Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL PENELITIAN

“PENGARUH LATIHAN KECEPATAN TERHADAP TINGGI LONCATAN


SMES ATLET BOLA VOLI PEMULA KLUB PUTRA PERMATA
KOTA SOLOK”

OLEH :
RADDA PUTRI
NIM : 21086264/2023

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Olahraga merupakan suatu kegiatan yang di gunakan pemerintah untuk
pembinaan dan pengembangan generasi muda. Pengembangan dan pembinaan
olahraga merupakan upaya terobosan untuk meningkatkan potensi masyarakat
dalam mengejar ketinggalan, terutama dalam pembibitan olahraga prestasi.
Dengan itu pengembangan olahraga di nagari dapat menjadi wadah bagi
masyarakat yang memiliki bakat dan menggemari cabang-cabang olahraga
tertentu. Sebagaimana yang di tuangkan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No. 11 (2022: 22) bahwa:”Pembinaan dan pengembangan olahraga
dilaksanakan melalui jalur keluarga, jalur pendidikan, dan jalur masyarakat
yang berbasis pada pengembangan olahraga untuk semua orang yang
berlangsung sepanjang hayat ”.
Bola voli merupakan cabang olahraga yang menuntut atletnya untuk
memiliki beberapa aspek fisik yang baik. Aspek-aspek fisik yang mendukung
bola voli diantaranya adalah kecepatan, kekuatan, daya tahan, koordinasi dan
kelentukan. Biomotor utama dalam bola voli meliputi kecepatan dan kekuatan
untuk menghasilkan power. Power yang dibutuhkan untuk permainan bola voli
cenderung lebih besar ke arah kecepatan daripada kekuatannya. Kecepatan
yang dibutuhkan yaitu kecepatan dalam kontraksi otot-otot, untuk memukul
atau melakukan loncatan saat smash maupun blok. Bola voli juga merupakan
olahraga open skill dimana dalam permainan situasi dapat berubah hanya
dalam waktu sekian detik maka kecepatan sangat perlu dilatihkan untuk
menghadapi situasi yang bisa berubah dengan sangat cepat saat pertandingan.
Menurut Syafruddin (2008 :5), mengemukakan “ Olahraga prestasi adalah
olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana,
berjenjang dan berkelanjutan melalui latihan dan kompetesi untuk mencapai
prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan“.
Berpedoman pada kutipan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

1
2

olahraga prestasi merupakan olahraga yang dipertandingkan dalam


pembinaannya harus dilakukan secara berkesinambungan melalui latihan-
latihan yang terencana dan terprogram. Permainan bolavoli merupakan salah
satu cabang olahraga permainan bola besar. Permainan ini termasuk jenis
pertandingan beregu karena dimainkan dalam dua regu yang masing-masing
regu terdiri dari 6 pemain, maka setiap pemain yang ada dalam regu harus
bekerja sama serta saling membantu satu sama lain agar menjadi regu yang
kompak nantinya. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi olahraga
bolavoli. berikut adalah faktor yang mempengaruhi prestasi olahraga menurut
Syafruddin (2011:22):
Ada dua faktor yang mempengaruhi suatu prestasi, faktor tersebut
adalah faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal adalah faktor
kondisi fisik, teknik, taktik, dan mental, sedangkan faktor eksternal adalah
faktor yang timbul dari luar diri pemain seperti pelatih, sarana prasarana,
keluarga, gizi, dan sebagainya
Bola voli adalah permainan yang dibatasi oleh net dengan tinggi net
untuk bola voli putra adalah 243 cm dan untuk putri 224 cm. Net yang
sedemikian tinggi memerlukan tinggi tubuh dan loncatan untuk bisa
melewatinya menggunakan serangan dan membendung serangan dengan baik.
Selain untuk raihan pada saat smash tinggi loncatan juga penting untuk
melakukan blok. Blok yang tinggi akan mempermudah tim untuk melakukan
defend. Blok yang tinggi akan mempersempit arah smash lawan, jadi pemain
yang melakukan defend di belakang akan lebih mudah memperkirakan arah
bola.
Meningkatkan tinggi loncatan atlet dapat dilakukan dengan melatihkan
kecepatan kontraksi otot-otot tungkai. Meningkatkan kecepatan kontraksi otot-
otot tungkai dapat dilakukan dengan melakukan latihan sprint secepat
mungkin. Sprint yang dilakukan menggunakan lintasan yang landai atau
cenderung menurun, sehingga dengan otomatis kaki akan selalu melangkah
secepat mungkin agar tidak terjatuh saat melakukan sprint. Otot-otot akan
berkontraksi secara cepat untuk melangkah, sehingga secara otomatis kontraksi
3

otot juga akan meningkat kecepatannya. Pada kenyataannya banyak klub bola
voli khususnya di Kota Solok yang melatihkan tinggi loncatan dengan berbagai
cara yang membuat otot-otot lebih lambat untuk berkontraksi. Berdasarkan
observasi peneliti, cara yang dilakukan untuk meningkatkan tinggi loncatan
dengan melatihkan kekuatan di gym, memberikan beban dengan membuat
pemberat untuk melakukan lari naik tangga, dan melakukan sprint ke atas pada
kemiringan hampir atau bahkan lebih dari 45 derajat. Beberapa hal tersebut
merupakan latihan yang dimaksudkan untuk menambah tinggi loncatan namun
berdampak pada beratnya kontraksi otot-otot yang diterima.
Kecepatan adalah biomotor yang paling sulit untuk meningkat, namun
melatihkan kecepatan untuk meningkatkan kecepatan kontraksi otot dapat
dilakukan untuk mendapatkan tinggi loncatan maksimal. Oleh karena itu perlu
diteliti relevansi antara tinggi loncatan dan latihan kecepatan. Oleh karena itu
peneliti ingin mengangkat judul penelitian yaitu “Pengaruh Latihan Kecepatan
Terhadap Tinggi Loncatan Smes Atlet Bola Voli Pemula Klub Putra Permata
Kota Solok”. Berdasarkan judul tersebut akan mengetahui peningkatan tinggi
loncatan smes dengan latihan sprint dan keterkaitannya dengan kecepatan
kontraksi otot.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di kemukakan di atas, maka dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Power dalam bola voli lebih besar ke arah kecepatannya dibandingkan
kekuatan untuk meningkatkan kontraksi otot-otot.
2. Banyak pemahaman yang keliru tentang tinggi loncatan sehingga latihan
yang dilakukan cenderung menitik beratkan pada kekuatan.
3. Belum adanya data yang mengkomparasikan antara kecepatan dan tinggi
loncatan atlet.
4. Belum diketahui pengaruh latihan kecepatan terhadap tinggi loncatan smes
atlet bola voli pemula Klub Putra Permata Kota Solok.
4

