah, dan kenaikan suhu 4°C (7,2°F) atau lebih besar diperlukan
lainnya pada jaringan. Beberapa ion di dalam dan di sekitar sel, serta
therapy. Gelembung gas-gas yang kecil dapat terjadi pada cairan tubuh
intensitas ultrasound yang tinggi, terjadi kolaps yang hebat atau ledakan
Hal ini disebut sebagai unstabil cavitation dan sangat tidak diinginkan
streaming.
mengisi suatu space didalam jaringan dan cairan tubuh. Rongga (cavity)
streaming adalah pusaran air skala kecil didekat struktur yang bergetar
protein dan sekresi seluler. Adanya efek stable cavitation dan acoustic
streaming menyebabkan membran sel teraktivasi yang meningkatkan
level aktivitas dari seluruh sel, hal inilah yang dipicu oleh energi
d) Efek hemodinamik
Tabel 2.1
Rasional Penggunaan US selama penyembuhan luka/cidera
3) Luka terbuka
W/cm2.
W/cm2.
kehamilan.
oleh arus bolak-balik frekuensi tinggi. Frekuensi yang dihasilkan pada pemakaian
SWD adalah 13,66 MHz, 27,33 MHz dan 40,98 MHz. Dengan panjang
gelombang yang sesuai adalah 22 meter, 11 meter, dan 7,5 meter. Secara umum
untuk maksut pengobatan frekuensi SWD yang sering digunakan adalah 27,33
Efek fisiologis dari pemberian terapi panas antara lain : (1) meningkatkan
metabolisme sel, (2) meningkatkan elastisitas jaringan ikat dan otot, (3)
pembuluh darah.
penyembuhan luka secara fisiologis, (2) menurunkan nyeri, (3) persiapan latihan
membaik dengan adanya perbaikaan pada elastisitas dan treshold jaringan saraf
itu sendiri.
Gambar 2.2 Short Wave Diathermy
3) Hold Relax
untuk meningkatkan kapasitas fungsional yang ada di dalam sistem tubuh. Salah
satu jenis terapi latihan yaitu dengan hold relax. Hold relax adalah suatu bentuk
terapi latihan dimana otot atau grup otot antagonis yang memendek
dikontraksikan secara isometric dengan kuat dan optimal dan kemudian diikuti
dengan rileksasi otot atau grup otot (prinsip reciproke inhibition) dengan
Hold relax adalah teknik yang menggunakan pola gerak fleksi abduksi-
isometrik dari otot antagonis, di mana pasien harus melawan tahanan yang diberi
terapis pada pola antagonis tanpa disertai adanya gerakan dan dipertahankan
selama 5-6 detik. Kemudian digerakkan ke arah pola agonis dan pertahankan
4) Mobilisasi Scapula
a. pengertian
alami gangguan
5) Diintegrasikan ke dalam apa yang cukup sering gangguan
yang mungkin sulit untuk membantu dan alasan mengapa hal ini
mungkin terjadi.
a) Distraction
b) Superior glide
c) Inferior glide
3) Elevasi akromion
urutan distal
atas dalam posisi “full tank of energy” untuk melempar, dan kemampuan
130), dan rotasi eksternal di sekitar sumbu vertikal adalah 24 (–SD 12.80)
Penentuan posisi scapula juga telah dikatakan dalam pola gerakan
gerakan maneuver.
scapula: (1) skapula, (2) infera, (3) coracoid, dan (4) diskinesis. Skapula
scapula turun atau lebih rendah jika dibandingkan dengan scapula tidak
dengan skapula:
dan upper trapezius . Karena otot-otot kontrol skapular ini berasal dari
berfungsi dalam pola gerakan nyeri yang terlalu tegang ke dalam muscle
belly. Paling sering, indikator kunci dalam urutan ini adalah nyeri leher
skapula, seperti gliding superior dan caudal, rotasi ke atas dan ke bawah,
dan gangguan skapula dari toraks dengan pasien berbaring di sisi yang
yang diterapkan pada skapula dalam arah rotasi medial dan ke bawah,
d. Metode intervensi
1) Indikasi
c) Post fraktur
2) Kontraindikasi
a. Definisi
untuk peregangan pada fascia (Whisler, 2012). Terapi ini berperan untuk
jaringan dan fungsi normal sendi (Riggs dan Grant, 2008). Konsep
yang berlebih, saat melakukan myofascial release maka serabut elastin akan
Ketika terjadi penguluran, maka serabut otot akan terulur penuh melebihi
panjang serabut otot itu dalam posisi normal. Ketika penguluran terjadi,
serabut yang berada pada posisi yang tidak teratur akan diubah posisinya
sehingga posisinya akan menjadi lurus sesuai dengan arah ketegangan yang
diterima (Dewi, 2016). Pergerakan fascia yang terjadi pada myofascial release
menyentuh ketegangan pada fascia dan memberikan tekanan, maka saat itu
dihantarkan sensoris pada fascia untuk menguangi ketegangan pada fascia.
