Kes
Disusun Oleh :
NIM : P201901006
KELAS : T1 KEPERAWATAN
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah
yang ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman penulis, penulisi yakin masih banyak kekurangan dalam penusunan makalah
literatur ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….
A. Pengertian Komunikasi……………………………………………………………..
B. pengaruh faktor budaya dalam berkomunikasi……………………………………..
C. Pengaruh Faktor Budaya Pada Anak Dalam Komunikasi …………………………
D. Pengaruh Faktor Budaya Pada Remaja Dalam Komunikasi ……………………….
E. manfaat mempelajari faktor budaya dalam komunikasi bagi bk …………………..
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan pusat dari seluruh sikap ,perilaku dan tindakan yang trampil dari
manusia ( communication involves both attides and skills ). Manusia tidak bisa dikatakan
berinteraksi sosial kalau tidak berkomunikasi dengan cara melalui pertukaran informasi ,ide-ide,
gagasan,maksud serta emosi yang dinyatakan dalam simbul simbul dengan orang lain.
Komunikasi manusia itu dapt dipahami sebagai interaksi antar pribadi melalui pertukaran simbul
simbul linguistik,misalnya simbul verbal dan non verbal. Seperti kata Mehrabian ( 1972 ) 55 %
dari komunikasi manusia dinyatakan dalam simbul non verbal , 38% melalui nada suara , dan 7%
komunikasi yang efektif dinyatakan melalui kata kata. Simbul simbul itu dinyatakan melalui
sistem yang langsung seperti tatap muka atau ( tulisan, visual, aural ). Melalui pertukaran dan
simbul simbul yang sama dalam menjelaskan informasi, gagasan dan emosi diantara itulah ,akan
lahir kesamaan nama atas fikiran,perasaan dan perbuatan.
Komunikasi pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya masyarakat
penuturnya karena selain merupakan fenomena sosial, komunikasi juga merupakan fenomena
budaya. Sebagai fenomena sosial, bahasa merupakan suatu bentuk perilaku sosial yang
digunakan sebagai sarana komunikasi dengan melibatkan sekurang-kurangnya dua orang peserta.
Oleh karena itu, berbagai faktor sosial yang berlaku dalam komunikasi, seperti hubungan peran
di antara peserta komunikasi, tempat komunikasi berlangsung, tujuan komunikasi, situasi
komunikasi, status sosial, pendidikan, usia, dan jenis kelamin peserta komunikasi, juga
berpengaruh dalam penggunaan bahasa.
Sementara itu, sebagai fenomena budaya, komunikasi selain merupakan salah satu unsur
budaya, juga merupakan sarana untuk mengekspresikan nilai-nilai budaya masyarakat
penuturnya. Atas dasar itu, pemahaman terhadap unsur-unsur budaya suatu masyarakat–di
samping terhadap berbagai unsur sosial yang telah disebutkan di atas–merupakan hal yang sangat
penting dalam mempelajari suatu komunikasi. Hal yang sama berlaku pula bagi komunikasin di
Indonesia. Oleh karena itu, mempelajari bahasa Indonesia–lebih-lebih lagi bagi para penutur
asing–berarti pula mempelajari dan menghayati perilaku dan tata nilai sosial budaya yang
berlaku dalam masyarakat Indonesia.
Pada dasarnya ketika masih anak anak proses yang paling sering dilakukan adalah
kegiatan meniru segala sesuatu yang dilakukan oleh orang dewasa tidak terkecuali dalam hal
berkomunikasi. Pengaruh faktor budaya dimana orang tua anak tersebut tinggal sangat
mempengaruhi komunikasinya dengan orang lain. Komunikasi pada anak anak akan bisa cepat
efektif apabila sejak kecil anak anak sudah diajari cara berkomunikasi yang baik oleh orang
tuanya. Jadi faktor budaya dalam berkomunikasi yang sangat mempengaruhi anak anak adalah
budaya yang dibawa orang tua dan yang dicontohkan,sehingga akan ditiru oleh anak anak dalam
berkomunikasi.
