Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia

yang sehat jasmani dan rohani, olahraga sebagai salah satu unsur dalam kehidupan

manusia, jika diberdayakan melalui berbagai cara yang baik dan benar. Hakikat

olahraga merupakan kegiatan fisik maupun psikis seseorang yang mengandung

sifat permainan dan berisi perjuangan melawan diri sendiri atau dengan orang lain

atau konfrontasi dengan unsur-unsur alam. Selain itu olahraga juga dapat

membuat tubuh seseorang menjadi sehat jasmani dan rohani yang akhirnya akan

membentuk manusia yang berkualitas.

Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur

yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan

kebugaran jasmani serta menjaga badan dari masalah penyakit dan stress. Disisi

lain olahraga juga dapat dijadikan ajang kompetisi untuk berlomba dalam

pencapaian sebuah prestasi, sebagai wujud untuk mempertahankan prestasi baik

secara individu, kelompok, maupun negeri asal yang diraih dalam ajang nasional

dan internasional.

Untuk memperlancar jalan tercapainya prestasi yang tertinggi, pemerintah

saat sekarang ini sangat berperan aktif meningkatkan prestasi dalam berbagai

cabang olahraga dengan cara melakukan pembinaan dari pusat sampai ke daerah.

Hal ini seperti dijelaskan dalam UUD Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005 Pasal

27 tentang Sistem Keolahragaan Nasional bahwa : “(1). Pembinaan dan


2

pengembangan keolahragaan dilaksanakan melalui tahap pengenalan olahraga,

pemantauan, pemanduan, serta pengembangan bakat dan pemantauan prestasi. (2).

Pembinaan dan pengembangan keolahragaan dilaksanakan melalui jalur keluarga,

jalur pendidikan, dan jalur masyarakat yang berbasis pada pembangunan olahraga

untuk semua orang yang berlangsung sepanjang hayat”.

Dari undang-undang tersebut diketahui bahwa pemerintah sangat

mendukung semua kegiatan yang dilakukan dengan beberapa tahapan, dimulai

dari pengenalan cabang olahraga, pemanduan, pemantauan, serta peningkatan

prestasi, dan pengembangan bakat. Dari semua tahapan tersebut dapat dilakukan

agar pembinaan dalam pengembangan kegiatan olahraga dapat tercapai.

Mengingat pentingnya peranan olahraga dalam kehidupan manusia, juga dalam

usaha ikut serta memajukan manusia Indonesia yang berkualitas, maka

pemerintah Indonesia mengadakan pembinaan dan pengembangan di bidang

olahraga, seperti mengadakan pertandingan-pertandingan olahraga yang biasanya

diikuti oleh para olahragawan.

Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat populer dan

digemari oleh semua kalangan masyarakat di Indonesia maupun di Dunia.

Sepakbola adalah permainan yang dimainkan oleh dua tim, setiap tim terdiri dari

sebelas orang pemain, masing-masing tim bermain bola saling merebut dan

memasukkan bola kedalam gawang lawan sebanyak mungkin hingga salah satu

tim yang memasukkan bola paling banyak akan memenangkan permainan

tersebut, permainan ini dimainkan dalam waktu 2x45 menit dan tambahan waktu

2 hingga 7 menit dalam 2 babak di lapangan sepakbola.


3

Proses pembinaan dalam olahraga tidak bisa dilakukan secara instan,

namun harus melalui proses yang panjang. Untuk mencapai prestasi yang optimal

diperlukan : Peningkatan fisik, Peningkatan teknik, Peningkatan mental, dan

Kematangan juara.

Ada 4 aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama

yaitu latihan fisik, teknik, taktik, dan mental. Aspek latihan fisik lebih

didahulukan karena merupakan pondasi dari suatu olahraga prestasi. Kualifikasi

jasmani menggambarkan komponen yang betul-betul berpengaruh hampir

disemua unit olahraga. Karena itu latihan fisik harus memiliki pembenaan yang

mendalam diprogramkan secara teratur dan tersusun sehingga kualitas stamina

badan dan kapasitas fungsional tubuh semakin bagus.

Seorang pelatih juga harus paham tentang komponen-komponen kondisi

fisik yang dibutuhkan dalam permainan sepakbola. Komponen fisik yang

dibutuhkan sebagai unsur biomotor pemain sepakbola adalah : 1) endurance, 2)

aerobic endurance, 3) muscular endurance, 4) anaerobic endurance, 5) speed, 6)

power, 7) flexibility, 8) strength, dan 9) body composition. Komponen-komponen

kondisi fisik pemain sepakbola tersebut merupakan unsur penting yang menjadi

dasar atau fondasi dalam bermain sepakbola. Jika pemain memiliki kondisi fisik

yang baik maka akan mendukung kemampuan lainnya seperti kemampuan teknik,

taktik, dan mental. Melihat dari pendapat di atas banyak faktor yang akan

mempengaruhi keberhasilan suatu kelas olahraga khusus sepakbola dalam

mewujudkan prestasi yang diharapkan, salah satunya melalui latihan yang

terprogram dengan baik.


4

Pemain sepakbola tidak membutuhkan semua komponen kondisi fisik

yang ada. Pemain sepakbola hanya membutuhkan beberapa komponen fisik, yaitu

Misalnya seorang penjaga gawang harus memiliki daya lentur (flexibility),

kelincahan (agility), reaksi (reaction), ketepatan (accuracy), Berbeda dengan

seorang pemain bertahan, harus memiliki kekuatan (strength), daya tahan

(endurance), daya ledak (muscular power), kecepatan (speed). Bagi seorang

gelandang harus memiliki kecepatan (speed), kelincahan (agility), reaksi

(reaction), koordinasi (coordination). Bagi seorang penyerang harus memiliki

kecepatan (speed), kelincahan (agility), reaksi (reaction), ketepatan (accuracy).

Sepakbola adalah salah satu olahraga yang berkembang pesat sampai saat

ini baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Banyak sekolah-sekolah sepakbola

yang mulai bermunculan. Perkembangan sekolah sepakbola di Kabupaten Siak

khususnya di Riau pada umumnya akhir-akhir ini menggembirakan. Banyak klub-

klub yang membuka pembinaan terhadap anak-anak usia dini yang berminat ingin

mengembangkan bakatnya. Diharapkan dengan banyaknya sekolah maupun klub-

klub sepakbola akan bermunculan pemain muda berbakat yang memiliki kualitas

dan kemampuan teknik bermain yang baik, karena dengan memiliki pemain yang

berkualitas ini akan terbentuk suatu klub/kesebelasan yang dapat bersaing dengan

klub/klub kuat di daerah lain dan sangat menguntungkan bagi perkembangan

Persepakbolaan di Indonesia.

Klub Sepakbola BSM FC Kandis Kabupaten Siak adalah salah satu klub

yang berada di kecamatan Kandis dan keberadaannya sudah diakui oleh Pengcab

Sepakbola Kabupaten Siak. Perjalanan Klub Sepakbola BSM FC Kandis


5

Kabupaten Siak itu sendiri telah mencapai beberapa generasi dan sudah mencapai

beberapa prestasi dalam tingkat Daerah. Klub Sepakbola BSM FC Kandis

Kabupaten Siak berlatih 3 kali seminggu, yaitu pada hari selasa, kamis dan sabtu.

