Dosen pengampu:
Dr. Ria Lumintuarso, M.Si
Oleh:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di era modern seperti
sekarang ini melaju begitu pesat, tidak mengherankan jika imbasnya berdampak pada
semua aspek kehidupan, termasuk aspek olahraga. Khususnya olahraga prestasi peran
iptek begitu besar dalam rangka menghasilkan atlet profesional yang bisa
mengharumkan nama bangsa dikanca internasional. Disamping perekrutan atlet yang
berbakat melalui metode alamiah maupun metode ilmiah, proses latihan, nutrisi dan
fasilitas penunjang telah mendapat perhatian khusus. Namun kadang unsur-unsur
tersebut telah terpenuhi namun, untuk bersaing dengan negara-negara tetangga masih
begitu berat. Beberapa cabang olahraga seperti cabang olahraga atletik masih perlu
bekerja keras untuk bisa bersaing ditingkat dunia. Menurut Ria Lumintuarso (2004:2)
mengatakan bahwa “Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang sering
disebut sebagai induk dari semua cabang olahraga”. Sebutan tersebut melekat pada
atletik karena unsur gerakan yang dilakukan pada nomor-nomor dalam cabang
olahraga atletik merupakan gerak dasar dari cabang olahraga yang lain. Lempar
lembing adalah salah satu nomor pada cabang olahraga atletik.
Prestasi atlet pada nomor lempar lembing memang masih perlu pembinaan, dapat
dilihat pada rekor lempar lembing nasional pada tahun 2013 yang dipegang oleh atlet
remaja lempar lembing putri Fitria Abujan berjarak 42,43 meter, dimana rekor
tersebut berada dibawah limit kejuaran dunia atletik yaitu 46 meter, (kompas, 2013).
Oleh karena itu, selain pelatih, program latihan, fisik, mental dan nutrisi dibutuhkan
analisis secara ilmiah untuk mengatasinya, salah satunya menggunakan analisis
biomekanika. Diharapkan dengan analisis gerak lempar lembing dengan
menggunakan prinsip-prinsip biomekanika dapat memperbaiki teknik dan
menganalisis kekurangan gerakan atlet pada saat pelaksaan lempar lembing, sehingga
limit untuk bisa ikut serta dalam kejuaraan dunia atletik, khususnya lempar lembing
dapat tercapai.
2
Secara umum pokok bahasan dari biomekanika adalah untuk mempelajari
interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan
untuk meminimumkan keluhan (cedera) pada sistem kerangka otot agar produktivitas
kerja (performa) dapat meningkat, (http://ergonomi-fit, 2011). Biomekanika dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gaya luar dan gaya dalam yang bekerja pada
seseorang, bila penggunaan satu aspek teknologi seperti biomekanika saja belum ada,
jangan diharapkan prestasi atlet olahraga Indonesia mampu bersaing dengan atlet dari
negara yang mungkin telah mampu menerapkan teknologi untuk prestasi atletnya,
seperti Malaysia, (Fadillah Kurniawan, 2013) . Jadi penerapan iptek berperan penting
untuk mengantarkan atlet menuju prestasi gemilang.
Lempar lembing merupakan salah satu nomor cabang olahraga atletik yang
bercirikan kemampuan biomotor dan pengerahan tenaga secara optimal dalam
pelaksanaannya. Meski terlihat mudah, namun dalam pelaksanaannya tidaklah
demikian, ada beberapa bagian gerakan yang membutuhkan koordinasi tingkat tinggi
untuk bisa menggunakan unsur-unsur anggota tubuh secara optimal, sehingga
menghasilkan lemparan yang terjauh. Lempar lembing terdiri atas lima fase yaitu,
fase memegang lembing (siap), fase berlari, fase menyilang (gaya silang) atau fese
jingkat (gaya jingkat), fase melempar dan fase pemulihan. Pada setiap fase tersebut
analisis biomekanika dapat diterapkan.
Lempar lembing memiliki bebarapa pegangan ketika membawa lembingnya,
yaitu pegangan Finlandia, pegangan Amerika, dan pegangan Tang atau “V”. Diantara
ketiga pegangan tersebut, pegangan Finlandia yang paling banyak dilakukan oleh atlet
lempar lembing dan pemula, karena pegangan tersebut familiar dengan masyarakat
Indonesia, yang mana pegangannya hampir sama dengan pegangan raket bulutangkis.