Faktor budaya yang sanagt mendominasi komunikasi remaja adalah faktor budaya
pergaulan sehari hari,yaitu budaya lingkungan budaya dimana seorang remaja itu kerap
berinteraksi,baik dengan teman,keluarga,orang yang lebih tua darinya. Kita misalkan saja ada
dua remaja yang berasal dari pulau jawa dan daerah yang sama pula,tetapi cara berkomunikasi
mereka sangatlah sangat bertolak belakang. Si A penuh sopan santun dengan tutur bahasa yang
halus kepada lawan bicaranya,terlebih lagi apa bila lawan bicaranya lebih tua dari dia. Lain lagi
dengan si B yng senantiasa berkomunikasi dengan nada kasar dan intonasi tinggi serta tingkah
laku yang kurang sopan dan bahkan bisa dikatakan kurang ajar. Setelah dianalisis ternyata
lingkungan pergaualan antara keduanya sangatlah berbeda si A sering bergaul dengan remaja
yang berada dilingkungan yang baik,yang masih perduli akan sopan santun sedangkan Si B
bergaul ditempat sangat tidak kondusif ( lingkungan yang kurang sehat ) dengan remaja lain
yang tidak kalah nakalnya dengan dia . oleh karana itulah dapat disimpulkan bahwa faktor
budaya yang lebih besar mempengaruhi komunikasi remaja adalah faktor budaya pergaulannya.
Sebagai seorang konselor haruslah siap jika seandainya dihadapkan dengan konseli yang
berasal dari berbagai daerarh yang mungkin daerah asal konseli tersebut asing bagi seorang
tersebut. Oleh karena itu konselor haruslah senantiasa membuka mata akan budaya yang berbeda
dengan budaya dirinya,dan senantiasa mengaktualisasi diri dengan mempelajari faktor faktor
budaya yang dimiliki oleh konselinya. Tujuan dari konselor mempelajari faktor faktor budaya
yang dimiliki konseli antara lain adalah :
Terdapat beberapa cara komunikasi multidisiplin dalam keperawatan yang dapat diterapkan
ketika berkomunikasi dengan pasien, yaitu :
Menciptakan dan memelihara hubungan yang baik adalah penting dalam upaya
penanganan dan perawatan pasien. Hasil studi menunjukkan bahwa komunikasi dan hubungan
baik antara pasien dan anggota tim memberikan dampak positif pada kepuasan pasien,
pengetahuan dan pemahaman, kepatuhan terhadap program pengobatan, dan hasil kesehatan
yang terukur.
2. Bertukar informasi
Anggota tim yakni dokter perlu memperoleh sebanyak mungkin informasi dari pasien
agar dapat mendiagnosa dengan tepat jenis penyakit yang diderita pasien dan merumuskan
rencana penanganan dan perawatan. Bagi pasien, pasien perlu mengetahui, memahami, merasa
dikenal, dan dipahami oleh anggota tim. Untuk itu, kedua belah pihak sangat perlu melakukan
komunikasi dua arah sebagai upaya untuk saling bertukar informasi.
Mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian adalah salah satu penyebab keberhasilan
dalam komunikasi. Perawat sebagai anggota tim bertanggung jawab dalam memberikan
perhatian dan memobilisasi semua indera untuk mempersespi semua pesan verbal maupun pesan
nonverbal yang diberikan oleh pasien.Dengan mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian,
perawat dapat menilai situasi dan masalah yang dialami pasien. Selain itu perawat juga dapat
meningkatkan harga diri pasien dan mengintergrasikan diagnosa keperawatan dan proses
perawatan.
Informasi yang diberikan selama proses konsultasi, penanganan, dan perawatan pasien
perlu dilakukan dengan menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh pasien dan anggota
pasien. Bahasa sebagai alat komunikasi dalam proses konsultasi, penanganan, dan perawatan
pasien hendaknya tidak menggunakan jargon dan istilah teknis kesehatan kecuali dijelaskan
secara komprehensif. Yang harus dihindari juga adalah penggunaan eufemisme karena dapat
mengarah pada ambigu.
6. Bersikap jujur
Bersikap jujur merupakan salah satu konsep moral dalam komunikasi keperawatan.
Anggota tim seperti perawat harus bersikap jujur agar diskusi atau konsultasi yang dilakukan
tidak menimbulkan kecurigaan, keraguan, dan kesalahpahaman. Jika ada kebutuhan untuk
diskusi yang terpisah dengan anggota keluarga pasien maka harus dilakukan dengan
mengunakan teknik komunikasi terapeutik seperti hati-hati, memperhatikan tempat diskusi, dan
waktu yang tepat.
Anggota tim seperti pasien perlu mengetahui apa yang menjadi kebutuhan komunikasi
pasien. Beberapa orang pasien hanya ingin didengar tanpa banyak penjelasan dan beberapa
pasien lainnya ingin mengetahui penjelasan yang lengkap tentang penyakit yang diderita.
Perawat harus dapat mendeteksi setiap apa yang diinginkan pasien.
Isu-isu tersebut jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional dikhawatirkan dapat
menghambat upaya melindungi kepentingan pasien dan masyarakat yang membutuhkan jasa
pelayang kesehatan, serta menghambat upaya pengembangan dari keperawatan sebagai profesi
(Muharamiatul, 2012).
Berkaitan dengan issue kolaborasi dan soal menjalin kerjasama kemitraan dokter, perawat
perlu mengantisipasi konsekuensi perubahan dari vokasional menjadi professional. Status yuridis
seiring perubahan perwat dari perpanjangan tangan dokter menjadi mitra dokter yang sangt
kompleks. Tanggung jawab hokum juga akan terpisah untuk masing-masing kesalahan atau
kelalaian. Yaitu, malpraktek medis, dan mal praktek keperwatan. Perlu ada kejelasan dari
pemerintah maupun para pihak yang terkait mengeni tanggung jawab hukum dari perawat,
dokter maupun rumah sakit. Organisasi profesi perawat juga harus berbenah dan memperluas
sruktur organisasi agar dapat mengantisipasi perubahan.
Komunikasi dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif, hal tersebut perlu
ditunjang oleh saran komunikasi yang dapat menyatukan data kesehatan pasien secara
komfrenhensif sehingga menjadi sumber informasi bagi semua anggota team dalam pengambilan
keputusan. Oleh karena itu perlu dikembangkan catatan status kesehatan pasien yang
memunkinkan komunikasi dokter dan perawat terjadi secara efektif. Pendidikan perawat perlu
terus ditingkatkan untuk meminimalkan kesenjangan professional dengan dokter melalui
pendidikan berkelanjutan. Peningkatan pengatahuan dan keterampilan dapat dilakukan melalui
pendidikan formal sampai kejenjang spesialis atau minimal melalui pelatihan-pelatihan yang
dapat meningkatkan keahlian perawat.
BAB IV
Dari sisi pasien,umumnya pasien merasa dalam posisi lebih rendah dohadapan dokter.
untuk menggali keterangan yang cukup meneggakan diagnosis dan menentukan perencanan
perlu dibangun hubungan saling percaya dan keterbukan dan pengertian akan kebutuhan maupun
kepentingan.
Mensimulasikan komunikasi secara kelompok interaksi tatap muka antra 3 orang atau
lebih dalam memecahkam masalah. Prinsip komunikasi kelompok dengan prinsip komunikasi
interpersonal hampir mirip, yakni pesan yang disampaikan kepada individu yang lainya dibalas
juga dengan suatu pesan yang telah di interpretasikan oleh si penerima pesan tersebut sebelum
disampaikan sebagai balasan pesan yang dikirimkan. Perbedaan komunikasi kelompok dan
komunikasi interpersonal adalah intensitas individu-individu itu bertemu. Komunikasi
interpersonal bisa terjadi dimanapun di halte, bus, jalan, sekolah, pasar, dan dimana saja saat
individu-individu itu melakukan suatu komunikasi. Komunikasi sendiri diterjemakan sebagai
pengiriman pesan dari komunikator ke komunikan (penerima pesan) melalui suatu media, dibalas
oleh komunikan dengan suatu pesan kembali atau yang disebut dengan umpan balik, dan
dipengaruhi oleh ganguan-ganguan yang terjadi.
Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih berganti, bisa
dari orang tua ke anak; dari anak ke orang tua; atau dari anak ke anak. Awal terjadinya
komunikasi karena ada sesuatu pesan yang ingin disampaikan. Siapa yang berkepentingan untuk
menyampaikan suatu pesan berpeluang untuk memulai komukasi. Yang tidak berkepentingan
untuk menyampaikan suatu pesan cenderung menunda komukasi.
Kenapa komunikasi penting dalam tatanan keluarga? Dewasa ini, suami dan istri yang
sibuk bekerja menjadikan pribadi mereka lupa akan hak dan kewajiban masing-masing,
komunikasi dengan anak-anak mereka pun
tidak terbangun dengan baik. Hal ini menjadikan keluarga bukan lagi tempat yang nyaman untuk
berbagi suka dan duka. Realitas tersebut terjadi akibat kurang terjalinnya komunikasi yang baik
dalam keluarga, komunikasi yang positif merupakan komponen dalam resolusi konflik keluarga.
Bila keintiman keluarga terjaga maka penyesuaian terhadap konflik apapun akan selalu
terselesaikan. Maka dari itu sangat penting dalam sebuah keluarga membangun komunikasi dan
interaksi yang baik antara anggota keluarga yang akan mempengaruhi pada keharmonisan
sebuah rumah tangga. Penelitin ini meninikberatkan kepada pentingnya komuikasi dan interaksi
di dalam keluarga. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriftif .
DAFTAR PUSTAKA