Biasanya pelatih memberikan latihan tambahan apabila turnamen atau

pertandingan semakin dekat. Latihan yang diberikan oleh pelatih pada latihan fisik

biasanya pemain akan disuruh berlari 10-15 menit keliling lapangan, hal ini

bertujuan untuk meningkatkan daya tahan pemain. Selanjutnya, pemain akan

mendapatkan latihan fisik yang lainnya, seperti sit up, push up, back up, angkat

badan dan lainnya.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada Klub Sepakbola BSM

FC Kandis Kabupaten Siak di jumpai beberapa gejala kondisi fisik seperti daya

tahan pemain yang belum maksimal, para pemain juga gampang sekali mengalami

kelelahan sehingga berdampak juga pada kecepatan dan kekuatan yang ikut

menurun. Para pemain terlihat masih kurang ketekunan dalam menjalani latihan,

masih banyak pemain yang terlihat bermain-main pada saat latihan berlangsung.

Dari pentingnya kondisi fisik dan hasil latihan yang dilakukan, peneliti

ingin mengetahui kondisi fisik pemain Klub Sepakbola BSM FC Kandis

Kabupaten Siak apakah termasuk kategori baik sekali, baik, sedang, kurang, atau

kurang sekali.
6

B. Identifikasi Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa permasalahan

yang muncul yaitu :

1. Masih kurangnya daya tahan pemain Klub Sepakbola BSM FC Kandis

Kabupaten Siak.

2. Masih kurangnya kecepatan dan kekuatan pemain Klub Sepakbola

BSM FC Kandis Kabupaten Siak.

3. Masih kurangnya ketekunan berlatih pemain Klub Sepakbola BSM FC

Kandis Kabupaten Siak.

4. Saat bertanding beberapa pemain terlihat menurun kondisi fisiknya di

tengah-tengah pertandingan dan menyebabkan menurunnya kualitas

permainan pemain itu sendiri.

C. Batasan Masalah.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini harus mempunyai

batasan yang harus dikembangkan agar tidak melebar dan menimbulkan salah

tafsiran yang ada dalam penelitian ini, jadi peneliti hanya akan meneliti kondisi

fisik pemain sepakbola BSM FC Kandis Kabupaten Siak.

D. Rumusan Masalah.

Berdasarkan batasan masalah di atas, penelitian ini memiliki rumusan

masalah sebagai berikut : Bagaimana tingkat kondisi fisik pemain sepakbola BSM

FC Kandis Kabupaten Siak ?


7

E. Tujuan Penelitian.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

tingkat kondisi fisik pemain sepakbola BSM FC Kandis Kabupaten Siak.

F. Manfaat Penelitian.

Dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Memberikan informasi tambahan bagi pemain dan pelatih

sepakbola tentang tes kondisi fisik dan komponen kondisi fisik

yang harus dimiliki oleh seorang pemain sepakbola.

2. Bagi klub sebagai bahan acuan untuk standar kondisi fisik calon

pemain baru yang akan bergabung.

3. Sebagai sumbangan atau masukan untuk meningkatkan prestasi

klub BSM FC Kandis Kabupaten Siak.

4. Menjadi bahan rujukan penelitian selanjutnya dan Dapat dijadikan

sumber bahan bacaan di perpustakaan guna menambah wawasan

mahasiswa/mahasiswi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Islam Riau Pekanbaru.

5. Menambah wawasan bagi peneliti dan Sebagai salah satu syarat

guna mendapatkan gelar sarjana pendidikan (Strata 1) di Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau Pekanbaru.


8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Hakikat Kondisi Fisik

a. Pengertian Kondisi Fisik

Kondisi fisik ialah suatu keadaan tubuh seseorang dalam melakukan

aktivitas kegiatan sehari-hari maupun dalam menjalani latihan-latihan olahraga

tanpa merasakan kelelahan yang berarti. Kondisi fisik merupakan bagian

terpenting dalam semua cabang olahraga, terutama untuk mendukung aspek-aspek

lainnya seperti teknik, taktik, dan mental. Prestasi yang dicapai seorang atlet

merupakan salah satu tujuan dari kegiatan olahraga. Kondisi fisik sangat

menentukan dalam mendukung tugas seorang atlet dalam pertandingan, sehingga

dapat tampil secara maksimal.

Menurut Khalili Moghaddam & Lowe yang dikutip oleh Dawud

(2020:225) Kondisi fisik adalah satu persyaratan yang diperlukan dalam usaha

peningkatan prestasi atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang

tidak dapat ditunda atau ditawar lagi. Kondisi fisik merupakan satu kesatuan dari

komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun

pemeliharaannya.

Menurut Syafruddin (2011:64) Mengatakan bahwa kondisi berasal dari

kata condition (bahasa Latin) yang berarti keadaan. Sedangkan secara definitif,

kondisi meliputi keadaan fisik dan psikis serta kesiapan seorang atlet terhadap
9

tuntutan-tuntutan khusus suatu cabang olahraga. Batasan ini masih bersifat umum

dan terlalu luas karena menyangkut semua aspek fisik (jasmani) dan psikis

(rohani). Oleh karena itu, perlu dibatasi agar tidak menimbulkan pemahaman yang

berbeda. Kondisi yang akan dibahas selanjutnya adalah kondisi dalam arti fisik

saja, yaitu kondisi fisik karena kondisi dalam arti psikis merupakan wilayah kajian

psikologi olahraga (sports psychology).

Kondisi fisik berupa energi yang dapat meningkatkan kemampuan tubuh

atau aktivitas fisik dengan intensitas tinggi dan lama dengan tujuan agar atlet tidak

mudah lelah saat mengikuti latihan maupun disaat pertandingan (Kosasih,

2017:36). Kondisi fisik dapat mencapai titik optimal jika latihan dimulai sejak

usia dini dan dilakukan secara terus-menerus. Karena untuk mengembangkan

kondisi fisik bukan merupakan suatu hal yang mudah melainkan memerlukan

pelatih fisik yang memiliki kualifikasi tertentu. Sehingga bisa membentuk

peningkatan fisik atlet secara komplet tanpa mengakibatkan dampak yang akan

datang.

Selanjutnya Syafruddin (2011:64) juga menambahkan bahwa kondisi fisik

(Physical Condition) secara umum dapat diartikan dengan keadaan atau

kemampuan fisik. Keadaan tersebut bisa meliputi sebelum (kondisi awal), pada

saat dan setelah mengalami suatu proses latihan. Tugas pelatih adalah bagaimana

meningkatkan kondisi fisik atau kemampuan fisik awal atlet melalui suatu proses

latihan yang terprogram sehingga prestasi yang diinginkan dapat dicapai. Sebelum

pelatih memberikan latihan kepada atletnya tentu mereka harus tau dan mengerti

terlebih dahulu apa sebenarnya yang dimaksud dengan kondisi fisik, apa saja
10

bentuk atau macam jenisnya, bagaimana melatihnya dan faktor-faktor apa saja

yang dapat mempengaruhinya.

Dari kutipan diatas, kondisi fisik sangat penting pada semua cabang

olahraga, terutama pada olahraga yang menggunakan semua kemampuan tubuh.

