Anda di halaman 1dari 11

PERBEDAAN PENGARUH “LATIHAN KONVESIONAL DAN KIDS ATHLETICS ”

TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ATLET ATLETIK KOTA KEDIRI


USIA 11-12 TAHUN

E-Journal

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan


Universitas Negeri Yogyakarta untuk
Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana

Disusun Oleh :
Eka Cahaya Ningrum
NIM. 14602241007

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
Perbedaan Pengaruh Latihan. . . (Eka Cahaya Ningrum) 1

PERBEDAAN PENGARUH “LATIHAN KONVESIONAL DAN KIDS ATHLETICS”


TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ATLET ATLETIK KOTA KEDIRI USIA
11-12 TAHUN

THE EFFECT DIFFERENCES BETWEEN “CONVENTIONAL TRAINING AND KIDS


ATHLETICS” TOWARD ATHLETIC ATHLETES’ GROSS MOTOR SKILL IN KEDIRI OF
AGE 11-12 YEARS OLD

Oleh : eka cahaya ningrum, pko, fik uny


Email : ekacahaya33@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh Latihan Konvesional dan Kids
Athletics terhadap kemampuan motorik kasar atlet Atletik usia 11-12 tahun. Penelitian ini
menggunakan metode Penelitian Experimental. Designs yang digunakan adalah Two Groups Pretest-
Possttest. Dengan membagi sampel penelitian menjadi 2 kelompok sampel, yaitu kelompok
eksperimen diberi perlakuan dengan penerapan model Kids Athletics dan kelompok Latihan
Konvesional yang berlatih seperti biasa di Klubnya bersama pelatih.
Teknik pengambilan sampel dengan metode Purposive Sampling. Subjek penelitian berjumlah
18 atlet. Instrumen dalam penelitian ini, yaitu: (1) Lari 30 meter (2) Socken Depan (3) Standing Broad
Jump. Teknik analisis data menggunakan uji hipotesis dengan analisis uji t (paired sample t test).
Hasil analisis uji t paired sampel t test pada kelompok Kids Athletics dan kelompok latihan
konvesional diperoleh nilai-nilai t hitung > t table, dapat disimpulkan ada pengaruh latihan dari kedua
variabel. Perbedaan pengaruh dari kedua variabel dapat diketahui dari Persetase peningkatan.
Kelompok Kids Athletics rata-rata persentase peningkatan 12,25 sedangkan kelompok Latihan
Konvesional 6,86. Hasil yang diperoleh kelompok Kids Athletics mempunyai persentase peningkatan
yang lebih baik dibandingkan kelompok Latihan Konvesional terhadap kemampuan motorik kasar
atlet Atletik usia 11-12 tahun.
Kata kunci: Latihan Konvesional, Kids Athletics, Motorik Kasar.

Abstract
The aim of this research was to identify the effect differences between Conventional Training
and Kids Athletics toward athletic athletes‟ gross motor skill of age 11-12 years old. This research was
an experimental research. Two Groups Pretest-Posttest were used as the research designs. The sample
of this research was divided into two groups, (1) the experimental group who got treated by using Kids
Athletics model and (2) the conventional training group who practiced as usual with their coach.
Purposive Sampling was used as the data collection technique. There were 18 athletes as the
research subject. The data instrument of this research were (1) Run 30 meters (2) Forward Socken and
(3) Standing Broad Jump. Hypothesis Testing and Paired Sample T-Test were used as the data
analysis technique.
The result of the Paired Sample T-Test in Kids Athletics Group and Conventional Training
Group is t hitung > t table, this can be concluded that there is an effect of training from both variables. The
differences in the effects of both variables can be determined from the percentage increase. The
differences in the effects of both variables can be determined from the percentage increase. Kids
Athletics group‟s mean has 12,25 percentage increase, while conventional training group gets 6,86.
The final result of the whole test shows that Kids Athletics Group has a higher percentage increase
than Conventional Training Group toward athletic athletes‟ gross motor ability of age 11-12 years old.
Keywords: Conventional Training, Kids Athletics, Gross Motor Ability.
Perbedaan Pengaruh Latihan. . . (Eka Cahaya Ningrum) 2

PENDAHULUAN dikhawatirkan akan terjadi spesalisasi dini.


