Anda di halaman 1dari 24

APENDISITIS

DISUSUN OLEH :

1. M. Efendy Jayadi
2. Novita Maramis
3. Rimayazul Aini
4. Tania Hartati Rahma

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang apendisitis ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan .Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.

Mataram, 22-maret-2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar belakang masalah...............................................................................1
1.2 Rumusan masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3
2.1 Pengertian apendisitis..............................................................................3
2.2 Etiologi apendisitis..................................................................................4
2.3 Klasifikasi apendisitis.............................................................................6
2.4 Manifestasi klinis....................................................................................7
2.5 Patofiologi apendisitis.............................................................................7
2.6 Woc.........................................................................................................10
2.7 Pemeriksaan penunjang...........................................................................11
2.8 Komplikasi..............................................................................................13
2.9 Penatalaksanaan......................................................................................13
2.10 Pengkajian...............................................................................................15
2.11 Diagnosa Yang Muncul...........................................................................19
2.12 Intervensi.................................................................................................
2.13 Implementasi...........................................................................................20
2.14 Evaluasi...................................................................................................20
BAB III....................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan................................................................................................33
3.2 Saran..........................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA

3
4
BAB I
PENDAHULAUN
1.1 latar belakang
Apendisitis merupakan penyakit yang biasa dikenal oleh masyarakat awam

sebagai penyakit usus buntu. Apendisitis akut merupakan kasus bedah

emergensi yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan remaja.

Apendisitis akut merupakan masalah pembedahan yang paling sering dan

apendektomi merupakan salah satu operasi darurat yang sering dilakukan

diseluruh dunia (Paudel et al., 2010). Faktor potensialnya adalah diet rendah

serat dan konsumsi gula yang tinggi, riwayat keluarga serta infeksi. Kejadian

apendisitis 1,4 kali lebih tinggi pada pria dibandingkan dengan wanita (Craig,

2010). Insidensi apendisitis lebih tinggi pada anak kecil dan lansia

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2004, diketahui bahwa

apendisitis diderita oleh 418 juta jiwa di seluruh dunia, 259 juta jiwa darinya

adalah laki-laki dan selebihnya adalah perempuan, dan mencapai total 118 juta

jiwa di kawasan Asia Tenggara. Apendisitis merupakan peradangan pada usus

buntu sehingga penyakit ini dapat menyebabkan nyeri dan beberapa keluhan

lain seperti mual, muntah, konstipasi atau diare, demam yang berkelanjutan

dan sakit perut sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

5
Apendisitis bisa terjadi pada semua golongan usia, namun sering terjadi di

bawah usia 40 tahun, terutama antara 10 dan 20 tahun. Kejadian apendisitis

meningkat dengan bertambahnya umur dan memuncak pada remaja.

Apendisitis jarang terjadi pada anak dengan umur kurang dari 10 tahun dan

sangat jarang pada anak kurang dari 2 tahun (Philip, 2007).

Menurut Departmen Kesehatan RI pada tahun 2006, apendisitis

merupakan penyakit urutan keempat terbanyak di Indonesia pada tahun 2006.

Jumlah pasien rawat inap penyakit apendiks pada tahun tersebut mencapai

28.949 pasien, berada di urutan keempat setelah dispepsia, duodenitis, dan

penyakit cerna lainnya. Pada rawat jalan, kasus penyakit apendiks menduduki

urutan kelima (34.386 pasien rawat jalan), setelah penyakit sistem pencernaan

lain, dispepsia, gastritis dan duodenitis.

Sedangkan, menurut Departemen Kesehatan RI pada tahun 2009,

apendisitis masuk dalam daftar 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap

di rumah sakit di berbagai wilayah Indonesia dengan total kejadian 30,703

kasus dan 234 jiwa yang meninggal akibat penyakit ini.

1.2 rumusan masalah


a. apa Pengertian apendisitis ?
b. apa Etiologi apendisitis ?
c. apa Klasifikasi apendisitis ?
d. bagaimana Manifestasi klinis ?
e. bagaimana Patofiologi apendisitis ?
f. bagaimana Woc ?

