Anda di halaman 1dari 7

a. Pemassalan.

Pemassalan merupakan suatu upaya untuk mengikutsertakan seluruh


lapisan masyarakat dengan sasaran melibatkan semua kelompok umur.
Pelaksanaan kegiatan pemassalan harus dilakukan secara terus menerus, sehingga
nantinya mampu menciptakan bibit-bibit atlet yang baik. Hal ini seperti
dikemukakan Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:36)
bahwa:"Pemassalan olahraga ialah suatu proses dalam upaya mengikutsertakan
peserta sebanyak mungkin supaya mau terlibat dalam kegiatan olahraga dalam
rangka pencarian bibit-bibit atlet yang berbakat yang dilakukan dengan cara teratur
dan terus menerus" .
Tujuan pemassalan olahraga yang dilaksanakan antara lain agar
masyarakat menyadari pentingnya olahraga prestasi, sehingga akan memunculkan
bibit-bibit atlet yang baik. Menurut M. Furqon H (2002: 3) mengemukakan bahwa:
“Tujuan pemassalan adalah melibatkan atlet sebanyak-banyaknya sebagai bagian
dari upaya peningkatan prestasi olahraga.dalam olahraga prestasi.”
Sedangkan menurut Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996 : 36) beberapa
tujuan yang dapat dicapai dari pemassalan olahraga antara lain :
1) Membina dan meningkatkan kesegaran jasmani.
2) Meningkatkan kesegaran rohani atau untuk mendapatkan kegembiraan.
3) Pembentukan watak dan kepribadian.
4) Menanamkan dasar-dasar keterampilan gerak dalam usaha pencapaian
prestasi yang tinggi.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan


pemassalan olahraga di samping untuk mendapatkan bibit-bibit atlet yang baik,
juga untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan rohani serta membentuk watak
dan keperibadian serta melatih keterampilan gerak, sehingga mampu menciptakan
prestasi olahraga secara maksimal.
Agar masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam pemassalan olahraga
prestasi, maka perlu ditempuh langkah-langkah yang baik dan tepat. Langkah-
langkah yang ditempuh tersebut diharapkan mampu mewujudkan tujuan
pemassalan olahraga yang telah dilaksanakan. Menurut Yusup Adisasmita dan Aip
Syarifuddin (1996 : 37) strategi pemassalan olahraga antara lain :
1) Menyediakan sarana dan prasarana olahraga yang memadai sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Apabila pemassalan olahraga ini akan
diterapkan di sekolah-sekolah, maka di sekolah-sekolah itu perlu
disediakan sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan
kemampuan untuk masing-masing tingkatnya.
2) Menyiapkan pengadaan tenaga pengajar atau pelatih olahraga yang
benar-benar memiliki kemampuan untuk menggerakkan olahraga pada
anak-anak usia muda di sekolah.
3) Mengadakan berbagai bentuk pertandingan cabang olahraga bagi anak-
anak sekolah, baik pertandingan antar kelas, sekolah maupun antara
perkumpulan.
4) Mengadakan demostrasi pertandingan antar atlet-atlet yang berprestasi.
5) Mengadakan kerjasama antara sekolah dengan orang tua siswa.
6) Memberikan motivasi kepada para siswa untuk mau berolahraga.
7) Merangsang minat para siswa dengan melalui media masa, vidio, televisi,
radio dan lain-lain.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemassalan


olahraga dapat dilakukan di sekolah-sekolah maupuan di luar sekolah. Pemassalan
olahraga di sekolah dapat berjalan dengan baik, apabila didukung sarana dan
prasarana yang memadai, tersedia tenaga pengajar yang baik, diadakan
pertandingan olahraga, ditumbuhkan minat berolahraga pada siswa, menjalin
kerjasama dengan orang tua siswa. Strategi seperti di atas harus diperhatikan,
sehingga salah satu dari tujuan pemassalan olahraga yaitu menciptakan bibit-bibit
atlet yang baik dapat diwujudkan. Bibit-bibit atlet yang baik tersebut akan
menopang dalam pembinaan olahraga selanjutkan, sehingga potensi yang ada
dalam dirinya dapat dikembangkan dan prestasi yang maksimal dapat diciptakan.
b. Pembibitan atlet
Prestasi maksimal bukan merupakan hal yang mudah dicapai. Prestasi
maksimal dapat dihasilkan melalui proses yang panjang. Latihan sejak dini atau
usia muda merupakan salah satu proses mencapai prestasi maksimal, karena pada
usia muda dimungkinkan dapat dilakukan pembinaan dalam rentang waktu yang
relatip panjang. Di samping latihan sejak usia muda, bibit-bibit pemain yang baik
mempunyai pengaruh terhadap pencapian prestasi. Bibit pemain yang baik dan
berbakat, maka akan lebih mudah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki
22

sampai pada batas kemampuan maksimal. Menurut M. Furqon H (2002: 3)