Aktivitas gerak fisik anak dipengaruhi Spesalisasi dini dampaknya tidak baik untuk
pula oleh kemampuan motorik yang tumbuh kembang anak dan prestasi atlet
dimilikinya. Seperti yang dijelaskan oleh jangka panjang karena hanya melihat satu
Toho Cholik Mutohir (2004:47) bahwa potensi anak. Anak terlihat memiliki kekuatan
kemampuan motorik merupakan kualitas tungkai yang menurut pelatih bagus kemudian
kemampuan seseorang yang dapat langsung diarahkan menjadi atlet lompat jauh,
mempermudah dalam melakukan tidak melihat tahap pembinaan dan aspek-
keterampilan gerak, disamping itu aspek pendukung yang mendukung potensi
kemampuan motorik juga sebagai landasan lain dari anak. Hal ini lah yang dapat
keberhasilan masa datang di dalam melakukan menjadikan spesalisasi dini pada atlet.
tugas keterampilan olahraga. Cabang olahraga yang memiliki model,
Kemampuan motorik sangat diperlukan metode dan fasilitas yang telah disesuaikan
dalam melakukan aktivitas olahraga. dengan kategori usia yakni cabang olahraga
Kemampuan motorik merupakan bagian yang Atletik. Atletik memiliki banyak variasi dalam
tidak dapat dipisahkan pada ranah psikomotor. pertandingan ataupun berlatih. Atletik
Selanjutnya dalam pengembangan merupakan salah satu materi yang dalam
kemampuan motorik diharapkan akan pelaksanaanya banyak mengunakan otot-otot
terbentuknya penguasaan gerak dasar untuk besar yang sangat berpengaruh terhadap
suatu cabang olahraga tertentu. Kebutuhan peningkatan keterampilan motorik kasar.
pengembangan motorik tersebut bervariasi Atletik adalah cabang olahraga yang terdiri
sesuai dengan usia dan kemampuan dari unsur-unsur gerak utama yang mendasari
koordinasi yang dibutuhkan. cabang olahraga lain, yaitu lari, jalan, lompat,
Pada anak-anak usia dini perlu terus dan lempar.
dilakukan pembinaan sedini mungkin melalui Atletik memiliki tahapan pembinaan
pencarian dan pemantuan bakat, pendidikan, yang jelas untuk altet. Tahapan tersebut dibagi
pelatihan olahraga prestasi yang didasarkan menjadi lima tahapan. Setiap tahapan
pada ilmu pengetahuan dan teknlogi secara memiliki usia, karakteristik dan sasaran yang
lebih efektif dan efisien serta peningkatan berbeda-beda. Guna mendapatkan puncak
kualitas organisasi keolahragaan di tingkat perfomance, atlet diharapkan melewati setiap
pusat mau pun daerah. Namun demikian, di tahapan yang sesuai dengan usia dan
dalam pelaksanaanya bila tidak dilakukan kinerjanya. Lima tahapan pembinaan tersebut
dengan hati-hati maka akan mengakibatkan ialah: Kids Athletics, Multi-Events, Event
banyaknya yang keluar dari kegiatan olahraga Group Development, Specialisation,
tersebut dan mati sebelum berkembang. Hal Perfomance (IAAF, 2009:64).
ini disampaikan pula oleh IAAF atau Kids Athletics dikembangkan pada
International Association Of Athletics tahun 2001 oleh IAAF atau International
Federations (2009:45) bahwa: „Semakin besar Association Of Athletics Federations dengan
kesempatan anak untuk bergerak, lebih besar konsep mengenalkan gerak-gerak dasar untuk
pula kesempatan anak untuk belajar. Semakin anak yang mengutamakan permulaan yang
luas jangkauan gerak dan ketangkasan anak jelas dari model atletik dewasa. Kids Atletics
mempunyai kesempatan untuk berpraktek telah diteliti dan diujicobakan oleh IAAF.
akan semakin luas pengalamannya untuk Kids Athletics memiliki 3 tahapan kategori
ditarik dimasukkan ke dalam ketangkasan usia, mulai dari usia 7- 8 tahun, 9-10 tahun,
event khusus‟. dan 11-12 tahun. Pada setiap tahap kategori
Klub-klub olahraga konvesional yang memiliki karakteristik gerak yang berbeda.
berada di daerah pada umumnya melihat, Penciptaan ini diharapkan mampu
mengamati anak-anak ketika melakukan memberikan peluang yang optimal bagi
kegiatan jasmani dan olahraga. Standar dan pertumbuhan dan perkembangan anak melalui
ukuran yang menjadi patokan latihan anak aktivitas jasmani dan olahraga.
berdasarkan pengamatan pelatih maupun guru Dari seluruh pemaparan di atas, maka penulis
penjas berbeda-beda. Praktek latihan klub- bermaksud untuk melakukan sebuah
klub di daerah sering mengabaikan tahap penelitian mengenai perbedaan pengaruh
pembinaan latihan atlet. Oleh sebab itu, Latihan Konvesional dan Kids Athletics
Perbedaan Pengaruh Latihan. . . (Eka Cahaya Ningrum) 3

