Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN

ANAK DENGAN HIV/AIDS

Disusun oleh :

WA ODE FITRI NAITA (P201701089)

ARISTA GUSTIATI PUTRI (P201901029)

NUR AISYAH (P201901025)

ZULKIFKLI (P201901036)

NUR HALIKI (P201901015)

KASMAWATI (P201901020)

YAMIN (P201901014)

EVI SASMITA (P201901027)

HILDAYANTI (P201901084)

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

JURUSAN KEPERAWATAN

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia-Nya sehingga askep ini
dapat diselesaikan dengan baik. ASKEP ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak. ASKEP
ini disusun secara sederhana sehingga dapat memudahkan mahasiswa dan pembaca dalam mempelajari
materi yang kami sampaikan.

Pada kesempatan kali ini saya sampaikan terima kasih kepada ibu dosen selaku dosen
Keperawatan Anak, yang telah membantu dalam penyelesaian askep ini.Karena kurangnya pengetahuan
dan pengalaman saya, saya menyadari bahwa askep ini belum sempurna dan masih terdapat kekurangan,
oleh sebab itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.Akhir kata
saya berharap semoga makalah ini dapat diterima, dipelajari dan bermanfaat bagi teman-teman
mahasiswa dan pembaca di kalangan masyarakat serta dapat digunakan sebagai acuan dengan penyusunan
askep yang lainnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

2. TUJUAN
BAB II KONSEP DASAR

1. PENGERTIAN

2. ETIOLOGI

3. PATOFISIOLOGI

4. MANIFESTASI KLINIS

5. PENATALAKSANAAN MEDIS
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV PENUTUP
KESIMPILAN
BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang
Infeksi HIV/AIDS ( Human immuno Deficiency Virus / Acquired Immune Deficiency
Syndrom ) pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada orang dewasa homoseksual,
sedangkan pada anak tahun 1983. enam tahun kemudian ( 1989 ), AIDS sudah termasuk penyakit
yang mengancam anak di amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan kematian pada lebih dari
8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1 orang setiap 10 detik, karena itu infeksi HIV dianggap
sebagai penyebab kematian tertinggi akibat satu jenis agen infeksius.
AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein dan Amman pada tahun
1983 di Amerika serikat. Sejak itu laporan jumlah AIDS pada anak di Amerika makin lama makin
meningkat. Pada bulan Desember di Amerika dilaporkan 1995 maupun pada anak yang berumur
kurang dari 13 tahun menderita HIV dan pada bulan Maret 1993 terdapat 4480 kasus. Jumlah ini
merupakan 1,5 % dan seluruh jumlah kasus AIDS yang dilaporkan di Amerika. Di Eropa sampai
tahun 1988 terdapat 356 anak dengan AIDS. Kasus infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa
maupun pada anak – anak tertinggi didunia adalah di Afrika.
Sejak dimulainya epidemi HIV/ AIDS, telah mematikan lebih dan 25 juta orang, lebih dan 14
juta anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya karena AIDS. Setiap tahun juga diperkirakan
3 juta orang meninggal karena AIDS, 500 000 diantaranya adalah anak usia dibawah 15 tahun. Setiap
tahun pula terjadi infeksi baru pada 5 juta orang terutama di negara terbelakang atau berkembang,
dengan angka transmisi sebesar ini maka dari 37,8 juta orang pengidap infeksi HIV/AIDS pada tahun
2005, terdapat 2,1 juta anak- anak dibawah 15 tahun.
(WHO 1999) 

B. TUJUAN
1. Mengetahui dan mempelajari tentang AIDS
2. Mengetahui Asuhan Keperawatan yang bisa diberikan pada anak yang menderita AIDS.
BAB II
KONSEP DASAR 

