Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang dan Masalah

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional yang diamanatkan

dalam UUD 1945, yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Pemerintah

melaksanakan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia secara

berkesinambungan untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang adil dan

makmur. Pembangunan tersebut mencakup di bidang fisik,mental dan

spiritual,dengan kata lain sehat jasmani dan rohani, maka akan mudah pemerintah

dalam melaksanakan berbagai bentuk aktifitas pembangunan. Salah satu sektor

yang menjadi objek pembangunan di Indonesia ini adalah di bidang olahraga.

Olahraga pada saat sekarang ini merupakan kegiatan yang tidak terlepas dari

kehidupan manusia secara individu mapun kelompok. Di samping itu juga olahraga

adalah aktifitas fisik manusia dalam pembentukan manusia seutuhnya, yang sehat

jasmani dan rohani serta memiliki sikap mental yang baik. Oleh karena itu,

pembinaan di dalam olahraga sangat erat kaitannya dengan kehidupan dalam

masyarakat, bangsa dan bernegara.

Menyadari bahwa olahraga merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan

kualitas sumber daya manusia, untuk itulah pemerintah kita menjadikan sebagai

salah satu bagian dari Pembangunan Nasional, yang tertuang dalam UU Nomor 3

1
2

pasal 4 Tahun 2005 tentang sistem Keolahragaan Nasional. Bahwa tujuan

pembangunan di bidang olahraga adalah sebagai berikut :

“Keolahragaan Nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan

dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia. Menanamkan nilai moral dan akhlak

mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan

bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat dan martabat,

dan kehormatan bangsa”. (UU No 3 : 2005 : 7).

Salah satu elemen yang bisa mewujudkan tujuan pembangunan olahraga

Indonesia adalah lembaga pendidikan. Dimana lembaga pendidikan memiliki

peranan penting dalam menumbuh kembangkan bidang – bidang olahraga pada

para siswa. Sebab dari berbagai disiplin ilmu yang ada di lembaga pendidikan,

Penjaskes merupakan mata pelajaran wajib bagi siswa sesuai dengan kurikulum.

Dimana hal ini brtujuan sebagai salah satu persiapan untuk mewujudkan manusia

Indonesia seutuhnya yang mampu berdiri sendiri, serta memiliki kemampuan dasar

sebagai bekal untuk meraih prestasi yang lebih tinggi dibidang olahraga.

Adapun tujuan kurikulum bidang studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan

Rekreasi yang ingin dicapai adalah siswa memiliki pengetahuan, sikap positif,

keterampilan dan olahraga serta kesehatan untuk gerak dasar memacu pertumbuhan

dan perkembangan jasmani, mental , emosional yang selaras serta mencerminkan

hidup sehat. Dari keterangan diatas jelaslah bahwa pendidikan harus dapat

membawa anak didik sebagai generasi penerus bangsa kepada kehidupan yang

sehat jasmani dan rohani, dengan demikian tujuan pembangunan olahraga di

Indonesia dapat diwujudkan melalui dunia pendidikan.

Di SMP pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang wajib yang

dicantumkan dalam kurikulum pendidikan dan pengajaran, serta merupakan salah


3

satu mata pelajaran yang digemari oleh siswa – siswi. Dalam mata pelajaran

pendidikan jasmani dan kesehatan pada SMP terdapat banyak cabang olahraga

antara lain atletik, senam dan permainan. Di antara permainan terdapat berbagai

macam jenis permainan salah satunya adalah bulutangkis. Bulutangkis sebagai

salah satu permainan yang relatif mudah, murah, disenangi siswa siswi serta cukup

berkembang di masyarakat.

Dalam permainan bulutangkis kemampuan pemain ditentukan oleh

penguasaan teknik dasar yang baik, oleh karena itu penguasaan teknik dasar mutlak

diperlukan agar prestasi dapat ditingkatkan. Untuk dapat bermain bulutangkis,

maka seorang pemain harus menguasai teknik permainan bulutangkis. Mengenai

hal ini, Muhajir (2007:23) menjelaskan bahwa:

“Teknik-teknik dasar bermain bulutangkis yang perlu dipelajari secara umum

dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian yaitu: a) Cara memegang raket

(grip), b) Gerakan pergelangan tangan, c) Gerakan melangkahkan kaki (footwork),

d) Posisi badan terhadap bola, e) Waktu (timing) yang tepat, dan f) Teknik

pukulan”.

Untuk meningkatkan keterampilan dalam bermain bulutangkis, maka setiap

pemain harus berusaha untuk meningkatkan keterampilannya dan menguasai

berbagai teknik dasar dalam permainan bulutangkis, salah satunya adalah teknik

memukul shuttle cock. Meskipun pada dasarnya dalam permainan bulutangkis ada

bermacam-macam jenis pukulan, tetapi beberapa diantaranya mempunyai gerak

permualaan yang sama seperti smash, lob dari atas kepala dan drop dari atas kepala.