terhadap peningkatan kemampuan motorik Mei 2018. Jadwal latihan setiap hari selasa,
kasar atlet usia 11–12 tahun di Klub Atletik rabu, jumat pada sore hari dan minggu pagi.
Kota Kediri. Perbedaan dari Latihan Populasi Penelitian
Konvesional dan Kids Athletics dapat dilihat Menurut Sugiyono (2006:55) Populasi
pada tabel berikut: adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
Tabel 1. Perbedaan Latihan Konvesional dan obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan
Kids Athletics nomor Sprint karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
(Sumber IAAF: 2002) peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
Latihan Kids Athletics kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini
Konvesional adalah seluruh atlet anak usia dini klub Atletik
Kota Kediri.
Lari 30 meter Sprint/Hurdles Shuttle Teknik pengambilan sampel dengan
Relay purposive sampling. Kriteria sampel tersebut
Lari 60 meter Bends Fomula: ialah: Bersedia mengikuti proses penelitian
Sprint/Hurdles dari treamant awal penelitian sampai dengan
Running selesai treamant, merupakan atlet usia dini
Lari 120 meter Bends Fomula: Sprint yang tergabung dalam Klub Atletik Kota
Relay Kediri. atlet putra maupun putri yang berusia
11-12 dan telah mengikuti latihan minimal 1
Lari 150 meter Sprint/Slalom
tahun. Penelitian ini menggunakan 18 atlet.
Lari 300 meter Formula Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan
One: Sprint, Hurdles, Data
Slalom Menutuy Sugiyono (2012:30) bahwa
teknik pengumpulan data merupakan langkah
Penulis menganggap penelitian ini
yang paling utama dalam penelitian, karena
penting untuk dilakukan, agar mengetahui
tujuan utama penelitian adalah mendapatkan
perbedaan pengaruh dari keduanya. Sehingga
data‟. Teknik pengumpulan data pada
dapat dijadikan referensi para pelatih ketika
penelitian
melatih atlet usia dini guna meminimalisir
terjadinya spesalisasi dini. Selain itu, 1. Tes awal (pre-test) bertujuan untuk
minimnya kualitas motorik pada atlet usia dini mengetahui kemampuan awal sebelum
dapat berakibat pada rendahnya kualitas pelaksanaan latihan dilakukan sebagai
kinerja atlet dimasa yang akan datang dan pembanding apakah ada peningkatan
dapat menghambat prestasi Olahraga di setelah atlet diberikan treament.
Indonesia. 2. Pembagian kelompok eksperimen dengan
Ordinal Pairing.Ordinal Pairing dilakukan
METODE PENELITIAN
dengan mengelompokan atlet berdasarkan
. Penelitian ini menggunakan metode
rangking.
Penelitian Experimental. Designs yang
3. Pemberian treament pada tiap-tiap
digunakan adalah Two Groups Pretest-
kelompok sebanyak 16 kali. Tes akhir
Possttest. Dengan membagi sampel penelitian
(post-test) bertujuan untuk mengambil data
menjadi 2 kelompok sampel, yaitu kelompok
setelah masing-masing kelompok diberik
eksperimen diberi perlakuan dengan
treament yang kemudian hasil data tes
penerapan model Kids Athletics dan kelompok
tersebut dibandingkan dengan hasil tes
Latihan Konvesional yang berlatih seperti
awal.
biasa di Klubnya bersama pelatih.
Penelitian eksperimen semu yaitu Instrumen Penelitian
penelitian yang bertujuan untuk memperoleh Instrumen penelitian adalah Tes DLV
informasi yang dapat diperoleh dengan atau Deutscher Leichtathletik-Verband. DLV
eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan merupakan badan tertinggi yang mengatur
yang tidak memungkinkan untuk mengontrol olahraga atletik di Jerman. Menurut IAAF:
dan memanipulasi semua variabel yang 2001 Tes DLV memiliki 13 butir item tes
relevan. (Sugiyono, 2006). yakni: Tes Tinggi Badan, Berat Badan, Lempar
Waktu dan Tempat Penelitian Bola Kasti, Lari 30 m, 3 Jingkat Kanan, 3
Penelitian ini dilakukan di Klub Atletik Jingkat Kiri, Standing Broad Jump, Socken
Kota Kediri pada tanggal 28 Maret sampai 3 Depan, Lari 3000 m, Lompat Jauh, Lompat
Perbedaan Pengaruh Latihan. . . (Eka Cahaya Ningrum) 4

