Anda di halaman 1dari 20

JURNAL

KONTRIBUSI DAYA LEDAK TUNGKAI DAN KECEPATAN


REAKSI KAKI TERHADAP KEMAMPUAN LARI 100
METER PADA MAHASISWA PENDIDIKAN
KEPELATIHAN OLAHRAGA FIK UNM

CONTRIBUTION OF EXPLOSIVE POWER LEG AND SPEED FOOT


REACTION TO ABILITY RUN OF 100 METERS IN STUDENT
COACHING SPORT EDUCATION IN FACULTY OF SPORT
SCIENCE UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

RASNA

PROGRAM STUDI S1
PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2019
ABSTRAK

RASNA. 2019. KONTRIBUSI DAYA LEDAK TUNGKAI DAN


KECEPATAN REAKSI KAKI TERHADAP KEMAMPUAN LARI 100
METER PADA MAHASISWA PENDIDIKAN KEPELATIHAN
OLAHRAGA FIK UNM, Skripsi, Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Makassar.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan


korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1). Apakah ada
kontribusi daya ledak tungkai terhadap kemampuan lari 100 meter pada
mahasiswa pendidikan kepelatihan olahraga FIK UNM, (2). Apakah ada
kontribusi kecepatan reaksi kaki terhadap kemampuan lari 100 meter, (3).
Apakah ada kontribusi daya ledak tungkai dan kecepatan reaksi kaki
terhadap kemampuan lari 100 meter pada mahasiswa pendidikan kepelatihan
olahraga FIK UNM.
Populasinya adalah mahasiswa pendidikan kepelatihan olahraga FIK
UNM angkatan 2018, jumlah sampel sebanyak 30 orang dengan
menggunakan tehnik random sampling (secara acak) atau tanpa pandang
bulu. Tehnik analisis yang digunakan adalah analisis regresi dan korelasi
melalui program aplikasi SPSS versi 22,00 dengan taraf signifikan 0.05 α.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1). Ada kontribusi yang
signifikan daya ledak tungkai terhadap kemampuan lari 100 meter pada
mahasiswa pendidikan kepelatihan olahraga FIK UNM, sebesar 55.7%. (2).
Ada kontribusi yang signifikan kecepatan reaksi kaki terhadap kemampuan
lari 100 meter pada mahasiswa pendidikan kepelatihan olahraga FIK UNM,
sebesar 51.7%. (3). Ada kontribusi yang signifikan daya ledak tungkai dan
kecepatan reaksi kaki terhadap kemampuan lari 100 meter pada mahasiswa
pendidikan kepelatihan olahraga FIK UNM, sebesar 64.5%.
BAB I Bahkan di perguruan tinggi
PENDAHULUAN khususnya di Universitas Negeri
A. Latar Belakang Masalah Makassar, Fakultas Ilmu
Atletik di Indonesia berarti Keolahragaan. Atletik merupakan
olahraga yang memperlombakan mata kuliah wajib di program
nomor-nomor: jalan, lari, lompat, oleh seluruh mahasiswa di semua
dan lempar (Yoyo Bahagia, Jurusan. Mengapa atletik
2011:16). Atletik adalah aktivitas merupakan suatu mata kuliah yang
jasmani atau latihan jasmani yang wajib diberikan?. Jawaban yang
berisikan gerak alamiah atau wajar logis adalah karena atletik
seperti jalan, lari, lompat dan merupakan ibu dari sebagian besar
lempar (Bustami, 2011:3). Istilah cabang olahraga. Dengan
lain yang mempunyai arti sama diwajibkannya cabang olahraga
dengan istilah atletik di Indonesia atletik maka sudah selayaknya
adalah “leichatletik” (Jerman), membawa angin segar untuk
“athletismo” (Spanyol), “olahraga” meningkatkan motivasi mahasiswa
(Malaysia), dan “track and field” untuk megikutinya.
(USA). Untuk menyamakan Untuk mencapai prestasi
persepsi tentang arti atletik yang dicabang olahraga atletik tentunya
luas penulis menggunakan ada faktor yang menjadi
pendapat Yoyo Bahagia diatas. penunjang, seperti tersedianya
Khusus di daerah Sulawesi pelatih yang baik, fasilitas dan
Selatan, prestasi olahraga yang alat yang berkualitas, organisasi
telah dicapai khususnya pada yang baik serta adanya suasana
cabang olahraga atletik sudah dorongan dari keluarga masyarakat
merupakan cabang olahraga yang maupun pemerintah, dan yang tak
mampu membawa nama harum di kalah pentingnya adalah faktor
tingkat nasional. Hal ini terbukti kemampuan atlet itu sendiri,
dengan berhasilnya atlet Sulawesi dalam hal ini menyangkut tentang
Selatan dalam meraih prestasi di kemampuan fisiknya.
cabang olahraga atletik di nomor Peranan kemampuan fisik dalam
lari jarak jauh. Seperti menunjang prestasi olahraga tidak
Syamsuddin Massa selaku perlu diperdebatkan lagi, bagi
mahasiswa FIK UNM dari jurusan yang memiliki kemampuan fisik
pendidikan kepelatihan olahraga. yang baik tentu akan lebih
Dengan keberhasilan tersebut berpeluang untuk berprestasi.
dapat dijadikan sebagai inspirasi “kondisi fisik merupakan salah
bagi mahasiswa yang lain untuk satu prasyarat yang sangat penting
selalu berusaha dan kerja keras dalam usaha meningkatkan
agar dapat mencapai prestasi yang prestasi, bahkan dikatakan sebagai
lebih tinggi dan minimal dapat landasan titik tolak ukur awalan
mempertahankan prestasi yang olahraga prestasi” (M. Sajoto,
telah dicapai. 1988:57).
Adapun komponen kondisi halnya dalam meningkatkan
fisik yang terdiri dari daya tahan, kemampuan lari cepat, tanpa
kecepatan, kekuatan, adanya dukungan kecepatan reaksi
keseimbangan, daya ledak, kaki yang baik, mustahil bagi
kelincahan, kelentukan, ketepatan, pelari jarak pendek (sprinter)
reaksi, koordinasi dan kecepatan dapat memperoleh waktu yang
reaksi. Dari banyaknya komponen baik. Sebab jika kecepatan reaksi
kondisi fisik tersebut ada beberapa kaki kurang baik maka
komponen kondisi fisik yang menyebabkan kurangnya kecepatan
menjadi objek dalam penelitian ini menjawab rangsangan serta
adalah unsur fisik daya ledak gerakan yang dilakukan
tungkai dan kecepatan reaksi kaki membutuhkan waktu yang banyak
terhadap kemampuan lari 100 untuk mencapai suatu jarak.
meter pada mahasiswa pendidikan Dalam lari sprint sangat
kepelatihan olahraga FIK UNM. dibutuhkan kondisi fisik seperti
Mengenai unsur kondisi fisik daya ledak tungkai dan kecepatan
jika didukung daya ledak tungkai reaksi kaki yang baik, sebab unsur
yang baik, maka kecepatan lari ini mempunyai peranan sangat
dapat di tingkatkan. Sebab daya penting yang akan membantu
ledak tungkai merupakan mengerahkan gerakan secara
kemampuan otot untuk maksimal.
mengerahkan kekuatan maksimal BAB II
dalam waktu yang sangat cepat. TINJAUAN PUSTAKA,
Jika daya ledak tungkai kurang KERANGKA