Teknik menguasai pukulan (strokes) yang sangat penting dan dikuasai oleh seorang

pemain bulutangkis adalah teknik dropshot.


4

Pukulan dropshot dapat dilakukan dari atas kepala, samping badan atau dari

bawah, baik dengan backhand atau forehand tergantung dengan arah datangnya

shuttle cock. Dalam penelitian, ini difokuskan pada teknik forehand dropshot.

Berkenaan dengan teknik dropshot tersebut Grice yang diterjemahkan oleh Eri

Desmarini Nasution (2007:71) menjelaskan bahwa : “dropshot adalah

pengembalian atau pukulan yang melintasi di atas net dan jatuh kearah lantai

dipukul secara underhand atau overhead dari dekat net atau belakang”.

Dilihat dari analisis gerak dropshot atau dikenal dengan istilah pukulan

potong dilakukan seperti pukulan smash. Perbedaannya hanya pada posisi raket saat

perkenaan dengan shuttle cock, shuttle cock dipukul dengan dorongan dan sentuhan

yang halus. Dengan kata lain, dropshot yang baik apabila jatuhnya shuttle cock

dekat dengan net dan tidak melewati garus short service. Karakteristik dropshot ini

adalah shuttle cock senantiasa jatuh dekat net di daerah lapangan lawan. Oleh

karena itu, pemain harus mampu melakukan dengan sempurna dari berbagai sikap

dan posisi badan dari sudut-sudut lapangan permainan.

Dalam melakukan pukulan dropshot agar berhasil dengan baik, maka harus

didukung oleh pergelangan tangan yang luwes. Fleksibilitas tangan berperan ketika

melakukan dropshot (forehand) dalam permainan bulu tangkis, karena fleksibilitas

pergelangan tangan merupakan poros dari gerakan tangan untuk melakukan

dropshot (forehand). Dengan adanya fleksibilitas pergelangan tangan , maka

pukulan dropshot tersebut dapat dilakukan dengan terkontrol dan dapat

mengarahkan dan menempatkan shuttle cock pada daerah dekat net atau jaring,

sehingga shuttle cock sulit untuk dikembalikan oleh lawan.

Walaupun fleksibilitas pergelangan tangan tersebut mempengaruhi terhadap

keterampilan dropshoot (forehand), tetapi sejauh ini belum diketahui seberapa


5

besar kontribusi atau sumbangan fleksibilitas pergelangan tangan terhadap

keterampilan dropshoot (forehand) siswa putra SMPN 3 kuantan mudik. Bertitik

tolak pada permasalahan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang

berjudul Kontribusi Fleksibilitas Pergelangan Tangan Terhadap Keterampilan

Dropshot (Forehand) Dalam Permainan Bulutangkis Pada Siswa Putra SMPN

3 Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi.

1.2. Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan masalah

penelitian ini yaitu :

a. Apakah terdapat kontribusi yang baik dari fleksibilitas pergelanagan tangan

terhadap keterampilan dropshot (forehand) dalam permainan bulutangkis?

b. Apakah kontribusi fleksibilitas pergelangan tangan dapat meningkatkan

keterampilan dropshot (forehand) bulutangkis?

c. Bagaimanakah kontribusi fleksibilitas pergelangan tangan siswa putra SMPN 3

Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi?

2. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

2.1. Tujuan Penelitian


6

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi fleksibilitas pergelangan

tangan terhadap keterampilan dropshot (forehand) dalam permainan bulutangkis

pada siswa SMPN 3 Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi.

2.2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagai bahan masukan kepada guru atau pelatih dalam melakukan pembinaan

pada cabang olahraga bulutangkis.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan di perpustakaan guna

menambah pengetahuan mahasiswa lainnya.

c. Sebagai bahan penambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis.

d. Untuk melengkapi tugas dan persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan pada Jurusan Penjaskesrek pada Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan Universitas Islam Riau Pekanbaru.

3. Ruang Lingkup Penelitian

3.1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan luasnya masalah, terbatasnya kemampuan dan waktu yang

tersedia, maka penulis membatasi masalah pada hal seberapa baik kontribusi

fleksibilitas pergelangan tangan terhadap keterampilan dropshot (forehand) dalam

permainan bulutangkis pada siswa putra SMPN 3 Kuantan Mudik Kabupaten

Kuantan Singingi.

