OLEH:
RISWANDHI NUR
A1F117098
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PROPOSAL
NIM : A1F117098
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN.....................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belekang...................................................................................1
C. Tujuan Penelitian................................................................................5
C. Kerangka Berpikir..............................................................................29
D. Hipotesis Penelitian............................................................................30
A. Rancangan Penelitian.........................................................................31
B. Variabel Penelitian............................................................................31
iii
C. Definisi Operasional Variabel............................................................31
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran pendidikan jasmani yang
wajib di berikan kepada para siswa mulai dari tingkat sekolah dasar sampai
tingkat sekolah menengah atas. Karena atletik merupakan induk dari semua
cabang olahraga. Hampir semua gerakan dalam cabang olahraga terdapat dalam
jalan,lari lompat dan lempar dari nomor-nomor atletik tersebut di dalamnya terdiri
prestasi di salah satu cabang olahraga, minat dan bakat seseorang menjadi faktor
cabang olahraga tertentu dan harus di bekali dengan faktor pendukung lain. Selain
minat dan bakat, misalnya keadaan fisik seseorang menjadi faktor pendukung
dalam suatu pencapaian yang sesuai dengan suatu tujuan prestasi yang kita capai,
keadaan fisik yang baik tentunya akan memberikan kontribusi selain dari
1
Yang sama dan menekuni cabang olahraga yang sama. Tentunya hal ini akan
menimbulkan perbedaan hasil pencapaian dengan program latihan yang sama pun.
Karena fisik adalah faktor utama dari komponen gerak dalam olahraga, tanpa
adanya fisik yang baik tentu tidak akan dapat menimbulkan gerak yang baik pula
Salah satunya adalah cabang olahraga atletik yang terdiri dari berbagai
cabang, baik untuk cabang lari, lompat maupun lempar. Cabang lari terbagi dalam
berbagai nomor lari, yaitu lari jarak pendek, jarak menengah, dan jarak jauh. Lari
jarak pendek atau sprint pun di bagi lagi ke beberapa nomor lari mulai dari 100
kecepatan penuh sepanjang jarak yang harus di tempuh . di sebut dengan lari cepat
karena jarak yang di tempuh adalah pendek atau dekat. jadi, dalam nomor lari ini
yang di utamakan adalah kecepatan yang maksimal mulai dari awal lari (start)
smapai akhir lari (finish). Mengingat dalam lari ini yang di utamakan adalah
ilmu dan teknologi olahraga. Hal ini tidak terlepas dari persiapan atlit untuk
mencapai prestasi puncak dan usha yang di lakukan oleh pelatih dalam merancang
suatu program latihan yang tetap dan sistematis. Kemampuan seseorang atau atlit
dalam suatu pertandingan atau kompetisi pada dasarnya di tentukan oleh beberapa
faktor meliputi kondisi fisik, teknik, taktik, dan faktor mental (Syafrudin,2011).
2
Teknik untuk melakukan nomor-nomor lari tersebut pada dasarnya sama, yaitu
melalui gerakan-gerakan langkah. Dalam lari yang harus di lakukan adalah harus
mencapai gerakan yang kuat dan berimbang antara kaki dan lengan, memperoleh
dorongan kaki yang elastis dan lincah, mempertahankan sikap badan yang wajar
seperti dalam berjalan, memelihara kepala tetap tenang dan memandang tatap ke
depan, menggerakan lengan kedepan dan kepala tetap pada garis lurus secara
wajar.
(Sartono, 2018). Kecepatan lari sprint 100 meter termasuk nomor lari jarak
pendek. Lari jarak pendek adalah semua nomor lari yang di lakukan dengan
kecepatan penuh atau kecepatan yang maksimal sepanjang jarak yang harus di
Lari sprint 100 meter merupakan suatu kemampuan yang di tandai proses
memindahkan posisi tubuh dari suatu tempat ke tempat lainnya secara cepat.