A. PENGERTIAN
1. Acquired immunodeficiency syndrom (AIDS) suatu gejala penyakit yang menunjukkan kelemahan
atau kerusakan daya tahan tubuh atau gejala penyakit infeksi tertentu / keganasan tertentu yang
timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan) oleh virus yang disebut dengan
HIV. Sedang Human Imuno Deficiency Virus merupakan virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia yang kemudian mengakibatkan AIDS. HIV sistem kerjanya menyerang
sel darah putih yang menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk dalam limfosit yang
disebut dengan T4 atau sel T penolong. ( T helper ), atau juga sel CD 4. HIV tergolong dalam
kelompok retrovirus sub kelompok lentivirus. Juga dapat dikatakan mempunyai kemampuan
mengopi cetak materi genetika sendiri didalam materi genetik sel - sel yang ditumpanginya dan
melalui proses ini HIV dapat mematikan sel - sel T4. ( DEPKES: 1997 )
2. AIDS adalah salah satu penyakit retrovirus epidemic menular, yang disebabkan oleh infeksi HIV,
yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler, dan mengenai
kelompok resiko tertentu, termasuk pria homoseksual, atau biseksual, penyalahgunaan obat intra
vena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual dan individu
yang terinfeksi virus tersebut. ( DORLAN 2002 )
3. AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dan kelainan ringan dalam respon
imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan
berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang
terjadi. (Centre for Disease Control and Prevention)
B. ETIOLOGI
Resiko HIV utama pada anak-anak yaitu:
 Air susu ibu yang merupakan sarana transmisi
 Pemakaian obat oleh ibunya
 Pasangan sexual dari ibunya yang memakai obat intravena
 Daerah asal ibunya yang tingkat infeksi HIV nya tinggi
( DEPKES 1997 ) 

