Anda di halaman 1dari 46

HUBUNGAN DETEKSI DINI MELALUI PENGGUNAAN

APLIKASI SDIDTK DAN CAPUTE SCALES PADA ANAK USIA


1-3 TAHUN YANG MENGALAMI KETERLAMBATAN BICARA

PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Persyaratan Akhir Dalam
Mendapatkan Gelar Sarjana Fisioterapi

Oleh:
IKA PURWANINGSIH
J210190032

PRODI S1 FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2022
HUBUNGAN DETEKSI DINI MELALUI PENGGUNAAN
APLIKASI SDIDTK DAN CAPUTE SCALES PADA ANAK USIA
1-3 TAHUN YANG MENGALAMI KETERLAMBATAN BICARA

PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Persyaratan Akhir Dalam
Mendapatkan Gelar Sarjana Fisioterapi

Oleh:
IKA PURWANINGSIH
J210190032

PRODI S1 FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SIDANG PROPOSAL

“HUBUNGAN DETEKSI DINI MELALUI PENGGUNAAN


APLIKASI SDIDTK DAN CAPUTE SCALES PADA ANAK USIA
1-3 TAHUN YANG MENGALAMI KETERLAMBATAN BICARA”

Telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk dipertahankan di depan


Tim Penguji Ujian Sidang Proposal Program Studi Fisioterapi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Diajukan Oleh:
IKA PURWANINGSIH
J210190032

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Agus Widodo, S. Fis., Ftr., M. Fis


NIK/NIDN: 1018/0625087503
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI
“HUBUNGAN DETEKSI DINI MELALUI PENGGUNAAN
APLIKASI SDIDTK DAN CAPUTE SCALES PADA ANAK USIA
1-3 TAHUN YANG MENGALAMI KETERLAMBATAN BICARA”

Oleh:
IKA PURWANINGSIH
J210190032

Dipertahankan dihadapan Tim Penguji Program Studi Fisioterapi


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada tanggal:

Pembimbing

Agus Widodo, S. Fis., Ftr., M. Fis


NIK/NIDN: 1018/0625087503
Penguji:

1. Agus Widodo, S. Fis., Ftr., M. Fis ( )


2. Suryo Saputra Perdana, S. Fis., M. Sc (PT) ( )

Menyetujui,
Ketua Prodi Fisioterapi

Farid Rahman, SSt.Ft., M.Or., Ftr., AIFO


NIK/NIDN: 1771/0610019101

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dr. Umi Budi Rahayu., S. Fis., M. Kes


NIK/NIDN: 750/0620117301
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan ridho-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ HUBUNGAN
DETEKSI DINI MELALUI PENGGUNAAN APLIKASI SDIDTK DAN
CAPUTE SCALES PADA ANAK USIA 1-3 TAHUN YANG MENGALAMI
KETERLAMBATAN BICARA” semoga hasil karya skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi yang membaca, baik manfaat didunia maupun ladang
kebaikan di akhirat.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Penulis menyadari bahwa hasil karya sederhana ini tidak mungkin
terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak selama
penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih setulus-tulusnya kepada:

1. Allah SWT tuhan yang Maha Esa,


2. Diri sendiri yang tidak pernah menyerah hingga titik ini,
3. Almarhum Ayah Bripda Catur Salikhim cinta pertama dan terakhirku,
semoga amal dan ibadah beliau diterima disisi-Nya dan Ibu Juni tercinta
sosok yang hanya kumiliki saat ini selalu memberikan dukungan untuk
menyelesaikan studi hingga akhir,
4. Bapak Prof.Dr. Sofyan Anif, M.Si., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Surakarta,
5. Ibu Dr. Umi Budi Rahayu, SST.FT., M. Kes., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta,
6. Bapak Farid Rahman, SST.FT., Ftr., M.Or., selaku Kepala Program Studi
S1 Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta,
7. Bapak Agus Widodo, S. Fis, Ftr., M. Fis., selaku Dosen Pembimbing 1
yang senantiasa sabar dalam membimbing penyusunan skripsi ini,
8. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Studi S1 Fisioterapi, Staf Laboran
Fisioterapi, beserta Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta atas didikan dan bimbingannya selama ini,
9. Teman-teman dalam Aib Negara Squad yang telah memberikan tempat
untuk segala keluh kesah yang saya rasakan,
10. Snowy, Empuy, dan Pororo kucing manis yang telah menjadi sahabat
menggemaskan sehingga bisa melupakan lelah yang saya rasakan,
11. Teman-teman Fisioterapi angkatan 2019. Semangat hingga akhir studi
selesai semoga langkah kita selalu dimudahkan.
12. Semua pihak yang telah terlibat dan membantu penelitian ini hingga
selesai.

Penulis sangat menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan


dalam skripsi ini, namun penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi
dunia pendidikan dan kesehatan khususnya dalam lingkup fisioterapi.
Billahi taufiiq wal hidaayah

Surakarta, 07 November 2022

Ika Purwaningsih
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL AWAL ............................. Error! Bookmark not defined.

HALAMAN SAMPUL DALAM .......................... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SIDANG PROPOSAL .............................. 3

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI ........................................... 4

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 5

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 7

BAB I ...................................................................................................................... 9

PENDAHULUAN................................................................................................... 9

A. Latar Belakang ..............................................................................................9

B. Rumusan Masalah .......................................................................................12

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................13

D. Manfaat Penelitian ......................................................................................13

BAB II ................................................................................................................... 15

TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 15

A. Tinjauan Pustaka .........................................................................................15

Tabel 1.2 Tinjauan Pustaka ................................................................................... 15

B. Landasan Teori ............................................................................................19

C. Kerangka Berfikir........................................................................................28

Gambar 1.1 Kerangka Berfikir .............................................................................. 28

D. Hipotesis......................................................................................................28

BAB III.................................................................................................................. 29

METODE PENELITIAN ...................................................................................... 29


A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................................29

B. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................................29

C. Populasi dan Sampel ...................................................................................29

Tabel 1.1 Definisi Operasional ............................................................................. 30

