Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP


KECEPATAN LARI 100 METER PADA MAHASISWA
PENJASKESREK ANGKATAN 2019

OLEH:

RISWANDHI NUR
A1F117098

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL

HUBUNNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP


KECEPATAN LARI 100 METER PADA MAHASISWA
PENJASKESREK ANGKATAN 2019

NAMA: RISWANDHI NUR

NIM : A1F117098

Telah di periksah dan di setujui oleh pembimbing untuk di pertanggung

jawabkan di hadapan panitia ujian Seminar Proposal Penelitian pada Program

Studi/Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Kedari.

Kendari, Agustus 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Drs.Muhammad Rusli, M.Kes Abdul Saman, S.Pd., M.Pd


NIP. 196510211993021001 NIP. 196812312005011010

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Dr, La Sawali, S.Pd., M.Kes


NIP. 197312312002121003

ii
DAFTAR ISI

HALAM JUDUL .........................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN.....................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR....................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belekang...................................................................................1

B. Rumusan Masalah .............................................................................5

C. Tujuan Penelitian................................................................................5

D. Manfaat Penelitian .............................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakekat Daya Ledak Otot Tungkai....................................................6

1. Pengertian Daya Ledak................................................................6

2. Otot Tungkai ................................................................................8

3. Daya Ledak Otot Tungkai............................................................12

4. Faktor Yang Memepengaruhi Daya Ledak Otot Tungkai ...........13

5. Batasan Otot Tungkai...................................................................14

B. Hakekat Lari 100 Meter.....................................................................23

C. Kerangka Berpikir..............................................................................29

D. Hipotesis Penelitian............................................................................30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian.........................................................................31

B. Variabel Penelitian............................................................................31

iii
C. Definisi Operasional Variabel............................................................31

D. Populasi Dan Sampel..........................................................................32

E. Instrumen Dan Alat Penelitian ..........................................................33

F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................33

G. Teknik Analisa Data...........................................................................36

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................38

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Otot Lengan...............................................................................10

Gambar 2.2 gambar lapangan lempar lembing..............................................18

Gambar 2.3 memegang lembing dengan cara amerika..................................19

Gambar 2.4 memegang lembing firlandia......................................................19

Gambar 2.5 cara memegang lembing teng ....................................................20

Gambar 2.6 teknik melempar lembing...........................................................22

Gambar 2.7 sikap pemula angkat tubuh ........................................................34

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang terangkum dalam

pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran pendidikan jasmani yang

wajib di berikan kepada para siswa mulai dari tingkat sekolah dasar sampai

tingkat sekolah menengah atas. Karena atletik merupakan induk dari semua

cabang olahraga. Hampir semua gerakan dalam cabang olahraga terdapat dalam

cabang olahraga atletik. Nomor-nomor cabang olahraga atletik meliputi nomor

jalan,lari lompat dan lempar dari nomor-nomor atletik tersebut di dalamnya terdiri

beberapa nomor yang di perlombakan .

selain keterampilan dasar yang harus di miliki dalam upaya pencapaian

prestasi di salah satu cabang olahraga, minat dan bakat seseorang menjadi faktor

pendukung yang tidak dapat di abaikan. Keterampilan yang di sesuaikan dengan

cabang olahraga tertentu dan harus di bekali dengan faktor pendukung lain. Selain

minat dan bakat, misalnya keadaan fisik seseorang menjadi faktor pendukung

dalam suatu pencapaian yang sesuai dengan suatu tujuan prestasi yang kita capai,

keadaan fisik yang baik tentunya akan memberikan kontribusi selain dari

komposisi gerak yang di lakukan secara sistematis.

1
Yang sama dan menekuni cabang olahraga yang sama. Tentunya hal ini akan

menimbulkan perbedaan hasil pencapaian dengan program latihan yang sama pun.

Karena fisik adalah faktor utama dari komponen gerak dalam olahraga, tanpa

adanya fisik yang baik tentu tidak akan dapat menimbulkan gerak yang baik pula

dalam olahraga apa pun.

Salah satunya adalah cabang olahraga atletik yang terdiri dari berbagai

cabang, baik untuk cabang lari, lompat maupun lempar. Cabang lari terbagi dalam

berbagai nomor lari, yaitu lari jarak pendek, jarak menengah, dan jarak jauh. Lari

jarak pendek atau sprint pun di bagi lagi ke beberapa nomor lari mulai dari 100

meter, 200 meter, dan 400 meter.

Lari sprint merupakan suatu perlombaan lari. Peserta berlari dengan

kecepatan penuh sepanjang jarak yang harus di tempuh . di sebut dengan lari cepat

karena jarak yang di tempuh adalah pendek atau dekat. jadi, dalam nomor lari ini

yang di utamakan adalah kecepatan yang maksimal mulai dari awal lari (start)

smapai akhir lari (finish). Mengingat dalam lari ini yang di utamakan adalah

kecepatan maka kekuatan fisik yang prima sangat di perlukan.

Peningkatan prestasi cenderung lebih berorientasi pada proses penerapan

ilmu dan teknologi olahraga. Hal ini tidak terlepas dari persiapan atlit untuk

mencapai prestasi puncak dan usha yang di lakukan oleh pelatih dalam merancang

suatu program latihan yang tetap dan sistematis. Kemampuan seseorang atau atlit

dalam suatu pertandingan atau kompetisi pada dasarnya di tentukan oleh beberapa

faktor meliputi kondisi fisik, teknik, taktik, dan faktor mental (Syafrudin,2011).

