Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian di Departemen
Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura
Oleh:
Pembimbing:
DEPARTEMEN BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA-PAPUA
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir Kepaniteraan Klinik Madya
di Departemen Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura.
Hari : Sabtu
Menyetujui Dokter
Penguji/Pembimbing
i
LEMBAR PENILAIAN PRESENTASI LAPORAN KASUS
Nama : Nelson Yosias Arenu Moderator :
NIM :
Semester : Penilai : dr. Johanes A, Sp.OT (K) Spine
Presentasi ke :
9 Rata-rata
Catatan untuk perbaikan dilihat dari segi :
- Pengetahuan :
- Keterampilan :
- Sikap :
Pembimbing Dibimbing
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari maka trauma sendi pergelangan kaki dan
terutama dari sendi talo-cruralnya, adalah trauma yang sering sekali terjadi.
Tidak hanya mereka yang memang kerjanya menggunakan sendi ini secara
dipaksakan (seperti misalnya olahragawan dan terutama pemain sepak bola)
tetapi juga para ibu yang menggunakan sepatu dengan hak yang sangat
tinggi sangat peka terkena trauma ini.
Dislokasi biasa terjadi pada jari-jari, pergelangan kaki, dan lutut. Bila
kekurangan ligamen mayor, sendi menjadi tidak stabil dan mungkin
diperlukan perbaikan bedah.
1
Dari sebuah studi pada penderita dislokasi yakni didapatkan dari 71,8%
laki-laki yang mengalami dislokasi 46,8% penderita berusia
15-29tahun;48,3% terjadi akibat kegiatan berolahraga sepakbola dan basket.
Pada wanita, tingkat dislokasi yang lebih tinggi terlihat diantara penderita
berusia >60tahun. Peningkatan ini terutama diakibatkan oleh kejadian terjatuh
di rumah.1
Neglected fraktur dengan atau tanpa dislokasi adalah suatu fraktur yang
tidak ditangani atau ditangani dengan tidak semestinya sehingga
menghasilkan keadaan keterlambatan dalam penanganan, atau kondisi yang
lebih buruk dan bahkan kecelakaan.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
3
2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi (disangkal)
Penyakit Jantung (disangkal)
Asma (disangkal)
Alergi (disangkal)
Status Generalis
Tanda Vital
Tekanan Denyut Laju Suhu Saturasi
Darah Nadi Nafas Tubuh Oksigen
130/70 (93x/menit) (22kali/me (36,7°C) (99%)
(mmHg) nit)
Pemeriksaan Fisik
Kepala – Leher
Mata konjungtiva anemis (-/-)
sklera ikterik (-/-)
4
sekret (-)
5
STATUS LOKALIS
Status Lokalis ankle joint dextra
Look : Deformitas (+) pada pergelangan kaki, dan pergelangan
kaki kanan tidak sama dengan kaki kiri, bengkak (+),
jejas (+), tampak ulkus (+), darah (+)
Feel : Kebas (+), tenderness (+), krepitasi (+)
Move : ROM terbatas
Koagulasi
PT 11,4 detik 10,2-12.1
APTT 28,5 detik 24,8-34,4
6
Kimia darah
Glukosa Darah Sewaktu 136 mg/dL <= 140
SGOT 16,4 U/L <= 40
SGPT 19,4 U/L <= 41
BUN 6,1 mg/dL 7-18
Creatinin 1,02 mg/dl <= 0,95
Na,K,Cl
Natrium darah 135,10 mEq/L 135-148