3.2. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari salah pengertian atau penafsiran, maka peneliti merasa

perlu untuk memberikan pembatasan pengertian judul ini sebagai berikut :


7

a. Kontribusi adalah sumbangan (Depdikbut, 2002:592), yang dimaksud

kontribusi dalam penelitian ini adalah sumbangan dari fleksibilitas pergelangan

tangan terhadap keterampilan dropshot (forehand).

b. Fleksibilitas adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak

sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastis tidaknya otot-otot, tendon, dan

ligamen. (Harsono, 1988:163). Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

fleksibilitas pergelangan tangan untuk bergerak dalam ruang gerak sendi

pergelangan tangannya dalam melakukan dropshot.

c. Forehand adalah setiap pengembalian atau pukulan yang dilakukan dari sisi

tubuh yang dominan. (Grice yang diterjemahkan oleh Eri Desmarini Nasution

2007).

d. Pukulan Dropshot merupakan pukulan lambat atau pelan yang jatuh tepat

dimuka jaring/net lapangan muka lawan di depan garis serve pendek. (Poole,

1986:33).

e. Keterampilan adalah kemampuan untuk menggunakan satu atau beberapa

teknik secara tepat, baik dari segi waktu maupun situasi (Lutan:1988). Dalam

hal ini adalah keterampilan dropshot (forehand) dalam permainan bulutangkis.

f. Permainan bulutangkis adalah olahraga permainan yang dimainkan di sebuah

lapangan berbentuk persegi panjang oleh satu lawan satu atau dua lawan dua,

dengan dibatasi oleh net yang bertujuan untuk mematikan permainan lawan

dengan secepat-cepatnya dan berusaha untuk mengembalikan shuttle cock hasil

lawannya. (Subarjah, 2000:11)

4. Anggapan Dasar, Hipotesis Dan Teori


8

4.1. Anggapan Dasar

Berdasarkan pembatasan masalah sebelumnya, maka anggapan dasar dalam

penelitian ini adalah; Semakin baik kontribusi fleksibilitas pergelanagn tangan,

maka semakin baik pula penguasaan keterampilan dropshot (forehand) dalam

permainan bulutangkis pada siswa putra SMPN 3 Kuantan Mudik Kabupaten

Kuantan Singingi.

4.2. Hipotesis

Berdasarkan anggapan dasar di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah

terdapatnya kontribusi yang signifikan antara fleksibilitas pergelangan tangan

terhadap keterampilan dropshot (forehand) permainan bulutangkis siswa putra

SMPN 3 Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi.

4.3. Teori

Untuk mempermudah penelitian ini, maka penulis menguraikan beberapa

teori yang dijadikan landasan pada penelitian :

A. Hakikat Fleksibilitas

Fleksibilitas adalah komponen kondisi fisik yang penting untuk

melaksanakan kegiatan sehari-hari, lebih-lebih bagi atlet setiap cabang olahraga.

Oleh karena itu, hampir dalam setiap cabang olahraga fleksibilitas merupakan

komponen yang sangat diperlukan disamping komponen-komponen fisik lainnya.

Seorang atlet yang lentur atau fleksibel akan lebih mudah dan lincah dalam

melakukan suatu gerakan. Mengenai hai ini Sojoto (1988:58) mengemukakan

fleksibilitas adalah “keefektifan seseorang dalam penyesuaian dirinya, untuk


9

melakukan segala aktivitas tubuh dengan penguluran seluas-luasnya, terutama otot-

otot, ligament-ligamen disekitar persendian”.

Kelentukan sebagai salah satu komponen kesegaran jasmani, merupakan

kemampuan menggerakkan tubuh atau bagian-bagiannya seluas mungkin tanpa

terjadi ketegangan sendi dan cedera otot. Menurut Davis (1989) kelentukan

seseorang dipengaruhi oleh : tipe persendian, panjang istirahat otot, panjang

istirahat ligamen, dan kapsul sendi, bentuk tubuh, temperatur otot, jenis kelamin,

usia, ketahanan kulit, dan bentuk tulang. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kelentukan tersebut ditentukan oleh : keturunan, sejumlah faktor lingkungan

misalnya latihan, pemanasan, temperatur (Nieman DC, 1993).

Sedangkann Nurhasan (1999:146) menjelaskan bahwa:

“Kelentukan atau fleksibilitas merupakan kemampuan seseorang untuk

menggerakkan tubuh dan bagian-bagian tubuh dalam satu ruang gerak yang luas.

mungkin tanpa mengalami menimbulkan cedera pada persendian dan otot di sekitar

persendian itu”.

Berkaitan dengan masalah ini, Harsono (1988:163) menjelaskan bahwa,

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa perbaikan dalam kelentukan akan dapat:

a. Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera-cedera pada otot dan sendi.

b. Membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi dan kelincahan

(agility)

c. Membantu memperkembang prestasi

d. Menghemat pengeluaran tenaga (efisien) pada waktu melakukan gerakan

gerakan, dan

e. Memperbaiki sikap tubuh.


