Anda di halaman 1dari 18

SPEEDING UP THE PROCESS DALAM PEMANDUAN BAKAT

OLAHRAGA

Oleh :
R. Kuncoro Aji Laksono, S.Pd.
NIM. 15711251017
IK A

Makalah ini ditulis sebagai tugas individu


mata kuliah Pemamduan Bakat Olahraga
Dosen pengampu: Prof. Dr. Suharjana

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan modern olahraga telah menjadi tuntutan dan kebutuhan hidup
supaya lebih sejahtera. Olahraga semakin diperlukan oleh manusia dalam kehidupan yang
semakin kompleks dan serba otomatis. Olahraga bertujuan supaya manusia dapat
mempertahankan eksistensinya terhindar dari berbagai gangguan atau disfungsi sebagai
akibat penyakit kekurangan gerak (hypokinesis disease). Olahraga yang dilakukan
dengan tepat dan benar akan menjadi faktor penting yang sangat mendukung untuk
pengembangan potensi dini.
Kesehatan, kebugaran jasmani, dan sifat-sifat kepribadian yang unggul adalah faktor
yang sangat menunjang untuk pengembangan potensi diri manusia. Kualitas sumber daya
manusia dapat diarahkan pada peningkatan pengendalian diri, tanggung jawab, disiplin,
sportivitas yang tinggi yang mengandung transfer nilai bagi bidang lainnya melalui
pembinaan olahraga yang sistematis. Peningkatan prestasi olahraga dapat membangkitkan
kebanggaan nasional dan ketahanan nasional secara menyeluruh.
Masalah paling kritis dalam pembangunan olahraga nasional dewasa ini adalah
ketidakmampuan seluruh instansi keolahragaan untuk melaksanakan upaya pembinaan
yang berlandaskan pada sebuah sistem manajemen yang mantap. Kinerja program
pemanduan bakat dan pembibitan olahraga yang dilaksanakan di Indonesia masih kurang
sistematis, sehingga perlu diciptakan model dan perencanaan program pemanduan bakat
yang lebih sistematis untuk mendukung pembinaan yang berjenjang dan berkesinambungan.
Perencanaan program pemanduan bakat tersebut dapat melalui penerapan metode yang tepat
dengan memanfaatkan iptek olahraga.
Atlet berbakat yang berhasil diindetifikasi perlu dibina melalui pusat pembinaan. Pusat
pembinaan dapat melalui PPLP atau PPLM. Pembinaan olahraga saat ini masih bersifat
sporadis dan kurang didasarkan pada orientasi jangka panjang. Pencapaian prestasi olahraga
memerlukan waktu cukup panjang antara 10-12 tahun untuk dapat mencapai puncak usia
prestasi. Peran pendidikan jasmani juga berperan dalam pencapaian prestasi olahraga
terutama pada atlet berbakat.
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara total yang
berkontribusi pada perkembangan bakat olahraga melalui media alamiah aktivitas jasmani.
Pendidikan jasmani merupakan urutan pengalaman belajar yang direncanakan secara
seksama. Olahraga atau pendidikan jasmani melalui olahraga dirancang untuk memenuhi
perkembangan dan kebutuhan perilaku setiap anak. Pendidikan jasmani dimulai dari usia
yang sangat dini. Pendidikan jasmani merangsang pembentukan pertumbuhan fisik, motorik,
intelektual, sosial, dan emosional yang memiliki peranan penting dalam mempercepat proses
perkembangan bakat anak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan bakat olahraga?
2. Apa yang dimaksud dengan mempercepat proses perkembangan bakat anak?
3. Mengapa pemanduan bakat diperlukan untuk mempercepat proses perkembangan bakat
anak?
4. Siapa saja yang berperan dalam mempercepat proses perkembangan bakat anak?
5. Bagaimana cara untuk mempercepat proses pemanduan bakat anak?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui kajian tentang perkembangan bakat
dan pemanduan bakat serta peran orang tua dan pelatih dalam mempercepat proses
perkembangan bakat anak.
D. Manfaat
Penulisan makalah ini bermanfaat untuk mengetahui kajian tentang perkembangan
bakat dan pemanduan bakat serta peran orang tua dan pelatih dalam mempercepat proses
perkembangan bakat anak.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bakat Olahraga
Alex (2003: 181) berpendapat bahwa bakat merupakan kemampuan bawaan berupa
potensi khusus dan jika memperoleh kesempatan berkembang dengan baik, akan muncul
sebagai kemampuan khusus dalam bidang tertentu sesuai potensinya. Bakat merupakan
kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih
untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus. Bakat merupakan
karunia yang diberikan Tuhan kepada seluruh manusia, tetapi setiap manusia mempunyai
bakat atau kemampuan yang berbeda. Bakat mengandung makna kemampuan bawaan yang
merupakan potensi yang masih perlu dikembangan atau dilatih supaya dapat terwujud. Bakat
merupakan suatu kondisi yang dimiliki individu yang memungkinkan individu itu untuk
berkembang pada masa mendatang.