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan masalah yang muncul dalam penelitian, maka perlu
dibatasi Pembatasan masalah dalam penelitian yaitu pengaruh latihan
kecepatan terhadap tinggi loncatan smes atlet bola voli pemula Klub Putra
Permata Kota Solok.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, pembatasan masalah di atas, masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat
pengaruh latihan kecepatan terhadap tinggi loncatan smes atlet bola voli
pemula Klub Putra Permata Kota Solok?”

E. Tujuan Penelitian
Ada pun tujuan penelitian ini Berdasarkan permasalahan yang telah
dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui
pengaruh latihan kecepatan terhadap tinggi loncatan smes atlet bola voli
pemula Klub Putra Permata Kota Solok.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini nantinya Berdasarkan ruang lingkup dan permasalahan
yang diteliti, penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Dapat menunjukkan bukti-bukti secara ilmiah mengenai pengaruh
latihan kecepatan terhadap tinggi loncatan smes atlet bola voli pemula Klub
Putra Permata Kota Solok, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif pilihan dalam meningkatkan power tungkai atlet.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pembina dan pelatih dapat mengetahui kemampuan power tungkai
atlet yang dilatihnya, sehingga lebih siap dalam menyusun program-
program latihan.
5

b. Bagi atlet, atlet mampu mengetahui hasil kemampuan power tungkai


dirinya sendiri maupun secara menyeluruh, sehingga atlet mengetahui
kualitas awal sebagai modal awal sebelum berlatih di fase berikutnya
6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori

1. Bola voli

 Pengertian permaianan bola voli

Permainan bola voli merupakan salah satu cabang olahraga permainan

bola besar.Permainan ini termasuk jenis permainan beregu karena dimainkan

oleh dua regu yang saling berhadapan,yang masing-masing tim berjumlah 6

orang pemain,dimainkan dengan menggunakan satu bola yang dipantulkan dari

satu pemain ke pemain yang lain dengan cara passing yang diakhiri dengan smes

menuju kearah lawan. Dan untuk kedua tim dipisahkan oleh net dengan

ketinggian yang berbeda baik untuk putra denagan putri (PR

PBVSI,2016).Berberapa keterampilan dasar yang di butuhkan dalam permainan

bola voli adalah pukulan (smash/hitting), passing (passing),servis (service), dan

hadang (blocking).

Permainan bolavoli terdiri atas beberapa teknik yaitu servis, passing bawah,

passing atas, smash, dan blocking. Kelima teknik di atas, smash memegang peranan

yang sangat penting karena tanpa smash yang benar maka dalam permainan bolavoli

tersebut tidak akan berjalan dengan baik dan seru. Smash merupakan salah satu bentuk

serangan dalam permainan bolavoli yang paling memikat para pemain dan juga selalu

mengundang kekaguman para penonton. Di dalam suatu permainan bolavoli smash juga

merupakan suatu teknik untuk mempermudah mendapatkan nilai atau angka. Smash

mempunyai ciri-ciri menukik, tajam, dan cepat. Untuk melakukan smash dengan baik

perlu memperhatikan faktor-faktor berikut: awalan, tolakan, pukulan, dan pendaratan.


7

Menurut pendapat M. Mariyanto smash adalah suatu pukulan yang kuat

dimana tangan kontak dengan bola secara penuh pada bagian atas, sehingga jalannya

bola terjal dengan kecepatan yang tinggi, apabila pukulan bola lebih tinggi berada di

atas net, maka bola dapat dipukul tajam ke bawah.

Bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak

digemari semua lapisan masyarakat Indonesia. Olahraga ini dapat dimainkan

mulai dari tingkat anak- anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita

(Candra et al., 2019). Permainan bola voli memiliki teknik dasar yang harus di

kuasai teknik-teknik sebagai berikut, antara lain : servis atas, servis bawah,

passing atas, passing bawah, blok, dan smash. Smash merupakan serangan yang

mematikan, banyak poin didalam hasil smash yang akurat dan tajam, maka

teknik smash sering disebut sebagai teknik pamungkas untuk mendapat poin

(Pasaribu, 2017).

Menurut penelitian Sovensi (2018) menyatakan terdapat hubungan

yang signifikan antara koordinasi mata tangan dan ekstensi togok secara

bersama-sama dengan ketepatan smash. Kemudian hasil penelitian Supriyanto

(2018) menyatakan pemain yang memiliki kecepatan reaksi tinggi lebih efisien

dilatih dengan metode latihan beban, sedangkan pemain yang memiliki

kecepatan reaksi rendah lebih efisien dilatih dengan metode latihan plyometric.

Sedangkan menurut Wijatmiko (2012) hasil belajar passing bawah meningkat

setelah dilakukan tindakan yang berupa pembelajaran passing bawah dengan

menggunakan bola dari siklus 1 sampai siklus 2.