D. Sumber Data ..................................................................................................31

E. Alur Penelitian ............................................................................................31

F. Pengolahan Data..........................................................................................32

G. Analisis Data ...............................................................................................33

H. Etika Penelitian ...........................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 34

LAMPIRAN .......................................................................................................... 36

Lampiran 1.SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN ...................36

Lampiran 2.INFORMED CONSENT ................................................................37

Lampiran 3.DATA RESPONDEN .....................................................................38

Lampiran 4.Pemeriksaan dalam aplikasi SDIDTK ............................................39

Lampiran 5.Lembar skrining Capute Scales (CAT/CLAMS) untuk memperkuat


diagnosa serta deteksi yang lebih spesifik ..........................................................43

Lampiran 6. Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan....................................45


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia 1-3 tahun termasuk dalam usia golden age yang dimana
pertumbuhan anak bisa sangat dioptimalkan dengan baik dan jika terdapat
penyimpangan dalam pertumbuhan anak bisa diefektifkan pengobatannya
karena perkembangan anak dalam usia golden age bersifat holistik yaitu jika
badannya sehat maka dapat berkembang optimal serta cukup gizi dan
diarahkan secara baik dan benar. (Dian Vanagosi, 2016). Diperlukan
pengamatan dari orang tua anak selama usia tersebut dan disertai asuhan yang
tepat baik tepat gizi dan tepat pola asuh agar dalam proses pertumbuhan bisa
ditemukan adanya penyimpangan dalam pertumbuhannya atau tidak.
Fase anak normal dibagi menjadi 5 fase yaitu fase Reflex vocalization
(usia 0-1,5 bulan), Cooing (usia 2-4 bulan), Babbling (1,5-6 bulan), Lalling
(usia 6 bulan), Echolali (usia 9-10 bulan), dan True speech (usia 12-13 bulan).
(Soetjiningih, 2015). Dalam fase tersebut perlu diperhatikan juga apakah
fasenya sesuai dengan usianya atau tidak, apakah terjadi keterlambatan, atau
bahkan ada fase yang hilang.
Dalam Al-Quran telah diterangkan dalam (QS. Al Hajj ayat 5).

‫ث ِمنَُ َريبُ فِى كنتمُ ِإن ٱلنَّاسُ َيَٰٓأَيُّ َها‬ َ ‫ُّم َخلَّقَةُ ُّمضغَةُ مِ ن ث َُّم‬
ُِ ‫علَقَةُ مِ نُ ث َُّم نُّطفَةُ مِ ن ث َُّم ت َرابُ مِن َخلَقنَكم فَإِنَّا ٱل َبع‬
ُ‫ام فِى َونق ُُِّر ُۚ لَكمُ لِن َب ِينَُ م َخلَّقَةُ َوغَي ِر‬ َ َ‫س ًّمى أ َ َجلُ ِإلَىَُٰٓ ن‬
ُِ ‫شآَٰءُ َما ٱْلَر َح‬ ُ ً ‫ُۚ أَشدَّكمُ ِلت َبلغ َٰٓواُ ث َُّم طِ ف‬
َ ‫ل نخ ِرجكمُ ث َُّم ُّم‬
‫ل إِلَىَُٰٓ ي َر ُدُّ َّمن َو ِمنكم يت ََوفَّىُ َّمن َو ِمنكم‬ ُِ َ‫ل ٱلعم ُِر أَرذ‬ ُ َ ‫ض َوت ََرى ُۚ شَيـًٔا عِلمُ بَع ُِد مِ نُ يَعلَ َُم ِلكَي‬ َُ ‫فَإِذَُآَٰ هَامِ دَُة ً ٱْلَر‬
‫علَي َها أَنزَ لنَا‬
َ ‫ل مِن َوأَنبَت َتُ َو َربَتُ ٱهت ََّزتُ ٱل َما َٰٓ َُء‬
ُِ ‫يج زَ وجُ ك‬
ُ ‫بَ ِه‬

Artinya : ‘’ Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang


kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah
menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya
dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami
tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu
ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan
umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang
dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian
apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah
dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. ‘’Ayat
diatas menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dari bayi hingga
berkembang menjadi dewasa.

