Oleh :
Tiana Monika (22710163)
Anestesia Nur Laily Noviasari (22710122)
Pembimbing :
dr. Dadang Kusumawardhana, Sp. KFR
dr. Vivi Mariani, Sp. KFR
dr. Gde Ganjar Oka Narasara, Sp.
KFR
2023
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Oleh :
Tiana Monika (22710163)
Anestesia Nur Laily Noviasari (22710122)
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas Kehendak-
Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan kasus dengan judul “Hernia
Nucleus Pulposus”. Laporan Kasus ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam
Kepaniteraan Rehab Medik. Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis serta
waktu yang tersedia untuk menyusun laporan kasus ini sangat terbatas, penulis
sadar masih banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa maupun
sistematika penulisannya. Untukitu kritik dan saran pembaca yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada dr. Dadang Kusumawardhana, Sp.KFR, dr. Vivi Mariani, Sp. KFR, dan dr.
Gde Ganjar Oka Narasara, Sp.KFR, selaku pembimbing Kepaniteraan Ilmu
Kepaniteraan Rehab Medik di Rsud Dr Wahidin Sudiro Husonodo Mojokerto,
yang telah memberikan masukan yang berguna dalam proses penyusunan laporan
kasus ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang
juga turut membantu dalam upaya penyelesaianlaporan kasus ini. Akhir kata
penulis berharap kiranya laporan kasus ini dapat menjadi masukan yang berguna
dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain yang terkait dengan
masalah kesehatan pada umumnya, dan khususnya tentang masalahkesehatan
Hernia Nucleus Pulposus.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................................. i
LEMBARAN PENGESAHAN.......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................ iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 9
1.1 Identitas Pasien........................................................................................................ 9
1.2 Anamnesis................................................................................................................ 9
1.3 Pemeriksaan Fisik.................................................................................................. 10
1.4 Diagnosa Banding.................................................................................................. 17
1.5 Diagnosa................................................................................................................ 17
1.6 Planning................................................................................................................. 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................20
2.1 HERNIA NUKLEUS PULPOSUS......................................................................20
2.1.1 Definisi................................................................................................................. 20
2.1.2 Anatomi................................................................................................................ 20
2.1.3 Epidemiologi........................................................................................................ 22
2.1.4 Etiologi................................................................................................................. 23
2.1.5 Patofisiologi.......................................................................................................... 23
2.1.6 Faktor Resiko........................................................................................................ 24
2.1.7 Klasifikasi............................................................................................................. 25
2.1.8 Manifestasi Klinis................................................................................................ 26
2.1.9 Diagnosis.............................................................................................................. 26
2.1.10 Diagnosis Banding.............................................................................................. 30
2.1.11 Penatalaksanaan.................................................................................................. 31
2.1.12 Prognosis............................................................................................................. 31
BAB III KESIMPULAN................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 36
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah kondisi dimana terjadi prostusi pada
discus intervertebralis yang disebabkan karena injury atau beban mekanik yang
salah dalam waktu yang lama. HNP adalah degeneratif dimana elastisitas dari
annulus fibrosus menurun sehingga menyebabkan robeknya annulus fibrosus dari
diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture dengan tekanan dari
nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada elemen saraf (Cahyati, 2015).
1
Dari karekteristik keluhan nyeri ini, memungkinkan nyeri punggung merupakan
sindroma yang sangat kompleks. Perlu adanya pendekatan yang tidak cukup
dilayani oleh satu pilihan ilmu terapi harus ada kerjasama dari berbagai disiplin
ilmu tenaga kesehatan, antara lain dokter, perawat, ahli gizi, psikologi dan
fisioterapi (Azrul Azuar, 2000).
1
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. M
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Swasta
Status : Menikah
No. RM : W1602084659
1.2 Anamnesis
1
4) Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini.
