Anda di halaman 1dari 121

Korelasi Intensitas Latihan (FITT), Kapasitas Vital Paru, dan Respon

Daya Tahan Kardiorespirasi dengan Kemampuan Daya Tahan


Renang Gaya Dada

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1


untuk memperoleh gelar Sarjana Olahraga
Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh
Erdiansyah Saputra
6211415022

JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
ABSTRAK

Erdiansyah Saputra. 2020. Korelasi Intensitas Latihan (FITT), Kapasitas Vital


Paru, dan Respon Daya Tahan Kardiorespirasi dengan Kemampuan Daya Tahan
Renang Gaya Dada. Skripsi Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang. Dosen Pembimbing Sugiarto, S.Si, M.Sc. AIFM.

Dalam menguasai kemampuan daya tahan renang gaya dada terdapat


faktor yang berkontribusi diantaranya tingkat kapasitas vital paru dan VO 2Max.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi intensitas latihan (FITT)
dengan kemampuan daya tahan renang gaya dada, korelasi kapasitas vital paru
dengan dengan kemampuan daya tahan renang gaya dada, serta korelasi
respon daya tahan kardiorespirasi dengan daya tahan renang gaya dada pada
atlet renang.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek


penelitian yang digunakan adalah atlet renang OCEAN kabupaten Kebumen
yang berjumlah 11 orang kemudian diberikan tes dan pengukuran pada masing-
masing sub variabelnya. Teknik analisis data menggunakan tes dan pengukuran
yaitu analisis uji koefisien korelasi, melalui uji prasyarat, uji normalitas dan uji
korelasi dengan menggunakan program SPSS 23.0.

Hasil uji korelasi pearson intensitas latihan (FITT) dengan kemampuan


daya tahan renang gaya dada memiliki korelasi pada kategori kuat, yaitu ρ =
0,782. Hasil uji korelasi pearson kapasitas vital dengan kemampuan daya tahan
renang gaya dada memiliki korelasi pada kategori yang sangat kuat, yaitu ρ =
0,811. Hasil uji korelasi pearson respon daya tahan kardiorespirasi dengan
kemampuan daya tahan renang gaya dada memiliki korelasi pada kategori yang
sangat kuat, yaitu ρ = 0,840. Dengan ini program latihan yang ada pada klub
OCEAN Kebumen pada masing-masing sub variabelnya sangat mempengaruhi
hasil aerobik atlet renang.

Simpulan hasil penelitian korelasi intensitas latihan (FITT) di klub OCEAN


tergolong sangat baik karena hasil dapat dilihat dari kemampuan daya tahan
renang gaya dada dengan menjalankan program latihan selama 2 bulan
disimpulkan ada pengaruh yang signifikan dikarenakan penelitian ini
memfokuskan pada intensitas latihan yang meningkat sesuai dalam program
latihan. Korelasi kapasitas vital paru dengan kemampuan daya tahan renang
gaya dada disimpulkan bahwa kapasitas vital paru yang besar, serta latihan yang
terprogram dapat meningkatkan kemampuan aerobik. Korelasi daya tahan
kardiorespirasi dengan kemampuan daya tahan renang gaya dada disimpulkan
bahwa daya tahan berenang yang baik pada seorang atlet akan membantu
menerapkan teknik renang secara maksimal, dan menyelesaikan pertandingan
dengan maksimal. Jadi Intensitas latihan (FITT) merupakan unsur terpenting
dalam pembentukan prestasi atlet renang.

Kata Kunci : FITT, Kapasitas Vital Paru, Kardiorespirasi, VO2Max, Renang


Gaya Dada

ii
ABSTRACT

Erdiansyah Saputra. 2020. Correlation of Exercise Intensity (FITT), Lung Vital


Capacity, and Cardiorespiratory Endurance Response with the Ability of
Endurance Swimming Breaststroke. Skripsi. Departement of Sport Science
Universitas Negeri Semarang. Faculty of Sport Science. Supervisor: Sugiarto,
S.Si, M.Sc. AIFM.

In mastering the ability of endurance breaststroke swimming there are


contributing factors including the vital lung capacity and VO2Max. This study
aims to determine the correlation of exercise intensity (FITT) with the ability of
endurance swimming breaststroke, correlation of vital lung capacity with the
ability to endure breaststroke swimming, and cardiorespiration endurance
response to improve chest endurance swimming abilities in swimming athletes.

This type of research is a quantitative descriptive study. The research


subjects used were OCEAN Kebumen regency swimming athletes totaling 11
people then were given tests and measurements on each of the sub variables.
Data analysis techniques using tests and measurements, namely the analysis of
the correlation coefficient test, through the prerequisite test, normality test and
correlation test using the SPSS 23.0 program.

Pearson correlation test results of exercise intensity (FITT) with the ability
of endurance breaststroke swimming have a correlation in the strong category,
namely ρ = 0.782, paired sample t test results with a value of 0,000 <0.05, it can
be concluded from the two variables there are differences in the average average
results at pretest and posttest which showed an increase. A good endurance
athlete will be able to apply the technique correctly and well, with good
endurance capabilities to help athletes achieve easier achievements. So the
endurance ability of a good athlete will be able to perform, and finish the game to
the maximum. With this the existing training program at the club OCEAN
Kebumen on each of its sub-variables greatly affects the aerobic results of
swimming athletes.

The conclusions of the results of the exercise intensity correlation


research (FITT) at the OCEAN club are classified as very good because the
results can be seen from the endurance ability of the breaststroke swimming by
running the exercise program for 10 weeks concluded that there was a significant
effect because this study focused on increasing exercise intensity according to
the program practice. Correlation of lung vital capacity with the ability of
endurance swimming breaststroke concluded that a large lung vital capacity, as
well as programmed exercise can increase aerobic ability. Correlation of
cardiorespiration endurance with swimming endurance capabilities of
breaststroke disintegration of good swimming endurance in athletes will help
implement maximum swimming techniques, and complete the match to the
maximum. So vital lung capacity and VO2Max are the most important elements
in the formation of swimming athlete achievements.

Keywords: FITT, Lung Vital Capacity, Cardiorespiration, VO2Max,


Swimming Breaststroke

iii
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, Saya :

Nama : Erdiansyah Saputra

NIM : 6211415022

Jurusan/Prodi : Ilmu Keolahragaan

Fakultas : Ilmu Keolahragaan

Judul Skripsi : Korelasi Intensitas Latihan (FITT), Kapasitas Vital Paru, dan

Respon Daya Tahan Kardiorespirasi dengan Kemampuan Daya

Tahan Renang Gaya Dada.

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini hasil karya saya

sendiri dan tidak menjiplak (plagiat) karya ilmiah orang lain, baik seluruhnya

maupun sebagian. Bagian tulisan dalam skripsi ini yang merupakan kutipan dari

karya ahli atau orang lain, telah diberi penjelasan sumbernya sesuai dengan tata

cara pengutipan.

Apabila pernyataan saya ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi

akademik dari Universitas Negeri Semarang dan sanksi hukuman sesuai yang

berlaku diwilayah Republik Indonesia.

Semarang, 20 Januari 2020

Yang menyatakan

Erdiansyah Saputra
NIM. 6211415022

iv
PERSETUJUAN

Skripsi ini telah di setujui oleh Dosen pembimbing untuk diajukan sidang. Panitia

Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negreri Semarang.

Nama : Erdiansyah Saputra

NIM : 6211415022

Judul Skripsi : Korelasi Intensitas Latihan (FITT), Kapasitas Vital Paru, dan

Respon Daya Tahan Kardiorespirasi dengan Kemampuan Daya

Tahan Renang Gaya Dada.

Pada hari :

Tanggal :

Mengetahui, Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Keolahragaan Dosen Pembimbing

Sugiarto, S.Si, M.Sc. AIFM. Sugiarto, S.Si, M.Sc. AIFM.


NIP. 198012242006041001 NIP. 198012242006041001

v
PENGESAHAN

Skripsi atas nama Erdiansyah Saputra NIM 6211415022 Program Studi Ilmu

Keolahragaan Judul Korelasi Intensitas Latihan (FITT), Kapasitas Vital Paru, dan

Respon Daya Tahan Kardiorespirasi dengan Kemampuan Daya Tahan Renang

Gaya Dada telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Jum‟at

Tanggal : 7 Februari 2020

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd. Mohammad Arif Ali, S.Si., M.Sc.
NIP. 196103201984032001 NIP. 198812312015041002

Dewan Penguji

1. Drs. Sahri, M.Kes. (Ketua)


NIP. 196805271993031002

2. Fajar Awang Irawan, S.Si., M.Pd. Ph. D. (Anggota)


NIP. 198405062010121003

3. Sugiarto, S.Si., M.Sc. AIFM. (Anggota)


NIP. 198012242006041001

vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 “Mencari ilmu seperti ibadah, mengungkapkannya bagaikan bertasbih,

penelitiannya bagaikan berjihad, mengejarnya seperti sedekah, dan

memikirkannya bagaikan berpuasa.” (Ibnu adz bin jabbal).

 “Untuk mencapai kesuksesan, kita jangan hanya bertindak, tapi juga perlu

bermimpi, jangan hanya berencana, tapi juga perlu untuk percaya.” (Anatole

France).

 “Walau layar robek, biar kemudi patah, lebih baik tenggelam, dari pada putar

haluan.” (Penulis).

PERSEMBAHAN:

Skripsi ini saya persembahkan kepada:


1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada saya.
2. Trimakasih pada orang tua saya yang telah
memberikan segalanya untuk saya selalu
mendoakan, menyemangati, dan mendukung
dengan ikhlas dari awal studi sampai saat ini.
3. Dosen-dosen FIK, terimakasih atas doa dan
bimbingannya.
4. Sahabat-sahabat terbaik saya yang selalu
mendukung dan memotivasi dalam penyelesaian
skripsi ini.
5. Teman-teman IKOR 2015.
6. Almamater FIK UNNES.

vii
PRAKATA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul ”Korelasi Intensitas Latihan (FITT), Kapasitas Vital Paru, dan Respon

Daya Tahan Kardiorespirasi dengan Kemampuan Daya Tahan Renang Gaya

Dada”. Penulis menyadari banyak kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi

ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang

timbul dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang

sedalam-dalamnya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang memberikan kesempatan

kepada penulis menjadi mahasiswa UNNES.

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan yang telah memberikan ijin dan

kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua jurusan Ilmu Keolahragaan, yang telah memberikan dorongan dan

semangat serta memberikan ijin penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Sugiarto. S.Si., M.Sc. AIFM. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan petunjuk, dorongan dan motivasi sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen jurusan Ilmu Keolahragaan atas bekal ilmu

pengetahuan yang diberikan selama di bangku perkuliahan.

6. Ocean Swimming Club Kebumen atas ijin penelitian yang telah diberikan.

7. Keluarga di rumah yang telah merawat saya dari kecil, menyekolahkan

saya sampai mendapatkan gelar sarjana dan terimakasih doanya, dan

motivasinya.

viii
8. Teman-temanku Syukron Maulana Huda, Bagus Nugroho, Khafid Irkham,

Luklua Firdausia, Salsabila Firdausia yang telah mambantu dalam

pengambilan data penelitian, memberikan arahan, dan bantuan dalam

penulisan skripsi ini.

9. Teman-temanku mahasiswa FIK UNNES angkatan 2015 atas doa,

bantuan, kerjasama, dan motivasinya dalam penyusunan skripsi.

Semoga Allah SWT selalu memberikan barokah dan anugerah yang terbaik atas

jasa Bapak/Ibu/Saudara sekalian. Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah

berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih ada kekurangan karena keterbatasan penulis, dengan segala kerendahan

hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi penulis

pada khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Semarang, 20 Januari 2020

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
ABSTRACT ........................................................................................................ iii
PERNYATAAN ................................................................................................... iv
PERSETUJUAN .................................................................................................. v
PENGESAHAN ................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vii
PRAKATA ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar belakang ................................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................ 7
1.3 Pembatasan Masalah ...................................................................... 7
1.4 Rumusan Masalah .......................................................................... 8
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................ 8
1.6 Manfaat Penelitian........................................................................... 9

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR ............................... 10


2.1 Landasan Teori ............................................................................. 10
2.1.1 Frequency, Intensity, Type, Time (FITT)........................................ 10
2.1.2 Kapasitas Vital Paru ...................................................................... 14
2.1.2.1 Pengertian Kapasitas Vital Paru .................................................... 14
2.1.2.2 Volume dan Kapasitas Paru .......................................................... 16
2.1.2.3 Pengukuran Kapasitas Vital Paru .................................................. 18
2.1.2.4 Pernafasan .................................................................................... 19
2.1.2.5 Paru-Paru...................................................................................... 23
2.1.3 Daya Tahan Kardiorespirasi .......................................................... 25
2.1.4 Pengertian VO2Max ....................................................................... 29
2.1.4.1 Faktor Penentu VO2Max................................................................ 29
2.1.4.2 Cara mengukur kemampuan VO2Max ........................................... 31
2.1.5 Renang ......................................................................................... 34
2.1.6 Kapasitas Vital Paru dengan VO2Max ........................................... 36
2.1.7 Daya Tahan dengan VO2Max ........................................................ 38
2.2 Kerangka Berpikir .......................................................................... 38

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 42


3.1 Jenis Penelitian ............................................................................. 42
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................. 42
3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel Penelitian .......... 43
3.3.1 Populasi Penelitian ........................................................................ 43
3.3.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel Penelitian ......................... 43
3.4 Instrumen Penelitian...................................................................... 44
3.4.1 Pengukuran Intensitas Latihan (FITT) ........................................... 45
3.4.2 Multistage Fitness Tes (Bleep Test) .............................................. 45
3.4.3 Pengukuran kapasitas vital paru.................................................... 46
3.5 Prosedur Penelitian ....................................................................... 47
3.6 Teknik Analisis Data ...................................................................... 48
3.6.1 Uji Prasyarat.................................................................................. 48
3.6.2 Analisis Korelasi ............................................................................ 49
3.6.3 Analisis Beda T-Test .................................................................... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 51


4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 51
4.1.1 Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................... 51
4.1.2 Karakteristik Sampel ..................................................................... 51
4.1.3 Descriptive Statistics ..................................................................... 52
4.1.3.1 Uji Normalitas ................................................................................ 53
4.1.4 Analisis Data ................................................................................. 54
4.1.4.1 Analisis Korelasi ............................................................................ 54
4.1.4.2 Analisis Beda T-Test ..................................................................... 57
4.2 Pembahasan ................................................................................. 59
4.2.1 Hasil Analisis Deskriptif ................................................................. 59

xi
4.2.2 Korelasi Intensitas Latihan (FITT) dengan Kemampuan Daya Tahan
Renang Gaya Dada....................................................................... 60
4.2.3 Korelasi Kapasitas Vital Paru dengan Kemampuan Daya Tahan
Renang Gaya Dada....................................................................... 61
4.2.4 Respon Daya Tahan Kardiorespirasi dengan Kemampuan Daya
Tahan Renang Gaya Dada............................................................ 62
4.3 Keterbatasan Penelitian ................................................................ 63

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 64


5.1 Simpulan ....................................................................................... 64
5.2 Saran ............................................................................................ 65

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 66
LAMPIRAN ........................................................................................................ 70

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rata-rata Volume dan Kapasitas Paru ........................................................... 16


2. Norma Penilaian Kapasitas Vital Paru (satuan: L/BTPS) ............................... 19
3. Norma penilaian VO2Max umur 15-19 tahun menurut Brianmac .................... 34
4. Pedoman Pemberian Interpretasi Koefesien Korelasi .................................... 49
5. Deskriptif Statistik .......................................................................................... 52
6. Uji Normalitas Data ........................................................................................ 53
7. Analisis Korelasi Intensitas Latihan (FITT) dengan Kemampuan Daya Tahan
Renang Gaya Dada Pretest dan Posttest ...................................................... 54
8. Analisis Korelasi Kapasitas Vital Paru dengan Kemampuan Daya Tahan
Renang Gaya Dada ...................................................................................... 55
9. Analisis Korelasi Respon Daya Tahan Kardiorespirasi dengan Kemampuan
Daya Tahan Renang Gaya Dada .................................................................. 56
10. Analisis Perbedaan Kapasitas Vital Paru Pretest dan Posttest .................... 57
11. Analisis Perbedaan VO2Max Pretest dan Posttest ....................................... 58
12. Analisis Perbedaan Daya Tahan Renang Pretest dan Posttest .................... 58
13. Deskripsi hasil tes peningkatan kemampuan daya tahan renang gaya dada
dengan program latihan (FITT)...................................................................... 59

xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman

1. Spirometer Riester ......................................................................................... 18


2. Irisan Wajah, dan Leher ................................................................................. 21
3. Larinx, Trakhea Dan Bronkhi, Beserta Cabang-cabangnya ........................... 22
4. Batas Lobus Paru-Paru.................................................................................. 23
5. Kedudukan Paru Di Dalam Rongga ............................................................... 24
6. Bagan Kerangka Berpikir ............................................................................... 41

xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman

1. Surat Usulan Dosen Pembimbing .................................................................. 70


2. Surat Penetapan Dosen Pembimbing ............................................................ 71
3. Surat Ijin Penelitian ........................................................................................ 72
4. Surat Ijin Penelitian Kolam ............................................................................. 73
5. Surat Kelaikan Etik Penelitian ........................................................................ 74
6. Lembar Penjelasan dan Pernyataan Kesediaan ........................................... 75
7. Periodisasi Latihan ........................................................................................ 88
8. Data Hasil Penelitian...................................................................................... 90
9. Analisis Data Penelitian Hasil SPSS ............................................................. 92
10. Tabel Penilaian MFT .................................................................................... 95
11. Form MFT .................................................................................................. 100
12. Dokumentasi Penelitian ............................................................................. 101

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Latihan merupakan sebuah upaya untuk memelihara maupun

meningkatkan kondisi dan kemampuan komponen tubuh secara sistematis.