Tinggi, Lari 60 meter dan Tolak Peluru. Pada homogenitas dalam penelitian ini
penelitian ini, hanya mengambil 3 item tes dari menggunakan One Way ANOVA dengan
DLV berdasarkan kriteria umum atlet atletik. bantuan program aplikasi IBM SPSS Statistics
3 item tes tersebut ialah: 16 for Windows. ANOVA (Analysis of
1. Lari 30 meter start melayang Variance) atau sering disebut uji F
2. Socken Depan merupakan cara yang digunakan untuk
3. Standing Broad Jump menganalisis variansi dari dua sample atau
Teknik Analisis Data lebih (Suharsaputra, 2014: 170). Kriterianya
Dari data penelitian yang diperoleh ini, adalah jika nilai p > 0.05 maka data dikatakan
dilanjutkan dengan menganalisis data homogen, sebaliknya jika nilai p < 0.05 maka
kemudian ditarik kesimpulan dengan data dikatakan tidak homogen.
menggunakan statistik parametrik. 3. Uji Hipotesis
1. Uji Instrumen Pengujian hipotesis menggunakan uji t
a. Uji Validitas dengan menggunakan bantuan program SPSS
Instrumen ini dapat dikatakan tepat 23, yaitu dengan membandingkan mean antara
apabila terlebih dahulu teruji validitasnya. kelompok satu dengan kelompok dua. Taraf
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 211) signifikansi yang digunakan adalah 5%.
suatu intrumen dikatakan valid apabila Sopiyudin Dahlan (2010 : 69) jika nilai p <
instrumen itu mampu mengukur apa yang 0,05 artinya terdapat perbedaan sebelum
hendak diukur. Menurut Saifuddin Azwar perlakuan dan sesudah perlakuan. Untuk
(2001: 5) logical validity adalah kesesuaian mengetahui persentase peningkatan setelah
antara alat dan pengukuran dengan diberi perlakuan digunakan perhitungan
komponen-komponen ketrampilan penting presentase peningkatan dengan rumus sebagai
yang diperlukan dalam melakukan tugas berikut (Sutrisno Hadi, 2004: 31):
motorik yang memadai. Apabila tes tergabung Presentase peningkatan = x 100%
dan dengan tepat mengukur komponen- HASIL PENELITIAN DAN
komponen dari suatu ketrampilan yang sedang PEMBAHASAN
diukur, dapat ditegaskan bahwa tes tersebut Hasil Penelitian
memenuhi logical validity. 1. Pengaruh Latihan Kids Athletics Terhadap
b. Reliabilitas Kemampuan Motorik Kasar Atlet Atletik
Saifuddin Azwar (2001: 6) Usia 11-12 tahun
mengemukakan bahwa “Reliabilitas adalah Hasil pengaruh latihan Kids Athletics
menunjukkan pada pengertian bahwa suatu terhadap kemampuan motorik kasar atlet
instrumen cukup dapat dipercaya untuk atletik usia 11-12 tahun menggunakan uji-t
digunakan sebagai alat pengumpulan data jika dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
instrumen tersebut sudah baik.“ Tabel 2.Hasil Uji t Kids Athletics
2. Uji Prasyarat
Pretest – D T tabel T P Sig
a. Uji Normalitas
posttest f hitung 5%
Perhitungan normalitas sampel adalah
Lari 30 8 2,306 - 0,000 0,05
mengadakan pengujian terhadap normal m 6,177
tidaknya sebaran data yang akan dianalisis.
Socken 8 2,306 0,007 0,05
Perhitungan normalitas data dalam penelitian Depan
3,609
ini menggunakan Kolmogorov Smirnov Z
Standing 8 2,306 0,005 0,05
yaitu suatu tes goodness of fit artinya hal yang
Broad 3,823
diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara Jump
distribusi serangkaian harga sampel (skor
Berdasarkan hasil analisisi uji t paired
yang diperoleh) dengan suatu ditribusi
sampel t test telah diperoleh nilai t hitung
tertentu.
(-6,177) > t tabel (2,306), dan nilai p (0,000) <
b. Uji Homogenitas
dari 0,05, hasil tersebut menunjukkan bahwa
Uji homogenitas adalah uji perbedaan nilai t hitung lebih besar dari pada t tabel. Dengan
antara dua atau lebih populasi yang digunakan demikian diarikan “ada pengaruh latihan Kids
untuk mengetahui apakah sampel yang Athletics terhadap Lari 30 meter atlet atletik
diambil memiliki varian yang seragam atau usia 11-12 tahun.
tidak (Nisfiannoor, 2009: 92). Uji
Perbedaan Pengaruh Latihan. . . (Eka Cahaya Ningrum) 5