2
Teknik untuk melakukan nomor-nomor lari tersebut pada dasarnya sama, yaitu

melakukan suatu bentuk gerakan dengan cara memindahkan badan ke depan

melalui gerakan-gerakan langkah. Dalam lari yang harus di lakukan adalah harus

mencapai gerakan yang kuat dan berimbang antara kaki dan lengan, memperoleh

dorongan kaki yang elastis dan lincah, mempertahankan sikap badan yang wajar

seperti dalam berjalan, memelihara kepala tetap tenang dan memandang tatap ke

depan, menggerakan lengan kedepan dan kepala tetap pada garis lurus secara

wajar.

Kecepatan lari merupakan gerakan lari yang di lakukan dengan secepat-

cepatnya.(Mugiyo Hartono, Andry Akhiruyanto,2017); (Pradana Aji,2013) dan

(Sartono, 2018). Kecepatan lari sprint 100 meter termasuk nomor lari jarak

pendek. Lari jarak pendek adalah semua nomor lari yang di lakukan dengan

kecepatan penuh atau kecepatan yang maksimal sepanjang jarak yang harus di

tempuh. (Didi Suhaedi,2016).

Lari sprint 100 meter merupakan suatu kemampuan yang di tandai proses

memindahkan posisi tubuh dari suatu tempat ke tempat lainnya secara cepat.

Dengan demikian untuk menghasilkan lari yang cepat, maka hal-hal yang perlu di

perhatikan adalah: sikap badan condong ke depan, langkah kaki harus lebih

panjang, ayunan tangan harus sesuai dengan gerakan kaki dsan gerakan lengan di

mana jari-jari tangan di kepalkan atau di buka rapat dan rileks. Hal ini di

maksudkan agar kecepatan maksimal dapat di capai sampai pada garis finish

(Sartono, 2018).

3
Pada lari jarak pendek 100 meter khususnya start sangat di perlukan tolakan atau

dorongan kaki yang sangat kuat, tidak hanya tolakan kaki yang kuat saja yang di

perlukan dalam start tetapi hal lain yang mempengaruhi yaitu kecepatan kaki

dalam melakukan tolakan bertumpuh pada ekstensi tungkai atau dengan kata lain

daya ledak otot.

Daya ledak otot adalah kualitas yang memungkinkan otot untuk

melakukan kerja fisik secara eksplosif. Dengan demikian daya ledak otot,

terutama otot tungkai dalam lari di perlukan untuk melakukan tolakan secara

maksimal dalam start dan pada saat berlari.

Daya ledak merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang di perlukan

hampir semua cabang olahraga termasuk lari jarak pendek. Dalam beberapa

gerakan olahraga, daya ledak merupakan salah satu kemampuan biomotorik yang

sangat penting. Banyak gerkan olahraga yang di lakukan dengan baik dan sangat

terampil apabila atlet memiliki kemampuan daya ledak yang baik, sehingga daya

ledak adalah kemampuan kekuatan maksimal seseorang yang di kerahkan

sependek-pendeknya (Irwan,2014).

Komponen daya ledak dapat terbentuk secara optimal jika unsur-unsur

penunjangnya seperti kekuatan dan kecepatan di tumbuh kembangkan dengan

baik. (K. Huda, Subiyono, dan Sutardji, 2012). Dalam penelitian Ilham (2017)

untuk meningkatkan kempuan daya ledak di perlukan peningkatan Power dan

kecepatan secara bersama-sama.

4
Power/daya eksplosif merupakan suatu rangkain kerja beberapa unsur gerak otot

dan menghasilkan daya ledak jika dua kekuatan tersebut bekerja secara bersama-

sama. Didukung oleh hasil penelitian (Anggara, 2018) mengatakan daya ledak

tungkai sangat di butuhkan dalam berbagai cabang olahraga, apalagi cabang

olahraga yang menuntut aktifitas yang berat dan cepat seperti lari jarak pendek

atau kegiatan yang harus di lakukan dalam waktu sesingkat mungkin dengan

beban yang berat. Untuk mampu melaksanakan aktifitas, penggabungan antara

kekuatan dan kecepatan pada otot tungkai yang di kerahkan secara bersama-sama

dalam mengatasi tahanan beban dalam waktu yang relatif singkat. Sehingga daya

ledak otot tungkai sangat berhubungan dengan kecepatan lari 100 meter. Serta di

tegaskan oleh (Wahyuningsih, 2014) yaitu semakin besar daya ledak otot tungkai,

maka semakin besar pula kecepatan lari.

Selanjutnya untuk mendapatkan gambaran yang jelas bagaimana

hubungan daya ledak otot tungkai perlu di lakukan kajian ilmiah melalui proses

penelitian. Adapun yang menjadi objek dan subyek dalam penelitian ini adalah

Mahasiswa Penjaskesrek Angkatan 2019 dan yang menjadi pertimbangan memilih

angkatan tersebut karena kemampuan dalam cabang olaraga atletik khususnya lari

100 meter masih belum sesuai harapan. Hal ini di mungkinkan karena kurang di

perhatikannya unsur-unsur fisik pokok yang berpengaruh dalam gerakan lari 100

meter seperti daya ledak otot tungkai.

Berdasarakan uraian yang telah di kemukakan tersebut maka penulis melakukan

penelitian ilmiah dengan judul Hubungan Daya Ledak Otot Tungkai Terhadap

Kecepatan Lari 100 Meter Pada Mahasiswa Penjaskesrek Angkatan 2019.