Hal tersebut dikuatkan oleh pernyataan Jonath (1992) bahwa pada pegangan
Finlandia, ibu jari dan dua ruas atas jari tengah terletak di belakang lilitan, dan
telunjuknya sepanjang batang lembing. Ini adalah pegangan yang paling banyak
digunakan, sebab dengan pegangan demikian lembing dapat diarahkan dengan baik.
Dalam lempar lembing memiliki dua gaya yang menjadi patokan yaitu, gaya jingkat
3
(hop-step) dan gaya silang (cross-step). Bagi kebanyakan atlet lempar lembing di
regional Indonesia dan yang diajarkan di sekolah-sekolah sering menggunakan gaya
silang (cross-step), karena mudah dilakukan dibandingkan dengan gaya jingkat (hop-
step).
Dari latar belakang diatas maka dalam penulisan makalah ini dijelaskan analisis
teknik keterampilan gerak tubuh gaya silang pegangan Finlandia pada olahraga
lempar lembing ditinjau dari segi biomekanika.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah yaitu, Bagaimanakah
analisis teknik keterampilan gerak tubuh gaya silang pegangan Finlandia pada
olahraga lempar lembing ditinjau dari sudut pandang biomekanika?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui analisis teknik
keterampilan gerak tubuh gaya silang pegangan Finlandia pada olahraga lempar
lembing ditinjau dari sudut pandang biomekanika.
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, diharapkan
makalah ini dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis, sebagai
berikut:
1. Teoritis
Makalah ini dapat memberikan bukti empiris bahwa analisis biomekanika
dapat memberikan penjelasan secara ilmiah dan membantu memperbaiki teknik
dan rangka peningkatan prestasi atlet dalam nomor lempar lembing. Analisis
biomekanika menghasilkan rubrik penilaian yang diharapkan bisa bermanfaat
dalam menganalisis dan menilai gerakan dalam lempar lembing.
2. Praktis
Diharapkan bahwa makalah ini dapat memberikan manfaat baik kepada
pelatih dan pihak terkait mengenai pentingnya biomekanika dalam memberi
perkiraan yang tepat tentang menu dan dosis latihan seorang atlet lempar
lembing, sehingga menghasilkan lemparan yang optimal.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
lembing, dan tahap pemulihan, (Jarver J, 2007: 104). Untuk lebih jelas teknik
pelaksanaan lempar lembing gaya langkah silang dijelaskan sebagai berikut :
6
sejauh 14 - 17 langkah saja.
7
(sambungan), tiap link mewakili segmen-segmen tubuh tertentu dan tiap joint
menggambarkan sendi yang ada. Ada beberapa kinetik link antara lain yaitu:
1) Link lengan bawah yang dibatasi oleh joint telapak tangan dan siku.
2) Link lengan atas yang dibatasi oleh joint siku dan bahu.
3) Link punggung yang dibatasi oleh joint bahu dan pinggul.
4) Link paha yang dibatasi oleh joint pinggul dan lutut.
5) Link betis yang dibatasi oleh joint lutut dan mata kaki.
6) Link kaki yang dibatasi oleh joint mata kaki dan telapak kaki.
Setiap gerakan yang dilakukan dalam fase lari seoptimal mungkin
menggunakan kinetik link secara berurutan sehingga otot-otot bisa berfungsi
secara optimal pula. Selain itu impuls yang dihasilkan oleh gerakan kaki juga
besar sehingga dorongan ke depan semakin besar. Kecepatan lari dipercepat
secara bertahap dan berirama, berlari dengan garis lurus, posisi tangan di atas
bahu, disamping telinga dan perlahan naik di atas kepala membentuk sudut ± 900,
sudut tersebut mempermudah ketika tangan hendak diluruskan ke belakang untuk
akselerasi, telapak tangan menghadap keatas, posisi hip tinggi, berat badan
bertumpu pada telapak kaki, lengan yang bebas berlawanan dengan gerakan kaki
(contra balence). Gerakan kaki menyilang mengarah lurus kedepan, lengan
seirama gerakan kaki direntangkan lurus kebelakang, hip berada di depan, jarak
kaki kiri dan kaki kanan ketika menyilang seoptimal mungkin, keseimbangan saat
menarik lembing kebelakang, posisi batang tubuh condong kebelakang, sudut
tungkai 1400-1600, menapak dengan tumit dan sudut lengan 1800 sebagai
persiapan untuk melepaskan lembing.
d. Saran perbaikan atas beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam pelaksanaan
fase lari sebagai berikut:
1) Perhatikan kecepatan lari dan usahakan untuk melambatkan gerak lari ini
seandainya kecepatan lari mengganggu posisi lemparan yang efisien.