Keterlambatan bicara merupakan kondisi dimana anak kesulitan untuk


berbicara dengan jelas dan kurangnya pemahaman terhadap kosa kata yang
membuat anak tersebut berbeda perkembangan bicaranya dengan anak lain
seusianya. (Fitriani dkk, 2016).
Anak yang hanya menerima informasi tanpa proses interaksi sehingga
minimnya stimulasi dari lingkungan maka akan menyebabkan anak tidak
mengerti tentang pentingnya interaksi dengan orang lain dan lingkungan
karena sang anak mengira bahwa komunikasi yang biasa terjadi adalah
komunikasi satu arah. (Kemendikbud, 2020).
SDIDTK adalah kegiatan pemantauan perkembangan anak dengan
sasaran usia 1-3 tahun yang pelaksanaannya diperkuat melalui Permenkes No.
25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak dan Permenkes No. 66 Tahun
2014 yang menyatakan Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan melalui
aplikasi SDIDTK yang merupakan kegiatan pelayanan kesehatan yang
dilakukan terhadap bayi, anak balita, dan anak prasekolah yang ditujukan
untuk meningkatkan kualitas hidup anak. Didalam aplikasi SDIDTK terdapat
3 bentuk pemeriksaan yaitu Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan, Deteksi
Dini Penyimpangan Perkembangan, dan Deteksi Dini Penyimpangan Perilaku
Emosional dan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas. Aplikasi
SDIDTK sangat direkomendasikan untuk deteksi dini karena siapapun bisa
mendownload aplikasinya di smartphone android, sudah sering digunakan
untuk deteksi dini oleh tenaga kesehatan di Posyandu dan Puskesmas, serta
hasil deteksi dini bisa langsung diketahui setelah mengisi kuisioner.
Deteksi dan intervensi yang dilakukan sedini mungkin dapat
memperbaiki aspek emosi, sosial, kognisi, sehingga mendapatkan hasil yang
optimal. (Surya Hartanto, William, 2018).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Layanan Autis Surakarta,
ada 3 faktor penyebab anak memiliki gangguan dalam berbicara diantaranya
adalah kurangnya gizi dalam makanan yang dikonsumsi anak, kurangnya
stimulus yang berikan oleh orangtua, dan pola asuh yang tidak sesuai.
Kurangnya gizi dalam makanan bisa terjadi karena beberapa faktor
diantaranya kondisi keuangan keluarga yang kurang mampu, kurangnya
kesadaran orangtua tentang gizi yang dibutuhkan anak, dan kurangnya nafsu
makan pada anak. Selain itu, kesibukan orangtua bekerja mengakibatkan
kurangnya interaksi dan komunikasi dengan anak. Pola asuh yang tidak sesuai
juga mengakibatkan problem didalam tumbuh kembang anak.
Penelitian yang dilakukan oleh Trisha Sunderajan dan Sujata V
Kanhere (2019) dengan judul Speech and language delay and children:
Prevalence and risk factors menyebutkan bahwa ada 2 prevalensi penyebab
terjadinya gangguan bicara dan gangguan bahasa terhdap anak yaitu
dikarenakan adanya faktor medis dan faktor psiko-sosial. Faktor medis yang
ditemui adalah asfeksia lahir, kejang, deformitas oro-farming. Sedangkan
faktor psiko-sosial adalah pendidikan orangtua, kekerabatan, riwayat keluarga
lingkungan multi bahasa, dan stimulasi yang tidak memadai.
Berdasarkan data dari World Health Organization dalam penelitian
keterlambatan bahasa dan gangguan bahasa di Indonesia tahun 2014
berjumlah 9,54% dari jumlah seluruh populasi (Kemenkes, 2015).
Berdasarkan hasil dari penelitian Mardiana (2016) berjumlah 8,2%
anak usia toddler mengalami suspect pada perkembangan bicara dan bahasa
mereka.
Berdasarkan data dari Komnas Penanggulangan Gangguan
Pendengaran dan Ketulian (PGPKT) Indonesia tahun 2011 berjumlah 3-10%.
(Agus Widodo, 2018).
Perlunya kerjasama anak dan orangtua dalam menjalin komunikasi
yang baik dirumah sehingga menghasilkan lingkungan keluarga yang kondusif
serta cukup stimulus dan interaksi anak dengan lingkungan sekitarnya baik
adalah indikator keberhasilan komunikasi 2 arah.
Terdapat beberapa macam instrumen deteksi dini keterlambatan bicara
pada anak usia dini yaitu skrining dapat menggunakan instrumen yang dinilai
oleh orangtua, seperti ASQ (Ages and Stages Questionnaire), CDI
(Communicative Development Inventory), ITC (Infant-Toddler Checklist),
dan instrumen yang dinilai oleh tenaga medis terlatih, seperti Fluharty
Preschool Speech and Language Screening Test dan SKOLD (Screening Kit
of Language Development). CDI, ITC, dan SKOLD memiliki konsistensi serta
sensitivitas dan spesifisitas yang baik (≥70%) pada tiap tahapan usia. Salah
satu instrumen skrining yang akurat adalah Capute scales. Pengukuran secara
cepat aspek perkembangan akan membantu menegakkan diagnosis banding
sebagian besar kategori utama gangguan perkembangan masa bayi dan anak
usia dini.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk


melakukan deteksi dini terhadap keterlambatan bicara pada anak usia 1-3
tahun melalui aplikasi SDIDTK dan lembar skrining Capute Scale.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini apakah ada hubungan
penggunaan aplikasi SDIDTK dan lembar Capute Scales pada anak usia 1-
3 tahun yang mengalami keterlambatan bicara di Posyandu Balita Desa
Kajoran dan Posyandu Balita Desa Pasung.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum:
Penelitian ini bertujuan untuk deteksi dini keterlambatan bicara
anak usia 1-3 tahun melalui aplikasi SDIDTK dan skrining
menggunakan Capute Scales

2. Tujuan khusus:
a. Apakah ada hubungan penggunaan aplikasi SDIDTK dan lembar Capute
Scales pada anak usia 1-3 tahun yang mengalami keterlambatan bicara di
Posyandu Balita Desa Kajoran dan Posyandu Balita Desa Pasung.

b. Apakah ada perbedaan hubungan deteksi dini SDIDTK dan lembar


skrining Capute Scale terhadap deteksi dini keterlambatan bicara pada
anak usia 1-3 tahun di Posyandu Balita Desa Kajoran dan Posyandu
Balita Desa Pasung

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi kepada orang tua tentang cara deteksi dini
dan skrining melalui Capute Scales untuk memperkuat diagnosis speech
delay.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi orang tua anak
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
kepada orang tua mengenai cara deteksi dini keterlambatan
bicara.
b. Manfaat bagi peneliti
Dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan di
bidang penelitian keterlambatan bicara serta hal-hal lain yang
terkait ketelambatan bicara pada anak keterlambatan bicara
pada anak usia 1-3 tahun.
c. Manfaat bagi institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi
dan daftar pustaka dalam penelitian keterlambatan bicara pada
anak usia 1-3 tahun.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Tabel 1.2 Tinjauan Pustaka


