Anda di halaman 1dari 23

Spondylosis Lumbalis

FTR. Redi T Siahaan, S.ft,M.Kes


Pendahuluan

Spondilo berasal dari bahasa Yunani yang berarti tulang belakang. Spondilosis lumbalis
dapat diartikan perubahan pada sendi tulang belakang dengan ciri khas bertambahnya
degenerasi discus intervertebralis yang diikuti perubahan pada tulang dan jaringan
lunak, atau dapat berarti pertumbuhan berlebihan dari tulang (osteofit), yang
terutama terletak di aspek anterior, lateral, dan kadang-kadang posterior dari tepi
superior dan inferior vertebra centralis (corpus). 1,2
Spondilosis lumbalis muncul pada 27-37% dari populasi yang asimtomatis.Di
Amerika Serikat, lebih dari 80% individu yang berusia lebih dari 40 tahun mengalami
spondilosis lumbalis, meningkat dari 3% pada individu berusia 20-29 tahun. Di dunia,
spondilosis lumbal dapat mulai berkembang pada usia 20 tahun. Hal ini meningkat,
dan mungkin tidak dapat dihindari, bersamaan dengan usia. Kira-kira 84% pria dan 74%
wanita mempunyai osteofit vertebralis, yang sering terjadi setinggi T9-10. Kira-kira
30% pria dan 28% wanita berusia 55-64 tahun mempunyai osteofit lumbalis. Kira-kira
20% pria dan 22% wanita berusia 45-64 tahun mengalami osteofit lumbalis.2
Anatomi

Columna vertebralis merupakan poros tulang rangka tubuh yang memungkinkan


untuk bergerak. Terdapat 33 columna vertebralis, meliputi 7 columna vertebra
cervical, 12 columna vertebra thoracal, 5 columna vertebra lumbal, 5 columna
vertebra sacral dan 4 columna vertebra coccygeal. Vertebra sacral dan cocygeal
menyatu menjadi sacrum-coccyx pada umur 20 sampai 25 tahun. Columna
vertebrales juga membentuk saluran untuk spinal cord. Spinal cord merupakan
struktur yang Sangat sensitif dan penting karena menghubungkan otak dan sistem
saraf perifer.3
Canalis spinalis dibentuk di bagian anterior oleh discus intervertebralis atau
corpus vertebra, di lateral oleh pediculus, di posterolateral oleh facet joint dan
di posterior oleh lamina atau ligament kuning. Canalis spinalis mempunyai dua
bagian yang terbuka di lateral di tiap segmen, yaitu foramina intervertebralis.2
Recessus lateralis adalah bagian lateral dari canalis spinalis. Dimulai di pinggir processus
articularis superior dari vertebra inferior, yang merupakan bagian dari facet joint. Di bagian
recessus inilah yang merupakan bagian tersempit. Setelah melengkung secara lateral
mengelilingi pediculus, lalu berakhir di caudal di bagian terbuka yang lebih lebar dari canalis
spinalis di lateral, yaitu foramen intervertebralis. Dinding anterior dari recessus lateralis
dibatasi oleh discus intervertebralis di bagian superior, dan corpus verterbralis di bagian
inferior. 2
Dinding lateral dibentuk oleh pediculus vertebralis. Dinding dorsal dibatasi oleh processus
articularis superior dari vertebra bagian bawah, sampai ke bagian kecil dari lamina dan juga
oleh ligamen kuning (lamina). Di bagian sempit recessus lateralis, dinding dorsalnya hanya
dibentuk oleh hanya processus lateralis, dan perubahan degeneratif di daerah inilah
mengakibatkan kebanyakan penekanan akar saraf pada stenosis spinalis lumbalis. 2
Akar saraf yang berhubungan dengan tiap segmen dipisahkan dari kantong dura setinggi ruang
intervertebra lalu melintasi recessus lateralis dan keluar dari canalis spinalis satu tingkat
dibawahnya melalui foramina intervertebralis. Di tiap-tiap titik ini dapat terjadi penekanan. 2
PATOGENESIS DAN KLASIFIKASI
Spondilosis muncul sebagai akibat pembentukan tulang baru di tempat dimana ligament anular mengalami
ketegangan.1
Verbiest pada 1954, menganggap sebagai penyakit yang asalnya tidak diketahui, dengan kelainan genetik,
dimana efek patologis secara keseluruhan hanya muncul saat pertumbuhan sudah lengkap dan vertebra sudah
mencapai ukuran maksimal. 2
Kebanyakan ahli menerima teori yang menjelaskan stenosis spinalis lumbalis terjadi melalui perubahan
degeneratif yang menjadi instabilitas dan penekanan akar saraf yang menimbulkan masalah jika anatomi
canalis spinalis seseorang tidak baik. 2
Faktor perkembangan dan kongenital termasuk beberapa variasi anatomis yang memberikan ruang lebih
sempit untuk jalannya saraf, sehingga bahkan hanya dengan perubahan osseus minor dapat berkembang
menjadi penekanan akar saraf: canalis spinalis yang dangkal, canalis dengan bentuk trefoil, atau anomali
dari akar saraf. 2
Variasi anatomis facet joint dalam hal orientasi, bentuk, atau asimetrisitas membuat degenerasi lebih mudah
terjadi yang berkembang menjadi penekanan akar saraf. Degenerasi lebih sering menyebabkan gejala
penekanan akar saraf pada canalis spinalis yang sempit, dibandingkan dengan yang lebar bahkan spondilosis
atau spondiloartrosis yang berat tidak memberikan tanda-tanda klinis. 2
Bentuk trefoil dari canalis spinalis adalah variasi anatomis dari canalis spinalis, yang disebabkan oleh
orientasi dari lamina dan facet joint. Paling sering ditemukan setinggi L3 sampai L5. Kondisi ini dianggap
sebagai faktor predisposisi berkembangnya stenosis recessus lateralis melalui perubahan degeneratif dari
facet joint. 2
GAMBARAN KLINIS