Berdasarkan tinjauan di atas dapat disimpulkan bahwa bakat merupakan kemampuan
alamiah untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Bakat bersifat umum dan bersifat
khusus. Bakat umum atau gifted merupakan kemampuan yang berupa potensi tersebut
bersifat umum (intelektual atau kecerdasan). Bakat khusus atautalent merupakan kemampuan
bersifat khusus (bakat akademik, sosial, seni kinestetik, dan olahraga).
Sumadi (2008: 165) mengemukakan bahwa bakat dalam dimensi psikologis dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu: dimensi perseptual, dimensi psikomotor, dan dimensi
intelektual.
1. Dimensi perseptual meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi, faktor-faktornya
antara lain meliputi: kepekaan indera, perhatian, orientasi ruang, orientasi waktu,
luasnya daerah persepsi, dan kecepatan persepsi.
2. Dimensi psikomotor mencakup enam faktor, yaitu: kekuatan, impuls, kecepatan gerak,
ketelitian, koordinasi, dan keluwesan (flexibility).
3. Dimensi intelekual meliputi: ingatan, pengenalan, evaluatif, dan berfikir divergen.
Dwi (2012: 9) berpendapat pemanduan bakat mengandung tiga pengertian, yaitu:
identifikasi bakat, seleksi bakat, dan pengembangan bakat.
1. Identifikasi bakat adalah penjaringan terhadap anak dan remaja dengan menggunakan
tes-tes jasmani, fisiologis, dan keterampilan tertentu untuk mengidentifikasi potensi-
potensi yang dimiliki.
2. Seleksi bakat merupakan penjaringan atlet-atlet muda yang sedang berpartisipasi dalam
olahraga yang dilakukan oleh para pelatih berpengalaman dengan menggunakan tes-tes
jasmani, fisiologis, dan keterampilan tertentu. Seleksi bakat ini berupaya untuk
melakukan identifikasi terhadap atlet yang mempunyai kemungkinan paling berhasil
dalam cabang olahraga yang diikutinya.
3.  Pengembangan bakat olahraga merupakan proses pemilihan calon atlet pada tahap
berikutnya. Pada tahap ini atlet harus diberikan sarana dan prasarana memadai yang
memungkinkan atlet dapat mengembangkan potensinya secara penuh. Pemberian sarana
dan prasarana ini termasuk di dalamnya kepelatihan yang tepat dan program latihan serta
kompetisi yang sejalan dengan dukungan fasilitas, peralatan, dan keilmuan.
Dasar dari sistem pengembangan bakat ini adalah suatu proses latihan jangka
panjang, sistematis, dan berorientasi kepada sasaran. Bakat menampakan dirinya hanya
dalam aktivitas praktis. Model struktur dari peningkatan bakat harus diatur sedemikian rupa
sehingga ada interaksi antara penilaian latihan dan bakat.
Tujuan pemanduan bakat adalah untuk mengikutsertakan sebanyak mungkin
anak-anak dalam proses pemanduan (screening). Kemungkinan untuk menemukan suatu
bakat akan meningkat bila lebih banyak anak-anak diikutkan dalam proses pemilihan.
B. Identifikasi Bakat Olahraga
Di Cagnio (2008: 345) berpendapat identifying the most talent athletes to involve in an
organized training program is one of the most important concerns of sport. Mengidentifikasi
atlet berbakat untuk terlibat dalam suatu program pelatihan yang diselenggarakan merupakan
salah satu masalah yang paling penting dari olahraga. Pendapat yang sama juga dikemukakan
oleh Bompa (1999: 273) the process of identifying the most talented athletes to involve in an
organized training program is one of the most important concerns of contemporary sports.
Proses identifikasi atlet berbakat untuk terlibat dalam suatu program pelatihan yang
diselenggarakan merupakan masalah yang paling penting dalam bidang olahraga. Tujuan
utama identifikasi bakat adalah untuk mengidentifikasi dan memilih para atlet yang memiliki
kemampuan dalam bidang olahraga.
Lakin (2011: 595) mengemukakan bahwa effective talent-identification procedures
minimize the proportion of students whose subsequent performance indicates that they were
mistakenly included in or excluded from the program. Prosedur identifikasi bakat yang
efektif meminimalkan kemampuan siswa yang tidak sesuai proporsinya. Prosedur tersebut
dapat mengindikasi bahwa siswa layak untuk mengikuti suatu program pemanduan bakat
lebih lanjut. Siswa yang kemampuannya tidak sesuai dengan prosedur, maka siswa tersebut
akan dikeluarkan dari program yang telah dilaksanakan. Kesalahan pengidentifikasian terjadi
ketika siswa yang diperkirakan unggul ternyata tidak berprestasi atau sebaliknya.
Pengidentifikasian bakat olahraga adalah tahapan penting yang dijadikan sebagai
pondasi keberhasilan sistem pembinaan prestasi olahraga. Berhasil atau tidaknya sistem
pembinaan prestasi olahraga prestasi sangat dipengaruhi oleh proses pengidentifikasian bakat
yang dilakukan. Kesalahan dalam melakukan proses pengidentifikasian bakat akan
menyebabkan terjadi ketidakmenentunya prestasi atau regenerasi atlet terhambat. Kesalahan
pengidentifikasian bakat ini juga dapat mengakibatkan kegagalan dalam proses pembinaan
prestasi olahraga. Atlet akan mengalami kesulitan dalam upaya meraih prestasi secara
optimal.
