PENDAHULUAN
1
2
kelas yang dibatasi oleh empat dinding, tetapi juga diluar kelas yang tidak
terbatasi dinding, karena peningkatan pribadi manusia itu akan berkembang
dimana saja dan kapan saja. Sehingga tujuan yang ingin dicapai bukan hanya
pencapaian fisik, tetapi juga melibatkan aktivitas psikis atau mental. Oleh karena
itu, pendidikan jasmani juga mengembangkan aspek jasmani, intelektual, sosial,
emosi, moral dan pembiasaan pola hidup sehat melalui kegiatan jasmani.
Pendidikan jasmani pada hakekatnya adalah belajar keterampilan gerak,
dimana gerak manusia dimanipulasi dalam bentuk kegiatan fisik dan olahraga
permainan serta didalamnya terkandung nilai sikap atau perilaku. Belajar
keterampilan gerak dapat diartikan sebagai suatu rangkaian proses pembelajaran
gerak yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana. Menurut
(Depdiknas, 2006) menjelaskan bahwa ruang lingkup program pendidikan jasmani
terdapat enam jenis aktivitas yaitu: aktivitas permainan dan olahraga, aktivitas
pengembangan, aktivitas uji diri, aktivitas ritmik, aktivitas air, dan aktivitas luar
sekolah/alam bebas. Dalam pendidikan jasmani terdiri atas beberapa permainan
atau olahraga salah satunya adalah olahraga sepak bola (Harsuki, 2003).
Sepakbola adalah salah satu olahraga yang telah populer dan disukai banyak
masyarakat, permainan ini sudah berkembang menjadi olahraga yang sangat
digemari oleh semua kalangan masyarakat, dengan berbagai latar belakang serta
tujuan yang berbeda, ini membuktikan bahwa sepakbola merupakan cabang
olahraga yang sangat populer di masyarakat kita, sehingga tidak jarang kita dengar
bahwa sepakbola merupakan olahraga yang bermasyarakat, disamping itu
sepakbola juga dipercaya selain bisa belajar untuk menumbuhkan dan
mengembangkan aspek kognitif, juga aspek afektif seperti sikap sportif, tanggung
jawab, kerjasama, menghargai dapat dibentuk melalui olahraga ini (Valentino &
Iskandar, 2020).
Dalam menyundul bola agar lebih maksimal harus di ikut sertakan dengan
kelenturan yang dapat membantu atlet untuk mengembangkan gerakan-gerakan
yang diinginkannya dan mencegah terjadinya cedera, menurut Arsil (2008)
kelenturan adalah kemampuan menggerakkan persendian dan otot pada
keseluruhan ruang geraknya. Sedangkan Jonath/Krempel dalam Syafruddin (2011)
mengatakan “Kelenturan (flexibility) merupakan kemampuan tubuh untuk
melakukan latihan-latihan dengan amplitudo gerakan yang besar atau luas.
Yang perlu dilatih adalah kelenturan persendian tubuh, kelenturan togok dan
kelenturan otot leher. Ini menandakan seseorang tidak akan bisa menyundul bola
dengan baik tanpa didukung oleh kemampuan kelenturan, terutama kelenturan
togok, karenan diperlukan untuk mengoptimalkan pergerakan saat pelaksanaan
menyundul bola.
dengan baik, begitu pula dengan usaha meningkatkan komponen fisik pemain
belum terprogram dengan sistematis.