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah ada hubungan daya ledak otot tungkai terhadap

kecepatan lari 100 meter pada Mahasiswa Penjaskesrek Angkatan 2019?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan yang ingin di capai

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan daya ledak otot

tungkai terhadap kecepatan lari 100 meter pada Mahasiswa Penjaskesrek

Angkatan 2019?

D. Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini bisa di jadikan sebagai salah satu alternatif bahan

pembelajaran untuk menambah kemampuan fisik umumnya dan

kekuatan daya ledak otot tungkai untuk menambah kecepatan lari 100

meter.

2. Diharapkan dapat di jadikan sebagai bahan acuan dalam pengembangan

minat dan bakat khususnya dalam olahraga lari 100 meter.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Daya Ledak Otot Tungkai

1. Pengertian Daya Ledak

Daya ledak dalam berolahraga sebagai salah satu komponen yang harus

dimiliki di sebagian cabang olahraga, karena hal ini berkaitan dengan hasil dari

seluruh unjuk kerja yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok yang

sedang melakukan aktivitas olahraga dimana hal komponen ini sangat dibutuhkan

di sebagian cabang olahraga. Daya ledak merupakan salah satu unsur diantara

unsur-unsur komponen kondisi fisik, yaitu kemampuan yang dapat ditingkatkan

sampai batas tertentu dengan melakukan latihan tertentu yang sesuai. Daya Ledak

adalah suatu kemampuan seorang atlet untuk mengatasi suatu hambatan dengan

kecepatan kontraksi yang tinggi. Menurut Harsono (2001:24)

Daya ledak adalah kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang untuk

mempergunakan kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang

sependek pendeknya atau sesingkat singkatnya. Apabila seseorang dapat

memanfaatkan daya ledak otot tubuhnya dengan baik, maka kemampuan

terbaiknya pasti akan di peroleh, dan apabila semakin cepat seseorang melakukan

aksi daya ledak otot maka hasilnya juga cukup baik. Ketepatan antara keduanya

tidak jauh berbeda karena hal tersebut juga bergantung 78 kepada seseorang

tersebut untuk mendapat hasil yang maksimal dalam melakukan aksi secepat

mungkin ataupun dengan waktu yang sesingkat singkatnya. Menurut

7
Irawadi(2011:96) Daya ledak otot merupakan gabungan beberapa unsur fisik,

yaitu untuk kekuatan dan unsur kecepatan. Artinya kemampuan daya

ledak otot dapat dilihat dari hasil suatu unjuk kerja yang dilakukan dengan

menggunakan kekuatan dan kecepatan.

2. Otot Tungkai

Otot merupakan system gerakan yang di perintahkan oleh otak yang di

gunakan untuk bergerak. Di kutip dari buku petunjuk praktikum Fisiologi

Manusia [2010], berpendapat : fungsi utama otot adalah mengkerut (kontraksi).

Latihan yang teratur dan terukur serta berkelanjutan akan dapat menghasilkan

perubahan-perubahan struktur otot yang bermuara akan bertambahnya

kemampuan kontraksi otot. Peningkatan kemampuan kontraksi otot secara tidak

langsung meningkatkan kekuatan otot, kecepatan serta kebugaran jasmani

seseorang.

Tungkai merupakan merupakan alat yang di gunakan untuk menggerakan

dalam anatomi bagian tubuh manusia di bagi menjadi menjadi 2 [dua], yaitu

amggota badan atas dan anggota badan bawah. Tungkai termaksud anggota badan

bawah. Tungkai terdiri dari beberapa tulang. Tulang tungkai di antaranya tulang

femur, patella, tabia, dan fibula, dan kaki. Tulang tersebut semuanya saling

terhubung satu sama lain. Hubungan antar tulang tersebut di sebut dengan sendi.

Sendi merupakan tempat/poros penggerak tulang untuk bergerak. Gerakan setiap

sendi berbeda-beda tergantung aksi. Terdapat 3 (tiga) aksi, yaitu articulatio

momoaxial (hanya mempunyai satu aksis), articulation (mempunyai dua aksis),

dan triaxial (mempunyai tiga aksis).

8
Otot tungkai memiliki banyak otot yang terdapat pada tungkai. Menurut Gerdner

dkk dalam Ridwan Maulana (2010), seperti halnya anggota tubuh bagian atas,

anggota tubuh bagian bawah di hubungkan dengan badan oleh sebuah sendi yang

tersdiri dari tiga bagian, yaitu tungkai atas, bawah kaki.

3. Daya Ledak Otot Tungkai

Kemampuan daya ledak yang baik, terutama daya ledak otot tungkai, menentukan

seseorang untuk mencapai prestasi optimal, sebab otot-otot tungkai merupakan

pusat gerak yang utama bagi tubuh secara keseluruhan.3 Otot tungkai ini dapat

dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a) Otot tungkai atas

yang terdiri dari: m. Abductor Femoris, m.

Quadriceps Femoris (m. Rectus Femoris, m. Vastus Lateralis, m. Vastus Medialis,

dan m. Vastus Intermedial), m. Fleksor Femoris (m. Biceps Femoris,

m.Semimembranosus, m. Semitendinosus, dan m.Sartotius).

b) Otot tungkai bawah

yang terdiri dari: m. Tibialis, m. Extensor

Talangus Longus, m. Ekstensor Digitorum longus et brevis, m. Fleksor Hallucis

Longus, m. Soleus, m. Gastrocnemius, dan lainnya.

c). Otot-otot kaki

yang terdiri dari: m. Abductor Hallucis, m. Adductor

Hallucis, m. Fleksor Hallucis Brevis, m. Fleksor Digitorum Brevis, dan m.

