Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN PADA Ny.

“ Z ” PADA
KASUS APPENDICITIS DI LANTAI III RSU ELPI
AL - AZIS RANTAUPRAPAT

DOSEN : RANI DARMA SAKTI TANJUNG, SST,M.Kes


NAMA : ADE IRMAYANTI
NIM : 23013011001

PRODI D III KEBIDANAN FAKULTAS KESEHATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN
IKA BINA LABUHANBATU
RANTAUPRAPAT
TAHUN 2024
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan praktik ini telah disetujui oleh pembimbing laporan dan bagian lapangan.

Rantauprapat,, Maret 2024

Pembimbing Laporan Bagian Lapangan

(Rani Darma Sakti Tanjung,SST,M.Kes) (Nadya Fitriani,STr,Keb.M.Keb)

Diketahui,

Rektor Institut Teknologi Dan Kesehatan


Ika Bina Labuhanbatu

(Rani Darma Sakti Tanjung, SST, M.Kes)


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul “APPENDICITIS”.
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk disusun sebagai salah satu
tugas laporan praktek di RSU ELPI AL AZIS Rantauprapat.

Dalam penyusunan Laporan ini, saya menyadari bahwa dalam penulisan ini
masih banyak hambatan dan kesulitan, tetapi berkat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak maka Laporan ini dapat diselesaikan tepat waktunya dan semoga
dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan terutama dalam bidang kesehatan.

Saya menyadari dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,
yang artinya masih banyak kekurangan. Maka dari itu saya meminta saran kritik dari
pembaca, guna memperbaiki dan membangun dalam pembuatan Laporan
selanjutnya.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ibu Dr.Rosnaini, selaku Direktur RSU ELPI AL AZIS Rantauprapat
2. Bapak Dr.Hardian Faisal Hasibuan SH, Selaku Ketua Yayasan Institut Teknologi
dan Kesehatan Ika Bina
3. Ibu Rani Darma Sakti Tanjung, SST,M.Kes, Selaku Rektor Institut Teknologi dan
Kesehatan Ika Bina sekaligus Pembibbing Laporan
4. Ibu Nadya Fitriani,STr,Keb.M.Keb, Selaku Bagian Praktek lapangan
5. Kedua orang tua yang membantu penulisan dalam bentuk bantuan material dan
spiritual

Rantauprapat, Maret 2024

( Ade Irmayanti )

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................. 2
BAB II KAJIAN TEORITIS............................................................................. 3
2.1 Konsep Dasar Penyakit Appendicitis..................................................... 3
2.1.1 Definisi.......................................................................................... 3
2.1.2 Anatomi & Fisiologi Appendicitis ............................................... 3
2.1.3 Etiologi.......................................................................................... 4
2.1.4 Patofisiologi.................................................................................. 4
2.1.5 Klasifikasi..................................................................................... 5
BAB III MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN......................................... 6
BAB IV PENUTUP.............................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 12
3.2 Saran....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

ii
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Era teknologi informasi dan globalisasi saat ini membawa banyak perubahan
dalam kehidupan masyarakat, antara lain adalah perubahan gaya hidup terutama pada
pola makan (stang dalam Novita, 2018). Pergeseran pola konsumsi pada masyarakat
dipengaruhi oleh perkembangan jumlah dan jenis makanan. Masyarakat dengan
kesibukan bekerja atau berkegiatan yang dilakukan setiap hari meyebabkan mereka
tidak memiliki banyak waktu untuk memasak makanan sendiri. Hal tersebut
menyebabkan masyarakat banyak yang beralih mengkonsumsi makanan cepat saji.
Makanan cepat saji menjadi pilihan karena menurut sebagian masyarakat dengan
harga yang cukup terjangkau serta pengolahan yang praktis mereka sudah dapat
menikmati makanan yang lezat rasanya (goleman, And Others , 2019) .
Junk food yang dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan berbagai
gangguan kesehatan, seperti obesitas (kegemukan), diabetes (kencing manis),
hipertensi (tekanan darah tinggi), aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah),
penyakit jantung koroner, usus buntu (appendisitis) stroke, kanker dan lain-lain
(Ariska &Ali, 2019).
Appendisitis merupakan penyakit yang menjadi perhatian oleh karena angka
kejadian appendisitis tinggi di setiap negara. Resiko perkembangan appendisitis bisa
seumur hidup sehingga memerlukan tindakan pembedahan.
Appendicitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari
satu tahun jarang dilaporkan. Insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun,
setelah itu menurun. Insiden pada laki-laki dan perempuan umumnya sebanding,
kecuali pada umur 20-30 tahun insiden laki-laki lebih tinggi (Sjamsuhidajat & de
jong, 2020).
Keluhan appendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau
periumbilikus yang disertai dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke
kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan. Terdapat juga
keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga
terdapat konstipasi, tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual, dan muntah. Pada
permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap. Namun
dalam beberapa jam nyeri abdomen bawah akan semakin progresif, dan dengan
1
pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal.
Perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan lokasi nyeri.
Nyeri lepas dan spasme biasanya juga muncul (Mansjoer, 2019).
Appendisitis yang tidak segera ditatalaksana akan menimbulkan komplikasi.
Salah satu komplikasi yang paling membahayakan adalah perforasi. Perforasi terjadi
24 jam setelah timbul nyeri. Gejalanya mencakup demam dengan suhu 37,7°C atau
lebih tinggi, dan nyeri abdomen atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu (RAdwan,
2019).

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan apa itu Defenisi dari Apendicitis ?


2. Jelaskan Anatomi dan fisiologi dari Apendicitis ?
3. Jelaskan Etiologi dari Appendicitis ?
4. Jelaskan Patofisiologi Appendicitis?
5. Jelaskan Klasifikasi Appendicitis?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa itu Defenisi dari Apendicitis ?
2. Untuk Mengetahui Anatomi dan fisiologi dari Apendicitis ?
3. Untuk Mengetahui Etiologi dari Appendicitis ?
4. Untuk Mengetahui Patofisiologi Appendicitis?
5. Untuk Mengetahui Klasifikasi Appendicitis?

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dibuatkannya laporan ini, yaitu untuk :


1. Menambah wawasan mahasiswa mengenai materi yang dibahas
2. Mempermudah mahasiswa memahami asuhan kebidanan pada materi yang
dibahas
3. Membantu mahasiswa untuk memahami tindakan teraupatik apa yang harus
dipilih pada kasus ini
BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit Appendicitis

2.1.1 Definisi

Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan


penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini menyerang semua
umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki
berusia 10 sampai 30 tahun dan merupakan penyebab paling umum inflamasi akut
pada kuadran bawah kanan dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat (Smeltzer & Bare, 2018). Appendisitis adalah kondisi dimana
infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan,
tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang
terinfeksi (Anonim, 2007 dalam Docstoc, 2020).

2.1.2 Anatomi & Fisiologi Appendicitis

a. Anatomi Appendisitis

Appendiks vermiformis atau yang sering disebut sebagai apendiks adalah


organ berbentuk tabung dan sempit yang mempunyai otot dan banyak mengandung
jaringan limfoid. Panjang apendiks vermiformis bervariasi dari 3-5 inci (8-13 cm). .
Dasarnya melekat pada 9 permukaan aspek posteromedial caecum, 2,5 cm dibawah
junctura iliocaecal dengan lainnya bebas. Lumennya melebar di bagian distal dan
menyempit di bagian proksimal (S. H. Sibuea, 2018).

Apendiks vermiformis terletak pada kuadran kanan bawah abdomen di region


iliaca dextra. Pangkalnya diproyeksikan ke dinding anterior abdomen pada titik
sepertiga bawah yang menghubungkan spina iliaca anterior superior dan umbilicus
yang disebut titik McBurney (Siti Hardiyanti Sibuea, 2018).

Hampir seluruh permukaan apendiks dikelilingi oleh peritoneum dan


mesoapendiks (mesenter dari apendiks) yang merupakan lipatan peritoneum berjalan
kontinue disepanjang apendiks dan berakhir di ujung apendiks. Vaskularisasi dari
apendiks berjalan sepanjang mesoapendiks kecuali di ujung dari apendiks dimana
tidak terdapat mesoapendiks. Arteri apendikular, derivate cabang inferior dari arteri
ileocoli yang merupakan trunkus mesentrik superior. Selain arteri apendikular yang
3
memperdarahi hampir seluruh apendiks, juga terdapat kontribusi dari arteri asesorius.
Untuk aliran balik, vena apendiseal cabang dari vena ileocolic berjalan ke vena
mesentrik superior dan kemudian masuk ke sirkulasi portal (Eylin, 2019).

b. Fisiologi Appendisitis

Secara fisiologis, apendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml per hari. Lendir


normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalirkan ke sekum.
Hambatan aliran lendir di muara apendiks berperan pada patogenesis apendiks.
Immunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lympoid
Tissue) yang terdapat di sepanjang saluran pencerna termasuk apendiks ialah IgA.
Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi.
Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh
karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya
disaluran cerna dan diseluruh tubuh (Arifin, 2021).

2.1.3. Etiologi

Appendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai


faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan
sebagai faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks,
dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga
dapat menimbulkan appendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti
E. histolytica (Jong, 2020). Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan
makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya
appendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya
sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon
biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya appendisitis akut (Jong, 2020).

2.1.4 Patofisiologi

Appendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang disebabkan


oleh feses yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai dengan pengamatan
epidemiologi bahwa appendisitis berhubungan dengan asupan serat dalam makanan
yang rendah.

4
Pada stadium awal dari appendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi mukosa.
Inflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan lapisan muskular dan
serosa (peritoneal). Cairan eksudat fibrinopurulenta terbentuk pada permukaan serosa
dan berlanjut ke beberapa permukaan peritoneal yang bersebelahan, seperti usus atau
dinding abdomen, menyebabkan peritonitis lokal.

Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke dalam


lumen, yang menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang menyuplai apendiks
menjadi bertrombosit dan apendiks yang kurang suplai darah menjadi nekrosis atau
gangren. Perforasi akan segera terjadi dan menyebar ke rongga peritoneal. Jika
perforasi yang terjadi dibungkus oleh omentum, abses lokal akan terjadi (Burkitt,
20019).

2.1.5. Klasifikasi

a. Appendisitis akut
Appendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak
disertai rangsang peritonieum lokal. Gajala appendisitis akut talah nyeri samar-samar
dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium disekitar umbilikus.
Keluhan ini sering disertai mual dan kadang muntah. Umumnya nafsu makan
menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ketitik mcBurney. Disini nyeri
dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik
setempat.

b. Appendisitis kronik
Diagnosis appendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya :
riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara
makroskopik dan mikroskopik. Kriteria mikroskopik appendisitis kronik adalah
fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks,
adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa, dan adanya sel inflamasi kronik.
Insiden appendisitis kronik antara 1-5%.

5
BAB III

TINJAUAN KASUS

Nama : Ny. z
Umur : 20 tahun
Bangsa/suku : Indo / Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Ajamu

Tanggal Masuk : 21 Maret 2024


Dokter : Dr.Dandi Sp.B
No. Register : 099113
Waktu : 11:30 WIB
S
 Pasien mengatakan Nyeri Post OP
 Pasien mengatakan Mengigil
 Pasien mengatakan Nyeri dibagian perut
 Pasien mengatakan Mual muntah
O
 Keadaan umum: Baik
 Tanda-tanda Vital :
TD : 110/75 mmHg
Pols : 79x/menit
Temp : 36,0ºc
RR : 18x/menit
A
• Diagnosa :
Ny. Z berusia 20 tahun,Dengan Kasus Apendicitis.
• Masalah : Nyeri dibagian abdomen bekas operasi

6
P
• Memberi tahu pasien tentang keadaannya
• Pemberian cairan berupa Inf RL secara IV
• Pemberian cairan berupa Metronidazole secara IV
• Pemberian Ranitidine 2cc secara IV bolus
• Pemberian Ketorolac 3 cc secara IV bolus
• Pemberian Ondansentron 3 cc secara IVbolus

Evaluasi
- Pasien sudah diberitahu bahwa ia mengalami post op laparaskopy
- Pasien sudah diberikan cairan berupa Inf RL
- Pasien sudah diberikan cairan berupa Inf Metronidazole secara IV
- Pasien sudah diberikan Ranitidine 2cc secara IV bolus
- Pasien sudah diberikan Ketorolac 3cc secara IV bolus
- Pasien sudah diberikan Ondansentron 3 cc secara IV bolus

7
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal pengkajian : Jumat, 22 Maret 2024
Waktu Pengkajian : 11:30 WIB
Tempat pengkajian : Lantai III RSU ELPI AL AZIS Rantauprapat

S
 Pasien mengatakan Nyeri di bagian abdomen bekas operasi
 Pasien mengatakan Mengigil
 Pasien mengatakan Mual muntah

O
Keadaan umum: Baik
Tanda-tanda Vital :
TD : 112/70 mmHg
Pols : 77x/menit
Temp : 36,7ºc
RR : 20x/menit

A
• Diagnosa :
Ny. Z berusia 20 tahun,Dengan Kasus Appendicitis
• Masalah :
Pasien merasa nyeri dibagian perut bekas operasi

P
• Terapi Lanjut
• Pemberian cairan berupa Inf RL secara IV
• Pemberian Ceftriaxone 10 cc secara IV bolus
• Pemberian Ranitidine 2cc secara IV bolus
• Pemberian Ketorolac 3 cc secara IV bolus
• Pemberian Ondansentron 3 cc secara IVbolus