6
g. bagaimana Pemeriksaan penunjang ?
h. apa Komplikasi yang muncul ?
i. bagaimana Penatalaksanaan ?
j. bagaimana Pengkajian ?
k. apa Diagnosa Yang Muncul ?
l. apa Intervensi ?
m. bagaimana Implementasi ?
n. bagaimana Evaluasi ?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui Pengertian apendisitis
b. Untuk mengetahui Etiologi apendisitis
c. Untuk mengetahui Klasifikasi apendisitis
d. Untuk mengetahui Manifestasi klinis
e. Untuk mengetahui Patofiologi apendisitis
f. Untuk mengetahui Woc
g. Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang
h. Untuk mengetahui Komplikasi
i. Untuk mengetahui Penatalaksanaan
j. Untuk mengetahui Pengkajian
k. Untuk mengetahui Diagnosa Yang Muncul
l. Untuk mengetahui Intervensi
m. Untuk mengetahui Implementasi
n. Untuk mengetahui Evaluasi

7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian apendisitis
Apendiksitis adalah kasus gawat bedah abdomen yang paling sering terjadi.
Apendiksitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Apendiks disebut juga
umbai cacing. Istilah usus buntu yang selama ini dikenal dan digunakan di
masyarakat kurang tepat, karena yang merupakan usus buntu sebenarnya adalah
sekum.
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa fungsi apendiks sebenarnya.
Organ ini sering sekali menimbulkan masalah kesehatan.
Apendiksitis adalah meruapkan salah satu penyakit saluran pencernaan yang
paling umum ditemukan dan yang paling sering memberikan keluhan abdomen
yang akut (acu abdomen). Apendiktomy adalah pengangkatan apendiks
terinflamasi dapat dilakukan pada pasien dengan menggunakan pendekatan
endoskopi, namun adanya perlengkapan multiple posisi retroperitoneal dari
apendiks atau robek perlu dilakukan prosedur pembukaan. Apendictomy adalah
pengankatan secara bedah apendiks vermiformis.
Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum infamasi akut pada kuadrat
bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untu bedah abdomen
darurat. Apendiksitis akut adalah nyeri atau rasa tidak enak disekitar umbilicus
berlangsung antara 1-2 hari. Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke kuadran
kanan bawah (titik Mc Burney) dengan disertai mual, anoreksia dan muntah.
Apendiksitis kronik adalah nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu,
radang kronik apendiks secara makroskopik, dan keluhan menghilang setelah
apendektomi, kriteria mikroskopi apendiks kronik adalah fibrosis menyeluruh
dinding apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa, dan infiltrasi
sel inflamasi kronik.
Fungsi apendiks tidak diketahui. Apendiks menghasilkan lender 1-2 ml/hari.
Lender secara normal dicurahkan kedalam lumen dan selan mengalir ke secun.

8
Hambatan aliran lender dimuara apendiks tanpaknya berperan pada patogenesasi
apendiksitis.diperkirakan apendiks mempunyai peranan dalam mekanisme
imunoglobik. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut
Associated Lympoid Tissue) yang terdapat disepanjang saliuran cerna termasuk
apendiks ialah ig A. immunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung
terhadapinfeksi. Namun pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi system
imun tubuh sebab jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika dibangdingkan
dengan jumlah disaluran cerna dan saluran tubuh.

2.2 Etiologi
a. Ulserasi pada mukosa
b. Obstruksi pada colon oleh fecalit(fese yang keras)
c. Pemberian barium
d. Berbagai macam penyakit cacing
e. Tumor
f. Striktur karena fibrosis pada dinding usus
2.3 Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari apendisitis dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Apendisitis akut, dibagi atas: apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu
setelah sembuh akan timbul striktur local. Appendicitis purulenta difusi, yaitu
sudah berbentuk nanah.
b. Apendiditis kronis, dibagi atas : apendisitis kronis fokalis atau persial, setelah
sembuh akan timbul striker local. Apendisitis kronis obliteritivia yaitu
appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
2.4 Manifestasi klinis
Tanda awal : nyeri mulai di epigastrium/region umbilicus disertai mual dan
anoreksia.
a. Nyeri pindah kekanan bawah (yang akan menetap dan diperberat bila berjalan
atau batuk) dan menunjukkan tanda rangsangan peritoneum local dititik Mc.
Burney : nyeri tekan, nyeri lepas, defans muskuler.