Berdasarkan hasil analisisi uji t paired kemampuan Socken Depan atlet atletik usia
sampel t test telah diperoleh nilai t hitung 11-12 tahun”.
(3,609) > t tabel (2,306), dan nilai p (0,000) < Berdasarkan hasil analisisi uji t paired
dari 0,05, hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel t test telah diperoleh nilai t hitung
nilai t hitung lebih besar dari pada t tabel. Dengan (8,400) > t tabel (2,306), dan nilai p (0,000) <
demikian diartikan ada pengaruh latihan Kids dari 0,05, hasil tersebut menunjukkan bahwa
Athletics terhadap kemampuan Socken Depan nilai t hitung lebih besar dari pada t tabel. Dengan
atlet atletik usia 11-12 tahun. demikian Ha: diterima dan Ho: ditolak.
Berdasarkan hasil analisisi uji t paired Dengan demikian hipotesisnya berbunyi “ada
sampel t test telah diperoleh nilai t hitung pengaruh Latihan Konvesional terhadap
(3,823) > t tabel (2,306), dan nilai p (0,000) < kemampuan Standing Broad Jump atlet atletik
dari 0,05, hasil tersebut menunjukkan bahwa usia 11-12 tahun”.
nilai t hitung lebih besar dari pada t tabel. engan Berdasarkan hasil dari masing masing
demikian diartikan ada pengaruh latihan Kids tes kemampuan motorik kasar tersebut dapat
Athletics terhadap kemampuan Standing disimpulkan ada pengaruh latihan
Broad Jump atlet atletik usia11-12 tahun. konvensional terhadap kemampuan motorik
Berdasarkan hasil dari masing masing kasar atlet atletik usia 11-12 tahun.
tes kemampuan motorik kasar tersebut dapat 3. Perbedaan Pengaruh Latihan Konvesional
disimpulkan ada pengaruh latihan Kids Dan Kids Athletics Terhadap Kemampuan
Athletics terhadap kemampuan motorik kasar Motorik Kasar Atlet Atletik Usia 11-12
atlet atletik usia 11-12 tahun. tahun
2. Pengaruh Latihan Konvesional Terhadap Tabel 4. Persentase Perbedaan
Kemampuan Motorik Kasar Atlet Atletik Variabel Persetase Persetase
Usia 11-12 tahun peningkatan peningkatan
Hasil pengaruh latihan konvesional latihan Kids Latihan
terhadap kemampuan motorik kasar atlet Athletics Konvensional
atletik usia 11-12 tahun menggunakan uji-t Lari 30
dapat dilihat pada tabel di bawah ini: meter 8,06 6,80
Tabel 3.Hasil Uji t Latihan Konvesional Socken
Depan 9,25 6,49
Pretest – D T T P Sig
posttest f tabel hitung 5% Standing
Broad
Lari 30m 8 2,306 - 0,000 0,05 Jump 19,43 7,31
8,320
Berdasarkan hasil pada persentase
Socken 8 2,306 0,013 0,05
3,171 perbedaan pengaruh Latihan Konvesional dan
Depan
Kids Athletics terhadap kemampuan motorik
Standing 8 2,306 0,000 0,05
Broad 8,400
kasar atlet atletik usia 11-12 tahun. Diketahui
Jump bahwa peningkatkan persentase hasil yang
diperoleh Kids Athletics mempunyai
Berdasarkan hasil analisisi uji t paired
peningkatan yang lebih baik dibandingkan
sampel t test telah diperoleh nilai t hitung
Latihan konvesional terhadap kemampuan
(-8320) > t tabel (2,306), dan nilai p (0,000) <
motorik kasar atlet atletik usia 11-12 tahun.
dari 0,05, hasil tersebut menunjukkan bahwa
nilai t hitung lebih besar dari pada t tabel. Dengan 1. Hasil Uji Prasyarat
demikian diartikan “ada pengaruh Latihan Analisis terhadap data penelitian yang
Konvesional terhadap kemampuan Lari 30 diperoleh perlu terlebih dahulu dilakukan
meter atlet atletik usia 11-12 tahun”. analisis persyaratannya. Persyaratan analisis
yang harus dipenuhi adalah uji normalitas dan
Berdasarkan hasil analisisi uji t paired
uji linearitas.
sampel t test telah diperoleh nilai t hitung
a. Uji Normalitas
(3,171) > t tabel (2,306), dan nilai p (0,000) <
Tujuan uji normalitas adalah untuk
dari 0,05, hasil tersebut menunjukkan bahwa
mengetahui apakah data yang diperoleh dari
nilai t hitung lebih besar dari pada t tabel. Dengan
tiap-tiap variabel yang dianalisis mempunyai
demikian hipotesisnya berbunyi “ada
sebaran data yang berdistribusi normal atau
pengaruh Latihan Konvesional terhadap
tidak. Uji normalitas variabel dilakukan
Perbedaan Pengaruh Latihan. . . (Eka Cahaya Ningrum) 6