No Tahun Judul Penulis Hasil Jenis
Penelitian
1 2016 Model Khoiriyah, Terdapat faktor Deskriptif
Pengembangan Ahmad, yang Kualitatif
Kecakapan Anizar, melatarbelakangi
Berbahasa Anak Fitriani, subjekterlambat
Yang Terlambat Dewi. dalam berbicara
Berbicara diantaranya: faktor
(Speech Delay) kecerdasan, jenis
disiplin orangtua,
posisi urutan anak,
anak kembar,
besarnya keluarga,
status ekonomi
sosial, ras,
penggunaan bahasa
kedua, gaya
bicara/model yang
ditiru, jenis
kelamin (sex),
hubungan keluarga,
dan kesehatan. Dari
keseluruhan faktor
tersebut, faktor
yang paling
signifikan yang
mempengaruhi
subjek terlambat
berbicarayaitu:
kecerdasan,
penggunaan bahasa
kedua, gaya
bicara/model yang
ditiru, hubungan
keluarga dan faktor
kesehatan
2 2018 Analisis Pola Rohmah, 1. Berdasarkan Cross
Asuh Orang Miftakhur, tabel 1 diketahui Sectional
Tua Dengan Astikasari, bahwa hampir
Keterlambatan Nita Dwi, setengah responden
Bicara Pada Weto, memiliki pola asuh
Anak Usia 3-5 Iriyanti. dalam kategori
Tahun permisif, yaitu 15
responden (46,9%).
2. Berdasarkan
tabel 2 diketahui
bahwa sebagian
besar responden
memiliki
keterlambatan
bicara dalam
kategori dicurigai
terlambat bicara,
yaitu 20 responden
(62,5%).
3. Tabulasi silang
menunjukkan
bahwa responden
memiliki pola asuh
permisif dengan
keterlambatan
bicara dalam
kategori dicurigai
terlambat bicara,
yaitu 13 responden
(40,6%)
3 2021 Yosrika Dari observasi yang Deskriptif
Efektivitas dilakukan pada Kualitatif
Deteksi Dini bulan Mei 2017 di
Gangguan Posyandu Anyelir,
Bahasa dan ditemukan bahwa
Bicara Di dalam
Posyandu melaksanakan
Anyelir dan tugasnya para kader
Posyandu Sekar di Posyandu ini
Asih Kota lebih banyak
Bandung melakukan
pemeriksaan pada
aspek pertumbuhan
saja, seperti
menimbang berat
badan, mengukur
lingkar kepala dan
tinggi badan.
Padahal,
perkembangan
anak seharusnya
juga
mempertimbangkan
beberapa aspek lain
diantaranya adalah
gerakan motorik
kasar, motorik
halus, pengamatan,
bicara, dan
sosialisasi
4 2021 Karakteristik Kurniasari, Pasien anak dengan Cross
Dasar Anak Anggun speech delay di Sectional
Dengan Speech Febry, Poli Tumbuh
Delay Di Poli Suryawan, Kembang RSUD
Tumbuh Ahmad, Dr. Soetomo
Kembang Utomo, Surabaya periode
RSUD DR. Budi. Januari 2017
SOETOMO hingga Desember
SURABAYA 2017 datang
Pada Periode dengan keluhan
Januari 2017 utama paling
Hingga banyak dengan
Desember 2017 keluhan belum bisa
bicara yaitu ada 27
orang anak
(42.2%), disusul
dengan keluhan
utama bicara belum
lancar yaitu 19
orang anak (29,7%)
dan dengan nilai
tengah umur anak
pada usia 33 bulan
yang merupakan
masa golden age
anak.

B. Landasan Teori
1. Deteksi Dini
Pengertian deteksi dini adalah pemantauan untuk
mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan dalam perkembangan
anak baik secara mental maupun perilaku dengan menggunakan
metode pengamatan perkembangan anak. (Ismail Djaihaar, 1996).
Deteksi dan intervensi yang dilakukan sedini mungkin dapat
mencegah dari efek yanng ditimbulkan sehingga kondisi anak
dapat dioptimalkan.
Tingkat-tingkat pelaksanaan deteksi dini penyimpangan
tumbuh kembang anak beserta cara penanganannya:

a. Tingkat keluarga/kelompok Bina Keluarga Balita (BKB):


- Tugas dan peran keluarga:
Memantau tumbuh kembang anak sesuai
kelompok umur dengan memanfaatkan sarana yang
ada, seperti: KMS balita (Kartu Menuju Sehat),
Kartu Kembang Anak, Kalender Tumbuh Kembang
Anak, melakukan stimulasi terhadap anak sesuai
dengan tingkat perkembangan anak, melaporkan
dan membahas tingkat perkembangan anak dengan
kader Posyandu/BKB, melaksanakan stimulasi
sesuai nasehat kader BKB/Posyandu dalam rangka
meningkatkan kemampuan anak.
- Tugas dan peran Kelompok BKB:
Memantau tumbuh kembang anak melalui
ibu balita pada setiap pertemuan kelompok dengan
menggunakan sarana yang ada, seperti 13 LS (lintas
sektor) balita, Kartu Kembang Anak, Kartu Asuh
Ibu, dll.), memberikan penyuluhan dan cara
stimulasi kepada ibu balita sesuai dengan kelompok
umur anak, melakukan rujukan bagi setiap anak
dengan penyimpangan tumbuh kembang.

Untuk melaksanakan tugas dan peran tersebut di atas,


diperlukan alat/instrumen yaitu:
- Keluarga:
Kalender Tumbuh Kembang Balita, Kartu
Menuju Sehat (KMS), Kartu Kembang Anak (KKA),
Buku pedoman Deteksi Dini Penyimpangan
Tumbuh Kembang Anak bagi keluarga.
- Kelompok BKB:
Alat Permainan Edukatif, Kartu Asuh Anak,
Kartu Kembang Anak, KMS Balita, Buku Paket
Penyuluhan BKB.

2. Pelaksanaan Kegiatan Deteksi Dini dan Intervensi


Penyimpangan Tumbuh Kembang di Tingkat Puskesmas
Tugas dan peran Puskesmas:
- Pelayanan Balita dan Anak Prasekolah (Apras):
a. Memantau dan mendeteksi dini setiap balita
yang berkunjung dan dirujuk dengan cara
mempelajari tumbuh kembangnya dalam Kartu
Menuju Sehat (KMS), melakukan pemeriksaan
antropometri dan mencatat pada grafik KMS,
melakukan deteksi dini dengan menggunakan
pedoman tumbuh kembang anak dan kartu
tumbuh kembang, menilai tumbuh kembang
anak secara individu.
b. Menegakkan diagnosa penyimpangan tumbuh
kembang balita dan apras yang berkunjung dan
dirujuk.
c. Melakukan intervensi pada kelainan/gangguan
dan masalah/penyimpangan tumbuh kembang
berupa intervensi pelayanan kesehatan sesuai
dengan pedoman program (ISPA, Diare,
Campak, Malaria, Anemia, Infeksi Telinga) dan
terhadap penyakit lainnya sesuai dengan buku
pedoman pengobatan dasar di Puskesmas serta
buku pedoman kerja Puskesmas.
Intervensi penyimpangan tumbuh kembang di tingkat
pelayanan dasar. Penanganan dalam penyimpangan tumbuh kembang
anak:
1. Penanganan langsung pada:
a. Kelambatan motorik kasar, gangguan bicara karena,
kurang latihan.
b. Gangguan motorik halus, sosialisasi yang kurang (anak
tak suka berkawan, suka mengganggu/menyerang
kawan).
c. Malnutrisi dan anemia diberikan makanan tambahan
dan sirup besi.
d. Anak dengan berat badan di atas batas normal perlu
diberi nasehat pemberian makanan seimbang.
e. Anak dengan kelainan khusus seperti: Muntah tanpa
gangguan organic, gangguan buang air besar, Cengeng
berlebihan, Penakut, Mengompol pada anak di atas 5
tahun, dan lain-lain.
f. Kasus-kasus, tersebut ditangani mengacu pada buku
pedoman pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas dan
rumah sakit.
2. Keterlambatan Bicara (Speech Delay):
a. Pengertian keterlambatan bicara/speech delay adalah
perkembangan bicara anak tidak sesuai dengan usianya,
bisa terlambat atau ada fase yang hilang. Keterlambatan
bicara bukanlah kondisi yang normal atau lazim terjadi,
terlambat bicara merupakan gejala awal dari
permasalahan kompleks yang ada pada tubuh anak
misalnya permasalahan pada pendengaran, neurologis,
retardasi mental, kelainan kromosom, gangguan emosi
dan perilaku lainnya.
b. Jenis-jenis keterlambatan berbicara pada anak usia dini
menurut Van Tiel(Tsuraya 2013),antara lain; (1)
Specific Language Impairment yaitu gangguan bahasa
disebabkan karena gangguan perkembangan itu sendiri,
tidak disebabkan karena gangguan sensoris,
gangguan neurologis dan gangguan kognitif
(intelegensi), (2) Speech and Language Expressive
Disorder yaitu anak mengalami gangguan pada ekspresi
bahasa, (3) Centrum Auditory Processing Disorder yaitu
gangguan bicara yang tidak disebabkan oleh organ
pendengarannya. Pendengarannya sendiri berada
dalam kondisi baik, namun mengalami kesulitan dalam
pemrosesan informasi di dalam otak, (4) Pure
Dysphatic Development yaitu gangguan
perkembangan bicara dan bahasa ekspresif yang
mempunyai kelemahan pada sistem fonetik, (5) Gifted
Visual Spatial Learner yaitu karakteristik gifted visual
spatial learner ini baik pada tumbuh kembangnya,
kepribadiannya, maupun karakteristik giftednessnya
sendiri, (6) Disynchronous Developmental yaitu
perkembangan seorang anak yang pada dasarnya
terdapat penyimpangan perkembangan serta ada
ketidaksinkronan faktor tumbuh kembang internal(ras,
keluarga, umur, jenis kelamin, genetik, dan kelainan
kromosom) dan faktor eksternal(pre-natal, natal, post-
natal).
c. Deteksi Dini Keterlambatan Bicara (speech delay)
Deteksi dini dan mengenali keterlambatan
berbicara pada anak sangat penting.
Usia 1-3 tahun termasuk dalam usia golden age
yang dimana pertumbuhan anak bisa sangat
dioptimalkan dengan baik dan jika terdapat
penyimpangan dalam pertumbuhan anak bisa
diefektifkan pengobatannya karena perkembangan anak
dalam usia golden age bersifat holistik yaitu jika
badannya sehat maka dapat berkembang optimal serta
cukup gizi dan diarahkan secara baik dan benar. (Dian
Vanagosi, 2016).
d. Gangguan Pemerolehan Bahasa pada Anak Usia 1-3
Tahun menurut Devianty,Rina (2016) antara lain
gangguan artikulasi yang disebabkan oleh gangguan
perkembangan dan biasanya gangguan ini akan hilang
seiring bertambahnya usia dan membiasakan melatih
menggunakan bahasa yang baik ban benar, gangguan
fonologis disebabkan oleh faktor usia yang
menyebabkan otot-otot yang digunakan untuk
berbicara(speech motor) belum berkembang dengan
sempurna seperti susunan gigi geligi, bentuk rahang,
lidah yang mungkin kaku,dan beberapa kasus juga
terjadi karena keterbelakangan mental dan gangguan
neurologis, dan gangguan dislogia yang disebabkan
oleh gangguan komunikasi psiko-sosial dan mental
intelektual biasanya ditemui pada anak yang menderita
autisme/hiperaktif.
e. Stimulus yang harus dilakukan menurut Yusuf
(2010:119) terdiri dari pemahaman apa yang diucapkan
lawan bicara, pengembangan banyaknya kata,
penyusunan kata menjadi kalimat yang baik, ucapan
dapat dipahami oleh lawan bicara. Bahwa bahasa yang
dimiliki anak secara bertahap akan berkembang sesuai
dengan stimulus yang dilakukan orangtua seiring
berjalannya waktu disertai konsistensi dalam pemberian
stimulus.
f. Faktor Resiko Keterlambatan Bicara (speech delay)
Dalam penelitian yang ditulis oleh Wenty (2011)
menyatakan bahwa hasil penelitian faktor tersebut
adalah Multilingual, model yang baik untuk ditiru,
kurang kesempatan untuk komunikasi, kurangnya
motivasi untuk berbicara, bimbingan, dorongan,
hubungan teman sebaya, kelahiran kembar, penyesuaian
diri, penggolongan dalam peran seks, jenis kelamin, dan
besarnya jumlah keluarga. Selain itu juga terdapat 3
faktor temuan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Istiqlal, Alfani Nurul (2021, yaitu faktor kebiasaan anak
dalam menonton televisi, sistem kakak-adik, serta
pengetahuan orang yang berada disekitar anak tersebut
yang kurang paham akan hambatan tersebut.
g. Pemeriksaan untuk Mendeteksi Keterlambatan Bicara
Salah satu instrumen skrining yang dapat secara
akurat menilai aspek-aspek perkembangan utama
termasuk komponen bahasa dan visual-motor adalah
Capute scales. Pengukuran secara cepat akan membantu
menegakkan diagnosis yang lebih kuat untuk gangguan
perkembangan masa bayi dan anak-anak usia dini
Capute scales terdiri dari 2 jenis pemeriksaan yaitu
cognitive adaptive test (CAT) dan clinical linguistic and
auditory milestone scale (CLAMS).
Pada CLAMS akan dinilai kemampuan bahasa
ekspresif dan reseptif anak; terdapat 43 milestones yang
terdiri dari 26 milestones gugus tugas bahasa ekspresif
(berdasarkan laporan orang tua saja) dan 17 milestones
gugus tugas bahasa reseptif (6 laporan orang tua dan 11
demonstrasi anak). Pada CAT terdapat 57 milestones
visual motor/kognitif adaptif yang harus dilakukan oleh
anak dan tidak berdasarkan keterangan/informasi dari
orang tua.
h. Pola Normal Perkembangan Bicara dan Bahasa Anak
Menurut Hartanto, William Surya (2018)
perkembannya adalah:
- Usia 1-6 bulan berkata ''ooh'', ''aah'', ''coo'' dalam
merespon suara/bunyi.
- Usia 6-9 bulan mulai bergumam.
- Usia 10-11 bulan menirukan suara seperti ''mama'',
''dada'', tanpa arti belum mengerti.
- Usia 12 bulan mengatakan ''mama'', ''dada'' sudah
mengerti arti. Sudah bisa menirukan 2-3 suku kata.
- Usia 13-15 bulan perbendaharaan 4-7 kata, hanya
<20% ucapan anak yang dimengerti orang lain.
- Usia 16-18 bulan perbendaharaan 10 kata, beberapa
echolalia, 20-25% ucapan anak yang dimengerti
orang lain.
- Usia 19-21 bulan perbendaharaan 20 kata, 50%
ucapan anak yang dimengerti orang lain.
- Usia 22-24 bulan perbendaharaan >50 kata, frase 2
kata, 60-70% ucapan anak yang dimengerti orang
lain.
- Usia 2-2,5 tahun perbendaharaan 400 kata,
menyebutkan nama, frase 2-3 kata, penggunaan kata
ganti, hilangnya echolalia, 75% ucapan anak yang
dimengerti orang lain.
- 2,5-3 tahun penggunaan bentuk jamak, mampu
menyebutkan jenis kelamin, usia, nama.

3. Anak Usia Dini


a. Pengertian anak usia dini
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional anak usia dini adalah anak yang sedang
berada rentang usia 0-6 tahun. Dalam masa ini anak sedang
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari segala
aspek perkembangannya.
Usia dini juga disebut sebagai masa peka terhadap segala
stimulus dari lingkungan sehingga dapat disebut masa golden age.
Diharapkan para orang tua memberikan stimulus baik dari internal
maupun eksternal untuk menghasilkan perkembangan yang optimal.
b. Karakteristik Anak Usia Dini
Mencakup perkembangan-perkembangan didalam
pertumbuhannya, meliputi:
- Perkembangan fisik seperti perubahan tinggi badan, berat badan,
postur tubuh, perkembangan bicara dan bahasa, dan perkembangan
motorik halus dan kasar pada anak.
- Perkembangan moral seperti pembelajaran yang menitikberatkan
pada aspek pendidikan disiplin serta patuh untuk menaati peraturan.
Pembelajaran moral dapat diberikan melalui
dongeng untuk membentuk kepribadian anak, nasihat yang baik
agar anak menaati apa yang diperintahkan, dan teguran apabila
melakukan kesalahan.
- Perilaku sosial seperti diperoleh anak melalui interaksi dengan
lingkungan dan masyarakat. Perkembangan sosial ini diperoleh
anak melalui kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai
stimulus dari lingkungannya.
- Perkembangan Kognitif menurut Peaget ada beberapa tahap
perkembangan kognitif yaitu tahap sensorimotorik (lahir-2 tahun),
tahap pra operasional (2-7 tahun), tahap operasi konkrit (7-11
tahun) dan tahap operasi vormal (11-16 tahun).
- Perkembangan Bahasa menurut (Madyawati, 2016: 41)
dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya dengan cara interaksi anak
dengan orang yang lebih dewasa untuk membantu peningkatan
kemampuan anak dalam berkomunikasi.
- Perkembangan Seni yaitu menghargai hasil karya orang lain bisa
dengan meniru sebuah lagu, musik, atau sebuah lukisan yang
dibuat oleh seniman.
C. Kerangka Berfikir

Gambar 1.1 Kerangka Berfikir

D. Hipotesis
a. Apakah ada hubungan penggunaan aplikasi SDIDTK dan lembar Capute
Scales pada anak usia 1-3 tahun yang mengalami keterlambatan bicara di
Posyandu Balita Desa Kajoran dan Posyandu Balita Desa Pasung.
b. Apakah ada perbedaan hubungan deteksi dini SDIDTK dan lembar
skrining Capute Scale terhadap deteksi dini keterlambatan bicara pada
anak usia 1-3 tahun di Posyandu Balita Desa Kajoran dan Posyandu
Balita Desa Pasung.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian ini menggunakan cross sectional yang bersifat
deskriptif analitik. Dengan demikian, peneliti dapat melakukan penelitian
secara menyeluruh dan melakukan pendekatan secara luas dan mendalam
kepada masyarakat.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Posyandu Balita Desa Pasung dan
Posyandu Balita Desa Kajoran Kabupaten Klaten.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan 15 - 23 Januari 2022.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah anak usia 1-3 tahun yang
berada di Posyandu Balita Desa Pasung dan Posyandu Balita Desa
Kajoran berjumlah 48 anak.
2. Sampel
- Teknik sampling
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini
adalah non- probability sampling dengan metode purposive
sampling. Pengambilan sampel dengan memilih subjek
berdasarkan karakteristik yang sudah ditentukan.
- Kriteria inklusi:
1. Responden anak berusia 1-3 tahun,
2. Responden mampu mengerti suatu perintah/instruksi.
3. Responden bersedia mengikuti penelitian hingga
akhir.
- Kriteria eksklusi:
1. Responden mengalami keterlambatan bicara
(speech delay) dan belum pernah dibawa ke tenaga
kesehatan terkait.
2. Usia anak diatas 3 tahun.
- Kriteria drop out:
Responden berhenti di tengah penelitian dan tidak
sanggup mengikuti penelitian hingga akhir dikarenakan tidak
bisa mengerti perintah/instruksi yang diberikan.
- Definisi Operasional Variabel adalah seperangkat petunjuk
yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan mengukur
suatu variabel atau konsep untuk menguji kesempurnaan.
Definisi operasional variabel ditemukan item-item yang
dituangkan dalam instrumen penelitian (Sugiyono, 2016).