Latihan dapat didefinisikan sebagai olahraga secara sistematis yang dilakukan

berulang-ulang dalam jangka waktu lama disertai dengan peningkatan beban

secara bertahap dan terus-menerus sesuai dengan kemampuan masing-masing

individu, (Palar, et al., 2015). Dengan beban latihan yang sistematis, maka akan

timbul respon terhadap kestabilan tubuh. Dosis atau takaran beban latihan yang

diberikan secara sistematis, akan menimbulkan respon tubuh untuk dapat

beradaptasi yang bertujuan menjaga keseimbangan agar tetap stabil atau

disebut juga dengan istilah homeostatis, (Sugiharto, 2003).

Intensitas latihan merupakan kualitas yang menunjukan berat ringannya

latihan, seberapa keras suatu aktivitas dilakukan. Biasanya diklasifikasikan

menjadi intensitas rendah, sedang, dan tinggi. Dimana dalam penelitian ini atlet

renang selalu diberi program latihan dalam satu minggu atlet renang berlatih

sebanyak 5 kali . Latihan dilaksanakan tiap sore pada hari senin, selasa, kamis,

sabtu, dan minggu. Untuk hari rabu, dan jum‟at digunakan untuk istirahat.

Program latihan yang dilaksanakan sesuai dengan standar latihan, yaitu

diterapkan menggunakan bentuk latihan FITT (Frequency, Intensity, Type, Time).

Intensitas latihan yang diterapkan setiap minggu kian meningkat. Latihan

difokuskan pada sore hari karena para atlet renang saat pagi melakukan aktivitas

belajar. Program latihan adalah pedoman latihan yang direncanakan menuju


2

penampilan yang terbaik pada sebuah kompetisi, penampilan puncak yang

diharapkan adalah meningkatkan prestasi atau penampilan seorang atlet dengan

memaksimalkan adaptasi fisiologis, program latihan memiliki target sasaran agar

proses latihan yang berlangsung dalam angka panjang maupun jangka pendek

dapat terlaksana dengan baik. Dalam program latihan harus dapat meningkatkan

kondisi fisik para atlet dengan latihan yang ringan sampai dengan latihan yang

berat secara periodik dan continue. Dengan latihan ini dituntut kerja keras dan

kerjasama yang baik antara atlet renang dan pelatih. Sehingga dapat

memberikan kontribusi yang optimal dalam peningkatan kondisi fisik atlet renang

OCEAN Kebumen.

Kapasitas vital yaitu jumlah udara terbesar yang dapat diinspirasikan

setelah udara inspirasi maksimal, (Pearce & Evelyn, 2009). Kapasitas vital paru

sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume alur nafas dan

volume cadangan ekspirasi ini adalah jumlah maksimum yang dapat dikeluarkan

seseorang dari paru setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum,

(Guyton & Hall, 2008). Volume udara dalam paru dapat dibagi dalam volume dan

kapasitas paru yang dapat diukur secara langsung dengan spirometer dan

secara tidak langsung dengan teknik difusi gas. Pada waktu pernafasan normal,

volume udara yang memasuki paru pada waktu inspirasi dan meningkatkan paru

pada waktu ekshalasi disebut volume tidal (VT). Jumlah seluruh udara inhalasi

yang diukur dalam satu menit adalah volume inspirasi semenit (VI) dan jumlah

seluruh udara ekshalasi yang diukur dalam satu menit disebut (VE). Volume

udara maksimal yang dapat di inshalasi dari akhir adalah volume inspirasi ( IRV).

Jumlah volume tidal dan volume cadangan inspirasi menghasilkan kapasitas


3

inspirasi. Ini didapat dari volume inhalasi maksimal yang berasal dari akhir

volume tidal ekspirasi dalam keadaan istirahat.

Kapasitas vital sangat berperan besar dalam cabang olahraga renang

sebab untuk mengetahui seberapa besar pengambilan oksigen ke dalam tubuh

pada atlet renang, sehingga dapat menentukan program latihan yang ideal untuk

dapat meningkatkan kondisi fisik. Dengan kondisi fisik yang bagus maka akan

menghasilkan atlet-atlet renang yang bagus pula pada klub OCEAN. Seseorang

akan mempunyai kapasitas vital paru yang besar pada atlet terlatih misalnya

perenang, pembalap sepeda, pelari dan cabang jenis olahraga aerobik, (Tjaliek,

2002). Tingkat kapasitas vital paru dan VO2Max disinyalir mempunyai kontribusi,

seseorang yang mempunyai tingkat daya tahan yang baik akan dapat

melaksanakan tugas sehari-hari secara efektif dan efisien dalam waktu yang

relatif lama tanpa mengalami kelelahan.

Manusia memiliki daya tahan, kekuatan dan kesehatan yang berbeda,

pada prinsipnya manusia ada yang memiliki daya tahan yang kuat dan ada juga

yang memiliki daya tahan yang lemah, keadaan ini akan mempengaruhi manusia

untuk melakukan aktivitas yang berat maupun ringan. Ketahanan fisik yang baik

adalah kemampuan maksimal dalam memenuhi konsumsi oksigen yang ditandai

dengan tingkat volume oksigen maksimal (VO2Max). VO2Max adalah jumlah

maksimum oksigen, yang dapat digunakan dalam satu menit per kilogram berat

badan. Orang yang kebugarannya baik mempunyai nilai VO2Max yang lebih

tinggi dan dapat melakukan aktivitas lebih kuat dari pada mereka yang tidak

dalam kondisi baik, (Snell, et al., 2007).

Menurut Guyton dan Hall dalam Giri Wiarto (2015) VO2Max adalah

kecepatan pemakaian oksigen dalam metabolisme aerobik maksimum. VO2Max


4

merupakan daya tangkap aerobik maksimal menggambarkan jumlah oksigen

maksimum yang dikonsumsi per satuan waktu oleh seseorang selama latihan

atau tes, dengan latihan yang makin lama makin berat sampai kelelahan,

ukurannya disebut VO2Max. VO2Max ini adalah suatu tingkatan kemampuan

tubuh yang dinyatakan dalam liter per menit atau milliliter/menit/kg berat badan.

Setiap sel dalam tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk mengubah

makanan menjadi ATP (adenosine triphosphate) yang siap dipakai untuk kerja

tiap sel yang paling sedikit mengkonsumsi oksigen adalah otot dalam keadaan

istirahat. Sel otot yang berkontraksi membutuhkan banyak ATP. Akibatnya otot

yang dipakai dalam latihan membutuhkan lebih banyak oksigen dan

menghasilkan CO2. Untuk meningkatkan VO2Max program latihan harus dapat

dilakukan secara cermat, sistematis, teratur dan selalu meningkat, mengikuti

prinsip-prinsip serta metode latihan dengan intensitas yang akurat (FITT) agar

tercapai tujuan yang diharapkan.

Daya tahan yang baik seorang atlet renang akan mampu mengatasi dan

siap menghadapi pertandingan, oleh karena itu atlet dapat berfikir dengan daya

pikir yang tinggi, pola pikir yang kreatif dan konsentrasi yang tinggi. Sehingga

dalam mengeluarkan kemampuan teknik berenang yang dimiliki, dapat berjalan

dengan baik dan optimal. Berdasarkan hal tersebut, maka daya tahan

mempunyai peran yang dominan dalam penampilan seorang perenang. Terdapat

5 komponen utama dari kebugaran yang berhubungan kesehatan yang harus

diperhatikan yaitu: daya tahan kardiorespirasi, kekuatan otot, daya tahan otot,

kelentukan, dan komposisi tubuh. Dari kelima komponen tersebut komponen

yang terpenting adalah daya tahan kardiorespirasi yaitu: kemampuan dari

jantung, paru-paru, pembuluh darah, dan grup otot-otot yang besar untuk
5

melakukan latihan-latihan yang keras dalam jangka waktu yang lama, (Brian J.

Sharkey, 2003)

Daya tahan merupakan faktor fisik yang sangat penting, yang

menentukan prestasi seorang atlet, karena daya tahan yang baik seorang atlet

akan mampu menerapkan teknik dan taktik secara maksimal, sehingga dengan

kemampuan daya tahan yang prima kesempatan untuk meraih prestasi akan

lebih mudah. Faktor utama keberhasilan dalam latihan dan pertandingan

olahraga dipengaruhi oleh tingkat kemampuan ketahanan olahragawan, jadi

kemampuan ketahanan seseorang yang baik akan mampu melakukan

pekerjaannya dengan maksimal, (Billat V L, et al.,2000)

Untuk menjadi atlet berprestasi maka seorang atlet harus melakukan

latihan secara sistematis, berkesinambungan dan sungguh-sungguh. Atlet

renang merupakan salah satu dari sebagian besar kelompok atlet yang ada di

Indonesia, sedangkan Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang

memiliki potensi untuk mencetak bibit-bibit atlet berbakat. Salah satunya adalah

cabang olahraga renang. Renang adalah suatu kegiatan positif yang bisa dipakai

untuk mengendalikan seorang jauh dari aktivitas yang kurang baik, dengan

dibiasakannya beraktivitas yang baik seperti berenang dan belajar supaya

memiliki tanggung jawab atas apa yang mereka dapatkan di saat latihan

berenang. Berenang adalah aktivitas fisik yang dilakukan dengan gerakan

terkoordinasi untuk berpindah dari satu titik ke titik lain yang menggunakan air

sebagai media berpindahnya.

Renang merupakan olahraga sejak manusia ada di muka bumi. Renang

digemari oleh anak-anak sampai orang dewasa, pelaksanaannya mudah, murah

dan aman. Renang dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan


6

kesegaran jasmani. Gaya renang, baik dalam pendidikan jasmani ataupun

prestasi ada 4, yaitu; 1) Renang gaya bebas, 2) Renang gaya punggung, 3)

Renang gaya dada dan 4) Renang gaya kupu-kupu.

Ditinjau dari manfaatnya renang merupakan salah satu olahraga yang

dapat di gunakan sebagai olahraga prestasi, rekreasi, edukasi, rehabilitasi, dan

penyelamatan diri. Renang sebagai olahraga prestasi menunjukan

perkembangan yang cukup pesat, karena hampir di setiap daerah di Indonesia

terdapat klub-klub renang yang berupaya untuk membina dan mengembangkan

renang sebagai olahraga prestasi. Saat berenang organ yang paling berperan

adalah jantung dan paru-paru, dimana jantung akan berdetak cepat dengan

frekuensi pernafasan meningkat disertai kerja cepat paru-paru. Kemampuan

paru-paru untuk menampung oksigen sebanyak-banyaknya dan digunakan

secara tepat dalam jangka waktu yang lama sangat dibutuhkan untuk seorang

perenang, karena paru-paru sebagai alat pernapasan untuk memenuhi

kebutuhan oksigen dalam tubuh dan bahan bakar untuk menghasilkan energi.

Gaya dada merupakan gaya yang memakan sedikit tenaga karena tangan

bergerak dalam air dan daya apung alami menjaga agar tubuh tetap mengapung.

Gaya yang memerlukan sangat sedikit tenaga ini akan menjadi faktor penyelamat

bila berenang untuk jarak yang sangat jauh. Gaya dada juga memungkinkan

untuk melihat kearah mana berenang. Gaya dada memberikan suatu cara yang

paling mudah agar kepala tetap terangkat diatas permukaan air sewaktu

berenang dalam posisi telungkup.

Menurut UU RI No.3 (2005) menjelaskan olahraga adalah segala

kegiatan yang sistematis untuk mendorong membina serta mengembangkan

potensi jasmani, rohani, dan mental. Tujuan keolahragaan nasional yang


7

terdapat dalam UU RI No.3 (2005) pasal 4 yang berbunyi “Keolahragaan

Nasional bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan

kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak

mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan

bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat,

dan kehormatan bangsa”. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti

tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Korelasi Intensitas Latihan

(FITT), Kapasitas Vital Paru, dan Respon Daya Tahan Kardiorespirasi

dengan Kemampuan Daya Tahan Renang Gaya Dada”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di atas dapat di

identifikasikan masalah sebagai berikut :

1.2.1 Intensitas latihan (FITT) atlet renang yang kurang terprogram.

1.2.2 Atlet renang masih sedikit yang berpartisipasi atau lolos seleksi dalam

kejuaraan ditingkat daerah maupun nasional.

1.2.3 Atlet renang terlihat kurang menguasai daya tahan berenang yang baik.

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini antara lain:

1.3.1 Penelitian ini memfokuskan pada survei tingkat intensitas latihan (FITT)

pretest dan posttest atlet renang.

1.3.2 Penelitian ini memfokuskan pada survei tingkat kemampuan kapasitas

vital paru dengan kemampuan daya tahan renang gaya dada.

1.3.3 Penelitian ini memfokuskan pada survei tingkat respon daya tahan

kardiorespirasi dengan kemampuan daya tahan renang gaya dada.


8

1.4 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian, dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1.4.1 Bagaimana korelasi intensitas latihan (FITT) dengan kemampuan daya

tahan renang gaya dada atlet renang ?

1.4.2 Bagaimana korelasi kapasitas vital paru dengan kemampuan daya tahan

renang gaya dada atlet renang ?

1.4.3 Bagaimana respon daya tahan kardiorespirasi dengan kemampuan daya

tahan renang gaya dada atlet renang ?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas tujuan diadakannya penelitian ini

adalah untuk:

1.5.1 Mengetahui korelasi intensitas latihan (FITT) dengan kemampuan daya

tahan renang gaya dada atlet renang.

1.5.2 Mengetahui korelasi kapasitas vital paru dengan kemampuan daya tahan

renang gaya dada atlet renang.

1.5.3 Mengetahui respon daya tahan kardiorespirasi dengan kemampuan daya

tahan renang gaya dada atlet renang.


9

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

Dapat menunjukan bukti-bukti secara ilmiah tentang kondisi daya

tahan atlet renang OCEAN kabupaten Kebumen, sehingga dapat menjadi

sumber informasi dan pengetahuan sebagai bahan perbandingan dalam

penelitian selanjutnya pada topik yang relevan dengan penelitian ini.

1.6.2 Manfaat Praktis

Dapat memberikan informasi kepada pelatih renang sehingga dapat

dijadikan sebagai pertimbangan untuk penyempurnaan dan perbaikan

program intensitas latihan (FITT), latihan daya tahan perenang khususnya

terkait peningkatan kapasitas paru dan VO2Max atlet renang OCEAN

kabupaten Kebumen dan sebagai salah satu tolak ukur untuk membantu

meningkatkan kondisi daya tahan, dan dapat memberikan informasi

kepada atlet renang OCEAN kabupaten Kebumen tentang pentingnya

daya tahan dalam usaha peningkatan daya tahan renang gaya dada.
BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Frequency, Intensity, Type, Time (FITT)

Latihan didefinisikan sebagai aktivitas olahraga secara sistematis yang

dilakukan berulang-ulang dalam jangka waktu lama disertai dengan peningkatan

beban secara bertahap dan terus-menerus sesuai dengan kemampuan masing-

masing individu, tujuannya adalah untuk membentuk dan mengembangkan

fungsi fisiologis dan psikologis, (Palar, et. al., 2015). Latihan fisik sendiri berbeda

dengan aktivitas fisik. Latihan fisik adalah suatu proses dimana gerak jasmani

tubuh mampu memperkembangkan aktivitas olahraga secara sistematis dan

ditingkatkan secara progresif dengan bertujuan untuk mempertahankan atau

meningkatkan derajat kebugaran jasmani agar tercapai kemampuan kerja fisik

yang lebih optimal, (Yudiana, dkk., 2012). Sedangkan aktivitas fisik adalah

gerakan-gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka, yang memerlukan

pengeluaran energi dengan melibatkan proses biokimia dan biomekanik, (Welis

& Rifki, 2013).

Prinsip intensitas dimaksud adalah prinsip peningkatan beban secara

berkala (progresif overload), bertujuan untuk meningkatkan efisiensi fisiologi

tubuh. Penerapan prinsip ini didasarkan atas kondisi masing-masing individu,

karena tidak ada beban yang sama persis untuk setiap orang, (Bafirman, 2013).

Dengan hal ini, latihan sebaiknya dilakukan sesuai dengan kemampuan tubuh

dalam menanggapi stress yang diberikan, bila tubuh diberi beban latihan yang

terlalu ringan maka tidak akan terjadi proses adaptasi. Demikian juga jika

diberikan beban latihan terlalu berat dan tubuh tidak mampu mentolerir, akan
11

menyebabkan terganggunya proses homeostatis pada sistem tubuh dan dapat

mengakibatkan kerusakan pada jaringan, (Sugiharto, 2003).

Formula latihan meliputi apa yang biasa disebut sebagai konsep FITT

(Frequency, Intensity, Type, Time) yaitu: frekuensi, intensitas, bentuk latihan dan

durasi/waktu. Frequency latihan menyatakan jumlah ulangan/repetisi latihan yang

ideal dilakukan sebanyak 5 kali per minggu, berdasarkan pada prinsip latihan,

ada hari latihan berat dan hari latihan ringan. Intensity menyatakan berat

ringannya beban latihan dan merupakan faktor utama yang mempengaruhi efek

latihan terhadap fungsi tubuh, dapat diukur dengan cara menghitung denyut nadi

maksimum (DNM) = 220 - umur (dalam tahun). Untuk olahraga prestasi: antara

70 - 85% dari DNM (Denyut Nadi Maksimum). Type adalah bentuk olahraga

yang akan dilakukan. Pada dasarnya hanya ada dua bentuk latihan fisik, yaitu:

latihan aerobik dan latihan an-aerobik. Yang terakhir yaitu Time (durasi) adalah

lamanya waktu yang dianjurkan untuk berolahraga dalam olahraga prestasi yaitu

selama 90 menit, dengan rincian: 15 menit pemanasan, 65 - 70 menit latihan inti,

dan 5 menit pendinginan, (Ikal, 2016).