Kalium darah 3,54 mEq/L 3,50-5,30
CL darah 06,50 mEq/L 96-106
Calcium Ion 1,02 mEq/L 1,15-1,35
7
2.5 DIAGNOSA
Neglected Open Fraktur Dislokasi Ankle Dextra
Tanggal S O A P
13/03/2023 Nyeri pada ankle, luka KU: TSS Neglected IVFD Nacl 0,9%
basah, bone expose (+) Kes: CM 1500cc/24jam
TD : 120/70mmHg Open fraktur Metronidazole
N:69 x/m Dislokasi 3x500mg/8jam
R: 23 x/m Inj. Ceftriaxone
SB: 36,6◦C Ankle Dextra 2x1gr/12jam
SpO2: 98% Inj. Ranitidin
2x50mg/12jam
Ganti verban setiap
hari
Konsul Penyakit
8
dalam
Konsul Jantung
Konsul anestesi
Persiapan operasi
apabila keadaan
membaik
14/03/2023 Nyeri pada ankle, luka KU: TSS Neglected IVFD Nacl 0,9%
basah, bone expose (+) Kes: CM 1500cc/24jam
TD : 130/80mmHg Open Fraktur Metronidazole
N:65 x/m Dislokasi 3x500mg/8jam
R: 22 x/m Inj. Ceftriaxone
SB: 36,9◦C Ankle Dextra 2x1gr/12jam
SpO2: 98% Inj. Ranitidin
2x50mg/12jam
Konsul Jantung
Konsul anestesi
Persiapan operasi
apabila keadaan
membaik
15/03/2023 Nyeri pada ankle, luka KU: TSS Neglected IVFD Nacl 0,9%
basah, bone expose (+) Kes: CM 1500cc/24jam
TD : 120/80mmHg Open Fraktur Metronidazole
N:74 x/m Dislokasi 3x500mg/8jam
R: 24 x/m Inj. Ceftriaxone
SB: 36,8◦C Ankle Dextra 2x1gr/12jam
SpO2: 99% Inj. Ranitidin
2x50mg/12jam
Konsul anestesi
Persiapan operasi
apabila keadaan
membaik
16/03/2023 Nyeri pada ankle, luka KU: TSS Neglected IVFD Nacl 0,9%
basah, bone expose (+) Kes: CM 1500cc/24jam
TD : 120/80mmHg Open Fraktur Metronidazole
N:68 x/m Dislokasi 3x500mg/8jam
R: 22 x/m Inj. Ceftriaxone
SB: 37,4◦C Ankle Dextra 2x1gr/12jam
SpO2: 98% Inj. Ranitidin
2x50mg/12jam
Operasi hari ini
9
Dilakukan reposisi (ORIF)
Jahit luka operasi
Tampak defek pada bagian dorsolateral pedis dextra
Pasang book Slap
Operasi selesai
10
2.9 TERAPI POST OPERASI
IVFD RL 1500cc/24jam % 20 tpm
Inj. Hypobhac 2x200mg/12jam/ iv
Inj. Ketorolac 3x 30mg/8jam/ iv
Inj. Ceftriaxone 2x1gr/12jam/iv
Observasi tanda-tanda vital
Observasi kaki kanan
Elevasi kaki kanan
Boleh makan-minum
Pro RO ankle dextra AP+Lateral
11
2.10 FOLLOW UP POST OP
Tgl S O A P
17/3/23 Nyeri pada kaki KU: TSS Neglected open IVFD RL 1500cc/24jam
kanan post operasi Kes: CM dislokasi ankle % 20 tpm
(+) TD : 100/80mmHg dextra dan soft Inj. Hypobhac
N: 60 x/m tissue defect 2x200mg/12jam/ iv
R: 22 x/m Inj. Ketorolac 3x
SB: 37,0◦C 30mg/8jam/ iv
SpO2: 98% Inj. Ceftriaxone
2x1gr/12jam/iv
18/3/23 Nyeri pada kaki KU: TSS Neglected open IVFD RL 1500cc/24jam
kanan post operasi Kes: CM dislokasi ankle % 20 tpm
(+) TD : 110/70mmHg dextra dan soft Inj. Hypobhac
N: 68 x/m tissue defect 2x200mg/12jam/ iv
R: 23x/m Inj. Ketorolac 3x
SB: 36,5◦C 30mg/8jam/ iv
SpO2: 98% Inj. Ceftriaxone
2x1gr/12jam/iv
19/3/23 Nyeri pada kaki KU: TSS Neglected open IVFD RL
kanan post operasi Kes: CM dislokasi ankle 1500cc/24jam % 20 tpm
(-) TD : 110/80mmHg dextra dan soft Inj. Hypobhac
N: 70 x/m tissue defect 2x200mg/12jam/ iv