2) Pastikan ketiga langkah terakhir dari gerakan lari ini cukup cepat.
3) Berusahalah untuk lari dalam garis lurus ke arah lemparan.
4) Hindarkan cara penarikan lembing ke belakang yang menyilang punggung,
8
dengan cara menarik mundur lembing tersebut melintasi garis bahu.
5) Untuk mencegah terjatuhnya ujung belakang lembing, usahakan menarik
mundur lembing tersebut dengan tangan di atas garis bahu.
6) Hindarkan gerakan mengayun keluar dari kaki kanan pada saat dilakukan
langkah menyilang, dengan mengusahakan agar lutut tetap lurus sewaktu
bergerak.
7) Hindarkan memutar kaki kanan sewaktu melakukan langkah menyilang
dengan sudut yang tepat pada saat lari. Hal itu dapat dilakukan dengan cara
mengingat pentingnya menjaga posisi pinggul supaya tetap berada di depan.
3. Fase Melemparkan Lembing
Fase melemparkan lembing adalah fase yang sangat penting dalam pelaksanaan
lempar lembing.
a. Tujuan latihan melemparkan lembing dalam cabang lempar lembing
1) Memberikan tenaga sebesar mungkin terhadap lembing.
2) Melemparkan lembing pada sudut yang optimum.
b. Pelaksanaan melempar lembing
1) Gerakan melempar ini segera dimulai sesaat setelah kaki belakang
menyentuh tanah mengikuti gerakan langkah menyilang.
2) Berat badan hendaknya diletakkan di atas kaki belakang yang dibengkokkan
dengan punggung didorong ke belakang.
3) Tangan yang memegang lembing tetap direntang ke belakang dan lengan
hendaknya tetap lurus.
4) Begitu kaki belakang mengarahkan gerak pinggul dan dada ke depan, kaki
kiri ditarik secepat mungkin dan kemudian ditempatkan lurus dalam arah
lemparan.
5) Setelah menempatkan kaki kiri yang sedikit ditekuk, kokohkan sudut batang
tubuh.
6) Pada saat itu juga, seluruh tubuh bagian sisi kiri pelempar hendaknya
dikokohkan otot-ototnya dengan cara menarik lengan kiri dan
menempatkannya di sisi pinggul kiri dalam posisi menyiku.
9
7) Efek dari menghentikan gerak salah satu sisi tubuh sangat penting dalam
meningkatkan kecepatan gerak sisi lainnya, di sini gerakan tadi akan
menyebabkan pinggul kanan berputar dengan cepat.
8) Begitu pinggul digerakkan ke depan dengan cepat, gerakan tangan melambai
harus segera dimulai.
9) Sebelum lengan bawah direntangkan untuk memberikan tenaga akhir
lembing, lengan akan melewati kepala dengan siku terletak lebih tinggi
daripada tangan.
10) Titik pelepasan lembing dapat dikatakan hampir tegak lurus di atas kaki kiri.
c. Analisis Biomekanika
Ketika hendak melempar lembing, maka moment gaya harus diperbesar
sebab semakin besar moment gaya, maka gaya yang dihasilkan juga akan
semakin besar, sehingga menghasilkan lemparan yang jauh. Ketika akan melepas
lembing akan terjadi akselerasi (hukum newton II) saat itu, lembing diupayakan
secepat mungkin lepas dari tangan, karena itu berpengaruh terhadap jauhnya
lemparan. Selain itu, semakin besar power dalam melempar, maka akan semakin
besar pula kecepatan benda tersebut. Hukum newton III berperan dalam gerakan
tersebut dimana tungkai akan memberi reaksi pada tanah (lintasan) sehingga
tanah pun memberi aksi yang sama terhadap tungkai. Serta kecepatan lemparan
membentuk gerakan parabola, bergerak secara beraturan hingga jatuh menancap
ke tanah, berlaku hukum newton I.