Kondisi fisik sangat diperlukan oleh seorang atlet, karena tanpa didukung oleh

kondisi fisik prima maka pencapaian prestasi puncak akan mengalami banyak

kendala, dan mustahil dapat berprestasi tinggi. Maka dapat diartikan bahwa

kondisi fisik adalah keadaan fisik seseorang dalam melakukan olahraga haruslah

dalam keadaan siap, selain itu keadaan psikologisnya pun dituntut untuk selalu

siap dalam menjalani kegiatan olahraga tersebut.

Menurut M. Ridwan (2020:66) Latihan kondisi fisik dalam

pelaksanaannya lebih difokuskan kepada proses pembinaan kondisi fisik atlet

secara keseluruhan dan merupakan salah satu faktor utama dan terpenting yang

harus dipertimbangkan sebagai unsur yang diperlukan dalam proses latihan guna

mencapai prestasi yang tertinggi. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan

potensi fungsional atlet dan mengembangkan kemampuan biomotor ke derajat

yang paling tinggi. Melalui latihan kondisi fisik kebugaran jasmani atlet dapat

dipertahankan atau ditingkatkan, baik yang berhubungan dengan keterampilan

maupun dengan kesehatan secara umum.

Menurut Maliki (2017:2) Kondisi fisik khusus merupakan kemampuan

fisik yang dikhususkan untuk suatu cabang olahraga tertentu. Setiap cabang

olahraga memiliki karakteristik dan kekhususan tersendiri sehingga dibutuhkan


11

kondisi fisik khusus, seperti pada cabang olahraga sepakbola. Kondisi fisik yang

sangat dibutuhkan dalam sepakbola antara lain : daya tahan (endurance), daya

ledak otot tungkai (explosive power), kecepatan (speed), dan kelincahan (agility).

Irawadi (2011:1) Mengemukakan bahwa “Kondisi fisik merupakan faktor

yang paling dominan terhadap prestasi olahraga, karena kegiatan olahraga

umumnya sangat membutuhkan gerakan–gerakan yang menuntut kerja fisik yang

kompleks dan lebih berat”.

Kondisi fisik yang baik merupakan dasar utama bagi seseorang baik untuk

kebugaran jasmani dan bagi atlet untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dalam

konteks yang lebih khusus yaitu dalam kegiatan olahraga, maka kondisi fisik

seseorang akan sangat mempengaruhi bahkan menentukan gerak penampilannya

saat melakukan gerakan teknik dari olahraga tersebut.

b. Manfaat Kondisi Fisik

Dalam kegiatan olahraga sepakbola kondisi fisik seorang pemain akan

menentukan penampilan dan gerak dalam bermain sepakbola. Menurut Harsono

dalam Hilman (2016:4) Dengan kondisi fisik yang baik akan berpengaruh

terhadap fungsi dan sistem organisme tubuh, diantaranya :

1. Akan ada pengembangan dalam kapasitas komposisi


peredaran dan aktivitas jantung.
2. Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan,
stamina, dan komponen kondisi fisik lainnya.
3. Akan ada aksi yang bertambah bagus pada durasi
latihan.
4. Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-
organ tubuh setelah latihan.
12

5. Akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita


apabila diperlukan.
Apabila kelima keadaan di atas kurang atau tidak tercapai setelah diberi

latihan kondisi fisik tertentu, maka hal itu dapat sewaktu-waktu respon.

c. Komponen Kondisi Fisik

Dijelaskan tentang kondisi fisik dan komponen-komponen kondisi fisik

oleh Mochamad Sajoto yang dikutip oleh Royana (2017:3) sebagai satu kesatuan

utuh dari komponen yang tidak dapat dipisahkan, baik peningkatannya maupun

pemeliharannya. Artinya bahwa didalam usaha peningkatan kondisi fisik, maka

seluruh komponen tersebut harus dikembangkan. Komponen-komponen kondisi

fisik terdiri dari : 1) kekuatan, 2) daya tahan, 3) daya ledak, 4) kecepatan, 5) daya

lentur, 6) kelincahan, 7) koordinasi, 8) keseimbangan, dan 9) ketepatan reaksi

(Nurlin, 2008:65).

Menurut Ismaryati (2008:41-118) terdapat dua komponen yang

dikategorikan sebagai komponen kondisi fisik yaitu kecepatan dan reaksi. Apabila

komponen gerak digabung ke dalam komponen kelincahan, maka terdapat 10

komponen yang masuk kategori kondisi fisik tes tersebut. Adapun komponen

yang dimaksud adalah :

1. Kelincahan (agility) adalah kemampuan untuk mengubah arah dan

posisi tubuh atau bagian-bagiannya secara cepat dan tepat.

2. Keseimbangan (balance) terdapat dua macam keseimbangan yaitu

keseimbangan statis dan dinamis. Keseimbangan Statis adalah


13

kemampuan mempertahankan keadaan seimbang dalam keadaan diam,

sedangkan Keseimbangan Dinamis adalah kemampuan

mempertahankan keadaan seimbang dalam keadaan bergerak, misalnya

berlari berjalan, melambung dan sebagainya.

3. Koordinasi (coordination) didefinisikan sebagai hubungan yang

harmonis dari hubungan yang saling pengaruh di antara kelompok-

kelompok otot selama melakukan kerja, yang ditujukan dengan

berbagai tingkat keterampilan.

4. Kecepatan (speed) adalah kemampuan bergerak dengan

kemungkinan kecepatan tercepat.

5. Power atau Daya ledak disebut juga sebagai kekuatan eksplosif

adalah pengeluaran otot yang maksimal dalam waktu yang secepat-

cepatnya.

6. Waktu reaksi (reaction) adalah periode antara diterimanya

rangsang (stimuli) dengan permulaan munculnya jawaban (respon).

7. Ketepatan (accuracy) adalah seseorang yang mengendalikan gerak-

gerak bebas terhadap suatu sasaran.

8. Daya tahan aerobic (aerobic endurance) adalah kegiatan yang

dilakukan dalam waktu yang sama.


14

9. Kelentukan (elasticity) adalah kemampuan menggerakan tubuh

atau bagian-bagiannya seluas mungkin tanpa terjadi ketegangan sendi

dan cedera otot.

10. Kekuatan (power) adalah tenaga kontraksi otot yang dicapai dalam

sekali usaha maksimal.

Dengan kondisi fisik yang baik maka akan berpengaruh terhadap fungsi

dan sistem organisasi tubuh dan apabila 10 komponen kondisi fisik diatas kurang

atau tidak tercapai setelah diberi latihan kondisi fisik tertentu, maka hal itu dapat

dikatakan bahwa perencanaan, sistematika, metode serta pelaksanaannya kurang

tepat. Melalui latihan kondisi fisik kebugaran jasmani atlet dapat dipertahankan

atau ditingkatkan, baik yang berhubungan dengan keterampilan maupun dengan

kesehatan secara umum.

Berdasarkan kutipan di atas maka program latihan kondisi fisik haruslah

direncanakan secara baik dan sistematis yang ditujukan untuk meningkatkan

kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan

demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Latihan

kondisi fisik amat penting untuk meningkatkan kesegaran jasmani agar seseorang

dapat mencapai hasil kerja yang lebih produktif. Kegunaan lainnya ialah untuk

mencegah timbulnya cedera selama melakukan kegiatan fisik yang berat.