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 456
Vital Sign
SpO2 : 98%
Nadi : 96x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,5 °C
BB : 68 Kg
TB : 170 Cm
IMT : 24,2
2) Status Generalis
b. Leher : Pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat, pembesaran tiroid (-)
c. Thorax
Pulmo
1
- Palpasi : Fremitus raba simetris kanan dan kiri
Abdomen
3) Status Muskuloskeletal
Normal D S D S
Ekstensi 0-60 0-60 0-60 5 5
Cervical
Lateral 0-45 0-45 0-45 5 5
Spine
Bending
Rotasi 0-80 0-80 0-80 5 5
1
Fleksi 0-45 0-45 0-45 5 5
Rotasi
Internal Rotasi 0-90 0-90 0-90 5 5
1
Abduksi 0-40 0-40 0-40 5 5
Foot
Inversi 0-30 0-30 0-30 5 5
/Hallux
Flexi 0-45 0-45 0-45 5 5
1
Tabel 2.2 Index Barthel
AKTIVITAS SKOR INDIKATOR PASIEN
Makan 0 : Tidak dapat dilakukan sendiri 10
5 : Memerlukan bantuan dalam beberapa hal
10 : Dapat melakukan sendiri
Mandi 0 : Tidak dapat dilakukan sendiri 5
5 : Dapat dilakukan sendiri
Kebersihan diri 0 : Memerlukan bantuan 5
5 : Dapat melakukan sendiri (mencukur,sikat
gigi, dll.)
Berpakaian 0 : Tidak dapat dilakukan sendiri 10
5 : Memerlukan bantuan minimal
10 : Dapat melakukan sendiri
Defekasi 0 : Inkontinensia 10
5 : Kadang terjadi inkontinensia
10 : Tidak terjadi inkontinensia
Miksi 0 : Inkontinensia urin atau menggunakan kateter 10
5 : Kadang terjadi inkontinensia
10 : Tidak terjadi inkontinensia
Penggunaan 0 : Tidak dapat melakukan sendiri 10
Toilet 5 : Memerlukan bantuan
10 : Mandiri
Transfer (dari tempat tidur ke kursi dan kembali 15
ke tempat tidur)
0 : Tidak dapat melakukan, tidak ada
keseimbangan duduk
5 : Perlu bantuan beberapa orang, dapat
1
Mobilitas 0 : Immobil 15
5 : Memerlukan kursi roda
10 : Berjalan dengan
bantuan 15 : Mandiri
Kesimpulan : Mandiri
4) Status Neurologis
a. GCS :456
b. VAS :4
Brudzinski I :-
Brudzinski II :-
Kernig : -/-
Nervus II : dbn
Nervus V : dbn
Nervus VI : dbn
Nervus IX : dbn
Nervus X : dbn
Nervus XI : dbn
Tromner : -/-
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Schaefer : -/-
L3 : 100% / 100%
L4 : 100% / 100%
L5 : 100% / 100%
S1 : 100% / 100%
BAB : dbn
1
2. Palpasi : Didapatkan krepitasi patella sinistra
Laseque : -│-
Patrick : -│-
Diagnosis Fungsional :
1
1.6 Penatalaksanaan
a. Planning diagnosa
Foto Lumbosacral AP/Lateral
b. Planning Edukasi
a. Mengedukasi pasien mengenai penyakitnya saat ini
b. Edukasi pasien cara duduk dan tempat duduk yang baik, posisi tidur,
cara berbaring yang tepat dan cara bangun dari tidur dan juga aktifitas-
aktifitas ringan lainnya
c. Mengedukasi pasien untuk tidak melakukan pekerjaan berat seperti
mengangkat, menggendong, memikul
d. Edukasi pasien cara mengangkat benda yang benar (tumpuan pada
kaki)
c. Planning Pencegahan
1. Olahraga secara teratur untuk mempertahankan kemampuan otot
seperti bersepeda, berenang
2. Menghindari mengangkat barang yang berat
3. Menghindari olahraga atau kegiatan yang dapat menimbulkan trauma
4. Kurangi berat badan
d. Planing Terapi
1. Medikamentosa :
1) Alpentin 2x100 mg
2) Na. Diclofenac 2x 50 mg
3) Mekobalamin 2x500 mg
2. Non medikamentosa :
1) Modalitas Terapi :
SWD (Short Wave Diathermy)
TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)
1
2) Orthese Prothese :
Lumbosacral corset
3) Exercise :
Exercise pelvic
Knee to chest
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) didefinisikan sebagai suatu keadaan
patologis dimana terjadi protusi dari anulus fibrosus beserta nukleus pulposus
ke dalam lumen kanalis vertebralis. HNP dapat terjadi pada semua segmen
vertebra, tetapi yang paling sering terjadi di segmen lumbal. Kasus HNP yang
paling sering terjadi adalah pada diskus intervertebralis L5-S1, disusul oleh
herniasi pada diskus intervertebralis L4-5, L3-4, L2-3, dan L1-2. Herniasi
pada diskus intervertebralis segmen thorakal relatif jarang, sedangkan pada
segmen servikal dapat mengenai diskus intervertebralis C5-6 atau C6-7
(Fishbain, 2004).
