Anda di halaman 1dari 35

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH Hakekat olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan berisi perjuangan melawan diri sendiri atau dengan orang lain atau konfrontasi dengan unsur-unsur alam. Kegiatan olahraga meliputi gaya pertandingan, maka kegiatan itu harus dilaksanakan dengan semangat atau jiwa sportif. Pada olahraga kelompok mendorong manusia saling bertanding dalam suasana kegembiraan dan kejujuran. Olahraga memberi kemungkinan pada

tercapainya rasa saling mengerti dan menimbulkan solidaritas serta tidak mementingkan diri sendiri. Olahraga juga dapat dijadikan alat pemersatu. Untuk memperoleh tingkat kesehatan dan kebugaran yang baik, maka dapat diperoleh dengan olahraga yang dimulai sejak dini melalui pendidikan formal maupun non formal. Cabang olahraga sepak bola merupakan olahraga yang memasyarakat yang digemari banyak kalangan, dari kalangan anak kecil sampai kalangan orang tua dan dimainkan dari kota sampai ke pelosok desa.

Bermacam-macam tujuan masyarakat dalam

melakukan kegiatan

olahraga khususnya sepak bola antara lain: a) olahraga untuk pencapaian prestasi, b) olahraga untuk kesehatan, c) olahraga untuk kebugaran, dan d)

olahraga untuk rekreasi. Dalam pembelajaran sepak bola, kita mengenal aspek-aspek yang perlu dikembangkan yaitu: 1. Pembinaan teknik (keterampilan)

2. Pembinaan fisik (kebugaran jasmani)

3. Pembinaan taktik

4. Kematangan juara (Soekatamsi, 1988:11).

Dalam peningkatan kecakapan permainan sepak bola, keterampilan dasar erat sekali hubungannya dengan kemampuan koordinasi gerak fisik, taktik dan mental. Keterampilan dipelajari lebih awal dasar harus betul-betul dikuasai dan

untuk mengembangkan mutu permainan yang

merupakan salah satu faktor yang menentukan menang atau kalahnya suatu kesebelasan dalam suatu pertandingan. Untuk meningkatkan prestasi sepak bola, banyak faktor yang harus diperhatikan seperti sarana prasarana, pelatih yang berkualitas, pemain berbakat dan kompetisi yang teratur serta harus didukung oleh ilmu dan teknologi yang memadahi.

Faktor yang penting dalam pencapaian prestasi sepak bola adalah fisik dan penguasaan keterampilan dasar yang dimiliki oleh pemain itu sendiri, sehingga pandai bermain sepak bola. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian sepak bola diantaranya

4 ialah faktor fisik dan keterampilan gerak dasar permainan sepak bola para pemainnya. Oleh karena itu, seorang pemain yang tidak memiliki fisik dan keterampilan gerak dasar bermain sepak bola yang baik tidak mungkin akan menjadi pemain yang baik dan sulit untuk mencapai prestasi maksimal. Untuk meningkatkan kondisi fisik biasanya pelatih memberikan latihan yang didalamnya mengandung beberapa aspek yang berhubungan dengan kondisi fisik yang terdiri dari latihan kekuatan, kelentukan, kecepatan,

kelincahan dan daya tahan. Aspek latihan tersebut bertujuan untuk mengetahui dan meningkatkan kondisi tiap pemain, karena tanpa fisik yang baik maka seorang pemain tidak akan dapat mengembangkan permainannya. Biasanya seorang pelatih akan memberikan latihan pada para pemainnya dan setelah itu ia akan memberikan evaluasi mengenai hasil

latihan yang diberikan berhasil atau tidak didalam meningkatkan kebugaran jasmani para pemainnya.

Disaat prestasi sepak bola yang kurang saat ini, upaya pembinaan pada usia dini atau muda sangat diperlukan. PAR Rantau adalah salah satu klub yang berada didaerah Kabupaten Bengkayang yang berdiri pada tahun 1997. PAR itu sendiri adalah singkatan dari Persatuan Anak Rantau. Sebelum adanya PAR tim di daerah tersebut mempunyai nama KOBRAN dengan pemain gabungan antara rantau kecamatan monterado dan Pakumbang dari kabupaten Landak. Perjalanan klub PAR itu sendiri telah mencapai beberapa generasi dan sudah mencapai beberapa prestasi dalam regional lokal. Prestasi tersebut diantaranya adalah : 1. Juara I piala kecamatan Samalantan tahun 1999 ( sebelum pemekaran

wilayah )

5 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Juara II kejuaraan HUT RI Ke- 57 Kecamatan Monterado tahun 2003 Juara I Piala Natal Cup Paroki Santa Maria Nyarungkop tahun 2003 Juara I kejuaraan HUT RI Ke- 58 Kecamatan Monterado tahun 2004 Juara I Piala 6-6 Di Sempalet Singkawang Selatan tahun 2006 Juara I Piala Natal Cup Paroki Santa Maria Nyarungkop tahun 2006 Juara II Binuo Cup Tahun 2006 Di singkawang timur Juara II piala Natal Juara IV persibon Cup Tahun 2006 Juara IV piala Bintang Timur di Singkawang Timur Juara I Three Flowers Cup Sempalet Singkawang Selatan Juara I Sempalet Cup persembahan wali kota Singkawang Juara I Cakra Cup tahun 2007 di Sempalet Singkawang Selatan

Berdasarkan

pengamatan

baik

dalam

kompetisi

maupun

non

kompetisi Klub PAR Rantau dari segi taktik yang terdiri dari cara bertahan, menyerang dan cara mengkoordinir antar teman di dalam permainan sudah cukup baik. Hal itu bisa dilihat di dalam setiap pertandingan-pertandingan yang telah dilakukan oleh para pemain Klub PAR Rantau. Dengan kondisi fisik yang baik seorang pemain dalam suatu pertandingan dapat menerapkan teknik, taktik, strategi dan cara bermain sepak bola yang baik dan mampu bermain selama 2 x 45 menit. Didalam sepak bola adanya keterkaitan antara satu komponen dengan komponen yang lain sangatlah penting artinya bahwa untuk dapat bermain sepak bola dengan baik, seseorang harus dapat