Tujuan utama dari pengidentifikasian bakat adalah untuk mengenali dan memilih atlet-
atlet yang memiliki kemampuan lebih pada cabang olahraga tertentu. Tujuan pemanduan
bakat adalah untuk memperkirakan seberapa besar bakat seseorang untuk berpeluang dalam
menjalani program latihan sehingga mampu mencapai prestasi yang tinggi.
Djoko Pekik (2002: 35) mengemukakan keuntungan proses identifikasian bakat
sebagai berikut:
1. Mempersingkat waktu pencapaian prestasi.
2. Efisiensi biaya dan tenaga.
3. Meningkatkan daya saing.
4. Meningkatkan rasa percaya diri atlet.
5. Fasilitas penerapan latihan berdasarkan pendekatan ilmiah.
Penggunaan kriteria ilmiah pada proses identifikasi bakat mempunyai beberapa
keuntungan sebagai berikut:
1. Mengurangi waktu yang diperlukan untuk mencapai kemampuan yang tertinggi dengan
memilih individu yang berbakat pada olahraga tersebut.
2. Mengurangi volume kerja serta energi yang harus dikerjakan pelatih. Efektivitas latihan
yang diberikan pelatih juga didukung oleh keefektivitasan atlet yang mempunyai
kemampuan lebih tersebut.
3. Meningkatkan suasana kompetitif dan jumlah atlet yang dimasukkan serta pencapaian
kemampuan yang tinggi. Hasilnya akan diperoleh tim nasional yang baik serta lebih kuat
untuk penampilan pada tingkat internasional.
4. Meningkatkan kepercayaan diri atlet tersebut karena tampilan lebih baik dibandingkan
dengan atlet lain pada usia yang sama yang tidak melalui proses seleksi.
5. Memberikan motivasi pada penerapan pelatihan ilmiah. Asisten pelatih olahraga yang
membantu dalam pengenalan bakat termotivasi untuk terus memantau latihan atlet.
C. Peran Orang Tua dan Guru Penjas dalam Proses Perkembangan Bakat
Sebagian besar orang tua membiarkan anaknya untuk mengembangkan keterampilan
olahraga dengan memanfaatkan olahraga yang sudah ada di tempat sekolah.
Anak akan mengikuti kegiatan kelas atau mata pelajaran olahraga yang ada. Pola pikir orang
tua yang seperti ini cenderung lebih bagus dalam meningkatkan bakat dan mengetahui bakat
anak dalam bidang olahraga dengan memberikan berbagai macam cabang olahraga yang
diajarkan di sekolah.
Sebagian besar siswa dalam suatu kelas mempunyai kemampuan yang standar, akan
tetapi ada beberapa siswa yang mempunyai kemampuan lebih dari siswa yang lain. Siswa
yang mempunyai kemampuan lebih tersebut kemungkinan besar ada bakat dalam bidang
olahraga tertentu. Hal ini perlu diperhatikan oleh seorang guru penjas supaya siswa berbakat
tersebut dapat meningkatkan bakatnya dan dapat berprestasi dalam olahraga tertentu. Siswa
yang memiliki bakat dalam olahraga pasti akan memiliki kebugaran fisik dan keterampilan
yang baik. Siswa berbakat tersebut tidak akan merasa kelelahan yang berlebih apabila
dibandingkan dengan siswa lain saat mengikuti proses pembelajaran.
Seorang guru penjas memiliki peranan penting dalam memperkenalkan berbagimacam
olahraga kepada anak sedini mungkin. Pendidikan jasmani memiliki perananpenting
dalam menunjang perkembangan anak. Pendidikan jasmani diharapkan dapat
mengembangkan aspek jasmani, psikologi, motorik, kognitif, afektif, sosial dan
emosional sehingga dapat menunjang proses perkembangan bakat yang dimilikinya.
Seorang anak yang berbakat tidak ada batasan dalam satu cabang olahraga untuk
memulai mengikuti dan menekuni cabang olahraga tertentu. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan seperti usia minimal dalam cabang olahraga tersebut, kesiapan fisik, kesiapan
mental, dan kemauan anak untuk mengikuti dan menekuni cabang tersebut. Tanpa adanya
kemauan dan kesiapan dari anak, maka proses perkembangan bakatnya akan terganggu dan
justru akan cenderung menghambat proses perkembangan bakat.
Supaya anak dapat berprestasi dan proses perkembangan bakatnya dalam bidang
olahraga dapat tercapai dengan baik, seorang tidak harus mengikuti pelatihan olahraga yang
terorganisir. Bakat anak juga dapat dikembangkan melalui permainan dengan orang tua,
mengikuti pendidikan jasmani di sekolah bersama guru penjas atau bermain dengan teman
sebaya, misalnya seperti bermain lempar tangkap bola, balapan lari, lompat tali, dan bermain
sepakbola tanpa aturan khusus.