10

Dari pendapat para ahli tersebut, dapat digambarkan bahwa seorang siswa

yang mempunyai fleksibilitas yang baik akan lebih mudah dalam melakukan suatu

gerakan secara benar, pengeluaran tenaganya pun akan lebih efektif dan gerakannya

lebih lincah, hal ini dapat membantu anak untuk mengembangkan prestasinya

secara maksimal.

B. Pergelangan tangan

Pergelangan tangan merupakan salah satu sendi pada lengan, tepatnya adalah

sendi pergelangan tangan (art radiocorpal/wrist joint/intercorpal joint). Tulang

tangan disusun dalam beberapa kelompok. Karpus (tulang pangkal tangan) atau

tulang yang masuk formasi pergelangan tangan adalah tulang pendek. Metekarpal

membentuk kerangka tapat tangan dan berbentuk tulang pipa. Falanx adalah tulang

jari dan berbentuk tulang pipa.

Pada saat pemain melakukan suatu jenis pukulan forehand dropshot gerak

pergelangan tangan akan menentukan terhadap hasil pukulan dropshot. Adapun

arah gerakan tangan yang paling sering dilakukan pada waktu melakukan pukulan

overhead forehand dropshot adalah kearah jari kelingking (ulnar flexion) dan

kearah punggung tangan (extention atau dorsal flexion). Dengan demikian gerakan

pergelangan tangan merupakan bagian yang menentukan terhadap suatu jenis

pukulan, baik arah maupun daya pukulan. Gerakan pergelangan tangan akan sangat

efektif apabila pemain yang melakukannya dapat menyembunyikan gerakannya,

sehingga lawan tidak dapat memperkirakan jenis pukulan yang akan diterimanya,

apakah lob, smash, ataupun dropshoot.

Adapun keterampilan fleksibilitas pergelangan tangan adalah :

Salah satu aspek teknik yang diperlukan dalam permainan bulutangkis adalah

teknik overhead forehand dropshoot, maka bentuk-bentuk latihan yang digunakan


11

harus mendukung terhadap kemampuan teknik overhead forehand dropshoot. Akan

tetapi, dalam pelaksanaan latihan harus dilaksanakan secara sistematis, terencana,

dan progresif, serta tujuannya mengarah pada peningkatan kemampuan secara

maksimal. Berkaitan dengan penelitian ini, maka perlu melatih faktor kondisi fisik

dari fleksibilitas pergelangan tangan. Mengenai hal ini, Harsono(1988:164)

mengemukakan bahwa: Metode latihan untuk meningkatkan fleksibilitas

pergelangan tangan dapat menggunakan metode latihan peregangan dinamis,

peregangan statis, peregangan pasif, dan peregangan kontraksi-rileksasi/PNF

(propriocceptive neuromuscular fasilitation), latihan tersebut diharapkan dapat

mendukung terhadap keterampilan dropshot (forehand) dalam permainan

bulutangkis secara optimal.

C. Hakikat Permainan Bulutangkis

Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup mendapat

perhatian, baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Munculnya klub-klub

bulutangkis dapat dijadikan bukti bahwa olahraga ini banyak diminati oleh banyak

masyarakat. Maka, dengan semakin banyaknya perkumpulan bulutangkis atau pusat

latihan bulutangkis di tiap-tiap daerah yang membina atlet-atlet usia dini dengan

harapan akan berprestasi lebih baik. Sejalan dengan perkembangan olahraga

bulutangkis, prestasi terbaik merupakan dambaan untuk setiap atlet maupun pelatih.

Untuk mencapai hal itu tidaklah mudah dalam meuwujudkannya, oleh karena

prestasi yang optimal membutuhkan pembinaan dalam jangka waktu yang cukup

lama.

Setiap cabang olahraga memiliki ciri khas permainan masing-masing yang

mencerminkan tujuan, cara pelaksanaan, dan tuntutanan dalam pembinaan.

Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual dan dapat


12

dilakukan dengan caa satu orang melawan satu orang atau dua orang melawan dua

orang. Permainan ini menggunakan raket sebaagai alat pemukul dan shuttle cock

sebagai objek yang dipukul. lapangan permainan berbentuk segi empat dan dibatasi

oleh et atau jarring yang berfungsi untuk memisahkan daerah permainan lawan

yang saling berhadapan.

Tujuan permainan bulutangkis adalah berusaha untuk menjatuhkan shuttle

cock di derah permainan lawan dan menjaga agar tidak jatuh di lapangan sendiri,

seperti yang dikemukakan (Subarjah,2000:13) bahwa:

Tujuan permainan bulutangkis adalah berusaha untuk menjatuhkan kok di

daerah permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul kok dan

menjatuhkannya di daerah permainan sendiri. Pada saat permainan berlangsung,

masing-masing harus berusah agar kok tidak menyentuh lantai di daerah permainan

sendiri apabila kok jatuh dilantai atau menyangkut di net maka permainan terhenti.