6 menguasai faktor fisik ataupun kebugaran jasmani yang baik dan inilah yang kurang dimiliki oleh para pemain Klub PAR Rantau. Berdasarkan pengamatan dalam setiap pertandingan para pemain Klub PAR Rantau

bermain cukup bagus di menit-menit awal baik dari segi teknik dan taktik yang dimiliki para pemain. Tetapi itu semua tidak didukung oleh kebugaran jasmani para pemainnya sehingga di menit-menit terakhir kondisi fisik para pemain banyak yang menurun dan keadaan seperti inilah yang biasanya dimanfaatkan oleh pemain lawan untuk mencetak gol. Berdasarkan uraian pengamatan di atas, latihan untuk kebugaran jasmani secara khusus sangat diperlukan bagi Klub PAR Rantau. Sebab latihan-latihan mengenai kebugaran jasmani yang sudah dilakukan di Klub PAR Rantau saat ini sangat kurang. Hal inilah yang kurang menjadi perhatian di Klub PAR Rantau karena setiap kelompok umur hanya dipegang oleh satu pelatih, dimana pelatih itu selain melatih fisik juga melatih teknik dan taktik permainan sepak bola. Dengan demikian secara tidak langsung terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Harapan yang diinginkan adalah tercapainya suatu kebugaran jasmani yang baik. Tetapi kenyataannya yang ada di lapangan, untuk mencapai kebugaran jasmani yang baik tidak disertai dengan penanganan yang baik karena tidak adanya

pelatih khusus. Hal inilah yang menyebabkan pencapaian terhadap prestasi di dalam pertandingan sepak bola sulit tercapai sehingga mulai saat ini kebugaran jasmani para pemain mulai dibenahi dan ditingkatkan melalui latihan yang terprogram. Selain kebugaran jasmani, taktik dan mental juga merupakan faktor yang mendukung pretasi dalam sepak bola, akan tetapi kondisi fisik merupakan faktor yang cukup dominan dalam menentukan

7 kemampuan seeorang bermain sepak bola. Atas dasar uraian di atas, peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul : Pengaruh Latihan Pull Up Dan Sprint 100 Meter Terhadap Kebugaran Jasmani Pemain Klub Sepak Bola PAR Rantau Di Kecamatan Monterado Kabupaten Bengkayang . Adapun alasan peneliti memilih judul penelitian di atas, adalah sebagai berikut :

1. Klub PAR Rantau dalam melakukan beberapa pertandingan terakhir prestasi dan kualitas permainannya mulai menurun. 2. Penurunan prestasi ini disebabkan karena kebugaran jasmani atau kondisi fisik pemain yang mengalami penurunan kualitas sehingga mempengaruhi hasil permainan. 3. Kondisi fisik yang menurun disebabkan karena kurangnya latihan fisik yang terprogram dan tidak adanya pelatih fisik yang menangani secara khusus. 5. Klub PAR antau pelaksanaan latihannya pada desa peneliti berdomisili dan aktifnya peneliti dalam tim ini sehingga tidak banyak memerlukan transportasi.

B. Masalah dan sub masalah

Masalah penelitian adalah sebuah pernyataan yang merupakan perasaan atau simpulan dari uraian tentang situasi problematik (Ihalauw, 2003). Menurut Copper dan Emory (1995) masalah penelitian adalah satu atau dua kalimat yang tidak dapat dijawab dengan ya atau tidak dan merupakan

8 sebuah masalah yang luas, akan diukur, digali dan diuji secara mendalam melalui hipotesis-hipotesis yang dikembangkan. Dalam penelitian ini permasalahan yang muncul adalah: apakah ada perbedaan pengaruh antara latihan pull up dan sprint 100 meter terhadap kebugaran jasmani para pemain Klub PAR Rantau di Kecamatan Monterado Kabupaten Bengkayang? Bertolak dari masalah tersebut, maka dapat dirumuskan sub sub masalah sebagai berikut : 1. Apa pengaruh latihan Pull up terhadap kebugaran jasmani pemain klub

sepak bola PAR rantau ? 2. Apa pengaruh latihan lari sprint 100 meter terhadap kebugaran jasmani

pemain klub sepak bola PAR rantau ? 3. Bagaimanakan kondisi kebugaran jasmani para pemain klub sepak bola

PAR Rantau ? 4. Apa pengaruh latihan Pull up dan sprint 100 meter terhadap kebugaran

jasmani para pemain klub sepak bola PAR Rantau.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian

pada

umumnya

untuk

menentukan

kebenaran

dan

mengkaji kebenaran suatu ilmu pengetahuan (Sutrisno Hadi, 1987:271). Oleh karena itu penelitian ini bertujuan :

1.

Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara latihan Pull up dan sprint terhadap kebugaran jasmani pemain klub sepak bola PAR

9 Rantau. 2. Bila ditemukan ada perbedaan pengaruh, maka akan di cari metode latihan mana yang memberikan pengaruh baik.

D.

Manfaat penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat dalam suatu perkembangan keilmuan ( teoritis ) dan secara nyata ( praktis ), adapun manfaat yang di harapkan addalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah bahan kajian bagi pengembangan ilmu pada umumnya dan kajian pengetahuan pendidikan jasmani dan kesehatan pada khususnya. Sekaligus juga dapat dijadikan bahan bagi penelitian dan sejenisnya. 2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti pada Klub PAR Rantau dalam membina dan menciptakan calon bibit-bibit pemain sepak bola yang profesional dan handal bagi perkembangan sepak bola di Kabupaten Bengkayang khususnya Kecamatan Monterado.