R: 22 x/m Inj. Ketorolac 3x
SB: 37,0◦C 30mg/8jam/ iv
SpO2: 98% Inj. Ceftriaxone
2x1gr/12jam/iv
Rencana pulang besok
bila membaik
20/3/23 Nyeri pada kaki KU: TSS Neglected open Cefixime 2x200mg p.o
kanan post operasi Kes: CM dislokasi ankle Ranitidine 2x150mg p.o
(-) TD : 120/80mmHg dextra dan soft Meloxicam 3x15mg p.o
N: 60 x/m tissue defect BPL
R: 24 x/m
SB: 37,4◦C
SpO2: 99%
12
2.11 Prognosis
Ad Vitam : ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanactionam : dubia ad bonam
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Dislokasi ankle adalah suatu kondisi yang ditandai oleh kerusakan dan
robeknya jaringat ikat sekitar sendi pergelangan kaki dengan perpindahan
tulang. Dikatakan recurrent apabila terjadi suatu dislokasi berulang sedangkan
habitual apabila dislokasi dapat diprofokasikan sendiri oleh penderitanya,
keadaan ini bersifat kongenital atau akibat injeksi berkali-kali (antibiotika)
kedalam otot.
Neglected dengan atau tanpa disloksi adalah suatu dengan atau tanpa
dislokasi yang tidak ditangani atau ditangani dengan tidak semestinya
sehingga menghasilkan keadaan keterlambatan dalam penanganan, atau
kondisi yang lebih buruk dan bahkan kecacatan.
2. ETIOLOGI
14
3. ANATOMI
Permukaan Articular
Ujung-ujung distal tibia dan fibula membentuk sebuah sosok (lekuk
dalam) yang mencakup talus. Permukaan medial malleolus lateralis
bersendi dengan permukaan lateral talus. Tibia bersendi dengan talus di
dua tempat, yaitu permukaan inferior tibia membentuk atap sosok tadi,
malleolus medialis tibia bersendi dengan permukaan medial talus.
15
bagian trochlea ke belakang, dan sedikit memencarkan tibia dan fibula.
Pemencaran demikian dibatasi oleh ligamentum interosseum yang kuat
dan oleh ligamentum tibiofibulare interior posterius yang
mempersatukan tulang-tulang tungkai bawah. Pada fleksi plantar kaki
sendi pergelangan kaki relatif kurang stabil karena permukaan artikular
proksimal talus lebih sempit di sebelah posterior dan menempati sosok
tibiofibular hanya untuk sebagian.
Simpai Sendi
Capsula fibrosa bersifat tipis di sebelah depan dan bela kang,
tetapi pada kedua sisi diperkuat oleh ligamentum collaterale yang kuat.
Proksimal simpai melekat pada tepi permukaan artikular tibia dan
kedua malleolus dan distal pada talus.
Ligamentum
16
anterius dan ligamentum tibiotalare posterius, dan ligamen
tibiocalcaneum merupakan bagian- bagian yang membentuk ligamentum
mediale atau deltoideum. 4
17
Perdarahan. Arteri-arteri berasal dari rami malleolares arteriae fibularis
dan arteria tibialis posterior dan anterior.
Pergerakan
18
tali dipaksakan di antara malleolus medialis dan lateralis, yang
menyebabkannya agak terpisah dan mengencangkan ligamen art.
4. KLASIFIKASI
1. Dislokasi kongenital
Hal ini terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan
seseorang, paling sering terlihat pada daerah panggul (hip).