Dengan demikian untuk menghasilkan lari yang cepat, maka hal-hal yang perlu di
perhatikan adalah: sikap badan condong ke depan, langkah kaki harus lebih
panjang, ayunan tangan harus sesuai dengan gerakan kaki dsan gerakan lengan di
mana jari-jari tangan di kepalkan atau di buka rapat dan rileks. Hal ini di
maksudkan agar kecepatan maksimal dapat di capai sampai pada garis finish
(Sartono, 2018).
3
Pada lari jarak pendek 100 meter khususnya start sangat di perlukan tolakan atau
dorongan kaki yang sangat kuat, tidak hanya tolakan kaki yang kuat saja yang di
perlukan dalam start tetapi hal lain yang mempengaruhi yaitu kecepatan kaki
dalam melakukan tolakan bertumpuh pada ekstensi tungkai atau dengan kata lain
melakukan kerja fisik secara eksplosif. Dengan demikian daya ledak otot,
terutama otot tungkai dalam lari di perlukan untuk melakukan tolakan secara
Daya ledak merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang di perlukan
hampir semua cabang olahraga termasuk lari jarak pendek. Dalam beberapa
gerakan olahraga, daya ledak merupakan salah satu kemampuan biomotorik yang
sangat penting. Banyak gerkan olahraga yang di lakukan dengan baik dan sangat
terampil apabila atlet memiliki kemampuan daya ledak yang baik, sehingga daya
sependek-pendeknya (Irwan,2014).
baik. (K. Huda, Subiyono, dan Sutardji, 2012). Dalam penelitian Ilham (2017)
4
Power/daya eksplosif merupakan suatu rangkain kerja beberapa unsur gerak otot
dan menghasilkan daya ledak jika dua kekuatan tersebut bekerja secara bersama-
sama. Didukung oleh hasil penelitian (Anggara, 2018) mengatakan daya ledak
olahraga yang menuntut aktifitas yang berat dan cepat seperti lari jarak pendek
atau kegiatan yang harus di lakukan dalam waktu sesingkat mungkin dengan
kekuatan dan kecepatan pada otot tungkai yang di kerahkan secara bersama-sama
dalam mengatasi tahanan beban dalam waktu yang relatif singkat. Sehingga daya
ledak otot tungkai sangat berhubungan dengan kecepatan lari 100 meter. Serta di
tegaskan oleh (Wahyuningsih, 2014) yaitu semakin besar daya ledak otot tungkai,
hubungan daya ledak otot tungkai perlu di lakukan kajian ilmiah melalui proses
penelitian. Adapun yang menjadi objek dan subyek dalam penelitian ini adalah
angkatan tersebut karena kemampuan dalam cabang olaraga atletik khususnya lari
100 meter masih belum sesuai harapan. Hal ini di mungkinkan karena kurang di
perhatikannya unsur-unsur fisik pokok yang berpengaruh dalam gerakan lari 100
penelitian ilmiah dengan judul Hubungan Daya Ledak Otot Tungkai Terhadap
5
B. Rumusan Masalah
penelitian ini adalah apakah ada hubungan daya ledak otot tungkai terhadap
C. Tujuan penelitian
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan daya ledak otot
Angkatan 2019?