C. PATOFISIOLOGI
Virus AIDS menyerang sel darah putih ( limfosit T4 ) yang merupakan sumber kekebalan
tubuh untuk menangkal berbagai penyakit infeksi. Dengan memasuki sel T4 , virus memaksa limfosit
T4 untuk memperbanyak dirinya sehingga akhirnya menurun, sehingga menyebabkan tubuh mudah
terserang infeksi dari luar (baik virus lain, bakteri, jamur atau parasit). Hal ini menyebabkan kematian
pada orang yang terjangkit HIV / AIDS. Selain menyerang limfosit T4, virus AIDS juga memasuki
sel tubuh yang lain, organ yang sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya. AIDS diliputi
oleh selaput pembungkus yang sifatnya toksik ( racun ) terhadap sel, khususnya sel otak dan susunan
saraf pusat dan tepi lainnya yang dapat menyebabkan kematian sel otak. Masa inkubasi dan virus ini
berkisar antara 6 bulan sampai dengan 5 tahun, ada yang mencapai 11 tahun, tetapi yang terbanyak
kurang dari 11 tahun. (DEPKES 1997)
PEMBAGIAN STADIUM PADA HIV/AIDS
Secara umum kronologis perjalanan infeksi HIV dan AIDS terbagi menjadi 4 stadium :
1. Stadium HIV
Dimulai dengan masuknya HIV yang diikuti terjadinya perubahan serologik ketika antibodi
terhadap virus tersebut dan negatif menjadi positif. Waktu masuknya HIV kedalam tubuh hingga
HIV positif selama 1-3 bulan atau bisa sampai 6 bulan ( window period )
2. Stadium Asimptomatis ( tanpa gejala )
Menunjukkan didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi belum menunjukan gejala dan adaptasi
berlangsung 5 - 10 tahun.
3. Stadium Pembesaran Kelenjar Limfe
Menunjukan adanya pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata ( persistent
generalized lymphadenophaty ) dan berlangsung kurang lebih 1 bulan
4. Stadium AIDS
Merupakan tahap akhir infeksi HIV. Keadaan ini disertai bermacam - macam penyakit infeksi
sekunder
CARA PENULARAN
HIV menular dengan beberapa cara yaitu :
1. Hubungan seksual dengan penderita AIDS
Penularan dapat terjadi melalui hubungan tanpa alat pelindung dengan penderita HIV. Air mani,
cairan vagina dan darah dapat mengenai selaput lendir sehinggga HIV yang ada dalam cairan
tersebut masuk kedalam cairan darah. Selain itu juga melalui lesi mikro pada di dinding alat
tersebut yang terjadi saat hubungan seksual.
2. Darah dan produk darah yang tercemar HIV / AIDS
Sangat cepat menularkan HIV karena langsung masuk kedalam pembuluh darah dan menyebar
keseluruh tubuh
3. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril.
Alat pemeriksa kandungan dan alat-alat lain yang menyentuh darah, cairan vagina atau mani yang
terinveksi HIV yang digunakan ke orang lain tanpa disterilkan dulu.
4. Alat-alat untuk menoreh kulit
Jarum, silet, alat tato, pemotong rambut.
5. Menggunakan jarum suntik yang bergantian
Jarum suntik pada fasilitas kesehatan, pengguna narkoba sangat berpotensi terjangkit HIV.
(CORWIN 2001)
D. Manifestasi Klinis
Gejala mayor :
 Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
 Diare kronis lebih dan 1 bulan berulang maupun terus menerus
 Penurunan berat badan lebih dan 10% dalam 3 bulan ( 2 dan 3 gejala utama ).
Gejala minor
 Batuk kronis selama 1 bulan
 Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur candida albican
 Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh yang menetap
 Munculnya herpes zosters berulang
 Bercak – bercak dan gatal- gatal diseluruh tubuh
( DEPKES 1997
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya. Tapi apabila terinfeksi HIV maka terapinya yaitu :
1. Pengendalian infeksi oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi oportuniti, nosokomial, atau
sepsis, tindakan ini harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan yang kritis.
2. Terapi AZT (Azitomidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik transcriptase.
3. Terapi antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistem immun dengan menghambat replikasi virus atau
memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obatan ini adalah: didanosina,
ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut.
4. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron
5. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat replikasi HIV.
6. Rehabilitasi bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis, membantu megubah perilaku
resiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko, mengingatkan cara hidup sehat
dan mempertahankan kondisi hidup sehat.
7. Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang sehat, hindari
sters, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. Edukasi ini juga bertujuan
untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan ketika anak mengidap AIDS
dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pada pengkajian anak HIV positif atau AIDS pada anak rata-rata dimasa perinatal sekitar usia
9 –17 tahun.
Keluhan utama dapat berupa :
 Demam dan diare yang berkepanjangan
 Tachipnae
 Batuk
 Sesak nafas
 Hipoksia
Kemudian diikuti dengan adanya perubahan :
 Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik
 Diare lebih dan satu bulan
 Demam lebih dan satu bulan
 Mulut dan faring dijumpai bercak putih
 Limfadenopati yang menyeluruh
 Infeksi yang berulang (otitis media, faringitis )
 Batuk yang menetap ( > 1 bulan )
 Dermatitis yang mnyeluruh
Pada riwayat penyakit dahulu adanya riwayat transfusi darah ( dari orang yang terinfeksi HIV /
AIDS ). Pada ibu atau hubungan seksual. Kemudian pada riwayat penyakit keluarga dapat
dimungkinkan :
 Adanya orang tua yang terinfeksi HIV / AIDS atau penyalahgunaan obat
 Adanya riwayat ibu selama hamil terinfeksi HIV ( 50 % TERTULAR )
 Adanya penularan terjadi pada minggu ke 9 hingga minggu ke 20 dari kehamilan
 Adanya penularan pada proses melahirkan
 Terjadinya kontak darah dan bayi.
 Adanya penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI
 Adanya kejanggalan pertumbuhan (failure to thrife )
Pada pengkajian faktor resiko anak dan bayi tertular HIV diantaranya :
 Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual
 Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti
 Bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena
 Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah yang berulang
 Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas yang tidak steril
 Anak remaja yang berhubungan seksual yang berganti-ganti pasangan
Gambaran klinis pada anak nonspesifik seperti :
 Gagal tumbuh
 Berat badan menurun
 Anemia
 Panas berulang
 Limpadenopati
 Hepatosplenomegali
 Adanya infeksi oportunitis yang merupakan infeksi oleh kuman, parasit, jamur atau protozoa
yang menurunkan fungsi immun pada immunitas selular seperti adanya kandidiasis pada mulut
yang dapat menyebar ke esofagus, adanya keradangan paru, encelofati dll
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Mata
 Adanya cotton wool spot ( bercak katun wol ) pada retina
 Retinitis sitomegalovirus
 Khoroiditis toksoplasma
 Perivaskulitis pada retina
 Infeksi pada tepi kelopak mata.
 Mata merah, perih, gatal, berair, banyak sekret, serta berkerak
 Lesi pada retina dengan gambaran bercak / eksudat kekuningan, tunggal / multiple
2. Pemeriksaan Mulut
 Adanya stomatitis gangrenosa
 Peridontitis
 Sarkoma kaposi pada mulut dimulai sebagai bercak merah datar kemudian menjadi biru dan
sering pada platum (Bates Barbara 1998 )
3. Pemeriksaan Telinga
 Adanya otitis media
 Adanya nyeri
 Kehilangan pendengaran
4. Sistem pernafasan
 Adanya batuk yang lama dengan atau tanpa sputum
 Sesak nafas
 Tachipnea
 Hipoksia
 Nyeri dada
 Nafas pendek waktu istirahat