8
Evaluasi
- Pasien sudah diberikan cairan berupa Inf RL
- Pasien sudah diberikan Ceftriaxone 10 cc secara IV bolus
- Pasien sudah diberikan Ranitidine 2cc secara IV bolus
- Pasien sudah diberikan Ketorolac 3cc secara IV bolus
- Pasien sudah diberikan Ondansentron 3 cc secara IV bolus
- Pasien sudah mengerti untuk mengatur pola makan yang sehat

9
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal pengkajian : Sabtu, 23 Maret 2024
Waktu Pengkajian : 14.00 WIB
Tempat pengkajian : Lantai III RSU ELPI AL AZIS Rantauprapat

S
 Pasien mengatakan Sudah tidak merasa Mengigil
 Pasien mengatakan Sudah Tidak merasa Nyeri dibagian perut
 Pasien mengatakan Sudah Tidak Merasa Mual muntah

O
Keadaan umum: Baik
Tanda-tanda Vital :
TD : 110/70 mmHg
Pols : 75x/menit
Temp : 36,6ºc
RR : 19x/menit

A
• Diagnosa :
Ny. Z berusia 20 tahun,Dengan Kasus Appendicitis
• Masalah :
Pasien merasa nyeri dibagian abdomen bekas operasi

P
-Terapi Lanjut
-Pemberian cairan berupa Inf RL secara IV
-Pemberian Ceftriaxone 10 cc secara IV bolus
-Pemberian Ranitidine 2cc secara IV bolus
-Pemberian Ketorolac 3 cc secara IV bolus
-Pemberian Ondansentron 3 cc secara IVbolus
-Memberitahu Pasien bahwa pasien sudah diperbolehkan untuk pulang
-Mengantar pasien pulang
10
Evaluasi
- Pasien sudah diberikan cairan berupa Inf RL
- Pasien sudah diberikan Ceftriaxone 10 cc secara IV bolus
- Pasien sudah diberikan Ranitidine 2cc secara IV bolus
- Pasien sudah diberikan Ketorolac 3cc secara IV bolus
- Pasien sudah diberikan Ondansentron 3 cc secara IV bolus
- Sudah mengantar pasien pulang

11
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pada bab ini penyusun mengambil suatu kesimpulan dari laporan kasus
yang
berjudul Asuhan Kebidanan Pada Ny. Z dengan Kasus Appendicitis mulai
tanggal 21 Maret 2024 – 23 Maret 2024 di Lantai III Rumah Sakit RSU ELPI
AL AZIS Rantauprapat.
1. Data Subjektif pada Ny.Z umur 20 Th Dengan kasus Appendicitis
2. Data Objektif didapatkan Keadaan umum Pasien Baik, Nyeri di bagian
abdomen bekas operasi
3. Analisa yang dapat ditegakkan adalah Ny Z umur 20 th dengan kasus
Appendicitis.
4. Penatalaksaan yang diberikan yaitu dengan Pemberian Teraphy Obat
berupa Ceftriaxone 10 cc, Ranitidine 2 cc, Ketorolac 3 cc.dan
ondansentron 3 cc.

4.2 Saran

1. Untuk Rumah Sakit


Diharapkan RS tetap terus mengambangkan dan meningkatkan mutu
elayanan pada asuhan kebidanan secara komprehensif terutama dalam
asuhan Appendicitis.
2. Untuk Mahasiswa
Diharapkan Mahasiswa tetap menerapkan asuhan kebidanan sesuai
standar yang telah ditetapkan dalam perawatan Post Op Appendicitis.
DAFTAR PUSTAKA
12

Anas, Kadrianti, E., & I. (2018). Pengaruh Tindakan Mobilisasi Terhadap


Penyembuhan Luka Post Operasi Usus Buntu (Appendicitis) Di RSI Faisal
Makassar.

Arifin, D. S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Post Operatif


Apendiktomy et cause Appendisitis Acute.

Ariska, D. W., & Ali, M. S. (2019). Pengaruh Kebiasaan Konsumsi Junk Food
Terhadap Kejadiaan Obesitas Remaja. Jurnal Kesehatan Surya Mitra Husada,
1–7.

Bickley Lynn S & Szilagyi Peter G. (2018). Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat
Kesehatan (p. 49). p. 49.

Burkitt, and R. (2020). Appendicitis. In: Essential Surgery Problems, Diagnosis, &
Management . (4th ed.). London: Elsevier Ltd.

Dewi, A. A. W. T. (2021). Evaluasi Penggunaan Antibiotika Profilaksis Pada klien


Operasi Appendisitis Akut di Instalasi Rawat Inap RS Baptis Batu Jawa
Timur.

Anda mungkin juga menyukai