D. Manfaat penelitian
sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini bisa di jadikan sebagai salah satu alternatif bahan
kekuatan daya ledak otot tungkai untuk menambah kecepatan lari 100
meter.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Daya ledak dalam berolahraga sebagai salah satu komponen yang harus
dimiliki di sebagian cabang olahraga, karena hal ini berkaitan dengan hasil dari
seluruh unjuk kerja yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok yang
sedang melakukan aktivitas olahraga dimana hal komponen ini sangat dibutuhkan
di sebagian cabang olahraga. Daya ledak merupakan salah satu unsur diantara
sampai batas tertentu dengan melakukan latihan tertentu yang sesuai. Daya Ledak
adalah suatu kemampuan seorang atlet untuk mengatasi suatu hambatan dengan
Daya ledak adalah kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang untuk
terbaiknya pasti akan di peroleh, dan apabila semakin cepat seseorang melakukan
aksi daya ledak otot maka hasilnya juga cukup baik. Ketepatan antara keduanya
tidak jauh berbeda karena hal tersebut juga bergantung 78 kepada seseorang
tersebut untuk mendapat hasil yang maksimal dalam melakukan aksi secepat
7
Irawadi(2011:96) Daya ledak otot merupakan gabungan beberapa unsur fisik,
ledak otot dapat dilihat dari hasil suatu unjuk kerja yang dilakukan dengan
2. Otot Tungkai
Latihan yang teratur dan terukur serta berkelanjutan akan dapat menghasilkan
seseorang.
dalam anatomi bagian tubuh manusia di bagi menjadi menjadi 2 [dua], yaitu
amggota badan atas dan anggota badan bawah. Tungkai termaksud anggota badan
bawah. Tungkai terdiri dari beberapa tulang. Tulang tungkai di antaranya tulang
femur, patella, tabia, dan fibula, dan kaki. Tulang tersebut semuanya saling
terhubung satu sama lain. Hubungan antar tulang tersebut di sebut dengan sendi.
8
Otot tungkai memiliki banyak otot yang terdapat pada tungkai. Menurut Gerdner
dkk dalam Ridwan Maulana (2010), seperti halnya anggota tubuh bagian atas,
anggota tubuh bagian bawah di hubungkan dengan badan oleh sebuah sendi yang
Kemampuan daya ledak yang baik, terutama daya ledak otot tungkai, menentukan
pusat gerak yang utama bagi tubuh secara keseluruhan.3 Otot tungkai ini dapat
kekuatan otot dan kecepatan kontraksi. Otot yang kuat mempunyai daya ledak
9
yang besar, dan hampir dipastikan memiliki nilai kekuatan yang besar.
Peningkatan daya ledak otot tungkai dapat dicapai dengan rangsangan latihan
yang cepat, sehingga daya ledak yang dihasilkan karena penggabungan kecepatan
c) Pengaruh sensory feedback dari otot yang berkontraksi yang melibatkan muscle
mendalam potensi daya ledak seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan
faktor eksternal.
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh atlet sendiri
diantaranya: jenis kelamin, berat badan, panjang anggota gerak, kebugaran fisik,
dan usia.
10
a). Jenis kelamin
laki dan wanita. Perbedaan terjadi sangat mencolok setelah seseorang mengalami
pubertas, pada usia 18 tahun keatas, laki-laki mempunyai kekuatan dua kali lebih
otot erat kaitannya dengan berat badan, semakin besar berat badan seseorang
karena tebal otot yang meningkat, maka kekuatan otot akan bertambah.
pertumbuhan organ tubuh lainnya yaitu panjang lengan dan panjang tungkai.
maksimal.