dengan menggunakan rumus Kolmogrov- Tabel 7.Uji Homogenitas Kids Athletics


Smirnov. Kaidah yang digunakan untuk Test df F F hit P
mengetahui normal tidaknya suatu sebaran tabel
adalah p > 0,05 sebaran dinyatakan normal, Lari 30M 1:16 4,49 0,002 0,964
dan jika p < 0,05 sebaran dikatakan tidak
normal. Rangkuman hasil uji normalitas dapat Socken 1:16 4,49 0,111 0,743
dilihat pada tabel berikut ini. Depan
Tabel 5. Uji Normalitas Kids Athletics Standing 1:16 4,49 1,601 0,214
Variabel Z Р Sig 5 Kete Broad
% rang Jump
an Berdasarkan hasil uji homogenitas di
Lari 30 m Pretest 0,668 0,764 0,05 atas kemampuan motorik kasar atlet atletik
Socken Posttest 0,640 0,807 0,05 usia 11-12 tahun dengan Latihan Kids
Depan Athletics diperoleh nilai F hitung < F tabel (4,49),
Standing Pretest 0,478 0,976 0,05 dengan hasil yang diperoleh tersebut dapat
Broad disimpulkan bahwa varians bersifat homogen.
Jump Tabel 8.Uji Homogenitas Kids Athletics
Dari hasil pada tabel di atas, diketahui Test df F F hit P
data data kemampuan motorik kasar atlet tabel
atletik usia 11-12 tahun dengan Latihan Kids Lari 30 1:16 4,49 0,005 0,947
Athletics diperoleh p > 0,05. Hasil dapat Meter
disimpulkan data-data penelitian berdistribusi Socken 1:16 4,49 0,005 0,944
normal. Depan
Tabel 6 .Uji Normalitas Latihan Konvesional Standing 1:16 4,49 0,081 0,779
Broad
Variabel Z Р Sig 5 Keter
Jump
% angan
Lari 30 Pretest 0,600 0,864 0,05 Berdasarkan hasil uji homogenitas di
meter atas data kemampuan motorik kasar atlet
Socken Posttest 0,438 0,991 0,05 atletik usia 11-12 tahun dengan Latihan
Depan Konvesional diperoleh nilai F hitung < F tabel
Standing Pretest 0,781 0,576 0,05 (4,49), dengan hasil yang diperoleh tersebut
Broad dapat disimpulkan bahwa varians bersifat
Jump homogen.
Dari hasil pada tabel di atas, diketahui 2. Hasil Uji Hipotesis
data kemampuan motorik kasar atlet atletik Berdasarkan hasil analisis uji t
usia 11-12 tahun dengan Latihan independent sampel t test diperoleh nilai-nilai
konvensional diperoleh p > 0,05. Hasil dapat t hitung < t tabel (2,120), hasil tersebut
disimpulkan data-data penelitian berdistribusi menunjukan jika ada perbedaan pengaruh
normal. Latihan Konvesional dan Kids Athletics
b. Uji Homogenitas terhadap kemampuan motorik kasar atlet
atletik usia 11-12 tahun.
Uji homogenitas berguna untuk
menguji kesamaan sampel yaitu seragam atau
tidak varian sampel yang diambil dari
populasi. Kriteria homogenitas jika F hitung < F
tabel test dinyatakan homogen, jika F hitung > F
tabel test dikatakan tidak homogen.
Perbedaan Pengaruh Latihan. . . (Eka Cahaya Ningrum) 7