Dari penjelasan di atas, maka dalam permainan bulutangkis pemain harus

berusha secepat mungkin mengembalikan shuttle cock ke daerah lapangan

permainan lawan dan menyulitkan lawan untuk mengembalikan shuttle cock.

Kekhasan permainan bulutangkis adalah pada objek permainan yang digunakan

berupa shuttle cock yang dipukul bolak-balik (rally) menggunakan raket tanpa

menyentuh lantai lapangan. Angka diperoleh seorang pemain jika shuttle cock yang

dipukulnya melewati net dan jatuh pada daerah lapangan lawan atau lawan tidak

dapat mengembalikan shuttle cock dengan sempurna.

Dalam permainan bulutangkis terjadi beberapa perubahan aturan permainan

dan perubahan peraturan permainan ini telah disosialisasikan pada tahun 2008.

Berkaitan dengan diantara perubahan point pada permainan bulutangkis dijelaskan

PBSI (2008:3) bahwa:


13

“Pemain dikatakan menang apabila dapat mengumpulkan angka sebanyak 21 poin

dalam setiap babaknya. Permainan ini menggunakan system two-winning set.

Artinya kemenangan bagi seorang pemain diperoleh dengan memenangkan dua

babak secara berturut-turut atau satu babak tambahan jika terjadi angka

kemenangan yang sama yaitu 1 – 1”.

1) Teknik Dasar Permainan Bulutangkis :

Dalam permainan bulutangkis untuk dapat meraih kemenangan diperlukan

penguasaan teknik dasar yang baik. Untuk dapat bermain bulutangkis dengan baik,

terlebih dahulu kita harus memahami bagaimana cara bermain bulutangkis dan

menguasai beberapa teknik/keterampilan dasar dalam permainan ini. Dinata

(2004:8) menjelaskan keterampilan teknik dasar permainan bulutangkis yang perlu

dipelajari secara umum dapat dikelompokan ke dalam beberapa bagian yaitu : 1)

Cara Memegang Raket, 2) Sikap Berdiri (Stance), 3) Gerak Kaki (Foot Work), 4)

Teknik Pukulan (Strokes). Dengan teknik dasar yang baik dari setiap individu akan

menentukan kemampuan penampilannya, sehingga kemenangan/prestasi dalam

permainan pun akan diraih sebagai hasil akhir dari suatu pertandingan.

Untuk mencapai prestasi yang maksimal, maka setiap cabang olahraga harus

memperhatikan beberapa aspek, salah satunya adalah penguasaan teknik dasar yang

sempurna. Oleh karena itu penguasaan teknik dasar mutlak diperlukan agar prestasi

dapat dtingkatkan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Harsono

(1988:100) sebagai berikut:

Kesempurnaan teknik-teknik dasar dari setiap gerakan adalah penting oleh

karena itu akan menentukan gerak keseluruhan. Oleh karena itu, gerak-gerak dasar

setiap bentuk teknik yang diperlukan dalam setiap cabang olahraga haruslah dilatih

dan dikuasai secara sempurna.


14

Dengan dikuasainya teknik dasar secara sempurna, maka setiap pemain

bulutangkis diharapkan dapat bermain secara efektif dan efisien sehingga pada

akhirnya prestasi yang maksimal dapat tercapai. Dalam permainan bulutangkis

seorang pemain bulutangkis terdapat beberapa teknik dasar yang harus dikuasai

oleh pemain. Untuk menjadi seorang pemain bulutangkis yang berprestasi, maka

perlu dituntut untuk memamhami dan menguasai berbagai teknik dasar pukulan

secara sempurna.

Mengenai teknik pukulan dalam permainan bulutangkis, Nurjaeni (1994:184)

menjelaskan bahwa: Dalam permainan bulutangkis terdapat bermacam-macam

pukulan seperti: a) pukulan servis, b) pikulan lob, c) pukulan dropshot, d) pukulan

chop, e) pukulan smash. Sedangkan Poole (1986:10) menjelaskan Keterampilan

dasar dari olahraga bulutangkis dapat dibagi dalam 4 bagian, yaitu: 1) pegangan

raket dan gerakan ‘serve’, 2) pukulan Forehand overhand, 3) pukulan backhand

overhand, 4) pukulan underhand.