Tabel 1.1 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Alat yang Hasil
Digunakan
1 Variabel Gangguan berbahasa Aplikasi SDIDTK Nominal
Dependen: merupakan dan skrining Capute
Keterlambatan keterlambatan dalam Scale
bicara (speech sektor bahasa yang (CAT/CLAMS)
delay). dialami oleh seorang
anak.
2 Variabel Anak yang sedang - -
Independen: Anak mengalami proses
usia 1-3 tahun. pertumbuhan dan
perkembangan dari
segala aspek
perkembangannya

D. Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data penelitian ini yaitu kuantitatif. Kuantitatif adalah
penelitian yang hasilnya berupa angka yang dapat digambarkan
melalui distribusi data.
2. Sumber Data
Data yang didapat dari penelitian ini adalah data primer
yang hasilnya sudah pasti valid karena didapatkan langsung
melalui observasi, deteksi dini dan skrining di lokasi penelitian
yaitu di Posyandu Balita Desa Pasung dan Posyandu Balita Desa
Kajoran di Kabupaten Klaten.
3. Teknik Pengumpulan Data
Hal yang dilakukan peneliti adalah datang ke lokasi
penelitian lalu melakukan perizinan kepada orang tua anak jika
bersedia maka langkah selanjutnya adalah mendata jumlah anak
yang berusia 1-3 tahun, nama anak, nama orang tua anak, jenis
kelamin, dan perkembangan pertumbuhan anak.
Kemudian peneliti membagikan lembar persetujuan
menjadi responden, informed consents, dan formulir data anak dan
orang tua. Lalu setelah mengisi lembar-lembar tersebut, peneliti
melakukan deteksi dini menggunakan aplikasi SDIDTK dan
skrining menggunakan Capute Scales (CAT/CLAMS).

E. Alur Penelitian
a. Tahap Persiapan
1) Observasi di lahan penelitian, menentukan populasi, dan
sampel penelitian.
2) Menyusun proposal penelitian.
3) Pengajuan ethical clearance.
4) Peneliti melakukan sidang seminar proposal.
5) Membuat perizinan ke Posyandu Balita Desa Pasung dan
Posyandu Balita Desa Kajoran Kabupaten Klaten yang
akan digunakan sebagai lokasi penelitian.
6) Meminta perizinan dan persetujuan dari orang tua anak
untuk dijadikan sampel penelitian.

b. Tahap Pelaksanaan
1) Mengelompokkan responden dalam kriteria inklusi dan
ekslusi
2) Melakukan deteksini dini melalui aplikasi SDIDTK dan
skrining menggunakan Capute Scale (CAT/CLAMS).

c. Tahap Penyelesaian
1) Peneliti mengolah data penelitian
2) Menyusun bab IV dan bab V dari penelitian yang sudah
dilakukan.
3) Peneliti melakukan sidang hasil skripsi.

F. Pengolahan Data
Setelah mendapatkan data-data penelitian maka langkah
selanjutnya adalah:
1) Melakukan finalisasi hasil deteksi dini melalui aplikasi SDIDTK.
2) Menghitung jumlah tanda kotak yang dapat dilewati responden dalam
Capute Scales (CAT/CLAMS) lalu hasilnya berupa angka dan deskripsi
gangguan bicara dan bahasa anak masuk kedalam kelainan yang mana.
G. Analisis Data
Data hasil wawancara dengan orang tua responden, deteksi dini
melalui aplikasi SDIDTK, dan skrining melalui Capute Scale
(CAT/CLAMS) dianalisis dengan mewawancarai para orang tua
responden terkait tingkat kepahaman dan persepsi terhadap item yang
diujikan dalam aplikasi SDIDTK dan Capute Scales serta hasil dari 2 alat
ukur tersebut. Analisis data menggunakan teknik deskriptif analitik
sebagai gambaran terhadap tingkat kepahaman orang tua responden dan
jika sudah selesai melakukan pemeriksaan maka hasilnya dikonsultasikan
dengan kader posyandu dan bidan desa setempat.
Setelah itu dilakukan analisis data, antara lain:

- Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran data dan


selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel dan dijelaskan secara
deskriptif.

- Analisa bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel


dependen dengan variabel independen, apakah mempunyai hubungan yang
memiliki pengaruh signifikan atau memiliki hubungan dengan hipotesa
baru. Uji hipotesis menggunakan uji Rank Spearman karena data yang
diperoleh dari penelitian ini bersifat tidak berdistribusi normal. Data
kemudian dijelaskan secara deskriptif dan setelah itu mencari nilai
koefisien korelasi. Data hasil uji Rank Spearman memiliki rentang nilai r=
0,00-0,20 = sangat lemah; 0,21- 0.40 = lemah; 0,41-0,70 = sangat kuat ;
0,91-0,99 = kuat sekali ; 1 = nilai korelasi sempurna.

- Uji normalitas

Uji normalitas sampel penelitian menggunakan uji Shapiro Wilk


Test untuk mengetahui data berdistribusi normal (p>0,05) atau
berdistribusi tidak normal (p<0,05).
- Uji Pengaruh

Uji pengaruh menggunakan analisis Pearson dengan cara menguji


variabel untuk mengukur keeratan hubungan variabel secara linier.
Korelasi dapat menghasilkan angka positif (+) dan negatif (-). Jika angka
korelasi positif berarti hubungan bersifat searah/variabel bebas memiliki
pengaruh yang besar, jika menghasilkan angka negatif berarti hubungan
bersifat tidak searah/variabel bebas memiliki pengaruh yang kecil.