Tabel 9.Hasil Uji Independent sample t test pada anak. Gerak yang baik pada anak ini
akan berpengaruh pada motorik kasar dan
Variabel Df T tabel T hitung halus pada anak. Untuk meningkatkan
P Lari 30 16 2,120 0,147 perkembangan motorik kasar pada atlet atletik
r Meter dapat dilatih dengan Latihan Konvesional Dan
e Socken 16 2,120 -0,762 Kids Athletics.
t Depan Berdasarkan hasil pada persentase
e Standing 16 2,120 1,907 perbedaan pengaruh Latihan Konvesional dan
s Broad Kids Athletics terhadap kemampuan motorik
t jump kasar atlet atletik usia 11-12 tahun. Diketahui
bahwa peningkatkan persentase hasil yang
P Lari 30 16 2,120 diperoleh Kids Athletics mempunyai
0,504
o Meter peningkatan yang lebih baik dibandingkan
s Socken 16 2,120 Latihan konvesional terhadap kemampuan
t -0,946
Depan motorik kasar atlet atletik usia 11-12 tahun.
t Standing 16 2,120 0,468 Perbedaan pengaruh tersebut dapat
e Broad terjadi dikarenakan desain, variasi dan
s Jump karakteristik kedua jenis latihan yang berbeda.
t
Pelaksanaan latihan Kids dilakukan tidak
hanya di lintasan lari. Proses latihan dibantu
Untuk memperjelas perbedaan oleh alat-alat yang ada pada Kids Athletics
pengaruh antara variabel bebas terhadap dan menggunakan media pasir dan matras.
variabel terikat maka dapat dilihat dari Penentuan intensitas latihan pada masing-
persentase peningkatan. masing anak juga berbeda, didasarkan pada
Tabel 10. Persentase Peningkatan denyut nadi, kelancaran gerak anak dalam
Variabel Persetase Persetase melakukan gerakan Kids Athletics dan usia
peningkatan peningkatan berlatih anak. Sehingga, kemampuan motorik
latihan Kids Latihan anak lebih meningkat maksimal dibanding
Athletics Konvensional latihan Konvesional.
Lari 30 Model Latihan Kids Athletics membuat
meter 8,06 6,80 anak lebih tertarik dan lebih menyenangkan
Socken dalam melakukan latihan. Latihan dengan
Depan 9,25 6,49 Kids Athletics di desain dalam bentuk
Standing permainan sehingga anak termotivasi untuk
Broad Jump 19,43 7,31 melakukan progam latihan dengan semangat.
Berdasarkan hasil pada persentase Hal ini terlihat selama proses latihan anak-
perbedaan pengaruh Latihan Konvesional dan anak jarang mengeluh selama latihan. Anak-
Kids Athletics terhadap kemampuan motorik anak cenderung antusias dalam melakukan
kasar atlet atletik usia 11-12 tahun. Diketahui gerakan pada setiap sesi latihan dan berupaya
bahwa peningkatkan persentase hasil yang sungguh-sungguh dalam melakukan gerakan.
diperoleh Kids Athletics mempunyai Latihan Kids Athletics dibuat bervariasi
peningkatan yang lebih baik dibandingkan sehingga tidak menimbulkan kebosanan
Latihan konvesional terhadap kemampuan terhadap atlet dalam melakukan progam.
motorik kasar atlet atletik usia 11-12 tahun. Progam latihan Kids Athletics yang diberikan
Pembahasan memiliki gerak dasar Atletik yang
Kemampuan motorik merupakan menyeluruh. Latihan berisi gerak komponen
kemampuan tubuh untuk mengendalikan dasar gerak lari, lompat dan lempar. Latihan
seluruh gerak tubuh melalui kontrol pusat tersebut untuk menguasai gerak dasar cabang
saraf. Gerakan yang dimaksud dapat berupa olahraga dan meningkatkan motorik kasar.
gerakan kasar maupun gerakan halus. Penekanan pada teknik gerak dan kelancaran
Kemampuan motorik yang baik haruslah dalam melakukan gerak menjadi sasaran
dilatih dari sejak usia dini. Usia anak-anak utama dalam latihan. Oleh sebab itu, motorik
haruslah banyak melakukan aktivitas yang kasar lebih terbangun dengan baik dan
dapat meningkatkan perkembangan gerak meningkat karena koordinasi otot dan otak
Perbedaan Pengaruh Latihan. . . (Eka Cahaya Ningrum) 8