Pada saat melakukan teknik smash tentunya membutuhkan kekuatan otot

lengan. Kekuatan otot lengan dapat bekerja secara maksimal apabila tenaga yang
8

dikeluarkan dapat dikontrol dengan baik. Berdasarkan paparan tersebut bahwa kekuatan

otot lengan mempunyai kontribusi atau sumbangan yang cukup dominan dalam

kemampuan smash. Secara teoritis, faktor penentu kemampuan tersebut dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya, namun perlu dibuktikan secara empiris

bagaimana sumbangan faktor tersebut terhadap kemampuan smash.

Menurut Lumintuarso(2013: 45) latihan pada dasarnya “merupakan proses

pendidikan yang bertujuan untuk membantu individu dalam meningkatkan kemampuan

kognitif, afektif dan psikomotornya”sedangkan Menurut Suharjana (2013, p.147)

koordinasi merupakan kemampuan untuk memadukan dua macam gerakan atau lebih ke

dalam satu atau lebih pola gerak yang khusus. Artinya koordinasi melibatkan pola tubuh

atau gerakan anggota badan, yang berarti bahwa manusia perlu menggunakan anggota

badan yang sesuai atau pola koordinasi gerakan tubuh agar mampu melakukan

keterampilan motorik.

Menurut (Fenanlampir & Fairuq, 2015) Smash merupakan suatu pukulan

yang kuat dimana tangan melakukan kontak dengan bola secara penuh pada bagian atas

bola (Candra et al., 2019). Sehingga jalannya bola meluncur ke bawah dengan

kecepatan yang tinggi berada di atas net, maka bola dapat dipukul tajam ke arah bawah

(lantai) menurut (Muttaqin, 2016). Adapula jenis- jenis smash yaitu : (open smash) ialah

seorang pemukul dalam melakukan gerakan awalan setelah bola lepas dari tangan

pengumpan, bola dipukul dipuncak loncatan dan jangkauan lengan yang tinggi, smash

(semi) merupakan suatu tindakan pukulan terhadap bola di atas net dengan ketinggian 1

sampai 2 meter dari bibir net, sehingga bola akan bergerak dengan cepat dan melewati

atas net menunju ke lapangan lawan sehingga lawan membendungnya, smash (quick)

merupakan seorang pemukul passing ke pengumpan, maka pemukul melakukan awalan

secepat mungkin, dengan langkah yang panjang, Smash cekis (drive smash) smash ini
9

bisa digunakan untuk memukul bola yang umpannya berada di atas kepala atau sedikit

ke sebelah kanan smasher (Fallo & Hendri, 2016). Gerakan lecutan tangan dari depan

atas badan diputarkan ke arah yang berlawanan dengan arah jarum jam, telapak tangan

membentuk cekungan seperti sendok, smash push sikap pemula untuk mengambil

awalan smasher segera menempatkan diri diluar lapangan mendekati net, menghadap

arah pengumpan, dan smash pull digunakan sebagai variasi serangan terutama untuk

bermain dengan tempo cepat (Cahyaningrum et al., 2018). Terdapat tiga unsur fisik

dominan berpengaruh terhadap hasil smah yaitu: Daya ledak otot lengan, daya ledak

otot tungkai, dan kekuatan otot perut (Kustiawan, 2016). Daya ledak otot lengan

merupakan kualitas yang memungkin otot atau sekelompok otot untuk melakukan kerja

fisik secara eksplosif menurut (Ambarwati et al., 2017). Daya ledak otot lengan

merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan yang maksimum.

Menurut (Ahmad Yanuar Syauki, 2021, p. 3) ) pukulan smash merupakan

teknik paling ampuh yang digunakan seorang atlet untuk membangun serangan dan

mendapatkan poin sebanyak- banyaknya. Smash sendiri memiliki 3 jenis penyeragan

menurut (winarmo, 2013) pukulan smash terbagi menjadi 3 yaitu, smash quick, smash

open, dan smash semi. Smash open merupakan salah satu teknik serangan yang sering

mendapatkan poin dalam pertandingan, memiliki umpan yang tinggi membuat pukulan

smash open menjadi salah satu teknik yang sering diandalkan dalam pertandingan.

Menurut (Anwar et al., 2020, p. 2) mengatakan bahwa open smash adalah

salah satu serangan pada teknik smash yang memiliki kelebihan memukul bola saat

melambung tinggi. Adanya bola yang melambung tinggi membuat atlet yang melakukan

smash memiliki waktu untuk mengarahkan bola ke area yang kosong, bola selama

melambung akan melintas dengan jarak 20 – 30 cm dari bibir depan net. Sependapat

dengan (Achmad, 2016, p. 3) mengatakan pukulan smash open merupakan pukulan


10

yang memiliki ciri khas umpan yang tinggi, dengan tinggi 3 sampai 4 meter adalah

keunggulannya.

Menurut (Dwi & Pratiwi, 2020, p. 4) smash merupakan suatu teknik yang

mempunyai gerakan yang komplek yang terdiri dari : a. langkah awal b. tolakan untuk

meloncat c. memukul bola saat melayang di udara d. saat mendarat kembali setelah

memukul bola. Latihan teratur merupakan salah satu usaha untuk menguasai teknik

smash open, dengan proses yang berulang-ulang diharapkan penguasaan cepat untuk

dikuasai. Penguasaan teknik smash open dipengaruhi program latihan yang diberikan

oleh pelatih, program latihan yang berkualitas merupakan upaya peningkatan kualitas

latihan. Salah satu modalitas untuk meningkatkan kemampuan smash smash open yang

rendah pada atlet putri kategori pemula klub bola voli Mitra Gabus kabupaten Grobogan

adalah adanya metode latihan yang memudahkan atlet, di era sekarang banyak sekali

bermunculan model latihan menggunakan alat bantu untuk mempermudah,

mempercepat kemampuan dan serta tidak mengeluarkan biaya yang mahal. Salah satu

alat bantu untuk meningkatkan kemampuan smash adalah bola gantung dan bola tenvol.

