Anda di halaman 1dari 9

JPOS (Journal Power Of Sports), 1 (2) 2018, (14-22)

Available at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JPOS

Perbedaan pengaruh latihan ladder drill speed run dan ladder drill crossover terhadap
peningkatan kelincahan (agility) siswa Sekolah Dasar Moh. Hatta Kota Malang

Frendy Aru Fantiro


Program Studi PGSD, Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia
Email: frendy_aru@umm.ac.id

Received: 22 Mei 2018. Accepted: 30 Agustus 2018. Published: 30 Agustus 2018

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) pengaruh latihan Ladder Drill Speed
Run terhadap kelincahan (agility); (2) pengaruh latihan Ladder Drill Crossover terhadap
kelincahan (agility); serta (3) perbedaan pengaruh latihan Ladder Drill Speed Run dan Ladder
Drill Crossover terhadap kelincahan (agility);. Sasaran penelitian ini adalah siswa
ekstrakurikuler olahraga SD Moh. Hatta kota malang. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen semu. Hasilnya menunjukkan bahwa: (1)
Terdapat pengaruh yang signifikan program latihan ladder drill Speed Run terhadap
kelincahan (2) Terdapat pengaruh yang signifikan program latihan ladder Drill Crossover
terhadap kelincahan. Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan pada saat test kelincahan pada kelompok eksperimen setelah diberikan latihan.
Selain itu, ditemukan perbedaan pengaruh antara kedua kelompok yang dilihat dari
peningkatan kelincahan melalui uji ANOVA, dimana latihan Ladder Drill Crossover
memberikan pengaruh yang lebih bagus dari latihan Ladder Drill Speed Run.

Kata Kunci: Latihan; ladder drill speed run; ladder drill crossover; kelincahan

Differences in the effect of ladder drill speed run and ladder drill crossover exercises on
increasing agility of elementary school students Moh. Hatta Malang City

Abstract
This study aims to analyze: (1) the effect of the training of Ladder Drill Speed Run on
agility; (2) the effect of the Ladder Drill Crossover exercise on agility; and (3) differences in
the effect of Ladder Drill Speed Run training and Ladder Drill Crossover on agility. The
target of this research is the students of SD elementary school Moh. Hatta Malang City. The
type of research used in this study is quantitative with quasi-experimental methods. The
results showed: (1) There is a significant influence of ladder drill program Speed Run
exercise against agility (2) There is significant influence of ladder drill Crossover drill
program on agility. ased on data analysis, it can be concluded that there was an increase in
agility testing in the experimental group after being given training. In addition, there was a
difference in the effect between the two groups which was seen from the increase in agility

Copyright ©2018 Ilmu Keolahragaan, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2614-459X (Online) & ISSN: 2614-4603 (Print) 14
JPOS (Journal Power Of Sports), 1 (2) 2018, (14-22)
Available at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JPOS
Frendy Aru Fantiro

through ANOVA test, where the Ladder Drill Crossover exercise gave a better effect than the
Ladder Drill Speed Run exercise. Crossover exercise gives a better influence from the Ladder
Drill Speed Run exercise.

Key Words: Exercise; ladder drill speed run; ladder drill crossover; agility.

How To Cite : Fantiro, F. A. (2018). Perbedaan pengaruh latihan ladder drill speed run
to APA Style dan ladder drill crossover terhadap peningkatan kelincahan (agility)
siswa Sekolah Dasar Moh. Hatta Kota Malang. JPOS (Journal Power Of
Sports), 1 (2), 14-22.