10 E. Ruang lingkup penelitian Agar penelitian tetap terfokus pada penomena yang di teliti, maka dikemukakan ruang lingkup penelitian yang meliputi variabel penelitian serta definisi operasional. Adapun variabel yang diteliti serta definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Variabel penelitian Variabel adalah fakto - faktor atau gejala gejala yang diamati dalam

penelitian. Menurut Arikunto (2006:99) variabel adalah gejala gejala yang bervariasi, yang menjadi objyek penelitian . Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel sebagai berikut : a. Variabel bebas Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor yang menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala gejala lain, yang pada giliran nya gejala atau faktor kedua itu disebut variabel terikat ( Arikunto,2006:118 ). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah pull up dan sprint 100 meter b. Variabel terikat Menurut Arikunto (2006:119), variabel terikat adalah variabel yang muncul karena di pengaruhi oleh variabel bebas. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah kebugaran jasmani 2. Definisi operasional Agar istilah-istilah yang ada dalam penelitian tidak menyimpang dan terjadi salah pengertian dari yang diteliti, maka perlu penegasan istilah yang sebagai berikut :

11 a. Pengaruh Menurut Poerwo Darminto (1984: 731) pengaruh latihan adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda, dan sebagainya) yang membedakan adalah dua hal. Atau daya yang timbul dari sesuatu yang berkuasa atau yang berkekuatan. b. Latihan Latihan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan melalui pengulangan-pengulangan dengan menambah jumlah beban latihan. Latihan adalah suatu proses yang sistematis dan berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaan ( Harsono, 1988 :101 ) c. Pull up Pull up merupakan salah satu latihan otot punggung (lattisimus dorsi) terbaik yang dilakukan dengan bergantungan pada sebuah palang/bar besi dan menarik tubuh sampai dagu bisa sejajar (atau sedikit di atas) dengan bar tersebut. Posisi kaki bisa lurus maupun ditekuk, namun umumnya adalah dengan menekuk kaki. d. Sprint Sprint atau lari cepat merupakan salah satu nomor lomba dalam cabang olahraga atletik. Sprint atau lari cepat merupakan semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan maksimal sepanjang jarak yang ditempuh. Sampai dengan jarak 400 meter masih digolongkan dalam lari cepat atau print. Menurut Arma abdoellah (1981; 50) pada dasarnya gerakan lari itu untuk semua jenis sama. Namun dengan demikian dengan adanya perbedaan jarak tempuh, maka sekalipun sangat kecil terdapat pula beberapa perbedaan

12 dalam pelaksanaannya. Sedangkan yang dimaksud dengan perbedaan atau pembagian jarak dalam nomor lari adalah lari jarak pendek (100 400 meter), lari menengah (800 1500 meter), lari jauh (5000 meter atau lebih). Lari jarak pendek atau sprint adalah semua jenis lari yang sejak start ampai finish dilakukan dengan kecepatan maksimal. Beberapa faktor yang mutlak menentukan baik buruknya dalam sprint ada tiga hal yaitu start, gerakan sprint, dan finish. e. kebugaran jasmani

Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian ( adaptasi ) terhadap pembebasan fiisk yang diberikan kepadanya ( dari kerja yang dilakukan sehari-hari ) tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Tidak menimbulkan kelelahan yang berarti maksudnya ialah setelah seseorang melakukan suatu kegiatan / aktivitas, masih mempunyai cukup semangat dan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan lainnya yang mendadak.

f. PAR PAR adalah salah satu klub sepak bola yang berada di kecamatan monterado kabupaten bengkayang, terbentuk pada tahun 1997. PAR itu sendiri adalah singkatan Persatuan Anak Rantau. Sebelum adanya PAR tim di daerah tersebut mempunyai nama KOBRAN dengan pemain gabungan antara rantau kecamatan monterado dan Pakumbang dari kabupaten Landak. Pada pertandingan perdananya, tim PAR berhadapan dengan tim Gema merah kecamatan monterado dan berakhir dengan kekalahan 3 : 8. Berkaca dari kekalahan tersebut barulah tim PAR menata ulang timnya dan

13 memulai latihan rutin. Melakukan pertandingan kejuaraan resminya, pada tahun 1999 PAR berhasil mendapatkan hasil yang mengejutkan, yaitu juara I piala kecamatan samalantan ( sebelum pemekaran ). Setelah itu tim PAR menjadi salah satu tim yang dikatakan cukup di segani di daerah regional. Untuk beberapa tahun kedepannya, dalam kompetisi tersebut tim PAR itu sendiri masih rutin berada di posisi tiga besar.

F. 1. a.

Prosedur penelitian Metode dan bentuk penelitian Metode penelitian Metode pengumpulan data dalam suatu penelitian adalah sangat

penting, karena berhubungan dengan data yang diperoleh.Untuk memperoleh data yang sesuai dengan penelitian ini, peneliti menggunakan metode eksperimen. Semakin kurangnya pengalaman pengumpulan data, semakin mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadinya, semakin condong atau bias data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 1998:226 ) Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh

peneliti dengan mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu. Bahwa untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat yang

akan diteliti dalam penelitian ini adalah pengaruh latihan pull up dan sprint 100 meter terhadap kemampuan kebugaran jasmani. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode eksperimen, yaitu dengan metode yang memberikan atau

menggunakan suatu treatment (perlakuan), dengan tujuan ingin mengetahui dan

14 membandingkan pengaruh suatu kondisi terhadap gejala yang timbul.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan macthed by subject group atau disingkat pola M.S. Pola M.S menurut Sutrisno Hadi (1973:453) yaitu bahwa pola M.S matching dilakukan terhadap subjek demi subjek. Hakekat subjek matching adalah sedemikian rupa sehingga pemisahan masing-masing kelompok eksperimen kedua I dan esperimen itu. dengan II secara otomatis dengan rumus akan

menyeimbangkan eksperimen

kelompok II

membagi kelompok A-B-B-A. Adanya

I dan

Eksperimen

kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen II tersebut sangat penting guna mendapatkan kesimpulan dua dari penelitian yang benar, segi-segi harus yang

membandingkan sedikitnya

kelompok

dalam

dieksperimenkan. Kelompok ekperimen 1 dan kelompok eksperimen II secara otomatis akan menyeimbangkan kedua kelompok itu. Untuk jelasnya Rancangan penelitian dengan pola M.S dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1 : Rancangan Penelitian Kelompok Pre-test Treatment Pull up Pos-test Lari 1000 meter

Eksperimen 1 Lari 1000 meter Eksperimen 2 Lari 1000 meter

Sprint 100 meter Lari 1000 meter

Setelah pengambilan sampel dilakukan tes awal yaitu tes untuk kebugaran jasmani dengan lari jarak jauh 1000 meter, pull up dan sprint 100 meter untuk mengetahui kemampuan awal sehingga pemberian dosis

latihan tepat sesuai kemampuan maksimal masing-masing individu. Dari hasil tes kebugaran jasmani tersebut dilakukan rangking dari yang waktu

15 tempuh tercepat sampai terlama, kemudian dipasangkan dengan rumus A-BB-A. Dari hasil pasangan tersebut terbagi menjadi 2 kelompok, Untuk menentukan kelompok eksperimen 2 dilakukan dengan cara diundi

yaitu perwakilan setiap kelompok mengambil undian untuk menentukan jenis latihan.. Didalam undian tersebut tercantum kelompok pull up dan kelompok sprint 100 meter. Kelompok eksperimen 1 melakukan pull up dan kelompok 2 melakukan sprint 100 meter.

b.

Bentuk penelitian Mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto (2002:2-3) tentang jenis-

jenis atau cara penelitian, maka penelitian ini adalah penelitian dengan bentuk eksperimen. Dengan cara ini, peneliti sengaja membandingkan timbulnya suatu kejadian atau keadaan, kemudian diteliti baaimana akibatnya. Dengan kata lain, eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktoryang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasikan atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa menggangu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan (Arikunto, 2002:3) 2. a. Populasi dan Sampel Populasi Populasi adalah sekumpulan individu atau obyek yang terdapat dalam kelompok tertentu yang dijadikan sebagai sumber pengambilan data dengan ciri-ciri, berada dalam daerah yang jelas batas-batas nya, mempunyai

16 keseragaman didalam nya yang dapat diukur untuk memperoleh kesimpulan dari suatu penyelidikan. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apakah seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus (Arikunto,2012:1008) Berdasarkan penjelasan dan pendapat diatas, maka dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh pemain klub sepak bola PAR Rantau yang masih aktif baik senior maupun junior dengan jumlah keseluruhan 26 orang b. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan obyek penelitian. Menurut Arikunto (1998:117) mengatakan bahwa Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dan masih menurut Arikunto (1998:120), dalam pengambilan sampel apabila subyeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitian nya disebut penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyek besar lebih 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan pendapat diatas, maka dalam penelitian ini peneliti memutuskan untuk meneliti seluruh populasi yaitu pemain klub sepak bola PAR Rantau. Jadi penelitian ini bersifat penelitian populasi karena jumlah populasi nya kurang dari 100 sehingga peneliti mengambil seluruh populasi sebagai sampel penelitian.

17 3. Teknik dan alat pengumpul data

a. Teknik pengumpul data Tehnik pengambilan data dilaksanakan dengan tes dan pengukuran, untuk memperoleh data yang objektif tentang hasil latihan siswa. Pengukuran menurut Nur Hasan (2001:2-5) menjelaskan tes adalah alat ukur yang dapat digunakan untuk proses pengumpulan data atau

informasi dari suatu obyek tertentu dan dalam pengukuran diperlukan suatu alat ukur. Ciri khas dari hasil pengukuran yakni dinyatakan dalam skor kuantitatif yang dapat diolah secara statistik. Melalui pengukuran kita akan memperoleh informasi yang obyektif sehingga kita dapat

menentukan prestasi seseorang pada saat tertentu. Tes dan pengukuran dalam penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan data hasil tentang hasil tendangan lambung jauh yang dilaksanakan dua kali yaitu pre-test dan post-test . Hasil tes dicatat dalam satuan meter. b. Alat pengumpul data Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah penelitian . akan tetapi, mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama apabila menggunakan metode yang memiliki cukup besar celah untuk dimasuki unsur minat yang lain. Itulah sebabnya menyusun instrumen pengumpulan data harus ditanganisecara serius agar diperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaanya yaitu pengumpulan variabel yang tepat. Alat atau instrumen pengumpul data ialah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan agar kegiatan

18 tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya ( Riduwan, 2009 ). Sedangkan Suharsimi Arikunto ( 2006 ) mengemukakan bahwa instrumen pengumpulan data tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tenteng status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi juga mengadakan pengukuran. Berdasarkan pada pengertian ini, maka apabila kita menyebut jenis metode dan alat atau instrumen pengumpul data, maka sama saja denga menyebut alat evaluasi, atau setidak-tidaknya hampir seluruhnya sama. Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum perlakuan dan sesudah diberi perlakuan. Ini maksudnya untuk mengetahui kemampuan awal seluruh populasi yang akan dijadikan sunyek penelitian sebagai bahan dasar. Sedangkan tes yang dilakukan setelah perlakuan dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang nantinya akan diperoleh hasil penelitian yang diharapkan. Sesuai dengan bentuk-bentuk tes yang digunakan dalam proses pengumpulan data, maka instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Tes pull up ( dalam waktu 60 detik ) Tujuan : untuk mengukur kekuatan lengan bahu dan berapa jumlah yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan Pull up dengan waktu 60 detik Adapun prosedur pelaksanaan pull up ( 60 detik ) adalah sebagai berikut : Alat / pasilitas ; 1) Lapangan dan alat untuk melaksanakan pull up