Nukleus pulposus adalah massa setengah cair yang terbuat dari serat
elastis putih yang membentuk bagian tengah dari diskus intervertebralis. HNP
mempunyai banyak sinonim antara lain: Hernia Diskus Intervertebralis,
Ruptur Disc, Slipped Disc, Prolapsed Disc dan sebagainya (Meli, L, 2003).
2.1.2 Anatomi
2.1.3 Epidemilogi
HNP merupakan salah satu penyebab dari nyeri punggung bawah yang
penting. dan merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama. Insiden HNP
di Amerika Serikat adalah sekitar 5% orang dewasa. Kurang lebih 60- 80%
individu pernah mengalami nyeri punggung dalam hidupnya. Nyeri punggung
bawah merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak di Amerika Serikat dengan
angka prevalensi berkisar antara 7,6-37% insidens tertinggi dijumpai pada usia
45-60 tahun. Pada penderita dewasa tua, nyeri punggung bawah
mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40% penderita dan menyebabkan
gangguan tidur pada 20% penderita akan mencari pertolongan medis, dan 25%
diataranya perlu rawat inap untuk evaluasi lebih lanjut (Pinzon, R, 2012).
1
2.1.4 Etiologi
1. Proses Degenaratif
Diskus intervertebralis tersusun atas jaringan fibrokartilago yang
berfungsi sebagai shock absorber, menyebarkan gaya pada kolumna
vertebralis dan juga memungkinkan gerakan antar vertebra. Kandungan
air diskus berkurang dengan bertambahnya usia (dari 90% pada bayi
sampai menjadi 70% pada orang usia lanjut). Selain itu serabutserabut
menjadi kasar dan mengalami hialinisasi yang ikut membantu terjadinya
perubahan ke arah herniasi nukleus pulposus melalui anulus dan menekan
radiks saraf spinal. Pada umumnya hernia paling mungkin terjadi pada
bagian kolumna vertebralis dimana terjadi peralihan dari segmen yang
lebih mobil ke yang kurang mobil (perbatasan lumbosakral dan
servikotolarak) (Meli, L, 2003).
2. Proses Traumatik
Dimulainya degenerasi diskus mempengaruhi mekanika sendi
intervertebral, yang dapat menyebabkan degenerasi lebih jauh. Selain
degenerasi, gerakan repetitive, seperti fleksi, ekstensi, lateral fleksi, rotasi,
dan mengangkat beban dapat memberi tekanan abnormal pada nukleus.
Jika tekanan ini cukup besar sampai bisa melukai annulus, nucleus
pulposus ini berujung pada herniasi. Trauma akut dapat pula menyebabkan
herniasi, seperti mengangkat benda dengan cara yang salah dan jatuh
(Meli, L, 2003).