Menurut pandangan biomekanika, lempar lembing termasuk jenis
keterampilan yang diklasifikasikan dalam melontarkan objek untuk mencapai
jarak horisontal maksimal. Melontarkan lembing berarti menggerakkan benda
atau objek, agar objek bergerak ke suatu jarak tertentu diperlukan tenaga (force).
Tenaga (force) ini diperlukan untuk melawan gaya gravitasi yang berkerja pada
setiap benda yang berada di bumi. Gaya gravitasi ini bekerja menarik setiap
benda ke arah pusat bumi. Untuk menggerakkan sebuah benda makin menjauhi
pusat bumi maka makin besar juga tenaga yang harus dikerahkan. Lintasan
10
lembing dalam lempar lembing dalam konsep biomekanika bisa disebut sebagai
proyektil dalam olahraga atau bisa juga disebut sebagai gerak parabola.
Daya dikerahkan secara maksimal dalam jangka waktu yang lebih lama.
Kekuatan dan kelentukan yang besar diperlukan dalam lempar lembing. Seorang
pelempar lembing yang baik akan mempercepat lembing dengan menariknya jauh
dari belakang tubuh dan melepasnya jauh di depan tubuh. Lengan yang panjang
dipandang bermanfaat dan memberik keuntungan bagi atlet, sama halnya dengan
sebuah kecondongan tubuh ke belakang ketika memasuki posisi lempar
(equilibrium) dengan kaki yang dilangkahkan jauh ke depan. Dengan cara ini,
atlet mengerahkan daya di sepanjang jarak yang besar (optimal) dan dalam waktu
yang cukup lama pada lembing. Mungkin untuk penonton, gerakan melempar itu
tidaklah lama, sebab pelempar yang baik akan melakukannya dengan cepat.
Tetapi ketika seorang pelempar elit dibanding dengan pemula, perbedaan
mencolok antara keduanya dapat dengan mudah dilihat, meskipun bagi orang
yang tidak begitu mengenal lempar lembing. Untuk menganalisisnya, kita bisa
melihat bahwa, pertama, pelempar elit pasti jauh lebih kuat dan mengerahkan
daya pada lembing dengan lebih besar. Kedua, kelentukan yang tinggi dan latihan
teknik yang intensif telah memungkinkan pelempar atlet tersebut mengakselerasi
lembingnya dalam jarak yang panjang. Akibatnya, daya yang lebih besar
diterapkan pada jangka waktu yang lebih panjang pada lembing. Hasilnya,
impulse yang dikerahkan pada lembing lebih besar dan karenanya lembing akan
bergerak dalam kelajuan yang tinggi ketika dilepas dari tangan pelempar.
Energi kinetik adalah kapasitas dari suatu objek atau atlet untuk melakukan
kerja, karena benda atau atlet itu sedang ada dalam kondisi bergerak. Semakin
besar massa benda yang bergerak itu, dan semakin cepat benda itu bergerak,
semakin besar kapasitas benda itu untuk melakukan suatu kerja. Setiap benda
yang bergerak pasti memiliki momentum dan sekaligus energi kinetik. Sedangkan
energi potensial merupakan bentuk energi yang tersimpan (energi yang tersedia
11
dan siap untuk digunakan untuk melakukan suatu kerja). Suatu benda atau atlet
memiliki energi potensial ketika benda atau atlet itu mempunyai ketinggian
(melayang di atas permukaan bumi). Semakin tinggi dan semakin besar benda itu
maka semakin besar energi potensialnya. Dalam lempar lembing semakin besar
kerja atau daya yang dikerahkan oleh pelempar dan semakin tinggi postur
pelempar tersebut dengan sudut optimum maka akan dihasilkan lemparan yang
optimal. Menurut Adelita Dimas Prasetya (2012:6) bahwa “Hal tersebut
dikarenakan koordinasi gerakan yang harmonis antara lengan, togok, dan tungkai,
dominasi power lengan, togok, dan tungkai. Power lengan terjadi ketika fase
penarikan lembing dan saat pelemparan lembing, power togok, terutama perut
mendominasi gerakan saat tahap pelepasan lembing dari tangan. Sedangkan
power tungkai terjadi saat mulai dari fase lari awalan sampai melepaskan
lembing”.
d. Saran perbaikan atas beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam pelaksanaan
melempar lembing, antara lain sebagai berikut:
1) Perhatikan panjangnya 1 langkah untuk melempar, dengan cara
mengutamakan gerak kaki kiri maju ke depan, kaki ini hendaknya tidak
diangkat terlampau tinggi.