H. Etika Penelitian
- Informed consent
Informed consent merupakan lembar persetujuan antara responden
dengan peneliti, sebagai bentuk persetujuan dan kesanggupan menjadi
subjek penelitian dari awal hingga penelitian selesai. Pengisian informed
consent dilakukan sebelum penelitian dimulai, sesuai dengan yang berada
di lampiran 1.
- Kalaikan etik
Pengajuan ethical clearance pada komite etik Fakultas Kedokteran
Universitas Muhamadiyah Surakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Widodo, Agus. (2018). Dampak Pengetahuan Akan Manfaat ASI Terhadap Kemampuan Bicara Pada Bayi
0-24 Minggu, 202.
https://doi.org/10.36341/jpm.v1i3.521
Taseman, dkk. (2020). Strategi Penanganan Gangguan (Speech Delay) Terhadap Interaksi Sosial Anak
Usia Dini di TK Negeri Pembina Surabaya,14-15.
https://doi.org/10.15642/jeced.v2i1.519
Khoiriyah., Ahmad, Anizar., Fitriani, Dewi. (2016). Model Pengembangan Kecakapan Berbahasa Anak
Yang Terlambat Berbicara (Speech Delay),39.
Hartanto, William Surya. (2018) Deteksi Keterlambatan Bicara dan Bahasa pada Anak,546.
Rohmah, Miftakhur., Astikasari, Ita Dwi, Weto Iriyanti. (2018). Analisis Pola Asuh Orang Tua Dengan
Keterlambatan Bicara Pada Anak Usia 3-5 Tahun, 34.
Kurniasari, Anggun Febry, Suryawan, Ahmad, Utomo Budi. (2021). Karakteristik Dasar Anak Dengan
Speech Delay Di Poli Tumbuh Kembang RSUD. DR. SOETOMO SURABAYA Pada Periode Januari
2017 Hingga Desember 2017, 104.
Yosrika. (2021). Efektivitas Deteksi Dini Gangguan Bahasa Dan Bicara di Posyandu Anyelir Dan
Posyandu Sekar Asih Kota Bandung, 99.
. https://doi.org/10.38215/jutek.v3i2.55
Fitriyani, Sumantri, Mohamad Syarif, Supena, Asep. (2019). Language development and social
emotions in children with speech delay: case study of 9-year-olds in elementary school, 25.
https://doi.org/10.29210/130600
Manalor, Loriana L, dkk. (2022). Gangguan Perkembangan Bicara dan Bahasa Pada Anak Usia 36 – 48
Bulan di Puskesmas Oebobo Kota Kupang Tahun 2019,5839.
http://dx.doi.org/10.36418/syntax-literate.v7i5.7086
Kurniati, Mulia, Nuryani. (2020). Pengaruh Sosial Media Youtube Terhadap Pemerolehan Bahasa Anak
Usia 3-4 Tahun (Studi Pada Anak Speech Delay),30-32.
Istiqlal, Alfani Nurul. (2021). Gangguan Keterlambatan Berbicara (Speech Delay) Pada Anak Usia 6
Tahun, 207-210.
Muslimat, Andi Filsah, Lukman, Hadrawi, Muhlis. (2020). Faktor dan Dampak Keterlambatan
Berbicara (Speech Delay) Terhadap Perilaku Anak Studi Kasus Anak Usia 3-5 Tahun: Kajian
Psikolinguistik,3-9.
https://doi.org/10.33648/alqiyam.v1i1.122
Puspita, Alvika Candra, dkk. (2019). Analisis Bahasa Lisan Pada Anak Keterlambatan Bicara
(speech delay) Usia 5 Tahun,155-158.
https://doi.org/10.15294/lingua.v15i2.17405

LAMPIRAN
Lampiran 1.

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Calon Responden Penelitian
Di Posyandu .......................
Dengan hormat,
Yang bertandatanan dibawah ini:
Nama :
NIM :

Sebagai peneliti dalam penelitian yang berjudul '' Deteksi Dini


Keterlambatan Bicara (speech delay) Pada Usia 1-3 Tahun " memohon
kesediaan orang tua anak untuk berpartisipasi menjadi responden. Penelitian ini
tidak bersifat mengikat dan berdasarkan kesukarelaan. Segala informasi dan data
yang peneliti peroleh akan dijamin kerahasiaannya.
Apabila anda berkenan untuk berpartisipasi sebagai responden, kami
mohon untuk mengisi formulir kesediaan menjadi responden yang telah kami
sediakan. Namun, jika anda tidak berpartisipasi menjadi responden anda tidak
perlu mengisi kuisioner ini.
Atas perhatian anda kami ucapkan terima kasih.
Klaten, … … …
Yang membuat pernyataan,

(……………………………)

Lampiran 2.

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Jenis kelamin :
Umur/ tanggal lahir :
Alamat :
Menyatakan bahwa bersedia menjadi subjek penelitian dari:
Nama : Ika Purwaningsih
NIM : J120190032
Prodi : S1 Fisioterapi

Setelah saya mendengarkan dan memahami penjelasan serta mekanisme


penelitian yang berjudul “Deteksi Dini Keterlambatan Bicara (speech delay)
Pada Anak Usia 1-3 Tahun”, saya bersedia berpartisipasi menjadi responden
dalam penelitian ini tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
Demikian surat ini saya sampaikan agar dapat digunakan semestinya.

Klaten, November 2022


Responden

(……………………………)

Lampiran 3.

DATA RESPONDEN

Posyandu Balita Desa...........


Tanggal :

A. Identitas Orang Tua


Nama :
Usia :
No. Telp :
Alamat :
Pekerjaan :

B. Identitas Anak
Nama anak :
Tanggal lahir :
Usia :
Jenis kelamin :
Anak ke :

Lampiran 4.

Pemeriksaan dalam aplikasi SDIDTK


Lalu pilih opsi Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Isi dengan jawaban “YA/TIDAK” sesuai respon anak dan klik “Lihat Hasil”
Maka, akan langsung muncul hasil skriningnya dengan kategori apa beserta
penjelasannya. Fokus untuk hasil bicara dan bahasa untuk mendeteksi
keterlambatan bicara pada anak/responden.
Lampiran 5.
Lembar skrining Capute Scales (CAT/CLAMS) untuk memperkuat
diagnosa serta deteksi yang lebih spesifik
Lampiran 6. Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan

Anda mungkin juga menyukai