15

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Fisik

Menurut Ambarukami (2007:9) bahwa pada hakikatnya terdapat faktor-

faktor yang mempengaruhi kondisi fisik seorang atlet baik dari intern maupun

ekstern. Adapun yang dapat mempengaruhi kondisi fisik atlet antara lain :

1. Faktor mekanisme, kapasitas biomotor individu

olahragawan dibangun bersumber pada keperluan

metode cabang olahraga khusus untuk menaikkan

gerakan yang efektif.

2. Faktor taktik, saat memenangkan pertandingan

merupakan bagian dari tujuan latihan dengan

mempertimbangkan : kemampuan lawan, kekuatan dan

kelemahan lawan, dan kondisi lingkungan.

3. Faktor kesehatan, kesehatan merupakan bekal yang

perlu dimiliki oleh seorang atlet, sehingga perlu

melakukan pemeriksaan secara teratur dan perlakuan

untuk mempertahankannya.

4. Latihan psikis/mental dalam olahraga adalah aspek

abstrak, dan pendorong untuk mewujudkan kemampuan

fisik, teknik, maupun taktik.

Faktor kondisi fisik sangat mempengaruhi atlet disaat melakukan latihan

maupun pertandingan. Semakin kuat kondisi atlet maka semakin kuat atlet

tersebut dalam melakukan kegiatan, begitu juga sebaliknya semakin lemah


16

kondisi fisik atlet maka akan semakin terlihat fisiknya tidak maksimal dalam

melakukan kegiatan, baik itu disaat latihan maupun pertandingan.

e. Cara Meningkatkan Kondisi Fisik

Kondisi fisik yang baik sangat dibutuhkan sekali dalam olahraga sepakbola

karena dengan memiliki kondisi fisik yang prima akan sangat membantu pemain

tersebut dalam menjalani program latihan yang diberikan, selain itu dengan

memiliki itu semua akan memudahkan pemain untuk meraih prestasi yang

diharapkan.

Untuk meningkatkan kondisi fisik dapat dilakukan dengan cara penerapan

program latihan pada unsur-unsur fisik sebagaimana menurut Irawadi (2011:13)

yang mengatakan bahwa program latihan adalah seperangkat rencana kegiatan

latihan yang disusun sedemikian rupa sebagai pedoman dalam berlatih untuk

jangka waktu tertentu dan tujuan tertentu.

Kemudian selanjutnya Irawadi (2011:9) Memaparkan bahwa latihan harus

dirancang dan disusun secara sistematis yaitu suatu latihan yang dilaksanakan

dengan cara bertahap dan berurut sesuai ketentuan dan kaedah suatu latihan.

Berdasarkan pendapat Irawadi di atas kita peroleh kesimpulan bahwa dalam

proses latihan harus menekankan kepada prinsip dan program latihan yang benar-

benar jitu agar proses latihan dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan

dari penerapan program latihan yang akan diberikan, sebagai contoh untuk

meningkatkan kondisi fisik atlet yang bersangkutan.


17

2. Hakikat Permainan Sepakbola

a. Pengertian Sepakbola

Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang paling digemari

dan mudah dipahami di seluruh dunia. Demikian juga di Indonesia yang

mendapatkan simpati di hati masyarakatnya dimana sepakbola digemari oleh

semua lapisan masyarakat baik itu tingkat daerah, nasional, maupun internasional.

Menurut Sukma Aji (2016:1) Sepakbola berasal dari dua kata yaitu

“Sepak” dan “Bola”. Sepak atau Menyepak dapat diartikan menendang

(menggunakan kaki) sedangkan “Bola” yaitu alat permainan yang berbentuk bulat

berbahan karet, kulit, atau sejenisnya.

Menurut Luxbacher (2012:5) Mengatakan bahwa sepakbola merupakan

olahraga yang paling terkenal didunia. Lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia

memainkan lebih dari 20 juta permainan sepakbola setiap tahunnya. Untuk

memberikan bayangan tentang popularitas sepakbola, lebih dari 2 miliar pemirsa

televisi menyaksikan kesebelasan Brasil mengalahkan Italia pada final Fifa World

Cup Inggris 1994.

Menurut Eric (2014:4) Sepakbola adalah permainan sederhana dan rahasia.

Permainan sepakbola yang baik adalah melakukan hal-hal sederhana dengan

sebaik-baiknya. Sukma Aji (2016:1) Mengatakan bahwa Sepakbola adalah suatu

permainan yang dilakukan dengan cara menendang bola yang dilakukan oleh

pemain, dengan sasaran gawang dan bertujuan memasukkan bola ke gawang

lawan.
18

Kemudian menurut Abdul Rohim yang dikutip oleh Adziman (2017:36)

Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sangat populer di dunia dan olahraga

ini sangat mudah dipahami. Alasan daya tarik sepakbola terletak pada kealamian

permainan tersebut. Sepakbola adalah permainan yang menantang secara fisik dan

mental, kita harus melakukan gerakan yang terampil dibawah kondisi permainan

yang waktunya terbatas.

Dari uraian di atas, terlihat bahwa tujuan dalam bermain sepakbola adalah

memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan agar bisa memenangkan

suatu pertandingan sepakbola.

Di dalam permainan sepakbola terdapat empat unsur penting untuk pemain

sepakbola ketahui dan dipahami, diantaranya yaitu teknik, taktik, fisik, dan

kebugaran. Menurut Harsono dalam buku coaching (2001:100) Menyatakan

bahwa tujuan serta sasaran utama dari latihan atau training adalah untuk

membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin.

Untuk mencapai hal itu, ada 4 aspek yang perlu dilatih dan dilatih secara seksama

oleh atlet, antara lain :

1. Latihan Fisik (physical training)

Perkembangan kondisi fisik yang menyeluruh amatlah penting,

oleh karena itu tanpa kondisi fisik yang baik bagi atlet tidak

akan dapat mengikuti latihan-latihan dengan sempurna.

Beberapa komponen fisik yang perlu diperhatikan untuk

dikembangkan adalah daya tahan kardivaskular, daya tahan

kekuatan, kekuatan otot, power. Komponen-komponen tersebut


19

adalah hal yang utama harus dilatihkan dan dikembangkan oleh

atlet.

2. Latihan Teknik (technical training)

Yang dimaksud dengan latihan teknik disini adalah latihan

untuk mempermahir teknik-teknik gerakan yang diperlukan

untuk mampu melakukan cabang olahraga yang dilakukan atlet,

misalnya teknik menendang bola, melempar lembing,

menangkap bola, membendung smash, dan sebagainya. Latihan

teknik adalah latihan khusus yang dimaksudkan guna

membentuk dan memperkembangkan kebiasaan motorik atau

perkembangan neuromascular. Kesempurnaan teknik-teknik

dasar dari setiap gerakan adalah penting oleh karena akan

menentukan gerakan keseluruhan. Oleh karena itu, gerakan-

gerakan dasar setiap bentuk teknik yang diperlukan untuk

setiap cabang olahraga haruslah dikuasai dan dilatih secara

sempurna.