Gambar 1: Pegangan Raket Forehand

2) Teknik Forehand Dropshot

Pukulan dropshot merupakan pukulan lunak dengan menjatuhkan shuttle cock

sedekat mungkin dengan net di daerah lawan melewati net bagian atas. Menurut

(Sugiarto,1983:58) “Dropshot adalah pukulan yang dilakukan dengan tujuan

menempatkan bola secepatnya dan sedekat-dekatnya dengan jarring pada lapangan


15

lawan. Dropshot memerlukan lebih banyak keterampilan kelentukan”. Sedangkan

(Tanjung,2001:32) menjelaskan bahwa: Dropshot adalah pakulan yang dilakukan

seperti smash, perbedaannya pada posisi raket saat perkenaan dengan kok.

Dropshot (pukulan potong) yang baik adalah apabila jatuhnya bola dekat dengan

net dan tidak melewati garis ganda. Faktor pegangan raket, gerak kaki yang cepat,

posisi badan dan proses perpindahan berat badan yang harmonis pada saat

memukul merupakan faktor penentu keberhasilan pukulan ini”.

Pukulan dropshot forehand yang dilakukan secara cermat dan tepat akan

menyulitkan lawan untuk mengantisipasi atau mengembalikannya. Hal ini berarti

bahwa seorang pemain bulutangkis dikatakan berhasil dalam melakukan pukulan

dropshot apabila pemain tersebut dapat melakukannya secara tepat. Dengan kata

lain shuttle cock yang dipukul harus jatuh sedekat-dekatnya dengan net di daerah

lawan dengan melewati net di bagian atas. Oleh karena itu, pukulan dropshot yang

dilakukan secara cermat dan tepat akan menyulitkan lawan untuk mengantisipasi

atau mengembalikan shuttle cock dengan sempurna.

Ciri yang paling penting dari pukulan overhead dropshot yang baik adalah

gerakan tipuan. Gerak tipuan pada pukulan overhead dropshot tersebut, kadang-

kadang sulit untuk diantisipasi dan dapat menghasilkan angka/poin kemenangan.

Dalam pemainan bulutangkis, pukulan overhead dropshot hasilnya akan lebih

efektif apabila pemain dapat mengkombinasikan pukulan lob dan smash, karena hal

ini memaksa lawan untuk lebih banyak bergerak. Berkaitan dengan hal ini, Grice

yang diterjemahkan oleh Eri Desmarini Nasution (2007:71) menjelaskan bahwa:

Dropshot (pukulan drop) dipukul rendah, tepat di atas net, dan pelan, sehingga

shuttle cock langsung jatuh ke lantai. Shuttle cock dipukul di depan tubuh

dengan jarak lebih jauh dari pukulan clear overhead, dan permukaan raket anda
16

dimiringkan untuk mengarahkan shuttle cock lebih ke bawah. Shuttle cock

lebih seperti diblok atau ditahan dari pada dipukul.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat digambarkan bahwa penekanan

gerakan pukulan overhead dropshot hamper sama dengan pukulan overhead

lainnya. Namun, ketika melakukan pukulan overhead dropshot shuttle cock seperti

diblok atau dipotong daripada ditepuk, dan dengan bola dengan pesat kehilangan

kecepatan dan jatuh lurus ke bawah setelah melewati net. Dengan demikian, untuk

menghasilkan pukulan overhead dropshot dengan baik, maka gerakan yang

dilakukan oleh seorang pemain harus berdasarkan prinsip-prinsip mekanika yang

berhubungan dengan gerakan tubuh dan benda lain, yang nantinya bermanfaat

untuk menganalisis dan mengoreksi pola gerak pemain.

Berikut ini cara melakukan pukulan overhead dropshot, menurut Grice yang

diterjemahkan oleh Eri Desmarini Nasution (2007:73) menjelaskan bahwa:

“ada tiga fase gerakan yang sangat menentukan keberhasilan teknik pukulan ini,

yaitu a) fase persiapan, b) fase pelaksanaan , dan c) fase follow through”. Untuk

lebih jelasnya mengenai cara melakukan pukulan overhead dropshot penulis akan

menguraikan sebagai berikut:

a) Fase persiapan

1. Grip handshake atau pistol

2. Kembali ke posisi menunggu atau menerima

3. Angkat tangan ke atas dengan kepala raket yang mengarah ke atas.

4. Berat badan seimbang pada telapak kaki bagian depan.

b) Fase pelaksanaan

1. Raih shuttle cock dengan kaki yang dominan.

2. Putar dan balikan tubuh kea rah bola yang akan datang.
17

3. Backswing menempatkan pergelangan tangan dengan posisi ditekukkan.

4. Forward swing untuk memukul shuttle cock

5. Raket menjangkau ke atas untuk memukul shuttle cock, yang merupakan blok,

bukan pukulan.

6. Kepala raket bergerak searah dengan shuttle cock

c) Fase follow through

1. Lanjutkan gerakan lurus dengan gerakan shuttle cock.

2. Gerakan mengayun mengikuti sudut gerakan shuttle cock.

3. Dengan menggunakan kaki, dorong tubuh anda ke bagian tengah lapangan.

4. Kembali ke bagian tengah lapangan.

Gambar 2. Pukulan Dropshot yang Baik/Benar

D. Kontribusi Fleksibilitas Pergelangan Tangan Terhadap Keterampilan

Dropshot (forehand) Bulutangkis.

Dalam permainan bulutangkis peranan pergelangan tangan sangat penting

dalam melakukan pukulan forehand dropshot, oleh karena gerakan pergelangan

tangan akan berfungsi maksimal dalam mengecoh dan memukul shuttle cock dekat

dengan net, dalam hal ini apabila pemain dapat menyembuyikan atau

menyamarkan gerakannya. Hal ini disebabkan karena lawan akan sulit

memperkirakan jenis pukulan apa yang akan diterimanya, apakah pukulan lob,
18

smash, atau dropshot. Mengenai pentingnya fleksibilitas saat melakukan pukulan

pada cabang olahraga bulutangkis, Tohar (1992:64) menjelaskan bahwa:

Gerakan pergelangan tangan yang bebas adalah sangat penting bagi segala

pukulan dalam bulutangkis, jadi disini sangat diperlukan adanya seorang

pemain yang mempunyai pergelangan tangan yang bebas, lentuk dan kuat.

Dari penjelasan tersebut maka untuk dapat melakukan pukulan overhead

forehand dropshot pergelangan tangan harus bekerja secar baik, oleh karena

seorang pemain bulutangkis dituntut untuk dapat melakukan pukulan secara efisien,

sehingga shuttle cock yang dipukul dapat maraih angka atau point.

5. Penentuan Sumber Data

5.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa putra SMPN 3 Kuantan

Mudik kabupaten Kuantan Singingi pada tahun ajaran 2010-2011 yang mengikuti

ekstrakurikuler yang berjumlah 15 0rang. Sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto

(2006:130) bahwa populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Untuk jelasnya

dapat dilihat dari table 1 dibawah ini.

Tabel 1. Populasi Siswa Putra Ekstrakurikuler SMPN 3 Kuantan Mudik

Kabupaten Kuantan Singingi

No Kelas Jumlah Nama

(Orang)
1 VII 5 1.Angga
2.Apri
3.Fedri
4.Nopri
5Tito
2 VIII 6 1.Bayu
2.Diko
3.Faisal
19

4.Supriadi
5.Padli
6.Nanda
3 IX 4 1.Andika
2.Inal
3.Inel
4.Tito

5.2. Sampel

Mengingat populasi tidak begitu besar dan dalam batas kemampuan, maka

peneliti menetapkan seluruh populasi dijadikan sampel (total sampling).

Sebagaimana dikemukakan oleh Sukardi (2003:54) bahwa sampel adalah sebagian

dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data tersebut.

6. Metodologi Penelitian

6.1. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

1. Observasi, dilakukan untuk memperoleh informasi melalui pengamatan

langsung di lapangan tempat penelitian dilakukan.

2. Kepustakaan, digunakan untuk mendapatkan konsep dan teori-teori yang

diperlukan dalam penelitian ini.

3. Tes dan pengukuran,

Adapun yang dipergunakan adalah yang berhubungan dengan fleksibilitas

pergelangan tangan dan keterampilan dropshot (forehand).

A. Tes kelentukan pergelangan tangan (Ismaryati 2006:109)

1. Tujuan : Mengukur kelentukan pergelangan tangan

2. Sasaran : Laki-laki dan perempuan yang berusia 6 tahun ke atas


20

3. Perlengkapan :

- Busur derajat, pensil, kertas karton, perekat

- Meja atau bangku yang datar

4. Pelaksanaan :

- Letakkan tangan disisi luar meja menghadap ke atas (pergelangan

tangan dipinggir meja sehingga tangan berada dipinggir meja)

- Kertas karton dipasang arah vertikal dengan alas triplek.

- Tangan menggenggam pensil atau spidol dalam posisi hiper extensi.

-Lakukan gerakan fleksi, sehingga pensil atau spidol membuat garis

lengkung di karto.

-Ukur lengkungan yang tertera di karton dengan menggunakan busur

derajat.

- Lakukan tiga kali ulangan

5. Penilaian :

- Nilai rata-rata dari ketiga ulangan merupakan kelentukan pergelangan

tangan.