baik menyebabkan lemahnya BERPIKIR DAN HIPOTESIS
langkah kaki yang terdiri dari A. Tinjauan Pustaka
tahap menumpu dan tahap Tinjauan pustaka merupakan
melayang, gerakan kaki yang kerangka acuan atau sebagai
terdiri dari tahap menumpu dan landasan teori dalam melakukan
tahap mendorong, serta tahap penelitian. Teori-teori yang
pemulihan dan tahap mengayun. dikemukakan diharapkan dapat
Sehingga kecepatan dalam lari menunjang penyusunan kerangka
akan berkurang. Hal ini akan berpikir yang merupakan dasar
mempengaruhi kemampuan lari dalam merumuskan hipotesis
100 meter. sebagai jawaban sementara
Selain itu, Unsur kecepatan terhadap masalah dalam penelitian
reaksi kaki juga merupakan faktor ini. Dengan demikian hal-hal yang
penentu keberhasilan pada hampir akan dikemukakan dalam tinjauan
semua cabang olahraga dan pustaka tersebut adalah sebagai
menjadi salah satu komponen berikut.
kondisi fisik yang sangat erat 1. Cabang Olahraga Atletik
kaitannnya terhadap seseorang Atletik merupakan salah satu
yang menggunakan otot-otot olahraga yang terpenting dalam
tungkai menerima beban. Seperti pelaksanaan Olimpiade moderen.
Cabang atletik dilaksanakan Tangkudung dan Wahyu Ningtyas
disemua negara karena nilai-nilai Puspitorini, 2012:7).
pendidikan yang terkandung
didalamnya, memegang peranan 2. Lari 100 Meter
yang sangat penting dalam Lari jarak pendek (sprint)
pengembangan kondisi fisik, sering adalah semua jenis lari yang sejak
pula menjadi dasar pokok untuk start hingga finish dilakukan
pengembangan atau peningkatan dengan kecepatan maksimal
prestasi yang optimal bagi cabang (Hilman, 2014). lari sprint
olahraga lain dan bahkan dapat membutuhkan 10-15 detik dan
diperhitungkan sebagai suatu termasuk olahraga yang tergolong
ukuran kemajuan suatu negara. anaerobik, karena semakin tinggi
Selain dapat digunakan sebagai kecepatannya semakin besar juga
kegiatan usaha meningkatkan taraf sumber energi aerobiknya
kesegaran jasmani dan prestasi (pristiwan, 2016). Lari jarak
seseorang, atletik menyediakan pendek (sprint) merupakan suatu
arena kegiatan penelitian dan cara untuk berlari dimana
percobaan-percobaan tentang seseorang harus menempuh seluruh
manusia dengan keuntungan bahwa jarak dengan kecepatan maksimal
yang berhubungan dengan olahraga (Muhtar, 2011:12).
atletik ini menjadi sangat luas dan Lari cepat atau sprint adalah
sangat beraneka ragam (Khomsin, semua perlombaan lari dimana
2011). Induk olahraga cabang peserta berlari dengan kecepatan
atletik tingkat internasional adalah maksimal sepanjang jarak yang
IAAF (International Amateur harus ditempuh, sampai dengan
Athletic Federation) sedangkan jarak 400 meter masih dapat
induk organisasi untuk olahraga digolongkan dalam lari cepat.
atletik di Indonesia adalah PASI Sprint atau lari cepat yaitu
(Persatuan Atletik Seluruh perlombaan lari dimana peserta
Indonesia). Adapun yang menjadi berlari dengan kecepatan penuh
dasar tujuan manusia melakukan yang menempuh jarak 100 m, 200
kegiatan olahraga yaitu: m, dan 400 m. Kebutuhan yang
1. Untuk rekreasi relatif penting untuk lari sprint
2. Untuk pendidikan sangat beragam bergantung pada
3. Untuk mencapai kesegaran kategori usia (Muhajir, 2004).
jasmani Sprint yang baik membutuhkan
4. Untuk mencapai Prestasi reaksi yang cepat, akselerasi yang
Untuk mencapai sebuah baik, dan jenis lari yang efisien.
prestasi dibidang olahraga Sprinter juga harus
dibutuhkan latihan. Latihan mengembangkan start sprint yang
merupakan proses yang berulang baik dan mempertahankan
dan progresif guna meningkatkan kecepatan puncak semampunya.
potensi dalam rangka mencapai Dalam lari sprint harus
prestasi yang maksimal (James memperhatikan sistem energi yang
digunakan karena atlet (Yoyo Bahagia, 2011:29).
menggunakan persediaan energi Pada gambar dibawah ini
yang tersimpan atau kapasitas an- diperlihatkan sikap "siap"
aerobik (Khomsin, 2011).
Tujuan dari lari jarak pendek
(sprint) untuk memasimalkan
kecepatan yang dihasilkan dari
dorongan badan kedepan untuk
mencapai jarak tertentu dengan
waktu secepat-cepatnya. Pola gerak
dasar dominan lari meliputi start,
gerakan lari dan finish. Gambar 2. Sikap siap tampak
a. Start samping dan depan
Start pada lari sprint harus (Yoyo Bahagia, 2011:29).
dilakukan dengan start jongkok, Untuk membiasakan bereaksi
sedangkan untuk lari jarak cepat terhadap suatu rangsangan,
menengah dan jauh menggunakan banyak juga bentuk permainan
start berdiri. reaksi yang diberikan. Misalnya
Aba-aba start pada lari sprint ada latihan "hijau-hitam", bereaksi atas
tiga yaitu bersedia-siap-ya aba-aba dari berbagai posisi untuk
(tembakan pistol). Sedangkan pada segera berlari atau bergerak
lari jarak jauh menengah dan jauh kemana saja sesuai perintah. Dari
hanya dua yaitu bersedia dan ya. posisi duduk, jongkok, tidur
Tujuan start pada lari sprint telungkup, dan telentang.
adalah meninggalkan start blok b. Gerakan Lari
secepat-cepatnya. Karna jarak Gerakan dominan yang
larinya pendek dan sepanjang utama dari gerak lari adalah
jarak lari menggunakan kecepatan gerakan langkah kaki dan ayunan
maksimum, maka teknik start lengan. Sedangkan aspek lain yang
menjadi salah satu kunci perlu diperhatikan pada saat
keberhasilan seorang pelari. berlari adalah kecondongan badan
Komponen fisik yang diperlukan (disesuaikan dengan jenis/tipe lari),
pada waktu start adalah kecepatan pengaturan napas, dan harmonisasi
reaksi dan kecepatan start. gerakan lengan dan tungkai.
Pada gambar dibawah ini Sedangkan yang paling
diperlihatkan rangkaian gerak menentukan kecepatan lari
start jongkok seseorang adalah panjang langkah
x kekerapan langkah. Langkah
kaki terdiri dari tahap menumpu
dan tahap melayang. Sedangkan
gerakan kaki mulai tahap
menumpu kemudian mendorong
Gambar 1. Rangkaian gerak start (kaki tolak) sedangkan kaki ayun
jongkok melakukan gerak pemulihan dan
gerak ayunan. Pada gambar belakang
dibawah ini diperlihatkan lewat
rangkaian gerak lari dan gerak panggul.
langkah pada saat menumpu dan Sudut siku
mendorong. sekitar 90°.