Ketika seorang anak melakukan permainan dengan teman sebayanya tanpa diberi
aturan-aturan yang mendasar oleh orang tua atau guru penjas, saat melakukan permainan
tersebut secara tidak disadari anak-anak harus membuat aturan mereka sendiri. Anak
dapat mengembangkan keterampilannya sendiri, merancang strategi sendiri, dan
menyelesaikan kesulitan sendiri. Hal ini dapat mengembangkan proses kreatifitas, logika,
kecerdasan sosial, dan emosional.
Jika orang tua terlalu memaksakan kehendak dan melarang anaknya beraktivitas
olahraga yang mungkin takut akan resiko cedera, maka keputusan tersebut akan menghambat
kreatifitas anak dan suatu saat anak akan malas berolahraga. Anak akan mencari kesibukan
lain seperti menonton televisi atau bermain video game. Kegiatan tersebut di satu sisi bagus
dalam hal pengetahuan akan teknologi, kecerdasan dalam bidang ilmu informatika, dan
tangkas dalam bermain game, tetapi di sisi lain tumbuh kembang anak akan terganggu,
kecerdasan sosial, dan emosional tidak berkembang baik. Hal tersebut akan memunculkan
berbagai penyakit yang belum pernah dialami (kegemukan atau hypokinesis disease).
D. Spesialisasi Cabang Olahraga
Anak memiliki kemampuan lebih dari satu cabang olahraga. Orang tua dan pelatih
harus mampu memilihkan satu cabang olahraga yang harus ditekuni anak. Setelah memilih
satu cabang olahraga yang sudah diminati, maka pelatih dan orang tua harus membimbing
anak untuk menekuni cabang olahraga tersebut. Orang tua tidak boleh memaksakan anak
untuk menekuni pada satu cabang olahraga yang telah dipilihnya, tetapi anak tetap boleh
mengikuti cabang olahraga lain untuk mengembangkan potensi diri yang ada dan untuk
mengembangkan kemampuan motoriknya.
Orang tua memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan bakat anaknya terutama
perkembangan motoriknya. Orang tua harus selalu memberikan motivasi dan dorongan
kepada anaknya. Anak akan bersemangat untuk melakukan aktivitas olahraga yang ditekuni
apabila anak tersebut mendapatkan motivasi dan dorongan dari orang tuanya. Anak akan
memperoleh prestasi maksimal yang diinginkan melalui olahraga yang ditekuninya tersebut.
E. Memilih Pelatih
Seorang pelatih mempunyai tugas dan peran yang sangat penting. Wats & Wats
(Djoko Pekik, 2002: 16) mengemukakan bahwa task of the coach is to help the athlete to
achieve excellence. Tugas utama seorang pelatih adalah membantu atlet dalam proses
mencapai kinerja tertinggi. Pelatih membantu atlet mulai dari pembibitan, pemanduan bakat,
dan pembinaan sampai mencapai kinerja tertinggi. Seorang pelatih harus memahami dan
menguasai ilmu kepelatihan serta seni melatih.
Pelatih yang baik adalah pelatih yang mempunyai dedikasi, antusias yang tinggi,
kematangan jiwa, etika yang baik, jujur, disiplin dan konsen terhadap pembinaan prestasi
serta memahami konsep pembinaan prestasi yang baik. Konsep pembinaan prestasi yang baik
harus memahami pertumbuhan dan perkembangan atlet, menguasai media dan metode
latihan dengan pendekatan ilmiah yang efektif. Seorang pelatih harus memahami cara
berkomunikasi yang baik, mampu menyampaikan materi-materi latihan dengan jelas, dan
dapat dipahami oleh semua atlet serta dapat menjadi contoh dan motivator bagi atletnya.
Pelatih harus mampu membina hubungan yang baik dengan orang tua dan atlet. Hal
yang perlu diperhatikan antara pelatih dan orang tua dalam membina bakat olahraga pada
anak adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi, seorang pelatih harus senantiasa berkomunikasi dengan orang tua terkait
dengan proses latihan anak dan perkembangan anak selama dilatih.
2. Konsistensi, pelatih yang baik senantiasa konsisten dalam cara mereka menangani atlet,
orang tua, dan masalah-masalah yang dihadapi.
3.  Kemampuan, pelatih yang baik harus senantiasa melatih dan memberikan semangat pada
atlet untuk berlatih keras.
4. Perasaan, seorang pelatih harus memiliki kepekaan pada anak latihnya baik itu
mengetahui perasaan anak latih dan problem yang dihadapi anak latih untuk selanjutnya
dibicarakan dengan orang tua anak.
Seorang pelatih memiliki keinginan untuk mencapai kemampuan tertingginya terhadap
proses pelatihan yang diberikan kepada atletnya. Pelatih dituntut tidak hanya mampu
berperan dan bertugas dengan baik, tetapi pelatih perlu memahami dan menerapkan gaya
kepemimpinan atau gaya melatihnya. Martens (2004: 30) mengemukakan bahwa most coach
lean toward one of three coaching styles: the command style, the submissive style, and the
cooperative style. Sebagian besar pelatih menggunakan gaya komando, gaya gaya kepatuhan,
dan gaya kooperatif.