Gambar 2. Test Kelentukan Pergelangan Tangan

Adapun untuk menentukan kriteria penilaian, maka terlebih dahulu

ditetapkan skor sebagai berikut :


21

Kriteria Penilaian

25 – 30 = Sangant Baik

19 – 24 = Baik

13 – 18 = Sedang

7 – 12 = Buruk

0–6= Buruk Sekali

B. Tes keterampilan dropshot (forehand). (Poole, 1986:33)

Gambar 3. Keterampilan Dropshot (Forehand)

1. Tujuan: untuk mengukur keterampilan dropshoot (forehand)

2. Alat/fasilitas : alat tulis, lapangan bulutangkis, raket dan shuttle cock.

3. Pelaksanaan :

- Orang coba berdiri dengan memegang raket di antara garis ganda

lapangan (lihat tanda X pada gambar). pada saat shuttle cock disentuh,

bidang raket harus datar dan mengarah ke muka atau sedikit mengarah

kebawah.

- Shuttle cock di dorong perlahan ke seberang jaring, janganlah memukul

shuttle cock.

- Lakukan dropshoot anda tanpa mengeluarkan bunyi.


22

- Perhatikan adanya gerakan akhir, jangan langsung berhenti mengayun

raket setelah menyentuh shuttle cock.

- Pukalan yang efektif adalah yang jatuh dekat jaring. Berikan kesempatan

memukul shuttle cock dengan pukulan dropshoot sebanyak 10 kali

pukulan.

4. Penskoran :

- Skor diambil dari jatuhnya bola ke daerah sasaran.

- Jika bola jatuh tepat pada garis yang membatasi dua petak sasaran maka

skor yang dicatat adalah skor yang paling tinggi.

- Skor diperoleh dari hasil jumlah keseluruhan, siswa coba dalam 10 kali

kesempatan melakukan dropshoot dan jumlah hasil keseluruhan yang

dijadikan sebagai data penelitian

1
2
3
4

Gambar 4. Test

Keterampilan Dropshot (Forehand)

Keterangan :
23

1 = Point 1

2 = Point 2

3 = Point 3

4 = Point 4

X= Orang coba/sampel

Y= Orang yang melambungkan kok

Adapun untuk menentukan kriteria penilaian yang siswa lakukan sebanyak 10

kali ulangan melakukan dropshot (forehand), maka terlebih dahulu ditetapkan

skor berikut ini :

Kriteria penilaian

Antara 31 – 40 : Baik Sekali

Antara 20 – 30 : Baik

Antara 11 – 19 : Sedang

Dibawah 10 : Kurang Baik

6.2. Teknik Analisis Data

Sehubungan dengan permasalahan penelitian ini, maka untuk mengetahui

kontribusi yang signifikan antara variabel X (Fleksibilitas pergelangan tangan)

dengan variabel Y (Keterampilan dropshot forehand permainan Bulutangkis).

tersebut dilakukan analisis data dengan menggunakan Korelasi Product Moment

uji linieritas regresi (Sudijono,2009:206) dengan rumus sebagai berikut:

r xy = N ∑ XY −(∑
√¿ ¿ ¿
X )(∑ Y )

Keterangan :
24

r xy = Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment

N = Sampel

∑XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y

∑X = Jumlah seluruh skor X

∑Y = Jumlah seluruh skor Y

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Rineka Cipta.


Jakarta
Dinata Marta, 2004. Bulu Tangkis. Cerdas Jaya. Jakarta
Grice Toni, 2007. Petunjuk Praktis Untuk Pemula Dan Lanjut. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Harsono, 1988. Coaching Dan Aspek-aspek Psikologis Dalam Coaching. CV
Tambak Kusuma. Bandung
Ismaryati ,2006. Tes dan pengukuran olahraga. Sebelas maret university press.
Surakarta
Kementrian Negara Pemuda Dan Olahraga. 2005. Undang-Undang Keolahragaan
Nasional NO. 3 Tahun 2005. Jakarta
Muhajir,2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga. Jakarta
Nurjaeni jejen, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan I, Kurikulum Baru GBPP
1994, Ganeca Exact. Bandung
Poole James, 1986. Belajar Bulu Tangkis. Pionir Jaya. Bandung.
Riduwan, 2008. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Alfabeta.
Bandung
Sojoto, 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Depdikbud. Jakarta
Subarjah, 2000. Pendekatan Keterampilan Taktis Dalam Pembelajaran
Bulutangkis. PB PBSI. Jakarta
Subarjah, 2009. Ilmu Kepelatihan Bulutangkis. Penataran Pelatih Bulutangkis
Tingkat Muda PB.PBSI. Jakarta
Sudijono, 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. PT Raja Grapindo Persada.
Jakarta
Sukardi, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta
Tanjung Chairul, 2005. Pedoman Praktis Bermain Bulutangkis. PB PBSI. Jakarta
25

Anda mungkin juga menyukai