Gambar 3. Rangkaian
gerakan lari sprint
(Yoyo Bahagia, 2011:30).
Gambar 4. Tahap menumpu dan
Kaki tumpu : mendaratlah
mendorong
pada telapak
(Yoyo Bahagia, 2011:31).
kaki bagian
c. Finish
depan,
Teknik finish yaitu berlari
lurus
terus, mendorongkan dada atau
kedepan.
mendorong salah satu bahu ke
Mata kaki,
depan. Untuk memasuki garis
lutut dan
finish, ada beberapa teknik yang
pinggul
harus diperhatikan, yaitu kecepatan
diluruskan
lari sedikit ditambah, condongkan
penuh
dada ke depan dan dada di putar
selama tahap
dengan ayunan tangan ke depan
mendorong.
sehingga bahu sebelah maju ke
Kaki ayun : kaki ditekuk
depan (Eddy Purnomo, 2007:29).
selama masa
Terdapat tiga teknik pada
pemulihan.
saat melewati garis finish pada
Lutut angkat
lari jarak pendek (Muhtar,
ke depan
2011:14) yaitu:
atas pada
1. Menjatuhkan dada kedepan
tahap
2. Menjatuhkan salah satu bahu
mengayun.
kedepan
Gerakan lengan : ayunkan 3. Lari secepat-cepatnya sampai
lengan ke beberapa meter melewati garis
depan dan finish
ke belakang
ke depan 3. Daya Ledak Tungkai
setinggi Dalam kegiatan olahraga
bahu, ke salah satu faktor kondisi fisik
yang sangat penting dan mutlak
untuk ditingkatkan atau terealisasi dalam bentuk
mempertinggi prestasi adalah kemampuan otot untuk mengatasi
faktor daya ledak tungkai. beban dengan kontraksi yang
Olahraga atletik merupakan tinggi (Syarifuddin, 2011:73).
olahraga yang melibatkan semua Daya ledak tungkai adalah suatu
anggota tubuh dan membutuhkan kemampuan untuk menampilkan
komponen fisik untuk dapat atau mengeluarkan kekuatan secara
melakukan gerakan secara eksplosif atau dengan cepat (Arsil,
eksplosif khususnya untuk nomor 2010:71).
lari jarak pendek (sprint). Daya ledak adalah
Sesungguhnya yang dibutuhkan kemampuan otot atau sekelompok
dalam lari jarak pendek bukan otot seseorang untuk
hanya kekuatan saja, akan tetapi mempergunakan kekuatan
kekuatan yang disertai unsur maksimal yang dikerahkan dalam
kecepatan yang disebut dengan waktu yang sependek-pendeknya
istilah daya ledak (Power). daya atau sesingkat-singkatnya. (Novita,
ledak (power) adalah hasil kali 2010:1).
antara kekuatan dengan kecepatan Kekuatan menggambarkan
(Sukdiyanto, 2005:117). Daya kemampuan otot untuk mengatasi
ledak adalah hasil dari kekuatan beban dengan mengangkat,
dan kecepatan. Individu yang memukul, menolak dan
mempunyai daya ledak adalah mendorong. Sedangkan kecepatan
orang yang memiliki kekuatan menunjukkan kemampuan otot
derajat otot yang tinggi, derajat untuk mengatasi beban dengan
kecepatan yang tinggi, dan derajat kontraksi yang sangat cepat,
yang tinggi dalam keterampilan kekuatan otot dan kontraksi otot
menggabungkan kecepatan dan merupakan ciri utama daya ledak.
kekuatan (Harsono, 1988:176). Otot merupakan daging tubuh.
Daya ledak adalah kemampuan Otot menonjol dan bergelombang
otot untuk mengerahkan kekuatan tepat dibawah kulit. Tugas otot
maksimal dalam waktu yang adalah berkontraksi dan menarik
sangat cepat (Tite Juliantine, dkk. tulang tempat otot melekat
2007:3.21). (Ensikplopedia, 2009:57). Otot
Daya ledak tungkai adalah merupakan sebuah jaringan dalam
suatu yang menyangkut tentang tubuh manusia dan hewan yang
kekuatan dan kecepatan kontraksi berfungsi sebagai alat gerak aktif
otot yang dinamis serta melibatkan yang menggerakkan tulang. Otot
pengeluaran kekuatan otot yang mempunyai serat yang berdiameter
maksimal dalam waktu yang 10-120 mikrometer, sehingga tidak
secepat-cepatnya (Ismaryati, dapat dilihat dengan mata
2008:59). telanjang. Serat ini terdiri dari dua
Daya ledak tungkai bagian, yaitu plasmalema dan
merupakan kemampuan kombinasi sarcoplasma. Plasmalema
kekuatan dan kecepatan yang mempunyai lipatan-lipatan
dipermukaan, sehingga jika terjadi rangka, jumlah cross bridge,
kontraksi tidak merusak sistem metabolisme energi serta
plasmalema itu sendiri. sudut sendi. Berikut penjelasan
Sarcoplasma adalah bahan seperti dari faktor fisiologis yang
gelatin yang mengisi seluruh mempengaruhi kekuatan kontraksi
bagian dalam sel dan diantara otot:
myofibril (Kusnanik, 2011:4). a. Genetik
Pada otot tungkai terdapat b. Usia
beberapa otot besar yang c. Jenis kelamin
mengendalikan pergelangan kaki Berikut dari faktor yang
dan banyak otot – otot yang mempengaruhi kekuatan otot
menggerakkan kaki. Otot-otot sebagai unsur daya ledak tungkai:
tungkai terdiri dari otot tungkai a. Jenis serabut otot
atas yaitu: gluteus m, quadricep b. Sistem metabolisme energi
femoris m, bicep femoris m, c. Luas otot rangka
semitendinosus m, gracilis m, semi d. Sudut sendi
membranus femoris m, vastus e. Jumlah jembatan silang (cross
medialis m, vastus lateralis m, bridge)
dan otot tungkai bawah yaitu:
gastronemius m, soleus m, akhiles 4. Kecepatan Reaksi Kaki
tendon, poeroneus longus and Kecepatan reaksi berasal dari kata
brevis fibularis m, tibialis anterior kecepatan dan reaksi, kecepatan
m, extensor digitorium manus m, (Speed) adalah kemampuan untuk
extensor hallucis brevis m. (Ricky melakukan suatu aktivitas yang
Wirasasmita, 2014:28-29). sama berulang-ulang serta
Adapun faktor-faktor yang berkesinambungan dalam waktu
mempengaruhi daya ledak tungkai yang singkat, sedangkan reaksi
dibawah ini: (Reaction) adalah kemampuan
a) Faktor-faktor yang anggota tubuh untuk bereaksi
mempengaruhi daya ledak tungkai secepat-cepatnya ketika ada
(Arsil, 2010:74) terdiri dari dua rangsangan yang diterima oleh
faktor yaitu kekuatan dan reseptor somatik, kinetik, atau
kecepatan: vestibular (Toho Cholik Mutohir
1) Kekuatan otot dan Ali Maksun, 2007:53).
Menggambarkan kontraksi Kecepatan adalah
maksimal yang dihasilkan oleh kemampuan otot atau sekelompok
otot atau sekelompok otot. Faktor otot untuk menjawab rangsangan
fisiolgis yang mempengaruhi dalam waktu cepat atau singkat
kekuatan kontraksi otot adalah (Sukadiyanto, 2005:106).
genetik, usia, dan jenis kelamin. Kecepatan adalah
Kemudian faktor yang kemampuan untuk berlari dan
mempengaruhi kekuatan otot bergerak dengan sangat cepat
sebagai unsur daya ledak adalah (Tangkudung dan Wahyuningtyas
jenis serabut otot, luas otot Puspitorini, 2012:71). Kecepatan
adalah kemampuan seseorang menggunakan sempritan.
untuk melakukan gerak dalam Sedangkan kecepatan reaksi
waktu yang sesingkat-singkatnya majemuk adalah kemampuan
(Andi Suhendro, 2007:4.23). seseorang untuk menjawab
Kecepatan adalah kemampuan rangsangan yang belum diketahui
untuk melakukan gerakan-gerakan arah dan sasarannya dalam waktu
yang sejenis secara berturut-turut yang singkat. Artinya sebelum
dalam waktu yang sesingkat- melakukan gerakan dalam benak
singkatnya atau kemampuan untuk pikiran atlet sudah ada persepsi,
menempuh suatu jarak dalam tetapi belum diketahui arah dan
waktu yang cepat (Harsono, sasaran gerak yang akan
2001:36). Kecepatan adalah dilakukan, contoh: penjaga kiper
kemampuan dalam melakukan yang akan menangkap bola.
gerakan berkesinambungan dalam 2. Kecepatan gerak
bentuk yang sama dalam waktu Kecepatan gerak adalah
yang sesingkat-singkatnya kemampuan seseorang melakukan
(Mochamad Sajoto, 1988:58). gerak atau serangakaian gerak
Menurut (Sukadiyanto, dalam waktu singkat. Kecepatan
2005:107) macam-macam gerak dibagi menjadi dua yakni
kecepatan dibagi menjadi dua gerak siklus dan gerak non siklus.
macam kecepatan yaitu kecepatan Kecepatan gerak siklus
reaksi dan kecepatan gerak. adalah kemampuan sistem
Berikut penjelesan secara spesifik: neuromuskuler untuk melakukan
1. Kecepatan reaksi serangkaian gerak secara
Kecepatan reaksi adalah berkesinambungan (ajeg) dalam
kemampuan seseorang dalam waktu yang singkat, contoh: jalan,
menjawab suatu rangsangan dalam lari, berenang, dan bersepeda.
waktu yang singkat. Kecepatan Sedangkan kecepatan gerak non
reaksi dibedakan menjadi reaksi siklus adalah kemampuan sistem
tunggal dan reaksi majemuk. neuromuskuler untuk melakukan
Kecepatan reaksi tunggal gerak tunggal dalam waktu yang
adalah kemampuan seseorang sesingkat-singkatnya, contoh:
untuk menjawab rangsangan yang melempar, menendang, memukul,
telah diketahui arah dan dan meloncat.
sasarannya dalam waktu yang Kecepatan reaksi kaki juga
singkat. Artinya sebelum merupakan salah satu komponen
melakukan gerakan dalam benak kondisi fisik yang sangat erat
pikiran atlet sudah ada persepsi kaitannya terhadap seseorang yang
dan arah serta sasaran rencana menggunakan otot-otot tungkai
motorik yang akan dilakukan menerima beban. Seperti halnya
sehingga kondisi rangsangan sudah dalam meningkatkan lari cepat,
dapat diprediksi sebelum gerak tanpa adanya dukungan kecepatan
dilakukan, contoh: atlet bergerak reaksi kaki yang baik mustahil,
sesuai dengan arahan pelatih bagi sprinter dapat memperoleh
waktu yang baik. Oleh karena itu syaraf eferen menuju ke efector
salah satu jenis kecepatan yang yakni otot scletal untuk bereaksi.
perlu dikembangkan pada sprinter Waktu yang dibutuhkan sejak
adalah unsur kecepatan reaksi dan rangsangan mulai diterima oleh
unsur kecepatan bergerak. Namun, receptor (panca indera) sampai
harus disadari bahwa unsur fisik efector (otot) bereaksi terhadap
ini tidaklah berdiri sendiri akan rangsangan tersebut, waktu inilah
tetapi harus didukung dan yang disebut waktu reaksi. Agar
dikombinasikan dengan unsur fisik lebih jelas, perhatikan skema
lainnya seperti kekuatan otot dibawah ini:
tungkai, panjang langkah dan
Neuron
frekuensi langkah. Rangsangan Receptor sensorik
Otak