3. Latihan Taktik (tactical training)

Tujuan latihan taktik adalah untuk menumbuhkan

perkembangan interprentif atau daya tafsir pada atlet. Teknik-

teknik gerakan yang telah dikuasai dengan baik, kini haruslah

dituangkan dan diorganisir dalam pola-pola permainan, bentuk-

bentuk formasi permainan, serta strategi-strategi dan taktik-

taktik pertahanan dan penyerangan, sehingga berkembang


20

menjadi satu kesatuan gerakan yang sempurna. Setiap bola

penyerangan dan pertahanan haruslah dikenal dan dikuasai oleh

setiap anggota tim, sehingga dengan demikian hampir tidak

mungkin regu lawan akan dapat mengacukan regu kita dengan

suatu bentuk penyerangan dan pertahanan yang tidak kita

kenal.

4. Latihan Kebugaran

5. Perkembangan atlet tidak kala pentingnya dari ketiga faktor

tersebut diatas, sebab betapa sempurnapun perkembangan fisik,

teknik, taktik atlet, apabila kebugaran tidak berkembang,

prestasi tinggi tidak akan mungkin dicapai. Latihan-latihan

kebugaran proses kerja yang dilakukan secara sistematis dan

berkesinambungan. Berat atau energinya semakin hari semakin

berlebih agar memberikan rangsangan secara ekstensif terhadap

fisik. Model latihan kebugaran jasmani dikembangkan melalui

gerakan-gerakan anggota tubuh atau gerakan tubuh secara

keseluruhan, kesegaran jasmani merupakan bentuk tubuh

seseorang dalam melakukan beban yang dilakukan setiap hari

tanpa mengalami kelelahan yang berarti.

Keempat aspek diatas harus dilakukan setiap latihan dan harus

diajarkan secara serentak. Para pelatih umumnya selalu

menekankan fisik, teknik, taktik dan kebugaran dalam setiap


21

latihan agar mendapatkan gerak sempurna serta pembentukan

keterampilan yang sempurna.

b. Teknik Dasar Sepakbola

Kualitas keterampilan teknik dasar bermain setiap pemain tidak lepas dari

faktor-faktor kondisi fisik dan taktik sangat menentukan tingkat permainan suatu

kesebelasan sepakbola. Dengan demikian pemain akan dilatih untuk menguasai

teknik-teknik dasar olahraga sepakbola, adapun beberapa teknik dalam olahraga

sepakbola yaitu :

1) Passing Bola

Menurut Luxbacher (2012:12-13) Keterampilan pengoperan bola yang

paling dasar dan harus dipelajari terlebih dahulu biasanya disebut dengan push

pass (operan dorong) karena bagian samping dalam kaki sebenarnya mendorong

bola. Teknik pengoperan ini digunakan untuk menggerakkan bola sejauh 4 hingga

13 meter. Cara pelaksanaan cukup sederhana. Berdirilah menghadap target dengan

bahu lurus saat mendekati bola. Letakkan kaki yang menahan keseimbangan

tubuh (yang tidak digunakan untuk menendang) di samping bola dan arahkan ke

target. Tempatkan kaki yang akan menendang dalam posisi menyamping dan

jarak kaki ke atas menjauh dari garis tengah tubuh anda. Tendang bagian tengah

bola dengan bagian samping dalam kaki anda. Pastikan kaki tetap lurus pada

gerak lanjutan dari tendangan tersebut.


22

Gambar 1. Rangkaian Gerakan Passing


(Luxbacher, 2012:12)

2) Menggiring Bola

Menggiring bola adalah membawa atau menyentuh bola dengan tujuan

membawa bola ke daerah lawan dengan bola berada menempel pada kaki dan

mempertahankanya dari lawan, Menurut Luxbacher (2012:47) “Penggiringan bola

dalam sepakbola memliki fungsi yang sama dengan bola basket yaitu

memungkinkan pemain untuk memperankan bola saat berlari melintasi lawan atau

maju ke ruang yang terbuka. Pemain dapat menggunakan berbagai bagian kaki

inside, outside, instep, telapak kaki) untuk mengontrol bola sambil terus

menggiring bola”.

Kemudian menurut Luxbacher (2012:49) Teknik menggiring bola dengan

cepat adalah sebagai berikut :

Persiapan :

1. Postur tubuh tegak

2. Bola di dekat kaki

3. Kepala tegak untuk melihat lapangan dengan baik

Pelaksanaan :

1. Fokuskan perhatian pada bola

2. Tendang bola dengan permukaan instep atau outside instep sepenuhnya


23

3. Dorong bola ke depan beberapa kaki

Mengiringi bola :

1. Kepala tegak untuk melihat lapangan dengan baik

2. Bergerak mendekati bola

3. Dorong bola ke depan

Gambar 2. Teknik Menggiring Bola


(Luxbacher (2012:49)

3) Teknik Shooting

Menurut Mielke (2003:68) Cara melakukan shooting adalah mendekati

bola dari arah yang sedikit menyamping, bukan garis lurus. Usahakan langkah

tetap pendek-pendek dan cepat. Tempatkan kaki yang tidak digunakan untuk

menendang atau kaki tumpuan kira-kira satu langkah disamping bola. Dengan

ujung kaki menghadap ke gawang. Tariklah kaki yang digunakan untuk

menendang ke belakang tubuh dengan ditekuk kira-kira 90 derajat. Ayunkan kaki

tersebut ke depan untuk menyentuh bola. Pada saat persentuhan, lutut, tubuh dan

kepala harus sejajar dengan bola. Pergelangan kaki terkunci dan ujung kaki

menghadap ke bawah. Lanjutkan ayunan kaki mengikuti garis lurus menuju ke

arah tendangan bukannya menuju ke atas. Pertahankan ujung kaki tetap lurus
24

sampai mendaratkan kaki ke tanah. Momentum tendangan harus membawa tubuh

maju ke depan melebihi titik persentuhan ketika mendaratkan kaki yang

digunakan untuk menendang.

Gambar 3. Gerakan Shooting


(Luxbacher, 2012:15)

c. Sarana Olahraga Sepakbola

Menurut Luxbacher (2012:2) Lapangan sepakbola harus memiliki ukuran

panjang 100 hingga 130 yard dan lebar 50 hingga 100 yard. Ukuran panjangnya

harus lebih besar dari lebar. (Untuk pertandingan internasional, panjangnya harus

110 hingga 120 yard dan lebarnya 70 hingga 80 yard). Garis pemisah yang

lebarnya tidak lebih panjang dari 5 inchi membatasi daerah lapangan. Seperti yang

diperlihatkan pada gambar, garis batas akhir dari lapangan disebut dengan goal

lines, dan garis sampingnya disebut dengan touchlines. Garis tengah membagi

lapangan menjadi dua bagian yang sama, dan titik tengah menandai bagian tengah

dari lapangan. Lingkaran tengah dengan radius 10 yard mengelilingi titik tengah.

Gawang ditempatkan pada kedua ujung Lapangan pada bagian tengah goal

line (garis gawang). Masing-masing gawang memiliki tinggi 8 kaki dan lebar 24

kaki. Goal area (daerah gawang) adalah sebuah kotak persegi panjang pada

masing-masing goal line. Daerah ini dibatasi dengan dua garis yang dibuat pada
25

sudut-sudut yang tepat ke arah goal line, jaraknya 6 yard dari masing-masing ba-

gian tengah gawang. Garis ini diperpanjang sejauh 6 yard ke arah lapangan

permainan dan bergabung dengan garis yang paralel dengan goal line.