2) Usahakan mengangkat tangan yang membawa lembing lebih tinggi daripada
bahu, agar lembing tidak terjatuh, terutama pada langkah-langkah terakhir.
3) Jangan terlampau dini membengkokkan lengan yang akan melempar
lembing, usahakan untuk menunda gerakan tangan ini selambat mungkin.
4) Perhatikan arah lembing tadi sebelum dilemparkan, untuk memastikan
lembing ini betul-betul dipegang dalam garis lurus.
5) Perhatikan sudut pelemparan dan usahakan agar lembing mengarah langsung
ke sasaran.
6) Perbaiki gerakan tangan menyamping dengan memperhatikan posisi siku
yang harus diputar ke atas dan ke depan.
7) Usahakan agar bahu kiri tidak jatuh sewaktu melempar lembing, dengan cara
mengokohkan dulu sisi kiri tubuh.
12
4. Fase Pemulihan
Fase pemulihan merupakan fase terakhir dari serangkaian gerakan dalam lempar
lembing.
a. Tujuan fase pemulihan yaitu:
1) Untuk menjaga keseimbangan tubuh yang seakan ingin bergerak ke muka
terus.
2) Mencegah terjadinya pelanggaran terhadap peraturan atletik dalam cabang
lempar lembing.
b. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan fase pemulihan pada
lempar lembing, yaitu gerakan fase pemulihan dimulai sesaat setelah lembing
dilemparkan dan lepas dari tangan, tidak boleh dilakukan sebelum lembing lepas
dari tangan, terdiri atas gerakan kaki kanan ke depan dan mengambil langkah lari
untuk menjaga agar tubuh tetap lurus, dan berat badan langsung dipindahkan ke
kaki kanan yang ditekuk untuk mengurangi momentum ke depan.
c. Saran perbaikan atas beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam fase
pemulihan yaitu:
1) Jangan terlampau awal melakukan gerakan kembali ke posisi biasa.
2) Perhatikan panjangnya jarak lari dan penempatan titik tanda, sehingga
terdapat ruang yang cukup untuk gerakan membalik ini.
3) Untuk mencegah terhentinya gerakan, usahakan menempatkan kaki kanan
sedikit menyilang garis lemparan.
13
C. Rubrik Penilaian Lempar lembing
Tabel 1
Rubrik Penilaian Lempar lembing
14
15. Tangan dengan seirama
gerakan kaki direntangkan
lurus kebelakang
16. Hip berada di depan
17. Jarak kaki kiri dan kaki
kanan ketika menyilang
seoptimal mungkin
18. Keseimbangan saat menarik
lembing kebelakang
19. Posisi batang tubuh condong
kebelakang
20. Sudut tungkai 140-1600
21. Menapak dengan tumit
22. Sudut lengan 1800
23. Sudut batang tubuh
4. Melempar 24. Gerakan kaki kanan
mendahului badan
25. Mengoptimalkan panjang
langkah
26. Menahan lembing, transfer
impuls
27. Pinggul berputar ke kanan
28. Pinggul kiri mengarah
kearah lemparan
29. Kaki belakang ditekuk
30. Badan tetap condong
kebelakang
31. Lengan lurus sepenuhnya
32. Lutut kanan di putar kuat
kearah lemparan
33. Gerakan pinggul diikuti oleh
dada didorong ke depan
sehingga tubuh menjadi
seperti busur
34. Tangan kanan melepas
lembing dengan kecepatan
tinggi
35. Gerakan tangan kiri menarik
bersamaan dengan tangan
kanan melepas lembing
36. Lembing dilepas diatas
kepala dengan sudut 350-360
37. Kecepatan lembing
15
5. Pemulihan 38. Gerakan kaki kanan menjaga
keseimbangan tubuh tetap
lurus
39. Berat badan dipindahkan ke
kaki kanan
40. Jarak kaki dengan garis
akhir
Keterangan:
Tabel 2
Kategori penilaian lempar lembing (versi tugas UAS)
Kategori Nilai
Baik 1 - 40
Sedang 41 - 70
Kurang 71 - 100
Sumber: Penulis makalah
D. Hasil Analisis Menggunakan Kinovea
Video lempar lembing ini diambil di Stadiun Sultan Agung Bantul, video tersebut
kemudian dianalisis menggunakan kinovea dan rubrik yang telah dibuat sebelumnya
menjadi acuan dalam penilaian. Hasil analisis video sebagai berikut:
1. Fase Memegang Lembing
Kekurangan:
Telapak tangan menghadap ke dalam, tidak ke atas.