19 2) Peluit 3) stopwatch b. Tes Lari Cepat (Sprint) 100 Meter Tujuan : tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan lari seseorang Adapun prosedur pelaksanaan pengukuran tes lari cepat (sprint) 100 meter adalah sebagai berikut ; Alat / fasilitas : a) Lintasan lurus, rata dan tidak licin serta jarak antara garis start dan finish 100 meter b) Peluit c) Stop watch d) Bendera start Pelaksanaan : a) Testi berdiri dibelakang garis start dengan sikap berdiri, pada waktu diberi aba-aba ya, testi lari kedepan secepat mungkin untuk menempuh jarak 100 meter. Pada saat testi menyentuh / melewati garis finish, stop watch dihentikan. b) Kesempatan lari diulang apabila : 1) Pelari mencuri start dan berlari diluar lintasan 2) Pelari terganggu oleh pelari lainnya Skor : Skor hasil tes yaitu waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 100 meter. Waktu di catat sampai persepuluh detik. 4. Teknik analisis data Dari hasil tes yang dilaksanakan dalam penelitian ini, semua masih

20 berupa data mentah yang belum diolah, oleh karena itu perlu diadakan pengolahan data dan penganalisisan data. Data-data yang ada terdiri dari dua kelompok data, dan tiap kelompok data terdiri dari satu item tes yang sama yaitu tes lari 1000 meter. Kemudian data dari kedua kelompok tersebut dalam penelitian ini dibandingkan dengan berpedoman pada kriteria hasil tes dengan standarlisasi data tes kebugaran jasmani. Membandingkan data merupakan prosedur untuk mengetahui peerbedaan data tes awal ( pretest ) dengan data tes akhir ( postest ) dengan penghitungan-penghitunfan statistik. Namun suatu tes dari datan kelompok eksperimen yang sudah disesuaikan dianalisis dan diolah dengan kalkulator komputer TI-59 Emulator v1.1 dan program microsoft excel xp yang disesuaikan dengan masing-masing individunya maka untuk pengetesan signifikan menggunakan uji-t dengan rumus pendek (short method) sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2004:275 ). Untuk analisis data diperlukan suatu rumus uji-t, sebagai berikut : 1. Perhitungan t-test masing-masing kelompok eksperimen

( )

Keterangan : = Rumus penghitunan Md untuk masing-masing eksperimen

= Selisih rata-rata nilai tes awal ( X1 ) tes akhir ( X2 ) masing-

masing kelompok eksperimen = Total deviasi individu dari Md masing-masing kelompok eksperimen N eksperimen = jumlah sampel atau teste pada masing-masing kelompok

21 Untuk dapat dikatakan signifikan pada tingkat kesempurnaan atau kesalahan atau padda taraf signifikan 5 %, maka nilai tes 1 harus > t table. Derajat kebebasan dari tes ini adalah N-1 ( Suharsimi Arikunto, 2002 ) 2. Perbedaan kedua kelompok eksperimen Selanjutnya, untuk mengetahui perbedaan pengaruh dari masing-masing variabel bebas ( latihan pull up dan sprint 100 meter ) terdapat variabel terikat ( kebugaran jasmani dengan tes lari ), maka digunakan analisis beda mean menurut Suharsimi Arikunto (2002:280) =
( )( )

Keterangan : Md1 = Selisih rata-rata nilai tes awal ( X2 ) tes akhir ( X1 ) masingmasing kelompok eksperimen 1 Md2 = Selisih rata-rata nilai tes awal ( X2 ) tes akhir ( X1 ) masing-

masing kelompok eksperimen 2 = Total deviasi individual dari Md kelompok eksperimen 1 = Total deviasi individual dari Md kelompok eksperimen 2 N1 N2 = Jumlah sampel atau teste kelompok eksperimen 1 = Jumlah sampel atau teste kelompok eksperimen 2

G.

Hipotesis Pada umumnya hipotesis digambarkan untuk menggambarkan

hubungan dua variabel akibat. Hipotesis adalah sebagai suatu jawaban yang

22 bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul ( Suharsimi Arikunto,2006:71 ). Hipotesis juga dapat diartikan sebagai suatu jawaban atau dugaan sementara hasil suatu penelitian sebelum dilakukannya pengolahan data. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan hipotesisnya, yaitu : 1. Hipotesis Alternatif ( Ha ) Adanya pengaruh latihan pull up dan sprint 100 meter terhadap kebugaran jasmani pada pemain klub sepak bola PAR Rantau . 2. Hipotesis Nol ( Ho ) Tidak ada pengaruh latihan pull up dan sprint 100 meter terhadap kebugaran jasmani pemain klub sepak bola PAR Rantau H. Jadwal penelitian Adapun rencana jadwal penelitian yang akan dilaksanakan dalkam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 1.2 Rencana jadwal penelitian

NO 1 2 3 4

Kegiatan Maret Pengajuan outline Pra observasi Penyusunan desain Seminar

Bulan atau tahun 2012 April Mei Juni Juli

Agustus

23 5 6 7 8 Pelaksanaan penelitian Pengolahan data Konsultasi skripsi Ujian skripsi

Jadwal yang telah direncanakan ini, sewaktu-waktu masih dapat berubah. Hal ini disebabkan dalam proses penulisan skripsi , terdapat kegiatan konsultasi dan tergantung pada kegiatan akademis kampus. Sehingga mungkin sebagian perencanaan mengalami pergeseran

24 BAB II PENGARUH LATIHAN PULL UP DAN SPRINT 100 METER TERHADAP KEBUGARAN JASMANI

A.

Kebugaran jasmani 1. Pengertian kebugaran jasmani Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

pekerjaan atau aktifitas yang berat dengan mudahh tanpa merasa cepat lelah. Kebugaran jasmani ialah seseorang yang cukup mempunyai kesanggupan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti ( A. Kamiso, 1991 : 58 ). 2. Komponen kebugaran jasmani Komponen-komponen kebugaran jasmani merupakan satu kesatuan dan memiliki keterkaitan yang erat antara satu dengan yang lain, dan masingmasing komponen memiliki ciri-ciri tersendiri serta memiliki fungsi pokok atau berpengaruh pada kebugaran jasmani seseorang. Agar seseorang dapat dikatakan tingkat kondisi fisiknya baik atau tingkat kebugaran jasmaninya baik, maka status setiap komponen kebugaran jasmani harus dalam kategori baik. Beberapa komponen kemampuan fisik yaitu : a. Daya tahan kardiovaskuler (cardiovascule rendurance) b. Daya tahan otot (muscle endurance) c. Kekuatan otot (muscle strength) d. Kelentukan (flexibility) e. Komposisi tubuh (body composition) f. Kecepatan gerak (speed of movement) g. Kelincahan (agility) h. Keseimbangan (balance) i. Kecepatan reaksi (reaction time) j. Koordinasi (coordination) k. (Cholik dan Maksum, 2007:53).

25 Sedangkan Sajoto (1995:8) menjelaskan 10 komponen kebugaran jasmani sebagai berikut : a. Kekuatan (strenght ) Kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang

kemampuannya dalam mempergunakan otot untul menerima beban sewaktu bekerja.

b. Daya Tahan (Endurance) Dalam hal ini dikenal dua macam daya tahan, yaitu : 1. Daya Tahan Umum (general endurance) yaitu kemampuan seseorang dalam mempergunakan system jantung, paru-paru dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus-menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama. 2. Daya Tahan Otot (local endurance) yaitu kemampuan seseorang dalam mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus-menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu. c. Daya Otot (muscular power) Daya Otot adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. d. Kecepatan (speed) Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkatsingkatnya. e. Daya Lentur (flexibility) Daya lentur adalah efektifitas seseorang dalam penyesuaian diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang lebih luas. f. Kelincahan (agility) Kelincahan adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu. Seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik berarti kelincahannya cukup baik. g. Koordinasi (coordination)

26 Koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacammacam gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara efektif. h. Keseimbangan (balance) Keseimbangan adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot. i. Ketepatan (accuracy) Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. j. Reaksi (reaction) Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera.

3.

Manfaat kebugaran jasmani Adapun beberapa manfaat secara luas dari kebugaran jasmani itu sendiri

adalah sebagai berikut; a. Mempertahankan atau meningkatkan derajat kebugaran jasmani (Physical Fitness). b. Untuk meningkatkan prestasi atlet. c. Meningkatkan produktivitas kerja d. Mencegah cidera selama melakukan kegiatan fisik yang berat. e. Meningkatkan ketrampilan, kuat dan efisien dalam gerakannya. f. Meningkatkan kemampuan sistim sirkulasi dan kerja jantung. g. Respons yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktuwaktu diperlukan. h. Mengetahui perkembangan kemampuan fisik siswa / atlit. i. Sebagai salah satu bahan masukan dalam memberikan nilai pelajaran pendidikan jasmani kesehatan dari olahraga. 4. Faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani a. b. c. d. e. Genetik (keturunan). Umur Jenis kelamin Kegiatan fisik Kebiasaan merokok

27 (Sumber : Pedoman pengukuran kesegaran jasmani, Departemen Kesehatan RI).

B.

Latihan 1. Pengertian latihan Adapun pengertian dari latihan itu sendiri adalah suatu proses kegiatan

yang dilakukan melalui pengulangan-pengulangan dengan menambah jumlah beban latihan, latihan adalah proses yang sistematis dan berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaan ( Harsono, 1988 : 101 ) Latihan menurut Groser, Starishka/Zimerman (2001:8) terjemahan

dari Paulus Levinus Pasurney adalah kumpulan pengertian dari semua usaha dalam proses peningkatan prestasi (termasuk pula usaha untuk mempertahankan prestasi). Sisi biologi kedokteran olahraga pada proses peningkatan prestasi ini, dilakukan rangsangan-rangsangan yang meningkat melalui gerak-gerak yang terarah dan sistematis dengan tujuan terjadi fungsi organ tubuh. Dari teori pendidikan, proses peningkatan prestasi ini terjadi karena perencanaan dan cara mempengaruhi yang di arahkan secara khusus pada peningkatan manusia seutuhnya. Penentu berhasilnya seorang atlet berprestasi ditentukan oleh banyak faktor, menurut Uen Hartiawan bahwa skema atlet berprestasi adalah sebagai berikut; penyesuaian pada otot dan

28

Gambar : Kualitas Latihan dan Faktor-Faktor Pendukung Sumber : Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching, Uen hartiwan (2006:139)

Hakekat dan tujuan kepelatihan olahraga ialah meningkatkan ilmu, ketrampilan, dan kinerja peserta pelatihan setinggi mungkin agar para olahragawannnya mampu berprestasi semaksimal mungkin. Karena itu

tugas seorang pelatih adalah membantu atlet-atletnya untuk meningkatkan prestasi olahraga semaksimal mungkin. Menurut Rusli Lutan (2003: 1) ada empat aspek yang perlu dilakukan pelatih kepada

para atlitnya untuk memaksimalkan prestasi, yaitu: a) aspek fisik, b) aspek teknik, c) aspek taktik dan d) aspek mental. Keempat aspek tersebut harus diterapkan secara sistematis berencana, sinergis dan serempak. Satu saja aspek tidak dilatihkan, tidak mungkin prestasi maksimal akan

terwujud. Seorang pemain Sepakbola yang terampil dan sukses menurut Timo Scheunemann (2005:17) menjelaskan bahwa faktor yang menentukan

kesuksesan yaitu: a) faktor genetic, b) faktor kedisiplinan, c) faktor latihan, dan d) faktor keberuntungan. Beberapa anjuran bagi pelatih mendidik pemain agar kesuksesan dapat dalam

tercapai antara lain: a)

canangkan pentingnya disiplin, b) anjurkan makan- makanan yang bergizi, hidup sehat dan istirahat cukup, c) jadilah contoh yang baik, d) luaskan wawasan anda sebagai pelatih (Never stop learning), dan e) buat program yang terarah.