Yang kedua pasien itu sendiri dengan cara mengarahkan gerakan yang bisa
dengan menekan ketegangan pada fascia yang dirasakan, maka palpasi dari
sebagai tekanan pasien, tekanan juga bisa dilakuakan dengan ibu jari, jari
2004).
c. Indikasi
d. Kontraindikasi
1) Cedera akut
BAB III
PROSES ASSESSMEN FISIOTERAPI
A. Identitas Pasien
Umur : 43 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat :-
B. History Taking
1. Anamnesis
a. Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan utama nyeri pada leher dan
keluhan nyeri leher dirasakan sampai ke kepala. Dialami sejak 3 bulan lalu.
c. Riwayat penyakit: -
2. Pemeriksaan Vital sign
TD : -
Nadi : -
Suhu : -
RR : -
C. Inspeksi/observasi
1. Statis
Bahu kanan pasien tampak lebih naik, dan terlihat asimetris, spasme pada
2. Dinamis
Forward postur, pasien tidak mampu menoleh kekanan dan tidak mampu
melihat keatas.
D. Pemeriksaan/Pengukuran Fisioterapi
endfeel
Rotasi kiri Tidak Nyeri, Nyeri, ROM Tidak nyeri, dapat
endfeel
Rotasi kanan Nyeri, ROM Tidak ada nyeri, Ada nyeri,
endfeel tahanan
Lateral Fleksi Nyeri, ROM Ada nyeri, ROM Ada nyeri,
endfeel
Palpasi
memegang organ atau bagian tubuh pasien dimana untuk mengetahui adanya
nyeri tekan, spasme otot, suhu local, tonus otot, dan oedema. Dilakukan
subscapularis, dan otot rhomboid menyebabkan bahu naik sesisi dan terlihat
asimetris, nyeri gerak pada saat lateral fleksi dekstra dan ekstensi cervical.
a. M. Upper Trapezius
Teknik: Pasien dalam posisi tidur terlentang dan tangan kiri berada
shoulder.
b. M. Levator Scapula
Teknik: Pasien dalam posisi tidur terlentang dan tangan kiri berada dibawah
kepala dan tangan yang satunya memberikan dorongan pada shoulder.
c. Sternocledomastoideus
Teknik ; Pasien dalam posisi tidur terlentang dan tangan kiri berada dibawah
kepala dan tangan yang satunya memberikan dorongan pada shoulder atau
Pasien duduk dan melakukan rotasi kiri sesuai dengan letak nyeri.
e. Scaleni
Teknik : Pasien duduk dan melakukan rotasi kiri dan elevasi sesuai dengan
letak nyeri. atau meletakkan tangan pada tulang rusuk pertama dan
f. Rhomboid Major
g. Subscapularis
Teknik : Pasien posisi duduk secara nyaman dengan melakukan manual rotasi
internal shoulder.
Pengukuran
Visual Analog Scale (VAS)
Nyeri diam 3
Nyeri tekan 6
Nyeri gerak 5
Keterangan:
0 : Tidak nyeri
Grade MMT
Nilai 1: Terdapat kontraksi atau tonus otot tetapi tidak ada gerakan sama
sekali.
Nilai 3: Mampu bergerak dengan lingkup gerak sendi secara penuh dan
Nilai 4: Mampu bergerak penuh melawan gravitasi dan dapat melawan tahanan
sedang.
Nilai 5: Mampu melawan gravitasi dan mampu melawan tahanan maksimal.