2.1.5 Patofisologi
Kausa dari HNP lumbal dihubungkan dengan dengan proses degenerasi
diskus intervertebralis dan faktor mekanik, misalnya tekanan yang berlebihan
atau peregangan yang berlebihan pada diskus intervertebra. Cedera fleksi
dapat terjadi pada saat pasien yang bersangkutan sedang membungkuk sambil
1
dalam patogenesis HNP lumbal adalah proses degenerasi diskus
intervertebralis. Secara molekuler, degenerasi terjadi apabila terproduksinya
komponen-komponen matriks yang abnormal atau meningkatnya mediator-
mediator yang bertugas mendegradasi matriks, seperti Interleukin-1 (IL1),
Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α), Matrix Metalloproteinases (MMPs), dan
menurunnya Tissue Inhibitors of Metalloproteinases (TIMPs). Akibat dari
degenerasi diskus, kadar proteoglikan dan air di nukleus pulposus menjadi
turun (Fishbain, 2004).
Berikut ini adalah faktor risiko yang meningkatkan seseorang mengalami HNP :
1. Usia
Usia merupakan faktor utama terjadinya HNP karena annulus fibrosus
lama kelamaan akan hilang elastisitasnya sehingga menjadi kering dan
2.1.7 Klasifikasi
Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan
herniasinya, dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang
sesungguhnya, yaitu:
a. Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu arah
tanpa kerusakan annulus fibrosus.
b. Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih dalam
1
lingkaran anulus fibrosus.
c. Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus dan
berada di bawah ligamentum, longitudinalis posterior.
d. Sequestrasi diskus intervertebral : nukleus telah menembus ligamentum
longitudinalis posterior
2.1.9 Diagnosis
1. Anamnesis :
Pada anamnesis dapat ditanyakan beberapa hal yang berhubungan
dengan nyeri pasien, misalnya frekuensi nyeri, interval, lokasi nyeri, sifat
nyeri, penjalaran, apa aktivitas yang memprovokasi nyeri, serta hal-hal
yang memperberat nyeri dan meringankan nyeri.Selain mengenai
nyerinya, tanyakan pula pekerjaan pasien, riwayat trauma, dan riwayat
merokok karena merupakan faktor risiko terjadinya HNP.
2. Pemeriksaan Fisik :
a. Inspeksi
Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap
berdiri dan menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya
suatu herniasi diskus. Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan
gerakan mana yang membuat nyeri dan juga bentuk kolumna
vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang
sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot
paravertebral.
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
1. Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan
nyeripada tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di
lumbal danartritis lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan
penyempitan foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada
saraf spinal.
2. Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan
nyeripada tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada
saraf yang terinflamasi di atas suatu diskus protusio sehingga
meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan
meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di sebelahnya
(Jackhammer effect).
3. Nyeri low back pain pada ekstensi ke belakang pada seorang
dewasamuda menunjukkan kemungkinan adanya suatu
spondilolisis atau spondilolistesis, namun ini tidak patognomonik.
1
4. Lokasi dari HNP bisaanya dapat ditentukan bila pasien disuruh
membungkuk ke depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan,
ke suatu sisi atau ke lateral yang meyebabkan nyeri pada tungkai
yang ipsilateral menandakan adanya HNP pada sisi yang sama.
b. Palpasi
1. Pemeriksaan motoris
Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua
sisi untuk menemukan abnormalitas motoris.
2. Pemeriksaan sensorik
Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan
perhatian dari penderita dan tak jarang keliru, tetapi tetap penting
arti diagnostiknya dalam membantu menentukan lokalisasi lesi
HNP sesuai dermatom yang terkena. Gangguan sensorik lebih
bermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding
motoris.
Tanda-tanda rangsangan meningeal
Tanda Neri (Neri’s sign): bisa ditimbulkan bila pasien
membungkuk ke depan dan dikatakan positif bila akan terjadi
fleksi lutut pada sisi yang terkena.