Penalty area (daerah penalti), yang merupakan kotak segi empat pada goal

line, dibatasi dengan dua garis yang dibuat pada sudut-sudut yang tepat ke arah

goal line, jaraknya 18 yard dari masing-masing bagian tengah gawang. Garis ini

diperpanjang sejauh 18 yard ke arah lapangan permainan dan bergabung dengan

garis yang paralel dengan goal line. Daerah gawang terdapat di dalam daerah

penalti. Yang terdapat pada daerah penalti adalah penalty spot (titik penalti). Titik

penalti ditentukan 12 yard dari depan pertengahan goal line. Tendangan penalti

dilakukan dari titik penalti. Lingkaran penalti dengan radius 10 yard dari titik

penalti dibuat di luar daerah penalti. Daerah sudut, dengan radius 1 yard, terdapat

pada setiap sudut lapangan. Tendangan sudut dilakukan dari bagian dalam daerah

sudut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :
26

Gambar 4. Lapangan Sepakbola


(Luxbacher, 2012:3)

B. Kerangka Pemikiran

Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang

tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya.

Artinya bahwa didalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen

tersebut harus dikembangkan, walaupun disana sini dilakukan dengan sistem

prioritas sesuai keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk keperluan apa

keadaan atau status yang dibutuhkan.

Kondisi fisik sangat penting bagi pemain sepakbola, karena apabila

seorang pemain tidak memiliki kondisi fisik yang baik dan hanya memiliki teknik

kondisi fisik yang baik saja maka pergerakannya tidak akan sempurna dan tidak

baik hasilnya, sebaliknya apabila seorang pemain memiliki kondisi fisik yang baik
27

dan tidak memiliki teknik yang baik maka pergerakannya tidak juga akan

sempurna.

Sepakbola merupakan permainan tim dan membutuhkan fisik yang prima.

Faktor kondisi fisik yang dimiliki oleh setiap pemain sepakbola itu berbeda-beda.

Setiap sesi latihan dalam cabang olahraga tertentu memiliki porsi sendiri-sendiri

dalam upaya meningkatkan kondisi fisik pemain. Dalam olahraga sepakbola

komponen-komponen kondisi fisik harus dimiliki oleh setiap pemain sepakbola

BSM FC yang mengikuti kegiatan latihan dan pertandingan sepakbola.

Dalam penelitian ini komponen kondisi fisik yang di teliti adalah :

Mengukur kekuatan (strength), daya ledak (explosive power), kecepatan (speed),

kelincahan (agility), kelenturan (flexibility), dan daya tahan (endurance).

Kecendrungan pemain yang mengikuti sepakbola sebagian besar atau kebanyakan

dari bakat alami yang dimiliki oleh sebagian pemain. Dari keseluruhan pemain

yang mengikuti klub sepakbola BSM FC belum ada catatan tentang kondisi fisik

yang dimiliki oleh setiap individu atau data untuk tolak ukur dalam menyeleksi

pemain yang ingin bergabung di klub sepakbola BSM FC.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan anggapan di atas, penelitian mengajukan hipotesis sebagai

berikut : Bagaimana tingkat kondisi fisik terhadap pemain Sepakbola Bina Satria

Muda Fc Kandis Kabupaten Siak ?.


28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

Penelitian deskriptif dengan pendekatan kuntitatif dalam Sugiyono (2010:11)

adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik

satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan, atau

menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Berdasarkan

pendapat di atas, maka dapat disebutkan bahwa jenis penelitian adalah bersifat

deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan memberikan gambaran

secara sistematis tentang keadaan kondisi fisik pemain Sepakbola Bina Satria

Muda Fc Kandis Kabupaten Siak.

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan gambaran umum dari subjek yang akan diteliti,

Menurut Sugiyono (2010:90) Mengemukakan bahwa populasi digunakan untuk

menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian.

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah pemain Sepakbola Bina Satria

Muda Fc Kandis Kabupaten Siak yang berjumlah 32 orang pemain.

2. Sampel

Menurut Arikunto (2006:117) Mengatakan bahwa sampel adalah sebagian

atau wakil dari populasi. Karena populasi dalam penelitian ini sedikit maka teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik


29

pengambilan sampel berdasarkan alasan tertentu yakni yang dijadikan sampel

yaitu pemain Sepakbola Bina Satria Muda Fc Kandis Kabupaten Siak yang aktif

dalam melakukan latihan sebanyak 25 orang.

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah pengertian atau penafsiran, maka peneliti

memberikan penjelasan terhadap istilah-istilah penting dalam penelitian ini,

diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang

tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun

pemeliharaannya seperti kekuatan otot tungkai, speed (kecepatan),

kelincahan, power otot tungkai serta daya tahan jantung dan paru.

2. Sepakbola merupakan olahraga beregu yang berisikan tim masing-masing

11 orang mengambil bagian dalam pertandingan. Mereka berusaha

menguasai dan menendang bola ke wilayah dan gawang lawan. Jika usaha

ini berhasil maka disebut sebagai telah mencetak gol. Tim yang paling

banyak mencetak gol dalam waktu dua kali 45 menit akan menjadi tim yang

memenangkan pertandingan. Para pemain dapat menggunakan kaki, kepala,

atau bagian tubuh lainnya kecuali kedua tangan dan lengan untuk

memainkan atau mengontrol bola. Teknik dasar dalam permainan ini yaitu

passing dan stopping bola, dribling bola atau menggiring, menyundul bola

atau heading serta menembak atau shooting.


30

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut :

1. Observasi adalah teknik pengamatan yang dilakukan sebelum

mengidentifikasi kendala-kendala yang ada di lapangan.

2. Studi Kepustakaan digunakan untuk mencari literatur atau referensi-

referensi yang berhubungan dengan penelitian ini.

3. Tes dan Pengukuran

Tes dan Pengukuran dalam penelitian ini adalah tes tingkat kondisi fisik

pemain Sepakbola Bina Satria Muda Fc Kandis Kabupaten Siak.

E. Pengembangan Instrumen

Adapun Instrumen penelitian ini adalah dengan menggunakan serangkaian

tes kondisi fisik untuk pemain cabang olahraga sepakbola menurut Fernanlampir

dan Faruq (2015:234) yaitu tes : kekuatan otot tungkai, speed (kecepatan),

kelenturan, kelincahan, power otot tungkai serta daya tahan jantung paru. Untuk

lebih jelasnya pelaksanaan tesnya dapat dilihat sebagai berikut :

1) Tes Kekuatan Otot Tungkai Dengan Leg Dynamometer (Fernanlampir


dan Faruq (2015:124) :

Tujuan : Mengukur kekuatan statis otot tungkai.

Perlengkapan : Back and Leg dynamometer.

Pelaksanaan : - Testi berdiri di atas back and leg dynamometer,

tangan memegang handel, badan tegak, kaki ditekuk

membentuk sudut kurang lebih 45o.

- Panjang rantai disesuaikan dengan kebutuhan testi.


31

- Testi menarik handel dengan cara meluruskan lutut

sampai berdiri tegak.