 Gagal nafas
5. Pemeriksaan Sistem Pencernaan
 Berat badan menurun
 Anoreksia
 Nyeri pada saat menelan
 Kesulitan menelan
 Bercak putih kekuningan pada mukosa mulut
 Faringitis
 Kandidiasis esofagus
 Kandidiasis mulut
 Selaput lendir kering
 Hepatomegali
 Mual dan muntah
 Kolitis akibat dan diare kronis
 Pembesaran limfa
6. Pemeriksaan Sistem Kardiovaskular
 Suhu tubuh meningkat
 Nadi cepat, tekanan darah meningkat
 Gejala gagal jantung kongestiv sekuder akibat kardiomiopatikarena HIV
7. Pemeriksaan Sistem Integumen
 Adanya varicela ( lesi yang sangat luas vesikel yang besar )
 Haemorargie
 Herpes zoster
 Nyeri panas serta malaise
 Aczematoid gingrenosum
 Skabies
8. Pemeriksaan sistem perkemihan
 Didapatkan air seni yang berkurang
 Annuria
 Proteinuria
 Adanya pembesaran kelenjar parotis
 Limfadenopati
9. Pemeriksaan Sistem Neurologi
 Adanya sakit kepala
 Somnolen
 Sukar berkonsentrasi
 Perubahan perilaku
 Nyeri otot
 Kejang-kejang
 Encelopati
 Gangguan psikomotor
 Penururnan kesadaran
 Delirium
 Meningitis
 Keterlambatan perkembangan
10. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
 Nyeri persendian
 Letih, gangguan gerak
 Nyeri otot ( Bates Barbara 1998 )
C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Kemudian pada pemeriksaan diagnostik atau laboratorium didapatkan adanya anemia,
leukositopenia, trombositopenia, jumlah sel T4 menurun bila T4 dibawah 200, fase AIDS normal
1000-2000 permikrositer., tes anti body anti-HIV ( tes Ellisa ) menunjukan terinfeksi HIV atau tidak,
atau dengan menguji antibodi anti HIV. Tes ini meliputi tes Elisa, Lateks, Agglutination,dan western
blot. Penilaian elisa dan latex menunjukan orang terinfeksi HIV atau tidak, apabila dikatakan positif
harus dibuktikan dengan tes western blot.
Tes lain adalah dengan menguji antigen HIV yaitu tes antigen P24 ( dengan polymerase chain
reaction - PCR ). Kulit dideteksi dengan tes antibody ( biasanya digunakan pada bayi lahir dengan ibu
terjangkit HIV ).
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan HIV / AIDS antara lain :
1. Resiko infeksi
2. Kurang nutrisi
3. Kurangnya volume cairan
4. Gangguan intregitas kulit
5. Perubahan atau gangguan membran mukosa
6. Ketidakefektifan koping keluarga
7. Kurangnya pengetahuan keluarga
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Resiko infeksi
Resiko terjadinya infeksi pada anak dengan HIV /AIDS berhubungan dengan adanya penurunan
daya tahan tubuh sekunder AIDS.
o Tujuan :
Meminimalkan resiko terhadap infeksi pada anak
o Rencana tindakan keperawatan
1. Kaji perubahan tanda-tanda infeksi ( demam, peningkatan nadi, peningkatan kecepatan
nafas, kelemahan tubuh atau letargi )
2. Kaji faktor yang memperburuk terjadinya infeksi seperti usia, status nutrisi, penyakit kronis
lain
3. Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali, tanda vital merupakan indikator terjadinya
infeksi
4. Monitor sel darah putih dan hitung jenis setiap hari untuk monitor terjadinya neutropenia
5. Ajarkan dan jelaskan pada keluarga dan pengunjung tentang pencegahan secara umum
( universal ), untuk menyiapkan keluarga dan pengunjung memutus rantai penularan
6. Instruksikan ke semua pengunjung dan keluarga untuk cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah memasuki ruangan pasien
7. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antibiotik, anyiviral, antijamur,
8. Lindungi individu dan resiko infeksi dengan universal precaution
2. Kurang Nutrisi ( kurang dari kebutuhan )
Nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, diare, nyeri
o Tujuan :
Kebutuhan nutrisi dan pasien terpenuhi
o Rencana tindakan keperawatan :
1. Kaji status perubahan nutrisi dengan menimbang berat badan setiap hari