Quadratus Plantaris.20 Faktor yang mempengaruhi daya ledak otot meliputi

kekuatan otot dan kecepatan kontraksi. Otot yang kuat mempunyai daya ledak

9
yang besar, dan hampir dipastikan memiliki nilai kekuatan yang besar.

Peningkatan daya ledak otot tungkai dapat dicapai dengan rangsangan latihan

yang optimal yaitu latihan dengan intensitas tinggi dan repetisi

yang cepat, sehingga daya ledak yang dihasilkan karena penggabungan kecepatan

dan kekuatan juga menjadi lebih besar. Peningkatan tersebut

dapat dicapai dengan bermacam-macam bentuk latihan fisik, seperti sprint

training, lompat tali, squat jump, dan lainnya

4. Faktor yang Mempengaruhi Daya Ledak Otot tungkai yaitu:

a) Kecepatan hantaran rangsang dari otak ke otot

b) Jumlah serabut otot yang dilayani oleh sinyal yang dihantarkan

c) Pengaruh sensory feedback dari otot yang berkontraksi yang melibatkan muscle

spindle dan golgi tendon organs

d) Jenis serabut otot yang terlibat

e) Pemanfaatan energi pada otot (banyak sedikitnya ketersediaan ATP dan

ATPase dalam otot)

Faktor yang mempengaruhi daya ledak otot bila dilihat lebih

mendalam potensi daya ledak seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan

faktor eksternal.

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh atlet sendiri

diantaranya: jenis kelamin, berat badan, panjang anggota gerak, kebugaran fisik,

dan usia.

10
a). Jenis kelamin

akan mempengaruhi kekuatan dan kecepatan otot

dengan adanya perbedaan hormon testosteron pada laki-

laki dan wanita. Perbedaan terjadi sangat mencolok setelah seseorang mengalami

pubertas, pada usia 18 tahun keatas, laki-laki mempunyai kekuatan dua kali lebih

besar daripada wanita.

b). Pembesaran masa otot dapat meningkatkan kekuatan otot. Kekuatan

otot erat kaitannya dengan berat badan, semakin besar berat badan seseorang

karena tebal otot yang meningkat, maka kekuatan otot akan bertambah.

c). Tinggi badan

adalah jarak dari alas kaki sampai titik tertinggi pada

posisi kepala dalam posisi berdiri. Tinggi badan akan mempengaruhi

pertumbuhan organ tubuh lainnya yaitu panjang lengan dan panjang tungkai.

d). Kesegaran jasmani seseorang merupakan salah satu parameter dalam

memberikan pembebanan latihan, sebab tingkat kesegaran jasmani yang kurang

dapat mengakibatkan kelelahan sehingga tidak dapat melakukan pelatihan secara

maksimal.

e). Perbedaan dan penambahan usia atau umur sangat menentukan

kekuatan otot. Tenaga mencapai puncak pada umur 20 tahun. Selain itu usia dapat

menunjukkan tingkat kematangan yang dikaitkan dengan pengalaman.

2). Faktor Eksternal

a). Suhu lingkungan yang panas akan berpengaruh terhadap aktivitas kerja

otot karena sebagian dari volume darah akan dibawa ke kulit untuk

11
mengkompensasi kelebihan panas dan mempercepat terjadinya pengeluaran

keringat. Sedangkan suhu lingkungan yang dingin, tubuh

akan bereaksi untuk mengimbangi konsentrasi panas tubuh dengan reaksi

menggigil, memerlukan energi tambahan.

b). Kelembaban relatif

menentukan proses pelatihan dalam hal kenyamanan pada saat latihan.

Kelembaban relatif di Indonesia berkisarantara 70-80%. Kelembaban udara yang

cukup tinggi atau di

atas 90% akan mempengaruhi kesanggupan pengeluaran panas tubuh

akibat aktivitas pelatihan melalui evaporasi. Sedangkan bila

kelembaban udara di bawah 80% maka akan mempengaruhi keseimbangan panas

tubuh oleh karena metabolisme meningkat akibat adanya aktivitas tubuh untuk

mengimbangi suhu dingin sehingga tubuh

mengeluarkan energi yang lebih besar untuk menyesuaikan suhu tubuh dengan

suhu lingkungan

5. Batasan Otot Tungkai

Otot tungkai adalah otot gerak bagian bawah yang terdiri sebagian otot serat

lintangatau otot rangka. Menurut Setiadi (2007:272) menyatakan bahwa: Otot

tungkai adalah otot yang terdapat pada kedua tungkai antara lain otot tungkai

bagian bawah: Otot tabialis anterior, extendon digitarium longus, porenius longus,

gastrokneumius, soleus, sedangkan otot tungkai atas adalah: tensor fasiolata,

abduktor sartorius, rectus femoris, vastus leteralis dan vastus medialis.