Adapun faktor-faktor yang


mempengaruhi kecepatan reaksi Afector
Neoron
motorik
sebagai berikut:
a. Sistem koordinasi
b. Eksitabilitas otot Gambar 5. Alur gerak sadar
c. Konduktivitas otot (Ricky Wirasasmita, 2014:176)
d. Elastisitas otot
e. Kontraktilitas otot Munculnya rangsangan
f. Viskositas otot yang diterima oleh receptor
g. Kontraksi otot (telinga, mata, kulit). Dari
Dalam dunia olahraga, receptor rangsangan ini dialirkan
rangsangan dapat berupa sinar melalui urat syaraf afferen
yang diterima oleh indera mata, sensoris menuju ke sistem syaraf
suara atau bunyi yang diterima pusat (otak). Perpindahan
oleh indera telinga, sentuhan yang rangsangan dari rat syaraf afferen
diterima oleh indera kulit dan ke sistem syaraf pusat dan
posisi tubuh yang diterima oleh menghasilkan tanda isyarat yang
alat keseimbangan dalam tubuh. akan dikirim kepada efector.
Rangsangan dalam bidang olahraga Menjalarnya tanda isyarat ini dari
yang paling sering dialami yang sistem syaraf pusat melalui syaraf
erat kaitannya dengan kecepatan efferen motorik menuju ke otot
reaksi adalah bunyi pistol yang scletal (efector). Rangsangan
diterima oleh indera telinga pada isyarat ini pada otot scletal
waktu start untuk cabang lari. menimbulkan kontraksi, gerakan,
Semua rangsangan yang aktifitas fisik atau kerja (Nala,
diterima oleh alat penerima (panca 1998).
indera) atau receptor ini, dikirim Makin cepat atau pendek
melalui urat syaraf afferen ke jalan yang ditempuh oleh
sistem syaraf pusat (otak) setelah rangsangan, sejak dari adanya
dipelajari dan diolah oleh sistem rangsangan pada receptor sampai
syaraf pusat, kemudian ada timbulnya reaksi dari otot, akan
perintah (dari otak), melalui urat semakin baik waktu reaksinya.
Komponen biomotorik waktu B. Kerangka Berpikir
reaksi ini sering dikelirukan
dengan komponen waktu refleks Psikologis
atau dengan komponen kecepatan
(lari jarak pendek). Refleks adalah Kemampuan lari
Penunjang Lingkungan
suatu reaksi gerakan yang timbul 100 meter

tanpa disadari akibat suatu


rangsangan. Jadi waktu refleks Fisiologis Biologi Kondisi fisik
adalah waktu yang dibutuhkan
dari mulainya ada rangsangan,
-Genetik -Kekuatan -Koordinasi
sampai munculnya gerakan yang -Usia -Kecepatan -Keseimbangan
-Kelentukan -Reaksi
tidak disadari. Sedangkan waktu -Jenis kelamin
-Daya tahan -Daya ledak
-Kelincahan -Stamina
reaksi adalah waktu yang -Vo2max -Ketepatan
-Kecepatan reaksi
dibutuhkan dari mulainya ada
rangsangan, sampai timbulnya
gerakan yang disadari. Akibat -Daya ledak
-Kecepatan reaksi
latihan yang baik dan benar,
gerakan yang disadari ini dapat
menjadi gerakan tak disadari Daya ledak Kecepatan reaksi

(refleks kondisi), sehingga waktu


reaksi akan dipercepat. Sedangkan -Jenis serabut otot -Sistem koordinasi
waktu yang dibutuhkan untuk -Luas otot rangka
-Jumlah cross bridge
-Eksitabilitas otot
-Konduktivitas otot
menempuh jarak dari garis awal -Sudut sendi -Elastisitas otot
-Sistem metabolisme energi -Kontraktilitas otot
(start) sampai garis akhir (finish) -Viskositas otot
-Kontraksi otot
disebut waktu tempuh waktu
bergerak.
Waktu reaksi dan waktu
bergerak meningkat sampai umur
20 tahun, baik untuk laki-laki Ket:
maupun perempuan. Setelah itu
menetap dan pada umur 30 tahun = Area penelitian
sudah mulai menurun. Waktu
bergerak jauh lebih tajam
penurunannya dibandingkan dengan C. Hipotesis
waktu reaksi (Berger, 1982). Berdasarkan pada kerangka
berpikir yang telah dikemukakan
diatas, maka dapat diajukan
hipotesis yang akan diuji
kebenarannya dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Ada kontribusi daya ledak
tungkai terhadap kemampuan
lari 100 meter pada mahasiswa
pendidikan kepelatihan olahraga (meteran), bendera, blanko
FIK UNM. (kertas), pensil (Pulpen)
2. Ada kontribusi kecepatan reaksi c. Petugas: Pemandu tes, pengukur
kaki terhadap kemampuan lari jarak, pencatat skor
100 meter pada mahasiswa d. Pelaksanaan: Peserta tes berdiri
pendidikan kepelatihan olahraga sedikit kankang ± 10 cm pada
FIK UNM. papan tolakan (garis start),
3. Ada kontribusi daya ledak lutut ditekuk ± 45°, kedua
tungkai dan kecepatan reaksi lengan lurus ke belakang.
kaki terhadap kemampuan lari Kemudian mengayunkan kedua
100 meter pada mahasiswa lengan ke depan sambil
pendidikan kepelatihan olahraga melompat sejauh-jauhnya dan
FIK UNM. mendarat dengan kedua kaki.
Hasil lompatan diukur dari
BAB III garis tepi luar papan tolakan
METODE PENELITIAN (garis start) sampai bekas kaki
Teknik Pengumpulan Data yang terdekat (tancapkan
Untuk mengetahui data bendera). Apabila peserta tes
empiris sebagai bahan untuk jatuh dan melangkah mundur
menguji kebenaran hipotesis, maka setelah mendarat, pengukuran
dilakukan pengumpulan data dilakukan dari tempat sentuhan
berdasarkan variabel-variabel yang bagian tubuh yang paling dekat
terlibat. Data yang perlu pada papan tolakan atau garis
dikumpulkan dalam penelitian ini start. Kesempatan melompat
meliputi daya ledak tungkai, diberikan 3 kali. Lompatan
kecepatan reaksi kaki, dan data tidak diukur apabila jari kaki
kemampuan lari 100 meter. peserta tes melewati papan
Instrumen Penelitian tolakan atau garis start.
Instrumen penelitian adalah e. Penilaian: Skor hasil lompatan
alat bantu yang digunakan oleh terbaik dari 3 kali kesempatan,
peneliti untuk mengumpulkan data dicatat sebagai hasil akhir
penelitian sebagai berikut: peserta tes (Depdikbud, 1978).
1. Tes lompat jauh tanpa
awalan (standing long jump
test) atau broad jump (Nur
Ichsan Halim, 2011:96).