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi pada siswa SMP Negeri 1
Kambowa Kabupaten Buton Utara, didasarkan data-data yang diperoleh
menunjukkan bahwa saat melakukan heading banyak siswa yang mengalami
kesulitan/kegagalan, seperti yang terjadi bola tidak sampai ke gawang atau keluar
lapangan ataupun perkenaan bola dengan kepala. Hal ini dapat dilihat dari hasil,
tidak semua siswa dapat melakukan heading dalam permainan sepak bola dengan
tingkat keberhasilan baik. Sehingga penulis berasumsi bahwa hal tersebut ada
hubungannya dengan faktor kelenturan togok siswa yang masih rendah atau masih
belum maksimal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan diatas maka dapat di
rumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu, apakah ada hubungan
kelenturan togok dengan kemampuan meyundul bola pada permainan sepak bola
siswa SMP Negeri 1 Kambowa Kabupaten Buton Utara ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menegetahui seberapa besar korelasi
kelenturan togok dengan kemampuan meyundul bola pada permainan sepak bola
siswa SMP Negeri 1 Kambowa Kabupaten Buton Utara
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitan ini adalah sebagai berikut:
1. Para siswa, pelatih, dan para peminat olahraga sepak bola untuk mendapatkan
pengetahuan dan digunakan sebagai pedoman dasar untuk memberikan
5
informasi ilmiah dalam pelaksanaan menyundul bola terkhusus dalam hal ini
kelenturan togok.
2. Memberikan sumbangsi informasi positif bagi guru pendidikan jasmani dan
kesehatan dalam melatih dan mengajar, memilih dan mengembangkan pola
latihan yang tepat dan sesuai dengan kemampuan menyundul bola dalam
permainan sepak bola yang dimiliki siswa, agar latihan atau pembelajaran
yang dilakukan dapat berjalan secara terencana, efisien dan efektif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
2. Kelenturan togok
Kelenturan togok adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
gerakan-geraken pada tubuhnya dengan lentur, dengan ruang gerak sendi dan
elastisitas dari otot-otot. Kemampuan fisik yang dimaksud terutama ditekankan
pada bagian tubuh yang memegang peranan penting dalam heading bola seperti
unsur fisik kekuatan otot perut, kelenturan togok ke belakang dan
keseimbangan merupakan hal yang sangat penting agar dapat melakukan
gerakan heading bola dengan baik dan optimal. Kelentukan adalah efektivitas
seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktivitas dengan penguluran
tubuh yang luas (Sajoto, 1995).
Kelenturan togok ke belakang dibutuhkan pada saat melakukan heading
bola sebagai upaya persiapan pelaksanaan sundulan dimana kelenturan togok
ke belakang akan memberikan sudut gerakan badan dalam ayunan. Kedua
aspek tersebut merupakan satu kesatuan gerak yang penting dalam menunjang
pelaksanaan heading sehingga menghasilkan unjuk kerja yang optimal
(Muhammad, Ronni, Roma, & Irfan, 2020).
Adapun manfaat seseorang melakukan peregangan menurut (Delasonia,
2013) sebagai berikut:
1. Dapat meningkatkan kebugaran fisik seorang atlet,
2. Dapat mengoptimalkan daya tangkap, latihan dan penampilan atlet pada
berbagai bentuk gerakan yang terlatih,
3. Dapat meningkatakan mental dan relaksasi fisik atlet,
4. Dapat meningkatkan perkembangan kesadaran tubuh atlet,
5. Mengurangi resiko keseleo sendi dan cedera otot,
6. Mengurangi resiko cedera punggung,
7. Mengurangi rasa nyeri otot,
8
8. Mengurangi rasa sakit yang menyiksa pada saat menstruasi bagi atlet
wanita,
9. Mengurangi ketegangan otot.
11.00 pada pagi hari dan antara pukul 16.00 – 17.00 pada sore hari. Dengan
demikian kelenturan mempunyai peran yang sangat penting bagi siswa untuk
melakukan gerakan guling depan. Kaitannya kelenturan togok dengan
kemampuan guling depan yaitu kelenturan togok tubuh akan memberikan
kesempurnaan gerak. Siswa dengan tingkat kelenturan togok yang baik akan
dapat melakukan gerakan yang baik pula, gerakan yang dilakukan lebih
efisien, efektif, harmonis dan luwes.
Di samping itu kekuatan togok akan mempermudah mempelajari
teknik-teknik gerakan guling depan serta mencegah terjadinya cedera.