Gejala dan tanda yang intermiten muncul ketika pasien berdiri, termasuk nyeri
pinggang bawah, nyeri alih, atau kelemahan pada punggung. Gejala-gejala ini
berhubungan dengan penyempitan recessus lateralis saat punggung meregang.
Oleh karena itu, gejala-gejala akan dipicu atau diperburuk oleh postur tubuh
yang diperburuk oleh lordosis lumbal, termasuk berdiri, berjalan terutama
menuruni tangga atau jalan menurun, dan termasuk juga memakai sepatu hak
tinggi. 2
Nyeri pinggang bawah adalah keluhan yang paling umum muncul dalam waktu
yang lama sebelum munculnya penekanan radikuler. Kelemahan punggung
merupakan keluhan spesifik dari pasien dimana seolah-olah punggung akan
copot, kemungkinan akibat sensasi proprioseptif dari otot dan sendi tulang
belakang. Kedua keluhan,
Pemeriksaan
Anamnesa
yang meliputi :
Letak atau lokasi nyeri
Penyebaran nyeri
Sifat nyeri
Pengaruh aktivitas terhadap nyeri
Pengaruh posisi atau anggota tubuh
Trauma
Proses terjadinya dan perkembangan nyeri
Obat-obat analgetik yang pernah diminum
Kondisi mental emosional
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Observasi penderita saat berdiri, duduk, berbaring atau bangun dari berbaring.
Observasi punggung, pelvis dan tungkai selama bergerak.
Observasi kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulasi,
pelvis yang miring atau asimetris dan postur tungkai yang abnormal.
Palpasi
Pada palpasi terlebih dahulu diraba daerah yang sekitarnya paling ringan rasa
nyerinya, kemudian menuju ke daerah yang paling nyeri.
Spasme otot
Pemeriksaan Activ
Flexy
Exstensi
Rotasi kanan
Rotasi kiri
Side flexy kanan
Side flexy kiri
Pemeriksaan Pasiv
Flexy
Exstensi
Rotasi kanan
Rotasi kiri
Side flexy kanan
Side flexy kiri
Test Spesifik

