UNIVERSITAS INDONESIA
SKRIPSI
SALMAHIRA LAZUARDI
1706973552
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
DEPOK
JUNI 2021
UNIVERSITAS INDONESIA
SKRIPSI
SALMAHIRA LAZUARDI
1706973552
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
DEPOK
JULI 2021
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
<scan>
telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memeroleh gelar Sarjana pada Program Studi
Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Penguji 1 : ........ ( )
NIP........
Penguji 2 : ........ ( )
NIP........
iv
Ketua Program Sarjana
Fakultas Teknik Universitas Indonesia
.................................
NIP .............. Comment [LM2]: Ini gak ada di
format yg dishare Andin
v
UCAPAN TERIMA KASIH
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
vii
Salmahira Lazuardi
viii
ABSTRAK
ix
Universitas Indonesia
ABSTRACT
x
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................................... ix
ABSTRACT .....................................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................xv
3.3.2 Langkah Penentuan Stimuli yang Digunakan (kalau ada) ... Error! Bookmark
not defined.
LAMPIRAN ...................................................................................................................39
xii
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Hasil Analisis ANOVA ................................... Error! Bookmark not defined.
xiii
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
xiv
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
xv
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Universitas Indonesia
melakukan kegiatan pada aktivitas fisik sehari-hari dengan menggunakan
kegiatan berjalan.
3. Elemen apa yang perlu dikembangkan agar praktik pergerakan tubuh lansia
ketika berjalan dapat memiliki kualitas lebih baik (mempromosikan efektifitas &
kesehatan?)
Skripsi ini memiliki posisi peran dalam mendokumentasi dan mengolah data
mengenai aktor lansia dalam menunjukkan kemampuan bergerak ketika berjalan.
Dengan mempertimbangkan kondisi ruang dan pergerakan tubuh. Penulis berusaha
untuk mengaitkan rumusan pergerakan pada anggota tubuh dengan respon gerak yang
diberikan/diadaptasi oleh aktor ketika ditempatkan pada situasi ruangan yang berbeda-
beda. Sehingga, penting bagi tulisan ini untuk dapat mengidentifikasi setiap pergerakan
sebagai tindakan adaptasi ruang. Di waktu yang selanjutnya, skripsi ini bermanfaat
untuk memberi kontribusi mengenai temuan yang mempromosikan pemenuhan
kebutuhan gerak tubuh lansia melalui pertimbangan kondisi eksternal (ruang) sekitar
lansia dan respon pergerakan pada kondisi internal (tubuh) lansia. Keterkaitan kondisi
keduanya (tubuh & ruang) dapat memberi dampak pada kualitas berjalan lansia yang
merdeka atas hambatan.
3
Universitas Indonesia
4
Pada proses penulisan skripsi ini, menggunakan pengolahan referensi dari studi
literatur, buku, jurnal dan signifikansinya pada studi kasus. Studi pada beberapa
literatur, buku dan jurnal, sebagai dasar untuk menemukan korelasi antara teori - teori.
Diawali menggali teori yang dianggap penting mengenai pemaknaan tubuh pada
pergerakan, hal ini ada pada Body movement, Body Center, Body balance dan Body
contact. Karena aktor yang ditetapkan lansia, perlu ada studi literatur mengenai
pemahaman atas pemaknaan pada proses penuaan dan kebiasaan gerak lansia. Lalu
dilanjutkan oleh signifikansinya kondisi eksternal tubuh yaitu bagaimana situasi ruang
memberikan respon pada ruang gerak dan cara aktor meng okupansi ruang. Teori ini
memiliki keterkaitan melalui konsep Hodological space. Hodological space yang
diobservasi melalui rangkaian pemaknaan boundaries yang hadir pada ruang.
Studi Kasus diawali untuk mengidentifikasi anggota tubuh yang terlibat ketika
aktor sedang bergerak melalui berjalan. Keterlibatan ini di analisis berdasarkan bentuk
respon sebab-akibat. Penulis mendokumentasi pergerakan dengan variabel waktu dan
elemen grid untuk dapat memetakan perubahan yang diberikan pada setiap langkah
pergerakan. Melalui membuat rekonstruksi denah dan visualisasi ruang, analisis
dilanjutkan dengan mengidentifikasi dan mengklasifikasi elemen ruang sebagai syarat
pada boundary interface. Sehingga, pemaparan dan representasi ditunjukkan dengan
Universitas Indonesia
5
metode tracing menggunakan grid dan membuat matriks atas setiap perubahan yang
dicatat dalam skala waktu dan okupansi ruang pada denah dan modelling ruang.
1. BAB 1: PENDAHULUAN
Pada bab ini, penulis menjelaskan kajian teori yang diangkat sebagai
basis/panduan dalam mengidentifikasi fenomena arsitektur. Keterkaitan teori
diawali pada kondisi tubuh (Body movement, Body Center, Body balance dan
Body contact.) pada aktor yang sedang dalam proses penuaan dan kemampuan
berjalan yang ditunjukkan. Dan dikorelasikan dengan kondisi ruang sekitar dan
ketersediaan ruang gerak (Hodological space)...
Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
7
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Universitas Indonesia
8
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
2.1.1 Body Centered , Body Balance & Body Contact sebagai proses awal
terjadinya walking movement
Kondisi tubuh internal lansia ketika bergerak dan berjalan memiliki medan Body
Center, Body Balance dan Body Contact tersendiri. Kepentingan ketiga komponen
ini sebagai bentuk tahap respon aktifnya tubuh ketika sudah melakukan pergerakan
melalui pengalaman yang diterima tubuh secara sensorik. Mengacu pada Blundell
(2015), Proses berpindah (Move) dalam bodily experience sudah dimulai ketika
tubuh dalam memposisikan sebagai center dalam dimensi ruang dan waktu. ‘Inputs
from sensory and cognitive processes are important in determining what an
individual chooses to do and how the movements are organized and adjusted ….
Universitas Indonesia
11
Pada arti harfiahnya, pengertian kontak adalah bentuk hubungan satu dengan
yang lainnya. Jika dikaitkan dengan lansia, kebutuhan untuk melakukan kontak
pada konsep Body contact merupakan bentuk lansia merespon dan berinteraksi
pada konteks lingkungan sekitarnya. Penggunaan indera merupakan bentuk Body
contact secara naluri yang ada pada manusia. Mengacu pada pernyataan Juhani
Pallasmaa ‘Our contact with the world takes place at the boundary line of the self
through specialised parts of our enveloping membrane.’ Bentuk Body Contact
manusia pada dunia terjadi melalui bagian-bagian khusus dari membran yang ada
di tubuh manusia yaitu indera. Bagi Pallasmaa (1996) kepekaan dan kesadaran
melalui tubuh diawali oleh indera peraba yang ada pada kulit manusia, atau lapisan
terluar tubuh. Kulit adalah indra yang tertua dan paling sensitif dari seluruh organ
kita. Kulit dianggap sebagai media komunikasi yang pertama membantu manusia
merespon sekitarnya. Disebutkan oleh Yi Fu Tuan - Space and place (1977).
Indera dasar terbentuknya Body contact melalui sensitivitas kulit. Sensasi yang
diterima Kulit dapat berkontribusi pada persepsi spasial dimana manusia tersebut
hadir. Walaupun terjadi dengan cara yang tidak pasti maupun terbatas. Kontak
melalui kepekaan indera pada sentuhan memiliki kontribusi dalam mencatat dan
merekam sensasi yang hadir ketika manusia telah melakukan kontak. Sensasi yang
diterima cukup relatif, tergantung pada jenis kontak yang sedang manusia terima.
Dapat dipahami bahwa proses mekanisme body contact dan signifikansi dalam
arsitektur berperan melalui persepsi sensori atas kontak tubuh dengan indera yang
memberikan posisi mediasinya secara kehadiran ‘ruang’, rasa jarak, obstacles, dan
tension yang berbeda melalui serangkaian program, fungsi, dan atmosfer. Bentuk
Body contact memiliki tingkatan yang berbeda bergantung pada keterlibatan indera
tubuh. Pengalaman spasial yang hadir melalui body-contact hadir ketika indera
yang terlibat ini aktif dan merespon sensasi yang diterima dari dunia luar. Jika
dikaitkan pada lansia, kepekaan terhadap lingkungan merupakan contoh terjadinya
bentuk aktif interaksi body-contact. Ketidaksesuaian sensor kontak yang diterima
tubuh dengan respon pada lingkungan sekitar pada lansia karena keterbatasan fisik,
merupakan bentuk proses mekanisme body-contact yang sudah memiliki
penurunan kualitas. Intensitas besar kecilnya body-contact yang dilakukan lansia
juga dapat mengungkapkan skala interaksi yang diberikan selama proses
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
pergerakan tubuh dengan performa terbaik. Maka, dapat dikatakan perlu adanya
analisis mengenai bagaimana karakteristik kondisi lingkungan dimana tubuh lansia
tersebut hadir. Seperti, intensitas dan jenis aktivitas keseharian, keterlibatan ruang
(jarak, jangkauan dan langkah), serta peran dan tanggung jawab yang masih
dilakukan pada lansia. Hal ini sebagai langkah untuk melihat bagaimana
signifikansi antara kondisi tubuh dan karakter lingkungan di tempat lansia tinggal
dalam memberikan kualitas pergerakan tubuh yang berbeda-beda.
Proses penuaan pada lansia salah satunya menyebabkan penurunan kondisi fisik
tubuh sehingga berpotensi untuk menghambat kapasitas pergerakan beberapa organ
anggota tubuh, hal ini ditandai dengan kemunduran fungsi anggota gerak. Di sisi
lain, anggota gerak tubuh merupakan alat dasar untuk menunjukkan serta
mengidentifikasi kemampuan lansia dalam proses bergerak dan berpindah tempat.
Performa dan kualitas pergerakan tubuh ketika berjalan, memiliki signifikansi
mengenai medan pergerakan dengan tingkatan keterampilan sistem motorik pada
subjek lansia. Peran saraf motorik dalam indera memberikan koordinasi pada
mekanisme anggota tubuh lainnya. Seperti contoh, ….
Sehingga, melalui sistem berbasis motor, performa pergerakan tubuh dapat
terukur secara jelas mengenai konsep berjalan yang mempromosikan kesehatan
untuk sendi diidentifikasi dapat Intervensi
2.2 Hubungan praktik pergerakan tubuh lansia dengan aspek tangible ketika
proses okupansi ruang
Universitas Indonesia
15
a. Yang diukur itu movement path, sebutin body center, body Body Center, Body
contact & Body Balance dlm movement, melalui hodological space, itu semua bisa
diukur dan diliat signifikansinya dlm proses okupansi ruang
Universitas Indonesia
16
b. Kenapa teori hodological space ini signifikan sama kegiatan berjalan lansia?
Buat apa? Buat mengukur aspek apa aja yang bisa diliat sehingga bisa paham kualitas
berjalan lansia ini merupakan kegiatan ‘khusus’ yang perlu di improve dr sisi integrasi
arsitekturnya
c. Pengaruh
2.2.2 Pergerakan tubuh pada praktik jalan lansia dan kebiasaan dalam
proses okupansi ruang
Pergerakan aktif tubuh melalui pemaknaan Body Centered, Body Balance &
Body Contact dalam walking movement pada lansia selama proses okupansi ruang
memiliki keterkaitan atas pentingnya kemampuan kontrol tubuh agar dapat
memusatkan, menyeimbangkan dan melakukan kontak ketika berjalan dan
menjangkau ruang. Ketiganya memberi dampak mengenai postur tubuh yang
ditampilkan dan bagaimana kehadirannya dapat menempati struktur dan axis
secara fisik pada ruang. Dampak proses penuaan pada lansia tidak dapat
disamaratakan. Meskipun tanda utama dan nyata pada proses penuaan ada pada
penurunan kondisi fisik ini, namun bukan berarti kualitas pergerakan setiap lansia
mudah untuk diklasifikasikan. Pergerakan tubuh pada lanjut usia memiliki proses
yang khusus dikarenakan beberapa lansia memiliki tingkat keterampilan motorik
yang berbeda-beda (signifikansi berjalan dengan kualitas postur tubuh). Maka, bagi
lansia, bentuk pada postur tubuh menempati posisi yang cukup perlu ditelusuri
dikarenakan proses penuaan yang ada pada tubuh mereka sangat berdampak pada
performa fisik tubuhnya. Kemunduran fungsi anggota gerak tubuh pada praktik
berjalan memiliki kemungkinan terjadinya konflik karena proses keterbatasan fisik,
sehingga dapat dikatakan hal ini memicu adanya perbedaan tindakan mengenai
kebiasaan bergerak selama berjalan lansia dengan fase/rentang usia lainnya.
'Posture is reducible primarily to patterns of relative angular disposition of the
various portions of the skeleton'. That 'movement may be regarded as ordered
successions of progressively different postures'. (L.T. Troland, 1929). Melalui
postur tubuh dapat membantu untuk memetakan bagaimana pergerakan yang
diberikan sebagai bentuk pengukuran yang berurutan sebagai progres untuk
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
untuk mengukur jejak bentuk Body Contact lansia pada elemen ruang yang
diberikan selama kegiatan berjalan terjadi dan bagaimana korelasi visibilitas tubuh
dan dimensi asli dapat terjangkau oleh lansia
Sementara, kebutuhan untuk penelusuran pemahaman horizontal pada body
dapat diukur secara kuantitatif hal ini dapat menggali pemahaman yang lebih
dalam tentang jalur hodologis dan kaitannya dengan jaringan dan jangkauan ruang
yang terdiri dari berbagai macam batasan (boundaries), seperti objek sekitar dalam
berbagai jenis bentuk yang dirasa sebagai bentuk rintangan yang dihadapi ketika
berjalan. Studi mengenai penelusuran ini telah dikembangkan melalui i-Dwell
International Conference on Dwelling Form (2015) ‘Tracing the relations of body
movement and space which exist as the hodological path, the study reveals not
only the physical path of the occupants in their houses, but also how the path takes
its role as a part of everyday living.’ Metode tracing sebagai penelusuran
mengenai hubungan antara pergerakan tubuh dengan ruang yang menjadikan jalur
hodological terjadi pada sehari-hari.
Kegiatan keseharian lansia dapat menjadi data dasar tentang bagaimana aktivitas
fisik sehari-hari di okupansi dalam sebuah ruang. Intensitas seperti waktu, dan
jarak saja belum tentu dapat mengungkapkan performa Body Contact dan Body
center secara keseluruhan. Karakter ruang dan keterlibatan lingkungan dimana
lansia tersebut hadir perlu ditelusuri bersamaan dengan gerak tubuh lansia.
Karena lansia dapat dikatakan menunjukkan keistimewaan yang perlu dipahami
lebih lanjut mengenai dampak proses penuaan. Dampak proses penuaan pada
lansia itu ga rata dan sama semua Penurunan kondisi fisik ini hanya membentuk
perbedaan kualitas pergerakan tubuh yang hadir seiring bertambahnya umur.
Pergerakan tubuh ketika berjalan pada lanjut usia memiliki proses yang berbeda
antar individu dikarenakan hal ini melibatkan keterampilan motorik individu yang
biasa terlatih.
Kegiatan kesehariannya menjadi tolak ukur tentang bagaimana aktivitasnya di
okupansi dalam ruang tinggal. Selain itu, besarnya intensitas waktu berjalan pada
setiap aktivitas lansia belum tentu menunjukkan bahwa lansia tersebut memiliki
kualitas pergerakan tubuh dengan performa terbaik. Maka, dapat dikatakan perlu
adanya analisis mengenai bagaimana karakteristik kondisi lingkungan dimana
Universitas Indonesia
19
tubuh lansia tersebut hadir. Seperti, intensitas dan jenis aktivitas keseharian,
keterlibatan ruang (jarak, jangkauan dan langkah), serta peran dan tanggung jawab
yang masih dilakukan pada lansia.
physical entities and the occupants’ movement habit, and how they
could contribute to active body movement and health. (idwell) Boundaries
dalam okupansi ruang
Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
21
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.2 Pergerakan Tubuh pada praktik berjalan lansia melalui Film The Irishman
(2019)
Universitas Indonesia
22
Berdasarkan hasil pengamatan yang diambil dari cara lansia bergerak dalam
beberapa scenes film, terdapat beberapa rintangan tersendiri yang dimiliki lansia ketika
sedang berjalan. Beberapa rintangan ini menjadi hambatan/kendala bagi lansia untuk
dapat memusatkan dan menyeimbangkan tubuhnya secara langsung. Menggunakan film
berjudul The Irishman (2019) menggambarkan pada akhir adegan bagaimana kehidupan
lansia yang hidup sendiri. Frank Sheeran adalah aktor utama yang diceritakan
menggunakan sudut pandang pertama, dikarenakan semasa hidupnya ketika muda
membuatnya terpaksa harus hidup sendiri dan jauh dari keluarga dekatnya. Dengan
range umur 70-83 tahun, Frank memiliki penyakit sendi pada kaki yang dideritanya, hal
ini membuat beberapa adegan yang menunjukkan cara khusus dalam ia meng okupansi
ruang. Pada dasarnya ia membutuhkan tongkat / alat tumpuan yang membantunya
menyeimbangkan tubuh ketika bergerak, namun terdapat variasi jenis tongkat / alat
yang membantunya berjalan, dimulai dari 1 tangkai tongkat yang dikendalikan oleh
tangan kanan, lalu ada 2 tongkat pada kedua tangannya, serta pada akhir film
menunjukkan ia akhirnya menggunakan kursi roda.
Terdapat 3 adegan utama yang kemudian dijadikan bahan dasar untuk dijadikan
studi kasus. Ketiga adegan ini merupakan potongan klip yang masing masing memiliki
kisaran panjang adegan selama 30-50 detik. 1 adegan (Scene A) menggambarkan aktor
(lansia) menggunakan tongkat kesulitan bergerak dalam ruang tinggalnya yang
memiliki tingkat pencahayaan kurang (visibilitas terhadap langkah jalan), dimana ia
berusaha berjalan dalam koridor dari kamar mandi menuju ruang berikutnya (dimensi
terbatas) namun kemudian ia terjatuh. Adegan berikutnya (Scene B) menunjukkan
aktor sedang berada di ruang publik (mengantre bank), sehingga ia bertemu dengan
masyarakat umum dengan variasi umur yang bukan sebaya nya. Pada adegan ini
dimulai dengan ia mengantre pada jalur yang sama dengan masyarakat lainnya, namun
pada akhir adegan ia memutuskan untuk berpindah tujuan arah geraknya. Lalu, adegan
setelahnya (Scene C) menggambarkan seorang aktor (lansia) di rumahnya sedang
bergerak untuk mencapai satu ruang dari ruang sebelumnya melalui tikungan, pada
Universitas Indonesia
23
A. Scene A
Universitas Indonesia
24
B. Scene B
Universitas Indonesia
25
C. Scene C
Universitas Indonesia
26
A. A1
Universitas Indonesia
27
B. C1
Universitas Indonesia
28
Untuk menggali aspek dimensi dan closure metode yang digunakan sama
seperti diagram A1, denah digunakan untuk melihat pergerakan subjek dengan
variabel waktu. Lalu grid digunakan untuk melihat besaran pergerakan tubuh
dan objek yang menjadi enclosure. Besaran setiap kotak grid dapat
mengkomunikasikan skala perbandingan pergerakan aktor dan enclosure. Hasil
abstraksi memberi gambaran bahwa intensitas pergerakan dan cakupan ruang
lansia membutuhkan enclosure sebagai media untuk memenuhi kebutuhan
berjalan dalam agenda berjalan (walking task). Sama seperti diagram A1,
Diagram ini menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan mengenai besaran
okupansi aktor yang dipengaruhi oleh objek closure di kirinya (krn tangan kanan
menggunakan tongkat) dan lamanya waktu untuk meng okupansi per grid.
Namun skenario pada diagram C1 menunjukkan boundaries (enclosure) bukan
hanya sebagai media untuk keseimbangan tubuh, namun untuk momen dimana
lansia memudahkan rotasi tubuhnya (menyandarkan pada dinding) menuju
ruangan berikutnya tanpa perlu melangkah jangkauan rotasi yang besar.
A. A2
Universitas Indonesia
29
Universitas Indonesia
30
A. B1
Universitas Indonesia
31
A. B2
Pada Analisis B2 yaitu mengenai ritme aktor (pause and go). Narasi
mengenai pause and go berdasarkan pada adegan dimana aktor memutuskan
untuk berpindah tujuan arah gerak sehingga pause berdasarkan pada kondisi
ketika ia memproses pergerakan badannya untuk berpindah arah, sedang go
adalah momen dimana tubuhnya telah merespon pergerakan tersebut. Diagram
B2 berusaha untuk menjelaskan mengenai jalur dan jejak pada ritme yang
ditinggalkan oleh aktor ketika melakukan adegan pause and go, dan
perbandingannya terhadap pergerakan oleh objek unstatic (manusia lainnya).
Pada gambar ini menunjukkan keterkaitan aktor dengan kebutuhan ruang gerak
yang memiliki tingkat rotasi yang cukup besar, tidak seperti unstatic. Hal ini
Universitas Indonesia
32
dikarenakan aktor memiliki jejak pijakan pada lantai yang sama lebih dari 1x.
Ini sebagai respon bagi lansia dalam menyikapi pause (jeda) and go.
B. C2
Tambahin penulisan
Universitas Indonesia
33
Perbedaan yang terjadi oleh dipengaruhi oleh besaran cahaya yang hadir.
Pada diagram (...) menunjukkan bahwa terdapat 2 perbedaan intensitas cahaya
dengan kebutuhan upper dan lower body. Adegan 1, 2&4 adalah
menunjukkan ketika cahaya datang dari 3 titik dengan arah jatuhnya cahaya
yang berbeda-beda, namun pada saat itu jangkauan visibilitas hanya pada upper
body, sedangkan pada adegan 3&4 ketika cahaya berubah hanya datang dari 2
titik membuat lansia tersebut kesulitan menemukan jangkauan pandangan
(visibilitas) terhadap langkah kaki yang jelas. Sehingga, kebutuhan atas upper
body dan lower body pada visibility & differences ada pada Pencahayaan yang
rata, sehingga dapat memberikan jangkauan pandang yang stabil, tidak hanya
cenderung ke upper/lower aja. Ini adalah bentuk keterkaitan untuk
memaksimalkan kontak berjalan
Universitas Indonesia
34
Universitas Indonesia
35
Universitas Indonesia
36
Dan juga menunjukkan bahwa bagi unstatic boundaries, memiliki arah gerak
yang fleksibel dan tidak bergantung pada static boundariesnya. Sedangkan bagi
lansia, kecepatan & preferensi arah gerak dipengaruh oleh ritme dan static
boundaries (objek) sekitar yang membantunya untuk memiliki ruang rotasi yang
besar. Kebutuhan ini menjadi dasar perlunya jalur bagi lansia yang memberikan
akses untuk dapat bergerak dengan kecepatan minim dan ruang rotasi besar
melalui kehadiran enclosure di salah satu sisinya, hal ini dikarenakan kebutuhan
bagi lansia untuk dapat menyeimbangkan tubuh dengan ruang rotasi yang
memadai.
(besaran ruang akan banyak digunakan utk rotasi utk gerakan tubuh dlm
menjangkau satu ruang ke ruang lain, bukan okupansi ruang seluas mungkin.)
Universitas Indonesia
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
37
Universitas Indonesia
38
aaa
Universitas Indonesia
39
LAMPIRAN
Universitas Indonesia