12
Selanjutnya menurut Jonath dan krempel dalam syafruddin (2013:83), Faktor

yang membatasi

kemampuan kekuatan otot manusia secara manusia secra umum antara lain :

Penampang serabut otot, jumlah serabut otot, struktur dan bentuk otot,panjang

otot, kecepatan kontraksi otot, tingkat peregangan otot, tonus otot,koordinansi otot

( koordinasi didalam otot), koordinasi otot inter (koordinasi antara otot-otot tubuh

yang bekerjasama pada suatu gerakan yang diberikan,motivasi, usia dan jenis

kelamin).Setiap orang atau manusia mempunyai sistem otot yang tidak sama,

yang terlihat dari salah satunya adalah besar atau kecilnya otot seseorang.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa tubuh kita dibungkus oleh jaringan-jaringan otot

atau gumpalan daging. Jaringan–jaringan otot berfungsi sebagai penggerak tubuh

dalam melakukan gerakan. Otot tungkai termasuk kedalam otot yang berada pada

anggota gerak bagian bawah. Otot-otot anggota gerak bawah dapat dibedakan atas

otot pangkal paha, hampir semua terentang antara gelang panggul dan tungkai atas

yang menggerakkan serta menggungkung tungkai atas disendi paha. Sebagian dari

otot tungkai dapat dibagi atas otot-otot kedang yang terletak pada bidang belakang

(separuh

selaput, otot separuh urat, otot bisep paha). Otot tungkai bagian bawah

sebagaimana dijelaskan oleh Setiadi, (2007:273) terdiri dari :

1. Otot tulang kering depan muskulus tibialis anterior, fungsinya mengangkat

pinggir kaki sebelah tengah dan membengkokan kaki

2. Muskulus ekstensor talangus longus, yang fungsinya meluruskan jari

telunjuk ketengah jari, jari manis dan kelingking jari.

13
3. Otot kedang jempol, fungsinya dapat meluruskan ibu jari kaki.

4. Uratarkiles, (tendo arkhiles), yang fuungsinya meluruskan kaki di sendi

tumit dan membengkokan tungkai bawah lutut.

5. Otot ketul empu kaki panjang( muskulus falangus longus),

fungsinyamembengkokan empu kaki.

6. Otot tulang betis belakang ( muskulus tibialis posterior), fungsinya dapat

membengkokan kaki disendi tumit dan telapak kaki sebelah ke dalam 12

7. Otot kedang jari bersama, fungsinya dapat meluruskan jari kaki (muskulus

ekstensor falangus 1-5 ).

Mengenai otot tungkai yang lebih dominan dalam

shooting, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1. Otot tungkai

(Setiadi, 2007:274)

Dari gambar diatas maka penjelasan otot yang berperan dalam gerakan shooting

ialah :

14
1. Pengerak Utama (Musculus quadriceps femoris, biceps femoris dan

musculus tibialis anterior, tibialis posterior, dipakai dalam gerakan

menendang danMusculus bicep femoris, dipakai pada saat shooting, dan

lari).

2. Penggerak Antagonis pada pergerkan otot Musculus bicep femoris, dan

musculus quadriceps femoris, terjadi pemendekan otot pada muschulus

bicep femoris dan pemanjangan otot pada musculus quadriceps femoris.

3. Pegerak Stabilitas 13 Musculus tensor fascia latae, Musculus

gastrocnemius, Musculus tibialis anterior dan tibialis posterior.

B. Hakikat Lari 100 Meter

1. Defenisi Lari

Dalam bukunya Yoyo bahagia (2000), menyatakan bahwa lari adalah gerakkan

tubuh di mana kedua kaki ada saat melayang diudara (kedua telapak kaki lepas dari

tanah)yang mana lari diartikan berbeda dengan jalan yang selalu kontak dengan tanah.

Lari adalah frekuensi langkah yang percepat sehingga pada waktu berlari ada

kecenderungan badan melayang.

Jadi lari merupakan gerakan tubuh dimana pada suatu saat semua kaki tidak

menginjak tanah (ada saat melayang di udara) berbeda dengan jalan yang salah satu kaki

harus tetap ada yang kontak dengan tanah.

1. Lari Sprint 100 Meter

Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak 100 sampai dengan

400 meter (Yoyo bahagia :2000). Lari sprint 100 meter merupakan nomor lari

jarak pendek, dimana pelari harus berlari dengan sekencang-kencangnya dalam

jarak 100 meter. Kunci pertama yang harus di kuasai oleh pelaari sprint adalah

15
start. Keterlambatan atau ketidak telitian pada waktu melakukan start saangat

merugikan seorang pelari cepat atau sprinter. Oleh sebab itu, cara melakukan start

yang baik harus benar-benar di perhatikan dan di pelajari serta dilatih secermat

mungkin. Kebutuhan utama untuk lari jarak pendek.

a.) Teknik Start

Start adalah persiapan awal seorang pelari akan melakukan gerakkan

berdiri (purnomo 2007). Untuk nomor lari jarak pendek start yang dipakai adalah

strat jongko. Tujuan utama start dalam dalam lari jarak pendek adalah untuk

mengoptimalkan pola lari percepatan. Pelari juga harus dapat mengatasi

kelembamam dengan menerapkan terhadap start block sesegara mungkin setelah

tembakan pistol atau aba-aba dari stater dan bergerak kedalam suatu posisi

optimum untuk tahap lari percepatan. Aba-aba yang di gunakan dalam start lari

jarak pendek, pertama bersedia, setelah stater memberikan aba-aba bersedia, maka

pelari akan menempatkan kedua kaki menyentuh block dengan depan dan

belakang, lutut kaki di belakang di letakkan ditanah, terpisah selebar bahu dekat

lebih sedikit, jari-jari tangan membentuk V terbalik dan kepala dalam keadaan

datar dengan punggu, sedangkan pandang mata menatap lurus kebawah, seperti

pada gamabar 2 (posisi tersedia)