1.Straight Leg Raise (Laseque) Test: Tes untuk mengetaui adanya jebakan nervus ischiadicus. Pasien
tidur dalam posisi supinasi dan pemeriksa memfleksikan panggul secara pasif, dengan lutut dari
tungkai terekstensi maksimal. Tes ini positif bila timbul rasa nyeri pada saat mengangkat kaki dengan
lurus, menandakan ada kompresi dari akar saraf lumbar
2. Tanda Kerning
Pada pemeriksaan ini penderita yang sedang berbaring difleksikan
pahanya pada persendian panggung sampai membuat sudut 90 derajat.
Selain itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut. Biasanya
kita dapat melakukan ekstensi ini sampai sudut 135 derajat, antara tungkai
bawah dan tungkai atas, bila terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum
tercapai sudut ini, maka dikatakan tanda kerning positif.
3.Ankle Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada tendon Achilles. Jika tidak terjadi
dorsofleksi pada kaki, hal ini mengindikasikan adanya jebakan nervus di
tingkat kolumna vertebra L5-S1.
4. Knee-Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada tendon lutut. Jika tidak terjadi ekstensi
pada lutut, hal ini mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat
kolumna vertebra L2-L3-L4.
Tes Patrick
Tungkai dalam posisi fleksi pada sendi lutut sementara tumit diletakkan pada
lutut yang satunya lagi, kemudian lutut tungkai yang difleksikan tadi ditekan ke
bawah. Apabila ada kelainan di sendi panggul maka penderita akan merasakan
nyeri di sendi panggul tadi.
Tes Kontra Patrick
Tungkai dalam posisi fleksi I sendi lutut dan sendi panggul, kemudian lutut
didorong ke medial, bila di sendi sakro-iliaka adan kelainan maka disitu akan
terasa sakit.
MRI

MRI dengan jelas lebih canggih daripada CT dalam visualisasi struktur non osseus
dan saat ini merupakan metode terbaik untuk mengevaluasi isi canalis spinalis.
Disamping itu, di luar dari penampakan degradasi diskus pada T2 weighted image,
biasanya tidak dilengkapi informasi penting untuk diagnosis stenosis spinalis
lumbalis. Bagaimanapun juga, dengan adanya perkembangan pemakaian MRI yang
cepat yang merupakan metode non invasif, peranan MRI dalam diagnosis penyakit
ini akan bertambah. Khususnya kemungkinan untuk melakukan rangkaian
fungsional spinal lumbalis akan sangat bermanfaat. 2
Sangat penting bahwa semua gambaran radiologis berhubungan dengan
gejala-gejala, karena penyempitan asimptomatik yang terlihat pada MRI atau CT
sering ditemukan baik stenosis dari segmen yang asimptomatik atau pasien yang
sama sekali asimptomatik dan seharusnya tidak diperhitungkan.
Problematika Fisioterapi

 Impairment adalah
 Fungtional Limitation atau keterbatasan
 Participations restrictons adalah
TREATMENT

1.Heating
2.Tens
3.Mobilisasi Facet Joint( manipulasi rotasi lumbal)
manipulasi rotasi segmen spesifik lumbal
Tujuan : manipulasi rotasi segmen spesifik lumbal (L1-L2 s/d L5-S1)
Posisi Pasien : pasien diposisikan side lying menghadap fisioterapis dengan tungkai
sebelah bawah diposisikan fleksi 30o pada hip dan knee
Posisi terapis : terapis berdiri didepan pasien dengan kedua kaki parallel terhadap
tempat tidur, berat badan pada tumit, hip dan knee sedikit difleksikan dalam posisi
atletik. Knee tungkai sebelah atas pasien diletakkan dilipat anterior hip terapis yang
didapat dengan sedikit memfleksikan kedua hip dan knee terapis, dan terapis
menekankan bagian depan hipnya ke lutut pasien untuk mensupport knee tungkai
sebelah atas pasien.
Penempatan tangan :Tangan kaudal: teknik ini dimulai dengan memegang tungkai
sebelah atas pasien tepat diatas ankle untuk mendapatkan gerakan fleksi hip dan
lumbal pasien.
Tangan kranial : jari telunjuk terapis diletakkan pada interspinosus space dari
segmen yang ditargetkan untuk menilai fleksi lumbal dan untuk mempersiapkan
pelaksanaan dari teknik ini.