9
b. Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung
c. Nyeri pada kuadran kanan bawah saat kaudran kiri bawah ditekan (Rovsing
Sign)
d. Nyeri kanan bawah bila tekanan sbelah kiri dilepas (Blumberg)
e. Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam, berjalan,
batuk, mengedan.
f. Nafsu makan menurun
g. Demam yang tidak terlalu tinggi
h. Biasanya terdapat konstipasi, tapi kadang-kadang terjadi diare.

i. Gejala-gejala permulaan pada apendiksitis yaitu nyeri atau perasaan tidak


enak sekitar umbilicus diikuti oleh anoreksia, nausea dan muntah, gejala ini
umumnya berlangsung lebih dari 1 atau 2 hari. Dalam beberapa jam nyeri
bergeser ke kuadran kanan bawah dan mungkin terdapat nyeri tekan sekitar
titik Mc. Burney, kemudian dapat timbul spasme otot dan nyeri lepas.
Biasanya ditemukan demam ringan dan leokosit meningkat bila rupture
apendiks terjadi nyeri sering sekali hilang secara dramatis untuk sementara.

2.5 Patofisiologi
Apendiksitis biasanya disebabkan oleh penyumbangan lumen apendik oleh
hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, struktur karena fikosis akibat
peradangan sebelumnya atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mucus
diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus tersebut makin
banyak, namun elasitisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen, tekanan yang meningkat tersebut
akan menghambat aliran linfe yang mengakibatkan edema. Diaphoresis bakteri
dan ulserasi mukosa pada saat inilah terjadin apendiksitis akut fokal yang ditandai
oleh nyeri epigastrium.

10
Sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat hal tersebut akan
menyebabkan obtruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus
dinding apendiks. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum
setempat sehingga menimbulkan nyeri diabdomen kanan bawah, keadaan ini
disebut dengan apendiksitis sukuratif akut. Aliran arteri terganggu akan terjadi
infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangrene stadium ini disebut dengan
apendiksitis gengrenosa. Bila dinding yang telah rapuh ini pecah akan terjadi
ependiksitis perforasi.
Semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan
akan bergerak kea rah apendiks hingga timbul suatu masa local yang disebut
infiltrate apendukularis, peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abese atau
menghilang.
Anak-anak karena omentum lebih pendek dan ependiks lebih panjang, dinding
apendiks lebih tipis, keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang
masih kurang memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan pada orang tua
perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.

11
2.6 WOC

hiperplosia fokalit Tumor apendiks Cacing ascaris Makan rendah Entamuba hystolotica
serat
Tukak pada mukosa appwediks
konstipasi
Tukak pada mukosa apendiks
Tek. Intasekol meningkat

Pertbhn kuman flora normal meningkat


Sumbatan fungsional apendiks

Penggosongan apendiks terhambat

Apendiks terlipat & tersumbat


Muscus terperangkap
Proses implamasi pada apendiks
dimlumen apendiks
Peningkatan tek. intraluminal
Imflamasi lumen appendiks
Peregangan dinding apendiks
infeksi infeksi
Penurunan aliran darah apendikular
Suhu tbh
meningkat Istemik appendiks

apendisitis Userasi pada apendiks


Gang. Rasa aman
nyaman:
Pertahanan tbh membatasi prses
peningkatan suhu apendiktomi
pradanagan

Apendiks tertutup omentum


usus hls Efekarastesi umum

Pebentukan massa perappendikuler Psien tirah baring


dependik
Penurunan ekspansi paru

Sesak napas

Penurunan frekuensi
pernapasan

12
Absoesi cairan Nekrosis dan Massa pengguraian
Obtruksi usus Perenggangan usus
usus menurun peristalsis menurun diri secara lambat
yang trus menerus

