DI SUSUN OLEH :
Telah melakukan praktek komprehensif di RS. OTAK DR. DRS. M HATTA BUKITTINGGI
dengan judul penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Hernia Nucleus Pulposus lumbal 5-4
dengan modalitas TENS dan MWD, telah disahkan dan disetujui pada :
Hari :
Tanggal :
Disetujui oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha esa atas segala nikmat dan rahmatnya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan kesempurnaan makalah ini
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAH ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 8
2.1 Deskripsi Kasus .............................................................................................................. 8
2.1.2 Etiologi ...................................................................................................................... 9
2.1.3 Patofisiologi ............................................................................................................ 14
2.1.4 Gejala Klinis dan Komplikasi .............................................................................. 16
2.1.5 Anatomi dan Fisiologi ........................................................................................... 16
2.1.6 Biomekanik............................................................................................................. 22
2.1.7 Tes Spesifik Dan Aktivitas Fungsional dengan Index Oswestry ....................... 24
2.1.8 Objek yang dibahas ............................................................................................... 26
BAB III PROSES FISIOTERAPI ........................................................................................ 43
3.1 Pengkajian Fisioterapi ................................................................................................. 43
3.1.1 Anamnesis Umum .................................................................................................. 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 59
4.1 Hasil ............................................................................................................................... 59
4.2 Pembahasan .................................................................................................................. 59
BAB V KESIMPULAN ......................................................................................................... 62
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 62
5.2 Saran.............................................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 63
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesungguhnya kesehatan merupakan kenikmatan yang diakui setiap orang. Pada
perkembangan jaman sekarang melakukan aktivitas sehari – hari sering menimbulkan
berbagai keluhan yang timbul pada pinggang. Jika berlangsung pada jangka waktu yang
lama, akan menimbulkan keluhan pada pinggang bawah yang biasa disebut nyeri
pinggang bawah. Nyeri yang dirasakan dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri
radikuler atau keduanya. nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Semua
struktur yang terdapat dibagian vertebra merupakan struktur yang peka terhadap
rangsangan nyeri, sehingga bisa terjadi gangguan gerak ataupun iritasi pada struktur ini
dapat menimbulkan gejala nyeri pinggang bawah salah satu diantaranya karena Hernia
Nucleus Pulposus.
Persatuan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia (PERDOSSI) pada tahun 2002
melakukan penelitian pada 14 Rumah Sakit Pendidikan dengan hasil untuk penderita
Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah sebanyak 819 orang, hal ini setara dengan nilai
18,37% dari total kunjungan pasien (Meliala, 2003). Angka yand didapat dari penelitian
yang dilakukan oleh PERDOSSI tersebut merupakan angka yang diketahui dari pasien
yang datang untuk melakukan pemeriksaan, diluar dari mayoritas pekerja dalam usia
produktif (35-55 tahun).(Ginting and Susilo 2022)
Menurut Tim Medkes, penyakit HNP disebabkan oleh adanya cairan yang
berbentuk seperti gell (nucleus pulposus) dari bantalan sendi tulang belakang (diskus
invertebralis) yang keluar dan disebabkan oleh lemahnya dinding bantalan sendi tulang
belakang tersebut. Untuk mengatasi penyakit ini maka diperlukan penanganan serius dari
para ahli syaraf. Namun, mayoritas masyarakat Indonesia enggan untuk berkonsultasi
dengan para ahli dikarenakan adanya paradigma bahwa untuk berkonsultasi dengan para
ahli membutuhkan biaya yang sangat mahal.(Ghilang et al. 2022)
Pada dasarnya keluhan nyeri dapat terjadi pada bangunan neuro muskuloskeletal
yang mana dari tubuh manusia, diantaranya nyeri punggung bawah, dalam dunia medis
disebut Low Back Pain, yang terjadi oleh karena Hernia Nucleus Pulposus disebut juga
HNP. Dimana orang awam menyebutnya dengan sebutan sakit boyok, encok dan
sebagainya. Berbagai macam bentuk keluhan di daerah ini dapat timbul karena kurang
berhati-hati dan sikap yang kurang memperhatikan segi keamanan dalam beraktivitas.
1
Hernia Nucleus Pulposus (HNP), merupakan salah satu penyebab dari nyeri
punggung bawah, Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah kondisi dimana terjadi protrusi
pada discus intervertebralis yang disebabkan karena injury dan beban mekanik yang
salah dalam waktu yang lama. Selain itu faktor utama yang menyebabkan HNP adalah
degeneratif dimana elastisitas dari annulus fibrosus menurun sehingga menyebabkan
robeknya annulus fibrosus.Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya
dengan meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang
lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Selain itu Hernia nucleus pulposus (HNP)
kebanyakan juga disebabkan karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang
mengenai discus intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya annulus
fibrosus.(Anggiat, Fransisko, and SSt.Ft 2020)
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nucleus pulposus keluar
menonjol kemudian menekan ke arah canalis spinalis melalui anulus fibrosus yang robek
(Borestein dan Wiesel, 2007). HNP sering terjadi pada daerah lumbal 4 - 2 lumbal 5 dan
lumbal 5 - sacrum 1. Dimana kelainan ini lebih banyak terjadi pada individu dengan
pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat beban ,Rasa nyeri pada HNP
disebabkan oleh proses patologik di kolumna vertebralis pada diskus intervertebralis.
Gerakan mengangkat berulang, menarik, mendorong, membungkuk ke samping, terjatuh
dan memutar juga dapat meningkatkan resiko HNP yang menyebabkan penekanan yang
berlebihan pada diskus intervertebralis sehingga dapat mendorong nucleus pulposus
keluar dari anulus fibrosus yang dapat menekan medula spinalis.(Dwi and Fauziah 2020)
Nyeri punggung bawah (NPB) adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah
punggung bawah gejala utama rasa nyeri atau perasaan yang tidak enak di daerah tulang
punggung bawah dan sekitarnya. Nyeri punggung bawah merupakan gangguan
musculoskeletal yang sering terjadi pada aktivitas yang berlebihan. Nyeri punggung
bawah (NPB) merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama. Insiden NPB di
Amerika Serikat adalah 5% orang dewasa. Kurang lebih 60%-80% individu setidaknya
pernah mengalami nyeri punggung dalam hidupnya.(Nugroho and Maheswara 2019)
Pada HNP diskus intervertebralis lumbal tertentu nyeri hasil iritasi dirasakan di
sepanjang tungkai sesuai dengan perjalanan radiks yang terkena. HNP lumbal, selain
timbul nyeri juga dapat berujung pada disabilitas fungsional. Disabilitas fungsional dapat
terjadi karena adanya sekumpulan problematik antara lain : adanya iritasi ligamen, iritasi
2
radiks, laxity ligamen, spasme otot, nyeri menjalar dan adanya kelemahan otot-otot
lumbal (Fendy, 2018).
Berdasarkan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 80 Tahun 2013
fisioterapi adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan kelompok
untuk mengembangkan, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang kehidupan
dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan
(Kurniawan, 2020).
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu atau
kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh
sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peralatan
listrik (elektroterapi dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi Fisioterapi juga
merupakan pengobatan aktif dan bukan pasif, dan biasanya memfokuskan untuk menjaga
sendi dan otot agar tetap bergerak. Seperti untuk meredakan nyeri punggung, fisioterapi
juga dapat digunakan untuk sejumlah besar gangguan umum lainnya.(Hatlah and Diniah
2021)
Pada kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) fisioterapi dapat berperan dengan
berbagai macam metode untuk mengatasi nyeri yang disebabkan karena tertekannya
radiks posterior oleh discus yang menonjol, spasme otot karena penumpukan asam laktat,
kekuatan otot yang menurun yang disebabkan karena nyeri, serta keterbatasan lingkup
gerak sendi karena nyeri dan spasme. Semua elemen tersebut dapat menyebabkan
menurunnya aktivitas fungsional. Modalitas fisioterapi yang dapat diterapkan pada
kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) diantaranya TENS (Transcutaneous Electrical
Nerve Stimulation ) Microwave Diathermy ( MWD).(Citra et al. 2022)
Fisioterapi dalam mengatasi problematik di atas dapat menggunakan beberapa
modalitas diantaranya; Modalitas yang dapat digunakan pada kasus ini antara lain adalah
micro wave diathermy (MWD) salah satu modalitas fisioterapi yang dapat bermanfaat
dalam mengurangi nyeri.
Micro Wave Diathermy (EEM 2450 Mhz) merupakan suatu pengobatan dengan
menggunakan stressor fisis berupa energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus
listrik bolak-balik frekuensi 2450 MHz dengan panjang gelombang 12,25 km. Perubahan
panas (temperatur) dapat menimbulkan reaksi lokal pada jaringan misalnya,
meningkatkan metabolisme sel-sel lokal 13% tiap kenaikan temperatur 1°b,
meningkatkan vasomation sphinther sehingga timbul homostatik lokal dan akhirnya
3
terjadi vasodilatasi lokal. Reaksi general, mungkin dapat terjadi kenaikan temperatur,
tetapi perlu diingat EEM 2450 MHz penetrasinya dangkal (± 13 cm) dan aplikasinya
lokal.
Pada Jaringan ikat Meningkatkan elastisitas jaringan ikat 5-10 kali lebih baik
seperti jaringan/collagen, kulit, otot, tendon, ligamen dan capsul sendi akibat
menurunnya viskositas matrik jaringan, tetapi terbatas pada jaringan ikat yang letak
kedalamannya ±3 cm. Selain meningkatkan elastisitas jaringan otot, juga menurunkan
tonus otot lewat normalisasi nocisensorik kecuali hipertonik otot akibat emosional.
MWD cocok untuk jaringan superficial dan struktur artikuler yang dekat dengan
permukaan kulit. Salah satu tujuan utama dari terapi MWD adalah untuk memanaskan
jaringan otot sehingga akan memberi efek relaksasi pada otot dan meningkatkan aliran
darah intramuskuler, hal ini terjadi karena adanya peningkatan temperatur yang
signifikan.Selain MWD modalitas lain yang digunakan untuk kasus HNP lumbal yaitu
TENS.Untuk mengatasi nyeri dan kaku sendi guna mempertahankan mobilitas.
Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) merupakan salah satu
modalitas yang sering digunakan untuk mengatasi nyeri oleh para fisioterapis di
Indonesia. TENS mampu mengaktivasi serabut pusat. TENS sering disebut sebagai
teknik analgesik non-invasif untuk meringankan nyeri nociceptive dan nyeri
neuropatik.Stimulasi listrik yang diberikan pada intervensi ini cukup jauh dari jaringan
yang cidera ataupun rusak, sehingga jaringan yang menimbulkan nyeri tetap efektif
untuk memodulasi nyeri.Selama diberikannya intervensi TENS, arus listrik yang
berdenyut dihasilkan oleh generator denyut portabel dan disampaikan ke permukaan kulit
dengan bantalan yang disebut elektroda.TENS memberikan stimulasi arus yang berulang
dengan menggunakan pulsa durasi 50-250 ms dan frekuensi 1-200Hz(Hatlah and Diniah
2021)
TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) merupakan suatu cara
penggunaan elektroterapeutik untuk merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit.
TENS dikenal sebagai modalitas yang efektif mengurangi nyeri. Dengan frekuensi dan
intensitas yang tepat, TENS dapat memberikan stimulasi dari mulai tingkat seluler
sampai dengan ketingkat sistemik.
Mc Kenzie exercise merupakan suatu teknik latihan dengan menggunakan gerakan
badan terutama ke belakang/ekstensi, biasanya digunakan untuk penguatan dan
4
peregangan otot otot ekstensor dan fleksor sendi lumbosacralis dan dapat mengurangi
nyeri. Prinsip latihan Mc Kenzie adalah memperbaiki postur untuk mengurangi hyper
lordosis lumbal . Sedangkan secara operasional pemberian latihan untuk penguatan otot
punggung bawah ditujukan untuk otot-otot fleksor dan untuk peregangan ditujukan untuk
otot otot ektensor punggung. (Kurniawan,dkk, 2019).
Mc. Kenzie Exercise adalah terapi latihan yang mengutamakan gerakan ekstensi
untuk penguatan dan peregangan otot-otot extensor dan flexor sendi lumbosacralis dan
dapat mengurangi nyeri (Moldovan, 2012). Mc. Kenzie Exercise ini untuk meningkatkan
lingkup gerak sendi trunk, kekuatan otot m. paralumbal. Dari penggabungan modalitas
tersebut pada kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) dapat meningkatkan aktivitas
fungsional (Octaviani, 2020)
Mc Kenzie Exercise adalah terapi latihan yang mengutamakan gerakan ektensi
untuk penguatan dan peregangan otot-otot extensor dan fleksor sendi lumbosacralis dan
dapat mengurangi nyeri (Triyanita, Wardani, and . 2022)
Salah satu penatalaksanaan non farmakologis untuk nyeri punggung bawah adalah
dengan latihan punggung dengan teknik McKenzie Extension Exercise. Metode ini
pertama kali dikembangkan oleh Robin McKenzie pada tahun 1960-an. Terapi
McKenzie Extension Exercise adalah serangkaian gerakan tubuh yang bertujuan untuk
mengurangi keluhan nyeri punggung bawah (McKenzie, 1995 dalam Wahyuni,2012).
Prinsip pada terapi McKenzie Extension Exercise adalah memperbaiki postur untuk
mengurangi hiperlordosis lumbal, penurunan spasme otot melalui efek relaksasi,
membebaskan kekakuan sendi intervertebralis dan koreksi postur yang buruk. Pelatihan
punggung dengan McKenzie Extension Exercise didesain untuk meningkatkan mobilitas
tulang belakang dan memperbaiki postur serta dirancang untuk mengurangi nyeri
punggung dengan memberikan efek relaksasi pada otot yang mengalami spasme
sehingga dapat mengembalikan fungsi normal pada lumbal(Triyanita, Wardani, and .
2022)
5
1.3 Tujuan Penulisan
Dalam rumusan masalah yang telah ada, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai
oleh penulis antara lain :
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi suatu syarat akademik dalam menyelesaikan program
komprehensif.
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui manfaat dari TENS,MWD dalam mengurangi rasa nyeri pada
kondisi Hernia Nucleus Pulposus dan mengetahui manfaat dari latihan dalam
mengembalikan aktivitas fungsional pada kondisi Hernia Nucleus Pulposus.
6
Memberikan informasi bagi masyarakat tentang Hernia Nucleus Pulposus Lumbal
sehingga masyarakat dapat mengadakan upaya pencegahannya dan mencari
pertolongan baik medis maupun fisioterapi jika menderita Hernia Nucleus
Pulposus Lumbal.
7
BAB II
PEMBAHASAN
8
semakin tingginya resiko jatuh yang dapat menyebabkan terjadinyaHNP lumbal
(Juni fransisko sipayung,indra,dkk, 2020)
2.1.2 Etiologi
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan
meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur
dan tipisnya nucleus pulposus (Moore dan Agur, 2020). Selain itu Hernia nucleus
pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan karena adanya suatu trauma derajat
sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis sehingga menimbulkan
sobeknya annulus fibrosus (Octaviani Rizky Widyasari dan irine dwitasari
wulandari,2020)
Fisioterapi dapat berperan dengan berbagai macam metode untuk mengatasi
nyeri yang disebabkan karena tertekannya radiks posterior oleh discus yang menonjol,
spasme otot karena penumpukan asam laktat, keterbatasan lingkup gerak sendi karena
nyeri dan spasme, serta kekuatan otot yang menurun yang disebabkan karena nyeri.
Semua elemen tersebut dapat menyebabkan menurunnya aktivitas fungsional.
Modalitas fisioterapi yang dapat diterapkan pada kasus Hernia Nucleus Pulposus
(HNP) diantaranya TENS dan MWD. (Octaviani Rizky Widyasari dan irine dwitasari
wulandari,2020)
Salah satu penyebab dari LBP dan merupakan salah satu masalah kesehatan
yang utama adalah HNP (Hernia Nucleus Pulposus). Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
merupakan suatu gangguan yang melibatkan ruptur anulus fibrosus sehingga nukleus
pulposus menonjol (bulging) dan menekan ke arah kanalis spinalis. Prevalensi HNP di
Indonesia pada tahun 2021 berkisar antara 1 – 2 % dari populasi (Purwanto, 2021).
Dalam penelitian Goin tahun 2021, sebanyak 55,9% dari penderita LBP di Rumah Sakit
9
Kota Tidore terdiagnosis disebabkan oleh HNP lumbal. Pada sejumlah penelitian HNP
paling sering dijumpai pada tingkat L4-L5. (Ibrahim Azzam,Nia kurniawati,dwi
agustina 2022)
Gejala yang disebabkan oleh HNP adalah nyeri yang menjalar ke bagian tubuh
sesuai dengan radiks saraf yang tertekan (Pinzon R, 2012). Jika nyeri tersebut tidak
diatasi dengan baik, dapat mengganggu fungsi gerak tubuh mulai dari bagian
gluteal sampai tungkai bawah. Hal tersebut akan menyebabkan ketidakmampuan
dalam melakukan aktivitas fisik. Maka dari itu penangan fisioterapi yang dapat
dilakukan secara mandiri dibutuhkan dalam mengurangi nyeri dan disabilitas
penderita HNP (Al-horani et al., 2020). Pandemi COVID-19 menyebabkan
peningkatan signifikan dalam intensitas LBP pada orang dewasa yang tinggal di
Riyadh. Prevalensi titik LBP meningkat dari 38,8 menjadi 43,8%. Disebabkan
karena posisi duduk yang tidak ergonomis, duduk lama, aktivitas fisik yang tidak
memadai, dan menjalani teleworking atau pembelajaran jarak jauh. (Šagát et al.,
2020). . (Ibrahim Azzam,Nia kurniawati,dwi agustina2022)
Hubungan antara hipertensi dengan klasifikasi HNP lumbal berdasarkan MRI
pada penelitian ini didapatkan hasil yang tidak berhubungan. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa hal. Pada penelitian Saftić ditemukan bahwa faktor
morbiditas kardiovaskular tidak berkontribusi secara signifikan kepada hernia
diskus intervertebralis. Penelitian ini menyebutkan bahwa ada faktor lain yang
mempengaruhi kejadian hernia diskus intervertebralis yaitu pekerjaan fisik yang
berat dari subjek penelitian, faktor riwayat keluarga subjek penelitian yang pernah
operasi tulang punggung, dan indeks massa tubuh subjek penelitian >25,7.20 Pada
orang dengan pekerjaan fisik yang berat meliputi gerakan membungkuk akan
meningkatkan kompresi mekanik pada diskus intervertebralis sehingga
mempengaruhi kejadian HNP lumbal.21 Riwayat keluarga yang pernah
menjalankan operasi tulang punggung menunjukan faktor genetik dan gaya hidup
yang juga dapat mempengaruhi kejadian hernia diskus intervertebralis lumbal.19
Indeks massa tubuh yang tinggi dapat menyebabkan perubahan postur tubuh dan
peningkatan sudut lumbosacral yang mengakibatkan fleksi lebih besar pada sendi
sakroiliaka dan torsi pada sendi lumbal yang lebih besar sehingga dapat
membebani sendi lumbal.( Winda putri sunjata,yurida binta meutia,hermina
sukmaningtyas,Dwi pudjonarko,2021)
10
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan
meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang
lentur dan tipisnya nucleus pulposus (Moore, 2021). Selain itu Hernia Nucleus
Pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan karena adanya suatu trauma derajat
sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis sehingga menimbulkan
sobeknya annulus fibrosu (Azinudin arkan dan Irine dwitasary wulandari,2022)
Pada kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) fisioterapi dapat berperan
dengan berbagai macam metode untuk mengatasi nyeri yang disebabkan karena
tertekannya radiks posterior oleh discus yang menonjol, spasme otot karena
penumpukan asam laktat, kekuatan otot yang menurun yang disebabkan karena
nyeri, serta keterbatasan lingkup gerak sendi karena nyeri dan spasme. Semua
elemen tersebut dapat menyebabkan menurunnya aktivitas fungsional. Modalitas
fisioterapi yang dapat diterapkan pada kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP)
diantaranya Shortwave Diathermy (SWD), Traksi dan Mc. Kenzie Exercise.
(Azinudin arkan dan Irine dwitasary wulandari,2022)
Penyebab utama terjadinya HNP adalah cidera. Cidera dapat terjadi karena
terjatuh tetapi lebih sering karena posisi menggerakkan tubuh yang salah. Pada
posisi gerakan tulang belakang yang tidak tepat maka sekat tulang belakang akan
terdorong ke satu sisi dan pada saat itulah bila beban yang mendorong cukup besar
akan terjadi robekan pada annulus pulposus yaitu cincin yang melingkari nucleus
pulposus dan mendorongnya merosot keluar sehingga disebut hernia nucleus
pulposus. Sebenarnya cincin (annulus) sudah terbuat sangat kuat tetapi pada pasien
tertentu di bagian samping belakang (posterolateral) ada bagian yang lemah (locus
minoris resistentiae) (Leksana JS,2021)
Bisa juga terjadi karena adanya spinal stenosis, ketidakstabilan vertebra karena
salah posisi, mengangkat, pembentukan osteofit, degenerasi dan dehidrasi dari
kandungan tulang rawan annulus dan nucleus mengakibatkan berkurangnya
elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus hingga annulus (Mary,
1995). Melengkungnya punggung ke depan akan menyebabkan menyempitnya atau
merapatnya tulang belakang bagian depan, sedangkan bagian belakang
merenggang, sehingga nucleus pulposus akan terdorong ke belakang. Hanya
prolapsus discus intervertebralis yang terdorong ke belakang yang menimbulkan
nyeri, sebab pada bagian belakang vertebra terdapat serabut saraf spinal serta
11
akarnya, dan apabila tertekan oleh prolapsus discus intervertebralis akan
menyebabkan nyeri yang hebat pada bagian pinggang, bahkan dapat menyebabkan
kelumpuhan anggota bagian bawah (Leksana JS,2021)
Hernia Nucleus Pulposus(HNP), merupakan salah satu penyebab dari nyeri
punggung bawah, Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah kondisi dimana terjadi
protrusi pada discus intervertebralis yang disebabkan karena injury dan beban
mekanik yang salah dalam waktu yang lama. Selain itu faktor utama yang
menyebabkan HNP adalah degeneratif dimana elastisitas dari annulus fibrosus
menurun sehingga menyebabkan robeknya annulus fibrosus. (Nur Nazliyah
hatlah,Kharisah diniah,2021)
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan
meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang
lentur dan tipisnya nucleus pulposus (Moore dan Agur, 2021). Selain itu Hernia
nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan karena adanya suatu trauma
derajat sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis sehingga
menimbulkan sobeknya annulus fibrosus (Nur Nazliyah hatlah,Kharisah
diniah,2021).
Fisioterapi dapat berperan dengan berbagai macam metode untuk mengatasi
nyeri yang disebabkan karena tertekannya radiks posterior oleh discus yang
menonjol, spasme otot karena penumpukan asam laktat, keterbatasan lingkup gerak
sendi karena nyeri dan spasme, serta kekuatan otot yang menurun yang disebabkan
karena nyeri. Semua elemen tersebut dapat menyebabkan menurunnya aktivitas
fungsional. Modalitas fisioterapi yang dapat diterapkan pada kasus Hernia Nucleus
Pulposus (HNP) TENS dan MWD. (Nur Nazliyah hatlah,Kharisah diniah,2021).
Penyebab dari HNP menurut Helmi (2021), biasanya didahului dengan
perubahan degeneratif dan trauma yang berulang mengenai intervertebralis selama
beberapa bulan atau tahun sehingga menyebabkan sobeknya anulus fibrosus.
Kemudian discus mendorong ke arah medula spinalis atau ruptur dan
memungkinkan nucleus pulpousus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap
saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal. (Riyadi Anshari,2021)
Penyebabnya, etiologi keluhan nyeri keluhan nyeri itu pun sangat beragam dari
nyeri yang langsung dapat dideteksi penyebabnya, hingga rasa nyeri yang sukar
ditemukan etiologinya.(3) Sindroma Nyeri Punggung Bawah adalah suatu
12
sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri atau perasaan lain yang
tidak enak didaerah tulang punggung bawah dan daerah sekitarnya. Keluhan nyeri
dan keterbatasan gerak dapat menjadi keluhan utama keluhan nyeri tersebut dapat
bersifat sementara, terus menerus atau hanya terjadi sewaktu melakukan
aktifitas.(4) Keluhan Nyeri Punggung Bawah pernah dialami oleh 50-80%
penduduk negara negara industri, presentase meningkat sesuai pertambahan usia
serta menghilangkan jam kerja yang sangat besar. Penelitian di Swedia (2019)
disana kehilangan 11 juta hari kerja pertahun. Allegri et al (2021) menyatakan di
inggris kehilangan 13, 2 juta hari pertahun. Amin et al (2021) pada tahun 2011-
2015 meneliti 3000 pria dan 3500 wanita usia 20 tahun keatas di Zoetemeter
Belanda menyatakan 51% pria dan 57% wanita mengeluh Nyeri Punggung Bawah,
setengahnya dalam beberapa waktu tidak bugar untuk bekerja dan 8% harus alih
pekerjaan. Penelitian multi senter di 14 rumah sakit pendidikan di Indonesia yang
dilakukan kelompok studi nyeri perdossi pada bulan Mei 2009 menunjukkan
jumlah penderita nyeri sebanyak 4456 orang (25% dari total kunjungan), yang
terdiri dari 1598 orang (35,86%) merupakan penderita nyeri kepala dan 819 orang
(18,37%) adalah Nyeri Penderita Punggung bawah (NPB). (Mawar
Lumbantobing,Laura siagian,Thomas silangit,2020)
Salah satu kasus penyebab terjadinya Nyeri Punggung Bawah ini adalah
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) yaitu terdorongnya nukleus pulposus yang berada
diantara ruas-ruas tulang belakang, ke arah belakang baik lurus maupun ke arah
kanan atau kiri menekan sumsum tulang belakang atau serabut-serabut sarafnya
sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang sangat hebat. Sering disamping rasa nyeri
juga ditemukan gejala-gejala lain, diantaranya gejala sensorik atau motorik. Maka
dapat dimengerti betapa pentingnya anamnesa yang lengkap, pemeriksaan umum
dan pemeriksaan neurologi disertai pembuatan foto rontgen atau pemeriksaan
khusus. (Mawar Lumbantobing,Laura siagian,Thomas silangit,2020)
HNP sering terjadi pada orang bekerja dengan posisi duduk berjam jam tanpa
berganti posisi dan dengan posisi yang salah dalam kurun waktu yang cukup lama
penyakit ini juga cepat terjadi pada orang yang sering mengankat barang berat ata
para pekerja berat. Proses terkena penyakit ini memankan waktu cukup lama,bisa
bertahun-tahun baru terkena. Namun seseorang sering kali tidak sadar dirinya
13
sudah hampir kena atau bahkan sudah terjepit saraf tulang belakangnya. (Mawar
Lumbantobing,Laura siagian,Thomas silangit,2020)
2.1.3 Patofisiologi
Berdasarkan patofisiologinya nyeri punggung bagian bawah di bagi menjadi
NBP spesifik dan non spesifik. Nyeri punggung bagian bawah spesifik berupa gejala
yang di sebabkan oleh mekanisme patologi yang spesifik seperti Hernia Nukleus
Pulposus (HNP), infeksi, osteoporosis, rheumatoid arthtritis, fraktur, dan tumor. Nyeri
punggung bawah non spesifik berhubungan dengan faktor mekanik seperti cara angkat
dan angkut yang tidak benar, sikap yang tidak ergonomis dalam beraktifitas dan postur
tubuh yang buruk serta masalah mekanik (Nur Nazliyah hatlah,Kharisah diniah,2021)
Patologi Menurut Helmi (2021), robekannya anulus fibrosus berlanjut pada
penonjolan pada discus intervertrebralis yang menekan secara parsial sisi lateral dari
medial medulla spinalis. Kemudian berlanjut pada herniasi discus menekan medulla
spinalis. Menurut Sidharta (2020), nyeri adalah tanda yang paling sering dan
mempunyai arti yang paling penting. Nyeri pinggang dapat dibedakan menjadi: (a)
nyeri setempat, (b) referred pain, dan (c) nyeri radikuler. (Riyadi Anshari,2021)
1) Proses Degenaratif
Diskus intervertebralis tersusun atas jaringan fibrokartilago yang
berfungsi sebagai shock absorber, menyebarkan gaya pada kolumna vertebralis
dan juga memungkinkan gerakan antar vertebra. Kandungan air diskus
berkurang dengan bertambahnya usia (dari 90% pada bayi sampai menjadi
70% pada orang usia lanjut). Selain itu, serabut-serabut menjadi kasar dan
mengalami hialinisasi yang ikut membantu terjadinya perubahan ke arah
herniasi nukleus pulposus melalui anulus dan menekan radiks saraf spinal.
Pada umumnya, hernia paling mungkin terjadi pada bagian kolumna
vertebralis di mana terjadi peralihan dari segmen yang lebih mobile ke yang
kurang mobile (perbatasan lumbosakral dan servikotolarak).
2) Proses Traumatik
Dimulainya degenerasi diskus mempengaruhi mekanika sendi
intervertebral, yang dapat menyebabkan degenerasi lebih jauh. Selain
degenerasi, gerakan repetitive, seperti fleksi, ekstensi, lateral fleksi, rotasi, dan
mengangkat beban dapat memberi tekanan abnormal pada nukleus. Jika
tekanan ini cukup besar sampai bisa melukai annulus, nucleus pulposus ini
14
berujung pada herniasi. Trauma akut dapat pula menyebabkan herniasi, seperti
mengangkat benda dengan cara yang salah dan jatuh.
Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan
herniasinya, di mana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang
sesungguhnya, yaitu: (Grade I) Protrusi diskus intervertebralis: nukleus terlihat
menonjol ke satu arah tanpa kerusakan annulus fibrosus., (Grade II) Prolaps
diskus intervertebral: nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran anulus
fibrosus., (Grade III) Extrusi diskus intervertebral: nukleus keluar dan anulus
fibrosus dan berada di bawah ligamentum, longitudinalis posterior., (Grade
IV) Sequestrasi diskus intervertebral: nukleus telah menembus ligamentum
longitudinalis posterior.
Nukleus pulposus yang mengalami herniasi ini dapat menekan nervus di
dalam medulla spinalis jika menembus dinding diskus (annulus fibrosus); hal
ini dapat menyebabkan nyeri, rasa tebal, rasa keram, atau kelemahan. Rasa
nyeri dari herniasi ini dapat berupa nyeri mekanik, yang berasal dari diskus
dan ligamen; inflamasi, nyeri yang berasal dari nucleus pulposus yang ekstrusi
menembus annulus dan kontak dengan suplai darah; dan nyeri neurogenik,
yang berasal dari penekanan pada nervus (Arkan azi nurdin,dkk,2022).
Patofisiologi: Terdapat empat tahap terjadinya herniasi diskus
invertebralis yang meliputi: (1) Degenerasi; (2) Prolapsus; (3) Ekstrusi; (4)
Sequestrasi. Proses awal yang terjadi yaitu terjadi herniasi di mana cincin
konsentrik annulus fibrosus robek di bagiannukleus pulposus, yang
mengakibatkan cincin lain dibagian luar sehingga mengakitbatkan tonjolan
setempat (fokal). Inilah yang sering disebut dengan protrusio diskus. Ketika
ditemukan keberlanjutan pada proses tersebut, maka beberapa dari materi
nukleus akan mengalami herniasi diskussubligamentus yaitu keluar nukleus
melalui diskus (diskus ekstrusi) ke longitudinal anterior ligament posterior .
Akar saraf ipsilateral yang dijepit oleh protrusio atau ekstrusi diskus
posterolateral pada bagian keluarnya saraf dari kantong dura. Jepitan saraf
inilah yang akan menimbulkan gejala dan tanda radikuler. Elemen kauda
ekuina di kedua sisi dapat terlibat dalam central discushernia yang dapat
memunculkan bilateralradiculopaty bahkan kelainan seperti retensio urine.
Berkurangnya protein polisakarida pada diskus akan mengurangi jumlah air
15
nucleus pulposus. Pertahanan pada bagian herniasi nucleus akan melemah jika
terjadi perkembangan pecahan yang menyebar di annulus, dan bahkan pada
saat pasca trauma dapat menyebabkan cedera pada kartilago (
Nadeak,Bernadetha,2019)
16
Gambar 2.2 Vertebra (Eidelson, 2021)
1) Korpus
Merupakan lempeng tulang yang tebal, agak melengkung dipermukaan
atas dan bawah (Gibson, 2021). Dari kelima kelompok vertebra, columna
vertebra lumbalis merupakan columna yang paling besar dan kuat karena pusat
pembebanan tubuh berada di vertebra lumbalis (Bontrager dan Lampignano,
2020).
2) Arcus
Menurut Gibson (2003) Arcus vertebra terdiri dari:
a) Pediculus di bagian depan: bagian tulang yang berjalan
kearah bawah dari corpus, dengan lekukan pada vertebra di dekatnya
membentuk foramen intervertebrale.
b) Lamina di bagian belakang: bagian tulang yang pipih berjalan
ke arah belakang dan ke dalam untuk bergabung dengan pasangan dari
sisi yang berlawanan.
3) Foramen vertebrale
Merupakan lubang besar yang dibatasi oleh korpus dibagian depan, pediculus
di bagian samping, dan lamina dibagian samping dan belakang.
4) Foramen intervertebrale
Merupakan lubang pada bagian samping, di antara dua vertebra yang
berdekatan dilalui oleh nervus spinalis yang sesuai.
5) Processus Articularis Superior dan Inferior
Membentuk persendian dengan processus yang sama padavertebra di atas dan
di bawahnya.
6) Processus Transversus
17
Merupakan bagian vertebra yang menonjol ke lateral.
18
2) Ligamentum Flavum
Merupakan ligament yang kompleks dan kuat, namun kurang resistance untuk
gerakan flexion karena lebih menahan gerakan kearah ventral.
3) Anterior Longitudinal Ligament
Merupakan ligament yang relative kuat melekat pada tepi vertebral body (dan
tidak begitu melekat pada annulus fibrosus) pada setiap segmental dari
spine.ligament ini berfungsi untuk menahan gerakan kearah ekstensi.
4) Posterior Longitudinal Ligament Ligament ini tidak sekuat anterior
longitudinal ligament. Ligament ini sebagian besar dempet dengan diskus
(annulus fibrosus).
5) Capsular ligament
Merupakan ligament yang berperan penting untuk kestabilan vertebra.
Tidak begitu banyak gerakan, namun relative kuat.
c. Sistem Otot
Menurut Moore dan Agur (2013) otot penggerak batang tubuh secara langsung
atau pun tidak langsung mempengaruhi vertebra. Otot-otot tersebut adalah
m.erector spinae, m. psoas, m. rectus abdominis.
1) M. Erector Spinae
Origo: berasal melalui tendo yang lebar dari bagian dorsal crista iliaca,
permukaan dorsal sacrum dan processus spinosus vertebrae lumbalis
19
kaudal, dan ligament supraspinale. Insertion: M. iliocostalis: lumborum,
thoracis, dan cervicis; serabut melintas kranial ke angulus costae kaudal
dan proc. Transversus vertebrae cervicalis. M. longissimus: thoracis,
cervicis dan capitis; serabut melintas kranial ke costae antara tuberculum
costae dan angulus costae, proc. Spinosus di daerah thorakal dan cervical,
dan proc. Mastoideus ossis temporalis. M. spinalis: thoracis, cervicis dan
capitis: serabut melintas cranial
ke proc. Spinosus di daerah torakal kranial dan cranium. Fungsi utama:
bekerja bilateral: ekstensi columna vertebralis dan kepala sewaktu
punggung membungkuk, otot-otot ini mangatur gerakan dengan
memperpanjang serabutnya secara bertahap;bekerja unilateral: laterofleksi
columna vertebralis.
2) M. Psoas Major
Origo: Proc. Tansversus vertebrae lumbalis; sisi corpus vertebrae T12-
L5 dan discus intervertebralis. Insertio: melalui tendon yang kuat pada
trochanter minor femur. Fungsi: Kontraksi bagian kranial bersama m.
illiacus mengadakan fleksi paha; kontraksi bagian kaudal megadakan
laterofleksi columna vertebralis; berguna untuk mengatur keseimbangan
batang tubuh seaktu duduk; kontraksi bagian kaudal bersama m. illiacus
mengadakan fleksi batang tubuh.
3) M. Rectus Abdominis
Origo: Symphysis pubica dan crista pubica Insertion: Proc. Xiphoideus
dan cartilagines costales V-VII Fungsi: fleksi batang tubuh dan menekan
visera abdomen.
20
Gambar 2.6
Lapisan dalam otot-otot punggung(Putz dan Pabst, 2012)
d. Sistem Saraf
Tiga puluh satu pasang saraf spinal (nervus spinalis) dilepaskan dari medulla
spinalis. Beberapa anak akar keluar dari permukaan dorsal dan permukaan ventral
medulla spinalis, dan bertaut untuk membentuk akar ventral (radix anterior) dan
akar dorsal (radix posterior). Dalam radix posterior terdapat serabut aferen atau
sensoris dari kulit, jaringan subkutan dan profunda, dan sringkali dari visera.radix
anterior terdiri dari serabut eferen atau motoris untuk otot kerangka. Pembagian
nervus spinal adalah sebagai berikut: 8 pasang nervus cervicalis, 12 pasang
nervus thoracius, 5 pasang nervus lumbalis, 5 pasang nervus sakralis, dan satu
pasang nervus coccygeus.
Untuk menegakkan diagnosis yang tepat, mengetahui prognosa suatu penyakit
dan pemberian pengobatan yang sesuai dibutuhkan pengetahuan tentang anatomi
fisiologi yang berhubungan dengan kondisi penyakit tersebut. HNP lumbal 4-5,
maka penulis akan kemukakan anatomi yang mencakup hal-hal: 1) Susunan
tulang belakang, 2) Struktur otot, 3) Struktur persendian, 4) Sistem peredaran
darah, 5) Sistem persyarafan (Susilo adynugroho,dwi ,dkk,2019)
21
2.1.6 Biomekanik
Gerakan dari vetikal lumbalis boleh dikatakan relatif bebas dibandingkan
dengan vertebra lainnya. Hal ini oleh karena bentuk diskusnya besar dari arah
foccetnya berlainan. Gerakan fleksi dari lumbal berakhir pada lumbal 4-5 dan
diperkirakan 75% dari fleksi kedepan seluruhnya terjadi pada L4-S1 yang disebut
lumbo sakral dan luas gerakannya merupakan terbesar dari seluruh gerakan fleksi
dari vertebra spinalis (Soekarno, 1999).
Untuk mengetahui arthokinematika pada sendi-sendi daerah lumbal sangat
rumit mengingat osteokinematika antara segmen satu dengan segmen yang lainnya
saling berhubungan. Gerakan yang terjadi pada lumbal :
1) Fleksi
Gerakan ini terjadi pada posisi tegak kemudian membungkukkan badan ke
depan. Gerakan ini terjadi ke arah ventro-kaudal pada bidang segital dan pada
axis frontal horizontal (x) pada gerakan ini korpus vertebra miring dan sliding
secara pelan ke anterior sehingga diskus anterior berkurang ketebalannya dan
bertambah ke posterior. Nukleus polposus bergerak ke posterior mengukur
serabut posterior dari annular fibrosis.
22
bekerja secara simetris. Dari gerakan ini terdapat hambatan dari ketegangan
ligamentum spinosus anterior. Otot fleksor spinalis dan adanya kontak antara
processus anterior vertebra satu dengan yang lain. Pada gerakan ini, corpus
vertebra superior miring dan letak ke posterior. Diskus anterior bertambah
ketebalannya dan berkembangnya di bagian posterior. Nucleus posterior,
nucleus pulposus bergerak ke anterior mengulur serabut anterior dari annulus
fibrosis.
Pada gerakan ini, corpus vertebra superior miring dan letak ke
posterior. Diskus anterior bertambah ketebalannya dan berkembangnya di
bagian posterior. Nucleus posterior, nucleus pulposus bergerak ke anterior
mengulur serabut anterior dari annulus fibrosis.
3) Lateral
fleksi Gerakan ini dimulai dari sikap berdiri tegak, kemudian
menekukkan badan ke samping kanan maupun kiri. Gerakan ini terjadi pada
bidang frontal dan axis sagital. Besarnya sudut normal gerakan ini sekitar 25º
(International Standart Orthopedic Measurment). Penggerak utama dari
gerakan ini adalah otot obligus eksternus dan internus abdominis, otot
quadratus lumborum. Otot rectus abdominis dan otot psoas. Otot-otot tersebut
bekerja lateral pada samping yang sama, kecuali otot obligus eksternus
abdominis. Dan gerakan ini dibatasi oleh ketegangan otot lateral fleksor yang
berlawanan dan ligamentum plavum.
Pada gerakan ini, corpus vertebra superior miring ipsi lateral. Diskus menjadi
lebih lebar pada permukaan kontra lateral. Sedangkan bila dilihat dari
posterior, procarus kontrallateral vertebra superior trunk dan processus
spisilateral trunk.
4) Rotasi
Gerakan rotasi dikerjakan pada posisi duduk maupun tidur terlentang,
gerakan ini terjadi pada bidang horisontal dengan axis vertikal melalui
processus spinosus, sudut gerakan ini sekitar 45 . Penggerak utamanya adalah
rotasi ipsilateral, bila otot berkontraksi dapat memutar columna vertebralis
sepihaknya, digerakkan oleh otot obligus internus abdominis, otot illiocostalis
lumborum dan otot spinatiansversarium. Rotasi kontral lateral bila otot
berkontraksi terjadi kontraksi sepihak berlawanan, digerakkan oleh otot-otot
23
obligus eksternus abdominis, multifidus, rotator longus, rotator brevis. Dan
otot tranversospinal selama gerakan ini diskus intervertebralis tidak ikut
bergerak . Dengan menggunakan alat penunjuk yang ditentukan di dalam
nukleus pulposus manusia, tekanan intra diskus dapat diselidiki pada bagian
sikap tubuh dan keadaan. Sebagai standart dipakai tekanan intradiskus ketika
berdiri tegak, pada daftar dibawah ini terdapat peningkatan tekanan intra
diskus pada berbagai sikap dan tekanan. (Susilo adynugroho,dwi ,dkk,2019)
24
Gambar 1. Tes Laseque (StraightLeg Raise/SLR)
b) Valsava’ manuver
Untuk mendeteksi apakah ada desakan pada kanal spinal,pasien di minta untuk
menahan nafas dan selanjutnya berusaha keluarkan nafas namu di tahan seperti
ketika sedang mengangkat beban berat, Positif jika temukan nyeri atau gejala
lainnya, Tes positif mengidentifikasikan bahwa adanya hernia discus.
800 × 517
25
Gambar 3 . Crossed leg raise test
Nosiseptor adalah ujung saraf tidak bermialin A delta dan ujung saraf C
bermielin. Destribusi nosiseptor bervariasi di seluruh tubuh dengan jumlah
terbesar terdapat dikulit. Nosiseptor terletak di jaringan subkutis, otot
rangka,dan sendi. Nosiseptor yang terangsang oleh stimulus yang potensial
dapat menimbulkan kerusakan jaringan. Stimulus ini disebut sebagai
26
stimulus noksius (Wiarto, 2017).
VAS di gunakan untuk mengukur kwantitas dan kwalitas nyeri yang
pasien rasakan,dengan menampilkan suatu kategorisasi nyeri mulai dari
“tidak nyeri,nyeri ringan,sedang atau berat).Secara operasional VAS
umumnya berupa sebuah garis horizontal atau vertical,panjang 10 cm
(100mm).(Widya,2016).
Subjek diminta untuk menggambar tanda hubungtegak lurus terhadap
garis untuk mewakili persepsi mereka tentang fenomena yang sedang
dipelajari. Ini dijalankan dengan sekali pakai lembaran kertas, pena dan
penggaris, yang semuanya harussegera tersedia untuk memastikan alat ini
bermanfaat secara klinis. Nilai yang diperoleh menyediakan variabel
kuantitatif, yang diukur dengan seperseratus milimeter (Rosas dkk, 2017).
2) Kemampuan ADL
Activity of Daily Living adalah pengukuran terhadap aktivitas yang
dilakukan rutin oleh manusia setiap hari. Aktivitas tersebut antara lain:
memasak, berbelanja, merawat/mengurus rumah, mencuci, mengatur
keuangan, minum obat dan memanfaatkan sarana transportasi. Skala ADL
27
terdiri atas skala ADL dasar atau Basic Activity of Daily Living (BADLs),
Instrumental or Intermediate Activity of Daily Living (IADLs). Skala ADL
dasar mengkaji kemampuan dasar seseorang untuk merawat dirinya sendiri
(selfcare), dan hanya mewakili rentang (range) yang sempit dari kinerja
(performance).
MACAM-MACAM ADL
ADL dasar / Basic of Activity Daily Living,
yaitu keterampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat
dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi,
berhias.
ADL instrumental / Instrumental of Activity Daily Living,
yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda
penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan,
menggunakan telefon, menulis, mengetik, mengelola uang.
ADL vokasional
yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.
ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan
mengisi waktu luang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ADL
Umur dan status pengembangan
Fungsi kognitif
Tingkat stress
Kekuatan otot
Kesehatan fisiologis
Status mental
keseimbangan
Penilaian ADL
TABEL ODI
28
Intesitas Nyeri
29
• Perawatan nyeri menyebabkan nyeri, sehingga 2
saya melakukan dengan lambat atau hati hati
Berdiri 0
Tidur 0
30
• Meskipun menggunakan obat pereda nyeri, tidur 2
saya kurang dari 6 jam
Kehidupan social 0
3
• Nyeri menghambat saya seri keluar
31
• Saya kesulitan melakukan kehidupan sosial kerena 5
nyeri
Berpergian 0
Bepergian 0
32
• Urusan rumah tangga/aktifitas kerja normal 1
menambah nyeri, tetapi saya dapat melakukan
semua yang membutuhkan saya
33
Traveling (Wisata) 0
34
20-40% disability sedang Kelompok ini lebih banyak
mengalami rasa sakit dan masalah
saat duduk , mengangkat dan berdiri.
Berwisata dan kehidupan sosial akan
lebih sulit dan saat bekerja. Perwatan
diri, kehidupan sexs dan tidur tidak
terlalu pengaruh.
35
dengan 50mA dengan frekuensi 10-250Hz.
2.4.1.2 Manfaat
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) Memelihara fisiologis
otot dan mencegah atrofi otot, re-edukasi fungsi otot, modulasi nyeri tingkat
sensorik, spinal dan supraspinal, menambah Range Of Motion (ROM)/mengulur
tendon, memperlancar peredaran darah dan memperlancar resorbsi oedema.
2.4.1.3 Indikasi dan Kontra Indikasi
1. Indikasi
a. Trauma musculoskeletal baik akut maupun kronik
b. Nyeri sendi
c. Nyeri akut
d. Nyeri otot
e. Nyeri spinal
f. Nyeri neoplastic
2. Kontra Indikasi
TENS dikontraindikasikan pada pasien dengan alat pacu jantung, baru
mengalami pendarahan, gangguan sirkulasi Karena gangguan vascular
perifer, diatas aspek anterior leher atau di sinus koratid, pasien yang
memiliki respons alergi terhadap gel, electrode atau plester, aplikasi
electrode di atas batang tubuh, abdomen atau pelvis selama kehamilan,
kecuali jika menggunakan TENS untuk nyeri persalinan, kondisi
dermatologis seperti eksem dan dermatitis.
3. Prosedur TENS
Penempatan Elektroda :
1) Disekitar lokasi nyeri : cara ini paling mudah dan paling sering
digunakan, sebab metode ini dapat langsung diterapkan pada daerah nyeri
tanpa memperhatikan karakter dan letak yang paling optimal dalam
hubungan nya dengan jaringan penyebab nyeri.
2) Dermatome : penempatan pada area dermatome yang terlibat,
penempatan pada lokasi spesifik dalam area dermatome, penempatan
pada dua tempat yaitu, dianterior dan diposterior dari suatu area dermatome
tertentu
36
3) Area trigger point dan motor point Prosedur Tens :
a) Tingkat analgesia untuk rasa nyeri : frekuensi 150 Hz, durasi
pulsa >150 mikrodetik
b) Persiapan pasien (kulit harus bersih dan bebas dari lemak, lotion,
krim dll), periksa sensasi kulit, lepaskan semua metal di area
terapi,jangan menstimulasi pada area dekat langsung di atas fraktur
yang baru/non-union, diatas jaringan parut baru,kulit baru.
4. Dosis Tens :
1) Intensitas : Amplitudo untuk TENS harus berupa sensasi yang nyaman
dibawah ambang batas motoric.
2) Durasi : Untuk sebagian besar kondisi nyeri, waktu stimulasi berkisar dari 30
sampai 60 menit. Aturan umum untuk waktu penggunaan jumlah waktu
stimulasi minimal untuk jumlah penurunan nyeri maksimal. Beberapa pasien
mungkin memerlukan stimulasi 24 jam sehari (mis, pasien pasca operasi).
3) Frekuensi : Umumnya TENS digunakan setiap hari, dua kali sehari, atau
sesering mungkin sesuai kebutuhan.Sesuaikan frekuensi penggunaan untuk
mempertahankan pasien dalam status bebas nyeri selama mungkin untuk
mengurangi penguatannyeri/spasme otot/muscle guardin, respons
input/pemrosesan/outflow
Micro Wave Diathermy (EEM 2450 Mhz) merupakan suatu pengobatan
dengan menggunakan stressor fisis berupa energi elektromagnetik yang
dihasilkan oleh arus listrik bolak-balik frekuensi 2450 MHz dengan panjang
gelombang 12,25 km (Depkes, 1993).
1 Efek fisiologis
a) Perubahan Panas
Perubahan panas (temperatur) dapat menimbulkan reaksi lokal pada
jaringan misalnya, (1) meningkatkan metabolisme sel-sel lokal 13% tiap
kenaikan temperatur 1°b, (2) meningkatkan vasomation sphinther
sehingga timbul homostatik lokal dan akhirnya terjadi vasodilatasi lokal.
Reaksi general, mungkin dapat terjadi kenaikan temperatur, tetapi perlu
diingat EEM 2450 MHz penetrasinya dangkal (± 13 cm) dan aplikasinya
lokal. Consersual efek, timbulnya respon panas pada sisi kontra lateral
dan segment yang sama (Sujono, 2002). Penetrasi dan perubahan
37
temperatur lebih terkonsentrasi pada jaringan otot sebab jaringan otot
lebih banyak mengandung cairan/daerah.
b) Jaringan ikat
Meningkatkan elastisitas jaringan ikat 5-10 kali lebih baik seperti
jaringan/collagen, kulit, otot, tendon, ligamen dan capsul sendi akibat
menurunnya viskositas matrik jaringan, tetapi terbatas pada jaringan ikat
yang letak kedalamannya ±3 cm (Sujono, 2002).
c) Jaringan otot
Selain meningkatkan elastisitas jaringan otot, juga menurunkan tonus
otot lewat normalisasi nocisensorik kecuali hipertonik otot akibat
emosional.
a) Jaringan saraf
Misalnya: meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan
saraf,meningkatkan nerve conduction (konduktivitas saraf) dan
meningkatkan ambang rangsang/theshold.
2 Efek terapeutik
a) Penyembuhan luka dapat meningkat proses respirasi jaringan secara
fisiologis.
b) Nyeri, hipertropi, gangguan vaskularisasi, dapat menurunkan, nyeri,
normalisasi tonus otot lewat efek sedatif, perbankan sistem metabolisme.
c) Kontraktur jaringan lemah,dengan peningkatan elastisitas jaringan lemak
maka dapat mengurangi proses kontraktur jaringan.
d) Gangguan konduktifitas dan trashold jaringan saraf, apabila elastisitas dan
trashold jaringan saraf semakin pula, prosesnya lewat efek fisiologik.
3 Efek-efek yang lain
Efek umum misalnya merasa lemah badan, pusing mengantuk.
4 Indikasi.
a) Kelainan-kelainan patah tulang, sendi dan otot misalnya rhematoid
artritis, post traumatik, low back pain.
b) Kelainan-kelainan pada syaraf perifer seperti neuropati dan neuralgia.
5 Kontra indikasi
a) Logam dalam tubuh
38
b) Alat elektronis misalnya: jam tangan, alat audiovisual yang sedang
dipakai.
c) Gangguan peredaran darah
d) Memakai nilon dan bahan lain yang tidak menyerap keringat
e) Jaringan dan organ yang mempunyai banyak cairan, misalnya: pada mata
atau luka basah, eksim basah yang dapat menimbulkan kebakaran di
jaringan.
f) Gangguan sensabilitas
g) Infeksi akut dan demam dapat memperluas infeksi bakteri melalui aliran
darah.
h) Menstruasi dan Kehamilan
i) Apabila daerah yang diterapi bagian punggung dan perut(Agung, 2019)
3. Prosedur Mc Kenzie Exercise
Menurut Romano (2019) prosedur Mc Kenzie Exercise dikelompokan menjadi
gerakan-gerakan sebagai berikut :
a. Gerakan 1
Posisi tidur tengkurap dengan mata terpejam selama 3-5 menit dengan
mengatur frekuensi pernafasan yaitu dengan tariknafas dalam dan
menghembuskan perlahan-lahan hingga seluruh tubuh merasakan rilek, seperti
digambarkan pada gambar 2.1
39
Gambar 2.2 Latihan Mckenzie Elbow Press(Sumber : Liebenso, 2019)
c. Gerakan 3
Posisi tidur tengkurap dengan posisi kepala dan badan bagian atas terangkat
disangga dengan kedua lengan lurus 180 derajat, gerakan ini dilakukan secara
perlahan-lahan dengan kontraksi otot punggung bagian bawah seminimal mungkin
yaitu gerakan terjadi akibat dorongan lengan, gerakan ini dilakukan dan ditahan
selama 5 hitungan (5detik) dengan 4 kali pengulangan.
40
Gambar 2.4 Latihan Mckenzie Backward Bending(Sumber :
Liebenso, 2019)
e. Gerakan 5
Gerakan ke 5 ini sama dengan gerakan ke 4, yaitu posisi tidur telentang dengan
kedua lutut di tekuk, kemudian menarik kedua lutut hingga menekan dada namun
posisi kepala tidak diangkat atau tetap diletakkan pada lantai, setiap gerakan
dilakukan dan ditahan selama 5-8 hitungan dengan 4 kali pengulangan.
Gambar 2.5 Latiham Mckenzie Double Knee To Chest
41
Menurut Thomas (20) yang harus diperhatikan dalam latihan Mc Kenzie
adalah :
a. Penyusunan latihan dimulai dari gerakan-gerakan yang termudah bagi
pasien,kemudian ditingkatkan sesuai kemampuan pasien.
b. Saat melakukan latihan sedapat mungkin gerakan lurus bungkuk
dilakukansecara hati-hati, berirama, dan terkontrol.
c. Setiap jenis gerakan dikerjakan paling sedikit lima kali dan gerakan
dilakukan sebanyak 15 kali
42
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
No Reg 0097102
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
43
A. Pemeriksaan Subyektif (Anamnesis)
Keluhan Utama : pasien merasakan nyeri menjalar pada tulang belakang sampai ketungkai
bawah
1. Lokasi Keluhan
(menunjukkkan tempat/ lokasi keluhan)
44
Hipertensi (+)
5. RIWAYAT KELUARGA :
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit serupa
6. RIWAYAT PRIBADI DAN STATUS SOSIAL (Social History dan
Health Habits)
(Hobby, Lingkungan kerja, tempat tinggal, aktivitas rekreasi dan
diwaktu senggang, aktivitas social)
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang mengerjakan pekerjaan rumah
tangga
B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN TANDA VITAL
a) Tekanan darah : 162/80 mmHg
b) Denyut Nadi : 85 x/menit
c) Pernapasan : 20 x/menit
d) Temperatur : 36.0 °C
e) Tinggi Badan : 145 cm
f) Berat Badan : 58 kg
2. INSPEKSI
a. Statis :Tidak tampak odema,Tidak terdapat deformitas trunk pada
pasien
b. Dinamis :Pasien tampak kesulitan berjalan,pasien tidak
menggunakan alat bantu jalan,pasien kesulitan duduk ke
berdiri
45
melakukan ibadah,pasien kesulitan duduk ke berdiri,dan
toileting
46
Rotasi dextra - Mampu Soft end
feel
Rotasi - Mampu Soft end
sinistra feel
b) Lgs
Gerakan Lgs Lgs Normal
Ekstensi-Fleksi S.25-0-75 S.30-0-85
Lat fleksi F.25-0-25 F.30-0-30
dextra/sinistra
Rotasi R.45-0-45 R.45-0-45
dextra/sinistra
c) VAS
Nyeri Nilai
Nyeri diam 0
Nyeri tekan 3
Nyeri gerak 4
d) Owestry
Intensitas nyeri Obat pereda nyeri 3
mrngurangi sebagian
nyeri saya
Perawatan diri Saya dapat merawat diri 1
secara normal,tetapi
menambah nyeri
Mengangkat Saya dapat mengangkat 1
berat,tetapi menambah
47
nyeri
Berjalan Nyeri menghambat saya 2
berjalan lebih dari ½ mill
Duduk Nyeri mencegah saya 3
duduk lebih dari ½ jam
Berdiri Nyeri menghambat saya 3
berdiri lebih dari ½ jam
Tidur Nyeri tidak menghambat 0
saya tidur nyaman
Kehidupan sosial Kehidupan sosial 1
normal,tetapi tingkatan
nyeri bertambah
Bepergian Saya dapat bepergian 1
kemana saja tetapi
menambah nyeri
Bepergian Urusan rumah 1
tangga/aktivitas kerja
normal menambah
nyeri,tetapi saya dapat
melakukan semua yang
membutuh kan saya
Kehidupan sex Kehidupan sex normal 1
tetapi menimbulkan
sedikit nyeri
Travelling Saya merasakan nyeri 2
yang cukup berat namun
saya masih bisa
menahannya jika
perjalanan diatas 2 jam
Total Score : 19
48
E. PEMERIKSAAN KOGNITIF, INTRAPERSONAL DAN
INTERPERSONAL
Kognitif :Pasien mampu menceritakan kronologis terjadinya
penyakit
Intrapersonal : Pasien mempunyai semangat yang tinggi untuk
sembuh
Interpersonal : Pasien dapat berkomunikasi dengan baik
dengan terapis
V. MEKANISME TERJADINYA PERMASALAHAN FISIOTERAPI
(UNDERLYING PROCESS OF PHYSIOTHERAPY)(Wajib
mencantumkan referensi)
Jatuh
Degeneratif
Hernia Nukleus
Pulposus
Nyeri tekan
Nyeri Gerak
Spame
Keterbatasan LGS
TENS
Gangguan ADL
MWD
Nyeri berkurang
f
Spasme berkurang
LGS meningkat
ADL meningkat
(Rizky widyasari,Octaviani,dkk:2020)
49
C.INTERPRETASI DATA
1. IMPAIRMENT
Adanya nyeri tekan pada L4
Adanya nyeri gerak pada Lumbal
Adanya spasme pada otot lumbalis
Adanya keterbatasan LGS pada lumbal
Adanya gangguan ADL
2. FUNCTIONAL LIMITATION
Adanya kesulitan dalam melakukan aktivitas yang menggunakan pinggang seperti
berjalan,naik turun tangga,ibadah,duduk ke berdiri dan toileting
3. DISABILITY / PARTICIPATION RESTRICTION
Pasien kesulitan untuk berjalan,naik turun tangga,ibadah,duduk ke berdiri dan toileting
karena pasien merasakan nyeri menjalar pada tulang belakang sampai tungkai bawah
4. DIAGNOSA FISIOTERAPI
Gangguan gerak,nyeri,dan kaku pada tulang belakang menjalar sampai tungkai bawah
D. PROGRAM FISIOTERAPI
1. TUJUAN FISIOTERAPI
a. jangka pendek :
Mengurangi nyeri tekan pada L4
Mengurangi nyeri gerak pada lumbalis
Mengurangi spasme pada otot lumbalis
Meningkatkan LGS Lumbal
b. jangka panjang :
Melanjutkan tujuan jangka pendek dan meningkatkan aktivitas fungsional
2. TEKNOLOGI INTERVENSI
a. Terpilih / efektif (Evidence Based)
IR
TENS
US
MWD
Latihan
b. Dilaksanakan
TENS
F : 2x seminggu
50
I : 40.0 mA
T : 10 Menit
T : Triger point
R : 2x pengulangan
MWD
F : 2x seminggu
I : 50 W
T : 10 Menit
T : Triger Point
R : 2 x pengulangan
Terapi Latihan
F : 2x seminggu
I : Lying facedown,lying facedown with extension,extension on
standing
T : 20-30 menit
T : Mc Kenzie
R : 8x pengulangan
c. Edukasi :
Pasien dianjurkan untuk mengurangi aktivitas berat yang menggunakan
tulang belakang dan tungkai bawah
Pasien di sarankan untuk melakukan terapi dengan rutin
Pasien di ajarkan dan diminta untuk melakukan aktivitas/mengangkat
barang dengan baik
VI. RENCANA EVALUASI
(Sesuai dengan interpretasi data fisioterapi)
51
b. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI :
1 Hari Rabu,14 September 2022
1. TENS
1) Persiapan alat
Pastikan kabel, stop kontak dalam keadaan baik dan pad basah basah
2) Persiapan pasien
Bagian yang akan diterapi bebas dari pakaian, logam, keringat dan tanda
radang
3) Penatalaksanaan
Letakkan pad pada tulang belakang dan tungkai bawah dengan waktu 10
menit
2. MWD
1) Persiapan alat
Pastikan kabel, stop kontak dan lampu elektroda dalam keadaan baik
2) Persiapan pasien
posisi pasien tengkurap, beri penjelasan mengenai cara kerja alat, indikasi
dan kontraindikasi
3) Penatalaksanaan
Letakkan elektroda pada daerah yang akan diterapi, lama pemberian terapi
lama 10 menit
3. Terapi Latihan (Mc kenzie)
1) Persiapan pasien
posisi pasien tengkurap, beri penjelasan mengenai latihan yang akan
dilakukan
2) Penatalaksanaan
Gerakan 1
Posisi tidur tengkurap dengan mata terpejam selama 3-5 menit
dengan mengatur frekuensi pernafasan yaitu dengan tariknafas
dalam dan menghembuskan perlahan-lahan hingga seluruh
tubuh merasakan rilek
Gerakan 2
Posisi tidur tengkurap dengan posisi kepala dan badan bagian
52
atas terangkat disangga dengan kedua lengan bawah, posisi
siku fleksi 90 derajat, gerakan ini dilakukan secara perlahan-
lahan dengan kontraksi otot punggung seminimal mungkin
yaitu gerakan terjadi akibat dorongan dan kontraksi dari otot-
otot lengan, gerakan ini dilakukan
Gerakan 3
Posisi tidur tengkurap dengan posisi kepala dan badan bagian
atas terangkat disangga dengan kedua lengan lurus 180 derajat,
gerakan ini dilakukan secara perlahan-lahan dengan kontraksi
otot punggung bagian bawah seminimal mungkin yaitu gerakan
terjadi akibat dorongan lengan
Gerakan 4
Posisi tubuh berdiri tegak dengan kedua tangan diletakkan pada
pinggang (tolak pinggang), dorongkan tubuh bagian atas dan
kepala kebelakang sebatas kemampuan setiap gerakan
dilakukan
Gerakan 5
Gerakan ke 5 ini sama dengan gerakan ke 4, yaitu posisi tidur
telentang dengan kedua lutut di tekuk, kemudian menarik
kedua lutut hingga menekan dada namun posisi kepala tidak
diangkat atau tetap diletakkan pada lantai, setiap gerakan
dilakukan
Gerakan 6
Posisi duduk tegak tanpa bersandar dengan kedua tangan
diletakkan diatas lutut, kemudian tubuh digerakkan kebawah
dengan menekukkan (fleksi) pinggang hingga dada menyentuh
paha hingga otot-otot punggung terulur secara penuh, setiap
gerakan dilakukan
2 Hari Jumat,16 September 2022
1. TENS
1) Persiapan alat
Pastikan kabel, stop kontak dalam keadaan baik dan pad basah basah
2) Persiapan pasien
53
Bagian yang akan diterapi bebas dari pakaian, logam, keringat dan tanda
radang
3) Penatalaksanaan
Letakkan pad pada tulang belakang dan tungkai bawah dengan waktu 10
menit
2. MWD
1) Persiapan alat
Pastikan kabel, stop kontak dan lampu elektroda dalam keadaan baik
2) Persiapan pasien
posisi pasien tengkurap, beri penjelasan mengenai cara kerja alat, indikasi
dan kontraindikasi
3) Penatalaksanaan
Letakkan elektroda pada daerah yang akan diterapi, lama pemberian terapi
lama 10 menit
3. Terapi Latihan (Mc kenzie)
1) Persiapan pasien
posisi pasien tengkurap, beri penjelasan mengenai latihan yang akan
dilakukan
2) Penatalaksanaan
Gerakan 1
Posisi tidur tengkurap dengan mata terpejam selama 3-5 menit
dengan mengatur frekuensi pernafasan yaitu dengan tariknafas
dalam dan menghembuskan perlahan-lahan hingga seluruh
tubuh merasakan rilek
Gerakan 2
Posisi tidur tengkurap dengan posisi kepala dan badan bagian
atas terangkat disangga dengan kedua lengan bawah, posisi
siku fleksi 90 derajat, gerakan ini dilakukan secara perlahan-
lahan dengan kontraksi otot punggung seminimal mungkin
yaitu gerakan terjadi akibat dorongan dan kontraksi dari otot-
otot lengan, gerakan ini dilakukan
Gerakan 3
Posisi tidur tengkurap dengan posisi kepala dan badan bagian
54
atas terangkat disangga dengan kedua lengan lurus 180 derajat,
gerakan ini dilakukan secara perlahan-lahan dengan kontraksi
otot punggung bagian bawah seminimal mungkin yaitu gerakan
terjadi akibat dorongan lengan
Gerakan 4
Posisi tubuh berdiri tegak dengan kedua tangan diletakkan pada
pinggang (tolak pinggang), dorongkan tubuh bagian atas dan
kepala kebelakang sebatas kemampuan setiap gerakan
dilakukan
Gerakan 5
Gerakan ke 5 ini sama dengan gerakan ke 4, yaitu posisi tidur
telentang dengan kedua lutut di tekuk, kemudian menarik
kedua lutut hingga menekan dada namun posisi kepala tidak
diangkat atau tetap diletakkan pada lantai, setiap gerakan
dilakukan
Gerakan 6
Posisi duduk tegak tanpa bersandar dengan kedua tangan
diletakkan diatas lutut, kemudian tubuh digerakkan kebawah
dengan menekukkan (fleksi) pinggang hingga dada menyentuh
paha hingga otot-otot punggung terulur secara penuh, setiap
gerakan dilakukan
3 Hari selasa,20 September 2022
1. TENS
1) Persiapan alat
Pastikan kabel, stop kontak dalam keadaan baik dan pad basah basah
2) Persiapan pasien
Bagian yang akan diterapi bebas dari pakaian, logam, keringat dan tanda
radang
3) Penatalaksanaan
Letakkan pad pada tulang belakang dan tungkai bawah dengan waktu 10
menit
2. MWD
1) Persiapan alat
55
Pastikan kabel, stop kontak dan lampu elektroda dalam keadaan baik
2) Persiapan pasien
posisi pasien tengkurap, beri penjelasan mengenai cara kerja alat, indikasi
dan kontraindikasi
3) Penatalaksanaan
Letakkan elektroda pada daerah yang akan diterapi, lama pemberian terapi
lama 10 menit
3. Terapi Latihan (Mc kenzie)
1) Persiapan pasien
posisi pasien tengkurap, beri penjelasan mengenai latihan yang akan
dilakukan
2) Penatalaksanaan
Gerakan 1
Posisi tidur tengkurap dengan mata terpejam selama 3-5 menit
dengan mengatur frekuensi pernafasan yaitu dengan tariknafas
dalam dan menghembuskan perlahan-lahan hingga seluruh
tubuh merasakan rilek
Gerakan 2
Posisi tidur tengkurap dengan posisi kepala dan badan bagian
atas terangkat disangga dengan kedua lengan bawah, posisi
siku fleksi 90 derajat, gerakan ini dilakukan secara perlahan-
lahan dengan kontraksi otot punggung seminimal mungkin
yaitu gerakan terjadi akibat dorongan dan kontraksi dari otot-
otot lengan, gerakan ini dilakukan
Gerakan 3
Posisi tidur tengkurap dengan posisi kepala dan badan bagian
atas terangkat disangga dengan kedua lengan lurus 180 derajat,
gerakan ini dilakukan secara perlahan-lahan dengan kontraksi
otot punggung bagian bawah seminimal mungkin yaitu gerakan
terjadi akibat dorongan lengan
Gerakan 4
Posisi tubuh berdiri tegak dengan kedua tangan diletakkan pada
pinggang (tolak pinggang), dorongkan tubuh bagian atas dan
56
kepala kebelakang sebatas kemampuan setiap gerakan
dilakukan
Gerakan 5
Gerakan ke 5 ini sama dengan gerakan ke 4, yaitu posisi tidur
telentang dengan kedua lutut di tekuk, kemudian menarik
kedua lutut hingga menekan dada namun posisi kepala tidak
diangkat atau tetap diletakkan pada lantai, setiap gerakan
dilakukan
Gerakan 6
Posisi duduk tegak tanpa bersandar dengan kedua tangan
diletakkan diatas lutut, kemudian tubuh digerakkan kebawah
dengan menekukkan (fleksi) pinggang hingga dada menyentuh
paha hingga otot-otot punggung terulur secara penuh, setiap
gerakan dilakukan
c. Letakkan elektroda pada daerah yang akan diterapi, lama pemberian terapi lama 10
menit Evaluasi (Setelah Tindakan Terapi / per tanggal) :
1. Subyektif
Adanya penurunan rasa nyeri tekan pada pinggang atau tulang belakang
Adanya penurunan rasa nyeri gerak pada pinggang atau tulang belakang
Adanya penurunan spasme pada pinggang atau tulang belakang
Adanya peningkatan LGS
Adanya peningkatan ADL
2. Obyektif
1) Nyeri menggunakan VAS
Nyeri T1 T2 T3
Nyeri diam 0 0 0
Nyeri tekan 3 3 2
Nyeri gerak 4 3 2
57
dextra/sinistra
Intensitas nyeri 3 3 2
Perawatan diri 1 1 1
Mengangkat 1 1 1
Berjalan 2 2 1
Duduk 3 3 2
Berdiri 3 3 3
Tidur 0 0 0
Kehidupan sosial 1 1 1
Bepergian 1 1 1
Bepergian 1 1 1
Kehidupan sex 1 1 1
Travelling 2 1 1
3. Action
TENS,MWD mampu mengurangi rasa nyeri, spasme,meningkatkan LGS dan
meningkatkan ADL
4. Planning
Dibutuhkan terapi lanjutan
VII. HASIL TERAPI TERAKHIR :
Setelah pasien mendapatkan terapi sebanyak Tiga kali dengan modalitas Tens,Mwd
mendapatkan hasil :
Penurunan nyeri tekan pada pinggang atau tulang belakang
Penurunan nyeri gerak pada pinggang atau tulang belakang
Penurunan spasme pada pinggang atau tulang belakang
Peningkatan LGS
Peningkatan ADL
58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dalam studi kasus ini seorang pasien atas nama ny.z dengan usia 64 tahun dengan
diagnosa hernia nucleus pulposus.Berdasarkan pemeriksaan yang di lakukkan maka
penulis menyimpulkan bahwa masalah utama dari pasien tersebut adanya nyeri
tekan,nyeri gerak,spasme,dan gangguan ADL setelah dilakukkan tindakan fisioterapi T1-
T3 dengan menggunakan modalitas transcutaneous electrical nerve stimulation
(TENS),microwave diathermy (MWD),didapatkan hasil adanya penurunan nyeri
,penurunan spasme,dan peningkatan ADL.Hasil peningkatan tersebut dapat dilihat dari
hasil sebagai berikut:
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil Evaluasi Nyeri Dengan Skala Vas
pengukuran tingkat nyeri dapat dilihat dengan menggunakan VAS
,perubahan tingkat atau peningkatan nyeri dari evaluasi aal T1 sampai evaluasi
akhir T3 yang hasil nya dapat dilihat pada :
4,5
3,5
2,5 T1
2 T2
T3
1,5
0,5
0
NYERI DIAM NYERI GERAK NYERI TEKAN
59
listrik tersebut berfungsi sebagai pemblok rasa nyeri yang dirasakan oleh
pasien,impuls nyeri yang akan mengakibatkan nyeri berkurang.Pemberian TENS
mampu mengeluarkan endorphin yang akan meningkatkan rileksasi kemudian
diikuti penurunan nyeri.
4.2.2 Hasil Evaluasi LGS dengan Goneometer
Pengukuran tingkat lingkup gerak sendi dapat dilihat dengan menggunakan
Goneometer perubahan tingkat atau derajat lingkup gerak sendi dari evaluasi awal
(T1) sampai evaluasi akhir (T3) yang hasilnya dapat dilihat pada :
LGS
1
0,8
Axis Title
0,6
0,4 T3
0,2
T1
0
ekstensi- lat flexsi rotasi
fleksi dextra- lat dextra-
flexsi rotasi
sinestra sinestra
60
4.2.3 Hasil Evaluasi ADL Dengan Skala ODI
Pengukuran
SKALA ODI
3,5
3
2,5
Axis Title
2
1,5
1
0,5
0
inten pera meng kehid kehid
berjal dudu berdir berpe berpe travel
sitas wata angka tidur upan upan
an k i rgian rgian ing
nyeri n diri t sosial seks
T1 3 1 1 2 3 3 0 1 1 1 1 2
T2 3 1 1 2 3 3 0 1 1 1 1 1
T3 2 1 1 1 2 3 0 1 1 1 1 1
61
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Pasien bernama Ny.Z umur 64 tahun dengan diagnosa hernia nucleus pulposus
dengan keluhan adanya nyeri tekan pada area L4 ,adanya nyeri gerak pada tulang
belakang, adanya spasme pada otot lumbalis, keterbatasan LGs dan adanya gangguan
ADL. Dilakukan tindakan fisioterapi sebanyak tiga kali. Terapi dimulai pada tanggal 14
September 2022 dengan menggunakan modalitas Trancutaneous Electrical Nerve
Stimulation, dan Micro Wave Diathermi, dan Terapi Latihan Serta pemberian edukasi
didapatkan hasil perubahan kearah baik, dimana adanya pengurangan nyeri tekan pada
L4, adanya pengurangan nyeri gerak pada lumbal, adanya pengurangan spasme pada otot
lumbalis, peningkatan LGS dan adanya peningkatan ADL. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa pemberian teknologi intervensi seperti Trancutaneous Electrical
Nerve Stimulation,Micro Wave Diathermi dan Terapi Latihan ( MC Kenzie) dapat
mengatasi permasalahan pada kasus hernia nucleus pulposus.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Penulis
Di dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang mendalam serta
pengalaman mengenai kasus-kasus hernia nucleus pulposus sehingga dapat
menambah pemahaman dalam menangani kasus hernia nucleus pulpous.
5.2.2 Bagi IPTEK
Untuk memperkaya ilmu pengetahuan dibidang kesehatan, khususnya dalam
menangani kasus pada hernia nucleus pulposus menggunakan Trancutaneous
Electrical Nerve Stimulation, MicroWave Diathermi dan Terapi latihan terhadap
kasus hernia nucleus pulposus dan teknik penatalaksanaan fisioterapinya.
5.2.3 Bagi Fisioterapi
Dapat membantu mempermudah para calon fisioterapi dan mengetahui secara
mendalam tentang kasus hernia nucleus pulposus.
62
DAFTAR PUSTAKA
Anggiat, Lucky, Indra Juni Fransisko, and Soeparman SSt.Ft. 2020. “Terapi Konvensional
Dan Metode Mckenzie Pada Lansia Dengan Kondisi Low Back Pain Karena Hernia
Nukleus Pulposus Lumbal.” Jurnal Fisioterapi Dan Rehabilitasi 4 (2): 44–57.
https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v4i2.113.
Citra, Fitriana, Ade Irma Nahdliyyah, Fakultas Ilmu Kesehatan, and Universitas Pekalongan.
2022. “Study Kasus : Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Varises Vena Tungkai
Bawah (VVTB) Case Study : Management Physiotherapy In Lower Limb Varicose
Veins.” Jurnal Fisioterapi Dan Rehabilitasi 6 (2): 87–93.
Dwi, Winda Yasinta, and Enny Fauziah. 2020. “Management of Physiotherapy for Lumbar
Functional Disorders Due to Hernia Nucleus Pulposus with PNF Technique, TENS and
McKenzie Exercise at RSUD Ulin Banjarmasin 2019.” Jurnal Kajian Ilmiah Kesehatan
Dan Teknologi 2 (1): 6–14.
Ghilang, Muhammad, Maulud Setyawan, Rifqi Sabita, Muhammad Wahyu Hidayat,
Universtas Udayana, Universitas Indonesia, and Universitas Udayana. 2022. “Gambaran
Nyeri Aktifitas Fungsional Pada Osteoarthritis Grade 2 Dextra Di Posyandu Lansia
Cempaka Pekalongan Overview of Functional Activity Pain in Osteoarthritis Grade 2
Dextra at Posyandu Elderly Cempaka Pekalongan” 6 (2): 74–78.
Ginting, Fanta Pratama, and Trisno Susilo. 2022. “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Hernia
Nukleus Pulposus Lumbal Dengan Modalitas Infra Red , Tens Dan Mc Kenzie
Exercise.” Jurnal Gentle Birth 5 (1): 75–80.
Hatlah, Nur Nazliyah, and Kharisah Diniah. 2021. “Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya
Hernia Nukleus Pulposus (Hnp) : Narrative Review,” 1–11.
http://digilib.unisayogya.ac.id/eprints/5765/.
Nugroho, Dwi Susilo Ady, and Andung Maheswara. 2013. “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada
Kasus HNP Dengan Modalitas Shortware Diatermy,Traksi Lumbal Dan MC. Kenzie
Exercise Di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.” Prodi Fisioterapi FIK-
UNIKAL, 29–39. http://www.jurnal.unikal.ac.id/index.php/pena/article/viewFile/89/89.
Triyanita, Maya, Ulfah Eka Wardani, and . Sudaryanto. 2022. “Beda Pengaruh Pemberian Mc
Kenzie Exercise Dengan William Flexion Exercise Terhadap Penurunan Nyeri Pada
Penderita Low Back Pain Non Spesifik Di RSUD Salewangang Maros.” Muawanah, Siti
6 (2): 109–16. https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v6i2.168.
63
64