Hal ini dapat terjadi akibat penyakit sendi dan atau jaringan
sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis
tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3.Dislokasi traumatik
19
Dislokasi traumatik adalah suatu kedaruratan ortopedi, yang
memerlukan pertolongan segera. Hal ini membuat sistem
vaskularisasi terganggu, susunan saraf rusak dan serta
kematian dari jaringan. Trauma yang kuat membuat tulang
keluar dari posisi anatomisnya dan mengganggu jaringan
lain seperti merusak struktur sendi, ligamen, saraf, dan
sistem vaskular. Seringkali terjadi pada orang dewas a. Bila
tidak ditangani dengan segera dapat terjadi nekrosis
avaskuler (kematian jaringan akibat anoksia dan hila ngnya
pasokan darah) dan paralisis saraf.
1. Dislokasi Akut
2. Dislokasi Kronis
5. PATOFIOLOGI
20
dapat menyebabkan terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan
sendi sehingga struktur sendi dan ligamen menjadi rusak. Keadaan
selanjutnya terjadinya kompresi jaringan tulang yang terdorong ke depan
sehingga merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid me njadi
teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi yang normal. Keadaan
tersebut dikatakan sebagai dislokasi.
Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma pada daerah dislokasi sendi diikuti ole h frekuensi
berulang, maka dislokasi akan berlanjut dengan trauma yang minimal,
hal disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada sendi bahu
(shoulder joint) dan sendi pergelangan kaki atas (patello femoral joint).
Dislokasi berulang biasanya sering dikaitkan dengan fraktur yang
disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah akibat dari
kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
21
1. Dislokasi sendi bahu (shoulder joint)
Kadang dislokasi pada sendi panggul ini juga dapat disertai adanya
fraktur. Dislokasi pada sendi panggul merupakan jenis dislokasi yang
22
amat serius dan membutuhkan penanganan yang cepat. Diagnosis dan
terapi yang tepat untuk menghindari akibat jangka panjang dari hal ini
yaitu nekrosis avaskuler dan osteoarthritis.
Dislokasi sendi panggul terbagi menjadi dua yaitu dislokasi anterior dan
dislokasi posterior tergantung berat atau tidaknya trauma tersebut.
23
Klasifikasi Dislokasi Sendi Panggul Anterior menurut Epstein
yaitu :
24
deformitas. Bentuk dari kaki akan terlihat bengkok atau
mengalami angulasi. Kadang dislokasi pada sendi lutut ini akan
mengalami relokasi secara sendiri. Lutut dalam hal ini akan
menjadi sangat bengkak dan sakit.
25
Gambar 8. Dislokasi Pergelangan Kaki
26
6. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
Look
Feel
Move
27
pada pergerakan pasien serta dinilainya kekuatan otot pada
daerah persendian.
7. GEJALA KLINIS
• Adanya mati rasa atau tebal dan kesemutan pada daerah persendian
• Adanya rasa nyeri terutama bila sendi tersebut digunakan atau
diberikan beban
• Pergerakan dari sendi yang menjadi sangat terbatas
• Terdapat bengkak dan kebiruan atau memar pada daerah
persendian.
• Sendi terlihat tidak pada posisi sebenarnya, adanya perubahan
warna maupun bentuk (adanya deformitas yaitu hilangnya t onjolan
tulang yang normal)
• Dislokasi posterior merupakan kondisi yg paling umum pada
dislokasi ankle. Talus yang bergerak kearah posterior
menghasilkan distrupsi sindemosis tibiofibular (jenis se ndi dengan
tulang-tulang yang disatukan oleh jaringan ikat fibrosa yang
membentuk membran atau ligamen antarulang) pada dislokasi
posterior.
• Kondisi dislokasi anterior terjadi akibat tekanan posterior
menyebabkan tibia menjadi dorsofleksi.