American College of Sports Medicine (ACSM) merekomendasikan latihan

untuk meingkatkan dan menjaga kesehatan olahraga, semua orang dewasa yang

sehat berusia 18 hingga 65 tahun memerlukan latihan aerobik (daya tahan)

intensitas sedang selama minimal 30 menit setiap 5 kali setiap minggu, yang

pada umumnya setara dengan jalan cepat dan terasa mempercepat jantung,

dapat di akumulasi ke minimum 30 menit. Aktivitas latihan aerobik intensitas

tinggi 30 menit setiap 3 kali dalam satu minggu dicontohkan dengan latihan

aerobik dimana melibatkan otot yang banyak, diantaranya jogging, naik turun

tangga atau bangku, lompat tali, berenang dan lain lain menyebabkan
12

pernapasan cepat dan peningkatan denyut jantung. Karena latihan ketahanan

bermanfaat untuk meningkatkan kebugaran fisik dan kesehatan, mengurangi

resiko penyakit kronis dan kecacatan, mencegah kenaikan berat badan yang

tidak sehat dengan melampaui jumlah minimum yang direkomendasikan,

(Haskell, et al., 2007 & Garber, et al., 2011).

Klub OCEAN melakukan latihan pada para atletnya seminggu dilakukan

sebanyak 5 kali pada hari senin, selasa, kamis, sabtu, dan minggu. Program

latihan yang diterapkan pada klub OCEAN Kebumen sudah sesuai dengan

standar FITT (Frequency, Intensity, Type, Time) dan memberikan variasi latihan

baik latihan ringan maupun berat dengan diselingi latihan sprint. Dalam program

latihan harus dapat meningkatkan kondisi fisik para atlet dengan latihan yang

ringan sampai dengan latihan yang berat secara periodik dan continue. Ini

dituntut kerja keras dan kerjasama yang baik antara atlet renang dan pelatih.

Sehingga dapat memberikan kontribusi yang optimal dalam peningkatan kondisi

fisik atlet renang OCEAN Kebumen.

Latihan yang dilakukan secara teratur mempunyai manfaat sebagai alat

bantu meningkatkan kondisi fisik termasuk kesegaran jasmani dan kesehatan

umumnya, meningkatkan kualitas kerja otot dan meningkatkan sistem tubuh,

sehingga perubahan secara fisiologi dengan sendirinya dapat mengembangkan

daya ledak dan daya tahan otot. Otot-otot menjadi lebih kuat dan dapat memikul

kerja yang lebih besar dan akan memperlihatkan berkurangnya rasa lelah

dengan bertambahnya setiap masa latihan, (Akhmad, 2015). Berdasarkan

pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa intensitas adalah ukuran yang

menujukan kualitas suatu latihan yang dapat ditentukan dengan mengetahui

target dari denyut nadi maksimal yang harus dicapai.


13

Intensitas latihan yang diterapkan setiap minggu pada hari senin, selasa,

kamis, sabtu difokuskan pada sore hari jam 15.00 – 17.30 karena para atlet

renang saat pagi melakukan aktivitas belajar, dan minggu pukul 07.00-10.00.

Dengan latihan yang terprogram dan continue dapat meningkatkan kondisi fisik

para atlet renang. Program latihan adalah pedoman latihan yang direncanakan

menuju penampilan yang terbaik pada sebuah kompetisi, penampilan puncak

yang diharapkan adalah meningkatkan prestasi atau penampilan seorang atlet

dengan memaksimalkan adaptasi fisiologis, program latihan memiliki target

sasaran agar proses pelatihan yang berlangsung dalam angka panjang maupun

jangka pendek dapat terlaksana dengan baik.

Persyaratan dalam membuat program latihan adalah:

1) Jadwal kompetisi yang pasti

2) Event lainnya yang mendukung

3) Kondisi awal atlet renang

Menurut Kemenpora (2010) Periodisasi adalah suatu perencanaan latihan

dan kompetisi (pertandingan/perlombaan) yang disusun sedemikian rupa

sehingga kondisi puncak (peak performance) dapat dicapai pada waktu yang

telah direncanakan dan ditetapkan sebelumnya.

Periodisasi latihan terdiri dari:

1) Periode tahap persiapan

2) Sub periode persiapan umum

3) Sub periode persiapan khusus

4) Periode kompetisi (perlombaan/pertandingan)

5) Sub periode pra kompetisi (pra perlombaan/pra pertandingan)

6) Sub periode kompetisi utama (pertandingan utama)


14

7) Periode Transisi (pemulihan)

Pemulihan setelah latihan merupakan salah satu program latihan yang

sangat penting terhadap keberhasilan atlet. Karena pemulihan berkaitan dengan

pembentukan cadangan energi dan kesegaran otot. Pemulihan sendiri dibagi

menjadi dua, yaitu recovery aktif dan recovery pasif, (Parwata, 2015). Recovery

aktif adalah latihan dengan intensitas rendah atau ringan. Recovery aktif

membantu membersihkan otot-otot dari laktat yang menyebabkan rasa sakit dan

kelelahan, dapat dilakukan dengan aktivitas berenang rileks. Recovery aktif

mempunyai beberapa manfaat, yaitu: 1) Rasa nyeri otot dapat hilang lebih cepat,

2) Membantu otot memperbaiki jaringan yang rusak, 3) Meningkatkan pemulihan

psikologis/mental, dan 4) Meningkatkan relaksasi mental dan fisik, (Setiawan,

2011).

Recovery pasif yaitu latihan yang tidak melibatkan aktivitas atau dilakukan

istirahat total. Jadi recovery pasif yaitu suatu aktivitas fisik tanpa adanya aktifitas

fisik, yaitu diam, istirahat total (duduk dipinggir kolam) atau dengan tidak

melakukan aktivitas apapun. Prinsip dari pemulihan pasif hampir sama dengan

pemulihan aktif dengan tujuan mengembalikan lagi kondisi fisik semula,

(Setiawan, 2011). Tidur adalah teknik utama dalam pemulihan pasif, tidur

memiliki peranan sentral dalam membantu pemulihan atlet, (Bompa, 2009).

2.1.2 Kapasitas Vital Paru

2.1.2.1 Pengertian Kapasitas Vital Paru

Organ tubuh yang memiliki peranan penting dalam pernafasan adalah

paru-paru. Paru adalah salah satu organ vital bagi manusia, oleh sebab itu kita

harus menjaganya dari kemungkinan faktor penyebab fungsi paru tidak berjalan

normal. Fungsi paru adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida, (Evelyn,


15

2006). Inspirasi membawa udara ke dalam paru-paru, sedangkan ekspirasi

merupakan mengeluarkan udara dari paru-paru. Pada ekspirasi, udara dipaksa

keluar oleh pengendoran otot dan karena paru-paru kempes kembali, disebabkan

sifat elastik paru-paru itu. gerakan ini adalah proses aktif. Volume udara yang

dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan nafas dan

pengeluaran nafas paling kuat disebut kapasitas vital paru-paru, (Evelyn, 2006).

Kapasitas vital paru adalah jumlah udara terbesar yang dapat dikeluarkan

dari paru-paru setelah inspirasi maksimal, (Koesyanto dan Eram, 2005). Ada

beberapa faktor utama yang mempengaruhi kapasitas vital paru: Posisi tubuh

atau sikap seseorang pada saat pengukuran dilakukan, kekuatan otot-otot

pernafasan, dan kemampuan paru dan rongga dada untuk berkembang, (Aiello,

2008).

Kapasitas volume vital pada pria normalnya 4-5 liter, sedangkan

kapasitas volume vital pada wanita normalnya 3-4 liter, (Sugiarto & Nanang,

2007). Apabila seseorang dalam keadaan berbaring, sebagian besar volume

akan menurun. Hal ini disebabkan dua faktor: Organ-organ yang ada di dalam

rongga perut, cenderung mendorong diafragma dan sebagai akibatnya

mempengaruhi gravitasi pada posisi telentang, dan karena terjadi peningkatan

volume darah pulmoner sebagai hasil dari perubahan tekanan hemodinamik. Ada

beberapa faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kapasitas vital paru

seseorang, yaitu: Ukuran dan bentuk anatomi tubuh, kekuatan otot-otot

pernafasan, daya pengembangan paru, umur, Jenis kelamin, kondisi kesehatan,

status gizi, riwayat pekerjaan, dan lingkungan tempat tinggal.


16

2.1.2.2 Volume dan Kapasitas Paru

Mengklasifikasikan rata-rata volume dan kapasitas paru (usia 20-30 th)

dapat dilihat dalam norma penelitian berikut ini:

Tabel 1. Rata-rata Volume dan Kapasitas Paru


Variabel Laki-laki (ml)

Tidal volume 600

Volume cadangan inspirasi 3000

Volume cadangan ekspirasi 1100

Volume residu 1200

Kapasitas total paru 6000

Kapasitas vital 4800

Kapasitas inspirasi 3600

Sumber: Sugiarto & Nanang, (2007)

Menurut Fat‟ak (2005), ada 4 macam volume dan 4 macam kapasitas,

yaitu sebagai berikut:

(1) Tidal volume adalah volume udara yang diinspirasikan dan diekspirasikan

dengan setiap pernafasan normal, dan jumlahnya kira-kira 600 ml pada pria

dewasa muda yang normal. (2) Volume cadangan inspirasi adalah volume

tambahan udara yang dapat di inspirasikan di atas tidal volume normal, dan

biasanya sama dengan kira-kira 3000 ml pada pria dewasa muda. (3) Volume

cadangan ekspirasi adalah jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan

ekspirasi kuat setelah akhir suatu ekspirasi tidal yang normal: jumlahnya kira-kira

1100 ml pada pria dewasa muda. (4) Volume residual adalah volume udara yang

masih tersisa di dalam paru-paru setelah ekspirasi kuat. Volume ini rata-rata

sekitar 1200 ml pada pria dewasa muda.


17

(1) Kapasitas inspirasi adalah tidal volume ditambah dengan volume

cadangan inspirasi. Ini adalah jumlah udara 3000 ml yang dapat dihirup oleh

seseorang mulai pada tingkat ekspirasi normal dan mengembangkan paru-

parunya sampai jumlah maksimum. (2) Kapasitas residual fungsional adalah

volume cadangan ekspirasi ditambah volume residual. Ini adalah jumlah udara

yang tersisa didalam paru-paru pada akhir ekspirasi normal kira-kira 2300 ml. (3)

Kapasitas vital adalah volume cadangan ekspirasi ditambah tidal volume dan

volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat

dikeluarkan dari paru-paru seseorang setelah mengisinya sampai batas

maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600

ml). (4) Kapasitas total paru-paru adalah volume maksimum pengembangan

paru-paru dengan usaha inspirasi yang sebesar-besarnya kira-kira 5800 ml.

Ventilasi paru-paru normal hampir sepenuhnya dilakukan oleh otot-otot

inspirasi. Pada waktu otot inspirasi berelaksasi, sifat elastik paru-paru dan toraks

menyebabkan paru-paru mengempis secara pasif. Apabila semua otot inspirasi

sama sekali berelaksasi, paru-paru kembali keadaan relaksasi yang disebut

tingkat ekspirasi istirahat. Volume udara didalam paru-paru pada tingkat ini sama

dengan kapasitas residual fungsional, atau kira-kira 2300 ml pada pria dewasa

muda. Pada orang normal, volume udara didalam paru-paru terutama tergantung

kepada ukuran dan bentuk tubuh. Berbagai volume dan kapasitas berubah

dengan posisi tubuh, kebanyakan berkurang bila orang tersebut berbaring dan

bertambah ia berdiri. Perubahan dengan posisi ini disebabkan oleh dua faktor

utama, suatu kecenderungan isi perut untuk menekan ke atas pada diafragma

dalam posisi berbaring dan peningkatan volume darah paru-paru dalam posisi

berbaring, yang pada saat bersamaan menurunkan ruangan yang tersedia untuk
18

udara paru-paru. Volume residual merupakan udara yang tidak dikeluarkan dari

paru-paru bahkan dengan ekspirasi kuat. Ini penting karena menyediakan udara

didalam alveolus untuk mengalirkan darah walaupun diantara dua siklus

pernafasan. Seandainya tidak ada udara residu, konsentrasi oksigen dan

karbondioksida didalam darah akan naik dan turun secara jelas dengan setiap

pernafasan yang tentu akan merugikan proses pernafasan. Besar daya muat

udara oleh paru-paru adalah 4.500 ml sampai 5000 ml atau 4½ sampai 5 liter

udara, (Evelyn, 2006).

2.1.2.3 Pengukuran Kapasitas Vital Paru

Untuk mengetahui seberapa besar kapasitas vital paru seseorang maka

perlu adanya suatu proses pengukuran. Salah satu cara yang dapat digunakan

untuk menilai keadaan fungsi paru adalah melakukan pemeriksaan kapasitas

vital paru yaitu dengan menggunakan alat yang dinamakan spirometer. Ada 2

macam spirometer yaitu spirometer udara (spirometer riester) dan spirometer air

(spirometer hutchinson). Peneliti memakai alat spirometer riester karena

penggunaannya lebih praktis.

Gambar 1. Spirometer Riester

Keterangan gambar:

1) Spirometer, 2) Dial, 3) Nozzle, 4) Mouthpiece,dan 5) Ring


19

Mengklasifikasikan norma penilaian kapasitas vital paru dapat dilihat

dalam norma penelitian berikut ini:

Tabel 2. Norma Penilaian Kapasitas Vital Paru (satuan: L/BTPS)


Klasifikasi Pria

Baik sekali > 4,48

Baik 3,91 – 4,47

Sedang 3,05 – 3,90

Kurang 2,48 – 3,04

Kurang sekali < 2,47

Sumber: Sugiarto dan Nanang Indardi (2007).

2.1.2.4 Pernafasan

Dengan bernafas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan

oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen

yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dan jaringan, memungkinkan

setiap sel sendiri-sendiri melangsungkan proses metabolismenya, yang berarti

pekerjaan selesai dan hasil buangan dalam bentuk karbondioksida (CO2) dan air

(H2O) dihilangkan. Pernafasan adalah proses ganda yaitu terjadinya pertukaran

gas di dalam jaringan atau pernafasan dalam dan yang terjadi di dalam paru-paru

bernama pernafasan luar, (Evelyn, 2006).

Udara ditarik ke dalam paru-paru pada waktu menarik nafas dan didorong

keluar paru-paru pada waktu mengeluarkan nafas. Sebenarnya arti pernafasan

adalah pertukaran gas antara tubuh dengan sekitarnya, meskipun juga kadang-

kadang berarti mengambil dan menghembuskan nafas. Oksigen masuk melalui

udara yang masuk kedalam paru-paru dan udara yang keluar banyak

mengandung karbondioksida. Dalam tubuh manusia terdapat dua kali pernafasan

gas, yaitu antara udara dan darah (inspirasi) dan mengeluarkan nafas (ekspirasi)
20

dan keduanya disebut bernafas (respirasi). Dengan demikian fungsi pernafasan

adalah pertukaran gas dan uap air melalui ekspirasi, (Sugiarto, 2002).

Pernafasan bertujuan untuk mengantar oksigen dari udara luar ke sel-sel

di dalam tubuh serta mengangkut karbondioksida yang dihasilkan dalam

pertukaran zat di dalam sel-sel udara luar. Oksigen masuk kedalam paru

melewati: rongga hidung, faring, laring, trakhea, bronkus besar, bronkus kecil,

bronkiolus sampai alveolus. Tugas sistem pernafasan adalah mengambil oksigen

dari udara. Setelah sampai paru-paru, oksigen dipindahkan ke darah dan

diedarkan ke seluruh tubuh. Disana O2 dalam darah mengganti CO2 dalam

darah. Gas hasil oksidasi sel ini kemudian dibawa ke paru-paru untuk

dikeluarkan dari tubuh. Pertukaran O2 dan CO2 dengan tubuh dinamakan

respirasi. Dalam udara terdapat bermacam-macam gas. Untuk mengetahui

banyaknya gas dapat diambil dengan prosentasi ataupun dengan berapa

tekanan partikelnya.

Saluran-saluran pernafasan pada manusia yaitu, sebagai berikut Nares

Anterior adalah saluran-saluran didalam lubang hidung. Saluran-saluran itu

bermuara kedalam bagian dikenal sebagai vestibulum (rongga) hidung, (Evelyn,

2006). Vestibulum ini dilapisi epitelium bergaris yang bersambung dengan kulit.

Lapisan nares anterior memuat sejumlah kelenjar serbaseus yang ditutupi oleh

bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu bermuara di ronga hidung.


21

Gambar 2. Irisan Wajah, dan Leher

Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh

darah, dan bersambung dengan farinx dan dengan selaput lendir semua sinus

yang mempunyai lubang masuk kedalam rongga hidung. Daerah pernafasan

dilapisi dengan epitelium silinder dan sel spitel berambut yang mengandung sel

cangkir atau sel lendir. Sekresi dari sel itu membuat permukaan nares basah dan

berlendir. Sewaktu udara melalui hidung, udara disaring oleh bulu-bulu yang

terdapat didalam vestibulum, dan karena kontak dengan permukaan lendir yang

dilaluinya maka udara menjadi hangat, dan oleh penguapan air dari permukaan

selaput lendir menjadi lembab, (Evelyn, 2006). Farinx (tekak) adalah pipa berotot

yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan usofagus

pada ketinggian tulang rawan krikoid.


22

Gambar 3. Larinx, Trakhea Dan Bronkhi, Beserta Cabang-cabangnya

Maka letaknya dibelakang hidung (naso-farinx). Dibelakang mulut (oro-

farinx) dan dibelakng larinx (farinx-laringeal). Larinx (tenggorok) terletak di depan

bagian terendah farinx yang memisahkannya dari kolumna vertebra, berjalan dari

farinx sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trakhea

dibawahnya. Larinx terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh

ligamen dan membran.