a. Tujuan: Untuk mengukur daya


ledak tungkai pada mahasiswa.
b. Fasilitas/Alat: Bak pasir
(ruangan yang rata dan matras),
sapu untuk meratakan pasir, Gambar 8. Tes lompat jauh
cangkul, alat pengukur jarak tanpa awalan
(Nur Ichsan Halim, 2011:93).
2. Tes kecepatan reaksi kaki skala mistar reaksi dan skor
(foot reaction test) dicatat dalam satuan ukuran
(Nur Ichsan Halim, 2011:153- sentimeter. Skor tidak dicatat
154). apabila, tumit peserta tes
a. Tujuan: Untuk mengukur diangkat, melihat tangan
kecepatan reaksi kaki dalam pengetes. Kesempatan diberikan
merespons stimulus visual pada 3 kali.
mahasiswa. e. Penilaian: Skor hasil kecepatan
b. Fasilitas/Alat: Ruangan yang reaksi kaki terbaik dari 3 kali
rata, nelson reaction timer percobaan, dicatat sebagai hasil
(penggaris = mistar reaksi), akhir peserta tes.
meja, blanko (kertas), pensil
(Pulpen)
c. Petugas: Pemandu tes, pencatat
skor
d. Pelaksanaan: Peserta tes duduk
diatas meja, salah satu lututnya
dibengkokkan dengan posisi
pola kaki dalam keadaan
tergantung dan berjarak 1 inci Gambar 9. Tes Kecepatan
(2,54cm) dari dinding. Tumit Reaksi Kaki
dalam keadaan diam dan (Nur Ichsan Halim, 2011:154).
berjarak 2 inci dari tepi meja. 3. Tes kemampuan lari 100
Pengetes memegang ujung atas meter
mistar reaksi tergantung dengan a. Tujuan: untuk mengetahui
ujung berada diantara dinding kemampuan lari 100 meter
dan kaki. Garis dasar skala pada mahasiswa.
mistar reaksi harus berada tepat b. Fasilitas/Alat: Jalur 400 meter
diatas permukaan ibu jari dengan jalur yang sudah
peserta tes. Peserta tes ditandai di depan sepanjang
berkonsentrasi mengfokuskan 100 meter, serbuk kapur, alat
pandagannya pada tanda khusus pengukur jarak (meteran),
yang terdapat pada mistar stopwatch, bendera start,
reaksi dan tidak boleh melihat sumpritan, blanko (kertas),
tangan pengetes. Setelah aba- pensil (pulpen)
aba “Siap” pengetes melepaskan c. Petugas: Pemberi aba-aba start,
mistar reaksi dengan rentang pengambil waktu, pencatat skor
waktu 1-10 detik dan peserta d. Pelaksanaan: Pada aba-aba
tes dengan cepat menjepit "bersedia" Peserta tes
mistar reaksi dengan pola mengambil posisi start jongkok.
kakinya dengan cara Pada aba-aba “siap” peserta tes
merapatkan kedinding. mengambil sikap siap untuk
Selanjutnya pengetes melihat lari. Pada aba-aba “ya” peserta
hasil jepitan peserta tes pada
tes berlari sesingkat dan BAB IV
secepatnya menuju garis akhir HASIL PENELITIAN DAN
(finish). Lari diulang bilamana PEMBAHASAN
peserta tes curi start, peserta Pembahasan
tes tidak melewati garis finish,
peserta tes terganggu dengan Hasil analisis data melalui
pelari yang lain dan apabila teknik statistik diperlukan
peserta tes berhenti karena pembahasan teoritis yang
tidak kuat atau kelelahan tes bersandar pada teori dan kerangka
dianggap gagal. berpikir yang mendasari penelitian.
e. Penilaian: Waktu yang 1. Ada kontribusi daya ledak
ditempuh dari saat start sampai tungkai terhadap kemampuan
melewati garis finish dicatat lari 100 meter pada
dalam satuan detik sebagai mahasiswa pendidikan
hasil akhir peserta tes. kepelatihan olahraga FIK
UNM.
F. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul melalui Hasil analisis statistik
tes masih merupakan data kasar. menunjukkan bahwa ada kontribusi
Data tersebut selanjutnya dianalisis yang signifikan daya ledak tungkai
dengan menggunakan uji statistik terhadap kemampuan lari 100
korelasional dengan bantuan meter pada mahasiswa Pendidikan
program aplikasi SPSS pada Kepelatihan Olahraga FIK UNM.
notebook. Apabila hasil penelitian dikaitkan
Analisis yang dimaksud dengan teori dan kerangka berpikir
dalam penelitian ini adalah yang mendasarinya, maka pada
analisis deskriptif untuk dasarnya hasil penelitian ini
menggambarkan data apa adanya mendukung dan memperkuat teori
dan analisis inferensial untuk dan hasil-hasil penelitian terdahulu
menguji hipotesis dengan yang sudah ada. Berdasarkan
menggunakan analisis regresi dan beberapa teori yang mengatakan
korelasi. bahwa unsur yang sangat
Sebelum menggunakan rumus dibutuhkan dalam lari sprint ialah
tersebut, maka terlebih dahulu unsur perpaduan antara kekuatan
dilakukan analisis uji normalitas dan kecepatan yang dikenal
pada Kolmogrov-Sminrnov (KS-Z) dengan istilah power (daya ledak),
dengan menggunakan program berikut penjelasan mengenai
aplikasi SPSS versi 22.00 dalam power; (1). Power adalah hasil
notebook. kali antara kekuatan dan kecepatan
(Sukadiyanto, 2005:117). (2).
Individu yang mempunyai power
adalah orang yang memiliki
derajat kekuatan otot yang tinggi,
derajat kecepatan yang tinggi, dan
derajat yang tinggi dalam sehingga penulis dapat
keterampilan menggabungkan menyimpulkan bahwa daya ledak
kecepatan dan kekuatan (Harsono, tungkai mempunyai peranan yang
1988:176). (3). Power adalah sangat penting terhadap
kemampuan otot untuk kemampuan lari 100 meter, sebab
mengerahkan kekuatan maksimal jika didukung faktor-faktor yang
dalam waktu yang sangat cepat mempengaruhi unsur daya ledak
(Tite Juliantine, dkk. 2007:3.21). maka gerakan kemampuan lari
Dari beberapa pendapat diatas, 100 meter dapat dilakukan secara
penulis sangat setuju dengan maksimal dalam waktu yang cepat