16
Gambar 2.2.

Sumber. Purnomo (2007)

Kedua siap, setelah ada aba-aba siap seorang pelari akan menempatkan badan

sebafai berikut : lutu di tekan kebelakang, lutut kaki depan ada dalam posisi

membentuk sudut siku (90). Lutut kaki belakang membentuk sudut antara 120-

140, dan pinggang sedikit diangkat tinggi dari bahu, tubuh sedikit condong

kedepan, serta bahu sedikit maju kedepan dari dua tangga, seperti pada gambar 3

(posisi siap)

Gambar 2.3 Posisi siap

Sumber. Purnomo (2007)

Ketiga yak, gerakan yang akan di lakukan pelari setelah aba-aba yak/bunyi pistol

adalah badan di luruskan dan diangkat pada saat kedua kaki menolak/menekan

keras pada start block, kedua tangan di angkat dari tanah bersamaan untuk

17
kemudain diayun bergantian, kaki belakang mendorong lebih kuat, dorongan kaki

depan sedikit namun tidak lama, kaki belakang diayun kedepan dengan cepat

sedangkan badan condong kedepan, lutut dan pinggang keduanya diluruskan

penuh pada saat akhir dorongan, seperti pada gambar 4 (posisi yak).

Gambar 2.4. (Posisi yak)

Sumber. Purnomo (2007)

b.) Teknik Lari

Dalam berlari juga dibagi menjadi beberapa tahapan (purnomo:2007).

Pertama tahap topang berdiri dari topang depan dan satu tahap dorong. Kedua

tahap melayang berdiri dan tahap ayun kedepan dan satu tahap memulihan

(recovery). Tahap topang bertujuan untuk untk memperkecil hambatan saat

menyentuh tanah dan memaksimalkan dorongan kedepan. Sifat-sifat teknisnya

mendarat pada telapak kaki, lutut kaki topang bengkok haraus minimal pada saat

amortasi, kaki ayun di percepat, pinggang, sendi lutut dan mata kaki dari kaki

topang harus di luruskan kuat-kuat pada saat bertolak, paha kaki ayun dengan

cepat kesuatu posisi horizontal, seperti pada gambar 5 (phase topang).

18
Gambar 2.5 Phase Topang

Sumber. Purnomo (2007)

Phase topang bertujuan untuk memaksimalkan dorongan kedepan dan untuk

mempersiapkan sesuatu penempatan kaki yang efektif saat menyentuh tanah.

Sifat-sifat teknisnya lutut kaki ayun bergerak kedepan dan keatas, lutut kaki

topang bengkok dalam proses pemulihan, ayunan lengan aktif namun rileks,

berikut kaki topang bergerak kebelakang seperti pada gambar 6 (phase laya

Gambar 2.6 Phase layang

Sumber. Purnomo (2007)

19
c.) Teknik melewati garis finis

Garis finis merupakan garis/batas akhir pertandingan. Ada beberapa cara

yang dapat di lakukan pada waktu pelari mencapai finish yaitu : lari terus menerus

tanpa menerus tanpa perubahan apapun, dada di condongkan kedepan, tangan

kedua-keduanya diayunkan kebawah belakang, dan dada di putar dengan ayunan

tangan kedepan atas sehingga bahu sebelah maju kedepan (Kuntjoro, 1981). Jarak

20 meter terakhir sebelum garis finish merupakan perjuangan untuk mencapai

kemenengan dalam perlombaan lari, maka perlu di perhatikan adalah kecepatan

langkah dan jangan terlambat langkah sebelum melewati garis finish, seperti pada

gambar 7 (teknik melewati garis finish).

Gambar 2.7 Teknik melewati garis finish

Sumber. Muhajir (2006)

Hal-hal yang dihindari lari sprint antara lain :

a. Dorongan kedepan tidak cukup dan kurang tinggi mengangkat lutut

b. Tubuh condong sekali kedepan atau lengkungan kebelakang

c. Memutar kepala dan menggerakkan bahu secara berlebihan

d. Lengan diayun terlalu keatas dan ayunannya terlalu jauh menyilang dada

20
e. Meluruskan kaki yang akan di langkahkan kurang sempurna.

Hal-hal diutamakan dalam lari sprint, antara lain:

a. Menjaga kepala tetap tegak dan pandangan lurus kedepan

b. Membuat mata kaki yang dilangkahkan seelastis mungkin

c. Menjaga posisi tubuh sama seperti posisi pada waktu berjalan biasa

d. Mengayunkan lengan sejajar dengan pinggul dan sedikit menyilang

kedepan badan.

2. Peranan Power Otot Tungaki Terhadap Lari 100 Meter

Lari bergerak maju kedapan yang di lakukan dengan cepat, karena adanya

menolak tanah oleh ujung kaki terhadap tanah yang di lakukan dengan menggaris.

Untuk mencapai kecepatan yang maksimal di perlukan power otot tungkai. Power

merupaka kombinasi antara kekuatan dan kecepatan dan merupakan dasar dalam

setiap melakukan aktivitas. Power faktor penunjung dalam lari jarak pendek

(sprint), karena mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan kekuatan yang

maksimal dalam relatif singkat. Power adalah sejumlah kerja mekanik yang

bekerja dalam periode waktu tertentu (Yusuf,2000)

Menurut Sajoto (1988) berpendapat bahwa power adalah kemampuan

melakukan gerak ekxplosif. Power atau daya ledak adalah kemampuan kerja otot

(usaha)dalam satuan waktu (detik) (soegiardo,1992). Karena power berbandingan

lurus dengan kekuatan otot, maka besar kecilnya power antara lain juga di

tentukan oleh besar kecilnya kekuatan otot. Menurut Sajoto (1988) kekuatan otot

didefinisikan sebagai kemampuan oto atau sekelompokk otot untuk melakukan

kerja, dengan menahan beban yang diangkatnya.