kekuatan otot. Tenaga mencapai puncak pada umur 20 tahun. Selain itu usia dapat
a). Suhu lingkungan yang panas akan berpengaruh terhadap aktivitas kerja
otot karena sebagian dari volume darah akan dibawa ke kulit untuk
11
mengkompensasi kelebihan panas dan mempercepat terjadinya pengeluaran
tubuh oleh karena metabolisme meningkat akibat adanya aktivitas tubuh untuk
mengeluarkan energi yang lebih besar untuk menyesuaikan suhu tubuh dengan
suhu lingkungan
Otot tungkai adalah otot gerak bagian bawah yang terdiri sebagian otot serat
tungkai adalah otot yang terdapat pada kedua tungkai antara lain otot tungkai
bagian bawah: Otot tabialis anterior, extendon digitarium longus, porenius longus,
12
Selanjutnya menurut Jonath dan krempel dalam syafruddin (2013:83), Faktor
yang membatasi
kemampuan kekuatan otot manusia secara manusia secra umum antara lain :
Penampang serabut otot, jumlah serabut otot, struktur dan bentuk otot,panjang
otot, kecepatan kontraksi otot, tingkat peregangan otot, tonus otot,koordinansi otot
( koordinasi didalam otot), koordinasi otot inter (koordinasi antara otot-otot tubuh
yang bekerjasama pada suatu gerakan yang diberikan,motivasi, usia dan jenis
kelamin).Setiap orang atau manusia mempunyai sistem otot yang tidak sama,
yang terlihat dari salah satunya adalah besar atau kecilnya otot seseorang.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa tubuh kita dibungkus oleh jaringan-jaringan otot
dalam melakukan gerakan. Otot tungkai termasuk kedalam otot yang berada pada
anggota gerak bagian bawah. Otot-otot anggota gerak bawah dapat dibedakan atas
otot pangkal paha, hampir semua terentang antara gelang panggul dan tungkai atas
yang menggerakkan serta menggungkung tungkai atas disendi paha. Sebagian dari
otot tungkai dapat dibagi atas otot-otot kedang yang terletak pada bidang belakang
(separuh
selaput, otot separuh urat, otot bisep paha). Otot tungkai bagian bawah
13
3. Otot kedang jempol, fungsinya dapat meluruskan ibu jari kaki.
7. Otot kedang jari bersama, fungsinya dapat meluruskan jari kaki (muskulus
(Setiadi, 2007:274)
Dari gambar diatas maka penjelasan otot yang berperan dalam gerakan shooting
ialah :
14
1. Pengerak Utama (Musculus quadriceps femoris, biceps femoris dan
lari).
1. Defenisi Lari
Dalam bukunya Yoyo bahagia (2000), menyatakan bahwa lari adalah gerakkan
tubuh di mana kedua kaki ada saat melayang diudara (kedua telapak kaki lepas dari
tanah)yang mana lari diartikan berbeda dengan jalan yang selalu kontak dengan tanah.
Lari adalah frekuensi langkah yang percepat sehingga pada waktu berlari ada
Jadi lari merupakan gerakan tubuh dimana pada suatu saat semua kaki tidak
menginjak tanah (ada saat melayang di udara) berbeda dengan jalan yang salah satu kaki
Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak 100 sampai dengan
400 meter (Yoyo bahagia :2000). Lari sprint 100 meter merupakan nomor lari
jarak 100 meter. Kunci pertama yang harus di kuasai oleh pelaari sprint adalah
15
start. Keterlambatan atau ketidak telitian pada waktu melakukan start saangat
merugikan seorang pelari cepat atau sprinter. Oleh sebab itu, cara melakukan start
yang baik harus benar-benar di perhatikan dan di pelajari serta dilatih secermat
berdiri (purnomo 2007). Untuk nomor lari jarak pendek start yang dipakai adalah
strat jongko. Tujuan utama start dalam dalam lari jarak pendek adalah untuk
tembakan pistol atau aba-aba dari stater dan bergerak kedalam suatu posisi
optimum untuk tahap lari percepatan. Aba-aba yang di gunakan dalam start lari
jarak pendek, pertama bersedia, setelah stater memberikan aba-aba bersedia, maka
pelari akan menempatkan kedua kaki menyentuh block dengan depan dan
belakang, lutut kaki di belakang di letakkan ditanah, terpisah selebar bahu dekat
lebih sedikit, jari-jari tangan membentuk V terbalik dan kepala dalam keadaan
datar dengan punggu, sedangkan pandang mata menatap lurus kebawah, seperti
16
Gambar 2.2.