- Dilakukan 3 kali ulangan.

Penilaian : Dicatat jumlah berat yang terbanyak dari ketiga angkatan

yang dilakukan.

Tabel 1. Norma Tes Leg Dynamometer


No Norma Prestasi (Kg)

1 B Baik Sekali > 259

2 B Baik 187.50 – < 259.50

3 Sedang 127.50 – < 187.50

4 K Kurang 84.50 – < 127.50

5 K Kurang Sekali < 84.50

Sumber : Fernanlampir dan Faruq (2015:125)

2) Tes Speed (Kecepatan) Dengan Lari 30 Meter (Fernanlampir dan


Faruq (2015:130) :

Tujuan : Mengukur kecepatan.

Pelaksanaan : - Atlet siap berdiri di belakang garis start.

- Dengan aba- aba “siap”, atlet siap berlari dengan start

berdiri.

- Dengan aba-aba “ya” atlet berlari secepat-cepatnya

dengan menempuh jarak 30 meter sampai melewati

garis akhir.

- Kecepatan lari dihitung dari saat aba-aba “ya”.


32

- Pencatatan waktu dilakukan sampai dengan

persepuluh detik (0,1 detik), bila memungkinkan

dicatat sampai dengan perseratus detik (0,01 detik).

- Tes dilakukan dua kali. Pelari melakukan tes

berikutnya setelah berselang minimal satu pelari.

Kecepatan lari yang terbaik yang dihitung.

- Atlet dinyatakan gagal apabila melewati atau

menyeberang lintasan lainnya.

Tabel 2. Norma Tes Kecepatan Lari 30 Meter


No Norma Prestasi (Detik)

1 Ba Baik Sekali 3.58 – 3.59

2 Ba Baik 3.92 – 4.34

3 Se Sedang 4.35 – 4.72

4 K Kurang 4.73 – 5.11

5 K Kurang Sekali 5.12 – 5.50

Sumber : Fernanlampir dan Faruq (2015:131)

3) Tes Kelenturan Dengan Sit and Reach (Fernanlampir dan Faruq

(2015:133) :

Tujuan : Mengukur kelenturan otot punggung ke arah depan dan

paha belakang.

Sasaran : Laki-laki perempuan yang berusia 6 tahun ke atas.

Perlengkapan : - Box khusus terbuat dari kayu atau alumunium yang

dibuat untuk keperluan ini.


33

Pelaksanaan : - Testi duduk selonjor tanpa sepatu, lutut lurus, telapak

kaki menempel pada sisi box.

- Kedua tangan lurus diletakkan di atas ujung box,

telapak tangan menempel di permukaan box.

- Dorong dengan tangan sejauh mungkin tahan 1 detik,

catat hasilnya.

- Dilakukan 4 kali ulangan.

- Pada saat tangan mendorong ke depan, kedua lutut

harus tetap lurus.

- Dorongan harus dilakukan dengan dua tangan

bersama-sama, bila tidak tes harus diulang.

Penilaian : - Raihan terjauh dari keempat ulangan merupakan nilai

kelenturan punggung bawah testi. Angka dicatat

sampai mendekai 1 cm.

Tabel 3. Norma Tes Kelenturan


No Norma Prestasi (Inchi)

1 B Baik Sekali > 19.5”

2 B Baik 17.5”

3 S Sedang 15.5”

4 K Kurang 13.00”

5 K Kurang Sekali < 10.5

Sumber : Fernanlampir dan Faruq (2015:134)

4) Tes Kelincahan Dengan Shuutle Run (Fernanlampir dan Faruq

(2015:156) :
34

Tujuan : Mengukur kemampuan mengubah arah lari dan posisi

tubuh.

Sasaran : Laki-laki perempuan yang berusia 10 tahun ke atas.

Perlengkapan : - Stopwatch, meter rol, lintasan datar atau lapangan

yang dibuat untuk keperluan tes ini dan formulir tes.

Pelaksanaan : - Pada aba-aba “bersedia”, atlet berdiri di belakang

garis lintasan.

- Pada aba- aba “siap” atlet lari dengan start berdiri.

- Dengan aba-aba “ya” atlet segera berlari menuju garis

kedua dan setelah kedua kaki melewati garis kedua

segera berbalik dan menuju garis pertama.

- Atlet berlari dari garis pertama menuju garis kedua

dan kembali ke garis pertama dihitung satu kali.

- Pelaksanaan lari dilakukan sampai empat kali bolak-

balik sehingga menempuh jarak 40 meter.

- Setelah melewati finish di garis kedua, pencatat waktu

dihentikan.

- Catatan waktu untuk perhitungan norma kelincahan

dihitung sampai sepersepuluh detik (0,1 detik) atau

seperseratus detik (0,01 detik).

- Lintasan lari pada bidang yang datar, panjang 10

meter dan garis batas 5 meter di tengah lintasan.


35

Penilaian : - Waktu yang digunakan untuk menempuh tes ini dari

start sampai finish digunakan untuk menilai

kelincahan testi.

Tabel 4. Norma Tes Kelincahan


No Norma Prestasi

1 B Baik Sekali < 12.10

2 B Baik 12.11 - 13.52

3 Se Sedang 13.53 - 14.96

4 K Kurang 14.97 - 16.39

5 K Kurang Sekali > 16.40

Sumber : Fernanlampir dan Faruq (2015:158)

5) Power Otot Tungkai Dengan Vertical Jump (Fernanlampir dan Faruq


(2015:141) :

Tujuan : Mengukur power otot tungkai dalam arah vertical.

Sasaran : Laki-laki perempuan yang berusia 9 tahun ke atas.

Perlengkapan : - Papan bermeteran yang dipasang di dinding dengan

ketinggian dari 150 cm hingga 350 cm. Tingkat

ketelitiannya hingga 1 cm.

- Bubuk kapur.

- Dinding sedikitnya setinggi 365 cm (12 feet).

Pelaksanaan : - Testi berdiri menyamping arah dinding, kedua kaki

rapat, telapak kaki menempel penuh dilantai, ujung

jari tangan yang dekat dinding dibubuhi bubuk kapur.


36

- Satu tangan testi yang dekat dinding meraih ke atas

setinggi mungkin, kaki tetap menempel dilantai, catat

tinggi raihannya pada bekas ujung jari tengah.

- Testi meloncat ke atas setinggi mungkin dan

menyentuh papan. Lakukan tiga kali loncatan. Catat

tinggi loncatannya pada bekas ujung jari tengah.

- Posisi awal ketika meloncat adalah : telapak kaki tetap

menempel di lantai, lutut ditekuk, tangan lurus agak di

belakang badan.

- Tidak boleh melakukan awalan ketika akan meloncat

ke atas.

Pelaksanaan : - Ukur selisih antara tinggi loncatan dan tinggi raihan.

- Nilai diperoleh testi adalah selisih tinggi raihan dan

tinggi loncatan dari ketiga ulangan.

Tabel 5. Norma Tes Vertical Jump


No Norma Prestasi (Inchi)

1 B Baik Sekali > 25”

2 B Baik 23”

3 Se Sedang 19”

4 K Kurang 12”

5 K Kurang Sekali 5”

Sumber : Fernanlampir dan Faruq (2015:144)

6) Daya Tahan Jantung Paru dengan Tes Balke atau Tes Lari 15 Menit
(VO2 Max) (Fernanlampir dan Faruq (2015:68) :
37

Prosedur pelaksanaan tes balke lari 15 menit adalah sebagai berikut :

1) Testi berdiri di belakang garis start.