21
Dari pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa power merupakan salah

satu faktor penunjang keberhasilan lari cepat, karena power merupakan gabungan

dari kekuatan dan kecepatan. Gerakan yang di timpulkan oleh power adalah

gerakan yang cepat. Power otot tungkai merupakan kemampuan sekelompok otot

tungkai untuk melakukan kerja atau gerak secara ekxplosif yang di pengaruhi oleh

kekuatan dan kecepatan kontraksi otot.

C. Kerangka Berpikir

Tujuan utama lari adalah menempuh suatu jarak tertentu dengan waktu

yangg secepat mungkin atau mencapai garis finis dengan secepatnya. Lari sprint

100 meter merupakan nomor laari jarak pendek, di mana pelari harus berlari

dengan sekenacng-kencangnya dalam jarak 100 meter. Dalam lari jarak pendek

menggunakan start jongkok, aba-aba yang di gunakan dalam strat lari jarak

pendek, yaitu bersedia, siap, yak.

Daya ledak merupakan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan dan

merupakan dasar dalam setiap melakukan aktivitas, karena mempunyai

kemampuan untuk mengeluarkan kekuatan yang maksimal dalam waktu relatif

singkat. Tidak di lakukan lagi kalau daya ledak otot tungkai juga sangat

mendukung kemampuan laari sprint, karena dengan adanya daya ledak otot

tungkai yang kuat, maka akan menghasilkan kecepatan lari yang maksimal di

bandingkan seseorang yang mempunyai daya ledak otot tungkai yang lemah akan

menghasilkan kemampuan lari yang tidak maksimal, dan salah satu modal latihan

untuk meningkatkan kemampuan lari yang tidak maksimal, dalam salah satu

22
modal latihan untuk meningkatkan kemampuan power otot tungkai yaitu latihan

vertikal jump.

Program yang baik akan meningkatkan kemampuan prestasi yang baik pula sebab

prestasi yang tinggi hanya dapat dicapai melalui latihan-latihan yang di lakukan

secara sistematik dan metodik disertai dengan ketekunan dan kemauan keras. Oleh

karena latihan vertikal jump itu berpengaruh terhadap kecepatan lari 100 meter

pada mahasiswa penjaskesrek angkatan 2019.

D. Hipotesis

Berdasarkan pada tujuan pustaka dan kerangka berfikir, hipotesis dalam

penelitian ini adalah ‘’Ada hubungan latihan vertikal jump terhadap

kecepatan lari 100 meter pada mahasiswa penjaskesrek angkatan 2019.

23
BAB III

METEDOLOGI PENELITIA

A. Rencana penelitian

Rencana penelitian ini merupakan metode deskriptif dengan

rancangan korelasi, di mana peneliti ingin mengetahui hubungan daya

ledak otot tungkai terhadap kecepatan lari 100 meter pada mahasiswa

penjaskesrek angkatan 2019.Dengan menggunakan rencana korelasi

sebagai berikut:

Dimana:

X Y

Keterangan:

X = Daya Ledak Otot Tungkai

Y =Kecepatan Lari 100 Meter

= hubungan (korelasi)

B. Variabel Penelitian

1. variabel bebas X adalah daya ledak otot tungkai

2. Variabel terikat Y adalah lari 100 meter

C. Devinisi operasional variabel

Untuk lebih terangnya mengenai variabel yang terdapat dalam penelitian

ini maka perlu memberi definisi operasional variabel adalah sebagai berikut:

24

31
1. Daya ledak otot tungkai yang di maksud dalam penelitian ini yaitu

kemampuan atlet dalam melakukan vertical jump yang di lakukan

dengan berdiri tegak dengan kedua kaki terbuka selebar bahu, letakan

lengan sedikit di depan bahu dengan melakukan jongkok turun sekitar

45 derajat, kemudian melompat setinggi mungkin dan mendarat

dengan posisi telapak kaki yang sedikit menekuk. Hasil yang di catat

adalah tinggi lompatan.

2. Kecepatan lari 100 meter yang di maksud dalam penelitian ini adalah

seberapa cepat kemampuan mahasiswa dalam melakukan lari 100

meter yang di ukur menggunakan stopwatch dalam satuan detik.

.D. Populasi dan sampel

1. Populasi

Menurut Arikunto (2006:106) populasi adalah keseluruhan dari

subjek penelitian.populasi merupakan sumber data yang sangat penting,

karena kehadiran populasi tidak akan berarti serta tidak mungkin

terlaksana. Dari pengertian tersebut populasi penelitian ini adalah

seluruh mahawasis pendidikan jasmani, kesehatan dan rekreasi

angkatan 2019 kelas B dengan jumlah 64 orang yang terdiri dari 46

putra dan 18 putri. Dalam penelitian ini yang akan di jadikan populasi

adlah laki-laki yang berjumlah 46 orang.

25
2. Sampel

Menurut Arikuto (2006: 108) “ sampel adalah sebagian atau

wakil populasi yang di teliti. Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih

baik di ambil semua. Sebaliknya jika subjeknya lebih dari 100 dapat di

ambil antara 10-15% atau 20-25%. Sampel dalam penelitian ini adalah

semua dari populasi yang berjumlah 46 orang.