1. Command Style (Gaya Komando)
Pelatih membuat semua keputusan kepada atletnya. Peran atlet dalam gaya
melatih ini adalah untuk merespon atau melakukan perintah pelatih. Seorang pelatih
harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang baik sehingga atlet dapat merespon
perintah pelatih dengan baik. Peran seorang pelatih dalam melatih sangat mutlak. Atlet
hanya dapat melakukan sebatas perintah yang diberikan olah pelatih.
2. Submissive Style (Gaya Kepatuhan)
Pelatih yang mengadopsi gaya ini membuat keputusan sesedikit mungkin. Pelatih
memberikan sedikit instruksi, memberikan bimbingan, dan menyelesaikan masalah hanya
ketika diperlukan. Pelatih yang mengadopsi gaya ini tidak memiliki kompetensi untuk
memberikan instruksi dan bimbingan serta terlalu malas untuk memenuhi tuntutan
tanggung jawab pembinaan atlet.
3. Cooperative Style (Gaya Kooperatif)
Pelatih yang memilih gaya koperasi ini pengambilan keputusannya bersama
dengan atlet. Gaya kooperatif ini dapat mengajarkan atlet untuk membuat keputusannya
sendiri, sehingga atlet akan lebih dewasa dalam hal pengambilan keputusan. Gaya
kooperatif memberikan keseimbangan yang tepat antara mengarahkan atlet dan
membiarkan atlet untuk mengarahkan dirinya sendiri.
F. Metode Melatih
1. Asrama Olahraga
Pelatihan olahraga di asrama dilakukan seperti rutinitas sehari-hari pada
umumnya. Kelebihan dari pelatihan di asrama yaitu anak lebih mandiri, memiliki
sosialisasi yang baik, dan dapat mengatur waktu secara tertib. Pengaturan makanan dapat
berdampak negatif dalam pelatihan di asrama. Setiap anak memiliki selera makan yang
berbeda, sehingga tidak semua anak menyukai makanan yang disediakan oleh pengelolah
asrama. Hal ini kemungkinan dapat mengakibatkan tidak maksimalnya asupan gizi yang
diterima oleh anak.
Hartono (2009: 215) mengemukakan bahwa Indonesia merintis pendirian sentra
olahraga seperti pendirian Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) sebanyak 93
buah dan Pusat Pendidikan dan Latihan Mahasiswa (PPLM) sebanyak 15 buah yang
tersebar di seluruh Indonesia. Pada proses pelatihan ini evaluasi selalu diberikan kepada
atlet supaya ada perkembangan pada proses pelatihan. Selama pelatihan juga
akan  dilakukan tes dan pengukuran yang teratur dengan durasi 3-4 bulan sekali. Selama
pelatihan atlet diasramakan dan dilakukan kurang lebih 6 bulan. Menu makanan yang
disajikan juga harus memenuhi standar gizi atlet yang diawasi oleh ahli gizi atau dokter.
Pelaksanaan proses pembinaan dan pelatihan perlu dilakukan secara teratur,
terstruktur dan terprogram. Dalam pembuatan program tersebut harus melibatkan
pengurus, pelatih, manajer, dan atlet. Metode latihan dan faktor-faktor lain perlu untuk
dievaluasi untuk dapat mengetahui seberapa jauh ketercapaian program.
2. Training Camp
Guru penjas dan pelatih memanfaatkan tersedianya data mengenai potensi dan
bakat anak dari masing-masing sekolahnya untuk disalurkan pada program pemuncakan
dalam bentuk training camp. Training camp adalah suatu program yang dirancang untuk
menyediakan program yang selaras dengan misi peningkatan prestasi tanpa harus
kehilangan dasar pengembangan dan menelantarkan landasan di tahap paling dasar.
Program ini disediakan dalam bentuk sport centers, yang formatnya bisa bervariasi di
antara kabupaten atau kota, sesuai dengan kemampuan dan ketersediaan fasilitas serta
sumber daya manusianya.
Training camp dalam format sport center ini dimiliki oleh setiap kota atau
kabupaten dan didasarkan pembagian wilayah. Jika sebuah kabupaten atau kota terdiri
dari empat wilayah, maka minimal di satu wilayah terdapat satu sport centers. Masing-
masingsport centers tersebut mampu menyediakan beberapa program training
camp untuk cabang olahraga yang dijadikan andalan kabupaten atau kota tersebut.
Setiap sport centers dikelola oleh para profesional di bidangnya masing-masing.
Program dan kegiatan yang ada selalu direncanakan dan diperbaiki secara berkala,
sehingga mampu menampung para siswa potensial dan berbakat dari setiap jenjang
sekolah. Programtraining camp ini dapat mendampingi dan melanjutkan program dari
klub olahraga.
3. Klub Olahraga
Klub olahraga merupakan suatu pelatihan yang sifatnya organisasi yang dilakukan
bersama-sama dan jumlah peserta yang banyak. Program yang ditawarkan oleh klub-klub
tersebut bervariasi dari yang sifatnya rekreatif hingga ke tingkat persiapan untuk
memasuki olahraga prestasi. Hal ini biasanya ditunjang oleh kurikulum pengembangan
yang jelas. Kurikulum tersebut biasanya merupakan pengadopsian dari sistem pembinaan
yang dikembangkan oleh setiap induk organisasi olahraga, sehingga program klub
olahraga ini jelas terpetakan posisinya.
Hartono (2009: 209) mengemukakan bahwa “...menciptakan suatu sistem
pemanduan bakat dan pembibitan olahraga baik lewat jalur sekolah maupun lewat jalur
prestasi olahraga dengan didukung oleh tenaga-tenaga yang profesional dan penanganan
yang terpadu”. Peran dan tanggung jawab klub olahraga mempunyai peran yang sangat
besar bagi perkembangan prestasi olahraga Indonesia di masa yang akan datang.
Pembinaan sejak awal akan menentukan masa depan prestasi olahraga. Peran pelatih
profesional diperlukan untuk keberhasilan proses pembinaan. Keberhasilan atau
kegagalan pembinaan usia dini tergantung dari kemampuan pelatih. Program latihan yang
bagus, sarana dan prasarana memadai, metode melatih yang tepat, pelatih berkualitas
yang dapat mengenal karakteristik anak latih dari aspek fisik maupun psikologi
diperlukan supaya proses pembinaan berjalan lancar.
Sebuah klub yang berkualitas harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Manajemen Organisasi yang Baik
Klub membutuhkan orang-orang yang paham dengan pengembangan
pendidikan anak dan pengelolaan sebuah organisasi. Klub yang berkualitas memiliki
struktur manajemen yang baik. Klub harus memiliki kepala sekolah,head coach,
asisten pelatih di berbagai level usia, bendahara, fisioterapis, sekretaris bahkan public
relation.
b. Lapangan dan Peralatan Memadai
Klub seharusnya mempunyai lapangan dengan ukuran standar dan kualitas
yang memadai. Kelengkapan peralatan juga sangat menentukan prestasi klub. Klub
yang berkualitas akan menyediakan perlengkapan latihan hingga pertandingan resmi.
c. Pelatih Bersertifikat
Seorang pelatih klub harus memiliki lisensi, sehingga pelatih akan paham
dengan youth development.
d. Program Latihan Terukur
Klub yang berkualitas akan memiliki program latihan yang terukur dan
beracuan pada youth development. Misalnya dalam olahraga sepakbola, untuk U-10
yang identik dengan fun game, beberapa SSB ada yang sudah mewajibkan pemainnya
menguasai minimal tiga dari tujuh dasar bermain bola. Hal ini harus dilakukan untuk
membantu proses kenaikan ke jenjang yang lebih tinggi.
e. Aktif Berkompetisi dan Berprestasi
Sebuah klub olahraga harus aktif berkompetisi dan berprestasi dengan tujuan
untuk tetap konsisten terhadap pembinaan atletnya. Dalam olahraga sepakbola, FIFA
menentukan bahwa SSB sebaiknya melakukan 600 jam pertandingan pertahunnya.
Rata-rata SSB melakukan dua pertandingan resmi setiap minggu.
G. Penggunaan Suplemen dalam Proses Pengembangan Bakat
Anwari (2007: 1) mengemukakan bahwa “…konsumsi nutrisi yang tepat dalam
sehari-hari secara langsung juga akan memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan
performa serta prestasi yang dapat diraih oleh seorang atlet”. Atlet yang memiliki tingkat
kegiatan aktivitas fisik yang tinggi akan membutuhkan konsumsi nutrisi yang tepat
komposisinya. Hal ini bertujuan supaya ketersediaan sumber energi di dalam tubuh dapat
tetap terjaga baik untuk menjalankan aktivitas sehari-hari maupun saat akan menjalani
program latihan maupun saat akan bertanding.
1. Protein
Anna (2005: 81) mengemukakan bahwa protein merupakan komponen penting
atau komponen utama sel hewan atau manusia. Protein yang terdapat dalam makanan
berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Adanya protein
dalam tubuh mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses kimia supaya proses
tersebut berlangsung dengan baik.
Tubuh memperoleh protein dari makanan yang masuk dalam tubuh atau sistem
pencernaan. Makanan tersebut berasal dari hewan atau tumbuhan. Protein yang berasal
dari hewan disebut dengan protein hewani, sedangkan makanan yang berasal dari
tumbuhan disebut dengan protein nabati. Makanan yang mengandung protein meliputi
daging, susu, telur, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan.
Ellen Coleman (Brown, 2001: 84) mengemukakan bahwa the growing athlete
needs more protein relative to body weight than does the adult athlete to support growth
requirements. Atlet yang sedang dalam masa pertumbuhan membutuhkan protein yang
lebih banyak untuk mendukung kebutuhan perkembangannya. Wein (2007: 14)
berpendapat athletes routinely focus on protein as the primary macronutrient that will
help them to gain size, improve body composition, and promote optimal performance.
Atlet memfokuskan pada protein sebagai nutrisi utama yang akan membantu atlet untuk
mendapatkan ukuran yang diinginkan, meningkatkan komposisi tubuh, dan menampilkan
kinerja yang optimal.
Peningkatkan kebutuhan protein bagi atlet disebabkan karena atlet lebih beresiko
untuk mengalami kerusakan jaringan otot terutama saat menjalani latihan atau
pertandingan olahraga yang berat. Selain itu pada olahraga yang bersifat ketahanan
(endurance) dengan durasi panjang sebagian kecil asam amino dari protein juga akan
digunakan sebagai sumber energi terutama saat simpanan glikogen sudah semakin
berkurang. Kebutuhkan konsumsi protein seorang atlet dalam kesehariannya akan relatif
lebih besar jika dibandingkan dengan kebutuhan non-atlet.