Sekresi lambung Respirasi cairan usus Iskemia dan Absorsi toksin dan Ulserasi tidak
meningkat peningkatan bakteri dalam darah sempurna
permebilitas pemb
Muntah refluks Distensi usus
darah Perangsangan Pembentukan
meningkat
termoregulator di jaringan parut
Kehilangan ion H Cairan dan elektrolit
Tek. Intraluminal hipotalang
kalium dari pindah ke lumen
meningkat Perlengketan
lambung usus
demam dengan jaringan
dehidrasi sekitar
Penurunan C- k+ Peningkatan tek.
dalam darah Kapiler vena & Gang rasa nyaman Eksaserbasi akut
arteriola aman peningkatan
Syok hipolemik
susu tubuh
Alkalosis Perpusi dinding usus Resti infeksi
metabolik Kerusakan perfusi berulang
jaringan
Asidosis aspirasi infeksi

Perubahan
pola napas

13
2.7 Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium

Ditemukan leukositosis 10.000 s/d 18.000/mm3, kadang-kadang dengan


pergeseran ke kiri leukositosis lebih dari 18.000/mm3 diserta keluhan/gejala
apendiksitis lebih dari empat jam mencurigakan perforasi sehingga diduga
bahwa tingginya leukositosis sebandng dengan hebatnya peradangan.

b. Radiologi
Pemeriksaan radiology akan sangat berguna pada kasus atipikal. Pada
55% kasus apendiksitis stadium awal akan ditemukan gambaran foto polos
abdomen yang abnormal, gambaran yang lebih spesifik adanya masa jaringan
lunak di perut kanan bawah dan mengandung gelembung-gelembung udara.
Selain itu gambaran radiologist yang ditemukan adanya fekalit, pemeriksaan
barium enama dapat juga dipakai pada kasus-kasus tertentu cara ini sangat
bermanfaat dalam menentukan lokasi sakum pada kasus “Bizar”. Pemeriksaan
radiology X-ray dan USG menunjukkan densitas pada kuadran kanan bawah
atau tingkat aliran udara setempat.
c. Pemeriksaan Penunjang Lainnya

2.8 Komplikasi
Yang paling sering adalah :
a. Perforasi
Insidens perforasi 10-32%, rata-rata 20%, paling sering terjadi pada usia
muda sekali atau terlalu tua, perforasi timbul 9% pada anak-anak di bawah
2 tahun antara 40-75% kasus usia di atas 60 tahun ke atas. Perforasi jarang
timbul dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi insiden meningkat
tajam sesudah 24 jam.
Perforasi terjadi 70% ada kasus dengan peningkatan suku 39,5˚C tampak
toksik, nyeri tekan seluruh perut dan leukositosis meningkat akibat
perforasi dan pembentukan abses.

14
b. Peritonitis
Adalah trombofebitis septik pada sistem vena porta ditandai dengan panas
tinggi 39˚C-40˚C menggigil dan ikterus merupakan penyakit yang relatif
jarang.
1. Tromboflebitis supuratif dari sistem portal, jarang terjadi tetapi
merupakan komplikasi yang letal.
2. Abses subfrenikus dan fokal sepsis intraabdominal lain.
3. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat perlengketan.
2.9 Penatalaksanaan
a. Sebelum operasi
1. Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala
apendiksitis seringkali belum jelas, dalam keadaan ini observasi ketat
perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan.
Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya apendiksitis ataupun
peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan
darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodik, foto abdomen
dan toraks tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyulit
lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi
nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.
2. Antibiotik
Apendiksitis tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotik,
kecuali apendiksitis ganggrenosa atau apendiksitis perporsi. Penundaan
tindak bedah sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses
atau perporsi.
b. Operasi
1. Apendiktomi
2. Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perporasi bebas, maka
abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotik.