2) Begitu bendera start dikibaskan, pencatat waktu mengaktifkan

stopwatch, dan testi lari secepat mungkin selama 15 menit.

3) Jarak yang ditempuh selama 15 menit dicatat oleh petugas.

4) Hasil yang diperoleh selanjutnya dimasukkan ke dalam rumus berikut :

x meter
VO2 Max = ( −133) x 0,172+33,3
15

Keterangan :

VO2Max = Kapasitas aerobik ml/kg berat badan/menit)


X = Jarak dalam meter yang ditempuh oleh testi lari selama 15
menit

Tabel 6. Norma Tes Balke


No Norma Prestasi

1 B Baik Sekali > 61

2 B Baik 55.10 - 60.90

3 Se Sedang 49.20 - 55.00

4 K Kurang 43.30 – 49.10

5 K Kurang Sekali < 43.20

Sumber : Fernanlampir dan Faruq (2015:68)

F. Teknik Analisa Data


38

Kriteria penilaian yang akan digunakan mengacu kepada norma yang telah

dipakai untuk memberikan nilai-nilai dari setiap skor butir-butir, dengan kategori

(1) Baik Sekali, (2) Baik, (3) Cukup, (4) Kurang, (5) Kurang Sekali. Untuk

menilai hasil pengukuran pada pemain masing-masing menggunakan norma yang

berbeda, sedangkan untuk menafsirkan kebermaknaan skor tes fisik dasar,

menggunakan norma penilaian komponen fisik.

Memberikan nilai untuk setiap skor yang diperoleh dari setiap butir tes

dilakukan dengan cara menotasikan skor tes tersebut dengan norma penilaian

yang sesuai dengan cabang olahraga yang bersangkutan sehingga diperoleh

kedudukan kategori skor tersebut dan bobot nilainya. Konversi nilai Menurut

Fernanlampir dan Faruq (2015:225) dari setiap kategori komponen kondisi fisik

adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Konversi Nilai Komponen Kondisi Fisik


Kategori Konversi Nilai
Baik Sekali 10
Baik 8
Cukup 6
Kurang 4
Kurang Sekali 2
Sumber : Fernanlampir dan Faruq (2015:225)

Kemudian untuk menentukan nilai kondisi fisik secara keseluruhan,

dilakukan dengan cara :

1. Menentukan konversi nilai skor dari setiap komponen kondisi fisik atlet

tersebut.

2. Hasil jumlah tersebut dalam butir di atas dengan banyaknya komponen

fisik dasar dari cabang olahraga yang bersangkutan.


39

3. Hasil ini kemudian dinotasikan ke dalam tabel kategori status kondisi fisik

atlet seperti tersebut dalam tabel berikut :

Tabel 8. Konversi Nilai Komponen Kondisi Fisik


Rentang Skor Klasifikasi
9,6 – 10 Baik Sekali (BS)
8,0 – 9,5 Baik (B)
6,0 – 7,9 Cukup (C)
4,0 – 5,9 Kurang (K)
2,0 – 3,9 Kurang Sekali (KS)
Sumber : Fernanlampir dan Faruq (2015:225)

Contoh untuk memahami cara menilai kondisi fisik seseorang adalah

sebagai berikut :

Tabel 9. Contoh Konversi Nilai Komponen Kondisi Fisik

Komponen Fisik Teknik Pengukuran Hasil Kategori Konversi Nilai

Kekuatan otot Tungkai Leg Dynamometer 190 Baik 8

Kecepatan Lari 30 Meter 3.59 detik Baik Sekali 10

Kelenturan Sit and Reach 17.5” Baik 8

Kelincahan Shuutle Run 11.6 detik Baik Sekali 10

Power Otot Tungkai Squat jumps 23 Inchi Baik 8

Daya Jantung Paru VO2 Max 54 Baik 8

Total Konversi Nilai 44

52
Nilai Kondisi Fisik = = 8,6
6

Hasil ini kemudian dinotasikan ke dalam tabel 7 konversi nilai komponen

kondisi fisik, ternyata kategori tersebut termasuk pada kategori Baik (B).
40

Kemudian untuk menghitung banyaknya pemain pada kategori tersebut

dihitung dengan rumus persentasi (Sudijono, 2004:43) :

Keterangan :

P : Persentasi

F : Frekuensi

N : Jumlah Sampel
41

DAFTAR PUSTAKA

Adziman, L., Arwin, A., & Syafrial, S. (2017). Profil Kondisi Fisik Pemain Sepakbola SMA
NEGERI 1 Kaur. Kinestetik: Jurnal Ilmiah Pendidikan Jasmani, 1(1), 35-39.

Aji, S. (2016). Buku Olahraga Paling Lengkap. Jakata : Bumi Pamulang.

Ambarukmi, Dwi Hatmisari. 2007. Pelatihan Pelatih Fisik Level 1. Jakarta : Kemenpora RI.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian dan Pendekatan Suatu Praktek. PT Jakarta. Rineka
Cipta.

Eric, B, (2014). Latihan Metode Baru Sepakbola Serangan. Bandung CV.PIONIR JAYA
Bandung.

Dawud, V. W. G., & Hariyanto, E. (2020). Survei Kondisi Fisik Pemain Sepakbola U 17. Sport
Science and Health, 2(4), 224-231.

Fernanlampir, A. dan Faruq, M, M. (2015). Tes dan Pengukuran Dalam Olahraga. Yogyakarta.
Andi

Harsono. (2001). Latihan Kondisi Fisik. Jakarta : Dedikbud, Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi.

Hilman. (2016). Profil Kondisi Pemain Sepakbola Perkumpulan Sepakbola Universitas Negeri
Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta : UNY

Irawadi, H. (2011). Kondisi Fisik dan Pengukurannya. Padang : Jurusan Kepelatihan Olahraga
Fakultas Ilmu Keolahragaan.UNP.

Ismaryati. 2008. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta : LPP Sebelas Maret University
Press.

Kosasih, Alwi.2017. Panduan Kepelatihan Sepakbola Anak. Jakarta : Esensi Erlangga Group

Luxbacher. J, A. (2012). Sepakbola Edisi Kedua. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Maliki, O., Hadi, H., & Royana, I. F. (2017). Analisis Kondisi Fisik Pemain Sepakbola Klub
Persepu Upgris Tahun 2016. Jendela Olahraga, 2(2).

Mielke, D. (2003). Dasar-dasar Sepakbola. Jakarta. Pakar Raya.

N
42

Ridwan, M. (2020). Kondisi Fisik Pemain Sekolah Sepakbola (SSB) Kota Padang. Jurnal
Performa Olahraga, 5(1), 65-72.

Royana, I. F. (2017). Analisis Kondisi Fisik Pemain Tim Futsal UPGRIS. Jendela


Olahraga, 2(2).

Sudijono, Anas. 2004. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

Syafruddin. (2011). Ilmu Kepelataihan Olahraga. Padang : UNP.

Undang-Undang Republik Indonesia No 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai