Anda di halaman 1dari 69

“PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

KONDISI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS LUMBAL 4-5


DENGAN MODALITAS TENS DAN MWD DI RS. OTAK DR. DRS. M.
HATTA BUKITTINGGI”

DI SUSUN OLEH :

Aditya Chalik Padoli 201951031


Utari 202051001
Nurhafifa 202051002
Putri Anggraini 202051005
Ayu Wulandari 202051007
Dian Oscar 202051008
Esti Ardhiyani 202051009
Florensia Gladies 202051011

PROGRAM STUDI DIII FISIOTERAPI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURAHIM JAMBI
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAH
PRAKTEK KOMPREHENSIF

Telah melakukan praktek komprehensif di RS. OTAK DR. DRS. M HATTA BUKITTINGGI

dengan judul penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Hernia Nucleus Pulposus lumbal 5-4
dengan modalitas TENS dan MWD, telah disahkan dan disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Disetujui oleh :

Pembimbing akademik Pembimbing lahan

Adi Saputra Junaidi S.Fis, M.Fis Adilah S.Ftr

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha esa atas segala nikmat dan rahmatnya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan kesempurnaan makalah ini

Jambi, September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PENGESAH ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 8
2.1 Deskripsi Kasus .............................................................................................................. 8
2.1.2 Etiologi ...................................................................................................................... 9
2.1.3 Patofisiologi ............................................................................................................ 14
2.1.4 Gejala Klinis dan Komplikasi .............................................................................. 16
2.1.5 Anatomi dan Fisiologi ........................................................................................... 16
2.1.6 Biomekanik............................................................................................................. 22
2.1.7 Tes Spesifik Dan Aktivitas Fungsional dengan Index Oswestry ....................... 24
2.1.8 Objek yang dibahas ............................................................................................... 26
BAB III PROSES FISIOTERAPI ........................................................................................ 43
3.1 Pengkajian Fisioterapi ................................................................................................. 43
3.1.1 Anamnesis Umum .................................................................................................. 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 59
4.1 Hasil ............................................................................................................................... 59
4.2 Pembahasan .................................................................................................................. 59
BAB V KESIMPULAN ......................................................................................................... 62
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 62
5.2 Saran.............................................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 63

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesungguhnya kesehatan merupakan kenikmatan yang diakui setiap orang. Pada
perkembangan jaman sekarang melakukan aktivitas sehari – hari sering menimbulkan
berbagai keluhan yang timbul pada pinggang. Jika berlangsung pada jangka waktu yang
lama, akan menimbulkan keluhan pada pinggang bawah yang biasa disebut nyeri
pinggang bawah. Nyeri yang dirasakan dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri
radikuler atau keduanya. nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Semua
struktur yang terdapat dibagian vertebra merupakan struktur yang peka terhadap
rangsangan nyeri, sehingga bisa terjadi gangguan gerak ataupun iritasi pada struktur ini
dapat menimbulkan gejala nyeri pinggang bawah salah satu diantaranya karena Hernia
Nucleus Pulposus.
Persatuan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia (PERDOSSI) pada tahun 2002
melakukan penelitian pada 14 Rumah Sakit Pendidikan dengan hasil untuk penderita
Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah sebanyak 819 orang, hal ini setara dengan nilai
18,37% dari total kunjungan pasien (Meliala, 2003). Angka yand didapat dari penelitian
yang dilakukan oleh PERDOSSI tersebut merupakan angka yang diketahui dari pasien
yang datang untuk melakukan pemeriksaan, diluar dari mayoritas pekerja dalam usia
produktif (35-55 tahun).(Ginting and Susilo 2022)
Menurut Tim Medkes, penyakit HNP disebabkan oleh adanya cairan yang
berbentuk seperti gell (nucleus pulposus) dari bantalan sendi tulang belakang (diskus
invertebralis) yang keluar dan disebabkan oleh lemahnya dinding bantalan sendi tulang
belakang tersebut. Untuk mengatasi penyakit ini maka diperlukan penanganan serius dari
para ahli syaraf. Namun, mayoritas masyarakat Indonesia enggan untuk berkonsultasi
dengan para ahli dikarenakan adanya paradigma bahwa untuk berkonsultasi dengan para
ahli membutuhkan biaya yang sangat mahal.(Ghilang et al. 2022)
Pada dasarnya keluhan nyeri dapat terjadi pada bangunan neuro muskuloskeletal
yang mana dari tubuh manusia, diantaranya nyeri punggung bawah, dalam dunia medis
disebut Low Back Pain, yang terjadi oleh karena Hernia Nucleus Pulposus disebut juga
HNP. Dimana orang awam menyebutnya dengan sebutan sakit boyok, encok dan
sebagainya. Berbagai macam bentuk keluhan di daerah ini dapat timbul karena kurang
berhati-hati dan sikap yang kurang memperhatikan segi keamanan dalam beraktivitas.

1
Hernia Nucleus Pulposus (HNP), merupakan salah satu penyebab dari nyeri
punggung bawah, Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah kondisi dimana terjadi protrusi
pada discus intervertebralis yang disebabkan karena injury dan beban mekanik yang
salah dalam waktu yang lama. Selain itu faktor utama yang menyebabkan HNP adalah
degeneratif dimana elastisitas dari annulus fibrosus menurun sehingga menyebabkan
robeknya annulus fibrosus.Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya
dengan meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang
lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Selain itu Hernia nucleus pulposus (HNP)
kebanyakan juga disebabkan karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang
mengenai discus intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya annulus
fibrosus.(Anggiat, Fransisko, and SSt.Ft 2020)
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nucleus pulposus keluar
menonjol kemudian menekan ke arah canalis spinalis melalui anulus fibrosus yang robek
(Borestein dan Wiesel, 2007). HNP sering terjadi pada daerah lumbal 4 - 2 lumbal 5 dan
lumbal 5 - sacrum 1. Dimana kelainan ini lebih banyak terjadi pada individu dengan
pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat beban ,Rasa nyeri pada HNP
disebabkan oleh proses patologik di kolumna vertebralis pada diskus intervertebralis.
Gerakan mengangkat berulang, menarik, mendorong, membungkuk ke samping, terjatuh
dan memutar juga dapat meningkatkan resiko HNP yang menyebabkan penekanan yang
berlebihan pada diskus intervertebralis sehingga dapat mendorong nucleus pulposus
keluar dari anulus fibrosus yang dapat menekan medula spinalis.(Dwi and Fauziah 2020)
Nyeri punggung bawah (NPB) adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah
punggung bawah gejala utama rasa nyeri atau perasaan yang tidak enak di daerah tulang
punggung bawah dan sekitarnya. Nyeri punggung bawah merupakan gangguan
musculoskeletal yang sering terjadi pada aktivitas yang berlebihan. Nyeri punggung
bawah (NPB) merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama. Insiden NPB di
Amerika Serikat adalah 5% orang dewasa. Kurang lebih 60%-80% individu setidaknya
pernah mengalami nyeri punggung dalam hidupnya.(Nugroho and Maheswara 2019)
Pada HNP diskus intervertebralis lumbal tertentu nyeri hasil iritasi dirasakan di
sepanjang tungkai sesuai dengan perjalanan radiks yang terkena. HNP lumbal, selain
timbul nyeri juga dapat berujung pada disabilitas fungsional. Disabilitas fungsional dapat
terjadi karena adanya sekumpulan problematik antara lain : adanya iritasi ligamen, iritasi

2
radiks, laxity ligamen, spasme otot, nyeri menjalar dan adanya kelemahan otot-otot
lumbal (Fendy, 2018).
Berdasarkan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 80 Tahun 2013
fisioterapi adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan kelompok
untuk mengembangkan, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang kehidupan
dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan
(Kurniawan, 2020).
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu atau
kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh
sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peralatan
listrik (elektroterapi dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi Fisioterapi juga
merupakan pengobatan aktif dan bukan pasif, dan biasanya memfokuskan untuk menjaga
sendi dan otot agar tetap bergerak. Seperti untuk meredakan nyeri punggung, fisioterapi
juga dapat digunakan untuk sejumlah besar gangguan umum lainnya.(Hatlah and Diniah
2021)
Pada kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) fisioterapi dapat berperan dengan
berbagai macam metode untuk mengatasi nyeri yang disebabkan karena tertekannya
radiks posterior oleh discus yang menonjol, spasme otot karena penumpukan asam laktat,
kekuatan otot yang menurun yang disebabkan karena nyeri, serta keterbatasan lingkup
gerak sendi karena nyeri dan spasme. Semua elemen tersebut dapat menyebabkan
menurunnya aktivitas fungsional. Modalitas fisioterapi yang dapat diterapkan pada
kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) diantaranya TENS (Transcutaneous Electrical
Nerve Stimulation ) Microwave Diathermy ( MWD).(Citra et al. 2022)
Fisioterapi dalam mengatasi problematik di atas dapat menggunakan beberapa
modalitas diantaranya; Modalitas yang dapat digunakan pada kasus ini antara lain adalah
micro wave diathermy (MWD) salah satu modalitas fisioterapi yang dapat bermanfaat
dalam mengurangi nyeri.
Micro Wave Diathermy (EEM 2450 Mhz) merupakan suatu pengobatan dengan
menggunakan stressor fisis berupa energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus
listrik bolak-balik frekuensi 2450 MHz dengan panjang gelombang 12,25 km. Perubahan
panas (temperatur) dapat menimbulkan reaksi lokal pada jaringan misalnya,
meningkatkan metabolisme sel-sel lokal 13% tiap kenaikan temperatur 1°b,
meningkatkan vasomation sphinther sehingga timbul homostatik lokal dan akhirnya

3
terjadi vasodilatasi lokal. Reaksi general, mungkin dapat terjadi kenaikan temperatur,
tetapi perlu diingat EEM 2450 MHz penetrasinya dangkal (± 13 cm) dan aplikasinya
lokal.

Pada Jaringan ikat Meningkatkan elastisitas jaringan ikat 5-10 kali lebih baik
seperti jaringan/collagen, kulit, otot, tendon, ligamen dan capsul sendi akibat
menurunnya viskositas matrik jaringan, tetapi terbatas pada jaringan ikat yang letak
kedalamannya ±3 cm. Selain meningkatkan elastisitas jaringan otot, juga menurunkan
tonus otot lewat normalisasi nocisensorik kecuali hipertonik otot akibat emosional.
MWD cocok untuk jaringan superficial dan struktur artikuler yang dekat dengan
permukaan kulit. Salah satu tujuan utama dari terapi MWD adalah untuk memanaskan
jaringan otot sehingga akan memberi efek relaksasi pada otot dan meningkatkan aliran
darah intramuskuler, hal ini terjadi karena adanya peningkatan temperatur yang
signifikan.Selain MWD modalitas lain yang digunakan untuk kasus HNP lumbal yaitu
TENS.Untuk mengatasi nyeri dan kaku sendi guna mempertahankan mobilitas.
Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) merupakan salah satu
modalitas yang sering digunakan untuk mengatasi nyeri oleh para fisioterapis di
Indonesia. TENS mampu mengaktivasi serabut pusat. TENS sering disebut sebagai
teknik analgesik non-invasif untuk meringankan nyeri nociceptive dan nyeri
neuropatik.Stimulasi listrik yang diberikan pada intervensi ini cukup jauh dari jaringan
yang cidera ataupun rusak, sehingga jaringan yang menimbulkan nyeri tetap efektif
untuk memodulasi nyeri.Selama diberikannya intervensi TENS, arus listrik yang
berdenyut dihasilkan oleh generator denyut portabel dan disampaikan ke permukaan kulit
dengan bantalan yang disebut elektroda.TENS memberikan stimulasi arus yang berulang
dengan menggunakan pulsa durasi 50-250 ms dan frekuensi 1-200Hz(Hatlah and Diniah
2021)
TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) merupakan suatu cara
penggunaan elektroterapeutik untuk merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit.
TENS dikenal sebagai modalitas yang efektif mengurangi nyeri. Dengan frekuensi dan
intensitas yang tepat, TENS dapat memberikan stimulasi dari mulai tingkat seluler
sampai dengan ketingkat sistemik.
Mc Kenzie exercise merupakan suatu teknik latihan dengan menggunakan gerakan
badan terutama ke belakang/ekstensi, biasanya digunakan untuk penguatan dan

4
peregangan otot otot ekstensor dan fleksor sendi lumbosacralis dan dapat mengurangi
nyeri. Prinsip latihan Mc Kenzie adalah memperbaiki postur untuk mengurangi hyper
lordosis lumbal . Sedangkan secara operasional pemberian latihan untuk penguatan otot
punggung bawah ditujukan untuk otot-otot fleksor dan untuk peregangan ditujukan untuk
otot otot ektensor punggung. (Kurniawan,dkk, 2019).
Mc. Kenzie Exercise adalah terapi latihan yang mengutamakan gerakan ekstensi
untuk penguatan dan peregangan otot-otot extensor dan flexor sendi lumbosacralis dan
dapat mengurangi nyeri (Moldovan, 2012). Mc. Kenzie Exercise ini untuk meningkatkan
lingkup gerak sendi trunk, kekuatan otot m. paralumbal. Dari penggabungan modalitas
tersebut pada kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) dapat meningkatkan aktivitas
fungsional (Octaviani, 2020)
Mc Kenzie Exercise adalah terapi latihan yang mengutamakan gerakan ektensi
untuk penguatan dan peregangan otot-otot extensor dan fleksor sendi lumbosacralis dan
dapat mengurangi nyeri (Triyanita, Wardani, and . 2022)
Salah satu penatalaksanaan non farmakologis untuk nyeri punggung bawah adalah
dengan latihan punggung dengan teknik McKenzie Extension Exercise. Metode ini
pertama kali dikembangkan oleh Robin McKenzie pada tahun 1960-an. Terapi
McKenzie Extension Exercise adalah serangkaian gerakan tubuh yang bertujuan untuk
mengurangi keluhan nyeri punggung bawah (McKenzie, 1995 dalam Wahyuni,2012).
Prinsip pada terapi McKenzie Extension Exercise adalah memperbaiki postur untuk
mengurangi hiperlordosis lumbal, penurunan spasme otot melalui efek relaksasi,
membebaskan kekakuan sendi intervertebralis dan koreksi postur yang buruk. Pelatihan
punggung dengan McKenzie Extension Exercise didesain untuk meningkatkan mobilitas
tulang belakang dan memperbaiki postur serta dirancang untuk mengurangi nyeri
punggung dengan memberikan efek relaksasi pada otot yang mengalami spasme
sehingga dapat mengembalikan fungsi normal pada lumbal(Triyanita, Wardani, and .
2022)

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian hernia nucleus pulposus?
1.2.2 Apa etiologi hernia nukleus pulposus?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi hernia nukleus
1.2.4 Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada hernia nukleus pulposus dengan
modalitas TENS,MWD dan Mc kenzie

5
1.3 Tujuan Penulisan
Dalam rumusan masalah yang telah ada, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai
oleh penulis antara lain :
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi suatu syarat akademik dalam menyelesaikan program
komprehensif.
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui manfaat dari TENS,MWD dalam mengurangi rasa nyeri pada
kondisi Hernia Nucleus Pulposus dan mengetahui manfaat dari latihan dalam
mengembalikan aktivitas fungsional pada kondisi Hernia Nucleus Pulposus.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Penulisan
Berguna untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan, mengidentifikasi
masalah, menganalisa, dan membuat kesimpulan, serta penambahan pemahaman
penulis dalam penatalaksanaan fisioterapi pada pasien dengan kondisi Hernia
Nucleus Pulposus Lumbal dan mengetahui manfaat dari TENS dan MWD.
1.4.2 Bagi Pasien
Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang kasus HNP lumbal serta
memberikan pengetahuan tetang peran fisioterapi dalam menangani HNP lumbal.
Sehingga pasien mengetahui upaya pencegahan HNP lumbal.
1.4.3 Bagi Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (IPTEK)
Mendapatkan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan yang
memberikan gambaran dan masukan di bidang IPTEK tentang pelaksanaan
fisioterapi dengan modalitas TENS,MWD dan terapi latihan dapat digunakan
dalam memberikan pelayanan fisioterapi pada pasien dengan kondisi Hernia
Nucleus Pulposus Lumbal.
1.4.4 Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat di manfaatkan sebagai salah satu sumber
pustaka di institusi pendidikan untuk komunitas pendidikan di lingkungan
fisioterapi untuk memahami serta melaksanakan proses fisioterapi dengan
modalitas yang ada.
1.4.5 Bagi Masyarakat

6
Memberikan informasi bagi masyarakat tentang Hernia Nucleus Pulposus Lumbal
sehingga masyarakat dapat mengadakan upaya pencegahannya dan mencari
pertolongan baik medis maupun fisioterapi jika menderita Hernia Nucleus
Pulposus Lumbal.

7
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Kasus


2.1.1 Defenisi
Hernia Nucleus Pulposus HNP), merupakan salah satu penyebab dari nyeri
punggung bawah, Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah kondisi dimana terjadi
protrusi pada discus intervertebralis yang disebabkan karena injury dan beban
mekanik yang salah dalam waktu yang lama. Selain itu faktor utama yang
menyebabkan HNP adalah degeneratif dimana elastisitas dari annulus fibrosus
menurun sehingga menyebabkan robeknya annulus fibrosus (Rizky
Widyasari,Octaviani, dkk ,2020).
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah gangguan yang melibatkan ruptur
annulus pulposus (cincin luar diskus) sehingga nucleus pulposus menonjol
(mengalami herniasi) dan menekan akar saraf spinal, menimbulkan nyeri dan
mungkin deficit neurologic. Sebagian besar terjadi antara L4 dan L5, menekan akar
saraf L5 atau antara L5 dan S1, menekan akar saraf.Hernia diskus intervertebralis
atau disebut juga herniasi nucleus pulposus (HNP) adalah keadaan yang
diakibatkan oleh penonjolan nucleus pulposus dari kompresi dari akarakar saraf.
Herniasi dapat terjadi di lumbal, lumbosakral, regio scapula, regio servikal dan
berbagai kolumna vertebralis.Pada HNP diskus intervertebralis lumbal tertentu
nyeri hasil iritasi dirasakan di sepanjang tungkai sesuai dengan perjalanan radiks
yang terkena. HNP lumbal, selain timbul nyeri juga dapat berujung pada disabilitas
fungsional. Disabilitas fungsional dapat terjadi karena adanya sekumpulan
problematik antara lain : adanya iritasi ligamen, iritasi radiks, laxity ligamen,
spasme otot, nyeri menjalar dan adanya kelemahan otot-otot lumbal (Arkan azi
nurdin,dkk,2022).
Terjadinya hernia nuckleus pulposus lumbal pada lansia dapat disebabkan
dari beberapa faktor. Seperti terjatuh, karena keseimbangan pada lansia menurun
sehingga mengakibatkan lansia mudah terjatuh.Selain keseimbangan menurun,
penglihatan dan pendengaran pada lansia juga menurun, sehingga membuat

8
semakin tingginya resiko jatuh yang dapat menyebabkan terjadinyaHNP lumbal
(Juni fransisko sipayung,indra,dkk, 2020)

Pada sejumlah penelitian HNP paling seringdijumpai pada tingkat L4-L5.


Gejala yang disebabkan oleh HNP adalah nyeri yang menjalar ke bagian tubuh
sesuai dengan radiks saraf yang tertekan .Jika nyeri tersebut tidak diatasi dengan
baik, dapat mengganggu fungsi gerak tubuh mulai dari bagian gluteal sampai
tungkai bawah. Hal tersebut akan menyebabkan ketidakmampuan dalam
melakukan aktivitas fisik. Maka dari itu penangan fisioterapi yang dapat dilakukan
secara mandiri dibutuhkan dalam mengurangi nyeri dan disabilitas penderita HNP
(Azam Ibrahim,dkk,2021)

2.1.2 Etiologi
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan
meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur
dan tipisnya nucleus pulposus (Moore dan Agur, 2020). Selain itu Hernia nucleus
pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan karena adanya suatu trauma derajat
sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis sehingga menimbulkan
sobeknya annulus fibrosus (Octaviani Rizky Widyasari dan irine dwitasari
wulandari,2020)
Fisioterapi dapat berperan dengan berbagai macam metode untuk mengatasi
nyeri yang disebabkan karena tertekannya radiks posterior oleh discus yang menonjol,
spasme otot karena penumpukan asam laktat, keterbatasan lingkup gerak sendi karena
nyeri dan spasme, serta kekuatan otot yang menurun yang disebabkan karena nyeri.
Semua elemen tersebut dapat menyebabkan menurunnya aktivitas fungsional.
Modalitas fisioterapi yang dapat diterapkan pada kasus Hernia Nucleus Pulposus
(HNP) diantaranya TENS dan MWD. (Octaviani Rizky Widyasari dan irine dwitasari
wulandari,2020)
Salah satu penyebab dari LBP dan merupakan salah satu masalah kesehatan
yang utama adalah HNP (Hernia Nucleus Pulposus). Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
merupakan suatu gangguan yang melibatkan ruptur anulus fibrosus sehingga nukleus
pulposus menonjol (bulging) dan menekan ke arah kanalis spinalis. Prevalensi HNP di
Indonesia pada tahun 2021 berkisar antara 1 – 2 % dari populasi (Purwanto, 2021).
Dalam penelitian Goin tahun 2021, sebanyak 55,9% dari penderita LBP di Rumah Sakit

9
Kota Tidore terdiagnosis disebabkan oleh HNP lumbal. Pada sejumlah penelitian HNP
paling sering dijumpai pada tingkat L4-L5. (Ibrahim Azzam,Nia kurniawati,dwi
agustina 2022)
Gejala yang disebabkan oleh HNP adalah nyeri yang menjalar ke bagian tubuh
sesuai dengan radiks saraf yang tertekan (Pinzon R, 2012). Jika nyeri tersebut tidak
diatasi dengan baik, dapat mengganggu fungsi gerak tubuh mulai dari bagian
gluteal sampai tungkai bawah. Hal tersebut akan menyebabkan ketidakmampuan
dalam melakukan aktivitas fisik. Maka dari itu penangan fisioterapi yang dapat
dilakukan secara mandiri dibutuhkan dalam mengurangi nyeri dan disabilitas
penderita HNP (Al-horani et al., 2020). Pandemi COVID-19 menyebabkan
peningkatan signifikan dalam intensitas LBP pada orang dewasa yang tinggal di
Riyadh. Prevalensi titik LBP meningkat dari 38,8 menjadi 43,8%. Disebabkan
karena posisi duduk yang tidak ergonomis, duduk lama, aktivitas fisik yang tidak
memadai, dan menjalani teleworking atau pembelajaran jarak jauh. (Šagát et al.,
2020). . (Ibrahim Azzam,Nia kurniawati,dwi agustina2022)
Hubungan antara hipertensi dengan klasifikasi HNP lumbal berdasarkan MRI
pada penelitian ini didapatkan hasil yang tidak berhubungan. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa hal. Pada penelitian Saftić ditemukan bahwa faktor
morbiditas kardiovaskular tidak berkontribusi secara signifikan kepada hernia
diskus intervertebralis. Penelitian ini menyebutkan bahwa ada faktor lain yang
mempengaruhi kejadian hernia diskus intervertebralis yaitu pekerjaan fisik yang
berat dari subjek penelitian, faktor riwayat keluarga subjek penelitian yang pernah
operasi tulang punggung, dan indeks massa tubuh subjek penelitian >25,7.20 Pada
orang dengan pekerjaan fisik yang berat meliputi gerakan membungkuk akan
meningkatkan kompresi mekanik pada diskus intervertebralis sehingga
mempengaruhi kejadian HNP lumbal.21 Riwayat keluarga yang pernah
menjalankan operasi tulang punggung menunjukan faktor genetik dan gaya hidup
yang juga dapat mempengaruhi kejadian hernia diskus intervertebralis lumbal.19
Indeks massa tubuh yang tinggi dapat menyebabkan perubahan postur tubuh dan
peningkatan sudut lumbosacral yang mengakibatkan fleksi lebih besar pada sendi
sakroiliaka dan torsi pada sendi lumbal yang lebih besar sehingga dapat
membebani sendi lumbal.( Winda putri sunjata,yurida binta meutia,hermina
sukmaningtyas,Dwi pudjonarko,2021)

10
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan
meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang
lentur dan tipisnya nucleus pulposus (Moore, 2021). Selain itu Hernia Nucleus
Pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan karena adanya suatu trauma derajat
sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis sehingga menimbulkan
sobeknya annulus fibrosu (Azinudin arkan dan Irine dwitasary wulandari,2022)
Pada kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) fisioterapi dapat berperan
dengan berbagai macam metode untuk mengatasi nyeri yang disebabkan karena
tertekannya radiks posterior oleh discus yang menonjol, spasme otot karena
penumpukan asam laktat, kekuatan otot yang menurun yang disebabkan karena
nyeri, serta keterbatasan lingkup gerak sendi karena nyeri dan spasme. Semua
elemen tersebut dapat menyebabkan menurunnya aktivitas fungsional. Modalitas
fisioterapi yang dapat diterapkan pada kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP)
diantaranya Shortwave Diathermy (SWD), Traksi dan Mc. Kenzie Exercise.
(Azinudin arkan dan Irine dwitasary wulandari,2022)
Penyebab utama terjadinya HNP adalah cidera. Cidera dapat terjadi karena
terjatuh tetapi lebih sering karena posisi menggerakkan tubuh yang salah. Pada
posisi gerakan tulang belakang yang tidak tepat maka sekat tulang belakang akan
terdorong ke satu sisi dan pada saat itulah bila beban yang mendorong cukup besar
akan terjadi robekan pada annulus pulposus yaitu cincin yang melingkari nucleus
pulposus dan mendorongnya merosot keluar sehingga disebut hernia nucleus
pulposus. Sebenarnya cincin (annulus) sudah terbuat sangat kuat tetapi pada pasien
tertentu di bagian samping belakang (posterolateral) ada bagian yang lemah (locus
minoris resistentiae) (Leksana JS,2021)
Bisa juga terjadi karena adanya spinal stenosis, ketidakstabilan vertebra karena
salah posisi, mengangkat, pembentukan osteofit, degenerasi dan dehidrasi dari
kandungan tulang rawan annulus dan nucleus mengakibatkan berkurangnya
elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus hingga annulus (Mary,
1995). Melengkungnya punggung ke depan akan menyebabkan menyempitnya atau
merapatnya tulang belakang bagian depan, sedangkan bagian belakang
merenggang, sehingga nucleus pulposus akan terdorong ke belakang. Hanya
prolapsus discus intervertebralis yang terdorong ke belakang yang menimbulkan
nyeri, sebab pada bagian belakang vertebra terdapat serabut saraf spinal serta

11
akarnya, dan apabila tertekan oleh prolapsus discus intervertebralis akan
menyebabkan nyeri yang hebat pada bagian pinggang, bahkan dapat menyebabkan
kelumpuhan anggota bagian bawah (Leksana JS,2021)
Hernia Nucleus Pulposus(HNP), merupakan salah satu penyebab dari nyeri
punggung bawah, Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah kondisi dimana terjadi
protrusi pada discus intervertebralis yang disebabkan karena injury dan beban
mekanik yang salah dalam waktu yang lama. Selain itu faktor utama yang
menyebabkan HNP adalah degeneratif dimana elastisitas dari annulus fibrosus
menurun sehingga menyebabkan robeknya annulus fibrosus. (Nur Nazliyah
hatlah,Kharisah diniah,2021)
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan
meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang
lentur dan tipisnya nucleus pulposus (Moore dan Agur, 2021). Selain itu Hernia
nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan karena adanya suatu trauma
derajat sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis sehingga
menimbulkan sobeknya annulus fibrosus (Nur Nazliyah hatlah,Kharisah
diniah,2021).
Fisioterapi dapat berperan dengan berbagai macam metode untuk mengatasi
nyeri yang disebabkan karena tertekannya radiks posterior oleh discus yang
menonjol, spasme otot karena penumpukan asam laktat, keterbatasan lingkup gerak
sendi karena nyeri dan spasme, serta kekuatan otot yang menurun yang disebabkan
karena nyeri. Semua elemen tersebut dapat menyebabkan menurunnya aktivitas
fungsional. Modalitas fisioterapi yang dapat diterapkan pada kasus Hernia Nucleus
Pulposus (HNP) TENS dan MWD. (Nur Nazliyah hatlah,Kharisah diniah,2021).
Penyebab dari HNP menurut Helmi (2021), biasanya didahului dengan
perubahan degeneratif dan trauma yang berulang mengenai intervertebralis selama
beberapa bulan atau tahun sehingga menyebabkan sobeknya anulus fibrosus.
Kemudian discus mendorong ke arah medula spinalis atau ruptur dan
memungkinkan nucleus pulpousus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap
saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal. (Riyadi Anshari,2021)
Penyebabnya, etiologi keluhan nyeri keluhan nyeri itu pun sangat beragam dari
nyeri yang langsung dapat dideteksi penyebabnya, hingga rasa nyeri yang sukar
ditemukan etiologinya.(3) Sindroma Nyeri Punggung Bawah adalah suatu

12
sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri atau perasaan lain yang
tidak enak didaerah tulang punggung bawah dan daerah sekitarnya. Keluhan nyeri
dan keterbatasan gerak dapat menjadi keluhan utama keluhan nyeri tersebut dapat
bersifat sementara, terus menerus atau hanya terjadi sewaktu melakukan
aktifitas.(4) Keluhan Nyeri Punggung Bawah pernah dialami oleh 50-80%
penduduk negara negara industri, presentase meningkat sesuai pertambahan usia
serta menghilangkan jam kerja yang sangat besar. Penelitian di Swedia (2019)
disana kehilangan 11 juta hari kerja pertahun. Allegri et al (2021) menyatakan di
inggris kehilangan 13, 2 juta hari pertahun. Amin et al (2021) pada tahun 2011-
2015 meneliti 3000 pria dan 3500 wanita usia 20 tahun keatas di Zoetemeter
Belanda menyatakan 51% pria dan 57% wanita mengeluh Nyeri Punggung Bawah,
setengahnya dalam beberapa waktu tidak bugar untuk bekerja dan 8% harus alih
pekerjaan. Penelitian multi senter di 14 rumah sakit pendidikan di Indonesia yang
dilakukan kelompok studi nyeri perdossi pada bulan Mei 2009 menunjukkan
jumlah penderita nyeri sebanyak 4456 orang (25% dari total kunjungan), yang
terdiri dari 1598 orang (35,86%) merupakan penderita nyeri kepala dan 819 orang
(18,37%) adalah Nyeri Penderita Punggung bawah (NPB). (Mawar
Lumbantobing,Laura siagian,Thomas silangit,2020)
Salah satu kasus penyebab terjadinya Nyeri Punggung Bawah ini adalah
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) yaitu terdorongnya nukleus pulposus yang berada
diantara ruas-ruas tulang belakang, ke arah belakang baik lurus maupun ke arah
kanan atau kiri menekan sumsum tulang belakang atau serabut-serabut sarafnya
sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang sangat hebat. Sering disamping rasa nyeri
juga ditemukan gejala-gejala lain, diantaranya gejala sensorik atau motorik. Maka
dapat dimengerti betapa pentingnya anamnesa yang lengkap, pemeriksaan umum
dan pemeriksaan neurologi disertai pembuatan foto rontgen atau pemeriksaan
khusus. (Mawar Lumbantobing,Laura siagian,Thomas silangit,2020)
HNP sering terjadi pada orang bekerja dengan posisi duduk berjam jam tanpa
berganti posisi dan dengan posisi yang salah dalam kurun waktu yang cukup lama
penyakit ini juga cepat terjadi pada orang yang sering mengankat barang berat ata
para pekerja berat. Proses terkena penyakit ini memankan waktu cukup lama,bisa
bertahun-tahun baru terkena. Namun seseorang sering kali tidak sadar dirinya

13
sudah hampir kena atau bahkan sudah terjepit saraf tulang belakangnya. (Mawar
Lumbantobing,Laura siagian,Thomas silangit,2020)

2.1.3 Patofisiologi
Berdasarkan patofisiologinya nyeri punggung bagian bawah di bagi menjadi
NBP spesifik dan non spesifik. Nyeri punggung bagian bawah spesifik berupa gejala
yang di sebabkan oleh mekanisme patologi yang spesifik seperti Hernia Nukleus
Pulposus (HNP), infeksi, osteoporosis, rheumatoid arthtritis, fraktur, dan tumor. Nyeri
punggung bawah non spesifik berhubungan dengan faktor mekanik seperti cara angkat
dan angkut yang tidak benar, sikap yang tidak ergonomis dalam beraktifitas dan postur
tubuh yang buruk serta masalah mekanik (Nur Nazliyah hatlah,Kharisah diniah,2021)
Patologi Menurut Helmi (2021), robekannya anulus fibrosus berlanjut pada
penonjolan pada discus intervertrebralis yang menekan secara parsial sisi lateral dari
medial medulla spinalis. Kemudian berlanjut pada herniasi discus menekan medulla
spinalis. Menurut Sidharta (2020), nyeri adalah tanda yang paling sering dan
mempunyai arti yang paling penting. Nyeri pinggang dapat dibedakan menjadi: (a)
nyeri setempat, (b) referred pain, dan (c) nyeri radikuler. (Riyadi Anshari,2021)
1) Proses Degenaratif
Diskus intervertebralis tersusun atas jaringan fibrokartilago yang
berfungsi sebagai shock absorber, menyebarkan gaya pada kolumna vertebralis
dan juga memungkinkan gerakan antar vertebra. Kandungan air diskus
berkurang dengan bertambahnya usia (dari 90% pada bayi sampai menjadi
70% pada orang usia lanjut). Selain itu, serabut-serabut menjadi kasar dan
mengalami hialinisasi yang ikut membantu terjadinya perubahan ke arah
herniasi nukleus pulposus melalui anulus dan menekan radiks saraf spinal.
Pada umumnya, hernia paling mungkin terjadi pada bagian kolumna
vertebralis di mana terjadi peralihan dari segmen yang lebih mobile ke yang
kurang mobile (perbatasan lumbosakral dan servikotolarak).
2) Proses Traumatik
Dimulainya degenerasi diskus mempengaruhi mekanika sendi
intervertebral, yang dapat menyebabkan degenerasi lebih jauh. Selain
degenerasi, gerakan repetitive, seperti fleksi, ekstensi, lateral fleksi, rotasi, dan
mengangkat beban dapat memberi tekanan abnormal pada nukleus. Jika
tekanan ini cukup besar sampai bisa melukai annulus, nucleus pulposus ini

14
berujung pada herniasi. Trauma akut dapat pula menyebabkan herniasi, seperti
mengangkat benda dengan cara yang salah dan jatuh.
Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan
herniasinya, di mana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang
sesungguhnya, yaitu: (Grade I) Protrusi diskus intervertebralis: nukleus terlihat
menonjol ke satu arah tanpa kerusakan annulus fibrosus., (Grade II) Prolaps
diskus intervertebral: nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran anulus
fibrosus., (Grade III) Extrusi diskus intervertebral: nukleus keluar dan anulus
fibrosus dan berada di bawah ligamentum, longitudinalis posterior., (Grade
IV) Sequestrasi diskus intervertebral: nukleus telah menembus ligamentum
longitudinalis posterior.
Nukleus pulposus yang mengalami herniasi ini dapat menekan nervus di
dalam medulla spinalis jika menembus dinding diskus (annulus fibrosus); hal
ini dapat menyebabkan nyeri, rasa tebal, rasa keram, atau kelemahan. Rasa
nyeri dari herniasi ini dapat berupa nyeri mekanik, yang berasal dari diskus
dan ligamen; inflamasi, nyeri yang berasal dari nucleus pulposus yang ekstrusi
menembus annulus dan kontak dengan suplai darah; dan nyeri neurogenik,
yang berasal dari penekanan pada nervus (Arkan azi nurdin,dkk,2022).
Patofisiologi: Terdapat empat tahap terjadinya herniasi diskus
invertebralis yang meliputi: (1) Degenerasi; (2) Prolapsus; (3) Ekstrusi; (4)
Sequestrasi. Proses awal yang terjadi yaitu terjadi herniasi di mana cincin
konsentrik annulus fibrosus robek di bagiannukleus pulposus, yang
mengakibatkan cincin lain dibagian luar sehingga mengakitbatkan tonjolan
setempat (fokal). Inilah yang sering disebut dengan protrusio diskus. Ketika
ditemukan keberlanjutan pada proses tersebut, maka beberapa dari materi
nukleus akan mengalami herniasi diskussubligamentus yaitu keluar nukleus
melalui diskus (diskus ekstrusi) ke longitudinal anterior ligament posterior .
Akar saraf ipsilateral yang dijepit oleh protrusio atau ekstrusi diskus
posterolateral pada bagian keluarnya saraf dari kantong dura. Jepitan saraf
inilah yang akan menimbulkan gejala dan tanda radikuler. Elemen kauda
ekuina di kedua sisi dapat terlibat dalam central discushernia yang dapat
memunculkan bilateralradiculopaty bahkan kelainan seperti retensio urine.
Berkurangnya protein polisakarida pada diskus akan mengurangi jumlah air

15
nucleus pulposus. Pertahanan pada bagian herniasi nucleus akan melemah jika
terjadi perkembangan pecahan yang menyebar di annulus, dan bahkan pada
saat pasca trauma dapat menyebabkan cedera pada kartilago (
Nadeak,Bernadetha,2019)

2.1.4 Gejala Klinis dan Komplikasi


Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah
disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas HNP sentral dan lateral.
HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia dan retensi urine.
Sedangkan HNP lateral bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang terletak
pada punggung bawah, di tengah-tengah area bokong dan betis, belakang tumit dan
telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari kelima kaki berkurang dan reflex achiller negative.
Pada HNP lateral L5-S1 rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung
bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis.
Kelemahan m. gastrocnemius (plantar fleksi pergelangan kaki), m. ekstensor halusis
longus (ekstensi ibu jari kaki). Gangguan reflex Achilles, defisit sensorik pada
malleolus lateralis dan bagian lateral pedis HNP (Azam Ibrahim,dkk,2021)

2.1.5 Anatomi dan Fisiologi


a. Sistem Tulang Vertebra
Tulang belakang adalah struktur lentur sejumlah tulang yang disebut vertebra.
Diantara tiap dua ruas vertebra terdapat bantalan tulang rawan. Panjang rangkaian
vertebra pada orang dewasa dapat mencapai 57 sampai 67 cm. seluruhnya terdapat
33 ruas tulang, 24 buah diantaranya adalah tulang-tulang terpisah dan 9 ruas
sisanya bergabung membentuk 2 tulang. Vertebra dikelompokkan dan dinilai
sesuai dengan daerah yang ditempatinya, tujuh vertebra cervikalis, dua belas
vertebra thoracalis, lima vertebra lumbalis, lima vertebra sacralis, dan empat
vertebra koksigeus (Pearce, 2009). Susunan tulang vertebra terdiri dari:
korpus,arcus, foramen vertebrale, foramen intervertebrale, processus articularis
superior dan inferior, processus transfersus, spina, dan discus intervertebralis.

16
Gambar 2.2 Vertebra (Eidelson, 2021)
1) Korpus
Merupakan lempeng tulang yang tebal, agak melengkung dipermukaan
atas dan bawah (Gibson, 2021). Dari kelima kelompok vertebra, columna
vertebra lumbalis merupakan columna yang paling besar dan kuat karena pusat
pembebanan tubuh berada di vertebra lumbalis (Bontrager dan Lampignano,
2020).
2) Arcus
Menurut Gibson (2003) Arcus vertebra terdiri dari:
a) Pediculus di bagian depan: bagian tulang yang berjalan
kearah bawah dari corpus, dengan lekukan pada vertebra di dekatnya
membentuk foramen intervertebrale.
b) Lamina di bagian belakang: bagian tulang yang pipih berjalan
ke arah belakang dan ke dalam untuk bergabung dengan pasangan dari
sisi yang berlawanan.
3) Foramen vertebrale
Merupakan lubang besar yang dibatasi oleh korpus dibagian depan, pediculus
di bagian samping, dan lamina dibagian samping dan belakang.
4) Foramen intervertebrale
Merupakan lubang pada bagian samping, di antara dua vertebra yang
berdekatan dilalui oleh nervus spinalis yang sesuai.
5) Processus Articularis Superior dan Inferior
Membentuk persendian dengan processus yang sama padavertebra di atas dan
di bawahnya.
6) Processus Transversus

17
Merupakan bagian vertebra yang menonjol ke lateral.

Gambar 2.3 Vertebra Lumbal(Ellis,2006)


7) Discus Intervertebralis
Merupakan cakram yang melekat pada permukaan korpus dua
vertebrae yang berdekatan, terdiri dari annulus fibrosus, cincin jaringan
fibrokartilaginosa pada bagian luar, dan nucleus pulposus, zat semi-cair yang
mengandung sedikit serat dan tertutup di dalam annulus fibrosus.

Gambar 2.4 Discus Intervertebralis(Putz dan Pabst, 2021)


b. Ligament Vertebrae
Banyak studi mengenai spinal ligament menetapkan bermacam tingkat support
pada spine. Termasuk interspinous ligament, ligamentum flavum, anterior dan
posterior longitudinal ligament, capsular ligament,dan lateral ligament.
1) Interspinous ligament
Merupakan ligament tambahan yang tidak begitu penting pada sebuah tulang
melalui spinous process,penggunaannya pada saat gerakan significant flexion
melawan gaya pada spine. Perlu diperhatikan bahwa interspinous ligament
tidak terdapat pada L5/S1 dan terdapat sedikit pada L4-L5.

18
2) Ligamentum Flavum
Merupakan ligament yang kompleks dan kuat, namun kurang resistance untuk
gerakan flexion karena lebih menahan gerakan kearah ventral.
3) Anterior Longitudinal Ligament
Merupakan ligament yang relative kuat melekat pada tepi vertebral body (dan
tidak begitu melekat pada annulus fibrosus) pada setiap segmental dari
spine.ligament ini berfungsi untuk menahan gerakan kearah ekstensi.
4) Posterior Longitudinal Ligament Ligament ini tidak sekuat anterior
longitudinal ligament. Ligament ini sebagian besar dempet dengan diskus
(annulus fibrosus).
5) Capsular ligament
Merupakan ligament yang berperan penting untuk kestabilan vertebra.
Tidak begitu banyak gerakan, namun relative kuat.

GAMBAR 2.5 Ligament vertebra (Putz dan Pabts, 2021)

c. Sistem Otot
Menurut Moore dan Agur (2013) otot penggerak batang tubuh secara langsung
atau pun tidak langsung mempengaruhi vertebra. Otot-otot tersebut adalah
m.erector spinae, m. psoas, m. rectus abdominis.
1) M. Erector Spinae
Origo: berasal melalui tendo yang lebar dari bagian dorsal crista iliaca,
permukaan dorsal sacrum dan processus spinosus vertebrae lumbalis

19
kaudal, dan ligament supraspinale. Insertion: M. iliocostalis: lumborum,
thoracis, dan cervicis; serabut melintas kranial ke angulus costae kaudal
dan proc. Transversus vertebrae cervicalis. M. longissimus: thoracis,
cervicis dan capitis; serabut melintas kranial ke costae antara tuberculum
costae dan angulus costae, proc. Spinosus di daerah thorakal dan cervical,
dan proc. Mastoideus ossis temporalis. M. spinalis: thoracis, cervicis dan
capitis: serabut melintas cranial
ke proc. Spinosus di daerah torakal kranial dan cranium. Fungsi utama:
bekerja bilateral: ekstensi columna vertebralis dan kepala sewaktu
punggung membungkuk, otot-otot ini mangatur gerakan dengan
memperpanjang serabutnya secara bertahap;bekerja unilateral: laterofleksi
columna vertebralis.
2) M. Psoas Major
Origo: Proc. Tansversus vertebrae lumbalis; sisi corpus vertebrae T12-
L5 dan discus intervertebralis. Insertio: melalui tendon yang kuat pada
trochanter minor femur. Fungsi: Kontraksi bagian kranial bersama m.
illiacus mengadakan fleksi paha; kontraksi bagian kaudal megadakan
laterofleksi columna vertebralis; berguna untuk mengatur keseimbangan
batang tubuh seaktu duduk; kontraksi bagian kaudal bersama m. illiacus
mengadakan fleksi batang tubuh.
3) M. Rectus Abdominis
Origo: Symphysis pubica dan crista pubica Insertion: Proc. Xiphoideus
dan cartilagines costales V-VII Fungsi: fleksi batang tubuh dan menekan
visera abdomen.

20
Gambar 2.6
Lapisan dalam otot-otot punggung(Putz dan Pabst, 2012)

d. Sistem Saraf
Tiga puluh satu pasang saraf spinal (nervus spinalis) dilepaskan dari medulla
spinalis. Beberapa anak akar keluar dari permukaan dorsal dan permukaan ventral
medulla spinalis, dan bertaut untuk membentuk akar ventral (radix anterior) dan
akar dorsal (radix posterior). Dalam radix posterior terdapat serabut aferen atau
sensoris dari kulit, jaringan subkutan dan profunda, dan sringkali dari visera.radix
anterior terdiri dari serabut eferen atau motoris untuk otot kerangka. Pembagian
nervus spinal adalah sebagai berikut: 8 pasang nervus cervicalis, 12 pasang
nervus thoracius, 5 pasang nervus lumbalis, 5 pasang nervus sakralis, dan satu
pasang nervus coccygeus.
Untuk menegakkan diagnosis yang tepat, mengetahui prognosa suatu penyakit
dan pemberian pengobatan yang sesuai dibutuhkan pengetahuan tentang anatomi
fisiologi yang berhubungan dengan kondisi penyakit tersebut. HNP lumbal 4-5,
maka penulis akan kemukakan anatomi yang mencakup hal-hal: 1) Susunan
tulang belakang, 2) Struktur otot, 3) Struktur persendian, 4) Sistem peredaran
darah, 5) Sistem persyarafan (Susilo adynugroho,dwi ,dkk,2019)

21
2.1.6 Biomekanik
Gerakan dari vetikal lumbalis boleh dikatakan relatif bebas dibandingkan
dengan vertebra lainnya. Hal ini oleh karena bentuk diskusnya besar dari arah
foccetnya berlainan. Gerakan fleksi dari lumbal berakhir pada lumbal 4-5 dan
diperkirakan 75% dari fleksi kedepan seluruhnya terjadi pada L4-S1 yang disebut
lumbo sakral dan luas gerakannya merupakan terbesar dari seluruh gerakan fleksi
dari vertebra spinalis (Soekarno, 1999).
Untuk mengetahui arthokinematika pada sendi-sendi daerah lumbal sangat
rumit mengingat osteokinematika antara segmen satu dengan segmen yang lainnya
saling berhubungan. Gerakan yang terjadi pada lumbal :
1) Fleksi
Gerakan ini terjadi pada posisi tegak kemudian membungkukkan badan ke
depan. Gerakan ini terjadi ke arah ventro-kaudal pada bidang segital dan pada
axis frontal horizontal (x) pada gerakan ini korpus vertebra miring dan sliding
secara pelan ke anterior sehingga diskus anterior berkurang ketebalannya dan
bertambah ke posterior. Nukleus polposus bergerak ke posterior mengukur
serabut posterior dari annular fibrosis.

Processus artikularis inferior dari vertebrae superior slide dan bergerak


dari processue artikularis superior slide dan bergerak dari prosesus artikularis
superior vertebra inferior. Sebagai penggerak utama flexor batang tubuh
adalah otot rektus abdominis, otot obligus eksternus. Obligus internus, otot
quadratus lumborum secara bilateral dan otot interkostalis gerakan ini
dihambat oleh otot-otot ekstensor spina dan ketegangan ligamentum
longitudinal posterior dan ligamentum supraspinale. Luas gerak batang tubuh
adalah 65o - 85o atau 50 cm – 60 cm dengan midline (International Standart
Orthopedic Measurment).
2) Ekstensi
Gerakan ini pada posisi tegak, kemudian membungkukkan badan ke
belakang gerakan terjadi pada bidang sagital dengan aksis frontal. Besar atau
luas gerak batang tubuh orang normal 25o -40º atau 40-50 cm dengan mid line
(International Standart Orthopedic Measurment) penggerak utama ekstensi
adalah otot interspinale (otot iliokostalistorakalis, otot longsimus torakalis,
otot spinalis torakalis, otot ilikostalis, otot notatoris, otot multifiduc) yang

22
bekerja secara simetris. Dari gerakan ini terdapat hambatan dari ketegangan
ligamentum spinosus anterior. Otot fleksor spinalis dan adanya kontak antara
processus anterior vertebra satu dengan yang lain. Pada gerakan ini, corpus
vertebra superior miring dan letak ke posterior. Diskus anterior bertambah
ketebalannya dan berkembangnya di bagian posterior. Nucleus posterior,
nucleus pulposus bergerak ke anterior mengulur serabut anterior dari annulus
fibrosis.
Pada gerakan ini, corpus vertebra superior miring dan letak ke
posterior. Diskus anterior bertambah ketebalannya dan berkembangnya di
bagian posterior. Nucleus posterior, nucleus pulposus bergerak ke anterior
mengulur serabut anterior dari annulus fibrosis.
3) Lateral
fleksi Gerakan ini dimulai dari sikap berdiri tegak, kemudian
menekukkan badan ke samping kanan maupun kiri. Gerakan ini terjadi pada
bidang frontal dan axis sagital. Besarnya sudut normal gerakan ini sekitar 25º
(International Standart Orthopedic Measurment). Penggerak utama dari
gerakan ini adalah otot obligus eksternus dan internus abdominis, otot
quadratus lumborum. Otot rectus abdominis dan otot psoas. Otot-otot tersebut
bekerja lateral pada samping yang sama, kecuali otot obligus eksternus
abdominis. Dan gerakan ini dibatasi oleh ketegangan otot lateral fleksor yang
berlawanan dan ligamentum plavum.
Pada gerakan ini, corpus vertebra superior miring ipsi lateral. Diskus menjadi
lebih lebar pada permukaan kontra lateral. Sedangkan bila dilihat dari
posterior, procarus kontrallateral vertebra superior trunk dan processus
spisilateral trunk.
4) Rotasi
Gerakan rotasi dikerjakan pada posisi duduk maupun tidur terlentang,
gerakan ini terjadi pada bidang horisontal dengan axis vertikal melalui
processus spinosus, sudut gerakan ini sekitar 45 . Penggerak utamanya adalah
rotasi ipsilateral, bila otot berkontraksi dapat memutar columna vertebralis
sepihaknya, digerakkan oleh otot obligus internus abdominis, otot illiocostalis
lumborum dan otot spinatiansversarium. Rotasi kontral lateral bila otot
berkontraksi terjadi kontraksi sepihak berlawanan, digerakkan oleh otot-otot

23
obligus eksternus abdominis, multifidus, rotator longus, rotator brevis. Dan
otot tranversospinal selama gerakan ini diskus intervertebralis tidak ikut
bergerak . Dengan menggunakan alat penunjuk yang ditentukan di dalam
nukleus pulposus manusia, tekanan intra diskus dapat diselidiki pada bagian
sikap tubuh dan keadaan. Sebagai standart dipakai tekanan intradiskus ketika
berdiri tegak, pada daftar dibawah ini terdapat peningkatan tekanan intra
diskus pada berbagai sikap dan tekanan. (Susilo adynugroho,dwi ,dkk,2019)

2.1.7 Tes Spesifik Dan Aktivitas Fungsional dengan Index Oswestry


1) Pemeriksaan Fisik
Bertujuan untuk mengetahui keadaan fisik pasien. Pemeriksaan ini terdiri dari
pemeriksaan vital sign, inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, pemeriksaan gerak
dasar, pemeriksaan spesifik yang meliputi : ukuran yang digunakan untuk
menghitung seberapa besar daya yang mampu dihasilkan otot saat beraktivitas.
(Octaviani Rizky Widyasari dan irine dwitasari wulandari,2020)
a) Tes Laseque
Tes di tunjukan untuk mengindentifikasi adanya lumbar radiculopathy,umumnya
oleh lumbar discus hernia. Sensivitas 91%, spesifitas 26%.Posisi Pasien terlentang,
posisi pemeriksa berdiri disamping pasien. Fleksikan Hip pasien sambil tetap
menjaga Knee dalam posisi ekstensi penuh hingga gejala terprovokasi . Selanjutnya
modifikasi dengan menambahkan dorsi fleksi ankle, diketahui sebagai “Bragard’s
Sign” . Atau meminta pasien melakukan maksima fleksi neck, dikenal dengan
“Neri’s Sign”.
Tes positif jika nyeri radicular, rasa kebas atau kesemutan terprovokasi.
Jika nyeri timbul saat dilakukan Laseque test di atas 35-70 derajat, makanyeri
berasal dari lumbar spine atau sacroiliac joint. Jika Nyeri timbul pada kedua
maneuver (Bragard’s Sign dan Neri’s Sign) Indikasi strech pada durameter atau
spinal cord lesi oleh discus hernia. (Achmad,Arisandy,2019)

24
Gambar 1. Tes Laseque (StraightLeg Raise/SLR)
b) Valsava’ manuver
Untuk mendeteksi apakah ada desakan pada kanal spinal,pasien di minta untuk
menahan nafas dan selanjutnya berusaha keluarkan nafas namu di tahan seperti
ketika sedang mengangkat beban berat, Positif jika temukan nyeri atau gejala
lainnya, Tes positif mengidentifikasikan bahwa adanya hernia discus.

800 × 517

Gambar 2. Valsalva Maneuver


c) Crossed leg raise test
Untuk melakukan tes, minta pasien dalam posisi
terlentang,kemudian tekuk kaki pasien yang terlibat dipinggul hingga
60-70 derajat. Tes positif jika pasien mengalami nyeri menusuk dikaki
disepanjang aksonal kaki pada 40 derajat atau kurang.

25
Gambar 3 . Crossed leg raise test

2.1.8 Objek yang dibahas


1) Nyeri
Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik actual maupun potensial, atau
yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. The internasional
association for thestudy of pain (IASP) mendefinisikan sebagai berikut nyeri
merupakan pengalaman tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan atau
ancaman kerusakan jaringan.
Patofisiologi nyeri suatu proses rangsangan yang menimbulkan
nyeribersifat destruktif terhadap jaringan yang dilengkapi dengan serabut
saraf penghantar impuls nyeri. Serabut saraf ini di sebut juga dengan serabut
nyeri, sedangkan jaringan tersebut disebut jaringan peka-nyeri. Seorang
mersakan nyeri tergantung pada jenis jaringan yang dirangsang, jenis serta
sifat rangsangan, serta pada kondisi mental dan fisiknya.Reseptor untuk
stimulus disebut nosiseptor.

Nosiseptor adalah ujung saraf tidak bermialin A delta dan ujung saraf C
bermielin. Destribusi nosiseptor bervariasi di seluruh tubuh dengan jumlah
terbesar terdapat dikulit. Nosiseptor terletak di jaringan subkutis, otot
rangka,dan sendi. Nosiseptor yang terangsang oleh stimulus yang potensial
dapat menimbulkan kerusakan jaringan. Stimulus ini disebut sebagai

26
stimulus noksius (Wiarto, 2017).
VAS di gunakan untuk mengukur kwantitas dan kwalitas nyeri yang
pasien rasakan,dengan menampilkan suatu kategorisasi nyeri mulai dari
“tidak nyeri,nyeri ringan,sedang atau berat).Secara operasional VAS
umumnya berupa sebuah garis horizontal atau vertical,panjang 10 cm
(100mm).(Widya,2016).
Subjek diminta untuk menggambar tanda hubungtegak lurus terhadap
garis untuk mewakili persepsi mereka tentang fenomena yang sedang
dipelajari. Ini dijalankan dengan sekali pakai lembaran kertas, pena dan
penggaris, yang semuanya harussegera tersedia untuk memastikan alat ini
bermanfaat secara klinis. Nilai yang diperoleh menyediakan variabel
kuantitatif, yang diukur dengan seperseratus milimeter (Rosas dkk, 2017).

Gambar 4. Visual Analoque Scale


(Rosas dkk, 2017).

2) Kemampuan ADL
Activity of Daily Living adalah pengukuran terhadap aktivitas yang
dilakukan rutin oleh manusia setiap hari. Aktivitas tersebut antara lain:
memasak, berbelanja, merawat/mengurus rumah, mencuci, mengatur
keuangan, minum obat dan memanfaatkan sarana transportasi. Skala ADL

27
terdiri atas skala ADL dasar atau Basic Activity of Daily Living (BADLs),
Instrumental or Intermediate Activity of Daily Living (IADLs). Skala ADL
dasar mengkaji kemampuan dasar seseorang untuk merawat dirinya sendiri
(selfcare), dan hanya mewakili rentang (range) yang sempit dari kinerja
(performance).
MACAM-MACAM ADL
 ADL dasar / Basic of Activity Daily Living,
yaitu keterampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat
dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi,
berhias.
 ADL instrumental / Instrumental of Activity Daily Living,
yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda
penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan,
menggunakan telefon, menulis, mengetik, mengelola uang.
 ADL vokasional
yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.
ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan
mengisi waktu luang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ADL
 Umur dan status pengembangan
 Fungsi kognitif
 Tingkat stress
 Kekuatan otot
 Kesehatan fisiologis
 Status mental
 keseimbangan
Penilaian ADL

TABEL ODI

Bentuk Aktivitas Skor

28
Intesitas Nyeri

• Saya dapat mentolerir nyeri tanpa menggunakan 0


obat pereda nyeri

• Nyeri terasa buruk,tetapi saya dapat menangani 1


tanpa menggunakan obat pereda nyeri

• Obat pereda nyeri menggurangi nyeri saya secara 2


keseluruhan

• Obat pereda nyeri menggurangi sebagian nyeri 3


saya

• Obat pereda nyeri menggurangi sedikit nyeri saya 4

• Obat pereda nyeri tidak mempunyai efek terhadap 5


nyeri yang saya alami.

Perawatan diri (mencuci dan berpakaian) 0

• Saya dapat merawat diri secara normal tanpa


menambah nyeri

• Saya dapat merawat diri secara normal , tetapi 1


menambah nyeri

29
• Perawatan nyeri menyebabkan nyeri, sehingga 2
saya melakukan dengan lambat atau hati hati

Berdiri 0

• Saya dapat berdiri selama yang saya inginkan


tanpa menambah nyeri.

• Saya dapat berdiri selama yang saya ingin kan, 1


tetapi menambah nyeri

• Nyeri menghambat saya berdiri lebih dari 1 jam 2

• Nyeri menghambat saya berdiri lebih dari ½ jam 3

• Nyeri menghambat saya berdiri lebih dari 10 4


Menit

• Nyeri menghambat saya berdiri 5

Tidur 0

• Nyeri tidak menghambat saya tidur nyaman

• Saya dapat tidur nyaman jika menggunakan obat 1


pereda nyeri

30
• Meskipun menggunakan obat pereda nyeri, tidur 2
saya kurang dari 6 jam

• Meskipun saya menggunakan obat pereda nyeri 3


tidur saya kurang dari 4 jam

• Meskipun saya menggunakan obat pereda nyeri 4


tidur saya kurang dari 2 jam

• Nyeri menghambat tidur saya 5

Kehidupan social 0

• Kehidupan sosial saya normal tanpa menambah


nyeri

• Kehidupan sosial saya normal,tetapi tingkatan 1


nyeri bertambah

• Nyeri menghambat saya berpartisipasi melakukan 2


kegiatan banyak energy

3
• Nyeri menghambat saya seri keluar

• Nyeri Menghambat kehidupan sosial saya 4


dirumah

31
• Saya kesulitan melakukan kehidupan sosial kerena 5
nyeri

Berpergian 0

• Saya dapat berpergian kemana saja tanpa


menambah nyeri

• Saya dapat berpergian kemana saja,tetapi 1


menambah nyeri

• Nyeri menghambat saya berpergian lebih dari 2 2


jam

• Nyeri menghambat saya berpergian lebih dari 1 3


jam

• Nyeri Menghambat saya berpergian untuk suatu 4


kebutuhan dibawa ½ jam

• Nyeri mencegah saya berpergian kecuali 5


mengujungi dokter atau trapis atau kerumah sakit

Bepergian 0

• Pekerjaan/aktifitas kerja normal tidak


menyebabkan nyeri.

32
• Urusan rumah tangga/aktifitas kerja normal 1
menambah nyeri, tetapi saya dapat melakukan
semua yang membutuhkan saya

• Saya dapat melakukan sebagian urusana rumah 3


tangga/tugas kerja, tetapi nyeri menghambat saya
melakukan aktifitas yang membutuhkan kegiatan
fisik (mis: mengangkat, membersihkan rumah

• Nyeri menghambat saya melakukan sesuatu 4


kecuali kerjaan ringan.

• Nyeri menghambat saya melakukan aktifitas 5


pekerjaan atau urusan rumah tangga sehari-hari

Kehidupan Sex (jika memungkinkan) 0

• Kehidupan sex normal dan tidak menyebabkan


nyeri

• Kehidupan sex saya normal tetapi menimbulkan 1


sedikit nyeri

• Kehidupan sex saya mendekati normal tapi sangat 2


nyeri

• Kehidupan sex saya terganggu karena adanya 3


nyeri

• Kehidupan sex saya hampir tidak ada karena nyeri 4

• Saya tidak memiliki kehidupan sex sama sekali 5

33
Traveling (Wisata) 0

• Saya dapat berwisata kemanapun tanpa nyeri

• Saya dapat berwisata kemanapun tetapi 1


menimbulkan nyeri

• Saya merasakan nyeri yang cukup berat namun 2


saya masih bisa menahannya jika perjalanan
diatas 2 jam

• Perjalanan wisata saya terganggu dengan 3


perjalanan kurang dari 1 jam

• Perjalanan wisata saya terganggu dengan 4


perjalanan kurang dari 30 menit

• Saya tidak dapat melakukan perjalanan wisata 5

INTERPRESTASI SCORE KUISENER OSWETRY

0-20% disability minimal Bisa melakukan sebagian besar ADL


biasanya pengobatan sangat
dibutuhkan. Dalam kelompok ini ,
beberapa pasien memiliki kesulitan
duduk dan mungkin ini penting jika
pekerjaan mereka selalu duduk
(seperti driver dan juru ketik).

34
20-40% disability sedang Kelompok ini lebih banyak
mengalami rasa sakit dan masalah
saat duduk , mengangkat dan berdiri.
Berwisata dan kehidupan sosial akan
lebih sulit dan saat bekerja. Perwatan
diri, kehidupan sexs dan tidur tidak
terlalu pengaruh.

40-60% disability berat Rasa sakit menjadi masalah utama


kelompok pasien ini,tetapi
berwisata,perawatan diri,kehidupan
sosial dan kehidupan seks dan tidur
juga terpengaruh.

60-80% lumpuh Sakit punggung menimpah semue


aspek pada pasien baik dirumah
maupun di tempat kerja.

80-100% Pasien pasien ini memiliki gejala


serius. Hal ini dapat dievakuasi
dengan pengamatan secara hati hati
selama medical examination.

2.4.1.1 Defenisi Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)


TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik untuk
merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit.Dalam hubungannyadengan
modulasi nyeri.Dalam kasus ini menggunakan metode umum dengan
pemasangan elektroda pada atau sekitar nyeri. Cara ini merupakan cara yang
paling mudah dan paling sering digunakan sebab metode ini dapat langsung
diterapkan pada daerah nyeri tanpa memperhatikan karakter nyeri atau pun letak
yang paling optimal yang hubungannya dengan jaringan penyebab nyeri
(Agung, 2019).
TENS ini berfungsi untuk mengganggu sinyal nyeri yang mempengaruhi
saraf-saraf dan memutus sinyal nyeri tersebut sehingga pasien merasakan
nyerinya berkurang. TENS memberikan arus listrik dengan amplitudo sampai

35
dengan 50mA dengan frekuensi 10-250Hz.
2.4.1.2 Manfaat
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) Memelihara fisiologis
otot dan mencegah atrofi otot, re-edukasi fungsi otot, modulasi nyeri tingkat
sensorik, spinal dan supraspinal, menambah Range Of Motion (ROM)/mengulur
tendon, memperlancar peredaran darah dan memperlancar resorbsi oedema.
2.4.1.3 Indikasi dan Kontra Indikasi
1. Indikasi
a. Trauma musculoskeletal baik akut maupun kronik
b. Nyeri sendi
c. Nyeri akut
d. Nyeri otot
e. Nyeri spinal
f. Nyeri neoplastic

2. Kontra Indikasi
TENS dikontraindikasikan pada pasien dengan alat pacu jantung, baru
mengalami pendarahan, gangguan sirkulasi Karena gangguan vascular
perifer, diatas aspek anterior leher atau di sinus koratid, pasien yang
memiliki respons alergi terhadap gel, electrode atau plester, aplikasi
electrode di atas batang tubuh, abdomen atau pelvis selama kehamilan,
kecuali jika menggunakan TENS untuk nyeri persalinan, kondisi
dermatologis seperti eksem dan dermatitis.
3. Prosedur TENS
Penempatan Elektroda :
1) Disekitar lokasi nyeri : cara ini paling mudah dan paling sering
digunakan, sebab metode ini dapat langsung diterapkan pada daerah nyeri
tanpa memperhatikan karakter dan letak yang paling optimal dalam
hubungan nya dengan jaringan penyebab nyeri.
2) Dermatome : penempatan pada area dermatome yang terlibat,
penempatan pada lokasi spesifik dalam area dermatome, penempatan
pada dua tempat yaitu, dianterior dan diposterior dari suatu area dermatome
tertentu

36
3) Area trigger point dan motor point Prosedur Tens :
a) Tingkat analgesia untuk rasa nyeri : frekuensi 150 Hz, durasi
pulsa >150 mikrodetik
b) Persiapan pasien (kulit harus bersih dan bebas dari lemak, lotion,
krim dll), periksa sensasi kulit, lepaskan semua metal di area
terapi,jangan menstimulasi pada area dekat langsung di atas fraktur
yang baru/non-union, diatas jaringan parut baru,kulit baru.
4. Dosis Tens :
1) Intensitas : Amplitudo untuk TENS harus berupa sensasi yang nyaman
dibawah ambang batas motoric.
2) Durasi : Untuk sebagian besar kondisi nyeri, waktu stimulasi berkisar dari 30
sampai 60 menit. Aturan umum untuk waktu penggunaan jumlah waktu
stimulasi minimal untuk jumlah penurunan nyeri maksimal. Beberapa pasien
mungkin memerlukan stimulasi 24 jam sehari (mis, pasien pasca operasi).
3) Frekuensi : Umumnya TENS digunakan setiap hari, dua kali sehari, atau
sesering mungkin sesuai kebutuhan.Sesuaikan frekuensi penggunaan untuk
mempertahankan pasien dalam status bebas nyeri selama mungkin untuk
mengurangi penguatannyeri/spasme otot/muscle guardin, respons
input/pemrosesan/outflow
Micro Wave Diathermy (EEM 2450 Mhz) merupakan suatu pengobatan
dengan menggunakan stressor fisis berupa energi elektromagnetik yang
dihasilkan oleh arus listrik bolak-balik frekuensi 2450 MHz dengan panjang
gelombang 12,25 km (Depkes, 1993).
1 Efek fisiologis
a) Perubahan Panas
Perubahan panas (temperatur) dapat menimbulkan reaksi lokal pada
jaringan misalnya, (1) meningkatkan metabolisme sel-sel lokal 13% tiap
kenaikan temperatur 1°b, (2) meningkatkan vasomation sphinther
sehingga timbul homostatik lokal dan akhirnya terjadi vasodilatasi lokal.
Reaksi general, mungkin dapat terjadi kenaikan temperatur, tetapi perlu
diingat EEM 2450 MHz penetrasinya dangkal (± 13 cm) dan aplikasinya
lokal. Consersual efek, timbulnya respon panas pada sisi kontra lateral
dan segment yang sama (Sujono, 2002). Penetrasi dan perubahan

37
temperatur lebih terkonsentrasi pada jaringan otot sebab jaringan otot
lebih banyak mengandung cairan/daerah.
b) Jaringan ikat
Meningkatkan elastisitas jaringan ikat 5-10 kali lebih baik seperti
jaringan/collagen, kulit, otot, tendon, ligamen dan capsul sendi akibat
menurunnya viskositas matrik jaringan, tetapi terbatas pada jaringan ikat
yang letak kedalamannya ±3 cm (Sujono, 2002).
c) Jaringan otot
Selain meningkatkan elastisitas jaringan otot, juga menurunkan tonus
otot lewat normalisasi nocisensorik kecuali hipertonik otot akibat
emosional.
a) Jaringan saraf
Misalnya: meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan
saraf,meningkatkan nerve conduction (konduktivitas saraf) dan
meningkatkan ambang rangsang/theshold.
2 Efek terapeutik
a) Penyembuhan luka dapat meningkat proses respirasi jaringan secara
fisiologis.
b) Nyeri, hipertropi, gangguan vaskularisasi, dapat menurunkan, nyeri,
normalisasi tonus otot lewat efek sedatif, perbankan sistem metabolisme.
c) Kontraktur jaringan lemah,dengan peningkatan elastisitas jaringan lemak
maka dapat mengurangi proses kontraktur jaringan.
d) Gangguan konduktifitas dan trashold jaringan saraf, apabila elastisitas dan
trashold jaringan saraf semakin pula, prosesnya lewat efek fisiologik.
3 Efek-efek yang lain
Efek umum misalnya merasa lemah badan, pusing mengantuk.
4 Indikasi.
a) Kelainan-kelainan patah tulang, sendi dan otot misalnya rhematoid
artritis, post traumatik, low back pain.
b) Kelainan-kelainan pada syaraf perifer seperti neuropati dan neuralgia.
5 Kontra indikasi
a) Logam dalam tubuh

38
b) Alat elektronis misalnya: jam tangan, alat audiovisual yang sedang
dipakai.
c) Gangguan peredaran darah
d) Memakai nilon dan bahan lain yang tidak menyerap keringat
e) Jaringan dan organ yang mempunyai banyak cairan, misalnya: pada mata
atau luka basah, eksim basah yang dapat menimbulkan kebakaran di
jaringan.
f) Gangguan sensabilitas
g) Infeksi akut dan demam dapat memperluas infeksi bakteri melalui aliran
darah.
h) Menstruasi dan Kehamilan
i) Apabila daerah yang diterapi bagian punggung dan perut(Agung, 2019)
3. Prosedur Mc Kenzie Exercise
Menurut Romano (2019) prosedur Mc Kenzie Exercise dikelompokan menjadi
gerakan-gerakan sebagai berikut :
a. Gerakan 1
Posisi tidur tengkurap dengan mata terpejam selama 3-5 menit dengan
mengatur frekuensi pernafasan yaitu dengan tariknafas dalam dan
menghembuskan perlahan-lahan hingga seluruh tubuh merasakan rilek, seperti
digambarkan pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Latihan Mckenzie Prone-lying(Sumber : Liebenso, 2019)


b. Gerakan
Posisi tidur tengkurap dengan posisi kepala dan badan bagian atas terangkat
disangga dengan kedua lengan bawah, posisi siku fleksi 90 derajat, gerakan ini
dilakukan secara perlahan-lahan dengan kontraksi otot punggung seminimal
mungkin yaitu gerakan terjadi akibat dorongan dan kontraksi dari otot-otot
lengan, gerakan ini dilakukan dan ditahan selama 5 hitungan (5 detik) dengan 4
kali pengulangan,

39
Gambar 2.2 Latihan Mckenzie Elbow Press(Sumber : Liebenso, 2019)

c. Gerakan 3

Posisi tidur tengkurap dengan posisi kepala dan badan bagian atas terangkat
disangga dengan kedua lengan lurus 180 derajat, gerakan ini dilakukan secara
perlahan-lahan dengan kontraksi otot punggung bagian bawah seminimal mungkin
yaitu gerakan terjadi akibat dorongan lengan, gerakan ini dilakukan dan ditahan
selama 5 hitungan (5detik) dengan 4 kali pengulangan.

Gambar 2.3 Latihan Mckenzie Press-Ups


(Sumber : Liebenso, 2019)
d. Gerakan 4
Posisi tubuh berdiri tegak dengan kedua tangan diletakkan pada pinggang (tolak
pinggang), dorongkan tubuh bagian atas dan kepala kebelakang sebatas kemampuan
setiap gerakan dilakukan dan ditahan selama 5- 8 hitungan dengan 4 kali pengulangan

40
Gambar 2.4 Latihan Mckenzie Backward Bending(Sumber :
Liebenso, 2019)

e. Gerakan 5
Gerakan ke 5 ini sama dengan gerakan ke 4, yaitu posisi tidur telentang dengan
kedua lutut di tekuk, kemudian menarik kedua lutut hingga menekan dada namun
posisi kepala tidak diangkat atau tetap diletakkan pada lantai, setiap gerakan
dilakukan dan ditahan selama 5-8 hitungan dengan 4 kali pengulangan.
Gambar 2.5 Latiham Mckenzie Double Knee To Chest

(Sumber : Liebenso, 2019)

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam latihan Mc Kenzie

41
Menurut Thomas (20) yang harus diperhatikan dalam latihan Mc Kenzie
adalah :
a. Penyusunan latihan dimulai dari gerakan-gerakan yang termudah bagi
pasien,kemudian ditingkatkan sesuai kemampuan pasien.
b. Saat melakukan latihan sedapat mungkin gerakan lurus bungkuk
dilakukansecara hati-hati, berirama, dan terkontrol.
c. Setiap jenis gerakan dikerjakan paling sedikit lima kali dan gerakan
dilakukan sebanyak 15 kali

d. Latihan dengan posisi tengkurap sebaiknya dilakukan di lantai dengan


menggunkan matras yang agak keras.
e. Dilakukan semampu pasien Harus memberitahukan kepada yang
bersangkutan apabila latihan yang dilakukan menambah rasa sakit, bahkan
jika perlu latihan yang harus dihentikan.

42
BAB III
PROSES FISIOTERAPI

3.1 Pengkajian Fisioterapi


Proses pemecahan masalah yang harus dihadapi oleh fisioterapi pada kondisi Hernia
nucleus pulposus : pengkajian fisioterapi, tujuan dan rencana fisioterapi, pelaksanaan
fisioterapi, dan evaluasi terhadap hasil terapi.
3.1.1 Anamnesis Umum
Anamnesia adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan dengan tanya jawab kepada
pasien untuk memperoleh keterangan sebanyakbanyaknya mengenai keadaan penyakit
pasien. Dalam anamnesis diperoleh informasi yang penting untuk menentukan
diagnosa. Pada kondisi ini, anamnesis dilakukan dengan auto anamnesis yaitu tanya
jawab yang diperoleh secara langsung kepada pasien sendiri. Data-data yang diperoleh
dari auto anamnesis pada tanggal 14 september 2022 meliputi :

I. KETERANGAN UMUM PENDERITA


II. Nama : Ny.Z
Umur : 64 Tahun

No Reg 0097102
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT

Alamat : Aspolresta Bukittinggi blok A No 9

III. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT


a. Diagnosa Medis : Hernia Nukleus Pulposus
b. Catatan Klinis,
a. Riwayat Tindakan Medis, dll : -
b. Medikamentosa : Amlodipin,Obat saraf resep dokter
b. Data pendukung
a. Hasil Lab :
b. Foto Rontgen :
c. Dll :
c. Rujukan Fisioterapi ........ (dari siapa, isi rujukan)
Mohon dilakukan penanganan fisioterapi pada Ny.Z 64 Tahun dengan diagnosa
HerniaNukleus Pulposus

IV. SEGI FISIOTERAPI

43
A. Pemeriksaan Subyektif (Anamnesis)
Keluhan Utama : pasien merasakan nyeri menjalar pada tulang belakang sampai ketungkai
bawah

1. Lokasi Keluhan
(menunjukkkan tempat/ lokasi keluhan)

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :


Pada 6 bulan yang lalu pasien jatuh pada saat menjaga atau mengasuh
cucunya. Setelah 1 minggu pasien merasakan nyeri menjalar pada tulang
belakang sampai tungkai bawah, terutama pada saat pasien melakukan
aktivitas seperti salat,saat diamnyeri tidak ada.
Lalu pasien pergi ke dokter saraf dan diberikan obat-obatan tetapi pasien merasa
tidak ada perubahan, lalu dokter saraf merujuk pasien ke dokter rehab, dan
pasien di rujuk kembali ke fisioterapi untuk melakukan tindakan fisioterapi
dan sekarang pasien sedang menjalankan terapi di RS Otak Dr.Drs.M Hatta
Bukittinggi
3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :
-

4. RIWAYAT PENYAKIT PENYERTA

44
Hipertensi (+)
5. RIWAYAT KELUARGA :
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit serupa
6. RIWAYAT PRIBADI DAN STATUS SOSIAL (Social History dan
Health Habits)
(Hobby, Lingkungan kerja, tempat tinggal, aktivitas rekreasi dan
diwaktu senggang, aktivitas social)

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang mengerjakan pekerjaan rumah
tangga
B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN TANDA VITAL
a) Tekanan darah : 162/80 mmHg
b) Denyut Nadi : 85 x/menit
c) Pernapasan : 20 x/menit
d) Temperatur : 36.0 °C
e) Tinggi Badan : 145 cm
f) Berat Badan : 58 kg
2. INSPEKSI
a. Statis :Tidak tampak odema,Tidak terdapat deformitas trunk pada
pasien
b. Dinamis :Pasien tampak kesulitan berjalan,pasien tidak
menggunakan alat bantu jalan,pasien kesulitan duduk ke
berdiri

3. PALPASI (spasme, nyeri tekan dimana, tonus,


oedema, suhu, dll):
 Tidak adanya odema
 Tidak adanya perubahan suhu lokal
 Adanya nyeri tekan pada L4
 Adanya spasme pada otot lumbalis
4. PERKUSI :
Tidak dilakukan
5. AUSKULTASI
Tidak dilakukan
6. PEMERIKSAAN GERAK
A. Tes Orientasi (menentukan lokasi keluhan)
Pasien kesulitan dalam beraktivitas,pasien kesulitan berjalan,
pasien kesulitan naik turun tangga, pasien kesulitan dalam

45
melakukan ibadah,pasien kesulitan duduk ke berdiri,dan
toileting

B. Pemeriksaan Gerak Dasar


1. Gerak Aktif (Koordinasi, Pola Gerak, Nyeri, Keterbatasan Gerak,
kekuatan otot dll) :
Gerakan Nyeri ROM
Fleksi + Tidak full ROM
Ekstensi + Tidak full ROM
Lat fleksi dextra + Tidak full ROM
Lat fleksi sinistra + Tidak full ROM
Rotasi dextra - Full ROM
Rotasi sinistra - Full ROM
2. Gerak Pasif (keterbatasan gerak, stabilitas, nyeri, end feel, pola
kapsuler / nonkapsuler dll) :
Gerakan Nyeri ROM End Feel
Fleksi + Full ROM Soft end
feel
Ekstensi + Full ROM Hard end
feel
Lat fleksi + Full ROM Hard end
dextra feel
Lat fleksi + Full ROM Hard end
sinistra feel
Rotasi - Full ROM Soft end
dextra feel
Rotasi - Full ROM Soft end
sinistra feel
3. Gerak Isometrik Melawan Tahanan (nyeri, lokasi, mampu / tidak
melakukan):
Gerakan Nyeri Mampu / tidak End feel
mampu
Fleksi + Mampu Soft end
feel
Ekstensi + Mampu Hard end
feel
Lat fleksi + Mampu Hard end
dextra feel
Lat fleksi + Mampu Hard end
sinistra feel

46
Rotasi dextra - Mampu Soft end
feel
Rotasi - Mampu Soft end
sinistra feel

C. Pemeriksaan Kemampuan Fungsional (transfer/ Ambulasi,


ADL, Gait n Balance Analysis, Alat bantu / tidak)
Pasien terbatas untuk melakukan aktivitas sehari-hari tulang belakang
dan tungkai bawah, seperti berjalan,naik turun tangga,ibadah,duduk ke
berdiri dan toileting
D. Pemeriksaan Spesifik (MMT, ROM, VAS/VDS,
Antropometri, SLR, Mc Murray, Varus, Spady test, indeks Kats,
indeks Jette dll)
a) Pemeriksaan Spesifik
a. Straight leg raise test (SLR) (+)
b. Crossed leg raise (+)
c. Valsalva’s manuver (+)

b) Lgs
Gerakan Lgs Lgs Normal
Ekstensi-Fleksi S.25-0-75 S.30-0-85
Lat fleksi F.25-0-25 F.30-0-30
dextra/sinistra
Rotasi R.45-0-45 R.45-0-45
dextra/sinistra
c) VAS
Nyeri Nilai
Nyeri diam 0
Nyeri tekan 3
Nyeri gerak 4
d) Owestry
Intensitas nyeri Obat pereda nyeri 3
mrngurangi sebagian
nyeri saya
Perawatan diri Saya dapat merawat diri 1
secara normal,tetapi
menambah nyeri
Mengangkat Saya dapat mengangkat 1
berat,tetapi menambah

47
nyeri
Berjalan Nyeri menghambat saya 2
berjalan lebih dari ½ mill
Duduk Nyeri mencegah saya 3
duduk lebih dari ½ jam
Berdiri Nyeri menghambat saya 3
berdiri lebih dari ½ jam
Tidur Nyeri tidak menghambat 0
saya tidur nyaman
Kehidupan sosial Kehidupan sosial 1
normal,tetapi tingkatan
nyeri bertambah
Bepergian Saya dapat bepergian 1
kemana saja tetapi
menambah nyeri
Bepergian Urusan rumah 1
tangga/aktivitas kerja
normal menambah
nyeri,tetapi saya dapat
melakukan semua yang
membutuh kan saya
Kehidupan sex Kehidupan sex normal 1
tetapi menimbulkan
sedikit nyeri
Travelling Saya merasakan nyeri 2
yang cukup berat namun
saya masih bisa
menahannya jika
perjalanan diatas 2 jam
Total Score : 19

48
E. PEMERIKSAAN KOGNITIF, INTRAPERSONAL DAN
INTERPERSONAL
Kognitif :Pasien mampu menceritakan kronologis terjadinya
penyakit
Intrapersonal : Pasien mempunyai semangat yang tinggi untuk
sembuh
Interpersonal : Pasien dapat berkomunikasi dengan baik
dengan terapis
V. MEKANISME TERJADINYA PERMASALAHAN FISIOTERAPI
(UNDERLYING PROCESS OF PHYSIOTHERAPY)(Wajib
mencantumkan referensi)

Jatuh

Degeneratif

Hernia Nukleus
Pulposus

Nyeri tekan

Nyeri Gerak

Spame

Keterbatasan LGS
TENS
Gangguan ADL
MWD

Nyeri berkurang
f
Spasme berkurang

LGS meningkat

ADL meningkat

(Rizky widyasari,Octaviani,dkk:2020)

49
C.INTERPRETASI DATA
1. IMPAIRMENT
 Adanya nyeri tekan pada L4
 Adanya nyeri gerak pada Lumbal
 Adanya spasme pada otot lumbalis
 Adanya keterbatasan LGS pada lumbal
 Adanya gangguan ADL
2. FUNCTIONAL LIMITATION
Adanya kesulitan dalam melakukan aktivitas yang menggunakan pinggang seperti
berjalan,naik turun tangga,ibadah,duduk ke berdiri dan toileting
3. DISABILITY / PARTICIPATION RESTRICTION
Pasien kesulitan untuk berjalan,naik turun tangga,ibadah,duduk ke berdiri dan toileting
karena pasien merasakan nyeri menjalar pada tulang belakang sampai tungkai bawah
4. DIAGNOSA FISIOTERAPI
Gangguan gerak,nyeri,dan kaku pada tulang belakang menjalar sampai tungkai bawah
D. PROGRAM FISIOTERAPI
1. TUJUAN FISIOTERAPI
a. jangka pendek :
 Mengurangi nyeri tekan pada L4
 Mengurangi nyeri gerak pada lumbalis
 Mengurangi spasme pada otot lumbalis
 Meningkatkan LGS Lumbal
b. jangka panjang :
Melanjutkan tujuan jangka pendek dan meningkatkan aktivitas fungsional
2. TEKNOLOGI INTERVENSI
a. Terpilih / efektif (Evidence Based)
 IR
 TENS
 US
 MWD
 Latihan
b. Dilaksanakan
 TENS
F : 2x seminggu

50
I : 40.0 mA
T : 10 Menit
T : Triger point
R : 2x pengulangan
 MWD
F : 2x seminggu
I : 50 W
T : 10 Menit
T : Triger Point
R : 2 x pengulangan
 Terapi Latihan
F : 2x seminggu
I : Lying facedown,lying facedown with extension,extension on
standing
T : 20-30 menit
T : Mc Kenzie
R : 8x pengulangan
c. Edukasi :
 Pasien dianjurkan untuk mengurangi aktivitas berat yang menggunakan
tulang belakang dan tungkai bawah
 Pasien di sarankan untuk melakukan terapi dengan rutin
 Pasien di ajarkan dan diminta untuk melakukan aktivitas/mengangkat
barang dengan baik
VI. RENCANA EVALUASI
(Sesuai dengan interpretasi data fisioterapi)

 Pengukuran nyeri dengan VAS


 LGS dengan Goneometer
 ADL dengan Owestry
a. PROGNOSIS (Impairment, Functional Limitation, Disability) :
1. Quo Ad Vitam : Bonam
2. Quo Ad Sanam : Bonam
3. Quo Ad Fungsionam : Bonam
4. Quo Ad Cosmetikam : Bonam

51
b. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI :
1 Hari Rabu,14 September 2022
1. TENS
1) Persiapan alat
Pastikan kabel, stop kontak dalam keadaan baik dan pad basah basah
2) Persiapan pasien
Bagian yang akan diterapi bebas dari pakaian, logam, keringat dan tanda
radang
3) Penatalaksanaan
Letakkan pad pada tulang belakang dan tungkai bawah dengan waktu 10
menit
2. MWD
1) Persiapan alat
Pastikan kabel, stop kontak dan lampu elektroda dalam keadaan baik
2) Persiapan pasien
posisi pasien tengkurap, beri penjelasan mengenai cara kerja alat, indikasi
dan kontraindikasi
3) Penatalaksanaan
Letakkan elektroda pada daerah yang akan diterapi, lama pemberian terapi
lama 10 menit
3. Terapi Latihan (Mc kenzie)
1) Persiapan pasien
posisi pasien tengkurap, beri penjelasan mengenai latihan yang akan
dilakukan
2) Penatalaksanaan
 Gerakan 1
Posisi tidur tengkurap dengan mata terpejam selama 3-5 menit
dengan mengatur frekuensi pernafasan yaitu dengan tariknafas
dalam dan menghembuskan perlahan-lahan hingga seluruh
tubuh merasakan rilek
 Gerakan 2
Posisi tidur tengkurap dengan posisi kepala dan badan bagian

52
atas terangkat disangga dengan kedua lengan bawah, posisi
siku fleksi 90 derajat, gerakan ini dilakukan secara perlahan-
lahan dengan kontraksi otot punggung seminimal mungkin
yaitu gerakan terjadi akibat dorongan dan kontraksi dari otot-
otot lengan, gerakan ini dilakukan
 Gerakan 3
Posisi tidur tengkurap dengan posisi kepala dan badan bagian
atas terangkat disangga dengan kedua lengan lurus 180 derajat,
gerakan ini dilakukan secara perlahan-lahan dengan kontraksi
otot punggung bagian bawah seminimal mungkin yaitu gerakan
terjadi akibat dorongan lengan
 Gerakan 4
Posisi tubuh berdiri tegak dengan kedua tangan diletakkan pada
pinggang (tolak pinggang), dorongkan tubuh bagian atas dan
kepala kebelakang sebatas kemampuan setiap gerakan
dilakukan
 Gerakan 5
Gerakan ke 5 ini sama dengan gerakan ke 4, yaitu posisi tidur
telentang dengan kedua lutut di tekuk, kemudian menarik
kedua lutut hingga menekan dada namun posisi kepala tidak
diangkat atau tetap diletakkan pada lantai, setiap gerakan
dilakukan
 Gerakan 6
Posisi duduk tegak tanpa bersandar dengan kedua tangan
diletakkan diatas lutut, kemudian tubuh digerakkan kebawah
dengan menekukkan (fleksi) pinggang hingga dada menyentuh
paha hingga otot-otot punggung terulur secara penuh, setiap
gerakan dilakukan
2 Hari Jumat,16 September 2022
1. TENS
1) Persiapan alat
Pastikan kabel, stop kontak dalam keadaan baik dan pad basah basah
2) Persiapan pasien

53
Bagian yang akan diterapi bebas dari pakaian, logam, keringat dan tanda
radang
3) Penatalaksanaan
Letakkan pad pada tulang belakang dan tungkai bawah dengan waktu 10
menit
2. MWD
1) Persiapan alat
Pastikan kabel, stop kontak dan lampu elektroda dalam keadaan baik
2) Persiapan pasien
posisi pasien tengkurap, beri penjelasan mengenai cara kerja alat, indikasi
dan kontraindikasi
3) Penatalaksanaan
Letakkan elektroda pada daerah yang akan diterapi, lama pemberian terapi
lama 10 menit
3. Terapi Latihan (Mc kenzie)
1) Persiapan pasien
posisi pasien tengkurap, beri penjelasan mengenai latihan yang akan
dilakukan
2) Penatalaksanaan
 Gerakan 1
Posisi tidur tengkurap dengan mata terpejam selama 3-5 menit
dengan mengatur frekuensi pernafasan yaitu dengan tariknafas
dalam dan menghembuskan perlahan-lahan hingga seluruh
tubuh merasakan rilek
 Gerakan 2
Posisi tidur tengkurap dengan posisi kepala dan badan bagian
atas terangkat disangga dengan kedua lengan bawah, posisi
siku fleksi 90 derajat, gerakan ini dilakukan secara perlahan-
lahan dengan kontraksi otot punggung seminimal mungkin
yaitu gerakan terjadi akibat dorongan dan kontraksi dari otot-
otot lengan, gerakan ini dilakukan
 Gerakan 3
Posisi tidur tengkurap dengan posisi kepala dan badan bagian

54
atas terangkat disangga dengan kedua lengan lurus 180 derajat,
gerakan ini dilakukan secara perlahan-lahan dengan kontraksi
otot punggung bagian bawah seminimal mungkin yaitu gerakan
terjadi akibat dorongan lengan
 Gerakan 4
Posisi tubuh berdiri tegak dengan kedua tangan diletakkan pada
pinggang (tolak pinggang), dorongkan tubuh bagian atas dan
kepala kebelakang sebatas kemampuan setiap gerakan
dilakukan
 Gerakan 5
Gerakan ke 5 ini sama dengan gerakan ke 4, yaitu posisi tidur
telentang dengan kedua lutut di tekuk, kemudian menarik
kedua lutut hingga menekan dada namun posisi kepala tidak
diangkat atau tetap diletakkan pada lantai, setiap gerakan
dilakukan
 Gerakan 6
Posisi duduk tegak tanpa bersandar dengan kedua tangan
diletakkan diatas lutut, kemudian tubuh digerakkan kebawah
dengan menekukkan (fleksi) pinggang hingga dada menyentuh
paha hingga otot-otot punggung terulur secara penuh, setiap
gerakan dilakukan
3 Hari selasa,20 September 2022
1. TENS
1) Persiapan alat
Pastikan kabel, stop kontak dalam keadaan baik dan pad basah basah
2) Persiapan pasien
Bagian yang akan diterapi bebas dari pakaian, logam, keringat dan tanda
radang
3) Penatalaksanaan
Letakkan pad pada tulang belakang dan tungkai bawah dengan waktu 10
menit
2. MWD
1) Persiapan alat

55
Pastikan kabel, stop kontak dan lampu elektroda dalam keadaan baik
2) Persiapan pasien
posisi pasien tengkurap, beri penjelasan mengenai cara kerja alat, indikasi
dan kontraindikasi
3) Penatalaksanaan
Letakkan elektroda pada daerah yang akan diterapi, lama pemberian terapi
lama 10 menit
3. Terapi Latihan (Mc kenzie)
1) Persiapan pasien
posisi pasien tengkurap, beri penjelasan mengenai latihan yang akan
dilakukan
2) Penatalaksanaan
 Gerakan 1
Posisi tidur tengkurap dengan mata terpejam selama 3-5 menit
dengan mengatur frekuensi pernafasan yaitu dengan tariknafas
dalam dan menghembuskan perlahan-lahan hingga seluruh
tubuh merasakan rilek
 Gerakan 2
Posisi tidur tengkurap dengan posisi kepala dan badan bagian
atas terangkat disangga dengan kedua lengan bawah, posisi
siku fleksi 90 derajat, gerakan ini dilakukan secara perlahan-
lahan dengan kontraksi otot punggung seminimal mungkin
yaitu gerakan terjadi akibat dorongan dan kontraksi dari otot-
otot lengan, gerakan ini dilakukan
 Gerakan 3
Posisi tidur tengkurap dengan posisi kepala dan badan bagian
atas terangkat disangga dengan kedua lengan lurus 180 derajat,
gerakan ini dilakukan secara perlahan-lahan dengan kontraksi
otot punggung bagian bawah seminimal mungkin yaitu gerakan
terjadi akibat dorongan lengan
 Gerakan 4
Posisi tubuh berdiri tegak dengan kedua tangan diletakkan pada
pinggang (tolak pinggang), dorongkan tubuh bagian atas dan

56
kepala kebelakang sebatas kemampuan setiap gerakan
dilakukan
 Gerakan 5
Gerakan ke 5 ini sama dengan gerakan ke 4, yaitu posisi tidur
telentang dengan kedua lutut di tekuk, kemudian menarik
kedua lutut hingga menekan dada namun posisi kepala tidak
diangkat atau tetap diletakkan pada lantai, setiap gerakan
dilakukan
 Gerakan 6
Posisi duduk tegak tanpa bersandar dengan kedua tangan
diletakkan diatas lutut, kemudian tubuh digerakkan kebawah
dengan menekukkan (fleksi) pinggang hingga dada menyentuh
paha hingga otot-otot punggung terulur secara penuh, setiap
gerakan dilakukan
c. Letakkan elektroda pada daerah yang akan diterapi, lama pemberian terapi lama 10
menit Evaluasi (Setelah Tindakan Terapi / per tanggal) :
1. Subyektif
 Adanya penurunan rasa nyeri tekan pada pinggang atau tulang belakang
 Adanya penurunan rasa nyeri gerak pada pinggang atau tulang belakang
 Adanya penurunan spasme pada pinggang atau tulang belakang
 Adanya peningkatan LGS
 Adanya peningkatan ADL
2. Obyektif
1) Nyeri menggunakan VAS
Nyeri T1 T2 T3

Nyeri diam 0 0 0

Nyeri tekan 3 3 2

Nyeri gerak 4 3 2

2) LGS menggunakan Goneometer


Gerakan T1 T2 T3

Ekstensi-Fleksi S.25-0-75 S.25-0-80 S.30-0-80


Lat fleksi F.25-0-25 F.30-0-30 F.30-0-30
dextra/sinistra
Rotasi R.45-0-45 R.45-0-45 R.45-0-45

57
dextra/sinistra

3) ADL menggunakan ODI


Aktivitas T1 T2 T3

Intensitas nyeri 3 3 2

Perawatan diri 1 1 1

Mengangkat 1 1 1

Berjalan 2 2 1

Duduk 3 3 2

Berdiri 3 3 3

Tidur 0 0 0

Kehidupan sosial 1 1 1

Bepergian 1 1 1

Bepergian 1 1 1

Kehidupan sex 1 1 1

Travelling 2 1 1

3. Action
TENS,MWD mampu mengurangi rasa nyeri, spasme,meningkatkan LGS dan
meningkatkan ADL
4. Planning
Dibutuhkan terapi lanjutan
VII. HASIL TERAPI TERAKHIR :
Setelah pasien mendapatkan terapi sebanyak Tiga kali dengan modalitas Tens,Mwd
mendapatkan hasil :
 Penurunan nyeri tekan pada pinggang atau tulang belakang
 Penurunan nyeri gerak pada pinggang atau tulang belakang
 Penurunan spasme pada pinggang atau tulang belakang
 Peningkatan LGS
 Peningkatan ADL

58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dalam studi kasus ini seorang pasien atas nama ny.z dengan usia 64 tahun dengan
diagnosa hernia nucleus pulposus.Berdasarkan pemeriksaan yang di lakukkan maka
penulis menyimpulkan bahwa masalah utama dari pasien tersebut adanya nyeri
tekan,nyeri gerak,spasme,dan gangguan ADL setelah dilakukkan tindakan fisioterapi T1-
T3 dengan menggunakan modalitas transcutaneous electrical nerve stimulation
(TENS),microwave diathermy (MWD),didapatkan hasil adanya penurunan nyeri
,penurunan spasme,dan peningkatan ADL.Hasil peningkatan tersebut dapat dilihat dari
hasil sebagai berikut:
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil Evaluasi Nyeri Dengan Skala Vas
pengukuran tingkat nyeri dapat dilihat dengan menggunakan VAS
,perubahan tingkat atau peningkatan nyeri dari evaluasi aal T1 sampai evaluasi
akhir T3 yang hasil nya dapat dilihat pada :
4,5

3,5

2,5 T1

2 T2
T3
1,5

0,5

0
NYERI DIAM NYERI GERAK NYERI TEKAN

Berdasarkan grafik diatas dimana terlihat terjadi penurunan pada nyeri


tekan,dan nyeri gerak yang dilakukan selama 3 kali terapi dengan pemberian TENS
pada nyeri tekan T1 3 menjadi 2 dan nyeri gerak T1 4 menjadi 3.Hasil ini karena
efek terapeutik TENS yang dapat mengurangi rasa sakit karena penggunaan
elektroda yang diletakkan pada kulit dapat mengantarkan impuls listrik. Impuls

59
listrik tersebut berfungsi sebagai pemblok rasa nyeri yang dirasakan oleh
pasien,impuls nyeri yang akan mengakibatkan nyeri berkurang.Pemberian TENS
mampu mengeluarkan endorphin yang akan meningkatkan rileksasi kemudian
diikuti penurunan nyeri.
4.2.2 Hasil Evaluasi LGS dengan Goneometer
Pengukuran tingkat lingkup gerak sendi dapat dilihat dengan menggunakan
Goneometer perubahan tingkat atau derajat lingkup gerak sendi dari evaluasi awal
(T1) sampai evaluasi akhir (T3) yang hasilnya dapat dilihat pada :

LGS

1
0,8
Axis Title

0,6
0,4 T3
0,2
T1
0
ekstensi- lat flexsi rotasi
fleksi dextra- lat dextra-
flexsi rotasi
sinestra sinestra

Berdasarkan grafik diatas dimana terlihat terjadi peningkatan lingkup gerak


sendi. Pada gerakan Ekstensi-Fleksi T1 S : 25-0-75 menjadi T3 menjadi 30-0-80
pada gerakan lat fleksi dextra-lat fleksi sinestra T1 25-0-25 ,menjadi T3 30-0-30 dan
pada gerakan rotasi dextra-rotasi sinestra T1 45-0-45, tetap T3 45-0-45. Hasil ini
karena efek fisiologis dari terapi latihan adalah rehabilitasi untuk mengatasi
gangguan fungsi dan gerak, mencegah timbulnya komplikasi, mengurangi nyeri dan
melatih aktifitas fungsional.

60
4.2.3 Hasil Evaluasi ADL Dengan Skala ODI
Pengukuran

SKALA ODI
3,5
3
2,5
Axis Title

2
1,5
1
0,5
0
inten pera meng kehid kehid
berjal dudu berdir berpe berpe travel
sitas wata angka tidur upan upan
an k i rgian rgian ing
nyeri n diri t sosial seks
T1 3 1 1 2 3 3 0 1 1 1 1 2
T2 3 1 1 2 3 3 0 1 1 1 1 1
T3 2 1 1 1 2 3 0 1 1 1 1 1

Berdasarkan grafik di atas terjadi peningkatan ADL. Pada aktifitas intensitas


nyeri T1 3 menjadi T3 2, pada aktifitas perawatan diri T1 1 tetap T3 1, pada
aktifitas mengangkat T1 1 tetap T3 1, pada aktifitas berjalan T1 2 menjadi T3 1,
pada aktifitas duduk T1 3 menjadi T3 2, pada aktifitas berdiri T1 3 tetap T3 3,pada
aktifitas tidur tetap 0,pada aktiftas kehidupan sosial T1 1 tetap T3 1,pada aktifitas
berpergian T1 1 tetap T3 1, Pada aktifitas kehidupan seks T1 1 tetap T3 1, Pada
aktifitas traveling T1 2 menjadi T3 1.

61
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Pasien bernama Ny.Z umur 64 tahun dengan diagnosa hernia nucleus pulposus
dengan keluhan adanya nyeri tekan pada area L4 ,adanya nyeri gerak pada tulang
belakang, adanya spasme pada otot lumbalis, keterbatasan LGs dan adanya gangguan
ADL. Dilakukan tindakan fisioterapi sebanyak tiga kali. Terapi dimulai pada tanggal 14
September 2022 dengan menggunakan modalitas Trancutaneous Electrical Nerve
Stimulation, dan Micro Wave Diathermi, dan Terapi Latihan Serta pemberian edukasi
didapatkan hasil perubahan kearah baik, dimana adanya pengurangan nyeri tekan pada
L4, adanya pengurangan nyeri gerak pada lumbal, adanya pengurangan spasme pada otot
lumbalis, peningkatan LGS dan adanya peningkatan ADL. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa pemberian teknologi intervensi seperti Trancutaneous Electrical
Nerve Stimulation,Micro Wave Diathermi dan Terapi Latihan ( MC Kenzie) dapat
mengatasi permasalahan pada kasus hernia nucleus pulposus.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Penulis
Di dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang mendalam serta
pengalaman mengenai kasus-kasus hernia nucleus pulposus sehingga dapat
menambah pemahaman dalam menangani kasus hernia nucleus pulpous.
5.2.2 Bagi IPTEK
Untuk memperkaya ilmu pengetahuan dibidang kesehatan, khususnya dalam
menangani kasus pada hernia nucleus pulposus menggunakan Trancutaneous
Electrical Nerve Stimulation, MicroWave Diathermi dan Terapi latihan terhadap
kasus hernia nucleus pulposus dan teknik penatalaksanaan fisioterapinya.
5.2.3 Bagi Fisioterapi
Dapat membantu mempermudah para calon fisioterapi dan mengetahui secara
mendalam tentang kasus hernia nucleus pulposus.

62
DAFTAR PUSTAKA
Anggiat, Lucky, Indra Juni Fransisko, and Soeparman SSt.Ft. 2020. “Terapi Konvensional
Dan Metode Mckenzie Pada Lansia Dengan Kondisi Low Back Pain Karena Hernia
Nukleus Pulposus Lumbal.” Jurnal Fisioterapi Dan Rehabilitasi 4 (2): 44–57.
https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v4i2.113.
Citra, Fitriana, Ade Irma Nahdliyyah, Fakultas Ilmu Kesehatan, and Universitas Pekalongan.
2022. “Study Kasus : Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Varises Vena Tungkai
Bawah (VVTB) Case Study : Management Physiotherapy In Lower Limb Varicose
Veins.” Jurnal Fisioterapi Dan Rehabilitasi 6 (2): 87–93.
Dwi, Winda Yasinta, and Enny Fauziah. 2020. “Management of Physiotherapy for Lumbar
Functional Disorders Due to Hernia Nucleus Pulposus with PNF Technique, TENS and
McKenzie Exercise at RSUD Ulin Banjarmasin 2019.” Jurnal Kajian Ilmiah Kesehatan
Dan Teknologi 2 (1): 6–14.
Ghilang, Muhammad, Maulud Setyawan, Rifqi Sabita, Muhammad Wahyu Hidayat,
Universtas Udayana, Universitas Indonesia, and Universitas Udayana. 2022. “Gambaran
Nyeri Aktifitas Fungsional Pada Osteoarthritis Grade 2 Dextra Di Posyandu Lansia
Cempaka Pekalongan Overview of Functional Activity Pain in Osteoarthritis Grade 2
Dextra at Posyandu Elderly Cempaka Pekalongan” 6 (2): 74–78.
Ginting, Fanta Pratama, and Trisno Susilo. 2022. “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Hernia
Nukleus Pulposus Lumbal Dengan Modalitas Infra Red , Tens Dan Mc Kenzie
Exercise.” Jurnal Gentle Birth 5 (1): 75–80.
Hatlah, Nur Nazliyah, and Kharisah Diniah. 2021. “Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya
Hernia Nukleus Pulposus (Hnp) : Narrative Review,” 1–11.
http://digilib.unisayogya.ac.id/eprints/5765/.
Nugroho, Dwi Susilo Ady, and Andung Maheswara. 2013. “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada
Kasus HNP Dengan Modalitas Shortware Diatermy,Traksi Lumbal Dan MC. Kenzie
Exercise Di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.” Prodi Fisioterapi FIK-
UNIKAL, 29–39. http://www.jurnal.unikal.ac.id/index.php/pena/article/viewFile/89/89.
Triyanita, Maya, Ulfah Eka Wardani, and . Sudaryanto. 2022. “Beda Pengaruh Pemberian Mc
Kenzie Exercise Dengan William Flexion Exercise Terhadap Penurunan Nyeri Pada
Penderita Low Back Pain Non Spesifik Di RSUD Salewangang Maros.” Muawanah, Siti
6 (2): 109–16. https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v6i2.168.

63
64

Anda mungkin juga menyukai