2. Monitor asupan dan keluaran setiap 8 jam sekali dan turgor kulit
3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
4. Rencanakan makanan enternal dan parenteral
3. Kurangnya Volume Cairan
Kurangnya volume cairan tubuh pada anak berhubungan dengan adanya infeksi oportunitis
saluran pencernaan ( diare )
o Tujuan :
Volume cairan tubuh dapat terpenuhi
o Kriteria hasil :
a. Asupan dan keluaran seimbang
b. Kadar elektrolit tubuh dalam batas normal
c. Nadi perifer teraba
d. Penekanan darah perifer kembali dalam waktu kurang dan 3 detik
e. Keluaran urin minimal 1-3 cc/kg BB per jam
o Rencana tindakan keperawatan
1. Berikan cairan sesuai indikasi dan toleransi
2. Ukur masukan dan keluaran termasuk urin dan tinja
3. Monitor kadar elektrolit dalam tubuh
4. Kaji tanda vital turgor kulit, mukosa membran dan ubun-ubun tiap 4 jam
5. Monitor urin tiap 6-8 jam sesuai dengan kebutuhan
6. Kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan
4. Gangguan intregitas kulit
Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan diare yang berkelanjutan ( kontak yang berulang
dengan feces yang bersifat asam )
o Tujuan :
Tidak terjadi gangguan intregitas kulit
o Kriteria hasil :
Tidak ada tanda – tanda kulit terganggu serta kulit utuh, bersih
o Rencana tindakan keperawatan :
1. Ganti popok dan celana anak apabila basah
2. Bersihkan pantat dan keringkan setiap kali buang air besar
3. Gunakan salep atau lotion
5. Perubahan atau Gangguan Mukosa Membran Mulut
Gangguan mukosa membran mulut berhubungan dengan lesi mukosa membran dampak dari
jamur dan infeksi herpes
o Tujuan :
Tidak terjadi gangguan mukosa mulut
o Kriteria hasil
a mukosa mulut lembab
b tidak ada lesi
c kebersihan mulut cukup
d anak dan orang tua mampu mendemonstrasikan tekhnik kebersihan mulut
o Rencana Tindakan Keperawatan
1. Kaji membran mukosa
2. Berikan pengobatan sesuai dengan saran dan dokter
3. Lakukan perawatan mulut tiap 2 jam
4. Gunakan sikat gigi yang lembut
5. Oleskan garam fisiologis tiap 4 jam dan sesudah membersihkan mulut
6. Kolaborasi pemberian obat profilaksis ( ketokonazol, flukonazol ) selama pengobatan
7. Gunakan antiseptik oral
8. Check up gigi secara teratur
6. Ketidakefektifan Koping Keluarga
Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan penyakit menahun dan progresif
o Tujuan :
Koping keluarga efektif
o Kriteria hasil :
a Orang tua mapu mengekspresikan secara verbal tentang rasa takut
b Orang tua mampu mengambil keputusan yang tepat
c Orang tua tau cara memecahkan masalah serta menganalisis kekuatan diri dan dukungan
sosial
o Rencana tindakan keperawatan
1. Konseling keluarga
2. Observasi ekspresi orang tua tentang rasa takut, bersalah, dan kehilangan
3. Diskusikan dengan orang tua tentang kekuatan diri dan mekanisme koping dengan
mengidentifikasi dukungan sosial
4. Libatkan orang tua dalam perawatan anak
5. Monitor interaksi orang tua dan anak
6. Monitor tingkah laku orang
7. Kurang pengetahuan
Kurangnya pengetahuan pada keluarga berhubungan dengan perawatan anak yang kompleks
dirumah
o Tujuan :
Keluarga dapat mengungkapkan atau menjelaskan proses penyakit, penularan, pencegahan
dan perawatan
o Kriteria hasil :
a Orang tua mampu menjelaskan secara global tentang diagnosism, proses penyakit dan
kebutuhan home care
b Orang tua memahami daftar pengobatan, efek samping, dan dosis obat
c Orang tua memahami tentang kebutuhan perawatan yang khusus bagi anak dan mengetahui
bagaimana HIV menular
o Rencana Tindakan keperawatan
1. Kaji pemahaman tentang diagnosis, proses penyakit dan kebutuhan home care
2. Jelaskan daftar pengobatan, efek samping obat dan dosis
3. Jelaskan dan demonstrasikan cara perawatan khusus
4. Jelaskan cara penularan HIV dan bagaimana cara pencegahannya
5. Anjurkan cara hidup normal pada anak

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV/AIDS


KASUS:
Hari kamis TGL 12 September 2009 sekitar jam 10.30 WIB ibu Diah membawa anaknya yang
bernama Gunawan ke RS dengan alasan keadaan anaknya semakin hari tamabah, parah berat
badannyamenurun, nafsu makannya berkurang, kurus, demam secara terus menerus, diare,mual, muntah,
kulitnya merah-merah dan luka yang tidak sembuh-sembuh. Dari data pemeriksaan Rumah Sakit, anak
tersebut dikatakan terkena HIV/AIDS. Data ini didukung dari tanda-tanda : anoreksia, feses cair, lesi
kulit, luka sukar sembuh,
A. PENGKAJIAN
ANALISA KASUS
NO DATA PENYEBAB MASALAH
1 DS: sistem imun menurun Resiko terjadinya infeksi
 demam secara terus sehingga Tubuh mudah
menerus terserang infeksi dr luar
 kulitnya merah-merah (virus, bakteri, jamur, parasit),
 luka yang tidak maka jika terjadi luka sukar
sembuh-sembuh untuk sembuh
DO:
 lesi kulit
 luka sukar sembuh
2 DS: terjadi gangguan pada Nutrisi kurang dan kebutuhantubuh
 berat gastrointestinal dan kesulitan
badannyamenurun menelan sehingga
 nafsu makannya nafsumakan berkurang serta
berkurang mual, muntah
 kurus
 mual
 muntah
DO:
 anoreksia
3 DS: terjadi infeksi pada Kurangnya volume cairan tubuh
 diare gastrointestinal bisa
DO: menimbulkan diare
 feses cair
4 DS: system imun tubuh melemah Gangguan integritas kulit
 kulitnya merah-merah menyebabkan tubuh tidak
 luka yang tidak mampu untuk beradaptasi
sembuh-sembuh
DO:
 lesi kulit
 luka sukar sembuh

B. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Resiko terjadinya Tujuan : Bebas dari  Pertahankan teknik  Mengurangi resiko
septik dan antiseptik
infeksi pada anak infeksi oportuniskit (cuci tangan sebelum kontaminasi silang
dengan HIV /AIDS Kriteria Hasil : dan sesudah  Memberikan informasi
berhubungan dengan  Mencapai masa tindakan) data dasar upeneana,
 Pantau tanda-tanda
adanya penurunan penyembuhan luka / vital tindakan
system imun tubuh lesi  Kaji frekuensi /  Kongesti / distres
 Tidak demam dan kedalaman pernafasan dapat
pernafasan,
bebas dari perhatikan batuk mengidentifikasikan
pengeluaran / spasmedik kering perkembangan PCP
sekresi purulen dan pada inspirasi dalam  Candidiasis oral, ks,
 Periksa adanya luka /
tanda-tanda lain dari lakuasi infasif, dan herpes CMU dan
infeksi. tanda-tanda Cyptococcus adalah
inflamasi. penyakit umum dan
 Gunakan sarung
tangan dan shout memberi pengaruh
selama kontak pada membran kulit,
langsung yang akresi perawatan infulsi
/ sekresi
 Pantau studi aktual dapat mencegah
laboratorium, JDL supsis
dan periksa kultur /  Mencegah penularan
sensivitas lesi, darah,
 Mengidentifikasi
urine dan spuntum proses infeksi dan
 Berikan antibiotik,
entijamun / agen untuk menentukan
antimikroba. metode perawatan
 Menghambat proses
infeksi
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
2 Nutrisi kurang dan Tujuan : Kebutuhan  Kaji BB dasar  Anak resti GUT ditandai
kebutuhan tubuh nutrisi pada anak  Observasi koordinasi dengan BB menurun
berhubungan dengan terpenuhi menghisap dan atau penambahan BB
anoreksia Kriteria Hasil : refleks menelan sedikit dari waktu lahir
 Terlihat adanya  Insfeksi rongga mulut  Pola motorik oral
pertumbuhan BB  Anjurkan pemberian abormal dapat merusak
anak makan alternatif dan pemberian makan
 Nila-nilai konsulkan ibu  Sariawan merusak
laboratorium dalam mengenai resiko kemampuan makan
batas normal menyusui  HIV ada pada kolestrum
 Bebas dari tanda  Tinjau ulang diet serta ASI dan
malnutrisis / gagal sesuai usia dan meskipun terbatas
untuk tumbuh tambahan makanan tetap adabeberapa
(GUT) padat dan resiko pada bai
 untuk mengetahui kemampuan  Memberikan nutrisi
cara pemberian perkembanan optimal berdasarkan
makan dan  Berikan nistat sesuai kebutuhan anak setelah
kebutuhan khusus indikasi pulang
untuk anak.  Berikan makanan  Tindakan efektif untuk
enteral / parenteral infeksi jemu oral
dengan tepat.  Kerusakan motorik dan
adanya infeksi
memerlukan alternatif
teknik pemberian
makanan untuk
memenuhi kebutuhan
diet. 
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
3 Kurangnya volume Tujuan : Kebutuhan  Kaji tanda-tanda vital  Indikasi dari volume
cairan tubuh pada anak volume cairan  Catat pningkatan suhu cairan sirkulasi
berhubungan dengan terpenuhi dan durasi demam,  Meningkatkan
adanya infeksi Kriteria Hasil : berikan kompres kebutuhan
oportunitis saluran  Membran mukosa hangat sesuai metabolisme dan
pencernaan (diare ) lembab indikasi diaforesis yang
 Anak tampak rileks  Kaji turgor, membran berlebihan
 Turgor kulit baik mukosa dan rasa  Indikator tidak langsung
 Tanda-tanda vital haus dari status cairan
stabil  Kaji intake dan output  Mempertahankan
 Haluaran adekuat.  Hilangkan makan yang keseimbangan cairan,
potensial mengurangi rasa haus
menyebabkan diare dan melembabkan
 Berikan cairan / membran mukosa
elektrolit melalui  Mungkin dapat
NGT / IV mengurangi diare
 Pantau He / Hb  Mendukung /
 Berikan obat sesuai memperbesar volume
indikasi seperti anti sirkulasi, terutama jika
ementik, anti diare, pemasukan oral tak
anti piretik adekuat
 Bermanfaat dalam
memperbaiki
kebutuhan cairan
 Mengurangi insiden
muntah, menurunkan
jumlah keenceran
feces dan membantu
mengurangi demam.
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
4 Gangguan integritas Tujuan : Integritas  Kaji tiap hari, catat  Menentukan garis dasar
kulit berhubungan kulit kembali normal warna, turgor, perubahan dan
dengan defisit Kriteria Hasil : sirkulasi dan sensori melakukan intervensi
imunologis, resti :  Tidak ada lagi lesi  Pertahankan higiene yang tepat
penurunan tingkat  Permukaan kulit kulit mis : masase  Mempertahankan
aktivitas, perubahan normal. dengan lotion dan kebersihan karena
sensasi, malnutrisi, krim kulit yang kering
perubahan status  Autr posisi secara dapat menjadi barier
metabolisme. teratur, ganti seprei infeksi
sesuai kebutuhan  Mengurangi stress pada
 Pertahankan sprai titik tekanan,
bersih, kering dan meningkatkan aliran
tidak berkeringat darah, kejaringan
 Bersihkan area meningkatkan proses
perianal penyembuhan
 Gunting kuku anak  Friksi kulit disebabkan
secara teratur kain yang berkerut dan
 Berikan matras / basah
tempat tidur busa  Mencegah maserasi
 Berikan obat-obatan yang disebabkna oleh
topikal / sistemik diare
sesuai indikasi.  Kuku yang panjang
meningkatkan resiko
kerusakan dermal
 Menurunkan istemia
jaringan
 Digunakan pada
perawatan lesi kulit
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Infeksi HIV/AIDS pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada orang dewasa
homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. Enam tahun kemudian (1989), AIDS sudah termasuk
penyakit yang mengancam anak di Amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan kematian pada
lebih dari 8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1 orang setiap 10 detik, karena itu infeksi HIW
dianggap sebagai penyebab kematian tertinggi akibat satu jenis agen infeksius.
AIDS (Aquired immuno deficiency syndrom ) merupakan kumpulan gejala akibat
melemahnya daya tahan tubuh sebagai akibat dari infeksi virus HIV. Virus ini mempunyai sistem
kerja menyerang jenis sel darah putih yang menangkal infeksi. Sehingga pada ornag yang mengidap
HIV/AIDS akan mudah terserang infeksi atau virus dari luar.
Cara paling efektiv dan efisien untuk menanggulangi infeksi HIV pada anak secara universal
adalah dengan mengurangi penularan dan ibu ke anaknya (mother-to-child-transmision (MTCT )).
Upaya pencegahan transmisi HIV pada anak menurut WHO dilakukan melalui 4 strategi, yaitu :
1. Mencegah penularan HIV pada wanita usia subur
2. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada wanita HIV
3. Mencegah penularan HIV dan ibu HIV hamil ke anak yang akan dilahirkannya dan memberikan
dukungan.
4. Layanan dan perawatan berkesinambungan bagi pengidap HIV

Anda mungkin juga menyukai