Kedua siap, setelah ada aba-aba siap seorang pelari akan menempatkan badan
sebafai berikut : lutu di tekan kebelakang, lutut kaki depan ada dalam posisi
membentuk sudut siku (90). Lutut kaki belakang membentuk sudut antara 120-
140, dan pinggang sedikit diangkat tinggi dari bahu, tubuh sedikit condong
kedepan, serta bahu sedikit maju kedepan dari dua tangga, seperti pada gambar 3
(posisi siap)
Ketiga yak, gerakan yang akan di lakukan pelari setelah aba-aba yak/bunyi pistol
adalah badan di luruskan dan diangkat pada saat kedua kaki menolak/menekan
keras pada start block, kedua tangan di angkat dari tanah bersamaan untuk
17
kemudain diayun bergantian, kaki belakang mendorong lebih kuat, dorongan kaki
depan sedikit namun tidak lama, kaki belakang diayun kedepan dengan cepat
penuh pada saat akhir dorongan, seperti pada gambar 4 (posisi yak).
Pertama tahap topang berdiri dari topang depan dan satu tahap dorong. Kedua
tahap melayang berdiri dan tahap ayun kedepan dan satu tahap memulihan
mendarat pada telapak kaki, lutut kaki topang bengkok haraus minimal pada saat
amortasi, kaki ayun di percepat, pinggang, sendi lutut dan mata kaki dari kaki
topang harus di luruskan kuat-kuat pada saat bertolak, paha kaki ayun dengan
18
Gambar 2.5 Phase Topang
Sifat-sifat teknisnya lutut kaki ayun bergerak kedepan dan keatas, lutut kaki
topang bengkok dalam proses pemulihan, ayunan lengan aktif namun rileks,
berikut kaki topang bergerak kebelakang seperti pada gambar 6 (phase laya
19
c.) Teknik melewati garis finis
yang dapat di lakukan pada waktu pelari mencapai finish yaitu : lari terus menerus
tangan kedepan atas sehingga bahu sebelah maju kedepan (Kuntjoro, 1981). Jarak
langkah dan jangan terlambat langkah sebelum melewati garis finish, seperti pada
d. Lengan diayun terlalu keatas dan ayunannya terlalu jauh menyilang dada
20
e. Meluruskan kaki yang akan di langkahkan kurang sempurna.
c. Menjaga posisi tubuh sama seperti posisi pada waktu berjalan biasa
kedepan badan.
Lari bergerak maju kedapan yang di lakukan dengan cepat, karena adanya
menolak tanah oleh ujung kaki terhadap tanah yang di lakukan dengan menggaris.
Untuk mencapai kecepatan yang maksimal di perlukan power otot tungkai. Power
merupaka kombinasi antara kekuatan dan kecepatan dan merupakan dasar dalam
setiap melakukan aktivitas. Power faktor penunjung dalam lari jarak pendek
maksimal dalam relatif singkat. Power adalah sejumlah kerja mekanik yang
melakukan gerak ekxplosif. Power atau daya ledak adalah kemampuan kerja otot
lurus dengan kekuatan otot, maka besar kecilnya power antara lain juga di
tentukan oleh besar kecilnya kekuatan otot. Menurut Sajoto (1988) kekuatan otot
21
Dari pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa power merupakan salah
satu faktor penunjang keberhasilan lari cepat, karena power merupakan gabungan
dari kekuatan dan kecepatan. Gerakan yang di timpulkan oleh power adalah
gerakan yang cepat. Power otot tungkai merupakan kemampuan sekelompok otot
tungkai untuk melakukan kerja atau gerak secara ekxplosif yang di pengaruhi oleh
C. Kerangka Berpikir
Tujuan utama lari adalah menempuh suatu jarak tertentu dengan waktu
yangg secepat mungkin atau mencapai garis finis dengan secepatnya. Lari sprint
100 meter merupakan nomor laari jarak pendek, di mana pelari harus berlari
dengan sekenacng-kencangnya dalam jarak 100 meter. Dalam lari jarak pendek
menggunakan start jongkok, aba-aba yang di gunakan dalam strat lari jarak
singkat. Tidak di lakukan lagi kalau daya ledak otot tungkai juga sangat
mendukung kemampuan laari sprint, karena dengan adanya daya ledak otot
tungkai yang kuat, maka akan menghasilkan kecepatan lari yang maksimal di
bandingkan seseorang yang mempunyai daya ledak otot tungkai yang lemah akan
menghasilkan kemampuan lari yang tidak maksimal, dan salah satu modal latihan
untuk meningkatkan kemampuan lari yang tidak maksimal, dalam salah satu
22
modal latihan untuk meningkatkan kemampuan power otot tungkai yaitu latihan
vertikal jump.
Program yang baik akan meningkatkan kemampuan prestasi yang baik pula sebab
prestasi yang tinggi hanya dapat dicapai melalui latihan-latihan yang di lakukan
secara sistematik dan metodik disertai dengan ketekunan dan kemauan keras. Oleh
karena latihan vertikal jump itu berpengaruh terhadap kecepatan lari 100 meter
D. Hipotesis
23
BAB III
METEDOLOGI PENELITIA
A. Rencana penelitian
ledak otot tungkai terhadap kecepatan lari 100 meter pada mahasiswa
sebagai berikut:
Dimana:
X Y
Keterangan:
= hubungan (korelasi)
B. Variabel Penelitian
ini maka perlu memberi definisi operasional variabel adalah sebagai berikut:
24
31
1. Daya ledak otot tungkai yang di maksud dalam penelitian ini yaitu
dengan berdiri tegak dengan kedua kaki terbuka selebar bahu, letakan
dengan posisi telapak kaki yang sedikit menekuk. Hasil yang di catat
2. Kecepatan lari 100 meter yang di maksud dalam penelitian ini adalah
1. Populasi
putra dan 18 putri. Dalam penelitian ini yang akan di jadikan populasi
25
2. Sampel
wakil populasi yang di teliti. Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih
baik di ambil semua. Sebaliknya jika subjeknya lebih dari 100 dapat di
ambil antara 10-15% atau 20-25%. Sampel dalam penelitian ini adalah
yang rata atau tiang. Jarak antara lantai dengan angka nol (0)
pada papan tes adalah 150 cm. Sediakan serbuk kapur, alat
lintasan lari
3. Mental rol
4. Stopwatch
26
F. Teknik pegumpulan data
bedak atau tepung untuk memberikan tanda seberapa tinggi sampel itu
rapat, papan skala berada pada sisi kanan/kiri badan sampel. Angkat
2. Tes kecepatan lari 100 meter, di peroleh dengan cara sebagai berikut :
orang.
27
G. Teknik analisa data
sebagai berikut:
√((N∑Y ) 2
(∑X2) (N∑ Y2) (∑Y)2)
Keterangan :
N = jumlah sampel
28
DAFTAR FUSTAKA
Rineka Cipta.
Menengah.
Edyy Purnomo 2007. Pedoman Mengajar Dasar Gerak Atletik. Yogyakarta: FIK:
UNY.
Gerner, Howard. (2010) The Theory Of Multiole Intelligence. New York. Basic
Books.
Harsono, (2001). Latihan Kondisi Fisik. Bandung : Buku Ajar FPOK UPI
Bandung.
Hendri Irawadi, 2011. Kondisi Fisik dan Pengukurannya. Padang : Fakultas Ilmu
https://sport.detik.com/sport-lain/d-5280002/atletik-sejarah-cabang-olahraga-dan-
macamnya-lengkap
https://www.bola.com/ragam/read/4376849/10-komponen-kebugaran-jasmani-
beserta-penjelasan-yang-perlu-diketahui
https;//repository.upi.edu/15866/4/s_KOR_0906674_chapter3.pdf
29
Muhjir.2006. Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan Untuk SMA.
Erlangga: Jakarta
Sajoto, Mochamad. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga, Dirjen Dikti
Jakarta
30