3. Pemeriksaan Fisik Neurologi :
a. Pemeriksaan Range Of Movement (ROM) : Pemeriksaan ini
dapat dilakukan secara aktif oleh penderita sendiri maupun
secara pasif oleh pemeriksa. Pemeriksaan ROM ini
memperkirakan derajat nyeri, function laesa, atau untuk
memeriksa ada/ tidaknya penyebaran rasa nyeri.
b. Tes lasegue : Pasien berbaring telentang, pemeriksa
memfleksikan panggul secara pasif, dengan lutut dari tungkai
terekstensi maksimal, sambil menjaga tungkai lurus di sendi
lutut. Tesnya positif jika terdapat nyeri pada pasien dan
paresthesia.
c. Tes crossed lasegue : seperti pada tes angkat lasegue, pasien
berbaring telentang, dan pemeriksa mengangkat tungkai yang
tidak terdapat gejala. Tesnya positif jika terdapat nyeri dan
1
paresthesia pada pasien. Tes tersebut memiliki spesifisitas lebih
tinggi dari 90%.
d. Tanda Kernig : Pada pemeriksaan ini penderita yang sedang
berbaring difleksikan pahanya pada persendian panggung
sampai membuat sudut 90 derajat.Selain itu tungkai bawah
diekstensikan pada persendian lutut.Bisaanya kita dapat
melakukan ekstensi ini sampai sudut 135 derajat, antara
tungkai bawah dan tungkai atas, bila terdapat tahanan dan rasa
nyeri sebelum tercapai sudut ini, maka dikatakan tanda kerning
positif.
d) EMG
Untuk melihat konduksi dari nervus, dilakukan untuk
mengidentifikasi kerusakan nervus
1
Pada spondylosis terjadi degenerasi dari discus intervertebralis dimana
tulang dan ligament ditulang penipisan akibat pemakaian terus menerus ,
sehingga menyebabkan penyempitan ruang diskus dan timbulnya osteofit,
pada umunya bersifat degeneratif atau timbul akibat mikrotrauma yang
terus menerus
3. Spondylolisthesis
Spondylolisthesis adalah kondisi dari spine dimana salah satu dari
vertebra tergelinci kedepan dari satu vertebra pada lainnya dirujuk
sebagai anterolisthesis dan tergelincir kebelakan dirujuk sebagai
retrolisthesis.
2.1.11 Penatalaksanaan
1. Farmakologi
1
penyebab NPB adalah spasme otot. Efek terapinya tidak sekuat
OAINS, seringkali di kombinasi dengan OAINS dan analgesik.
Sekitar 30% memberikan efek samping mengantuk Contoh: eperison,
tisanidin, karisoprodol, diasepam dan siklobensaprin.
d. Analgesik adjuvan
2.1.12 Prognosis
1
BAB III
KESIMPULAN
1
DAFTAR PUSTAKA
Autio R., 2006. MRI of Herniated Nucleus Pulposus: Oulu University Press, pp.
17-8
Bontrager, Kenneth L dan John P. Lampignano. 2014. Textbook of Radiographic
Positioning and Related Anatomy. St Louis: Elsevier Mosby.
Cicco, F et al. 2020. Nucleus Pilposus Herniation. StatPearls Publishing; 2021
Jan
Dydyk, A et al. 2020. Disc Herniation. StatPearls Publishing; 2021 Jan
Eidelson, G Stewart. 2014. Anatomy Thoracic Spine. Diakses 14 juni
2014.http://www.spineuniverse.com/anatomy/thoracic-spine.
Ellis, Harold. 2006. Clinical Anatomy: Applied Anatomy for Student & Junior
Doctors. 11th edition. USA: Blackwell Publishing.
Gibson, Jhon. 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern Pada Perawat. Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Lucas, D.B & Britt, S.H. 2003.Advertising Psychology and Research. New York:
Mc Graw-Hill
Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika
Pearce Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakata: PT
Gramedia Pustaka Utama
Putz.R and Pabst, R; 2012, Atlas Anatomi Manusia, Sobotta Anatomi, Edisi
XXIII. Penerbit Buku Kedokteran ECG: Jakarta.
Reese Nancy Berryman dan William D Bandy.2010. Joint Range of Motion and
Muscle Length Testing. 2nd ed. United States of America: Mosby
Elsevier.
Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf. Edisi V. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Soyuer, f. 2020. Current physiotherapy approaches in lumbal disc herniation. J
Sci.2020;4(4):140‒142,