MAKALAH
Mata Kuliah Ilmu Faal Lingkungan, Metode Latihan dan Evaluasi
Puji syukur kepada Allah SWT atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya yang telah
Penulis menyadari bahwa makalah ini juga tidak akan terselesaikan dengan baik
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak terutama Dosen Pengampu Mata
Kuliah Ilmu Faal Lingkungan, Metode Latihan dan Evaluasi serta pihak-pihak lain.
Penulis merasa ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan sangat membantu.
makalah ini. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak.
Penulis
2
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bulutangkis merupakan suatu pertandingan yang dapat dimainkan sebagai tunggal atau
ganda, oleh pria, wanita, atau pasangan campuran, di lapangan tertutup maupun lapangan terbuka,
untuk bermain santai atau pada level kompetisi yang tinggi. Bulutangkis adalah olahraga yang
mengandalkan semua anggota gerak dan koordinasi dalam tubuh, sehingga bulutangkis termasuk
olahraga dengan gerakan yang lengkap. Olahraga yang kompetitif ini juga ditandai dengan jalur
lari khusus untuk bulutangkis, melompat dan menekuk lutut, serta dengan gerakan terus menerus
yang dipercepat serta diperlambat. Unsur-unsur teknik dalam permainan bulutangkis terdiri dari
beberapa macam teknik, antara lain (1) teknik tanpa bola yang meliputi sikap siaga, teknik pegang
raket (grip), teknik langkah kaki (foot work), (2) teknik pukulan yang meliputi pukulan servis yang
terdiri dari servis panjang dan servis pendek, (3) teknik pukulan overhead lop (forehand lop dan
backhand lop), (4) teknik pukulan overhead drop shot (drop shot lambat dan drop shot cepat), (5)
teknik pukulan smash (smash penuh dan setengah smash), (6) teknik pukulan net drop, dan (7)
Pelatihan fisik bulutangkis dituntut untuk memahami dan mengetahui secara spesifik
kebutuhan gerak olahraga ini. Bahkan harus mendalami makna proses kerja otot, sistem energi,
dan mekanisme gerak yang terjadi dalam permainan bulutangkis. Dalam permainan bulutangkis
memang membutuhkan latihan baik aerobik maupun anaerobik, karena bulutangkis merupakan
olahraga dengan gerakan cepat dan kuat serta dilakukan dalam waktu lama. Akan tetapi gerakan-
gerakan dalam bulutangkis dominan menggunakan sistem energi anaerobik. Hal ini dikarenakan
bulutangkis merupakan olahraga yang dilakukan dengan cepat dan waktu yang lama. Sehingga
3
4
latihan anaerobik sangat diperlukan guna penyediaan energi yang cepat bagi tubuh. Latihan-latihan
anaerobik yang dapat dilakukan dalam olahraga bulutangkis antara lain latihan sprint, yang
berguna dalam latihan kecepatan. Selanjutnya latihan kekuatan yang berupa push up, pull up dan
sit up yang berguna untuk membantu memperkuat otot lengan. Selain itu terdapat latihan gerakan
dasar pada olahraga bulutangkis yakni pukulan smash yang dominan menggunakan sistem energi
anaerobik.
3.2 Saran
Dalam menentukan suatu program latihan harus sesuai dengan spesifikasi cabang olahraga
dan juga sistem energi yang dominan pada olahraga tersebut. Bulutangkis dalam hal ini merupakan
suatu cabang olahraga yang kompleks yang menggunakan sistem energi baik aerobik maupun
anaerobik. Hal ini dikarenakan gerakan-gerakan dalam bulutangkis adalah gerakan dengan cepat
dan kekuatan tinggi serta dilakukan dalam waktu yang lama. Akan tetapi gerakan-gerakan pada
olahraga bulutangkis dominan dengan sistem energi anaerobik, seperti smash, dropshot, lop dan
lain-lain. Jadi latihan dengan gerakan-gerakan anaerobik sangat diperlukan dalam olahraga
bulutangkis. Aplikasi latihan anaerobik yang dapat digunakan dalam olahraga bulutangkis antara
lain latihan kecepatan, latihan kekuatan, power serta latihan gerakan dasar pada olahraga
bulutangkis.
DAFTAR PUSTAKA
Abian-vicen, J., Coso, J., Millan, C., dkk. 2012. Analysis of Dehydration and
Strength in Elite Badminton Players, Exercise Physiology Laboratory,
(Online), 7(5): 1-8, (http://www.plosone.com), diakes 29 Juni 2016.
Aksan, H. 2012. Mahir Bulutangkis: Ilmu Pengetahuan, Teknis dan Taktik Bermain,
Sistem dan Pola Permainan, Persiapan dan Keselamatan. Bandung: Nuansa
Cendekia.
Frohlich, M., Felder, H., Reuter, M. 2014. Training Effects of Plyometric Training on
Jump Parameters in D- and D/C-Squad Badminton Player, Journal of Sport
Research, (Online), 1(2): 22-33, (http://www.uni-saarland.de), diakses 7 Mei
2016.
Griwijoyo, S., Zafar, D. 2013. Ilmu Faal Olahraga (Sport Physiology). Bandung: UPI
Bandung.
Hwa, C., Tan, A., Ahmad, A., dkk. 2009. Physiological Characteristics of Elite and
Sub-elite Badminton Plasyers, Journal of Sport Science, (Online), 27(14):
1591-1599, (http://informaworld.com), diakses 29 Juni 2016.
Karimian, S., Aghanasir, F., Jafarzadeh, E. & Abbasi, E. 2015. Badminton Player’s
Skills Improvement After Visual Training, Advances in Ophthalmology &
Visual SystemI, (Online), 2(4): 1-5, (http://medcrave online.com/), diakses 10
Mei 2016.
Khodami, A., Nikseresht, A., Khoshnam, E. 2014. The Effect of 8 Week of Plyometric
Training on Cortisol and DHEA Levels in Male Badminton Players, European
of Journal Experimental Biology, (Online), 4(1): 265-269,
(http://pelagiaresearchlibrary.com), diakses 30 Juni 2016.
5
6