Siku agak serong keluar (kanan), tidak menghadap ke
depan.
Posisi berdiri tidak tegap, lutut ditekuk
16
badan tegak menghadap kedepan, dengan tangan kiri bersiap seperti akan melaukan
lari sprint, atlet menguasai keseimbangan tubuh dengan baik dengan memposisikan
kedua kaki tetap sejajar, namun hanya sedikit ditekuk. Kemudian atlet membawa
lembing yang diletakkan di atas bahu pelempar dengan mata lembing menghadap ke
atas. Lembing dipegang pada ujung belakang balutan tali hal ini memungkinkan suatu
transfer kekuatan di belakang titik pusat gravitasi, sedangkan jari-jari tangan
mengimbangi tahanan dengan baik.
2. Fase Llari
Kekurangan:
Kecepatan konstan
Posisi tangan memegang lembing tidak
menghadap keatas
Panjang langkah tidak optimal
Kaki tidak di angkat dan di ayun secara optimal
sudut siku kurang 900
17
Kekurangan:
Badan kurang condong ke belakang
Posisi hip kurang ke depan
Jarak jangkauan kaki kurang optimal
Lengan tidak lurus secara optimal
Kekurangan:
Langkah tidak optimal
Pinggul kurang di putar ke kanan
Power kurang dalam memutar lutut kanan
Lutut tidak menghadap ke depan secara optimal
18
Sumber: Dokumen Pribadi
Pada saat akan melemparkan lembing anggota badan sampel kurang aktif untuk
mendapatkan power yang besar, diantaranya lengan tangan kiri yang hanya sedikit
ikut mengayun kedepan, kekuatan kelentukan otot perut, serta kelentukan otot
punggung dan otot lengan tangan kanan kurang diterapkan pada fase melempar. Pada
saat melempar lengan tangan kanan membuka, dengan semakin besarnya sudut yang
dihasilkan maka semakin berpengaruh terhadap hasil lemparan. Sikap akhir sampel
ketika melempar yaitu, posisi bahu, lengan atas, dan tangan bergerak berurutan,
namun kurang cepat, bahu melempar secara aktif di bawa ke depan dan lengan
pelempar diputar, sedangkan siku mendorong ke atas.
19
Gambar 6. Waktu Lembing Lepas
Sumber: Dukumen Pribadu
5. Fase Pemulihan
Kekurangan:
Gerakan kaki kanan tidak terlalu berarti untuk
menjaga keseimbangan.
Berat badan masih dominan pada kaki kiri
Gerakan lanjutan (follow Through) yang dilakukan oleh sampel hanya menahan
tubuh dengan mengayunkan lengan tangan kanan dan tangan kiri kesamping agar
mendapatkan keseimbangan, posisi tubuh saat pelepasan lembing tidak condong
kedepan dan dengan cepat sampel memposisikan tubuhnya agar tetap tegak dengan
membawa berat badan bertumpu pada kaki kiri, yang seharusnya di kaki kanan.
Gerakan pemulihan ini terjadi sebelum garis batas dengan suatu pembalikan arah
lemparan ke kaki kanan. Lutut sampel ditekuk secara signifikan dan pusat massa
badan diturunkan .
Berdasarkan hasil analisis video mengenai teknik keterampilan gerak tubuh gaya
cross-step pegangan Finlandia pada olahraga lempar lembing. Ditinjau dari segi
biomekanika gerakan teknik lempar lembing yang dilakukan sampel tersebut dalam
kategori baik.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ade Satria Bagus Suwadji. 2014. Analisis Gerak Lempar Lembing. Diambil pada E-
Jurnal. Surabaya: UNESA
Adelita Dimas prasetya, dkk. 2012. Analisis Kinesiologi Teknik Keterampilan Tubuh
pada Olahraga Lempar Lembing. Semarang: Jurusan Ilmu Keolahragaan.
Kompas. 2013. Fitria Pecahkan Rekor Nasional Lempar Lembing. Diambil pada
http://olahraga.kompas.com/2013/fitria.pecahkan.rekor.nasional.lempar.lembing.
Diakses pada tanggal 01 Juni 2016 pukul 09.04 wib.
21