Trakhea (batang tenggorok) kira-kira 9 cm panjangnya. Trakhea berjalan

dari larinx sampai kira-kira ketinggian vertebra torakhalis kelima dan di tempat ini

bercabang menjadi dua bronkus (bronkhi). Trakhea tersusun atas 16–20

lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh

jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trakhea.


23

2.1.2.5 Paru-Paru

Gambar 4. Batas Lobus Paru-Paru

Paru-paru ada dua, merupakan alat pernafasan utama. Paru-paru

mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan tengah dipisahkan

oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak

didalam mediastinum. Letak paru-paru didalam rongga dada yang terdiri dari

jaringan elastis. Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apex

(puncak) diatas dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula didalam dasar leher,

(Evelyn, 2006). Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh

fisura. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru dua lobus. Setiap

lobus tersusun atas lobula. Sebuah pipa bronkhial kecil masuk kedalam setiap

lobula, dan semakin bercabang, semakin menjadi tipis dan akhirnya berakhir

menjadi kantong kecil-kecil, yang merupakan kantong-kantong udara paru-paru.

Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Pada

pernafasan melalui paru-paru (pernafasan external), oksigen dipungut melalui

hidung dan mulut.


24

Gambar 5. Kedudukan Paru Di Dalam Rongga

Pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakhea dan pipa bronkhial

ke alveoli dan dapat erat hubungan dengan darah didalam kapiler pulmonaris. Di

dalam paru-paru, karbondioksida salah satu hasil buangan metabolisme,

menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah

melalui pipa bronkhial dan trakhea dikeluarkan melalui hidung dan mulut. Ada

empat proses yang berhubungan dengan pernafasan externa, yaitu sebagai

berikut: 1) Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam

alveoli dengan udara luar, 2) Arus darah melalui paru-paru, 3) Distribusi arus

udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari setiap dapat

mencapai semua bagian tubuh, 4) Difusi gas yang menembusi membran

pemisah alveoli dan kapiler CO2 lebih mudah berdifusi daripada oksigen, (Evelyn,

2006).

Udara mengalir diantara atmosfer dan paru karena alasan yang sama

dengan aliran darah di seluruh tubuh, yaitu adanya perbedaan tekanan. Kita

menghirup nafas bila tekanan didalam paru lebih rendah daripada tekanan udara

di dalam atmosfer. Menghembus nafas apabila tekanan di dalam lebih besar dari

pada tekanan atmosfer.


25

2.1.3 Daya Tahan Kardiorespirasi

Daya tahan kardiorespiratori adalah kemampuan seseorang saat latihan

atau aktivitas dalam menggunakan sistem jantung, peredaran darah dan

pernapasan dengan mensuplai oksigen keseluruh sel-sel tubuh, dalam

menjalankan kerja terus-menerus dengan melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot

besar, intensitas tinggi dan waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan

yang berlebihan, (Setyawan, dkk., 2017).

Pengertian daya tahan adalah kemampuan seseorang melaksanakan

gerak dengan seluruh tubuhnya dalam waktu yang cukup lama dan dengan

tempo sedang sampai cepat, tanpa mengalami rasa sakit dan kelelahan berat.

Endurance menyatakan keadaan yang menekankan pada kapasitas melakukan

kerja secara terus menerus dalam suasana aerobik. Maksimal Aerobic Power

dapat dikatakan penentu yang penting pada olahraga ketahanan (endurance).

Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa olahragawan yang sukses dalam

nomor endurance secara tetap menunjukkan nilai VO2Max yang tinggi. Nilai

VO2Max tertinggi dicapai pada olahraga yang memerlukan penggunaan energi

yang relatif sangat besar dalam jangka waktu yang lama, (Bassett, 2000).

Latihan yang dilakukan secara teratur, maka akan timbul respon terhadap

kestabilan tubuh, sehingga dapat mengurangi rasa kelelahan yang berlebihan.

Dosis atau takaran beban latihan yang diberikan secara sistematis, akan

menimbulkan respon tubuh untuk dapat berapdatasi yang bertujuan menjaga

keseimbangan agar tetap stabil, (Sugiharto, 2003). Selain itu, latihan yang tepat

akan meningkatkan prestasi kerja dari fisiologi tubuh. Peningkatan prestasi kerja

dimaksud sangat tergantung kepada tipe latihan, intensitas latihan, frekuensi,

lama latihan, dan prinsip-prinsip dasar latihan fisik, (Anggriawan, 2015).


26

Komponen kondisi fisik sebagai komponen kesegaran biometrik dimana

komponen kesegaran motorik terdiri dari dua kelompok komponen, masing-

masing adalah kelompok kesegaran jasmani yaitu: 1) Kesegaran otot, 2)

Kesegaran kardiovaskular, 3) Kesegaran keseimbangan jumlah dalam tubuh dan

4) Kesegaran kelentukan. Kelompok komponen lain dikatakan sebagai kelompok

komponen kesegaran motorik yang terdiri dari: 1) Koordinasi gerak, 2)

Keseimbangan, 3) Kecepatan, 4) Kelincahan, 5) Daya ledak otot.

Adapun komponen yang dimaksud adalah :

1) Kekuatan (Strenght).

Kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuan

dalam mempergunakan otot-otot untuk menerima beban sewaktu bekerja,

(Sukadiyanto, 2005). Kekuatan merupakan kemampuan untuk membangkitkan

ketegangan otot terhadap suatu keadaan karena kekuatan memegang peranan

yang penting pada daya penggerak setiap aktivitas dan merupakan persyaratan

untuk meningkatkan prestasi.

Dalam berenang, kekuatan merupakan salah satu faktor yang

menentukan kemampuan atlet dalam berenang. Selain itu, dengan memiliki

kekuatan yang baik berenang, atlet dapat melakukan gerakan renang hingga

finish. Dari beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa kekuatan adalah

kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan

terhadap suatu dorongan atau kayuhan dalam berenang. Latihan yang sesuai

untuk mengembangkan kekuatan ialah melalui bentuk latihan dorongan atau

kayuhan.
27

2) Daya Tahan (Endurance).

Daya tahan adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan ototnya

untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan

beban tertentu, (Sukadiyanto, 2005). Daya tahan adalah kemampun untuk

bekerja atau berlatih dalam waktu yang lama, dan setelah berlatih dalam jangka

waktu lama tidak mengalami kelelahan yang berlebihan. Renang merupakan

salah satu permainan yang membutuhkan daya tahan dalam jangka waktu yang

cukup lama. Daya tahan penting dalam berenang sebab dalam jangka waktu

yang lama saat latihan melakukan kegiatan fisik yang terus menerus dengan

berbagai bentuk gerakan seperti, melompat, meluncur, dan sebagainya yang

jelas memerlukan daya tahan yang tinggi.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa daya tahan

adalah suatu kemampuan tubuh untuk bekerja dalam waktu yang lama tanpa

mengalami kelelahan yang berarti setelah menyelesaikan aktivitas tersebut.

3) Daya Otot (Muscular Power).

Daya otot adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan

kekuatan maksimum yang dikerjakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya,

(Sukadiyanto, 2005). Daya otot dipengaruhi oleh kekuatan otot, kecepatan

kontraksi otot sehingga semua faktor yang mempengaruhi kedua hal-hal tersebut

akan mempengaruhi daya otot. Jadi daya otot adalah kualitas yang

memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kerja fisik secara

tiba-tiba. Dalam berenang diperlukan gerakan yang dilakukan secara cepat.

Pemakaian daya otot ini dilakukan dengan tenaga maksimal dalam waktu singkat

dan pendek. Orang yang sering melakukan aktivitas fisik membuat daya ototnya

menjadi baik. Daya otot dipengaruhi oleh kekuatan otot dan kecepatan kontraksi
28

otot sehingga semua faktor yang mempengaruhi kedua hal tersebut akan

mempengaruhi daya otot.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan

atau kapasitas sekelompok otot untuk melakukan kontraksi yang beruntun atau

berulang-ulang terhadap suatu beban dalam jangka waktu tertentu. Jadi, daya

tahan otot merupakan kemampuan untuk mengatasi kelelahan otot.

4) Kecepatan (Speed).

Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan

berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-

singkatnya, (Sukadiyanto, 2005). Kecepatan merupakan kapasitas gerak dari

anggota tubuh atau bagian dari sistem pengungkit tubuh atau kecepatan

pergerakan dari seluruh tubuh yang dilaksanakan dalam waktu yang singkat.

Terdapat dua tipe kecepatan yaitu (1) Kecepatan reaksi adalah kapasitas awal

pergerakan tubuh untuk menerima rangsangan secara tiba-tiba atau cepat, dan

(2) Kecepatan bergerak adalah kecepatan berkontraksi dari beberapa otot untuk

menggerakan anggota tubuh secara cepat, (Bloomfield, Ackland, dan Elliot,

2010).

Oleh karena itu seseorang yang mempunyai kecepatan tinggi dapat

melakukan suatu gerakan yang singkat atau dalam waktu yang pendek setelah

menerima rangsang. Kecepatan disini dapat didefinisikan sebagai laju gerak

berlaku untuk tubuh secara keseluruhan atau bagian tubuh. Faktor yang

mempengaruhi kecepatan, antara lain adalah : kelentukan, tipe tubuh, usia, jenis

kelamin, (Brian J. Sharkey, 2003)

Kecepatan juga merupakan salah satu faktor yang menetukan

kemampuan seseorang atlet dalam berenang. Atlet yang memiliki kecepatan


29

akan dapat dengan cepat mencapai finish dengan waktu yang baik. Dari

beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kecepatan adalah

kemampuan seseorang untuk melaksanakan suatu gerakan dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya.

2.1.4 Pengertian VO2Max

Kualitas daya tahan paru-jantung dinyatakan dengan besarnya VO2Max

atau jumlah oksigen maksimal, (Irianto, 2004). VO2Max dinyatakan dalam liter/

menit. Selama eksersi VO2Max pasokan energi adalah aerobik dan anaerobik.

Karena kapasitas pasokan energi anaerobik terbatas, akan merasa dipaksa

untuk berlari atau bersepeda lebih lambat. Oleh karena itu tingkat beban

endurance harus berada dibawah tingkat VO2Max Karena pengaruh latihan,

VO2Max naik. Tetapi yang lebih penting adalah fakta bahwa latihan juga

mempengaruhi pasokan energi, sehingga lebih aerobik untuk beban kerja yang

meningkat. Willmore dan Costill (2004) menjelaskan istilah lain dari VO2Max

sebagai nilai konsumsi oksigen maksimal. VO2Max menunjukkan volume oksigen

yang dikonsumsi. Berbagai istilah tersebut memiliki arti yang sama dengan

kapasitas aerobik maksimal, yang menunjukkan kepada perbedaan terbesar

antara O2 yang dihisap masuk kedalam paru dan CO2 yang dihembuskan keluar

paru.

2.1.4.1 Faktor Penentu VO2Max

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi kebugaran VO2Max, yaitu:

kapasitas jantung, paru dan sirkulasi untuk menyampaikan oksigen ke otot yang

sedang bekerja, (Sugiarto & Nanang, 2007). Jantung, paru dan pembuluh darah

harus berfungsi dengan baik, sehingga oksigen yang dihisap dan masuk ke paru.

Proses penyampaian ke jaringan-jaringan oleh sel-sel darah merah harus normal


30

yaitu fungsi jantung harus normal, volume darah harus normal, jumlah sel-sel

darah merah harus normal dan konsentrasi hemoglobin harus normal, serta

pembuluh darah harus mampu mengalihkan darah dari jaringan-jaringan yang

tidak aktif ke otot yang sedang aktif yang membutuhkan oksigen yang lebih

besar. Jaringan jaringan, terutama otot harus mempunyai kapasitas yang normal

untuk mempergunakan oksigen yang disampaikan kepadanya. Dengan kata lain,

memiliki metabolisme yang normal Karena oksigen dipergunakan oleh semua

jaringan-jaringan tubuh, maka orang yang memiliki ukuran tubuh lebih besar,

juga memiliki konsumsi oksigen yang lebih besar dari pada orang yang lebih

kecil, baik pada waktu istirahat maupun pada waktu latihan. Karena itu ukuran

tubuh merupakan dasar bagi pengukuran nilai konsumsi oksigen maksimal.

Faktor-faktor fisiologis yang menentukan dan membatasi VO2Max yaitu :

1) Fungsi paru-jantung

Orang tidak dapat menggunakan oksigen lebih cepat dari pada sistem

paru-jantung dalam menggerakkan oksigen ke jaringan aktif. Kapasitas

fungsional paru-jantung yang lain seperti kapasitas pertukaran udara dan tingkat

hemoglobin darah dapat membatasi VO2Max pada sebagian orang.

2) Metabolisme otot aerobik

Selama latihan oksigen benar-benar dipakai dalam serabut otot yang

berkontraksi aktif. Jadi VO2Max merupakan gambaran kemampuan otot rangka

untuk menyadap oksigen dari darah dan menggunakannya dalam metabolisme

aerobik. Olahragawan mempunyai nilai VO2Max tinggi apabila otot rangka

mereka dapat menggunakan oksigen secara cepat dalam metabolisme aerobik.


31

3) Kegemukan badan

Jaringan lemak menambah berat badan, tetapi tidak mendukung

kemampuan olahragawan untuk secara langsung menggunakan oksigen selama

olahraga berat. Kegemukan badan cenderung mengurangi berat relatif VO2Max

dan kapasitas fungsional dengan menambah berat badan.

4) Keadaan latihan

Kebiasaan kegiatan dan latar belakang latihan olahragawan dapat

mempengaruhi nilai VO2Max. Fungsi dan metabolisme otot menyesuaikan diri

dengan latihan ketahanan dan meningkatkan VO2Max.

5) Keturunan

Meskipun VO2Max dapat ditingkatkan melalui latihan yang sesuai,

kebanyakan penelitian menunjukkan bahwa besarnya peningkatan itu terbatas

dari 10 hingga 20%. Dengan demikian jelas bahwa VO2Max seorang

olahragawan perorangan dapat berbeda-beda karena perbedaan garis

keturunan.

2.1.4.2 Cara mengukur kemampuan VO2Max

Metode tes yang bisa digunakan untuk melihat tingkat VO2Max seseorang

diantaranya: a) Wlliams Swimming Beep Test, b) 2.4km Run Test (Tes lari 2,4

km), c) Balke VO2Max test (Tes Balke), d) Cooper VO2Max test (Tes Cooper), e)

Multistage Fitness Test (MFT).

Dari beberapa metode tes yang bisa digunakan, Wlliams Swimming Beep

Test adalah metode tes kapasitas aerobik yang dilakukan di air (Graham, 2003).

Sebagai pertimbangan pelaksanaan tes peneliti lebih memilih Tes MFT atau

Multistage Fitness Test karena metode tes yang paling mudah untuk digunakan.

Hal ini karena pada saat pelaksanaan tes Wlliams Swimming Beep Test lebar
32

kolam renang tidak layak untuk dilakukannya tes tersebut, dengan pertimbangan

tersebut peneliti lebih memilih tes MFT karena tidak memerlukan lintasan yang

terlalu panjang yaitu hanya sekitar 20 meter. Selain itu, hasil tes yang berupa

tingkat VO2Max dapat langsung dilihat pada tabel hasil MFT tanpa perlu

melakukan perhitungan terlebih dahulu.

MFT merupakan salah satu bentuk alat pengukur kebugaran yang biasa

di gunakan para pelatih olahraga untuk mengukur VO2Max atau penyerapan

oksigen maksimal seorang atlet. MFT dapat digunakan untuk mengukur

kebugaran jasmani pada olahraga aerobik maupun olahraga anaerobik.

Merupakan tes yang menggunakan irama musik dan pelaksanaannya yaitu

iramanya secara bertahap dari tahap satu ketahap berikutnya frekuensinya

semakin meningkat.

Tata cara melakukan tes MFT adalah sebagai berikut:

a. Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1) Peserta tes harus dalam kondisi sehat, dan apabila terdapat peserta tes

yang kurang sehat dapat melakukan konsultasi dengan dokter, perawat atau

tenaga medis lainnya.

2) Pengetes perlu menggugah motivasi dan perhatian peserta test agar mereka

dapat melakukan tes dengan sungguh-sungguh. usahakan sedapat mungkin

peserta tes berhenti berlari ketika tidak dapat lagi menyesuaikan langkah

dengan signyal yang didiktekan lewat kaset.

3) Usahakan sebelum Tes Peserta tidak makan ataupun minum terlalu banyak.

boleh makan namun yang ringan seperti roti ataupun camilan dengan jumlah

yang sedikit.
33

4) Peserta harus melakukan pemanasan atau pereegangan terlebih dahulu

sebelum melakukan tes terutama otot-otot pada tungkai.

5) Setelah melakukan tes peserta hendaknya melakukan pendinginan berupa

berjalan ataupun melakukan cooling down.

b. Perlengkapan Tes

1) Tempat tes dapat berupa halaman, lapangan olahraga atau tanah datar yang

tidak licin. Panjang tempat tes tidak kurang dari 22 meter dengan lebar 1

sampai 1,5 m.

2) Tape recorder

3) Kaset panduan tes MFT

4) Alat pengukur panjang

5) Tanda batas jarak

6) Stopwatch

c. Pelaksanaan tes MFT

1) MFT dilakukan dengan lari bolak-balik menempuh jarak 20 meter, yang

dimulai dengan lari pelan-pelan secara bertahap semakin cepat sehingga

atlet tidak mampu mengikuti irama waktu lari.

2) Pada level 1 jarak 20 meter ditempuh dalam waktu 8.6 detik dalam 7 kali

bolak-balik.

3) Pada level 2 dan 3 jarak 20 meter ditempuh dalam waktu 7.5 detik dalam 8

kali bolak-balik.

4) Pada level 4 dan 5 jarak 20 meter ditempuh dalam waktu 6.7 detik dalam 9

kali bolak-balik dan seterusnya.

5) Setiap jarak 20 meter telah ditempuh dan pada setiap akhir level akan

terdengar 1 kali tanda bunyi.


34

6) Setelah atlet tidak mampu mengikuti irama waktu lari, atlet tidak boleh terus

berhenti, tetapi tetap meneruskan lari pelan-pelan selama 3-5 menit untuk

cooling down, (Harsuki, 2003).

Mengklasifikasikan ketegori VO2Max putra dapat dilihat dalam norma

penelitian berikut ini:

Tabel 3. Norma penilaian VO2Max umur 15-19 tahun menurut Brianmac


Konsumsi Oksigen VO2Max Kategori

35,0' atau Kurang Kurang Sekali

35,0 s/d 38,3 Kurang

38,4 s/d 45,1 Sedang

45,2 s/d 50,9 Baik

51,0 atau 55,9 Baik Sekali

Sumber: Harsuki (2003)

2.1.5 Renang

Renang merupakan olahraga air yang yang dilakukan secara individu dan

beregu yang melibatkan banyak unsur, seperti fisik, teknik, mental, dan

merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat terkenal banyak digemari

oleh masyarakat. Hal ini dapat kita lihat banyaknya orang-orang yang memenuhi

kolam renang serta banyaknya bermunculan klub-klub renang, dan dari indikasi

inilah yang membuat olahraga renang dapat menjadi semakin berkembang.

Renang adalah salah satu olahraga aerobik dengan melibatkan seluruh otot

utama tubuh, (Isti, 2011). Berenang terbilang minim resiko cedera fisik karena

saat berenang seluruh berat badan ditahan oleh air atau mengapung,

(Pangastuti, 2011). Seorang perenang harus menguasai teknik dasar gaya-gaya

dalam renang agar menjadi perenang yang baik. Teknik dasar tersebut menjadi
35

ketrampilan berenang yang dilakukan dengan gerakan-gerakan otomatis perlu

adanya latihan yang continue, sehingga setiap individu memiliki gerakan yang

otomatis untuk dapat dilakukan pada masing-masing gaya. Di dalam cabang

olahraga renang terdiri dari empat gaya, yaitu gaya crawl (bebas), gaya

backcrawl (punggung), gaya dada, gaya dolphin atau gaya kupu-kupu, (Dekerle

J, et. al., 2010).

Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) sebagai induk organisasi

renang di Indonesia telah mencanangkan suatu program pembinaan latihan

secara nasional yang menciptakan berbagai klub renang di setiap daerah.

Program ini bertujuan untuk mendapatkan perenang-perenang yang berkualitas

dan nantinya dapat dipakai sebagai perenang nasional. Renang merupakan

salah satu cabang olahraga yang diakui dan diminati oleh masyarakat Indonesia,

hal ini terbukti dengan masuknya cabang olahraga renang dalam berbagai

kejuaraan, antara lain pada (1) Tingkat Daerah, yang sering disebut dengan

PORDA (Pekan Olahraga Daerah), (2) Tingkat Nasional atau disebut PON

(Pekan Olahraga Nasional), (3) dan Tingkat Internasional seperti SEA GAMES,

dll.

Pada dasarnya renang adalah olahraga yang menyenangkan dan banyak

bermanfaat untuk menguatkan semua otot-otot tubuh, memperkuat jantung dan

paru-paru serta memperlancar darah. Selain itu renang dapat memupuk rasa

percaya diri serta menumbuhkan sikap pemberani. Manfaat renang selain untuk

kesehatan tubuh juga dapat meningkatkan prestasi asalkan berlatih teratur,

disiplin, dan terus menerus dengan mengombinasikan teknik sikap tubuh,

gerakan kaki, ayunan tangan, dan bernapas, (Kurniawan, 2005).


36

Renang gaya dada sering juga disebut dengan gaya katak yang dimana

gaya renang yang koordinasi gerakan lengan dan kakinya mirip dengan gerakan

katak yang sedang berenang. Kemiripan yang sangat terlihat yaitu terlihat pada

kakinya. Gerakan kaki dan tungkai sangat penting pada renang gaya dada

karena rangkaian gerakan tersebutlah yang menjadi sumber utama kekuatan

atau dorongan pada renang untuk mendapatkan kecepatan. I Wayan Mutiara,

(2010) berpendapat bahwa gaya dada ialah gaya yang gerakannya paling

tenang. Pendapat tersebut mengacu pada peraturan perlombaan olahraga

renang, dimana dalam perlomban renang gaya dada anggota yang boleh muncul

kepermukaan adalah bahu dan kepala saat pengambilan nafas.

Gaya dada merupakan gaya renang yang sangat spesifik, bila ditinjau

dari gerakan lengan dan tungkai pada saat perenang meningkatkan kecepatan

berenang maupun dalam mempertahankan tubuhnya agar tetap pada posisi

sedatar mungkin dengan air. Posisi ini membantu atlet renang mengurangi

tahanan pada dorongan kedepan. Hal ini akan lebih efektif dalam penggunaan

gerak serta efesiensi terhadap penggunaan tenaga, sehingga perenang dapat

berenang lebih cepat, (Dekerle J, et. al., 2002)

2.1.6 Kapasitas Vital Paru dengan VO2Max

Faktor-faktor utama yang membatasi sebagian terbesar bentuk-bentuk

latihan yang berlangsung lebih dari tiga atau empat menit adalah kapasitas

jantung, paru dan sirkulasi untuk menyampaikan oksigen ke otot yang sedang

bekerja. Seseorang tidak dapat menggunakan oksigen cepat dari pada sistem

paru-jantung dalam menggerakkan oksigen ke jaringan aktif. Kapasitas

fungsional paru-jantung adalah kunci penentu VO2Max nya. Kualitas daya tahan

paru-jantung dinyatakan dengan besarnya VO2Max atau jumlah oksigen


37

maksimal, (Irianto, 2004). Fungsi paru-jantung yang lain seperti kapasitas

pertukaran udara tingkat hemoglobin darah dapat membatasi VO2Max pada

sebagian orang. Respon fisiologis juga terjadi pada peredaran darah. Pertama-

tama volume total dari jantung akan bertambah karena latihan olahraga.

Kenaikan ini disebabkan oleh membesarnya rongga jantung dan juga otot-otot

yang mengalami hipertrofi. Karena demikian, karena jantung dapat menampung

darah lebih banyak dan dengan sendirinya stroke volume pada waktu istirahat

menjadi lebih besar salah satu faktor utama yang menentukan besarnya

kapasitas vital paru yaitu kemampuan paru dan rongga dada untuk berkembang,

(Willmore dan Costill, 2004).

Besarnya daya muat paru akan mempengaruhi jumlah oksigen yang

dikonsumsi selama latihan. Selama melakukan latihan daya tahan aerobik, lebih

banyak lagi oksigen yang harus disampaikan ke otot yang sedang bekerja, dan

karbondioksida harus diangkut dari otot itu. Proses ini memerlukan percepatan

pergantian oksigen dan karbondioksida antara paru dan darah, untuk ini disertai

pula meningkatnya aliran darah melalui kapiler-kapiler paru dengan

mempercepat, dan memperdalam pernafasan (ventilasi), dengan mempercepat

laju difusi dari paru masuk ke darah dan karbondioksida dari darah ke udara di

dalam paru. Jadi untuk mengukur konsumsi oksigen maksimal, harus tahu

berapa banyak oksigen yang dihisap dan jumlah oksigen yang dihembuskan.

Perbedaan antara keduanya itulah merupakan jumlah oksigen yang dikonsumsi,

dan dipergunakan oleh sistem transport elektron pada mitochondria untuk

menghasilkan energi yang diperlukan oleh jaringan-jaringan yang aktif, (Willmore

dan Costill, 2004)


38

2.1.7 Daya Tahan dengan VO2Max

Latihan daya tahan akan mengembangakan konsumsi oksigen. Willmore

dan Costill (2004) mengatakan bahwa subyek yang belum terlatih VO2Max

menunjukkan peningkatan sebesar 20% atau lebih setelah mengikuti program

latihan selama 6 bulan. Nilai VO2Max yang tinggi dapat meningkatkan untuk kerja

pada aktivitas daya tahan, yaitu meningkatkan kemampuan rata-rata kerja lebih

besar atau lebih cepat. Atlet maupun seorang pelatih yang ingin meningkatkan

daya tahan (endurance) harus mengetahui bahwa yang perlu ditingkatkan adalah

kemampuan daya tahan sistem kardiovaskuler. Dengan sistem kardiovaskuler

yang baik, maka kebutuhan biologis tubuh pada waktu kerja akan lancar.

Kelancaran tersebut dimungkinkan apabila alat-alat peredaran darah yang

mengalirkan darah sebagai media penghantar untuk memberikan zat-zat

makanan dan oksigen yang diperlukan jaringan tubuh, dapat menjalankan

fungsinya dengan sempurna.

2.2 Kerangka Berpikir

Penguasaan teknik dasar dalam berenang untuk menunjang gerakan

yang benar, memerlukan latihan yang teratur agar berprestasi. Usaha mencapai

prestasi merupakan usaha yang multikomplek yang melibatkan banyak faktor

baik internal maupun eksternal meliputi kualitas latihan yang merupakan

penopang utama tercapainya prestasi olahraga. Sedangkan kualitas latihan itu

sendiri didukung oleh faktor internal yakni kemampuan atlet (bakat dan motivasi)

serta faktor eksternal meliputi pengetahuan dan kepribadian pelatih, fasilitas,

pemanfaatan hasil riset dan pertandingan. Pencapaian prestasi dalam renang

membutuhkan sebuah pembinaan atau latihan yang terprogram dan sistematis.


39

Banyak faktor yang mempengaruhi dan mempunyai andil dalam usaha

pencapaian prestasi olahraga antara lain ditentukan oleh penguasaan teknik

yang sempurna dan daya tahan tubuh atau kebugaran. Salah satu dasar yang di

butuhkan untuk dapat berenang adalah kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani

atau kondisi fisik adalah suatu persyaratan yang sangat diperlukan dalam setiap

usaha peningkatan prestasi atlet, bahkan dapat di katakan dasar landasan titik

tolak suatu awalan olahraga prestasi.

Daya tahan yang baik merupakan sebuah pondasi bagi atlet renang untuk

menunjukkan penampilannya saat berada dalam pertandingan. Latihan daya

tahan adalah kemampuan tubuh untuk melawan kelelahan sehingga tubuh

mampu melakukan kegiatan atau kerja dalam waktu yang relatif cepat untuk

kembali bugar.

Ketahanan fisik yang baik adalah kemampuan maksimal dalam

memenuhi konsumsi oksigen yang ditandai dengan tingkat volume oksigen

maksimal (VO2Max). VO2Max adalah jumlah maksimum oksigen, yang dapat

digunakan dalam satu menit per kilogram berat badan. Orang yang

kebugarannya baik mempunyai nilai VO2Max yang lebih tinggi dan dapat

melakukan aktivitas lebih kuat dari pada mereka yang tidak dalam kondisi baik.

Tingkat kapasitas vital paru dan VO2Max disinyalir mempunyai kontribusi,

seseorang yang mempunyai tingkat daya tahan yang baik akan dapat

melaksanakan tugas sehari-hari secara efektif dan efisien dalam waktu yang

relatif lama tanpa mengalami kelelahan.

Klub renang adalah suatu kegiatan positif yang bisa dipakai untuk

mengendalikan anak-anak jauh dari aktivitas yang kurang baik, dengan

dibiasakannya anak berenang dibimbing dan belajar supaya memiliki tanggung


40

jawab atas apa yang mereka dapatkan di akademi ataupun di klub renang

masing-masing. Mengikuti klub renang bisa menambah wawasan, mampu

beradaptasi positif dengan lingkungan, selain itu tumbuh dewasa dan menjunjung

tinggi nilai sportivitas, klub renang juga bermanfaat di pergaulan mereka, kondisi

kesehatan anak meningkat dibandingkan sebelum masuk ke klub renang,

pertumbuhan badan cukup baik karena tingginya aktivitas olahraga selama di

klub renang.

Klub OCEAN Kebumen memiliki sasaran, tujuan, dan rencana dalam

melatih atlet dengan program latihan yang telah ditetapkan program latihan

memiliki periodisasi dan komponen program latihan yang tersusun dengan baik.

Pengukuran kapasitas vital paru dan VO2Max dinilai sangat penting dalam

mengetahui kondisi atlet serta menentukan program latihan yang diterapkan

secara efektif untuk memberikan perkembangan kondisi fisik atlet renang.

Perjalanan klub renang OCEAN kabupaten Kebumen dari sejak berdirinya

sampai sekarang, mengalami masalah dalam prestasi, dan tentang intensitas

program latihan dan daya tahan perenang sehingga peneliti tertarik untuk

membahas tentang korelasi intensitas latihan (FITT), kapasitas vital paru dengan

respon daya tahan kardiorespirasi VO2Max atlet renang Kebumen.


41

Atlet Renang
OCEAN Kebumen

Aktivitas Olahraga
Renang

Kapasitas Vital Paru


Intensitas Latihan &
(FITT) Kardiorespirasi VO2 Maks

Daya Tahan Renang


Gaya Dada
Gambar 6. Bagan Kerangka Berpikir
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif yang salah

satu ciri penelitian ini adalah penelitian yang diarahkan untuk pencapaian tujuan

memperoleh penjelasan yang luas, tentang fenomena yang ditetapkan sebagai

objek penelitian. Metode yang digunakan adalah metode Quasi Eksperimental

dengan menggunakan rancangan one group pre-test and post-test design yaitu

desain penelitian yang terdapat pre-test sebelum diberikan perlakuan dan post-

test setelah diberi perlakuan (treathment). Dengan demikian dapat diketahui lebih

akurat karena dapat membandingkan antara sebelum diberi perlakuan dengan

setelah diberi perlakuan, (Sugiyono, 2010). Penelitian ini akan membandingkan

hasil pre-test and pos-test korelasi intensitas latihan (FITT), kapasitas vital paru

dengan menggunakan alat spirometer, mengukur VO2Max dengan melakukan

tes multistage fitnes tes (MFT), dan mengukur peningkatkan kemampuan daya

tahan renang gaya dada dengan stopwatch.

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel penelitian merupakan suatu sifat atau nilai dari orang, obyek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, (Sugiyono, 2010). Variabel bebas

atau disebut juga dengan variabel independent adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadikan sebab timbulnya perubahan terhadap

variabel dependent atau variabel terikat, (Sugiyono, 2010). Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah korelasi intensitas latihan (FITT) dan kapasitas vital paru

dengan respon daya tahan kardiorespirasi.


43

Variabel terikat atau dapat disebut juga dengan variabel dependent

adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat oleh adanya variabel

bebas, (Sugiyono, 2010). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

meningkatkan kemampuan daya tahan renang gaya dada.

Variabel pengganggu (interventing) merupakan variabel yang secara

teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dengan terikat, baik

secara tidak langsung, diamati dan diukur, (Sugiyono, 2010). Variabel

pengganggu dalam penelitaian ini terdiri beberapa faktor, yaitu: faktor

kesungguhan sampel, faktor penyampain materi dan faktor alat.

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi merupakan sumber data secara keseluruhan. Populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek/obyek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya, (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh atlet OCEAN kabupaten Kebumen.

3.3.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi,

2006). Karena jumlahnya kurang dari 100 orang lebih baik semua diambil

sebagai sampel, sehingga penelitian ini adalah penelitian populasi. Dengan

pertimbangan tersebut maka dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil

beberapa sampel untuk perwakilan penelitian. Teknik penarikan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan purposive sampling. Purposive

sampling merupakan pemilihan sekelompok subyek/obyek yang didasarkan

kriteria tertentu atas ciri-ciri/sifat yang dipandang mempunyai sangkut-paut


44

dengan ciri-ciri/sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya sesuai dengan

kebutuhan penelitian.

Kriteria inklusi dalam penarikan sampel ini, antara lain: 1) Atlet renang di

Kab. Kebumen, 2) Usia kelompok 1 umur 15 tahun-17 tahun, 3) Bersedia

menjadi sampel penelitian hingga selesai. Sedangkan kriteria eksklusi, antara

lain: 1) Mengundurkan diri, dan 2) Mengalami sakit atau cidera pada saat

perlakukan.

3.4 Instrumen Penelitian

Menurut Suharsini Arikunto (2006), instrumen penelitian adalah alat atau

fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti ini lebih

mudah diolah. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan tes dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar,

pencapaian, dan prestasi. Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian ini

instrumen yang digunakan adalah instrumen tes di atlet renang OCEAN

kabupaten Kebumen. Validator ahli dalam penelitian ini yaitu Dosen Ilmu

Keolahragaan, dua pelatih renang OCEAN, dan pembina persatuan renang

seluruh Indonesia. Validasi dari para ahli berupa program latihan yang akan

diberikan, pengetesan alat yang akan digunakan dalam tes, dan pengetesan

pengetahuan tes peneliti utama.


45

Ketentuan pelaksanaan pengukuran korelasi intensitas, kapasitas vital

paru, dan VO2Max adalah sebagai berikut:

3.4.1 Pengukuran Intensitas Latihan (FITT)

Prosedur Pengukuran Intensitas Latihan:

1) Sebaiknya para atlet diberi latihan hingga denyut jantungnya mencapai

70–85% dari denyut jantung maksimal.

2) Denyut jantung maksimal yang boleh dicapai pada saat melakukan

latihan adalah 220 dikurangi umur (dalam tahun).

3) Denyut jantung antara 70–85% dari denyut jantung maksimal tersebut

dinamakan target zone.

3.4.2 Multistage Fitness Tes (Bleep Test)

Prosedur Pelaksanaan Bleep Test:

1) Bleep Test dilakukan dengan lari menempuh jarak 20 meter bolak-balik,

yang dimulai dengan lari pelan-pelan secara bertahap yang semakin lama

semakin cepat hingga atlet tidak mampu mengikuti irama waktu lari,

berarti kemampuan maksimalnya pada level bolak-balik tersebut.

2) Waktu setiap level 1 menit.

3) Pada level 1 jarak 20 meter ditempuh dalam waktu 8,6 detik dalam 7 kali

bolak-balik.

4) Pada level 2 dan 3 jarak 20 meter ditempuh dalam waktu 7,5 detik dalam

8 kali bolak-balik.Pada level 4 dan 5 jarak 20 meter ditempuh dalam

waktu 6,7 detik dalam 9 kali bolak-balik, dan seterusnya.

5) Setiap jarak 20 meter telah ditempuh, dan pada setiap akhir level, akan

terdengar tanda bunyi 1 kali.


46

6) Start dilakukan dengan berdiri, dan kedua kaki di belakang garis start.

Dengan aba-aba “siap ya”, atlet lari sesuai dengan irama menuju garis

batas hingga satu kaki melewati garis batas.

7) Bila tanda bunyi belum terdengar, atlet telah melampuai garis batas,

tetapi untuk lari balik harus menunggu tanda bunyi. Sebaliknya, bila telah

ada tanda bunyi atlet belum sampai pada garis batas, atlet harus

mempercepat lari sampai melewati garis batas dan segera kembali lari ke

arah sebaliknya.

8) Bila dua kali berurutan atlet tidak mampu mengikuti irama waktu lari

berarti kemampuan maksimalnya hanya pada level dan balikan tersebut.

9) Setelah atlet tidak mampu mengikuti irama waktu lari, atlet tidak boleh

terus berhenti, tetapi tetap meneruskan lari pelan-pelan selama 3-5 menit

untuk cooling down.

3.4.3 Pengukuran kapasitas vital paru

Prosedur pengukuan kapasitas vital paru:

1) Hubungkan nozzle dengan mouth piece.

2) Pegang spirometer dengan satu tangan dan cek jarum skala spirometer

terletak pada angka nol(„0‟).

3) Jika belum menunjukan angka nol putarlah cincin terluar pada skala untuk

mengatur jarum supaya menunjukan angka nol.

4) Ambil nafas dalam-dalam,setelah paru-paru dirasa penuh,letakkan mouth

piece pada bibir dan keluarkan nafas (selama 4-5 detik).hal ini untuk

menjamin hasil yang akurat.

5) Jika sudah dibaca hasilnya.


47

6) Ulangilah langkah no 4-5 sampai 3 kali. Nilai tertinggi dari 3 kali

pengukuran diambil sebagai nilai kapasitas vital paru. Nilai kapasitas vital

paru dinyatakan dalam ukuran liter (L).

3.5 Prosedur Penelitian

Sebelum melakukan pengambilan data, adapun prosedur yang akan

dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1) Pengurusan surat ijin penelitian pada instansi terkait, yakni: Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang dan atlet renang OCEAN

Kebumen.

2) Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kolam renang GOSSI stadion Kebumen.

3) Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian yakni, pada tanggal 15 Juli 2019.

4) Tenaga Pembantu Peneliti

Untuk membantu kelancaran pelaksanaan penelitian ini maka peneliti

dibantu oleh beberapa mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Negeri Semarang, yang sebelumnya kepada tenaga pembantu tersebut telah

diberikan petunjuk teknik dan gambaran pelaksanaan penelitian secara jelas dan

terperinci serta sesuai dengan tugas yang telah ditetapkan oleh peneliti sendiri.

Prosedur Pelaksanaan Testee terlebih dahulu didata dan diberikan nomor

urut tes. Kemudian peneliti memberikan beberapa penjelasan yang berhubungan

dengan tujuan, maksud dan manfaat dari tes yang akan dilakukan sekaligus

memberikan semangat atau motivasi agar testee dapat melaksanakan tes

dengan sungguh-sungguh sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Selanjutnya


48

testee mengikuti tes intensitas latihan dengan berenang gaya dada, kapasitas

vital paru, dan VO2Max secara bergantian dan dilakukan selama dua bulan.

3.6 Teknik Analisis Data

Sesuai dengan jenis penelitian, maka teknik analisis data yang digunakan

adalah menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan metode pre-test dan post-test. Uji normalitas

data menggunakan uji kolmogorov smirnov test karena jumlah sempel < 30.

Untuk uji korelasi menggunakan uji Correlations Bivariate dan paired sampel t-

test sebagai penjelas perbedaan data pretest dan posttest terdapat peningkatan

yang diberikan perlakuan dengan program latihan selama 2 bulan. Pengolahan

data dalam penelitian ini menggunakan software program SPSS for windows

data yang diteliti, meliputi korelasi nilai intensitas latihan, kapasitas vital paru, dan

VO2Max. Sesuai dengan jenis penelitian, maka teknik analisis data yang

digunakan adalah menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Hal ini digunakan

untuk mengetahui frekuensi, persentase, dan rata-rata serta standar deviasi dari

keseluruhan data yang diteliti.

3.6.1 Uji Prasyarat

Uji persyaratan analisis meliputi uji normalitas.

3.6.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data dalam penelitian ini dengan statistik non parametrik

menggunakan kolmogorov-Smirnov, Adapun untuk menguji normalitas ini dengan

ketentuan jika signifikan > 0,05 berarti data terdistribusi tidak normal. Uji

normalitas data pada penelitian ini menggunakan program SPSS 23.0.


49

3.6.2 Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk menguji korelasi dengan skala

pengukuran variable numerik dengan data terdistribusi dengan normal. Uji

korelasi menggunkan program SPSS 23.0 dengan tujuan untuk mengetahui ada

atau tidaknya korelasi, besar korelasi dan arah korelasi antara variabel bebas

dan variabel terikat. Pada penelitian ini uji korelasi ditunjukkan untuk mengetahui

“Korelasi Intensitas Latihan (FITT), Kapasitas Vital Paru, dan Respon Daya

Tahan Kardiorespirasi dengan Kemampuan Daya Tahan Renang Gaya Dada”.

Berikut adalah panduan interprestasi output SPSS hasil uji korelasi.

Jika nilai ρ < α maka interpretasi Ho ditolak Hα diterima

Jika nilai ρ > maka interpretasi Ho diterima Hα ditolak

Keterangan :

Ho = tidak ada korelasi

Hα = ada korelasi

Pedoman untuk memberikan interprestasi koefesien korelasi yaitu:

Tabel 4. Pedoman Pemberian Interpretasi Koefesien Korelasi


Interval Koefesien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,559 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2010)

3.6.3 Analisis Beda T-Test

Data yang telah diperoleh dari hasil pengukuran dianalisis dengan

menggunakan Uji-t sampel (Paired T-Test) untuk mencari perbedaan masing-


50

masing variabel dengan taraf signifikasi 5% atau 0,05. Uji-t menghasilkan nilai

hitung (t) dan nilai probabilitas (ρ) yang dapat digunakan untuk membuktikan ada

atau tidaknya perbedaan secara signifikan. Dasar pengambilan keputusan

adalah menggunakan angka probabilitas signifikasi, yaitu:

Apabila nilai probabilitas signifikasi > 0,05, maka Ho diterima dan Hα ditolak.

Apabila nilai probabilitas signifikasi < 0,05, maka Ho ditolak dan Hα diterima.

Keterangan :

Ho = tidak ada perbedaan

Hα = ada perbedaan
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kolam Renang Gossi, Kabupaten Kebumen.

Pengambilan data dilakukan pada hari Minggu, tanggal 14 Juli – 15 September

2019. Sampel yang digunakan penelitian ini adalah atlet cabang olahraga renang

di Kabupaten Kebumen. Dari total populasi sebanyak 32 atlet, berdasarkan

kriteria inklusi yang sudah disebutkan di BAB 3, terdapat sebanyak 11 atlet yang

layak dan bersedia untuk menjadi sampel penelitian.

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui “Korelasi Intensitas Latihan

(FITT), Kapasitas Vital Paru, dan Respon Daya Tahan Kardiorespirasi

dengan Kemampuan Daya Tahan Renang Gaya Dada” yang diberikan sebuah

tes sebelum (pretest) dan tes sesudah (posttest).

4.1.2 Karakteristik Sampel

Karakteristik data sampel mengenai usia yaitu pada kelompok umur satu,

atlet renang, menguasai teknik berenang yang baik, sehat raga, dan jasmani.

Kelompok

Kelompok ITSD
Variabel
(n=11)

Rerata Min Maks

Usia (th) 17,4 17 18


52

4.1.3 Descriptive Statistics

Tabel 5. Deskriptif Statistik


Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

kapasitas_vital_paru_pretest 11 4.2855 .50597 3.75 5.18

kapasitas_vital_paru_posttest 11 4.5700 .52847 3.92 5.34

VO2MAX_pretest 11 47.6091 3.28982 43.30 53.30

VO2MAX_posttest 11 49.1364 2.87516 46.20 53.90

enduren_pretest 11 1328.64 48.735 1267 1403

enduren_posttest 11 1301.55 49.885 1239 1396

Deskriptif statistik menggunakan program SPSS 23.0 diketahui kapasitas

vital paru pretest minimum 3,75 liter, kapasitas vital paru pretest maximum 5,18

liter. Mean atau rata-rata kapasitas vital paru dari 11 sampel adalah 4,2855 liter,

dan diperoleh standar deviasi ,50597. Kapasitas vital paru posttest minimum

pada 2 bulan 3,92 liter, kapasitas vital paru posttest maximum 5,34 liter. Mean

atau rata-rata kapasitas vital paru dari 11 sampel adalah 4,5700 liter, dan

diperoleh standar deviasi ,52847.

VO2Max pretest minimum 43,30, VO2Max pretest maximum 53,30. Mean

atau rata-rata VO2Max dari 11 sampel adalah 47,6091, dan diperoleh standar

deviasi 3,28982. VO2Max posttest minimum pada 2 bulan 46,20, VO2Max

posttest maximum 53,90. Mean atau rata-rata VO2Max dari 11 sampel adalah

49,1364, dan diperoleh standar deviasi 2,87516.

Daya tahan pretest minimum 1267 detik, daya tahan pretest maximum

1403 detik. Mean atau rata-rata daya tahan dari 11 sampel adalah 1328,64 detik,

dan diperoleh standar deviasi 48,735. Daya tahan posttest minimum pada 2

bulan 1239 detik, daya tahan posttest maximum 1396 detik. Mean atau rata-rata
53

daya tahan dari 11 sampel adalah 1301,55 detik, dan diperoleh standar deviasi

49,885.

4.1.3.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui data tersebut berdistribusi

normal atau tidaknya yang dianalisis. Hasil perhitungan uji normalitas

menggunakan program SPSS 23.0 dengan analisis kolmogorov-smirnov test.

Tabel 6. Uji Normalitas Data


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

kapasitas_ kapasitas_
vital_paru_ vital_paru_ VO2MAX VO2MAX enduren_ enduren_
pretest posttest _pretest _posttest pretest posttest

N 11 11 11 11 11 11

Normal Mean 4.2855 4.5700 47.6091 49.1364 1328.64 1301.55


a
Parameters Std. Deviation .50597 .52847 3.28982 2.87516 48.735 49.885

Most Extreme Absolute .246 .247 .177 .215 .185 .165


Differences Positive .246 .247 .177 .215 .173 .165

Negative -.160 -.180 -.095 -.177 -.185 -.107

Kolmogorov-Smirnov Z .814 .820 .589 .714 .612 .546

Asymp. Sig. (2-tailed) .521 .511 .879 .689 .847 .927

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan tabel 6 dari data diatas, hasil uji normalitas yang

diinterpretasikan adalah hasil uji normalitas kolomogorov-smirnov test. Jika nilai p

< 0,05 maka data tidak terdistribusi dengan normal. Jika nilai p > 0,05 maka data

terdistribusi dengan normal. Berdasarkan penghitungan prestest dan posttest

intensitas latihan (FITT), kapasitas vital paru, respon daya tahan kardiorespirasi,

dan kemampuan daya tahan renang gaya dada maka data dapat disimpulkan

bahwa data terdistribusi dengan normal.


54

4.1.4 Analisis Data

4.1.4.1 Analisis Korelasi

Uji korelasi menggunakan program SPSS 23.0 dengan tujuan untuk

mengetahui ada atau tidaknya korelasi intensitas latihan (FITT) dengan

kemampuan daya tahan renang gaya dada pretest dan posttest dari pemberian

program latihan selama 2 bulan. Hasil analisis data penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 7. Analisis Korelasi Intensitas Latihan (FITT) dengan Kemampuan


Daya Tahan Renang Gaya Dada Pretest dan Posttest
Correlations

enduren_pretest enduren_posttest
**
enduren_pretest Pearson Correlation 1 .782

Sig. (2-tailed) .004

N 11 11
**
enduren_posttest Pearson Correlation .782 1

Sig. (2-tailed) .004

N 11 11

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel 7 dari data diatas, hasil uji korelasi intensitas latihan

(FITT) dengan kemampuan daya tahan renang gaya dada pretest dan posttest

dengan panduan interprestasi koefesien korelasi output SPSS sebagai berikut :

Jika nilai ρ < α maka interpretasi Ho ditolak Hα diterima

Jika nilai ρ > α maka interpretasi Ho diterima Hα ditolak

Keterangan :

Ho = tidak ada korelasi

Hα = ada korelasi

Diketahui hasil uji korelasi pada penelitian ini diperoleh ρ 0,004 < 0,05,

maka Ho ditolak Hα diterima, dapat disimpulkan terdapat korelasi atau hubungan


55

antara daya tahan pretest dan posttest. Hasil nilai pearson correlation antara nilai

sebesar 0,782, maka dapat disimpulkan tingkat korelasi daya tahan pretest dan

posttest terdapat pada kategori kuat yaitu diantara 0,600 – 0,799.

Tabel 8. Analisis Korelasi Kapasitas Vital Paru dengan Kemampuan Daya


Tahan Renang Gaya Dada
Correlations

kapasitas_vital_pa
ru_posttest enduren_posttest
**
kapasitas_vital_paru_posttest Pearson Correlation 1 .811

Sig. (2-tailed) .002

N 11 11
**
enduren_posttest Pearson Correlation .811 1

Sig. (2-tailed) .002

N 11 11

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel 8 dari data diatas, hasil uji korelasi kapasitas vital paru

dengan kemampuan daya tahan renang gaya dada dengan panduan

interprestasi koefesien korelasi output SPSS sebagai berikut :

Jika nilai ρ < α maka interpretasi Ho ditolak Hα diterima

Jika nilai ρ > α maka interpretasi Ho diterima Hα ditolak

Keterangan :

Ho = tidak ada korelasi

Hα = ada korelasi

Diketahui hasil uji korelasi pada penelitian ini diperoleh ρ 0,002 < 0,05,

maka Ho ditolak Hα diterima, dapat disimpulkan terdapat korelasi atau hubungan

antara kapasitas vital paru dengan kemampuan daya tahan renang gaya dada.

Hasil nilai pearson correlation antara nilai sebesar 0,811, maka dapat

disimpulkan tingkat korelasi kapasitas vital paru dengan kemampuan daya tahan
56

renang gaya dada terdapat pada kategori sangat kuat yaitu diantara 0,800 –

1,000.

Tabel 9. Analisis Korelasi Respon Daya Tahan Kardiorespirasi dengan


Kemampuan Daya Tahan Renang Gaya Dada
Correlations

VO2MAX_posttest enduren_posttest
**
VO2MAX_posttest Pearson Correlation 1 .840

Sig. (2-tailed) .001

N 11 11
**
enduren_posttest Pearson Correlation .840 1

Sig. (2-tailed) .001

N 11 11

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel 9 dari data diatas, hasil uji korelasi respon daya tahan

kaerdiorespirasi dengan kemampuan daya tahan renang gaya dada dengan

panduan interprestasi koefesien korelasi output SPSS sebagai berikut :

Jika nilai ρ < α maka interpretasi Ho ditolak Hα diterima

Jika nilai ρ > α maka interpretasi Ho diterima Hα ditolak

Keterangan :

Ho = tidak ada korelasi

Hα = ada korelasi

Diketahui hasil uji korelasi pada penelitian ini diperoleh ρ 0,001 < 0,05,

maka Ho ditolak Hα diterima, dapat disimpulkan terdapat korelasi atau hubungan

antara daya tahan kardiorespirasi dengan kemampuan daya tahan renang gaya

dada. Hasil nilai pearson correlation antara nilai sebesar 0,840, maka dapat

disimpulkan tingkat korelasi daya tahan kardiorepirasi dengan kemampuan daya


57

taha renang gaya dada terdapat pada kategori sangat kuat yaitu diantara 0,800 –

1,000.

4.1.4.2 Analisis Beda T-Test

Uji beda t-test dua rata-rata tes kapasitas vital paru, VO2Max, dengan

kemampuan daya tahan renang gaya dada dilakukan untuk mengetahui ada

tidaknya perbedaan atau pengaruh program latihan yang diterapkan di klub

OCEAN Kebumen selama 2 bulan dalam upaya meningkatkan kualitas atlet.

Hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata paired sampel t-test disajikan pada

tabel dibawah ini.

Tabel 10. Analisis Perbedaan Kapasitas Vital Paru Pretest dan Posttest

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair kapasitas_vital_p
1 aru_pretest -
-.28455 .13508 .04073 -.37530 -.19380 -6.986 10 .000
kapasitas_vital_p
aru_posttest

Berdasarkan tabel 10 dari data diatas, hasil uji perbedaan kapasitas vital

paru pretest dan posttest, diperoleh nilai sig. 0,000 < 0.05, maka dapat

disimpulkan ada perbedaan rata-rata kapasitas vital paru pretest dan posttest.
58

Tabel 11. Analisis Perbedaan VO2Max Pretest dan Posttest

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 VO2MAX_pr
etest -
-1.52727 1.01004 .30454 -2.20583 -.84872 -5.015 10 .001
VO2MAX_po
sttest

Berdasarkan tabel 11 dari data diatas, hasil uji perbedaan VO2Max

pretest dan posttest, diperoleh nilai sig. 0,001 < 0.05, maka dapat disimpulkan

ada perbedaan rata-rata VO2Max pretest dan posttest.

Tabel 12. Analisis Perbedaan Daya Tahan Renang Pretest dan Posttest

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair enduren_pretest -
27.091 32.559 9.817 5.217 48.964 2.760 10 .020
1 enduren_posttest

Berdasarkan tabel 12 dari data diatas, hasil uji perbedaan daya tahan

renang pretest dan posttest, diperoleh nilai sig. 0,020 < 0.05, maka dapat

disimpulkan ada perbedaan rata-rata daya tahan renang pretest dan posttest.
59

Tabel 13. Deskripsi hasil tes peningkatan kemampuan daya tahan renang
gaya dada dengan program latihan (FITT)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

enduren_pretest 11 1267 1403 1328.64 48.735

enduren_posttest 11 1239 1396 1301.55 49.885

Valid N (listwise) 11

Berdasarkan tabel 13 dari data diatas, deskripsi statistik menggunakan

program SPSS 23.0 diketahui daya tahan pretest minimum 1267 detik, daya

tahan pretest maximum 1403 detik. Mean atau rata-rata daya tahan dari 11

sample adalah 1328,64 detik, dan diperoleh standar deviasi 48,735. Daya tahan

posttest minimum pada 2 bulan 1239 detik, daya tahan posttest maximum 1396

detik. Mean atau rata-rata daya tahan dari 11 sample adalah 1301,55 detik, dan

diperoleh standar deviasi 49,885.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hasil Analisis Deskriptif

Penelitian ini mengambil sample sebanyak 11 orang dengan diberikan

sebuah tes sebelum (pretest) dan tes sesudah (posttest). Tes yang diberikan

berupa tes kapasitas vital paru, VO2Max, dan daya tahan renang. Analisis data

hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan nilai rata-rata (mean) untuk

masing-masing variabel pada pretest ke posttest selama 2 bulan.

Berdasarkan hasil penelitian hasil uji normalitas menunjukkan data

berdistribusi normal dengan nilai p > 0,05 sehingga data dapat dianalisa dengan

uji korelasi pearson. Hasil uji korelasi pearson menunjukkan p < 0,05 yang

artinya bahwa terdapat hubungan antara intensitas latihan (FITT), kapasitas vital
60

paru, respon daya tahan kardiorespirasi, dan kemampuan daya tahan renang

gaya dada.

4.2.2 Korelasi Intensitas Latihan (FITT) dengan Kemampuan Daya Tahan

Renang Gaya Dada

Hasil uji korelasi pearson didapatkan ρ = 0,782 yang artinya bahwa

korelasi intensitas latihan (FITT) dengan kemampuan daya tahan renang gaya

dada memiliki korelasi pada kategori kuat, hal ini dikarenakan penelitian ini

memfokuskan pada intensitas latihan yang meningkat sesuai dalam program

latihan.

Berdasarkan hasil uji t dengan paired sample t test menunjukkan p < 0.05

yang atinya terdapat perbedaan antara hasil pretest dan posttest kemampuan

daya tahan renang gaya dada, dapat disimpulkan ada perbedaan yang

signifikan program latihan yang diterapkan oleh di klub OCEAN Kebumen

terhadap respon daya tahan kardiorespirasi atlet renang.

Program latihan yang diberikan dalam klub OCEAN Kebumen bertujuan

untuk meningkatkan kualitas kondisi fisik atlet dan meningkatkan prestasi.

Wilmore (1994), menjelaskan bahwa latihan daya tahan selama 10 minggu

bertujuan untuk peningkatan unsur aerobik. Latihan di klub OCEAN Kebumen

pada hari senin, selasa, kamis, sabtu, dan minggu dengan tujuan latihan untuk

meningkatkan kemampuan aerobik atlet renang. Dengan program aerobik klub

OCEAN tergolong sangat baik karena hasil dapat dilihat perkembangannya

dengan menjalankan program latihan selama 2 bulan.


61

4.2.3 Korelasi Kapasitas Vital Paru dengan Kemampuan Daya Tahan

Renang Gaya Dada

Hasil uji korelasi pearson didapatkan ρ = 0,811 yang artinya bahwa

hubungan kapasitas vital paru dengan kemampuan daya tahan daya tahan

renang gaya dada memiliki korelasi yang baik, hal ini dikarenakan penelitian ini

memfokuskan pada intensitas latihan yang meningkat sesuai dalam program

latihan.

Willmore dan Costill (2004), mengatakan bahwa latihan fisik yang intens

dapat meningkatkan ≥ 20%. Latihan fisik selain dapat mempengaruhi nilai

VO2Max juga dapat mempengaruhi nilai kapasitas vital paru seseorang.

Perbaikan fungsi paru yang terjadi karena latihan akan menyebabkan

peningkatan kemampuan otot-otot pernafasan berupa hipertrofi, peningkatan

jumlah mitikondia, enzim oksidatif dan mioglobin. Pada penelitian ini didapatkan

kategori VO2Max pada saat pretest dan posttest bagus dan tinggi dan nilai

kapasitas vital paru baik hal ini dikarenakan atlet disiplin program latihan yang

tertata.

Pada penelitian Handrian Deny Febrianto (2009), menyatakan Salah satu

faktor utama yang menentukan besarnya kapasitas vital paru yaitu kemampuan

paru dan rongga dada untuk berkembang. Besarnya daya kapasitas vital paru

akan mempengaruhi jumlah oksigen yang dikonsumsi secara maksimal selama

latihan. Selama melakukan latihan daya tahan aerobik lebih banyak lagi oksigen

yang digunakan otot yang sedang bekerja, menurut Giri Wiarto (2015),

menjelaskan bahwa orang yang memiliki kapasitas vital paru besar akan lebih

beruntung karena frekuensi nafas tidak terlalu cepat, ventilasi paru yang pada

waktu istirahat sekitar 8 liter/menit pada waktu berolahraga akan meningkat


62

hingga 200 liter/menit, otot-otot pernafasan berperan dalam kapasitas vital paru

karena akan berguna dalam pengambilan daya tampung oksigen yang saat

digunakan. Bersamaan dengan latihan membantu dalam menunjukkan besarnya

konsumsi oksigen maksimal yang akan diraih karena tampungan oksigen yang

tersedia akan membantu dorongan oksigen yang dikeluarkan oleh paru-paru

secara maksimal. Hal ini dapat disimpulkan faktor pendukung dari VO2Max

bergantung pada kapasitas vital paru, dan daya tahan kardiorepirasi.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan dapat

disimpulkan bahwa, kapasitas vital paru memiliki korelasi yang sangat kuat

dengan kemampuan daya tahan renang gaya dada, serta pola latihan aerobik

yang terprogram dengan teratur dapat menentukan nilai kapasitas vital paru

seorang atlet renang, di dalam penelitian ini antara kapasitas vital paru memiliki

korelasi yang sangat kuat, dan hasil saat pretest dan posttest kapasitas vital paru

dengan daya tahan atlet renang terdapat pada kategori sangat kuat yaitu

diantara 0,800 – 1,000.

4.2.4 Respon Daya Tahan Kardiorespirasi dengan Kemampuan Daya

Tahan Renang Gaya Dada

Hasil uji korelasi pearson didapatkan ρ = 0,840 yang artinya bahwa

hubungan respon daya tahan kardiorespirasi dengan kemampuan daya tahan

renang gaya dada memiliki korelasi pada kategori yang sangat kuat,

dikarenakan penelitian ini memfokuskan pada intensitas latihan yang meningkat

sesuai dalam program latihan. VO2Max dinilai sangat penting dalam mengetahui

kondisi atlet serta menentukan program latihan yang diterapkan secara efektif

untuk memberikan perkembangan kondisi fisik atlet renang. VO2Max yang baik

seorang atlet renang akan mampu mengatasi dan siap menghadapi


63

pertandingan. Sehingga dalam mengeluarkan kemampuan teknik berenang

yang dimiliki, dapat berjalan dengan baik dan optimal. Berdasarkan hal tersebut,

maka VO2Max mempunyai peran yang dominan dalam penampilan seorang

perenang. Terdapat 5 komponen utama dari kebugaran yang berhubungan

yang harus diperhatikan yaitu: daya tahan kardiorespirasi, kekuatan otot, daya

tahan otot, kelentukan, dan komposisi tubuh. Dari kelima komponen tersebut

komponen yang terpenting adalah daya tahan kardiorespirasi yaitu kemampuan

dari jantung, paru-paru, pembuluh darah, dan grup otot-otot yang besar untuk

melakukan latihan-latihan yang keras dalam jangka waktu yang lama, (Brian J.

Sharkey, 2003).

VO2Max menentukan prestasi seorang atlet, karena VO2Max yang baik

seorang atlet akan mampu menerapkan teknik dan taktik secara maksimal,

sehingga dengan kemampuan daya tahan yang baik dapat membantu atlet

dalam meraih prestasi lebih mudah. Faktor keberhasilan dalam latihan dan

pertandingan olahraga dipengaruhi oleh tingkat kemampuan dan daya tahan

atlet renang.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Kendala dan keterbatasan dalam penelitian ini adalah jarak dari rumah

masing-masing atlet renang dengan kolam lokasi penelitian sangat jauh sehingga

mengganggu ketepatan waktu dan efektifitas waktu penelitian, dan latihan. Saat

pemantauan tes atlet latihan tidak sepenuhnya dilakukan dalam tiap harinya

sehingga atlet yang dipantau dalam penelitian tidak sepenuhnya tertib dalam

menjalankan program latihan.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan data hasil penelitian, analisis dan pembahasan, dapat

disimpulkan bahwa:

1. Hasil uji korelasi pearson intensitas latihan (FITT) dengan kemampuan daya

tahan renang gaya dada memiliki korelasi pada kategori kuat, dikarenakan

penelitian ini memfokuskan pada intensitas latihan yang meningkat sesuai

dalam program latihan.

2. Hasil uji korelasi pearson hubungan kapasitas vital paru dengan kemampuan

daya tahan renang gaya dada memiliki korelasi pada kategori yang sangat

kuat, dikarenakan penelitian ini memfokuskan pada intensitas latihan yang

meningkat sesuai dalam program latihan.

3. Hasil uji korelasi pearson hubungan respon daya tahan kardiorespirasi

dengan kemampuan daya tahan renang gaya dada memiliki korelasi pada

kategori yang sangat kuat, dikarenakan penelitian ini memfokuskan pada

intensitas latihan yang meningkat sesuai dalam program latihan.


65

5.2 Saran

Setelah selesai melaksanakan penelitian penelitian ini, peneliti

menyarankan :

1. Bagi Atlet

Peneliti menyarankan untuk lebih menjaga kedisiplinan latihan karena

program latihan sudah berada dalam urutan jadwal latihan perhari dan

perminggunya hingga bulan-bulan berikutnya. Sehingga atlet dapat

merasakan hasil dari program latihan yang sudah diterapkan.

2. Bagi Pelatih

Peneliti menyarankan kepada pelatih untuk lebih memerhatikan program

latihan yang ada agar dapat meningkatkan kualitas atlet dan dapat menuju

ke jenjang prestasi yang lebih tinggi.


DAFTAR PUSTAKA

Aiello, et al. 2008. Lung Diffusio Capacity can Predict Maximal Xercise in
Apparently Healthy Heavy Smokers. Journal of Sports Science and
Medicine, 7: 229-234.

Akhmad, I. 2015. Efek Latihan Berbeban terhadap Fungsi Kerja Otot. Jurnal
Pedagogik Keolahragaan, Vol. 1, No. 2:80-102.

Anggriawan, N. 2015. Peran Fisiologi Olahraga dalam Menunjang Prestasi.


Jurnal Olahraga Prestasi, Vol. 11, No. 2:8-18.

Bafirman. 2013. Kontribusi Fisiologi Olahraga Mengatasi Resiko Menuju Prestasi


Optimal. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, Vol. 3, No. 1:1-70.

Bassett, D. R. JR., and E. T. HOWLEY. 2000. Limiting factors formaximum


oxygen uptake and determinants of endurance performance. Med. Sci.
Sports Exerc. 32:70–84

Bloomfield, Acland, Elliot. 2010. Applied Anatomy And Biomecanics In Sport.


Melbourne: Blackell Scientific Publications.

Billat V L , Morton R H , Blondel N , Berthoin S , Bocquet V , Koralsztein J P


,Barstow T J. 2000. Oxygen kinetics and modelling of time to exhaustion
whilst running at various velocities at maximal oxygen uptake . Eur J Appl
Physiol ; 82 : 178 – 187

Bompa, T. O. dan Haff, G. G. 2009. Periodization Theory and Methodology of


Training. Fifth Edition. United States of America: Human Kinetics.

Brian J. Sharkey. 2003. Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Dekerle J , Brickley G , Alberty M , Pelayo P. 2010. Characterising the slope of


the distance-time relationship in swimming. J Sci Med Sport 2010 ;13 : 365
– 370

Dekerle J , Pelayo P , Delaporte B , Gosse N , Hespel J M , Sidney M. 2002 .


Validity and reliability of critical speed, critical stroke rate and aerobic
capacity in relation to front breast style swimming performances . Int J
Sports Med. 2002 ; 23 : 93 – 98

Irianto, D. J. 2004. Pedoman Praktis Berolahraga untuk kebugaran dan


Kesehatan. Yogyakarta: ANDI Offset.

Evelyn C. Pearce. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta: PT.

Fat‟ak, M.D., Kemalasari, & Wijayanto. A. 2005. Pengolahan Sinyal Respirasi


Dengan Fir Untuk Analisa Volume dan Kapasitas Pulmonary. Surabaya.
67

Febrianto, H. D. 2009. Hubungan Kapasitas Vital Paru Dengan VO2 Maks


Anggota Pusat Kebugaran Maroz GYM Kudus. Skripsi. Universitas Negeri
semarang.

Graham, W. 2003. Williams Swimming Beep Test. Online di


https://www.topendsports.com/testing/test/swimming-beep-test.htm

Guyton, A.C. dan Hall, J.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. (Irawati
Setiawan. Terjemahan). Jakarta: EGC. Buku asli diterbitkan Tahun 1996.

Harasuki. 2003. Perkembangan Olahraga Terkini: Kajian Para Pakar. Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada

Haskell, W. L. et. al. 2007. “Updated Recommendation fot Adults From the
American College of Sports Medicine and American Heart Assosiation”.
Physical Activity and Public Health, Vol. 116, Issue 9: 1081-1093.

Ikal. 2016. Konsep FITT sebagai Dosis Latihan Fisik. Online di


http://hiithighintensityintervaltraining.blogspot.com/2016/12/konsep-fitt
sebagai-dosis-latihan-fisik.html. (Diakses pada 24/02/2019, pk. 23.25).

Isti, M. 2011. Perbedaaan Antara Nilai Arus Puncak Ekspirasi Sebelum dan
Sesudah Olahraga Renang Selama Dua Belas Minggu. Artikel Ilmiah.
Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Universitas Diponegoro
Semarang.

Kemenpora. 2010. Penyajian Data dan Informasi Statistik Keolahragaan Tahun


2010. Jakarta: Kementrian Pemuda dan Olahraga.

Koesyanto, Herry, & Eram Tunggul P. 2005. Panduan Praktikum Laboratorium


Kesehatan & Keselamatan Kerja. Semarang: UPT UNNES Press Jonathan
Kuantaraf dan K Liwijaya Kuantaraf. (1992). Olahraga Sumber Kesehatan.
Bandung: Advent Indonesia.

Kurniawan. 2005. Pengembangan Olahraga Renang. Bandung: Angkasa.

Muliarta, I. W. 2010. “Pengaruh Latiha Interval Anaerob dan Power Otot Tungkai
Terhadap Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter (Studi Eksperimen
Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio Waktu Kerja Istirahat 1:2 Dan 1:3
Pada Siswa Putra Kelas IX Ekstrakurikuler Renang SMP Negeri 2
Singaraja-Bali)”. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Pangastuti, N. I. 2011. Latihan Renang Untuk Lansia. Jurnal Olahraga Prestasi.

Parwata, I. M. Y. 2015. Kelelahan dan Recovery dalam Olahraga. Jurnal


Pendidikan Rekreasi, Vol. 2:2-13.
68

Palar, C. M., Wongkar, D., Ticoalu, S. H. R. 2015. Manfaat Latihan Olahraga


Aerobik terhadap Kebugaran Fisik Manusia. Jurnal e-Biomedik (eBm), Vol.
3, No. 1:316-321.

Sukadiyanto. 2005. Pengantar teori dan metodologi melatih fisik. Yogyakarta:


Fakultas Ilmu Keolahragaan.

Setyawan, W. dan Dolores, J. 2017. Perbandingan Daya Tahan Kardiorespirasi


antara Siswa Perokok dan Tidak Perokok. Jurnal Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan, Vol. 5, No. 3:798-803.

Sharkey, B. J. 2003. Kebugaran & Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Snell, P. G., Stray-Gundersen, J., Levine, B. D., Hawkins, M. N., & Raven, P. B.
2007. Maximal oxygen uptake as a parametric measure of cardiorespiratory
capacity. Medicine and Science in Sports and Exercise,39(1),103–107.

Sugiarto & Nanang, I. 2007. Korelasi Antara VO2 Max dan Vital Capasity Dengan
Ketahanan Menyelam Pada Mahasiswa Ikora Angkatan 2006. Procceding
Seminar Nasioanal PORPERTI. Yogyakarta: Kemahasiswaan UNY.

Sugiharto. 2003. Adaptasi Fisiologis Tubuh terhadap Dosis Latihan Fisik.


Makalah disajikan dalam penelitian senam aerobik, Laboratorium Ilmu
Keolahragaan, Universitas Negeri Malang.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D . Bandung:


Alfabeta

Suharsimi, A. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta

Tjalik, S. 2002. Fisiologi Olahraga. Yogyakarta: FIK UNY.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem


Keolahragaan Nasional.

Welis, W. & Rifki, M. S. 2013. Gizi untuk Aktivitas Fisik dan Kebugaran. Fakultas
Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Padang.

Wiarto, G. 2015. Panduan Berolahraga Untuk Kesehatan Dan Kebugaran.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Willmore, Jack.H & Costill, David.L, 2004. Physiology Of Sport And Exercise.2nd
ed. Champaign, Illionis: Human kinetics Published, Inc.

Yudiana, Y., Subardjah, H. dan Juliantine, T. 2012. Latihan Fisik. FPOK,


Universitas Pendidikan Indonesia.
69

LAMPIRAN
70

Lampiran 1. Surat Usulan Dosen Pembimbing


71

Lampiran 2. Surat Penetapan Dosen Pembimbing


72

Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian


73

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian Kolam


74

Lampiran 5. Surat Kelaikan Etik Penelitian


75

Lampiran 6. Lembar Penjelasan dan Pernyataan Kesediaan


76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88

Lampiran 7. Periodisasi Latihan


PERIODISASI LATIHAN
Bulan Tanggal Minggu Jenis Gaya Fase Perkembangan Khusus

1. 5x10m normal
2. 10x10m kaki katak kedua tangan di depan
3. 10x10m kaki katak pinggul main
4. 10x10m recovery
14-20 1 1. Gaya Dada
5. 4x10m weter filling
6. 10x10m dada normal
7. 10x50m dada normal
8. 2x10m CO
1. Gaya Crawl 1. 5x10m bebas normal
2. Gaya 2. 12x10m kaki kedua tangan di depan
Punggung 3. 12x10m kaki miring di ikuti bahu kemiringan 90
3. Gaya Dada derajat
4. Gaya Kupu 4. 10x10m recovery
21-27 2
5. 10x10m cats up
Juli
6. 4x10m weter filling
7. 5x10m tanpa ambil nafas
8. 10x50m normal
9. 2x10m CO
1. 5x10m bebas normal
2. 12x10m kaki kedua tangan di depan
3. 12x10m kaki miring di ikuti bahu kemiringan 90
1. Gaya Crawl
derajat
2. Gaya
4. 10x10m recovery
28-3 3 Punggung
5. 10x10m cats up
3. Gaya Dada
6. 4x10m weter filling
4. Gaya Kupu
7. 5x10m tanpa ambil nafas
8. 10x50m normal
9. 2x10m CO
1. 5x10m bebas normal
2. 12x10m kaki kedua tangan di depan
3. 12x10m kaki miring di ikuti bahu kemiringan 90
1. Gaya Crawl
derajat
2. Gaya
4. 10x10m recovery
4-10 4 Punggung
5. 10x10m cats up
3. Gaya Dada
6. 4x10m weter filling
4. Gaya Kupu
7. 5x10m tanpa ambil nafas
8. 16x50m normal
9. 2x10m CO
1. 5x10m bebas normal
2. 12x10m kaki kedua tangan di depan
3. 12x10m kaki miring di ikuti bahu kemiringan 90
1. Gaya Crawl
derajat
2. Gaya
4. 10x10m recovery
Agustus 11-17 5 Punggung
5. 10x10m cats up
3. Gaya Dada
6. 4x10m weter filling
4. Gaya Kupu
7. 5x10m tanpa ambil nafas
8. 16x50m normal
9. 2x10m CO
1. 5x10m bebas normal
2. 12x10m kaki kedua tangan di depan
3. 12x10m kaki miring di ikuti bahu kemiringan 90
1. Gaya Crawl
derajat
2. Gaya
4. 10x10m recovery
18-24 6 Punggung
5. 10x10m cats up
3. Gaya Dada
6. 4x10m weter filling
4. Gaya Kupu
7. 5x10m tanpa ambil nafas
8. 16x50m normal
9. 2x10m CO
89

1. 5x10m bebas normal


2. 12x10m kaki kedua tangan di depan
3. 12x10m kaki miring di ikuti bahu kemiringan 90
1. Gaya Crawl
derajat
2. Gaya
4. 10x10m recovery
25-31 7 Punggung
5. 10x10m cats up
3. Gaya Dada
6. 4x10m weter filling
4. Gaya Kupu
7. 5x10m tanpa ambil nafas
8. 20x50m normal
9. 2x10m CO
1. 5x10m bebas normal
2. 12x10m kaki kedua tangan di depan
3. 12x10m kaki miring di ikuti bahu kemiringan 90
1. Gaya Crawl
derajat
2. Gaya
4. 10x10m recovery
1-7 8 Punggung
5. 10x10m cats up
3. Gaya Dada
6. 4x10m weter filling
4. Gaya Kupu
7. 5x10m tanpa ambil nafas
8. 20x50m normal
September
9. 2x10m CO
1. 5x10m normal
2. 10x10m kaki katak kedua tangan di depan
3. 10x10m kaki katak pinggul main
4. 10x10m recovery
8-14 9 1. Gaya Dada
5. 4x10m weter filling
6. 10x10m dada normal
7. 20x50m dada normal
8. 2x10m CO
90

Lampiran 8. Data Hasil Penelitian


Kapasitas Vital Paru Pretest
NO. NAMA KU HASIL TES
1. Alma Sauqi 1 5,18
2. Daniel Kent Prasetyo 1 4,99
3. Bagus Naehan Nurhasim 1 4,22
4. Rafid Musyaffa 1 4,36
5. Dimas Fauzi 1 4,90
6. Imam Fadli 1 3,92
7. Imam Nasrullah 1 4,02
8. Akhmad Khifni 1 3,97
9. Muzaki Rifqindiro 1 3,84
10. Moh. Damarjati 1 3,75
11. Pandu Ardyaninggar 1 3,99

Kapasitas Vital Paru Posttest


NO. NAMA KU HASIL TES
1. Alma Sauqi 1 5.34
2. Daniel Kent Prasetyo 1 5.27
3. Bagus Naehan Nurhasim 1 4.83
4. Rafid Musyaffa 1 4.55
5. Dimas Fauzi 1 5.31
6. Imam Fadli 1 4.29
7. Imam Nasrullah 1 4.28
8. Akhmad Khifni 1 4.21
9. Muzaki Rifqindiro 1 4.11
10. Moh. Damarjati 1 3.92
11. Pandu Ardyaninggar 1 4.16

Data VO2Max Pretest


NO. NAMA KU HASIL TES VO2MAX
1. Alma Sauqi 1 11.10 53.30
2. Daniel Kent Prasetyo 1 11.5 51.60
3. Bagus Naehan Nurhasim 1 10.6 48.70
4. Rafid Musyaffa 1 10.9 49.60
5. Dimas Fauzi 1 11.1 50.30
6. Imam Fadli 1 9.10 46.50
7. Imam Nasrullah 1 9.9 46.20
8. Akhmad Khifni 1 9.3 44.20
9. Muzaki Rifqindiro 1 9.7 45.50
10. Moh. Damarjati 1 8.11 43.30
11. Pandu Ardyaninggar 1 9.4 44.50
91

Data VO2Max Posttest

NO. NAMA KU HASIL TES VO2MAX


1. Alma Sauqi 1 11.12 53.90
2. Daniel Kent Prasetyo 1 11.9 52.90
3. Bagus Naehan Nurhasim 1 10.7 49.00
4. Rafid Musyaffa 1 10.10 49.90
5. Dimas Fauzi 1 11.9 52.90
6. Imam Fadli 1 10.5 48.50
7. Imam Nasrullah 1 9.11 46.80
8. Akhmad Khifni 1 10.1 47.10
9. Muzaki Rifqindiro 1 9.11 46.80
10. Moh. Damarjati 1 9.9 46.20
11. Pandu Ardyaninggar 1 9.10 46.50

Data Endurance Renang Gaya Dada Pretest

NO. NAMA K JARAK WAKTU


U
1. Alma Sauqi 1 1000 m 1267 detik
2. Daniel Kent Prasetyo 1 1000 m 1268 detik
3. Bagus Naehan Nurhasim 1 1000 m 1350 detik
4. Rafid Musyaffa 1 1000 m 1281 detik
5. Dimas Fauzi 1 1000 m 1371 detik
6. Imam Fadli 1 1000 m 1286 detik
7. Imam Nasrullah 1 1000 m 1346 detik
8. Akhmad Khifni 1 1000 m 1381 detik
9. Muzaki Rifqindiro 1 1000 m 1305 detik
10. Moh. Damarjati 1 1000 m 1403 detik
11. Pandu Ardyaninggar 1 1000 m 1357 detik

Data Endurance Renang Gaya Dada Posttest

NO. NAMA K JARAK WAKTU


U
1. Alma Sauqi 1 1000 m 1239 detik
2. Daniel Kent Prasetyo 1 1000 m 1254 detik
3. Bagus Naehan Nurhasim 1 1000 m 1298 detik
4. Rafid Musyaffa 1 1000 m 1274 detik
5. Dimas Fauzi 1 1000 m 1255 detik
6. Imam Fadli 1 1000 m 1278 detik
7. Imam Nasrullah 1 1000 m 1317 detik
8. Akhmad Khifni 1 1000 m 1362 detik
9. Muzaki Rifqindiro 1 1000 m 1294 detik
10. Moh. Damarjati 1 1000 m 1396 detik
11. Pandu Ardyaninggar 1 1000 m 1350 detik
92

Lampiran 9. Analisis Data Penelitian Hasil SPSS


Descriptive

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

kapasitas_vital_paru_pretest 11 4.2855 .50597 3.75 5.18

kapasitas_vital_paru_posttest 11 4.5700 .52847 3.92 5.34

VO2MAX_pretest 11 47.6091 3.28982 43.30 53.30

VO2MAX_posttest 11 49.1364 2.87516 46.20 53.90

enduren_pretest 11 1328.64 48.735 1267 1403

enduren_posttest 11 1301.55 49.885 1239 1396

Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

kapasitas_vit kapasitas_vit
al_paru_pret al_paru_post VO2MAX_ VO2MAX_ enduren_p enduren_p
est test pretest posttest retest osttest

N 11 11 11 11 11 11

Normal Mean 4.2855 4.5700 47.6091 49.1364 1328.64 1301.55


a
Parameters Std. Deviation .50597 .52847 3.28982 2.87516 48.735 49.885

Most Extreme Absolute .246 .247 .177 .215 .185 .165


Differences Positive .246 .247 .177 .215 .173 .165

Negative -.160 -.180 -.095 -.177 -.185 -.107

Kolmogorov-Smirnov Z .814 .820 .589 .714 .612 .546

Asymp. Sig. (2-tailed) .521 .511 .879 .689 .847 .927

a. Test distribution is Normal.


93

Correlations

Correlations

enduren_pretest enduren_posttest

enduren_pretest Pearson Correlation 1 .782**

Sig. (2-tailed) .004

N 11 11

enduren_posttest Pearson Correlation .782** 1

Sig. (2-tailed) .004

N 11 11

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

kapasitas_vital_paru

_posttest enduren_posttest

kapasitas_vital_paru_posttest Pearson Correlation 1 -.811**

Sig. (2-tailed) .002

N 11 11

enduren_posttest Pearson Correlation -.811** 1

Sig. (2-tailed) .002

N 11 11

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

VO2MAX_posttest enduren_posttest

VO2MAX_posttest Pearson Correlation 1 -.840**

Sig. (2-tailed) .001

N 11 11

enduren_posttest Pearson Correlation -.840** 1

Sig. (2-tailed) .001

N 11 11

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


94

Uji Beda T-Test Pretest dan Posttest

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence
Interval of the

Std. Std. Error Difference Sig. (2-


Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 kapasitas_vital_paru

_pretest -
-.28455 .13508 .04073 -.37530 -.19380 -6.986 10 .000
kapasitas_vital_paru
_posttest

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval


of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 VO2MAX_pretest -

- 1.5272 1.01004 .30454 -2.20583 -.84872 -5.015 10 .001


VO2MAX_posttest 7

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval

Std. Std. Error of the Difference Sig. (2-


Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 enduren_pretest -
27.091 32.559 9.817 5.217 48.964 2.760 10 .020
enduren_posttest
95

Lampiran 10. Tabel Penilaian MFT

Tingkat Bolak- Prediksi Tingkat Bolak- Prediksi

(Level) Balik VO2 Max (Level) Balik VO2 Max

1 17,2 1 20,0

2 17.6 2 2 20,4

3 18,0 3 20,8

1 4 18,4 4 21,2

5 18,8 5 21,6

6 19,2 6 22,0

7 19,6 7 22,4

8 22,8

Tingkat Bolak- Prediksi Tingkat Bolak- Prediksi

(Level) Balik VO2 Max (Level) Balik VO2 Max

1 23,2 1 26,4

2 23,6 2 26,8

3 24,0 3 27,2

3 4 24,4 4 4 27,2

5 24,8 5 27,6

6 25,2 6 28,0

7 25,6 7 28,7

8 26,0 8 29,1

9 29,5

Tingkat Bolak- Prediksi Tingkat Bolak- Prediksi

(Level) Balik VO2 Max (Level) Balik VO2 Max

1 29,8 1 33,2

2 30,2 2 33,6

3 30,6 3 33,9

4 31,0 4 34,3

5 5 31,4 6 5 34,7

6 31,8 6 35,0

7 32,4 7 35,4

8 32,6 8 35,7

9 32,9 9 36,0

10 36,4
96

Tingkat Bolak- Prediksi Tingkat Bolak- Prediksi

(Level) Balik VO2 Max (Level) Balik VO2 Max

1 36,8 1 40,2

2 37,1 2 40,5

3 37,5 3 40,8

4 37,5 4 41,1

5 38,2 5 41,5

7 6 38,5 8 6 41,8

7 38,9 7 42,0

8 39,2 8 42,2

9 39,6 9 42,6

10 39,9 10 42,9

11 43,3

Tingkat Bolak- Prediksi Tingkat Bolak- Prediksi

(Level) Balik VO2 Max (Level) Balik VO2 Max

1 43,6 1 47,1

2 43,9 2 47,4

3 44,2 3 47,7

4 44,5 4 48,0

5 44,9 5 48,4

9 6 45,2 10 6 48,7

7 45,5 7 49,0

8 45,8 8 49,3

9 46,2 9 49,6

10 46,5 10 49,9

11 46,8 11 50,2
97

Tingkat Bolak- Prediksi Tingkat Bolak- Prediksi

(Level) Balik VO2 Max (Level) Balik VO2 Max

1 50,5 1 54,0

2 50,8 2 54,3

3 51,1 3 54,5

4 51,4 4 54,8

5 51,6 5 55,1

11 6 51,9 12 6 55,4

7 52,2 7 55,7

8 52,5 8 56,0

9 52,8 9 56,3

10 53,1 10 56,5

11 53,4 11 56,8

12 53,7 12 57,1

Tingkat Bolak- Prediksi Tingkat Bolak- Prediksi

(Level) Balik VO2 Max (Level) Balik VO2 Max

1 57,4 1 60,8

2 57,6 2 61,1

3 57,9 3 61,4

4 58,2 4 61,7

5 58,5 5 62,0

6 58,7 6 62,2

13 7 59,0 14 7 62,5

8 59,3 8 62,7

9 59,5 9 63,0

10 59,8 10 63,2

11 60,0 11 63,5

12 60,3 12 63,8

13 60,6 13 64,0
98

Tingkat Bolak- Prediksi Tingkat Bolak- Prediksi

(Level) Balik VO2 Max (Level) Balik VO2 Max

1 64,3 1 67,8

2 64,4 2 68,0

3 64,8 3 68,3

4 65,1 4 68,5

5 65,3 5 68,8

6 65,6 6 69,0

15 7 65,9 16 7 69,3

8 66,2 8 69,5

9 66,5 9 69,7

10 66,7 10 69,9

11 66,9 11 70,2

12 67,2 12 70,5

13 67,5 13 70,7

14 70,9

Tingkat Bolak- Prediksi Tingkat Bolak- Prediksi

(Level) Balik VO2 Max (Level) Balik VO2 Max

1 71,2 1 74,6

2 71,4 2 74,8

3 71,6 3 75,0

4 71,9 4 75,3

5 72,2 5 75,6

6 72,4 6 75,8

7 72,6 7 76,0

17 8 72,9 18 8 76,2

9 73,2 9 76,5

10 73,4 10 76,7

11 73,6 11 76,9

12 73,9 12 77,2

13 74,2 13 77,4

14 74,4 14 77,6

15 77,9
99

Tingkat Bolak- Prediksi Tingkat Bolak- Prediksi

(Level) Balik VO2 Max (Level) Balik VO2 Max

1 78,1 1 81,5

2 78,3 2 81,8

3 78,5 3 82,0

4 78,8 4 82,2

5 79,0 5 82,4

6 79,2 6 82,6

7 79,5 7 82,8

19 8 79,7 20 8 83,0

9 79,9 9 83,2

10 80,2 10 83,5

11 80,4 11 83,7

12 80,6 12 83,9

13 80,8 13 84,1

14 81,0 14 84,3

15 81,3 15 84,5

16 84,8

Tingkat Bolak- Prediksi

(Level) Balik VO2 Max

1 85,0

2 85,2

3 85,4

21 4 85,6

5 85,8

6 86,1

7 86,3

8 86,5

9 86,7

10 86,9

11 87,2

12 87,4

13 87,6

14 87,8

15 88,0

16 88,2
100

Lampiran 11. Form MFT


101

Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian

Pretest

Pengarahan Sebelum Perlakuan Pretest


Sumber: Data 2019

Pengukuran Kapasitas Vital Paru Pretest


Sumber: Data 2019
102

Pengukuran Daya Tahan Kardiorespirasi Pretest


Sumber: Data 2019
103

Pengukuran Daya Tahan Renang Pretest


Sumber: Data 2019
104

Post Test

Pengarahan Sebelum Perlakuan Posttest


Sumber: Data 2019

Pengukuran Kapasitas Vital Paru Posttest


Sumber: Data 2019
105

Pengukuran Daya Tahan Kardiorespirasi Posttest


Sumber: Data 2019
106

Pengukuran Daya Tahan Renang Posttest


Sumber: Data 2019

Anda mungkin juga menyukai