15
3. Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV, massanya mungkin
mengecil, atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka
waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan
operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.
4. Pasca Operasi
Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya
perdarahan di dalam, syok, hipertermia atau gangguan pernapasan,
angkat sonde lambung bila pasien sudah sadar, sehingga aspirasi cairan
lambung dapat dicegah, baringkan pasien dalam posisi fowler. Pasien
dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama itu
pasien dipuasakan, bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada
perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus
kembali normal. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk
tegak di tempat tidur selama 2 x 30 menit. Hari kedua dapat dianjurkan
untuk duduk di luar kamar. Hari ke tujuh jahitan dapat diangkat dan
pasien di peroleh pulang (Mansjoer, 2003).

16
ASUHAN KEPERAWATAN

2.10 Pengkajian
a. Identitas klien
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Agama
4. Suku atau bangsa
5. Status
6. Pendidikan
7. Pekerjaan
b. Identitas penanggung jawab
Hal yang perlu dikaji meliputi nama, umur, pendidikan, agama, dan
hubungannya dengan klien

c. Riwayat :
Data yang dikumpulkan perawat dari klien dengan kemungkinan
apendiksitis meliputi : umur, jenis kelamin, riwayat pembedahan, dan
riwayat medik lainnya, pemberian barium baik lewat mulut/rektal,
riwayat diit terutama makanan yang berserat.
Riwayat Kesehatan :
a. Keluhan utama : Pasien biasanya mengeluh nyeri di sekitar
epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan nyeri
perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di
pusat atau di epigastrium dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau
timbul nyeri dalam waktu yang lama.
b. Riwayat kesehatan sekarang : Selain mengeluh nyeri pada daerah
epigastrium, keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa
mual dan muntah, panas.

17
c. Riwayat kesehatan masa lalu : Biasanya berhubungan dengan
masalah kesehatan klien sekarang, bisa juga penyakit ini sudah
pernah dialami oleh pasien sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga : Biasanya penyakit apendiksitis ini
bukan merupakan penyakit keturunan, bisa dalam anggota keluarga
ada yang pernah mengalami penyakit yang sama seperti yang dialami
pasien sebelumnya.
d. Kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual
1. Pola nutrisi dan metabolism :
2. Pola eliminasi
3. Pola aktivitas dan latihan
4. Pola istirahat tidur
5. Pola mekanisme koping
6. Pemeriksaan fisik
7. Pola persepsi diri dan konsep diri

Data Subyektif

Sebelum operasi

1) Nyeri daerah pusar menjalar ke daerah perut kanan bawah


2) Mual, muntah, kembung
3) Tidak nafsu makan, demam
4) Tungkai kanan tidak dapat diluruskan
5) Diare atau konstipasi

Sesudah operasi

1) Nyeri daerah operasi


2) Lemas
3) Haus
4) Mual, kembung

18
5) Pusing

Data Obyektif

Sebelum operasi

1) Nyeri tekan di titik Mc. Berney


2) Spasme otot
3) Takikardi, takipnea
4) Pucat, gelisah
5) Bising usus berkurang atau tidak ada
6) Demam 38-38,5˚C

Sesudah operasi

1) Terdapat luka operasi di kuadran kanan bawah abdomen


2) Terpasang infus
3) Terdapat drain/pipa lambung
4) Bising usus berkurang
5) Selaput mukosa mulut kering

Pemeriksaan Laboratorium

1) Leukosit : 10.000 – 18.000/mm3


2) Netrofil meningkat 75%
3) WBC yang meningkat sampai 20.000 mungkin indikasi terjadinya perforasi
(jumlah sel dalam darah)

Data Pemeriksaan Diagnostik

1) Radiologi : Foto colon yang memungkinkan adanya fecalit pada katup.


2) Barium enema : Apendiks terisi barium hanya sebagian.
2.11 Diagnosa
a. Nyeri abdomen berhubungan dengan obstruksi dan peradangan apen-diks.