29

2.

Prinsif-prinsif latihan Latihan harus berpedoman pada teori dan prinsip latihan yang

benar dan sudah diterima secara universal. Tanpa berpedoman pada teori dan prinsip latihan, latihan sering kali menjurus ke praktek mala pelatih (Mal-praktek) dan latihan tidak sistematis-metodis sehingga peningkatan prestasi tidak tercapai. Menurut Tohar (2002:4) prinsip-prinsip latihan yang paling

penting untuk dijadikan pedoman dalam meningkatkan prestasi dan performa dalam olahraga adalah: a) Pemanasan tubuh (Warming Up), b) Metode latihan, c) Berfikir positif, d) Prinsip beban lebih, e) Intensitas latihan. Ngurah Nala (1998:12) menambahkan bahwa dasar latihan

mengandung 7 buah prinsip, yakni: a) Prinsip aktif dan bersungguhsungguh dalam latihan, b) Prinsip pengembangan lateral, c) Prinsip spesialisasi, d) Prinsip Individualisasi, e) Prinsip Variasi atau

keserbaragaman, f) Prinsip menggunakan model, g) Prinsip peningkatan beban progesif dalam pelatihan. Prinsip latihan yang lainnya menurut E.L. Fox yang dikutip M. Sajoto (2002.30) menyebutkan prinsip latihan ada 4 yaitu: a) Prinsip over load, b) Prinsip penggunaan beban secara progresif, c) Prinsip pengaturan latihan, d) Prinsip kekhususan program latihan. Prinsip-prinsip latihan olahraga menurut J.C. Radclife dan R.C. Farentinous yang diterjemahkan oleh M. Furqon dan Muchsin

Doewes (2002:8), menjelaskan bahwa prinsip-prinsip olahraga tertentu

30 bisa diterapkan kedalam bentuk-bentuk latihan yang lain, juga berlaku untuk Pliometrik. Salah satu prinsip yang paling mendasar dan banyak diterima adalah prinsip beban lebih yang progresif (Progresif Overload), prinsip spesifikasi (kekhususan) keterlibatan utama dengan semua olahraga. Prinsip latihan menurut Annarino, A.A(1976:287) bahwa

prinsip latihan adalah sebagai berikut : a) Kekhususan latihan (Specific of training), b) Determining the pre dominan energy system, c) The Overload principle-intensitas, frekuency and duration of training, d) Training phases, e) Pre liminary exercise (warm-up), e) Warm down or cooldown Berdasakan beberapa teori dari ilmuwan di atas bahwa

prinsip-prinsip latihan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Pemanasan Tubuh (Warming Up) Pemanasan tubuh (Warming up) penting dilakukan sebelum berlatih. Tujuan pemanasan ini adalah untuk mengadakan perubahan dalam fungsi organ tubuh, guna menghadapi kegiatan fisik yang lebih berat. Selain itu untuk: 1) menghindari diri kemungkinan cedera, 2) mengkoordinasikan gerakan yang mulus, 3) menyesuaikan diri organ tubuh untuk bekerja lebih berat, dan 4) kesiapan mental kian meningkat. Pemanasan mempunyai manfaat yang utama adalah untuk menghindari kemungkinan terkena cedera otot dan sendi. Tata cara pemanasan tubuh dengan aktifitas jasmani yang baik adalah sebagai berikut: 1) semua otot dan sendi diregangkan dengan menggunakan metode latihan peregangan statis, 2) melakukan jogging, 3) senam dengan menggunakan metode latihan peregangan dinamis

31 terutama pada otot dan sendi, 4) Wind-Sprint yaitu suatu jenis kegiatan lari dengan kecepatan yang kian lama kian tinggi (lari akselerasi) sejauh 50 60 km (Tohar, 2002:4) b. Metode Latihan Untuk mempercepat peningkatan prestasi menurut Tohar (2002:5), latihan tidak cukup hanya dilakukan secara motorik (gerakan saja). Latihan nirmotorik (tanpa gerakan). Latihan ini dilakukan dengan melihat gambar atau film mengenai gerakan yang akan dilakukan. c. Berpikir Positif Berpikir positif adalah perilaku positif untuk melakukan kata hati yang kuat, tak mau menyerah dan mampu, maka hasil latihan tersebut juga positif dan betul-betul mampu melaksanakan latihan dengan baik (Tohar, 2004: 6) d. Prinsip beban lebih (Overload) Prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang menekankan pada pembebanan latihan yang semakin berat. Prinsip ini mengatakan bahwa beban latihan diberikan pada atlet haruslah secara periodik dan progresif ditingkatakan, kalau beban latihan tidak pernah ditambah, maka berapa lamapun dan seringpun atlet berlatih, prestasi tak mungkin akan meningkat (Rusli Lutan 2003:2). Prinsip beban lebih yang progresif, telah berhasil digunakan untuk mengembangkan kekuatan, power dan daya tahan. Hubungan antara meningkatnya kekuatan otot dan beban lebih yang resistif yang menggunakan beban telah dipahami dengan baik, karena penekanannya pada pengembangan power dalam latihan Pliometrik, dan karena power