mengemukakan bahwa: “Pembibitan atlet adalah upaya untuk mencari dan
menemukan individu-individu yang memiliki potensi untuk mencapai prestasi
olahraga yang setinggi-tingginya di kemudian hari sebagai langkah atau tahap
lanjutan dari pemassalan olahraga.”
Sedangkan anak yang berbakat menurut Gandring Sugiantoro yang dikutip Yusuf
Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996 : 54) mengemukakan bahwa:
“Anak berbakat ialah mereka yang diidentifikasi atau ditemukan oleh orang-
orang yang profesional, dimana anak tersebut memang mempunyai
kemampuan yang sangat menonjol, mampu mencapai prestasi tinggi.
Kemampuan-kemampuan tersebut meliputi kemampuan intelektual umum,
kemampuan akademis khusus, kemampuan berfikir kreatif, kemampuan
dalam salah satu bidang seni dan kemampuan psikomotor.”

Berdasarkan pendapat. di atas dapat disimpulkan bahwa pembibitan


merupakan usaha untuk mendapatkan atlet yang berbakat. Dimana atlet yang
berbakat tersebut dapat diketahui melalui penelitian secara intensif dan terarah
dari orang tua, guru atau pelatih olahraga. Atlet yang berbakat merupakan
seseorang yang memiliki kemampuan yang menonjol baik intelegensi secara
umum maupun khusus dan kemampuan gerak yang baik. Pemilihan bibit atlet
yang berbakat akan mempunyai peranan penting terhadap proses pembinaan
prestasi olahraga yang dilaksanakan .
Pemilihan atlet yang berbakat harus didasarkan pada ciri-ciri tertentu.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut dimungkinkan akan memberi kemudahan terhadap
proses pembinaan olahraga, sehingga tujuannya dapat dicapai. Bibit atlet yang
baik adalah seseorang yang mempunyai sifat khusus sesuai dengan perwatakan
tertentu. Dimana atlet tersebut mempunyai kelebihan dari oarang lain. Menurut
Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996 : 60) karakteristik bibit atlet yang
baik adalah sebagai berikut :
1) Tingkat atau derajat atau mutu (kualitas) bawaan sejak lahir.
2) Bentuk tubuh (postur tubuh) yang baik, sesuai dengan cabang olahraga
yang diminatinya.
3) Fisik dan mental yang sehat.
4) Fungsi organ-organ tubuh yang baik seperti jantung, paru-paru, otot,
syaraf dan lain-lain.
23

5) Kemampuan gerak dasar yang baik seperti kekuatan, kecepatan,


kelincahan, daya tahan, koordinasi, daya ledak, dan sebagainaya.
6) Penyesuaian yang cepat dan tepat baik secara fisik maupun mental
terhadap pengalaman-pengalaman yang baru dan dapat membuat
pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk
dipergunakan apabila dihadapkan pada fakta-fakta atau kondisi-kondisi
yang baru atau dengan istilah lain "intelegensi tinggi".
7) Sifat-sifat kejiwaan (karakter) bawaan sejak lahir yang dapat mendukung
terhadap pencapaian prestasi yang prima, antara lain watak
berkompetitifnya tinggi, kemauan keras, tabah, ulet, tahan uji,
pemberani, dan semangat juangnya tinggi.
8) Kegemaran untuk berolahraga.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka dalam memilih bibit atlet


harus berdasarkan pada hal seperti di atas. Tanpa memperhatikan hal-hal tersebut
maka atlet-atlet yang didapatkan tidak berkualitas, sehingga untuk mencapai
prestasi maksimal sulit untuk dicapai. Oleh karena itu untuk mendapatkan bibit
atlet yang berbakat hendaknya melalui pengamatan dan penelitian secara intensif.
c. Pemanduan bakat
Bakat merupakan potensi dalam diri atlet yang dapat dikembangkan.
Setiap atlet harus memiliki potensi sesuai dengan cabang olahraga yang
dipelajarinya. Tanpa memiliki bakat yang sesuai dengan cabang olahraga yang
dipelajarinya prestasi maksimal tidak mungkin tercapai. Menurut Saparinah S,
yang dikutip oleh Heru Suranto (1994 : 22) yang dimaksud dengan bakat adalah
"Kemampuan untuk terbentuknya keahlian atau keberhasilan seseorang dalam
mengerjakan sesuatu". Bakat sebetulnya merupakan potensi yang dimiliki oleh
seseorang yang dibawa sejak lahir.
Pada setiap diri individu terdapat semua faktor yang diperlukan untuk
berbagai cabang olahraga, hanya saja dengan perbandingan atau porsi yang
berlainan. Untuk itu ciri-ciri yang terdapat dalam individu perlu dikenali, agar
dihasilkan bibit-bibit atlet yang berkualitas. Untuk mengetahi apakan seseorang
memiliki bakat dalam cabang olahraga tersebut dibutuhkan sistem yang disebut
pemanduan bakat. Pemanduan bakat ini didasarkan pada kreteria-kriteria tertentu
yang mengacu pada cabang olahraga yang dipelajarinya. Menurut Harsono dalam
buku Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifudin (1996: 53) mengemukakan
24

bahwa:“Pemanduan bakat bertujuan untuk memprediksi dengan probabilitas


maksimalnya dan apakah seorang atlet muda mampu untuk secara sukses
menyelesaikan atau melewati program latihan dasar, untuk kemudian ditingkatkan
latihannya menuju prestasi puncaknya.”
Pemanduan bakat mempunyai peranan penting untuk mendapatkan bibit
atlet baik. Pemanduan bakat merupakan upaya untuk memprediksi dengan
probilitas yang tinggi, seberapa besar peluang seseorang untuk berhasil mencapai
prestasi maksimalnya, dan apakah seorang atlet muda, mampu untuk secara sukses
menyelesaikan atau melewati program latihan dasar, untuk kemudian ditingkatkan
latihannya menuju prestasi puncaknya. Semakin dini seseorang menampakkan
bakatnya, semakin cepat dan besar kemungkinan baginya untuk memasuki tahap
latihan puncak prestasi, sehingga puncak prestasinya dapat dicapai dalam usia
yang lebih muda.
Pemanduan bakat dapat dilakukan dengan baik, maka harus ditempuh
langkah-langkah yang tepat. Pemanduan bakat dapat dilakukan melalui
pengamatan terhadap bibit atlet yang akan dibinannya. Pengamatan tersebut
meliptuti antara lain minat terhadap olahraga, kemampuan fisik, perkembangan
fisik dan sebagainya. Menurut Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996 : 57)
langkah-langkah pemanduan bakat antara lain :
1) Adakan pengamatan terhadap sikap peserta didik kegiatan olaharaga,
baik di sekolah maupun di luar sekolah atau di lingkungan tempat
tinggalnya.
2) Adakan pengamatan terhadap karakteristik dari peserta didiknya, baik
mengenai kemampuan fisiknya, bentuk fisiknya, ukuran fisik atau
tubuhnya, sifatnya maupun asal usulnya.
3) Adakan pengamatan terhadap perkembangan fisik dari peserta didik
tersebut.
4) Setelah mengadakan pengamatan yang dilakukan secara cermat dan
penuh ketelitian, kemudian untuk langkah berikutnya coba adakan
pemilihan atau penyaringan atau seleksi secara umum atau khusus
dengan menggunakan alat yang dipakai untuk mengukur atau instrumen
dari cabang olahraga yang bersangkutan.
5) Di dalam mengadakan seleksi tersebut, hendaknya didasarkan pada
karakteristik antropometrik, serta kemampuan dan perkembangan dari
fisik peserta didik.
25

Langkah-langkah pemanduan bakat tersebut mempunyai arti penting untuk


mendapatkan bibit-bibit atlet yang baik. Hal ini disebabkan pemanduan bakat
merupakan langkah yang tepat, karena melalui proses tertentu atau penyaringan yang
lebih teliti melalui alat ukur atau instrumen terhadap cabang olahraga yang
dibinannya. Dengan demikian akan diketahui seberapa besar bakat yang dimiliki
bibit atlet tersebut, sehingga untuk melaksanakan pembinaan dapat lebih baik.
d. Pembinaan Prestasi
Prestasi olahraga merupakan puncak penampilan atlet yang dicapai dalam
suatu pertandingan atau perlombaan, melalui berbagai macam latihan maupun uji
coba. Kompetisi tersebut biasanya dilakukan secara periodik dan dalam waktu
tertentu.
Pencapaian prestasi yang setinggi-tingginya merupakan puncak dari segala
proses pemassalan maupun pembibitan, maka akan dipilih atlet yang makin
menampakkan prestasi olahraga yang dibina. Oleh karena itu, pengorganisasian
program jangka panjang dapat dikemukan bahwa 1) masa kanak-kanak berisi
program latihan pemula (junior pemula) yang merupakan usia mulai berolahraga
dalam tahap pemassalan; 2) masa adolensi berisi program latihan junior lanjut yang
merupakan usia spesialisasi dalam tahap pembibitan; dan 3) masa pasca adolensi
berisi program latihan senior yang merupakan usia pencapaian prestasi puncak dalam
tahap pembibitan puncak dalam tahap pembinaan prestasi ( M. Furqon H, 2002: 4)

Gambar 1. Pembinaan prestasi olahraga ditinjau dari teori piramida, usia berlatih,
tingkat atlet dan tingkat pertumbuhan dan perkembangan (M. Furqon H,
2002: 4)
PERIODISASI LATIHAN
ANAK DAN JUNIOR

GENERALISASI SPESIALISASI
(6 – 14 tahun) ( > 14 Tahun)

Permulaan (6-10 Pembentukan Spesialisasi (15-17 Prestasi Puncak


Tahun) Olahraga Tahun) ( 17 Tahun)
(11-14 Tahun)

Gambar 2. Periodisasi Pengembangan Olahraga Jangka Panjang


( M. Furqon H, 2002: 7)

Anda mungkin juga menyukai