Menurut (Sukendro & Ihsan, 2018, p. 3) bola gantung merupakan salah satu

media atau alat untuk meningkatkan kemampuan smash serta pada latihan bola gantung

atlet dapat meningkatkan kemampuan pukulan smash bola voli. Bola akan digantung

sesuai jangakauan pukulan smash dimana semakin lama atlet melatih lahan dengan bola

gantung ketinggian jangkauan smash akan semakin tinggi, hal itu dapat memudahkan

atlet untuk mengarhkan atau menempatkan bola ke area kosong pada saat latihan atau

pertandingan.

Menurut (Ahmad Yanuar Syauki, 2021, p. 3) bola gantung merupakan media

atau alat yang memudahkan atlet untuk menentukan posisi gerak yang benar serta

melatih ketepatan posisi tangan pada bola. Bola yang diam di udara menjadi salah satu
11

kelebihan, bola tidak akan jatuh ke bawah karena bola sudah di ikat dengan tali dan dua

tiang sebagai penyangga. Tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan smash bola

gantung, bisa dimanfaatkan untuk melatih ketepatan tangan pada saat melakukan

pukulan smash, dimana kebanyakan atlet yang baru belajar smash bola voli kesulitan

memposisikan tangan dengan bola, adanya bola bantung bisa dapat menjadi solusi.

Tenvol merupakan salah satu bentuk latihan untuk meningkatkan

kemampuan smash, menurut (Nugrahani et al., n.d., p. 3) latihan tenvol merupakan

salah satu model program latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan atlet

khususnya pukulan smash bola voli, terdapat dua olahraga yang digabungkan pada

latihan tenvol yaitu olahraga bola voli dan tenis. Sedangkan Menurut (Nugrahani, n.d.,

2021, p. 5) latihan tenvol merupakan salah satu model program latihan yang bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan atlet khususnya pukulan smash bola voli, terdapat dua

olahraga yang digabungkan pada latihan tenvol yaitu olahraga bola voli dan tenis. Di

sini peneliti ingin menguji dari dua model latihan bola gantung dan tenvol efektif mana

untuk meningkatkan kemampuan pukulan pada atlet putri kategori pemula klub bola

voli Mitra Gabus Grobogan.

b. Teknik Dasar Permianan Bola voli

Bermain bola voli dengan baik, diperlukan penguasaan teknik dasar.

Beutelstahl (2007: 9) menyatakan “Teknik adalah prosedur yang dikembangkan

berdasarkan praktik dan bertujuan mencari penyelesaian suatu problema gerakan

tertentu dengan cara yang paling ekonomis dan berguna”. Dalam permainan bola

voli dikenal ada dua pola permainan, yaitu pola penyerangan dan pola

pertahanan. Kedua pola tersebut dapat dilaksanakan dengan sempurna, atlet

harus benar-benar dapat menguasai teknik dasar bola voli dengan baik. Adapun

teknik dasar dalam permainan bola voli dijelaskan Suharno (1993: 12), yaitu: (1)
12

teknik servis tangan bawah, (2) teknik servis tangan atas, (3) teknik passing

bawah, (4) teknik passing atas, (5) teknik umpan (set up), (6) teknik smash, (7)

teknik blok (bendungan). Hal senada, Beutelsthal (2008: 8) menjelaskan ada

enam jenis teknik dasar dalam permainan bola voli, yaitu: service, dig

(penerimaan bola dengan menggali), attack (menyerang), volley (melambungkan

bola), block, dan defence (bertahan). Teknik dasar dalam permainan bola voli

meliputi: (a) service, (b) passing, (c) umpan (set-up), (d) smash (spike), dan (e)

bendungan (block).

Menguasai teknik dasar dalam bola voli merupakan faktor penting agar

mampu bermain bola voli dengan terampil. mampu bermain bola voli dengan

terampil. Suharno (1993: 11) menyatakan bahwa teknik dasar adalah suatu

proses melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian dalam praktik dengan

sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas secara tuntas dalam cabang

permainan bola voli. Sebagai olahraga yang sering dipertandingkan, bola voli

dapat dimainkan di lapangan terbuka (out door) maupun di lapangan tertutup

(indoor). Karena makin berkembang, bola voli dimainkan di pantai yang dikenal

dengan bola voli pantai. Dalam bola voli terdapat bermacam-macam teknik.

Ahmadi (2007: 20), menyatakan teknik yang harus dikuasai dalam permainan

bola voli, yaitu terdiri atas service, passing bawah, passing atas, block, smash.

1) Service

Servis adalah sentuhan pertama dengan bola yang dilakukan oleh atlet

(Beutelsthal, 2008: 8). Pada mulanya servis hanya dianggap sebagai pukulan
13

permulaan yang bertujuan untuk memulai permainan. Tetapi pada

perkembangannya servis berkembang menjadi sebuah teknik untuk melakukan

serangan pertama untuk mendapatkan poin. Servis yang baik akan sangat

berpengaruh pada jalannya pertandingan. Karena pentingnya fungsi servis, maka

pelatih dalam membentuk sebuah tim pasti akan berusaha melatih atletnya untuk

dapat menguasai teknik servis dengan baik. Tujuannya adalah untuk

mendapatkan poin dari serangan pertama. Reynaud (2011: 27) menyatakan ada

beberapa jenis servis dalam permainan bola voli antara lain; servis tangan bawah

(underhand service), servis tangan samping (side hand service), servis atas

kepala (over head service), servis mengambang (floating service), servis topspin,

jumping floating service, dan servis lompat spin (jumping topspin service).

2) Passing

Secara umum teknik passing dalam permainan bola voli terbagi menjadi

dua yaitu passing bawah dan passing atas. Passing dalam permainan bola voli

adalah usaha ataupun upaya seseorang atlet bola voli dengan menggunakan

suatu teknik tertentu yang tujuannya adalah untuk mengoperkan bola yang

dimainkannya itu kepada teman seregunya untuk dimainkan di lapangan sendiri

(Suharno, 1993: 15). Reynaud (2011: 81) menyatakan passing merupakan sebuah

teknik yang bisa digunakan dalam berbagai variasi baik untuk menerima bola

dari servis, bola serangan atau untuk mengumpan. Berdasarkan definisi di atas

dapat diketahui bahwa teknik passing khususnya forearm passing (passing

bawah) sangat berperan dalam proses penyusunan dan keberhasilan serangan.