Didasari uraian di atas maka kelenturan togok adalah salah satu faktor kondisi
fisik yang mampu memudahkan siswa dalam mempelajari keterampilan gerak
seperti dalam proses latihan guling depan. Unsur kelenturan togok tersebut
tidak terlepas dalam optimalisasi pencapaian penampilan keterampilan
jasmani baik bagi siswa dalam mencapai prestasi proses belajar. Adanya hal
tersebut maka guru penjas perlu mngembangkan kemampuan kelenturan siswa
dengan memberikan berbagai macam latihan pengembangan kelenturan
(Delasonia, 2013).
Kelenturan adalah efektivitas seseorang dalam menyesuaikan diri
untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas (Sajoto, 1995 : 9).
Kelenturan dipengaruhi oleh elastisitas otot-otot setas dinyatakan dalam
satuam derajat. (Harsono 1988 ) mengatakan bahwa lentuk tidaknya seseorang
ditentukan luas atau sempitnya ruang gerak sendi-sendinya. Jadi kelenturan
adalah kemampuan melakukan gerakan dalam ruag gerak sendi. Kecuali oleh
ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan elastisitas tidaknya otot-otot,
tendon, dan ligament. Togok/tulang belakang (Kolumna Vertebralis) terdiri
dari lima bagian yaitu (1) Verterbra servikalis, (2) Vertebra torakalis, (3)
vertebra lumbalis, (4) Vertebra sakralis, dan (5) Vertebra kogsigialis.
kolumna vetebralis ini berfungsi sebagai penopong badan yang kokoh
sekaligus bekerja sebagai penyangga dengan perantara tulang rawan cekram
intervertebralis yang lengkungnya memberi fleksibilitas untuk membengkok
10
tanpa patah (Syaifuddiun, 2006 : 53). Untuk lebih jelasnya perhatikan pada
gambar berikut.
selamanya hanya dimainkan dengan kaki tetapi juga menggunakan kepala apabila
arah datangnya bola di atas jangkauan kaki.
Menyundul bola dapat dilakukan dengan sikap berdiri dengan kaki tetap
kontak dengan tanah atau sambil melompat ke udara. Sikap manapun yang
dilakukan harus tetap memperhatikan beberapa faktor, yakni mata harus
mengawasi bola yang datang, badan condong ke belakang untuk mendapatkan
tenaga lecutan, kedua tangan direntangkan kesamping untuk menjaga
keseimbangan. Pada saat kontak, bagian depan kening mengenai bagian tengah
bola. Bola disundul dengan lecutan yang tenaganya datang dari pinggang, leher
dan perut, arah bola dapat diatur dengan leher (Risaldi, 2019).
Menurut (Arifan, Barlian, & Afrizal, 2020) Heading adalah teknik dasar
yang penting dalam sepakbola, sundulan bukan hanya sekedar cara mengoper bola
dengan kepala, melainkan juga dapat sebagai andalan untuk mencetak gol
kegawang lawan”.Oleh sebab itu semakin cepat dan tepat pergerakan tubuh maka
bola semakin dapat disundul tajam kegawang dan memungkinkan untuk sulit
diantisipasi oleh kiper lawan. Ada konsep dasar yang harus dikuasai dalam
melakukan heading yaitu:
1. Pada saat anda melihat kedatangan bola, bergeraklah ke arah bola itu untuk
menghadang lajunya.
2. Perhatikan arah datangnya bola, dan terus perhatikan sampai bola tersebut
menimpa kening anda.
3. Jangan memejamkan mata atau anda akan kesakitan, perhatikan arah gerakan
bola yang datang dan menjauhi tubuh anda.
4. Sundul bola itu dengan bagian atas kening anda, jangan memakai pelipis atau
bagian atas kepala anda.
5. Gerakkan kepala anda ke belakang dan dengan kuat sundullah bola itu, jangan
hanya diam dan membiarkan bola menimpa kepala anda.