ROM
L
Fleksi – Ekstensi 90 - 0 - 40 90°- 0°- 70°
Lateral fleksi kanan – kiri 45 - 0 - 20 45°- 0°- 45°
Hasil : Terbatas pada gerakan ekstensi, lateral fleksi kiri, dan rotasi kiri
“Gangguan Gerak Fungsi Nyeri Leher dan Bahu akibat Non-Specific Neck Pain”
F. Problematik fisioterapi
a. Impairment
1) Anatomical impairment
Forward postur
2) Functional impairment
Kelemahan otot
b. Activity limitation
c. Participation restriction
Memperbaiki
postur
2. Activitiy Limitation :
Tidak dapat menoleh ke kiri Mengurangi US
aktivitas ibadah.
3. Participation Restriction
Keterbatasan dalam bekerja Mengembalikan Stretching
terutama dalam
mengatasi nyeri
otot.
Prosedur Pelaksanaan Intervensi Fisioterapi
Terapis
memberitakan
kepada pasien
bahwa proses US
dilakukan sesuai
dengan prosedur.
Setelah Terapi
memberitahukan
kepada pasien
membersihkan area
chair. Pastikan
posisi pasien
senyaman mungkin.
yang digunakan
dilepaskan)
2) Persiapkan SWD
yang akan
digunakan.
3) Teknik
Pelaksanaan:
memberitakan
kepada pasien
dilakukan sesuai
dengan prosedur.
Setelah terapi
memberitahukan
kepada pasien
memberikan area
pasien.
Posisi tangan
fisioterapis : Jari-jari
fisioterapis berada
mengalami spasme
dan memberikan
tarikan.
2. Stretching F : 2 set
Posisi fisioterapis :
Duduk disebelah
kepala pasien
Posisi tangan
fisioterapis : Tangan
Teknik pelaksanaan :
Fiksasi bagian
shoulder dengan
menyangga kepala
pasien, selanjutnya
lakukan gerakan
untuk mendepresikan
fisioterapis.
D. Edukasi dan Home Program
3. Tidur menggunakan kasur yang cukup kuat menyangga berat badan, terutama di
4. Ketahui berat benda yang diangkat, berat yang dapat diangkat dengan aman
5. Jika ada benda berat, lebih baik mendorong daripada menarik. Bagi beban yang
dibawa sama rata antara kanan dan kiri (berat kantung belanjaan kanan dan kiri
E. Evaluasi Fisioterapi
rhomboid,. Scapula,
Myofascia
l Release
Technique
2. Nyeri tekan pada otot US, Nyeri diam: 3 Nyeri diam: 2
l Release
Technique
3. Keterbatasan luas US, Fleksi-Ekstensi Fleksi-Ekstensi
0 - 20 0 - 30
PEMBAHASAN
menjelaskan terkait prinsip dan konsep assesmen awal fisioterapi yang harus
1. Patient history
2. Observation
3. Examination of movement
4. Special test
7. Diagnostic imaging
terkait pemeriksaan fungsi gerak dasar terkait gerak aktif,gerak pasif,TIMT pada
region cervical yaitu fleksi,ekstensi, lateral fleksi kiri dan kanan, rotasi kiri dan
Fruth” menjelaskan terkait dengan tujuan, teknik pelaksanaan serta ROM normal
Pada kasus yang penulis dapatkan, Ny. Hj. Jumatia mengalami Neck Pain
et causa Muscle Tight sehingga keluhan yang dia rasakan saat ini yaitu, Nyeri
pada daerah leher dan bahu kanan, saat bekerja di rumah sakit terutama saat
BAHU DAN LEHER” oleh Dwi Nur Astuti Akademi Fisioterapi Widya
Husada Semarang. pada kasus Neck Pain yaitu Hold relax merupakan
fisik penderita Neck Pain akibat Spasme. Pada jurnal tersebut Hold Relax ialah
solusi yang baik untuk mengatasi nyeri dan ketidaknyamanan dalam bekerja
Hold relax dapat meningkatkan jarak gerak abduksi sendi bahu dengan nilai p
bersamaan.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
penurunan nyeri tekan dan nyeri gerak, adanya peningkatan lingkup gerak
kemampuan fungsional.
B. Saran
dirumah dan selalu menjaga agar kondisi tubuh tetap sehat dan bugar.
DAFTAR PUSTAKA