Pelaksanaan : kaitkan kaki pasien sebelah atas pada knee tungkai sebelah bawah saat
terapis sudah mencapai awal fleksi lumbal pasien untuk memulai tekni rotasi lumbal.
Central Posterior Anterior Passive Accessory
Intervertebral Mobilization
 TUJUAN Tes ini digunakan untuk gerakan aksesori pasif atau provokasi nyeri pada segmen tulang belakang lumbal. Untuk
intervensi, tingkat mobilisasi yang sesuai (I sampai IV) untuk mengobati nyeri atau
 hipomobilitas digunakan.
 POSISI PASIEN Pasien berbaring telungkup di atas bantal dengan lengan di dekat tubuh atau menggantung di tepi bantal.
 meja. Bantal bisa diletakkan di bawah kaki bagian bawah untuk kenyamanan.
 POSISI TERAPIS Terapis berdiri di samping pasien.
 PENEMPATAN TANGAN Tangan kanan: Tangan kanan diletakkan di punggung pasien sehingga batas ulnaris
 tangan tepat di distal pisiform bersentuhan dengan proses spinosus dari vertebra menjadi
 dimobilisasi. Bahu berada tepat di atas pasien. Pergelangan tangan kanan terentang sepenuhnya,
 dengan lengan bawah di tengah antara supinasi dan pronasi.
 Tangan kiri: Tangan kanan diperkuat dengan tangan kiri sehingga digit kedua dan ketiga dari tangan kiri menyelimuti
sendi metacarpal phalangeal kedua tangan kanan. Itu
 siku dibiarkan sedikit mengembang.
 PROSEDUR Terapis menerapkan gaya posterior-ke-anterior pada setiap proses spinosus yang diperiksa dan
 melakukan total tiga pengulangan lambat. Tekanan pertama harus diterapkan dengan lembut; amplitudo dan kedalaman
gerakan meningkat jika tidak terjadi respons nyeri. Terapis
 menilai kualitas gerakan melalui jangkauan dan ujung rasa dan membandingkannya
 tingkat di atas dan di bawah.
 CATATAN Sebuah rentang sedang dari gerakan pasif dorong (uji pegas) juga dapat digunakan dengan teknik ini untuk
menilai resistensi jaringan dan provokasi nyeri.
 Respon positif adalah gerakan yang mereproduksi tanda yang sebanding (nyeri atau resistensi
 atau pelindung otot)
Lumbar Forward-Bending Passive Intervertebral Motion
TUJUAN untuk mobilisasi gerakan lentur ke depan pasif dari segmen lumbal
L5-S1 sampai T12-L1.
 POSISI PASIEN Pasien dalam posisi berbaring menyamping menghadap terapis dan dekat tepi meja
 dengan pinggul dan lutut terbuka.
 POSISI TERAPIS Terapis berdiri di depan pasien dengan kaki sejajar dengan meja dan beban di atas
 bola kaki.
 PENEMPATAN TANGAN Tangan kaudal: Tangan ini menopang tungkai bawah pasien tepat di bagian proksimal pergelangan kaki.
 Tangan kranial: Bantalan jari panjang digunakan untuk meraba ruang interspinous dari
 segmen lumbal.
 PROSEDUR Kaki pasien diposisikan bersama dalam kira-kira 90 derajat ketinggian pinggul dan lutut. Tuberositas tibialis tungkai bawah
pasien harus bertumpu pada anterior terapis
 panggul. Tangan kaudal digunakan untuk menopang tungkai bawah tepat di proksimal pergelangan kaki. Dengan
 pinggul, sedikit tekanan balik diterapkan melalui tungkai bawah pasien. Terapis menginduksi
 lumbal ke depan menekuk dengan menggeser berat badan ke arah kepala pasien saat fl exing
 pinggul pasien. Kaki bagian atas terus bertumpu di atas kaki bagian bawah selama prosedur berlangsung. Pinggul dibengkokkan dengan
gerakan amplitudo kecil, dan bantalan jari panjang
 di tangan tengkorak digunakan untuk meraba ruang interspinous segmen lumbal yang ditargetkan. Terapis melakukan palpasi untuk celah
interspinous selama lumbal maju
 membungkuk saat proses spinosus vertebra inferior dari segmen tulang belakang bergerak ke dalam inferior
 hubungan dengan proses spinosus vertebra superior. Jumlah gerakan membungkuk ke depan pasif yang tersedia di setiap segmen
pinggang dicatat dan dibandingkan.
 CATATAN Penilaian PIVM dimulai pada L5-S1 dan dilanjutkan secara tengkorak. Saat penilaian berlangsung
 Secara tengkorak, jumlah gerakan pinggul meningkat, tetapi sejauh mana pinggul dikembalikan ke arahnya
 ekstensi dengan setiap segmen yang berurutan dikurangi. Pada pasien dengan pinggul lebar dan pinggang sempit, gulungan handuk dapat
ditempatkan di bawah pinggang pasien untuk mencegah fleksif lateral.
 tulang belakang lumbar.

Anda mungkin juga menyukai