2. Lemak
Simpanan lemak akan memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber energi
utama bagi tubuh. Kontribusi simpanan lemak sebagai sumber energi tubuh baru akan
berkurang apabila terjadi peningkatan intensitas dalam berolahraga. Pada saat terjadinya
peningkatan intensitas olahraga yang juga akan meningkatkan kebutuhan energi,
pembakaran lemak akan memberikan kontribusi yang lebih kecil jika dibandingkan
dengan pembakaran karbohidrat untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam tubuh.
Pada saat berolahraga kompetitif dengan intensitas tinggi, pengunaan lemak
sebagai sumber energi tubuh akibat dari mulai berkurangnya simpanan glikogen otot
dapat menyebabkan tubuh terasa lelah sehingga secara perlahan intensitas olahraga akan
menurun. Hal ini disebabkan karena produksi energi melalui pembakaran lemak berjalan
lebih lambat jika dibandingkan dengan laju produksi energi melalui pembakaran
karbohidrat. Pembakaran lemak akan menghasilkan energi yang lebih besar  jika
dibandingan dengan pembakaran karbohidrat.
3. Karbohidrat
Coyle (2004: 47) mengemukakan bahwa carbohydrate ingestion during
prolonged exercise can benefit performance if fatigue is due to inadequatecarbohydrate
energy from blood glucose. Konsumsi karbohidrat selama latihan yang lama akan
mendapatkan keuntungan dalam performanya, kelelahan terjadi karena energi karbohidrat
yang tidak memadai dari glukosa darah. Singh (2005: 189) berpendapat carbohydrate is
the main fuel used by the muscle during hard training and competition. Karbohidrat
adalah bahan bakar utama yang digunakan oleh otot selama latihan keras dan kompetisi.
Pada saat berolahraga terutama olahraga dengan intensitas tinggi, kebutuhan
energi bagi tubuh dapat terpenuhi melalui simpanan glikogen, terutama glikogen otot
serta melalui simpanan glukosa yang terdapat di dalam aliran darah. Ketersediaan
glukosa di dalam aliran darah ini dapat dibantu oleh glikogen hati supaya tetap berada
pada keadaan normal. Proses pembakaran 1 gram karbohidrat akan menghasilkan energi
sebesar 4 kkal. Walaupun nilai ini relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan energi
hasil pembakaran lemak, namun proses metabolisme energi karbohidrat akan mampu
untuk menghasilkan ATP dengan kuantitas yang lebih besar serta dengan laju yang lebih
cepat jika dibandingkan dengan pembakaran lemak.
Metode yang menimbulkan banyak kontoversi dan berpotensi
berbahaya dalamproses perkembangan bakat olahraga adalah penggunaan suplemen
makanan. Suplemen tersebut memberikan manfaat bagi tubuh untuk menambah stamina,
menambah masa otot, dan membuat tubuh atletis. Manfaat penggunaan suplemen belum
teruji kebenarannya dan pastinya mempunyai resiko atau dampak pada tubuh. Resiko
mengkonsumsi  suplemen tersebut akan mempengaruhi sistem kerja hati dan ginjal.
4. Kreatin (Creatine)
Kreatin merupakan suplemen yang paling banyak digunakan oleh olahragawan.
Beberapa pelatih menganjurkan kepada atletnya untuk menggunakan
kreatin. Kreatin adalah bahan alami yang diproduksi tubuh dengan kombinasi dari
tiga jenis asam amino. Kreatin ini memungkinkan seorang atlet untuk berolahraga lebih
lama dan mencapai hasil yang lebih baik. Kreatin dapat membantu menyediakan
cadangan energi bagi jaringan otot dan saraf. Kreatin banyak digunakan para atlet untuk
membentuk otot. Kreatin juga mampu meningkatkan kemampuan otak dan daya ingat.
Kreatin juga berfungsi sebagai zar ergogenik, yaitu zat yang mampu memberikan
peningkatan pada kapasitas performa olahraga.
Kreatin merupakan senyawa yang terkandung dalam bahan makanan protein
hewani, seperti daging, ikan, dan produk hewani lainnya. Bahan makanan tersebut
berfungsi sebagai sumber kreatin oksigen. Kreatin dalam tubuh berfungsi sebagai sumber
energi tinggi yang menghasilkan adenosine triphosphate atau ATP dan siap dipakai
dalam waktu cepat.
Pengonsumsian kreatin perlu dijaga dosisnya. Dosis tinggi akan menimbulkan
beberapa efek samping seperti mual dan muntah. Kreatin bisa menjadi suplemen yang
membantu untuk meningkatkan prestasi olahraga dan harus diperhatikan dosis
pemakaianya. Penggunaan terus menerus terutama dalam dosis tinggi dapat menimbulkan
efek samping.
5. Suplemen Protein
Suplemen protein sering digunakan olah para atlet yang menginginkan tubuh
cepat berkembang ototnya. Penggunaan suplemen protein ini belum tentu aman dan
mempunyai efek samping. Suplemen protein dalam dosis tinggi dapat menyebabkan
berbagai gangguan kesehatan seperti kerusakan ginjal dan hati. Orang yang mengonsumsi
protein dosis tinggi banyak yang menderita gangguan ginjal. Hal ini disebabkan tingginya
jumlah protein yang harus dikeluarkan dan pengeluaran itu pastinya melalui ginjal untuk
disaring terlebih dahulu. Tubuh memerlukan protein untuk pembentukan otot, tetapi
penggunaan dalam jumlah yang besar dan dari bahan kimia justru akan mengganggu
sistem metabolisme tubuh.
BAB III
KESIMPULAN

Bakat merupakan kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu
dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan
khusus. Pemanduan bakat olahraga merupakan tahapan penting yang dijadikan sebagai pondasi
keberhasilan sistem pembinaan prestasi olahraga. Berhasil atau tidaknya sistem pembinaan
prestasi olahraga prestasi sangat dipengaruhi oleh proses pengidentifikasian bakat yang
dilakukan.
Orang tua, guru, dan pelatih memiliki peranan penting dalam memantau perkembangan
bakat olahraga anak dari usia dini hingga dewasa. Pemantauan tersebut bertujuan supaya proses
perkembangan bakatnya dapat  berjalan dengan lancar. Guru penjas berperan dalam
mengenalkan olahraga pada anak, membimbing anak sebagai siswa dalam pembelajaran penjas
dan olahraga di sekolah serta menemukan bakat anak sedini mungkin. Pelatih memiliki peranan
penting dalam mengembangkan bakat olahraga yang dimiliki oleh seorang anak.
Orang tua memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan bakat anaknya terutama
perkembangan motoriknya. Orang tua harus selalu memberikan motivasi dan dorongan kepada
anaknya. Anak akan bersemangat untuk melakukan aktivitas olahraga yang ditekuni apabila anak
tersebut mendapatkan motivasi dan dorongan dari orang tuanya. Anak akan memperoleh prestasi
maksimal yang diinginkan melalui olahraga yang ditekuninya tersebut.
Metode untuk mempercepat proses pemanduan bakat dapat melalui asrama
olahraga, training camp, klub olahraga, dan penggunaan suplemen. Pelatihan olahraga di asrama
dilakukan seperti rutinitas sehari-hari pada umumnya. Program dalam asrama olahraga dapat
melalui Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) dan Pusat Pendidikan dan Latihan
Mahasiswa (PPLM). Training camp adalah suatu program yang dirancang untuk menyediakan
program yang selaras dengan misi peningkatan prestasi tanpa harus kehilangan dasar
pengembangan dan menelantarkan landasan di tahap paling dasar.
Penggunaan bahan tambahan atau suplemen dapat berupa kreatin dan suplemen protein.
Penggunaan suplemen secara terus menerus pada seorang atlet akan bermanfaat terhadap
tubuhnya dalam jangka pendek. Penggunaan suplemen secara berlebihan akan mengganggu
sistem metabolisme tubuh yang dapat merusak organ dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Alex Sobur. (2003). Psikologi umum dalam lintas sejarah. Bandung: Pustaka Setia.
Anna Poedjiadi. (2005). Dasar-dasar biokimia. Jakarta: UI-Press.
Anwari Irawan. (2007). Nutrisi, energi, dan performa olahraga. Polton Sports Science & Performance
Lab, 1 (4), 1-12.
Bompa, Tudor O. (1999). Periodization: Theory and methodology of training, 4th edition. Champaign,
Illinois: Human Kinetics.
Brown, Jim. (2001). Sports talent. Champaign, Illinois: Human Kinetics.
Coyle, Edward F. (2004). Fluid and fuel intake during exercise. Journal of Sports Sciences, 22, 39-55.
Di Cagnio, A., et.al. (2008). Leaping ability and body composition in rhythmic gymnasts for talent
identification. Journal of Sports Medicine and Physical Fitness, 48 (3), 341-346.
Djoko Pekik Irianto. (2002). Dasar kepelatihan. Yogyakarta: UNY.
Dwi Santoso. (2012). Identifikasi dan pengembangan bakat olahraga. Pacitan: STKIP PGRI.
Hartono Hadjarati. (2009). Memberdayakan olahraga nasional. Jurnal Pelangi Ilmu, 2 (5), 204-220.
Lakin, Joni M., & Lohman, David F. (2011). The predictive accuracy of verbal, quantitative, and
nonverbal reasoning tests: Consequences for talent identification and program diversity. Journal
for the Education of the Gifted, 34 (4), 595-623.
Martens, Rainer. (2004). Successful coaching, 3rd edition. Champaign, Illinois: Human Kinetics.
Singh, Rabindarjeet. (2005). Nutritional requirements of athletes exercising in a hot
environment. Malaysian Journal of Nutrition, 11 (2), 189-198.
Sumadi Suryabrata. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Gravindo.
Wein, D., et.al. (2007). Protein update: how much protein is enough?. NCSA’s Performance Training
Journal, 6 (6), 1-21.

Anda mungkin juga menyukai