PENDAHULUAN mendukung kelicahan yang dimiliki


seseorang. Lutan (tanpa judul: 116),
Kebugaran jasmani mempunyai arti
penting dalam proses pembelajaran pendidikan mengungkapkan bahwa kelincahan
jasmani siswa sekolah dasar, antara lain berkaitan erat dengan tingkat kelentukan,
dapat meningkatkan fungsi organ tubuh, tanpa kelentukan yang baik seseorang
sosial emosional, sportifitas, dan semangat tidak dapat bergerak dengan lincah, selain
berkompetisi. Tingkat kebugaran jasmani itu faktor keseimbangan sangat
yang tinggi dapat membantu siswa untuk berpengaruh terhadap kemampuan
melakukan aktivitas sehari-hari dalam kelincahan seseorang.dari semakin banyak
kurun waktu yang lebih lama. Seperti yang jasa yang menawarkan fasilitas futsal
di ungkapkan Suharjana (2008:5) bahwa: untuk mengadakan kejuaraan-kejuaraan
“Kebugaran jasmani pada hakikatnya futsal ditingkat Sekolah Menengah.
adalan kemampuan tubuh seseorang untuk Ladder drill merupakan suatu bentuk
melakukan aktivitas sehari-hari sesuai latihan untuk meningkatkan kelincahan
pekerjaan tanpa timbul kelelahan (agility), kecepatan (speed), koordinasi
berlebihan, sehingga masih dapa (coordination) kaki secara kesuluruhan
menikmati waktu luang”. (Tsivkin, 2011). Sedangkan menurut
Mengingat pentingnya kebugaran Schirm (2011) pelatihan ladder drill
jasmani dalam pembelajaran pendidikan dilakukan menggunakan alat fitnes berupa
jasmani di sekolah, beberapa kemampuan tangga kelincahan yang digunakan atlet
yang harus dimiliki seorang guru untuk berlari, meloncat dan melompat
pendidikan jasmani yaitu mampu membuat dengan pergerakan kaki yang cepat
perencanaan program latihan yang baik, melewati tangga kelincahan sehingga
mampu menyajikan program latihan secara dapat membantu meningkatkan kelincahan
tepat, seperti yang diungkapkan, (agility) dan kecepatan (speed) dari atlet
Tangkudung (2012:42), bahwa: “Program yang berlatih.
latihan adalah seperangkat kegiatan dalam Berdasarkan pretest dan wawancara
berlatih yang teratur sedemikian rupa yang dilakukan peneliti terhadap pelatih
sehingga dapat dilaksanakan oleh siswa pada tanggal 20 februari 2018 disimpulkan
pelajar/atlet, baik mengenai jumlah beban bahwa rata-rata hasil tes kelincahan siswa
latihan maupun intensitas latihan”. Hal ini ekstrakurikuler olahraga SD Moh. Hatta
sangatlah penting agar tujuan latihan dapat kota malang adalah 11,5 detik, hal ini
tercapai secara dapat disimpulkan perlu diadakannya
Kelincahan (agility) adalah program latihan tambahan yang ditujukan
kemampuan untuk mengubah gerakan pada peningkatan kelincahan. Hal itu
secara cepat dan tepat ketika sedang terlihat pada saat latihan aspek kelincahan
bergerak tanpa kehilangan keseimbangan. yang dimiliki siswa ekstrakurikuler
Kecepatan, koordinasi, kelentukan dan olahraga SD Moh. Hatta Kota Malang
keseimbangan yang baik juga sangat kurang maksimal.

15 Copyright ©2018 Ilmu Keolahragaan, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2614-459X (Online) & ISSN: 2614-4603 (Print)
JPOS (Journal Power Of Sports), 1 (2) 2018, (14-22)
Available at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JPOS
Frendy Aru Fantiro

Berdasarkan hasil pretest dan secara umum banyak yang menggunakan


wawancara tersebut, peneliti memberikan aktivitas jasmani yang tidak jauh berbeda.
alternatif latihan yang bertujuan untuk Komponen tersebut yaitu komponen
peningkatan kondisi fisik secara khusus biomotor memiliki keterkaitan atara yang
dalam meningkatkan kelincahan pada satu dengan lainnya. Hal tersebut penting
siswa ekstrakurikuler olahraga SD Moh. dalam membentuk suatu komponen
Hatta kota malang. Sehingga pada kondisi fisik yang lebih baik yang sesuai
kesempatan ini penulis tertarik untuk dengan kebutuhan dari suatu gerakan yang
meneliti ”Perbedaan Pengaruh Latihan akan dilakukan. Komponen teori dan
Ladder drill Speed Run dan Ladder Drill metodologi saling terintegrasi.
Crossover terhadap Kelincahan”. Seorang pelatih memiliki wewenang
untuk memilih dan memutuskan tentang
Sukses pada setiap pertandingan program latihan untuk meningkatkan
adalah hasil dari perencanaan, kerja keras, kemampuan kondisi fisik atletnya untuk
komitmen, disertai dengan latihan yang mencapai prestasi yang diinginkan.
terprogram. Latihan bisa didefinisikan Program latihan yang disusun pelatih
suatu kegiatan yang dilaksanakan secara berperan penting dalam peningkatan
sistematis yang dilakukan secara bertahap kemampuan kondisi fisik atlet. Program
serta berulang-ulang yang semakin hari pelatihan fisik haruslah direncanakan
akan semakin ditingkatkan beban latihan secara baik dan sitematis dan ditujukan
atau pekerjaannya (Harsono, 1991:90). untuk meningkatkan kebugaran jasmani
Kegiatan yang sistematis adalah suatu dan kemampuan fungsional dari sistem
kegiatan atau aktivitas yang sudah tubuh, sehingga dengan demikian
terencana sesuai dengan jadwal atau memungkinkan atlet untuk mencapai
program, berdasarkan pola serta sistem prestasi yang lebih baik.
tertentu, metode, dimulai dari mudah ke Menurut Bucher (2009: 260),
sukar, latihan yang dilaksanakan secara kecepatan (speed) merupakan salah faktor
teratur, kemudian dari aktivitas yang bagian penting dalam olahraga. Kecepatan
sederhana ke aktivitas yang lebih (speed) adalah kemampuan melakukan
kompleks. gerakan-gerakan yang sama secara
berulang-ulang dalam waktu yang
Pelatihan merupakan suatu proses sesingkat-singkatnya atau kemampuan
penyempurnaan kemampuan berolahraga untuk menempuh suatu jarak dalam waktu
dengan pendekatan ilmiah, memakai yang sesingkat-singkatnya (Harsono,
prinsip pendidikan yang terencana dan 1988: 216). Kecepatan (speed) adalah
teratur sehingga dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk bergerak
kesiapan dan kemampuan olahragawan secara berkesinambungan, dalam bentuk
(Sukadiyanto dan Muluk, 2011:6). Jadi yang sama waktu yang sesingkat-
dapat didefinisikan latihan yaitu proses singkatnya. Sukadiyanto dan Muluk (2011:
yang sudah terorganisir dimana tubuh dan 116) berpendapat bahwa kecepatan
pikiran terus-menerus dihadapkan pada merupakan kemampuan otot untuk
tekanan dari berbagai volume (kuantitas) menjawab rangsangan dalam waktu
dan intensitas (Bompa dan Half sesingkat atau secepat mungkin.
(2009:10). Kelincahan (agility) merupakan
Komponen-komponen kondisi fisik suatu kemampuan untuk mengubah arah
dalam kesatuan utuh yang tidak dapat gerakan badan tanpa kehilangan
dipisahkan, baik dalam hal peningkatan keseimbangan. Kecepatan, koordinasi,
maupun pemeliharaannya disebut sebagai kelentukan dan keseimbangan merupakan
kemampuan kondisi fisik. Komponen faktor pendukung dari kelincahan. Lutan
kondisi fisik dalam setiap cabang olahraga (tanpa judul: 116), mengungkapkan bahwa

Copyright ©2018 Ilmu Keolahragaan, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2614-459X (Online) & ISSN: 2614-4603 (Print) 16
JPOS (Journal Power Of Sports), 1 (2) 2018, (14-22)
Available at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JPOS
Frendy Aru Fantiro

kelincahan berkaitan erat dengan tingkat Terjadi peningkatan tingkah laku dalam
kelentukan, tanpa kelentukan yang baik menghadapi lingkungan sosial maupun
seseorang tidak dapat bergerak dengan non sosial pada masa tersebut. Siswa pada
lincah, selain itu faktor keseimbangan bangku kelas 4 SD mulai memiliki rasa
sangat berpengaruh terhadap kemampuan toleransi serta memiliki tingkat kerja sama
kelincahan seseorang. yang lebih baik dibanding tingkatan
sebelumnya, tidak menutup kemungkinan
1. Ladder Drill
pada fase ini mereka mulai menunjukkan
Ladder drill merupakan suatu sikap seperti remaja pada fase permulaan
latihan untuk meningkatkan kelincahan remaja atau pubertas.
(agility), kecepatan (speed), koordinasi Piaget menjelaskan bahwa terdapat 5
(coordination) kaki secara kesuluruhan faktor yang dapat mempengaruhi
(Tsivkin, 2011). Sedangkan menurut perkembangan intelektual yaitu: (a)
Schirm (2011), pelatihan ladder drill tingkat kedewasaan (maturation), (b)
dengan menggunakan sebuah alat fitness pengalaman yang dialami melalui aktifitas
berupa tangga dimana nantinya atlet fisik (physical experience), (c)
berlari, meloncat dan melompat dengan pembelajaran tentang logika matematika
pergerakan kaki dengan cepat melewati (logical mathematical experience), (d)
tangga tersebut sehingga dapat membantu transmisi sosial (social transmission), (e)
mengembangkan kelincahan (agility) dan proses keseimbangan (equilibrium) atau
kecepatan (speed). proses pengaturan sendiri (self-
2. Karakteristik Anak SD regulation). Menurut Erikson, anak usia
sekolah dasar memiliki ketertarikan yang
Siswa sekolah dasar memiliki cukup tinggi terhadap pencapaian hasil
karakter utama yaitu mulai menunjukan belajar yang dilakukannya.
berbagai perbedaan individual dari Tingkat rasa percaya diri mulai
bebagai segi dan bidang, antara lain: (a) bertambah seiring proses tersebut di atas.
perbedaan intelegensi, (b) kemampuan Tetapi dalam perjalanannya dibutuhkan
kognitif dan bahasa, (c) perkembangan suatu keseimbangan antara perasaan dan
kepribadian dan perkembangan fisik anak. kemampuan dengan kenyataan yang dapat
Erikson menjelaskan mengenai diraih oleh anak, tetapi perasaan apabila
perkembangan psikososial anak usia 6 mengalami kegagalan atau ketidak
tahun sampai 14 tahun atau pada masa mampuan dalam menguasai suatu
anak hingga puber awal, anak memasuki keterampilan dapat menimbulkan perasaan
fase dengan konsep pengetahuan yang negatif terhadap dirinya sendiri. Kejadian
lebih luas. Tahapa ini merupakan fase tersebut tentunya dapat berdampak pada
yang penting, karena anak mulai masuk troses belajar mengajar, yang tentunya
sekolah. Di jenjang sekolah anak mulai akan menjadi sesuatu yang mengambat
dihadapkan dengan wawasan mengenai proses belajar mengajar. Menurut Piaget
tekhnologi, masyarakat, hal tersebut perkembangan intelektual yang dilalui
menunjukkan bahwa proses belajar yang anak dibagi menjadi beberapa tahap
dilakukan tidak hanya terjadi di sekolah sebagai berikut: (a) tahapan sensorik
saja. motor pada umur 0-2 tahun, (b) tahap
Thornburg (1982) menjelaskan, anak operasional pada umur 2-6 tahun, (c) tahap
pada jenjang sekolah dasar sedang berada opersional kongkrit pada umur 7-11 atau
pada fase perkembangan serta memiliki 12 tahun, (d) tahap operasional formal
rasa keberanian yang cukup tinggi. Anak umur 11 atau 12 tahun ke atas.
yang berada mada jenjang sekolah dasar Menurut penjelasan tersebut, siswa
sedang berada dalam masa perubahan fisik pada jenjang sekolah dasar sedang ada
maupun mental mengarah yang lebih baik. pada tahapan operasional kongkrit. Tahap

17 Copyright ©2018 Ilmu Keolahragaan, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2614-459X (Online) & ISSN: 2614-4603 (Print)
JPOS (Journal Power Of Sports), 1 (2) 2018, (14-22)
Available at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JPOS
Frendy Aru Fantiro

ini merupakan proses anak sehingga terjadi berbagai variasi tingkat


mengembangkan pola pemikiran yang pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut.
logis yang artinya anak mampu berpikir Hal tersebut merupakan faktor yang
logis, tetapi masih terbatas pada objek- menimbulkan adanya perbedaan
objek kongkrit, dan dapat melakukan individual pada anak-anak sekolah dasar
konservasi. walaupun mereka dalam usia yang sama.
Perkembangan intelektual serta Sesuai dengan karakteristik anak
perkembangan psikososial dari siswa sebagai siswa sekolah dasar yang telah
sekolah dasar dapat mencerminkan bahwa diuraikan tersebut, maka guru diharapkan
mereka memiliki suatu karakteristik dapat mengemas perencanaan dan
tersendiri. Selain itu, proses berfikir dari pengalaman belajar yang akan diberikan
anak sekolah dasar belum dapat terpisah kepada siswa dengan baik serta dapat
dari berbagai macam hal yang bersifat memberikan gambaran mengenai materi
konkrit atau faktual. Perkembangan yang disampaikan berkaitan dengan
psikososial pada anak usia sekolah dasar aktifitas sehari-hari sehingga materi
masih didasarkan pada suatu prinsip yang pelajaran yang dipelajari benar-banar
sama, karena mereka tidak dapat terasa nyata dan dapat lebih mudah
dipisahkan dari suatu hal yang dapat dipahami. Guru juga diharapkan dapat
diamati karena pada fase ini mereka membuat siswa aktif dalam proses belajar
dihadapkan pada dunia pengetahuan. mengajar agar prosesnya tidah hanya
Anak mulai masuk sekolah umum berjalan satu arah saja.
pada usia ini, untuk melaksanakan proses
METODE PENELITIAN
belajar yang tidak hanya terjadi di
lingkungan sekolah. Alasannya karena Penelitian ini menggunakan metode
mereka mulai dikenalkan pada dunia nyata penelitian quasi experiment. Sedangkan
di dalam lingkungan masyarakat. Nasution rancangan penelitiannya menggunakan
(1992) mengatakan, ketika anak berada tekhnik matching only design. Kriteria dari
pada masa kelas tinggi sekolah dasar, subjek penelitian yang memiliki
mereka memiliki suatu ciri khas, antara kemampuan tidak sama sehingga
lain berikut: (a) memiliki minat terhadap pembagian kelompok sampel penelitian
sesuatu yang praktis dalam kehidupan tidak secara random, tetapi menggunakan
yang konkrit, (b) berpikir realistis, teknik ordinal pairing, menjadi landasan
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan dari rancangan penelitian dengan teknik
ingin belajar, (c) memasuki masa akhir tekhnik matching only design.
fase ini mulai ada ketertarikan terhadap Subjek penelitian dalam penelitian
berbagai hal dan menyenangi mata ini adalah siswa ekstrakurikuler olahraga
pelajaran tertentu, (4) berusaha SD Moh. Hatta Kota Malang yang
menyelesaikan tugasnya sendiri, (5) berjumlah 22 orang dibagi menjadi 2
menganggap nilai atau angka rapor kelompok, yaitu kelompok eksperimen 1
parameter prestasi sekolah, (6) senang dan kelompok eksperimen 2. Teknik yang
bemaian dengan teman yang sebaya setera digunakan untuk membagi kelompok
bermain secara bekelompok. tersebut adalat teknik ordinal pairing, hal
Darmodjo (1992) menjelaskan tersebut bertujuan agar setiap kelompok
bahwa anak pada usia sekolah dasar memiliki kualitas kemampuan yang sama
merupakan fase dimana mereka sedang rata.
mengalami masa pertumbuhan, antara Dua kelompok tersebut yaitu
lain: pertumbuhan intelektual, emosional, kelompok eksperimen 1 diberikan
serta pertumbuhan badaniyah, di mana perlakuan berupa pelatihan ladder drill
kecepatan pertumbuhan anak pada Speed Run dan kelompok eksperimen 2
masing-masing aspek tersebut tidak sama,

Copyright ©2018 Ilmu Keolahragaan, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2614-459X (Online) & ISSN: 2614-4603 (Print) 18
JPOS (Journal Power Of Sports), 1 (2) 2018, (14-22)
Available at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JPOS
Frendy Aru Fantiro

diberikan perlakuan berupa pelatihan 2. Deskripsi Data Kelompok Laddder


laddder drill crossover. Drill Crossover
Penelitian dilaksanakan di SD. Moh. Dari data hasil tes kelincahan,
Hatta Kota Malang penelitian ini dimana pada tes awal kelompok laddder
dilaksanakan 10 minggu dengan rincian, drill crossover memiliki rerata 11,03 detik
mengadakan persiapan tes awal (pre-test) sedangkan pada tes akhir rereta menurun
selama 1 minggu, pemberian perlakuan menjadi 10,69 detik. Hal ini menunjukkan
atau treatment dilakukan selama 8 minggu, perbedaan rerata sebesar 0,34 detik pada
kemudian minggu terakhir dilakukan post- kelompok laddder drill crossover.
test untuk mengetahui hasil setelah Berdasarkan data hasil tes awal dan tes
menjalani perlakuan atau treatment. akhir kelincahan kelompok laddder drill
Instrument penelitian adalah alat crossover dapat disimpulkan bahwa dapat
ukur yang digunakan dalam pengumpulan meningkatkan kelincahan.
data (Maksum, 2011: 111). Adapun alat
ukur tes yang digunakan dalam melakukan Syarat Uji Hipotesis
pre-test dan post-test adalah dengan 1. Uji Normalitas Data
menggunakan instrumen tes agility t-test
untuk mengukur hasil kelincahan (agility). Berdasarkan hasil uji normalitas one-
(Kemenegpora: 2005: 29-30). sample kolmogorov-smirnov test
Analisis statistik yang digunakan menunjukkan bahwa keseluruhan data dari
pada ladder speed run dan shuttle run tes awal dan tes akhir kedua variabel
terhadap kecepatan dan kelincahan terikat yaitu kelincahan berdistribusi
menggunakan uji-t paired sample test, nomal, dikarenakan signifikansi (p) dari
keputusan penolakan hipotesis pada α = masing-masing kelompok menunjukkan p
0,05. Pengujian hipotesis 3 dan 4 yang > 0,05 yang mengakibatkan H0 diterima,
mencari perbedaan pengaruh variabel sehingga dapat disimpulkan bahwa data
bebas terhadap variabel terikat diambil dari populasi yang berdistribusi
menggunakan multivariate analisis of normal.
varians (Manova) dengan taraf signifikansi 2. Uji Homogenitas Data
5%, karena yang dibandingkan lebih dari
dua sampel. Uji homogenitas dilakukan untuk
mengetahui bahwa populasi yang dijadikan
subjek penelitian memiliki varians yang
HASIL DAN PEMBAHASAN sama (homogen). Uji homogenitas yang
1. Deskripsi Data Kelompok Ladder dilakukan menggunakan aplikasi SPSS 20
drill Speed Run yaitu uji homogenitas levene’s test.
Berdasarkan hasil uji homogenitas
Data dari hasil tes kelincahan, levene’s test menunjukkan bahwa
dimana pada tes awal kelompok Ladder keseluruhan data dari tes awal dan tes
drill speed run memiliki rerata 11,22 detik akhir kedua variabel terikat yaitu
sedangkan pada tes akhir rerata menurun kecepatan dan kelincahan memiliki varians
menjadi 11,00 detik. Hal ini menunjukkan yang homogen. Hal ini dikarenakan
perbedaan rerata dengan selisih 0,22 detik signifikansi (p) dari masing-masing
pada kelompok ladder drill speed run kelompok menunjukkan p > 0,05 yang
setelah diberi perlakuan selama 8 minggu. mengakibatkan H0 diterima, sehingga
Berdasarkan data hasil tes awal dan tes dapat disimpulkan bahwa varians pada tiap
akhir kelincahan kelompok ladder drill kelompok adalah sama atau homogen.
speeed run dapat disimpulkan dapat
meningkatkan kelincahan.

19 Copyright ©2018 Ilmu Keolahragaan, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2614-459X (Online) & ISSN: 2614-4603 (Print)
JPOS (Journal Power Of Sports), 1 (2) 2018, (14-22)
Available at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JPOS
Frendy Aru Fantiro

Uji Hipotesis terhadap latihan ladder drill speed run dan


ladder drill crossover. Berarti latihan
1. Paired T-Test
ladder drill crossover lebih baik terhadap
Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kelincahan dibandingkan
pengaruh latihan ladder drill speed run dengan latihan ladder drill speed run.
dan ladder drill crossover terhadap
kelincahan maka harus dapat Latihan Ladder drill speed run
membandingkan hasil tes awal dan tes Dilihat dari perhitungan „mean‟
akhir pada setiap kelompok, maka didapatkan bahwa hasil rerata kecepatan
dilakukan uji-t yang dalam aplikasi SPSS dan kelincahan otot tungkai setelah
20 disebut sebagai paired t-test. mendapatkan latihan ladder drill speed run
menunjukkan tingkat signifikansi dari meningkat. Setelah dilakukan uji
variabel kelincahan sama-sama 0,124, signifikan ternyata hasilnya adalah
dengan kata lain p < 0,05 yang bermakna signifikan, hal ini dapat dikatakan bahwa
ada perbedaan antara tes awal dan tes akhir pemberian latihan ladder drill speed run
pada variabel kelincahan. Peningkatan benar-benar berpengaruh positif terhadap
kelincahan dilihat dari t-hitung pada peningkatan kelincahan. Hasil tersebut
variabel kelicahan sebesar 1,681. Dapat memberikan bukti nyata bahwa ladder
disimpulkan bahwa latihan ladder drill drill speed run merupakan salah satu
speed run berpengaruh terhadap bentuk latihan dengan fokus peningkatan
peningkatan kelincahan. kelincahan ternyata dapat berpengaruh
Berdasarkan hasil t hitung tingkat lebih besar pada siswa esktrakurikuler
signifikansi dari variabel kelincahan 0,013 olahraga SD Moh. Hatta Kota Malang.
dengan kata lain p < 0,05 yang bermakna
Latihan Kelompok Laddder Drill
ada perbedaan antara tes awal dan tes akhir
Crossover
pada variabel kelincahan. Peningkatan
kelincahan dilihat dari t-hitung pada Dilihat dari perhitungan „mean‟
variabel kelicahan sebesar 3,014. Dapat ditemukan bahwa hasil rerata kelincahan
disimpulkan bahwa latihan ladder drill otot tungkai setelah mendapatkan latihan
crossover berpengaruh terhadap laddder drill crossover meningkat. Setelah
peningkatan kelincahan. Selanjutnya dilakukan uji signifikansi ternyata hasilnya
perbandingan t-hitung dan siginifikansi adalah signifikan, hal ini dapat dikatakan
pada setiap kelompok. bahwa pemberian latihan laddder drill
crossover benar-benar berpengaruh positif
2. Analisis Varian (ANOVA) Satu
terhadap peningkatan kelincahan. Hasil
Jalan
tersebut memberikan bukti nyata bahwa
Untuk mengetahui tingkat laddder drill crossover merupakan salah
signifikansi perbedaan maka perlu satu bentuk latihan dengan fokus
dilakukan uji Analisis Varian. Terkait peningkatan kelincahan ternyata dapat
dengan tujuan uji persyaratan (uji berpengaruh pada kelincahan siswa
normalitas dan uji homogenitas) yang esktrakurikuler olahraga SD Moh. Hatta
diperlukan dalam teknik analisis varian Kota Malang
terpenenuhi, maka data yang terkumpul
Perbandingan Latihan Ladder Drill
dianalisis dengan teknik analisis varian
Crossover dan Shuttle Run
satu jalan. Ringkasan hasil analisis varian
(ANOVA) Proses latihan ladder drill speed run
Dari hasil uji analisis varian dan ladder drill crossover dilakukan
diperoleh Fhit. 1,457 > Ftab. 0,05 sebesar dengan proses berlari melewati tangga
1,054. Oleh karena Fhit. > Ftab.α 0.05, ladder drill. Berdasakan hasil upengujian
berarti terdapat peningkatan kelincahan taraf signifikansi menggunakan post hoc

Copyright ©2018 Ilmu Keolahragaan, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2614-459X (Online) & ISSN: 2614-4603 (Print) 20
JPOS (Journal Power Of Sports), 1 (2) 2018, (14-22)
Available at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JPOS
Frendy Aru Fantiro

test menunjukan tidak ada perbedaan DAFTAR PUSTAKA


pengaruh yang signifikan dari hasil Asdep PTPK, Kemenegpora. (2007).
pemberian latihan ladder drill speed run Pelatihan Pelatih Fisik Level 1.
dan ladder drill crossover terhadap Jakarta: Kemenegpora.
kelincahan siswa esktrakurikuler olahraga
SD Moh. Hatta Kota Malang. Ambarukmi, D.H., Pasumey, P., Sidik,
Hal ini sejalan dengan yang D.Z., Irianto, J.P., Dewanti, R.A.,
dikatakan (Sukadiyanto dan Muluk Sunyoto.,Sulistiyanto, D.
2011:116) yaitu dalam membahas unsur danHarahap, Y. (2007). Pelatihan
kecepatan selalu berpijak pada konsep Pelatih Fisik Level 1. Jakarta:
dasarnya, yaitu: perbandingan antara Kemenegpora.
waktu dan jarak, sehingga kecepatan selalu
berkaitan dengan waktu reaksi, frekuensi Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian,
gerak per unit waktu, dan kecepatan Jakarta: PT. Renika Cipta.
menempuh jarak tertentu (kecepatan
gerak). Artinya, agar dapat bergerak cepat Bompa, T . O. (1999). Periodezation
bergantung dari kecepatan reaksi awal Training for Sport. United State of
gerak, kemampuan tubuh menempuh jarak America: Human Kinetic.
dalam waktu tertentu, serta frekuensi
langkah larinya Bompa, T . O (2000). “Total Training for
Dengan demikian disimpulkan Young Champions”. United State
bahwa pelatihan ladder drill speed run dan of America: Human Kinetic.
ladder drill crossover merupakan pelatihan
yang efektif untuk meningkatkan
Bompa, T. O. & Haff, G. (2009).
kelincahan, sehingga dapat dijadikan Periodization Theory and
sebagai suatu acuan pada latihan-latihan Methology of Training (Fifth
untuk meningkatkan kelincahan pada edition). United State of America:
seluruh cabang olahraga yang Human Kinetic.
menggunakan aspek kelincahan.
KESIMPULAN Brown, L.E. and Ferrigno, V.A. (2005).
Training for Seed, Agility, and
Berdasarkan pembahasan yang
Quickness. Unites States: Human
diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat
Kinetics.
ditarik kesimpulan penelitian sebagai
berikut:
Brown, L.E. (2000). “Development of
1. Terdapat pengaruh yang signifikan
Speed, Agility, and Quikness for
program latihan ladder dril speed run
terhadap kelincahan. The Female Soccer Athelete”.
Journal Strength and Conditioning
2. Terdapat pengaruh yang signifikan
Association. Vol 33 No 1.pp. 9-12
program latihan ladder drill crossover
terhadap kelincahan.
Bloomfield, J., Polman, R., Donoghue, P
1. Terdapat perbedaan pengaruh antara
.O., and McNaughton, L. (2007).
latihan ladder drill speed run dan
“Effective Speed and Agility
ladder drill crossover terhadap
Conditioning Methodology for
kelincahan. Sehingga dapat
Random Intermittent Dynamic
disimpulkan bahwa latihan ladder drill
Type Sport”. Journal of
crossover memberikan pengaruh lebih
Strengthand Conditioning
baik dari latihan ladder drill speed run
Reseacrh, 2007, 21(4), 1093-1100.
terhadap peningkatan kelincahan.

21 Copyright ©2018 Ilmu Keolahragaan, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2614-459X (Online) & ISSN: 2614-4603 (Print)
JPOS (Journal Power Of Sports), 1 (2) 2018, (14-22)
Available at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JPOS
Frendy Aru Fantiro

Effendi, D.I. (2014). Pengaruh Latihan Strength and Condotioning Journal.


Ladder Drill Latterals dan Ladder Vol. 31 No. 3 October. pp. 73-78
Drill Crossover Terhadap
Kelincahan. Tesis Magister Islam., Nazrul, M., dkk (2013). “Effects of
Pendidikan Olahraga, Universitas Harness Running, Sand Running,
Negeri Surabaya. Weight – Jacket, Running and
Weight Training. Journal of Sports
Gambetta, V. (1996). In a blur: How to and Physical Education (IOSR-
develop sport-specific speed. Sport JSPE) e-ISSN: 2347-6745, p-ISSN
Coach, 19 (3) 22-24. Volume 1, Issue 2 (Nov. – Dec.
2013)
Gevat, C. Taskin, H. Arslan, F. Larion, A.
And Stanculescul G. (2012). The Johnson, P., Bujjibabu, M. (2012). “Effect
Effect of 8-week Speed Training of Plyometric and Speed Agility
Program On The Acceleration and Quikness (SAQ) on Speed and
Agility and Maximun Speed Agility of Male Football Players”.
Running Coll. Antropol. 36 (2012) Asian Journal of Physical
3: 951-958. Education and Computer Science
in Sport. Vol. 7 No. 1, pp. 26-30.
Gunarsa, S. D. (2004). Psikologi Olahraga
Prestasi. Jakarta: Gunung Mulia Jovanovic, M., Sporis, G., Omrcen, D.,
and Fiorentini, F. (2011).“ Effect of
Hermanu, Entang. (2010). Jurnal Speed, Agility, Quickness Training
Kepelatihan Olahraga. Bandung: Method on Power Performance in
Universitas Pendidikan Indonesia. Elite Soccer Players”. Journal of
Strength nd Conditiong Research.
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek- Vol 25 No. 5.pp. 1285-1292.
aspek Psikologi dalam Coaching.
Jakarta: Dirjen Dikti Proyek Kanca, I Nyoman. (2006). Buku Ajar.
Pengembangan Lembaga Metoodologi Penekitian
Pendidikan Tenaga Kependidikan. Keolahragaan Singaraja :
Universitas Ganesha.
Harsono. (2001). Latihan Kondisi Fisik.
Bandung : sekolah Pasca Sarjana
Program Magister Universitas
Pendidikan Indonesia

Harsono. (2007). Teori dan metodologi


pelatihan. Bandung : sekolah Pasca
Sarjana Program Magister
Universitas Pendidikan Indonesia

Hartono, S. (2007). “Anatomi Dasar dan


Kinesiologi”.Unesa University
Press.

Holmbreg, P. H. (2009). “Agility Training


for Experinced Athletes: A
Dynamical System Approach‟.

Copyright ©2018 Ilmu Keolahragaan, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2614-459X (Online) & ISSN: 2614-4603 (Print) 22

Anda mungkin juga menyukai