E. Instrumen penelitian dan Alat penelitian

1. Instrumaent untuk mengukur daya ledak otot tungkai yaitu

dengan tes vertical jump (Nurhasan:2008). Adapun alat yang di

gunakan dalam penelitian ini adalah papan berskala centimeter

(cm), warna gelap, ukuran 30 × 150 cm di pasang pada dinding

yang rata atau tiang. Jarak antara lantai dengan angka nol (0)

pada papan tes adalah 150 cm. Sediakan serbuk kapur, alat

penghapus dan alat tulis.

2. Instrumen yang di gunakan untuk memperoleh dalam dalam

penelitian ini adalah tes kecepatan lari 100 meter dengan

menggunakan alat-alat bantu sebagai berikut :

1. Lapangan bola berukuran 100 meter sebagai pengganti

lintasan lari

2. Kapur sebagai penggaris lintasan lari

3. Mental rol

4. Stopwatch

5. Formulir tes dan alat tulis

26
F. Teknik pegumpulan data

1.Tes daya ledak oto tungkai dengan menggunakan vertical jump.

a. Tujuan : untuk mengukur daya ledak otot tungkai.

b. Petunjuk pelaksanaan : terlebih dahalu ujung jari-jari sampel di beri

bedak atau tepung untuk memberikan tanda seberapa tinggi sampel itu

melempot, kemudian sampel berdiri tegak dekat dinding dengan kaki

rapat, papan skala berada pada sisi kanan/kiri badan sampel. Angkat

tangan dinding lurus ke atas, kemudian sampel mengambil awalan dengan

sikap menekukan lutut dan kedua lengan di ayun ke belakang. Sampel

melakukan loncatan setinggi mungkin sambil menepuk dinding dengan

tangan yang terdekat sehingga menimbulkan bekas, tiga kali pelaksanaan.

2. Tes kecepatan lari 100 meter, di peroleh dengan cara sebagai berikut :

a. Tujuan : untuk mengukur kecepetan lari 100 meter

b. petunjuk pelaksanaan sebagai berikut:

1. Setiap orang akan melakukan tes di beri pemanasan

2. Memberi penjelasan tentang teknik lari

3. Mengukur kemampaun lari 100 meter dengan membagi sampel

menjadi 5 seri, 4 seri sejumlah 9 orang dan satu sberi berjumlah 10

orang.

4. Pengukuran di ambil sebanyak satu kali dan hasilnya di pakai seabagai

hasil pengukuran dengan satuan detik.

27
G. Teknik analisa data

Menurut Sudijono (2015) untuk menguji hipotesis antara X dengan

Y digunakan statistic melalui korelasi product moment dengan rumus

sebagai berikut:

RXY = N∑XY (∑X) (∑Y)

√((N∑Y ) 2
(∑X2) (N∑ Y2) (∑Y)2)

Keterangan :

RXY = koefisien korelasi variable X dan Y

∑XY = jumlah hasil kali nilai variable X dan Y

∑X = jumlah nilai variabel X

∑Y = jumlah nilai variabel Y

∑X2 = kuadrat nilai variabel X

∑Y2 = kuadrat nilai variabel Y

N = jumlah sampel

Mengetahui tingkat korelasi antara kedua variabel maka di

gunakan peta korelasi sebagai berikut:

1. 0,0-0,20 = korelasi sangat rendah

2. 0,20-0,40 = korelasi rendah

3. 0,40-0,60 = korelasi sedang

4. 0,60-0,80 = korelasi tinggi

5. 0,80-100 = korelasi sempurna.

28
DAFTAR FUSTAKA

Anas Sudijono. (2015) . Pengantar Statisik Pendidikan. Jakarta : Rajawali Press.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta Bumi Aksara.

Arikunto. Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktek. Jakarta

Rineka Cipta.

Bahagia, Yoyo. 2000. Prinsip-Prinsip pengembangan dan modifikasi cabang

olahraga, Dpdikmas Drektorat Jendral Pendidikan Dasar dan

Menengah.

Edyy Purnomo 2007. Pedoman Mengajar Dasar Gerak Atletik. Yogyakarta: FIK:

UNY.

Gerner, Howard. (2010) The Theory Of Multiole Intelligence. New York. Basic

Books.

Harsono, (2001). Latihan Kondisi Fisik. Bandung : Buku Ajar FPOK UPI

Bandung.

Hendri Irawadi, 2011. Kondisi Fisik dan Pengukurannya. Padang : Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negara Padang.

https://sport.detik.com/sport-lain/d-5280002/atletik-sejarah-cabang-olahraga-dan-

macamnya-lengkap

https://www.bola.com/ragam/read/4376849/10-komponen-kebugaran-jasmani-

beserta-penjelasan-yang-perlu-diketahui

https;//repository.upi.edu/15866/4/s_KOR_0906674_chapter3.pdf

Kuntjoro. 1981. Pengetahuan Olahraga dan Kesehatan 1, Semarang: Depdikbud.

29
Muhjir.2006. Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan Untuk SMA.

Erlangga: Jakarta

Sajoto, Mochamad. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga, Dirjen Dikti

Jakarta

Setiadi, 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia, Yogyakarta, Graha Ilmu

Ucup Yusuf. 2000. Atletik, Jakarta. Depdiknas.

30

Anda mungkin juga menyukai