anak dilatihkan terus-menerus pada setiap sesi Harold M Barrow & rosemary McGee. (
latihan. 1971). A Praticial Approach To
SIMPULAN DAN SARAN Measurrement Inpysicial Education.
Simpulan Philadelphia:Lea & Febiger
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa Hurlock,Elizabeth.B. (1980). Perkembangan
terdapat perbedaan pengaruh antara Latihan Gerak Anak. Jakarta: Eirlangga
Konvesional dan Kids Athletics terhadap
kemampuan motorik kasar atlet atletik usia IAAF. (2009). Introduction To Coaching. UK:
11-12 tahun. Kids Athletics mempunyai IAAF
peningkatan yang lebih baik dibandingkan
Latihan Konvesional. Hal ini dilihat dari IAAF. (2002). Kids Athletics. Jerman: IAAF
perbedaan persentase pengaruh dari kedua
variabel. Kelompok Kids Athletics rata-rata IAAF. (2001). Level I/II Sprint & Hurdles
persentase peningkatan 12,25 sedangkan Textbook. Monaco: IAAF
kelompok Latihan Konvesional 6,86.
Saran Lubis,Johansya. (2004). Pencak Silat
Berdasarkan kesimpulan di atas, ada Panduan Praktis. Jakarta: PT Raja
beberapa saran yang perlu disampaikan Grafindo Persada
sehubungan dengan hasil penelitian ini, antara
lain : Nugroho,Setyo.(2005). Status Kemampuan
1. Bagi peserta yang mempunyai kemampuan Motorik Umum Siswa SSB di Sleman
motorik kasar kurang dapat meningkatnya (penelitian).Yogyakarta: FIK UNY
dengan latihan Konvesional atau Kids
Athletics Payne, V.G., & Issac, L.D. (2012). Human
2. Bagi pelatih dapat menggunakan latihan Motor Development. New York:
Konvesional dan Kids Athletics dalam McGraw-Hill Companies,Inc.
meningkatkan kemampuan motorik kasar
usia 11-12 tahun. Bagi peneliti selanjutnya Ria Lumintuarso. (2013). Pembinaan
hasil penelitian di atsa dapat dijadikan Multilateral Bagi Atlet Pemula.
sebagai bahan catatan dan sebagai kajian Yoyakarta: UNY PRESS
teori untuk penelitian selanjutnya
3. Bagi peneliti yang akan datang agar dapat Rini Sukamti, Endang. (2007). Diktat
mengadakan pertimbangan penelitian ini Perkembangan Motorik. Yogyakarta:
dengan menggunakan subyek yang lain UNY
dan item tes yang berbeda, baik dalam
kuantitas maupun tingkatan kualitas Rusli Lutan. (2001). Belajar Keterampilan
pemain, sehingga kemampuan motorik Motorik Pengantar Teori dan Metode.
anak dapat teridentifikasi lebih luas. Jakarta: P2LPTK, Ditjen Perguruan
DAFTAR PUSTAKA Tinggi
Bompa, T.O. (1994). Theory and Metodologi
of Training. The Key to Athletic Sriwahyuniati, Ch. Fajar. (2017). Belajar
Peformance, 3th Edition. Dubuque Motorik. Yogyakarta: UNY Press.
IOWA: Kendalhunt Publishing
Company Sudijono. (2001). Pengantar Evalusi
Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
B.Suhartini. (2007). Tahap Perkembangan Persada.
Bayi, Jurnal FIK UNY Volume 13
Tahun XIII, No 2 Hlm 164-172. Sudjana. (1992). Metode Statiska. Bandung
PT Tarsito: Bandung
Gozzoli, Charles dkk. (2002). IAAF Kids
Athletics.London:IAAF Sugiyono. (2008). Metode Penelitian
Kuatitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Perbedaan Pengaruh Latihan. . . (Eka Cahaya Ningrum) 9

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur


Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta

Sukintaka. (2001). Teori Pendidikan Jasmani.


Yogyakarta: Yayasan Nuansa Cendekia

Thompson PJL. (1991). Introduction to


Coacing Theory. London: IAAF

Tjaliek Sugiardo. (1991). Ilmu Faal.


DepartemenP&K

Toho Cholik Muthohir dan Gusril. (2004).


Perkembangan Motorik Pada Masa
Anak-anak. Jakarta. Depdikbud

UNY. (2016). Buku pedoman penulisan tugas


akhir skripsi. Yogyakarta: UNY.

Anda mungkin juga menyukai