beberapa teori yang dijabarkan dan singkat. Dengan demikian ada
diatas, sehingga penulis dapat kontribusi yang signifikan antara
menyimpulkan bahwa power (daya daya ledak tungkai terhadap
ledak) adalah kemampuan kemampuan lari 100 meter pada
seseorang untuk mengeluarkan mahasiswa pendidikan kepelatihan
tenaga otot tungkai dalam waktu olahraga FIK UNM.
yang cepat dan singkat. 2. Ada kontribusi kecepatan
Kemampuan lari 100 meter reaksi kaki terhadap
membutuhkan daya ledak tungkai kemampuan lari 100 meter
yang merupakan komponen fisik pada mahasiswa pendidikan
yang memiliki peranan sangat kepelatihan olahraga FIK
penting. Dalam tes kemampuan UNM.
lari 100 meter dapat tercapai
dengan baik bilamana seorang Hasil analisis statistik
sprinter memiliki daya ledak menunjukkan bahwa ada kontribusi
tungkai yang baik, sebab gerakan yang signifikan kecepatan reaksi
kemampuan lari 100 meter adalah kaki terhadap kemampuan lari 100
kemampuan seseorang untuk belari meter. Apabila hasil penelitian ini
dengan kecepatan penuh sepanjang dikaitkan dengan teori dan
jarak yang harus ditempuh yang kerangka berpikir yang
dimulai dari garis awal lari (start) mendasarinya, maka pada dasarnya
sampai di garis akhir lari (finish). hasil penelitian ini mendukung
Oleh karena itu, daya ledak dan memperkuat teori dan hasil-
tungkai yang dimiliki mahasiswa hasil penelitian terdahulu yang
berdasarkan hasil data penelitian sudah ada. Berdasarkan teori yang
dengan kontribusi atau sumbangsi mengatakan bahwa; kecepatan
55,7% hal ini menunjukkan bahwa reaksi adalah gerakan yang
daya ledak tungkai yang dimiliki dilakukan tubuh untuk menjawab
oleh mahasiswa pendidikan secepatnya sesaat setelah mendapat
kepelatihan olahraga FIK UNM suatu rangsangan. Kecepatan reaksi
angkatan 2018 masih kurang baik adalah kemampuan seseorang
terhadap kemampuan lari 100 dalam menjawab suatu rangsangan
meter serta 44,3% selebihnya dalam waktu yang singkat.
terdapat dikondisi fisik yang lain, Kecepatan reaksi adalah waktu
yang diperlukan untuk memberi kepelatihan olahraga FIK
respon kinetik setelah menerima UNM.
rangsangan. Sehingga penulis
dapat menyimpulkan bahwa Hasil analisis statistik
kecepatan reaksi adalah kecepatan menunjukkan bahwa ada kontribusi
menjawab rangsangan dan yang signifikan daya ledak
kecepatan bergerak setelah adanya tungkai, kecepatan reaksi kaki
rangsangan serta memberikan terhadap kemampuan lari 100
respon kinetik dalam waktu yang meter pada mahasiswa Pendidikan
singkat. Unsur Kecepatan reaksi Kepelatihan Olahraga FIK UNM.
kaki juga mempunyai peranan Apabila hasil penelitian ini
penting terhadap kemampuan lari dikaitkan dengan teori dan
100 meter. Berdasarkan data hasil kerangka berpikir yang
penelitian dengan kontribusi atau mendasarinya, pada dasarnya hasil
sumbangsi 51,7% hal menunjukkan penelitian ini mendukung dan
bahwa kecepatan reaksi kaki yang memperkuat teori yang sudah ada.
dimiliki oleh mahasiswa Daya ledak tungkai dan kecepatan
pendidikan kepelatihan olahraga reaksi kaki adalah Kedua unsur
FIK UNM masih kurang baik fisik yang sangat dibutuhkan
terhadap kemampuan lari 100 dalam lari sprint, sebab dalam lari
meter serta 48,3% selebihnya 100 meter membutuhkan gerakan
terdapat pada kondisi fisik yang yang singkat dalam proses
lain, sehingga penulis dapat pelaksanaannya. Segala sesuatu
menyimpulkan bahwa kecepatan yang dilakukan dengan aktifitas
reaksi kaki juga mempunyai tinggi membutuhkan kondisi fisik
peranan penting terhadap yang baik, dengan demikian
kemampuan lari 100 meter, sebab proses pelaksanaan tes kemampuan
jika didukung faktor-faktor yang lari 100 meter tentunya
mempengaruhi unsur kecepatan membutuhkan komponen fisik
reaksi maka gerakan kemampuan seperti daya ledak tungkai dan
lari 100 meter dapat dilakukan kecepatan reaksi kaki yang baik
secara maksimal dalam waktu untuk membantu gerakan
yang singkat. Dengan demikian kemampuan lari 100 meter.
ada kontribusi yang signifikan Berdasarkan hasil data penelitian
kecepatan reaksi kaki terhadap dengan kontribusi atau sumbangsi
kemampuan lari 100 meter pada 64.5% hal ini menunjukkan bahwa
mahasiswa pendidikan kepelatihan daya ledak tungkai dan kecepatan
olahraga FIK UNM. reaksi kaki yang dimiliki oleh
3. Ada kontribusi daya ledak mahasiswa pendidikan kepelatihan
tungkai dan kecepatan reaki olahraga FIK UNM masih kurang
kaki terhadap kemampuan baik terhadap kemampuan lari 100
lari 100 meter pada meter serta 35,5% selebihnya
mahasiswa pendidikan terdapat pada kondisi fisik yang
lain, sehingga penulis dapat
menyimpulkan bahwa daya ledak 2. Kecepatan reaksi kaki
tungkai dan kecepatan reaksi kaki berkontribusi secara signifikan
mempunyai peranan yang sangat terhadap kemampuan lari 100
penting terhadap kemampuan lari meter pada mahasiswa
100 meter. sebab jika didukung pendidikan kepelatihan olahraga
faktor-faktor yang mempengaruhi FIK UNM.
unsur daya ledak dan kecepatan 3. Daya ledak tungkai dan
reaksi, maka gerakan kemampuan kecepatan reaksi kaki
lari 100 meter akan dilakukan berkontribusi secara signifikan
secara maksimal dalam waktu terhadap kemampuan lari 100
yang sangat cepat dan singkat. meter pada mahasiswa