14

Karena penyusunan serangan dimulai dari penerimaan bola pertama dari servis

baik menggunakan passing bawah ataupun passing atas tergantung dari arah

datangnya bola.

3) Umpan (Set Up)

Untuk dapat melakukan sebuah serangan selain harus mampu melakukan

passing dari servis yang baik juga diperlukan atlet yang bertugas memberi

umpan (tosser). Umpan dalam permainan bola voli adalah sebuah teknik yang

bertujuan memberikan bola kepada teman agar bisa dilakukan serangan dengan

teknik smash (Ahmadi, 2007: 29). Umpan dalam permainan bola voli modern

sangat identik dengan tugas seorang tosser. Perbedaan utama seorang tosser

adalah atlet yang memiliki kelebihan dalam melakukan umpan dengan teknik

passing atas dengan akurasi tinggi, sehingga memudahkan teman untuk

melakukan pukulan (Suhadi & Sujarwo, 2009: 37).

4) Smash

Salah satu cara mendapatkan poin adalah dengan melakukan serangan

melalui smash keras dan akurat. Reynaud (2011: 44) menyatakan serangan dalam

permainan bola voli disebut smash. Salah satu teknik paling populer dalam

olahraga bola voli. Sebagian besar atlet voli berlatih keras untuk menguasai

teknik smash agar mampu menyumbang poin dalam tim. Teknik smash secara

umum merupakan sebuah teknik memukul bola dengan keras dan terarah yang

bertujuan untuk mendapatkan poin.


15

5) Blocking

Reynaud (2011: 69) menyatakan blocking (bendungan) adalah gerakan

membendung serangan lawan pada lapisan pertama pertahanan tim bola voli.

Teknik block adalah tindakan melompat dan menempatkan tangan di atas dan

melewati net untuk menjaga bola di tim lawan sisi lapangan. Teknik block

merupakan teknik yang sulit dan memiliki tingkat keberhasilan rendah karena

banyak faktor yang mempengaruhi. Block mempunyai keberhasilan yang sangat

kecil karena bola smash yang akan di-block arahnya dikendalikan oleh lawan

(lawan selalu berusaha menghindari block). Jadi teknik block merupakan teknik

individu yang membutuhkan koordinasi dan timing yang bagus dalam membaca

arah serangan smash lawan. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa teknik dasar bola voli merupakan suatu gerakan yang dilakukan secara

efektif dan efisien untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam permainan untuk

mencapai suatu hasil yang optimal. Menguasai teknik dasar permainan bola voli

merupakan faktor fundamental agar mampu bermain bola voli dengan baik.

Menguasai teknik dasar bola voli akan menunjang penampilan dan dapat

menentukan menang atau kalahnya suatu tim.

1. Komponen Kondisi Fisik dalam Permainan Bola Voli

Kondisi fisik adalah salah satu kesatuan utuh dari komponen- komponen

yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun

pemeliharaannya. Artinya, bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik

maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan. Sajoto (2002: 57),

menyatakan bahwa komponen kondisi fisik meliputi:


16

1. Kekuatan (strength), adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang

kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu

bekerja.

2. Daya tahan ada 2 dua macam, yaitu

a. Daya tahan umum yaitu kemampuan seseorang dalam mempergunakan

sistem jantung, paru-paru dan peredaran darahnya secara efektif dan

efisien.

b. Daya tahan otot adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan

ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relatif

lama dengan beban tertentu.

3. Kekuatan otot adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan

kekuatan maksimum yang digunakan dalam waktu yang sesingkat

singkatnya.

4. Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mngerjakan gerakan

keseimbangan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat

singkatnya

5. Daya lentur adalah efektivitas seseorang dalam penyelesaian diri untuk

segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas.

6. Kelincahan adalah kemampuan mengubah posisi diarea tertentu.

7. Koordinasi adalah kemampuan seseorang melakukan bermacam-macam

gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif.

8. Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi,

dalam bermacam-macam gerakan.


17

9. Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerakan .

10. Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya

dalam menggapai rangsangan yang ditimbulkan melalui indera, saraf atau

feeling lainya. Seperti dalam mengantisipasi datangnya bola yang harus

ditangkap dan lain-lain.

2) Prinsip Spesialisasi

Menurut Bompa (1994), bahwa latihan harus bersifat khusus sesuai

dengan kebutuhan olahraga dan pertandingan yang akan dilakukan.

Perobahan anatomis dan fisiologis dikaitkan dengan kebutuhan olahraga dan

pertandingan tersebut. Bowers dan Fox (Budiwanto, 2012: 17)

mengungkapkan bahwa dalam mengatur program latihan yang paling

menguntungkan harus mengembangkan kemampuan fisiologis khusus yang

diperlukan untuk melakukan keterampilan olahraga atau kegiatan tertentu.

Spesialisasi menunjukkan unsur penting yang diperlukan untuk mencapai

keberhasilan dalam olahraga. Spesialisasi bukan proses unilateral tetapi satu

yang kompleks yang didasarkan pada suatu landasan kerja yang solid dari

perkem-bangan multilateral. Dari latihan pertama seorang pemula hingga

mencapai atlet dewasa, jumlah volume latihan dan bagian latihan khusus,

kemajuan dan keajegan ditambah (Bompa, 1994). Apabila spesialisasi

diperhatikan, Ozolin (Budiwanto, 2012: 22) menyarankan bahwa tujuan

latihan atau lebih khusus aktivitas gerak digunakan untuk memperoleh hasil

latihan, yang dibagi dua: 1) latihan olahraga khusus, dan 2) latihan untuk
18

mengembangkan kemampuan gerak. Pertama menunjuk pada latihan yang

mirip atau meniru gerakan yang diperlukan dalam olahraga penting diikuti

atlet secara khusus. Kedua menunjuk pada latihan yang mengembangkan

kekuatan, kecepatan dan daya tahan. Perbandingan antara dua kelompok

latihan tersebut berbeda untuk setiap olahraga tergantung pada

karakteristiknya. Jadi, dalam beberapa cabang olahraga seperti lari jarak jauh,

hampir 100% seluruh volume latihan termasuk latihan kelompok pertama,

sedangkan lainnya seperti lompat tinggi, latihan tersebut hanya menunjukkan

40%. Persentase sisanya digunakan untuk olahraga yang diarahkan pada

pengembangan kekuatan tungkai kaki dan power melompat, contoh:

meloncat dan latihan beban.

c. Tujuan Latihan

Setiap latihan pasti akan terdapat tujuan yang akan dicapai baik oleh atlet

maupun pelatih. Tujuan utama dari latihan atau training adalah untuk

membantu atlet meningkatkan keterampilan, kemampuan, dan prestasinya

semaksimal mungkin. Dengan demikian prestasi atlet benar-benar merupakan

satu totalitas akumulasi hasil latihan fisik maupun psikis.menurut

Sukadiyano (2011: 13-15) penjabaran terkait masing-masing unsur dari

tujuan latihan secara umum dijelaskan sebagai berikut.

1) Meningkatkan kualitas fisik dasar secara umum dan menyeluruh Setiap

sesi latihan selalu berorientasi untuk meningkatkan kualitas fisik dasar secara

umum dan menyeluruh. Kualitas fisik dasar ditentukan oleh tingkat

kebugaran energi dan kebugaran otot. Kebugaran energi meliputi sistem


19

aerobik dan anerobik baik laktik maupun alaktik. Untuk kebugaran otot

adalah keadaan seluruh komponen biomotor yang terdiri dari ketahanan,

kekuatan, kecepatan, power, kelentukan, keseimbangan, dan koordinasi.

Dalam semua cabang olahraga memiliki kebutuhan kualitas fisik dasar yang

sama, sehingga harus ditingkatkan sebagai landasan dasar dalam

pengembangan unsur fisik.

2) Mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik khusus Pengembangan

peningkatan latihan fisik secara khusus dalam cabang olahraga sasarannya

berbeda. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik tiap cabang olahraga

tersebut. Karakteristik tersebut meliputi jenis predominan energi yang

digunakan, jenis teknik, dan lama pertandingan.

3) Menambah dan menyempurnakan teknik Sasaran latihan di antaranya

adalah untuk meningkatkan dan menyempurnakan teknik yang benar. Teknik

yang benar dikuasai dari awal selain mampu untuk menghemat tenaga juga

mampu bekerja lebih lama. Hal tersebut menjadi landasan menuju prestasi

gerak yang lebih tinggi.

4) Mengembangkan dan menyempurnakan stategi, taktik, dan pola bermain

Dalam proses latihan seorang pelatih pasti mengajarkan strategi, taktik,

dan pola bermain. Untuk dapat menyusun strategi diperlukan ketajaman dan

kejelian dalam menganalisis kelebihan serta kekurangan baik atletnya

maupun lawan. Untuk dapat menguasai taktik yang baik harus menguasai

praktik terkait pola bermain. Dengan latihan seperti ini atlet akan bertambah

variasi pola strategi dalam bermain.


20

5) Meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan dalam

bertanding Selain aspek fisik dalam latihan juga harus melibatkan aspek

psikologis atlet. Aspek psikis merupakan salah satu faktor penopang

pencapaian prestasi atlet. Aspek psikis perlu disiapkan sebelum masa

kompetisi. Aspek psikis dapat diberikan bersamaan dengan latihan fisik dan

teknik. Aspek psikis memiliki peranan 90% dalam sebuah pertandingan.

d. Komponen Latihan

Wuest (dalam Budiwanto, 2012: 33) menjelaskan bahwa dalam

merencanakan program latihan harus menggunakan komponen latihan fisik

sebagai berikut: (1) Intensitas, adalah tingkat usaha atau usaha yang

dikeluarkan oleh seseorang selama latihan fisik. (2) Durasi, adalah panjang

atau lamanya melakukan latihan. (3) Frekuensi, adalah jumlah sesi latihan

fisik per minggu. (4) Cara (mode), adalah jenis latihan yang dilakukan.

Bompa (1994) mengemukakan, jika seorang pelatih merencanakan suatu

program latihan, harus memperhatikan komponen-komponen volume,

intensitas dan densitas latihan. Volume latihan merupakan komponen penting

dalam latihan yang menjadi syarat yang diperlukan untuk mencapai

kemampuan teknik, taktik, dan khususnya kemampuan fisik.

1. Otot yang Bekerja dalam Smes

Pranatahadi (2009: 1) menyatakan smes adalah salah sau teknik dalam

bola voli yang membuat permainan ini begitu menarik. Smes adalah

teknik memukul bola ke lapangan bawah melalui di atas ketinggian net

dan melewati hadangan blok lawan dengan tujuan daerah permainan


21

lawan untuk memperoleh angka. Menurut Pranatahadi (2009: 12) tahap-

tahap dalam melakukan smes sikap siap menjelang awalan berdiri

menghadapi net dengan sudut sekitar 45 derajat dan jaraknya tiga sampai

empat meter. Badan condong ke depan dengan kedua lengan

menggantung lemas. akan lebih baik jika sikap tersebut lemas, akan lebih

baik jika sikap tersebut disertai lari-lari kecil di tempat.

2. Hubungan antara Kecepatan dan Tinggi Loncat Smes

Tinggi loncat ditentukan oleh kecepatan awal. Pergerakan loncatan ke

atas terjadi gerak diperlambat beraturan, karena adanya gaya gravitasi,

gerak jatuh saat akan melakukan loncatan berubah beraturan dipercepat

dari titik tertinggi loncatan sampai lantai. Saat melakukan loncatan jika

atlet dari posisi diam diperlukan gaya yang lebih besar ketika akan

bergerak, kekuatan sangat besar yang diperlukan. Awalan smes dengan

teknik yang baik akan mengurangi tuntutan kekuatan pada saat akan

melakukan loncatan dibandingkan posisi diam, sehingga loncatan

menjadi dominan kecepatan karana dapat memanfaatkan momentum

awalan smes, sehingga menjadi dominan kecepatan. Dengan demikian,

jika kecepatan tinggi, maka loncatan akan semakin tinggi jika teknik

yang dilakukan benar.

B. Kerangka Berpikir

Program latihan yang disusun dalam rangka meningkatkan power

tungkai perlu dipilih metode latihan yang tepat sesuai dengan karakteristik

latihan power serta sesuai dengan karakteristik nomor olahraga yang akan
22

dikembangkan. Untuk meningkatkan power diperlukan peningkatan

kekuatan dan kecepatan secara bersama-sama dan terpadu. Oleh karena itu

metode-metode latihan yang digunakan untuk meningkatkan power harus

memiliki ciri-ciri yang mencakup pengembangan unsur kekuatan dan

kecepatan. Power yang dibutuhkan untuk permainan bola voli cenderung

lebih besar ke arah kecepatan daripada kekuatannya. Kecepatan yang

dibutuhkan yaitu kecepatan dalam kontraksi otot-otot, untuk memukul

bola atau melakukan loncatan saat smash maupun loncatan blok.

Kecepatan adalah biomotor yang paling sulit untuk meningkat, namun

melatihkan kecepatan untuk meningkatkan kecepatan kontraksi otot dapat

dilakukan untuk mendapatkan tinggi loncatan maksimal. Oleh karena itu

perlu diteliti relevansi antara tinggi loncatan dan latihan kecepatan.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan dalam kerangka pemikiran,

hipotesis yang diajukan yaitu: “Ada pengaruh yang signifikan latihan

kecepatan terhadap tinggi loncatan smes atlet bola voli pemula klub bola voli

putra permata kota solok.


23
BAB lll

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis peelitian ini adalah penelian eksperimen semu. Metode

eskperimen di definisikan sebagai metode sistematis guna membangun

hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat (Causal-effect

relationship) (Sukardi, 2015: 178). Desain yang digunakan dalam

penelitian ini adalah “The One Group Pretest Posttest Design” atau tidak

adanya grup kontrol (Sukardi, 2015: 184) adapun rancangan tersebut

dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 2.Desain Eskperimen The One Pretest Posttest Desigh

Pretest Treatment Posttest

Y1 X Y2

Keterangan :

Y1 : Pretest

X : Treatment

Y2 : Posttest

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di lapangan bola voli Club Permata Kota

solok, Dan di lapangan Noercy Club Dusun Sapan, Dan di lapangan

LBC(Lubuak Baringin Club),Dan di lapangan TLS(Talago sati

Club).Sedangkan waktu penelitian ini di laksanakan dalam rentang waktu

dari bulan September-November tahun 2023.


24
C. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian,atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010:165). Dalam penelitian in

terdapat variabel bebas dan terikat.

1. Variabel bebas

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas

(independent) manipulative, yaitu smash open metode interval dan

kontinyu, sedangkan sebagai variabel bebas atributif, yaitu koordinasi

mata tangan.

2. Variabel terikat

variabel terikat adalah tinggi loncat dengan awalan smes, Tinggi

loncat dengan awalan smes adalah adalah kemampuan otot tungkai

untuk mengerahkan loncatan maksimal dalam waktu yang sangat

cepat. Diukur menggunakan tes vertical jump dengan awalan smes

dengan satuan centimeter.

D. Populasi,Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi

Siyoto & Sodik (2015: 64) menyatakan bahwa populasi adalah

merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang

memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Pendapat lain, Sugiyono (2007: 55) populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian disimpulkan. Subjek dalam

penelitian ini adalah atlet bola voli klub permata kota solok yang

berjumlah 10 orang.
25
2. Sampel

Siyoto & Sodik (2015: 64) menyatakan bahwa sampel adalah

sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil

menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya.

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 10 atlet putra, dengan ciri-ciri:

(1) Atlet bola voli putra usia 14-25 tahun, (2) mempunyai teknik smes

yang baik berdasarkan penilaian judge, dan (3) tinggi loncat minimal

233 cm.

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel

untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian,

terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan

(Sugiyono,2016:150 . Teknik pengambilan sampel dalam penelitian

ini adalah purposive sampling.Teknik purposive sampling adalah

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu ( Sugiyono

2014 : 85 ).

4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data pre-

test yang didapat dari kemampuan atlet melakukan tes tinggi loncatan

sebelum sampel diberikan perlakuan, sedangkan data post-test akan

didapatkan dari kemampuan atlet melakukan tes vertical jump dengan

awalan smes setelah sampel diberi perlakuan.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan

oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah

dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis
26
sehingga mudah diolah (Arikunto, 2010: 136). Instrumen yang akan

digunakan yaitu untuk pengukuran awal (pretest) maupun pengukuran

akhir (posttest) menggunakan tes vertical jump dengan awalan smes.

Prosedur pelaksanaan tes sebagai berikut:

a. Alat dan fasilitas terdiri dari:

1) Papan berskala sentimeter, warna gelap, berukuran 30 x 150 cm,

dipasang pada dinding yang rata atau tiang. Tinggi papan dari lantai

yaitu 150 cm.

2) Bubuk bedak atau tepung.

3) Alat penghapus papan tulis.

4) Alat tulis.

b. Petugas tes: Pengamat dan pencatat hasil.

c. Pelaksanaan Tes

1) Testi berdiri menyamping papan dua kaki rapat, nempel lantai

tumit tidak terangkat, kaki menyentuh tembok.

2) Angkat satu yang dekat tembok, tangan lengan lurus, raih ke atas

amati tinggi raihan, catat hasilnya.

3) Dengan berdiri menyamping tembok testie mengambil awalan 2-3

meter dari papan.

4) Testee menyentuhkan ujung jari pada bedak.

5) Testor memberi aba-aba untuk melakukan awalan dilanjutkan

meloncat dan meraih papan setinggi mungkin. (meloncat sedekat

mungkin dengan dinding, melakukan loncatan 3x)

6) tinggi loncatan yaitu raihan loncatan tertinggi yang dilakukan 3x

dikurangi raihan berdiri.


27

Gambar 3. Tes Vertical Jump

(Sumber: Depdiknas, 2010: 25)

6. Prosedur Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen. Metode pene- litian eksperimen ini menggunakan

desain faktorial 2 x 2. Menurut Sudjana (2002, p.148) “Metode

eksperimen faktorial adalah eksperi- men yang hampir atau semua

taraf sebuah faktor dikombinasikan atau disilangkan dengan

semua taraf setiap faktor lainnya yang ada da- lam eksperimen”.

Masing-masing faktor terdiri atas dua buah taraf, dengan

menggunakan tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test).

2. Teknik Pengambilan Data

Data yang di butuhkan dalam eneltian ini di peroleh dengan

menggunakan metode sebagai berikut:

1. pengukuran awal (pretest) maupun pengukuran akhir (posttest)

menggunakan tes vertical jump dengan awalan smes.

Prosedur pelaksanaan tes sebagai berikut:

a. Pelaksanaan tes

b. Alat dan fasilitas terdiri dari


28
a. Papan berskala sentimeter, warna gelap, berukuran 30 x

15cm, dipasang pada dinding yang rata atau tiang. Tinggi

papan dari lantai yaitu 150 cm.

b. Bubuk bedak atau tepung.

c. Alat penghapus papan tulis.

d. Alat tulis.

2. Petugas tes: Pengamat dan pencatat hasil.

a. Pelaksanaan Tes

1. Testi berdiri menyamping papan dua kaki rapat,

nempel lantai tumit tidak terangkat, kaki menyentuh

tembok.

2. Angkat satu yang dekat tembok, tangan lengan lurus,

raih ke atas amati tinggi raihan, catat hasilnya.

3. Dengan berdiri menyamping tembok testie mengambil

awalan 2-3 meter dari papan.

4. Testee menyentuhkan ujung jari pada bedak.

5. Testor memberi aba-aba untuk melakukan awalan

dilanjutkan meloncat dan meraih papan setinggi

mungkin. (meloncat sedekat mungkin dengan dinding,

melakukan loncatan 3x)

6. tinggi loncatan yaitu raihan loncatan tertinggi yang

dilakukan 3x dikurangi raihan berdiri.


29

7. Teknik Analisis Data

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka perlu dilakukan uji

prasyarat. Pengujian data hasil pengukuran yang berhubungan dengan

hasil penelitian bertujuan untuk membantu analisis agar menjadi lebih

baik. Untuk itu dalam penelitian ini akan diuji normalitas dan uji

homogenitas data.

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas tidak lain sebenarnya adalah mengadakan

pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang akan

dianalisis. Pengujian dilakukan tergantung variabel yang akan

diolah. Pengujian normalitas sebaran data menggunakan

Kolmogorov-Smirnov Test dengan bantuan SPSS 16. Jika nilai p

> dari 0,05 maka data normal, akan tetapi sebaliknya jika hasil

analisis menunjukkan nilai p < dari 0,05 maka data tidak normal.

b. Uji Homogenitas

Homogenitas dicari dengan uji F dari data pretest dan posttest

dengan menggunakan bantuan program SPSS 16. Uji

homogenitas dilakukan dengan mengunakan uji ANOVA test, jika

hasil analisis menunjukkan nilai p > dari 0.05, maka data tersebut

homogen, akan tetapi jika hasil analisis data menunjukkan nilai p

< dari 0.05, maka data tersebut tidak homogen.

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis menggunakan uji-t dengan menggunakan

bantuan program SPSS 16, yaitu dengan membandingkan mean

antara pretest dan posttest. Apabila nilai t hitung lebih kecil dari t
30
tabel, maka Ha ditolak, jika t hitung lebih besar dibanding t tabel

maka Ha diterima. Persentase peningkatan setelah diberi

perlakuan digunakan rumus sebagai berikut (Hadi, 1991: 34).

Persentase peningkatan = Mean Different x 100%

_____________________

Mean Pretest

Mean Different = mean posttest-mean pretest

8. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas

yang tinggi. Sukardi (2015: 122) mengemukakan bahwa validitas

suatu instrumen adalah derajat yang menunjukkan di mana suatu

tes mengukur apa yang hendak diukur. Validitas instrumen tes

vertival jump dengan awalan smes dalam penelitian ini

menggunakan logical validity dengan expert judgement Bapak

SB. Pranatahadi, M.Kes. Azwar (2016: 5) menyatakan bahwa

logical validity adalah kesesuaian antara alat dan pengukuran

dengan komponen-komponen keterampilan penting yang

diperlukan dalam melakukan tugas motorik yang memadai.

Apabila tes tergabung dan dengan tepat mengukur komponen-

komponen dari suatu keterampilan yang sedang diukur, dapat

ditegaskan bahwa tes tersebut termasuk logical validity.

2. Uji Reliabilitas

Arikunto (2010: 221) menyatakan bahwa reliabilitas


31
menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data

karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas instrumen

dicari menggunakan rumus Alpha Cronbach. Hasil uji reliabilitas

disajikan pada tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3.uji Reliabilitas Instrumen

Cronbach’s alpha N of Items

0,976 3

Anda mungkin juga menyukai