Menyundul bola pada hakekatnya memainkan bola dengan
kepala.Tujuan menyundul bola dalam permainan sepakbola adalah untuk
mengumpan, mencetak gol, dan untuk mematahkan serangan lawan/
12
2. Meneruskan bola
2. Dribbling (menggiring)
Dribbling adalah keterampilan dasar dalam permainan sepak bola yang
harus dimiliki oleh atlet, karena didalamnya menyangkut penguasaan bola saat
sedang bergerak, berdiri atau bersiap melakukan operan atau tembakan.
a. Dribbling dengan menggunakan sisi kaki bagian dalam
Dribbling dengan menggunakan kaki bagian dalam memungkinkan
seorang pemain untuk menggunakan sebagian besar permukaan kaki
sehingga kontrol terhadap bola akan semakin besar, meskipun sedikit
16
5. Shooting (menembak)
Oleh karena itu dengan menguasai teknik dasar dalam permainan sepak
bola salah satunya seperti menyundul bola pemain dapat menciptakan gol ke
18
3. Kecepatan
Kemampuan pemain melakukan gerakan atau menempuh jarak tertentu
dalam kurun waktu sesingkat mungkin.
4. Kelentukan dan mobilitas otot
Kemampuan tubuh atau salah satu bagian dari tubuh untuk
menggabungkan kelenturan otot dan pergerakan sendi guna mencapai jark
terjauh yang dapat dilakukan.
5. Koordinasi dan kelicahan Koordinasi
adalah kemampuan pemain mengatur bagian-bagian tubuhnya guna
menghasilkan gerakan tepat guna dengan mulus. Kelicahan (agility) adalah
kemampuan pemain merubah arah dan kecepatan baik saat mengolah bola
maupun saat melakukan pergerakan tanpa bola.
6. Kemampuan motorik dasar
Pergerakan tubuh dalam menyesuaikan dirin dengan keadaan di luar
tubuh (misalnya saat berjalan, berlari, melompat, menjatuhkan diri atau
mengubah arah tubuh). Kemampuan motorik dasar lainnya mencakup
menendang, melempar, menangkap dan lain-lain.
7. Daya tanggap dan kewaspadaan (awareness)
Ketangkasan di dalam melihat dan menilai situasi tertentu serta mampu
menggabungkan penilaian dengan aksi yang cepat. Dari dasar di atas maka
heading menurut pelaksanaannya dapat diidentifikasikan ada tiga istilah fisik
yang paling berperan yaitu kelenturan togok
F. Kerangka Pikir
Kelenturan adalah efektivitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk
segala aktivitas dengan pengukuran tubuh yang luas (Sajoto, 1995). Otot
punggung (bagian tulang belakang) terdiri dari 1) Otot yang ikut menggerakan
lengan, otot ini terdiri dari Trapezius (otot kerudung), Muskulus latisimus dorsi
(otot ounggung lebar) dan Muskulus rumboid (otot belah ketupat), 2) Otot antara
ruas tulang belakang dan iga, otot ini terdiri dari Muskulus serratus posterior
inferior (otot gergaji belakang bawah), Muskulus serratus posterior superior, 3)
Otot punggung sejati, otot ini terdiri dari Muskuslus interspinalis transversi dan
20
A. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif korelasional yang
dimana peneliti ingin mengetahui hubungan kelenturan togok dengan kemampuan
menyundul bola pada permainan sepak bola siswa SMPN I Kambowa Kabupaten
Buton Utara. Adapun rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
X Y
B. Identifikasi Variabel
Variabel dalam peneliian ini terdiri dari:
1. Variabel bebas yaitu kelenturan togok (X)
2. Variabel terikat yaitu kemampuan menyundul bola (Y)
C. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak menimbulkan kesalahan penafsiran yang keliru maka variabel
dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:
1. Kelenturan yang dimaksud adalah kelenturan togok ke belakang, yaitu
kemampuan otot togok dalam melakukan gerak ke belakang secara luas
dengan memanfaatkan ruang gerak secara maksimal. Untuk mengetahui
kelenturan tubuh ke belakang seseorang dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan tes back up.
2. Kemampuan menyundul bola yang dimaksud adalah kemampuan menyundul
bola dengan menggunakan kepala, untuk mengetahui kemampuan heading
21
22
1. Bola kaki
2. Stopwatch
3. Tembok/Dinding
4. Pluit/sempritan
5. Alat tulis menulis
6. Meteran
7. Lapangan sepak bola
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Tes kelenturan togok belakang, diukur dengan tes back up sebagai berikut
a. Posisi tubuh tidur tengkurap
b. Posisi tubuh lurus
c. Kaki juga lurus
d. Posisi masing-masing tangan barada di samping, menyentuh belakang
masing-masing telinga
e. Kemudian gerakan tubuh bagian atas naik dan turun
f. Ketika naik, posisi tubuh harus naik maksimal, perhitungan di mulai dari
posisi di bawah, maka di hitung sekali jika sudah turun lagi
g. Pelaksanaan nya seperti pada gambar dilakukan 3 kali, diambil tes terbaik.
2. Tes kemampuan heading, di lakukan dengan tes dinding pantul dan dinding
sasaran.
a. Pelaksanaan Tes
Pengambil waktu memberi aba-aba SIAP, testi berdiri menghadap ke
dinding pantul dengan bola di tangan dalam keadaan siap memulai tes.
Pengambil waktu kemudian memberi aba-ab YA, dan testi segera
memantulkan bola ke dinding pantul. Selanjutnya testi memantulkan bola
kembali ke dinding dengan menggunakan kepala, dan ini harus dilakukan
secara terus-menerus selama 10 detik.
Apabila bola jatuh ke tanah, maka testi harus mengambil bola tersebut
dan memainkan nya kembali sampai batas waktu yang telah di tentukan.
Bagi pengambil waktu, bersamaan dengan aba-aba YA stopwatch
dijalankan. Tepat 10 detik pengambil waktu memberikan aba-aba STOP
dan menghentikan stopwatch nya. Tugas pengawas memperhatikan
sundulan bola yang dilakukan testi secara sah dan masuk ke daerah
sasaran.
b. Cara menskor
Lemparan bola pertama ke arah tembok yang masuk daerah sasaran.
Skor tes mulai di hitung setelah bola di lempar ke daerah sasaran,
memantul, di sundul oleh testi dan masuk daerah sasaran.
Setiap sundulan bola yang di lakukan testi dan masuk ke daerah sasaran
atau mengenai garis batas sasaran (1,50 m), testi berhak memperolah
skor satu. Sedangkan bola yang di passing dan tidak masuk ke petak
sasaran, maka testi memperoleh skor (0) nol.
Apabila terjadi sundulan yang bola yang gagal (tidak terkontrol), maka
bola boleh di pegang dan segera di lempar kembali ke daerah sasaran,
lemparan ini tidak di hitung sebagai skor tes.
Hasil skor testi adalah keseluruhan hasil sundulan bola yang di lakukan
selama 10 detik, dan bola yang di sundul masuk ke daerah sasaran sesuai
dengan peraturan yang telah di terapkan.
25
Gambar 3.3. Tes Dinding pantul dan Dinding sasaran (Prof. Dr. H. Saiful, M.Kes,
2020).
DAFTAR PUSTAKA
Afri, R., Musyafari, W., & Sutardji, S. (2013). Sumbungan Hiperekstensi Togok,
Kekuatan Otot Perut, Dan Leher Terhadap Kemampuan Heading. Journal
Of Sport Sciences and Fitness, 7-12.
Anton, T., & Afrizal, S. (2020). Kontribusi Kelentukan Dan Dayaledak Otot
Tungkai Terhadap Heading Sepakbola. Jurnal Patriot, 616-626.
Arifan, I., Barlian, E., & Afrizal, A. (2020). Pengaruh Latihan Jump To Box
Terhadap Kemampuan Heading. Jurnal Performa Olahraga, 73-79.
Giriwijoyo, S., & Sidik, D. Z. (2013). Ilmu faal olahraga (fisiologi olahraga):
fungsi tubuh manusia pada olahraga untuk kesehatan dan orestasi. PT
Remaja Rosdakarya.
Harsuki, H. (2003). Perkembangan Olahraga Terkini Kajian Para Pakar. PT. Raja
Grafindo Persada: Jakarta.
Muhammad, I., Ronni, Y., Roma, I., & Irfan, O. (2020). Kemampuan Teknik
Dasar Sepak Bola. Jurnal Patriot, 720-731.