Dengan demikian ada kontribusi pendidikan kepelatihan olahraga
yang signifikan daya ledak tungkai FIK UNM.
dan kecepatan reaksi kaki terhadap B. Saran
kemampuan lari 100 meter pada Berdasarkan hasil analisis
mahasiswa pendidikan kepelatihan data dan kesimpulan penelitian ini,
olahraga FIK UNM. maka dapat disarankan atau
direkomendasikan beberapa hal
sebagai berikut:
BAB V 1. Kepada pembina atau pelatih
KESIMPULAN DAN SARAN cabang olahraga atletik terutama
Dalam bab ini akan untuk nomor sprint dalam
dikemukakan kesimpulan penelitian meningkatkan kemampuan lari
sebagai tujuan akhir dari suatu 100 meter maka perlu
peneliitian, yang dikemukakan diperhatikan faktor-faktor yang
berdasarkan hasil analisis data dan mempengaruhi unsur daya ledak
pembahasannya. Dari kesimpulan dan unsur kecepatan reaksi
penelitian ini juga akan serta bentuk-bentuk latihan yang
dikemukakan beberapa saran dapat meningkatkan daya ledak
sebagai rekomendasi bagi tungkai dan kecepatan reaksi
penerapan dan pengembangan kaki pada atlet, sebab kedua
melalui hasil penelitian. unsur fisik ini memiliki peranan
A. Kesimpulan yang sangat penting bagi
Berdasarkan analisis data dan sprinter dalam meningkatkan
pembahasannya maka hasil pencapaian prestasinya.
penelitian ini dapat disimpulkan 2. Kepada guru olahraga sebelum
bahwa: melakukan evaluasi terhadap
1. Daya ledak tungkai kemampuan lari 100 meter
berkontribusi secara signifikan kepada siswa/siswi sebaiknya,
terhadap kemampuan lari 100 guru terlebih dahulu
meter pada mahasiswa memberikan teknik-teknik
pendidikan kepelatihan olahraga gerakan kepada siswa/siswi
FIK UNM. yang dapat meningkatkan daya
ledak tungkai dan kecepatan
reaksi kaki agar tes kemampuan Harsono. 1988. Coaching dan
lari 100 meter pada siswa/siswi Aspek-Aspek Psikolgis
dapat dilakukan secara dalam Coaching.
maksimal. Jakarta: CV Tambak
3. Kepada atlet dalam Kusuma.
meningkatkan prestasi Hilman, Nurul Ulfah. 2014.
dibutuhkan latihan yang Skripsi: Hubungan
progresif dan intensif serta Kemampuan Lari
sikap ingin terus belajar dari Kecepatan Maksimal
kesalahan-kesalahan dan berniat dengan Kemampuan
untuk memperbaiki kesalahan Candence pada Atlet
yang dilakukan. Sprint. Bandung: UPI.
4. Bagi mahasiswa yang berminat Khomsin. 2011. Atletik 1. Semarang:
untuk mengadakan penelitian UPT UNNES Press.
lebih lanjut, disarankan agar Kusnanik W, Nining. 2011. Dasar-
dapat melibatkan variabel lain Dasar Fisiologi
dari populasi yang lebih luas. Olahraga. Surabaya:
Unesa University Press.
DAFTAR PUSTAKA Kusumawati, Mia. 2015. Penelitian
Arikunto, Suharsimi. 2006. Pendidikan Penjasorkes. Bandung:
Prosedur Penelitian; Suatu PT Alfabeta.
Pendekatan Praktis. Lumongga, Fitriani. 2004. Sendi
Jakarta; PT. Rineka Cipta. Lutut. Skripsi tidak
Bahagia, Yoyo. 2011. Aletik. diterbitkan. Sumatra
Jakarta. Utara: Fakultas
Berger, R.A. 1982. Applied Kedokteran Universitas
Exercise Physiology. Sumatra Utara.
Philadelphia: Lea & Meidina, Tatiana. 2016. Anatomi
Febier. Fisiologi dan Genetika.
Bompa, Tudor O. 2009. Teori dan Makassar: Badan
Metodologi Kepelatihan, Penerbit UNM.
Terjemahan Johansyah Muhtar, T. 2011. Atletik.
Lubis. Jakarta: Sumedang: Bintang Wali Artika.
Universitas Negeri Mylsidayu, Apta dan Feby
Yogyakarta. Kurniawan. 2015. Ilmu
Ensikplopedia. 2009. Tubuh Kepelatihan Dasar.
Manusia. Penerbit Erlangga. Bandung: Alfabeta.
Nala, N. 1998. Prinsip Pelatihan
Halim, Ichsan Nur. 2011. Tes dan Fisik Olahraga.
Pengukuran Kesegaran Jasmani. Denpasar: Naskah Buku
Makassar: Badan Program Pascasarjana
Penerbit Universitas Negeri Program Studi Fisiologi
Makassar. Olahraga Universitas
Udayana.
Pristiwan, Yunanda. 2016. Skripsi: Tite Juliantine, dkk. 2007. Modul
Pengembangan Sistem Mata Kuliah Teori
Talent Scootingatletik Latihan. Bandung:
Nomor Lari Sprint FPOK UPI.
Berbasis Online. Tudor O. Bompa dan G. Gregory
Medan: Universitas Haff. 2009. Theory and
Negeri Medan. Methodology Of
Purnomo, Eddy. 2007. Pedoman Training: Kendall/hunt
Mengajar Dasar Gerak Atletik. Publishing Company.
Yogyakarta: Universitas Wirasasmita, Ricky. 2014. Ilmu
Negeri Jakarta. Urai Olahraga I. Bandung:
Sajoto, Mochamad. 1988. Alfabeta.
Pembinaan Kondisi Wirasasmita, Ricky. 2014. Ilmu
Fisik dalam Olahraga. Urai Olahraga II. Bandung:
Jakarta: Depdikbud Alfabeta.
Ditjen PT P2LPTK. Sumber lain:
Sajoto, Mochamad. 1995. http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JU
Peningkatan dan R._PEND._OLAHRAGA/194
Pembinaan kekuatan 903161972111OYO_BAHAG
IA/PEMBELAJARAN_ATLE
Kondisi Fisik dalam
TIK_%28BUKU%29.pdf.
Olahraga. Semarang:
Effhar dan Dahara Diakses 30 Desember
Prize. 2018.
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan
Fisiologi untuk Pemula.
Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Sukadiyanto, 1997. Pembinaan
Kondisi Fisik Petenis. Jakarta: PB
PELTI.
Sukadiyanto, 2010. Pengantar
Teori dan Metodologi Melatih
Fisik. Bandung: CV Lubuk
Agung.
Sukadiyanto. 2005. Pengantar
Teori dan Metodologi Melatih
Fisik. Yogyakarta: FIK UNY.
Tangkudung, James. dan
Wahyuningtyas
Puspitorini. 2012.
Kepelatihan Olahraga:
Pembinaan Prestasi
Olahraga Edisi II.
Jakarta: Cerdas Jaya.

Anda mungkin juga menyukai