19
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia.
2.12 Intervensi keperawatan
No DIAGNOSA TUJUAN RENCANA
KEPERAWATAN TINDAKAN
1 Nyeri abdomen Setelah dilakukan 1. Kaji tanda vital
berhubungan dengan intervensi keperawatan 2. Kaji keluhan nyeri,
obstruksi dan peradanagn Selma 3x 24 jam tentukan lokasi ,
apendiks diharapkan nyeri jenis dan intensitas
berkurang. nyeri. Ukur dengan
Criteria : skala 1-10.
1. Klien 3. Jelaskan penyebab
mengungkapkan rasa sakit, cara
rasa nyeri berkurang mengurangi.
2. Wajah dan posisi 4. Beri posisi ½
tubuh tampak rileks duduk untuk
3. Skala nyeri mengurangi
berkurang 1-3 penyebaran infeksi
4. Ttv dalam btas pada abdomen.
normal 5. Anjurkan tehnik
rileksasi
6. Kompres es pada
daerah sakit untuk
mengurangi nyeri.
7. Anjurkan klien
untuk tidur pada
posisi nyaman
(miring dengan
menekuk lutut

20
kanan)
8. Puasa makan
minum bila
dilakukan
tindakan.
9. Ciptakan
lingkungan yang
tenang
10. Laksanakan
program medic
11. Pantau efek
trapeutik dan non
trapeutik dari
pemberian
analgetik
2 Resiko kekurangan Setelah diberikan 1. Observasi tanda
volume cairan intervensi keperawatan vital setiap 4 jam
berhubungan dengan 3x 24 jam diharapkan 2. Observasi cairan
mual, muntah, anoreksia cairan dan elektrolit yang keluar dan
dalam keadaan seimbang. masuk
1. Turgor kulit baik 3. Jauhkan mkanan/
2. Cairan yang bau bauan yang
keluar dan masuk merangsang maual
seimbang atau muntah.
3. BB stabil 4. Kolaborasi
pemasangan infuse
dan pipa lambung

2.13 Implementasi

21
Pada data analisa/assessment kita dapat menuliskan beberapa poin-poin
seperti dibawah ini:
1. Pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi masalah
keluhan/mencapai tujuan pasien
2. Tindakan ini harus disetujui oleh pasien kecuali bila tidak
dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien
3. Pilihan pasien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses
ini
4. Apabila kondisi pasien berubah, implementasi mungkin juga harus
berubah /disesuaikan.
2.14 evaluasi
Pada data analisa/assessment kita dapat menuliskan beberapa poin-poin
sperti dibawah ini:
1. Tafsirkan dari hasil tindakan yang telah diambil adalah penting
untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan
2. Analisa dari hasil yang dicapai menjadi focus dari penilaian
ketepatan tindakan.
3. Kalau criteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi
dasar untuk mengembangkan tindakan alternative sehingga dapat
mencapai tujuan.

22
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Apendiksitis adalah meruapkan salah satu penyakit saluran pencernaan yang
paling umum ditemukan dan yang paling sering memberikan keluhan abdomen
yang akut (acu abdomen). Apendiktomy adalah pengangkatan apendiks
terinflamasi dapat dilakukan pada pasien dengan menggunakan pendekatan
endoskopi, namun adanya perlengkapan multiple posisi retroperitoneal dari
apendiks atau robek perlu dilakukan prosedur pembukaan. Apendictomy adalah
pengankatan secara bedah apendiks vermiformis.

3.2 SARAN
Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi makalah ini saja karena
masih banyak referensi yang lebih lengkap yang membahas materi dari makalah
ini. Oleh karena itu, pembaca sebaiknya membaca dari referensi dan literatur
lain untuk menambah wawasan yang lebih luas tentang materi ini.

23
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPD PPNI

Wikilson. Judith M. 2016. Diagnosa Keperawatan : Diagnosa Nanda-1, Intervensi


Nic, Hasil Noc, Ed.10. Jakarta :EGC

Nurarif amin huda& kusuma hardhi. 2015.afliaksi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnose medis & nanda jilid 1. Jogjakarta: mediaction

Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medical Bedah. Yogyakarta : nuha medika

Wijaya andra safitri & putrid yessie mariza.2013.KMB 1 Keperawatan Medical


Bedah. Yogyakarta : nuha medica

24

Anda mungkin juga menyukai