• Dislokasi lateral terjadi akibat tekanan inversi atau rotasi
internal-eksternal dari ankle. Kondisi ini sering disertai adanya
fraktur maleolus lateralis atau fraktur tibia.Dan dislokasi superior
disertai dengan fraktur kalkaneus sehingga perlu dievaluasi adanya
injuri spina
28
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Penunjang
a) X-Ray : dilakukan pemeriksaan berupa foto rontgen pada daerah
dari persendin yang mengalami cedera, hal ini juga dilakukan
guna memastikan apakah terdapat fraktur juga pada tulang di
daerah persendian. Bisa juga dilakukan pemeriksaan radiologi
melalui CT Scan ataupun MRI.
9. TATALAKSANA
29
berat ataupun komplikasi fraktur. Yang perlu diingat adalah dapat
terjadi interposisi jaringan lunak yang menghalangi usaha reposisi
kita yang sering kali memaksa kita untuk melakukan tindakan
terbuka.
30
3. Dirujuk : Dislokasi yang kadang disertai oleh cederanya ligamen
bahkan fraktur pada tulang yang dapat semakin memperparah
hal tersebut, maka untuk mencegah hal tersebut setelah
dilakukan pemeriksaan dan penanangan awal maka perlu
dilakukan rujukan segera kepada spesialis ortopedi sehi ngga
dapat diperiksa dan ditangani lebih lanjut (dapat dilakukannya
operasi atau tindakan pembedahan)
persendian
Open reduction
Indikasi
31
10. KOMPLIKASI
11. PROGNOSIS
32
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus Teori
33
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan :
Kasus Teori
trauma
• Didapatkan ankle terdapat nyeri tekan,
34
4.2 Apakah tatalaksana pada kasus ini sudah tepat?
Pada pasien ini dilakukan tatalaksana sudah tepat, berupa :
Kasus Teori
Pada pasien ini diberikan tatalaksana • Penatalaksanaan kasus dislokasi anterior
ankle dapat dilakukan secara konservatif
medikamentosa berupa pemberian
dan operatif
obat antibiotik yakni ceftriaxon dan • Pilihan terapi konservatif berupa reposisi
tertutup dengan manuver Kocher
juga metronidazole, selain itu pasien
dilanjutkan immobilisasi dengan verban
juga dilakukan operasi yakni Velpeau atau collar cuff selama lebih
kurang 3 minggu.
reposisi,debridement dan juga ORIF
• Pada dislokasi yang tidak dapat
(Open Reduction and Internal direposisi secara tertutup maka akan
Fixation) dilakukan tindakan operatif
35
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Diagnosa pada pasien ini sudah tepat yaitu neglected open dislokasi ankle
dextra sesuai dari anamnesa mekanisme terjadinya dan pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang yang dilakukan.
Tatalaksana pada pasien ini sudah tepat yaitu reposisi, debridement, dan
Orif (Open reduction and internal fixation) dan juga sesuai dengan
pemeriksaan fisik pada pasien.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Apley, A Graham & Solomon, Louis. 1995. Ortopedi dan Fraktur sistem Apley.
Jakarta : Widya Medika.: Widya Medika.
2. Dock Elly. Dislocations. Healthline. 2017 September 14. Available from
https://www.healthline.com/health/dislocation#overview1
3. Sufitni. (2004). Cedera Extremitas superior. USU digital library, 1-7
4. Keith L. Moore, Anne M.R. Agur, (2002). Anatomi dan fisiologi dasar. Jakarta
: EGC. [4] Sommerville,I. (2007). Software Engineering, (8th Edition)
5. Richard S. Snell 1998; Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Bagian
ke-. 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 120-131.
6. Kimberlé W. Crenshaw, Race, Gender, and Sexual Harassment, 65 S. Cal. L.
Rev. 1467 (1992). Available at:
https://scholarship.law.columbia.edu/faculty_scholarship/2867
7. Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, cetakan ke 5 ;
edisi ke tiga ;Yarsif Watampone, Jakarta
37