32 diartikan sebagai kekuatan dan frekuensi atau kekutan yang terbagi dengan waktu, maka beban lebih resistif dan temporal harus diberikan. Pada Pliometrik beban lebih resistif berupa perubahan-perubahan arah yang tepat pada suatu anggota tubuh atau seluruh tubuh. (J.C. Radclife dan R.C. Farentinous diterjemahkan oleh M. Furqon H. dan Muchsin Doewes, 2002.8) e. Prinsip aktif dan bersungguh-sungguh Setiap pemain dituntut untuk selalu bertindak aktif dalam segala hal, tidak pasif hanya berlatih jika ada pelatih, dan berlatih jika pelatih tidak ada. Disamping itu, pemain jarang berani mengambil inisiatif sendiri untuk melakukan jenis latihan yang cocok. Bila ingin menjadi pemain yang berprestasi, maka partisipasi dan kesungguhan berlatih harus sudah tertanam dalam diri pemain (Ngurah Nala, 1998:12) f. Prinsip Pengembangan Lateral Latihan dijuruskan kepada spesifikasi olah raga yang digeluti, hendaknya atlet dibekali terlebih dahulu dengan pelatihan dasar

kebugaran badan (Physical Fitnes) dan mampu

komponen biomotorik yang

menunjang latihan berikutnya. Selain mengembangkan sepuluh

komponen kondisi fisik, dikembangkan pula seluruh organ dan sistema yang ada dalam tubuh, baik yang menyangkut proses fisiologis maupun psikologisnya. g. prinsif spesialisasi Pengembangan latihan multilateral sesudahnya maka

dilanjutkan dengan pengembangan khusus atau spesialisasi sesuai dengan cabang olah raga yang digeluti prinsip pada pelatihan ini, jika

33 menyangkut anak-anak, maka masalah umur mereka perlu di perhatikan. Pelatihan spesialisasi baru dimulai setelah disesuaikan dengan umur yang sesuai untuk cabang olahraga yang dipilih oleh anak atau atlet yang bersangkutan (Ngurah Nala, 1998: 13). Spesialisasi cabang olahraga menurut Ngurah Nala, khusus cabang olahraga bahwa anak mulai dilatih olahraga sepakbola pada umur 10 12 tahun, umur-umur dilatih spesialisasi pada umur 11 13 tahun, dan puncak prestasi dicapai pada umur 18 24 tahun. Seorang pemain sepakbola untuk memulai latihan menurut Bompa yang dikutip Tohar (2002;15) menjelaskan bahwa cabang olahraga sepakbola juga dimulai pada usia 10 12 tahun, spesialisasi 11 13 tahun, dan prestaasi puncak 18 24 tahun. h. Prinsip Individualisasi Sepakbola merupakan olahraga beregu yang di dalamnya berisi banyak pemain yang mempunyai kemampuan, potensi, karakter berlatih dan spesifikasi berbeda, oleh karena itu pelatihannyapun akan berbeda, semua jenis pelatihan dapat disama ratakan tidak

atau diseragamkan untuk

seluruh pemain, Ngurah Nala (1998:296) i. Pinsip keberagaman/ variasi Prinsip keberagaman yaitu macam dan jenis pelatihannya harus bermacam-macam (variasi ) tidak monoton agar para pemain tetap bersemangat dalam berlatih. Variasi pelatihan yang dipilih harus tetap mengacu pada tujuan pelatihan. Bila variasi pelatihan yang diberikan menyimpang dari

tujuan pelatihan, maka hasil yang dicapai tentunya akan berbeda dari tujuan. j. Prinsip penggunaan model proses latihan. Model latihan adalah suatu pelatihan simulasi, suatu bentuk pelatihan

34 isomorphosis, yang mirip atau hampir meyerupai permainan atau pertandingan yang sesungguhnya. Contohnya: atlet berlatih melakukan semua gerakan atau simulasi dengan kondisi yang mungkin akan dialami tatkala bertanding, dengan kata lain prinsip penggunaan model disebut juga pelatihan bayangan (shadow playing). Artinya, pemain tersebut ketika berlatih melakukan gerakan-gerakan yang mirip ketika dia menghadapi lawan yang sebenarnya (Ngurah Nala, 1998;296) k. Fase-fase Latihan (Training Phases) Fase-fase latihan diklasifikasikan kedalam 3 periode . Total training pada atlet kedalam 3 fase, yaitu: off season, pre season, dan inseason. Fase-fase latihan juga biasanya untuk menentukan tujuan dan program latihan dari tahap satu ke tahap lainnya. l. Prinsip penggunaan Energi system (Determining the predominant

energy system) m. Pendinginan (Cooling Down) Cooling down bertujuan untuk memulihkan kondisi badan kekondisi semula. Tujuan melakukan cooling down menurut Annarino, A.A (1976: 300) yaitu: blood and muscle lachid acid levels decrease more rapidly during exercise recovery than during rest recovery. This, warm-down would promote faster recovery from fatique. Artinya: .. darah dan kadar asam laktat otot akan berkurang secara cepat selama istirahat aktif (Exceriserecovery) dari pada istirahat pasif (Rest recovery)

35 C. Lari sprint Sprint atau lari cepat merupakan salah satu nomor lomba dalam cabang olahraga atletik. Sprint atau lari cepat merupakan semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan maksimal sepanjang jarak yang ditempuh. Tujuan dari pelaksanaan latihan lari sprint adalah untuk melatih kecepatan lari dan peningkatan kecepatan ( speed )

D.

Pull up Pull-up adalah latihan tubuh bagian atas terbaik yang dapat Anda lakukan

dengan berat badan Anda. Hampir setiap orang menggunakan dua tangan, tetapi ada beberapa di luar sana yang dapat melakukan satu tangan dagu-up dan pull-up. Tujuan dari pelaksanaan latihan pull-up adalah untuk untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan dan bahu E. Latihan Pull-up dan Sprint 100 Meter Terhadap Kebugaran Jsamani

DAFTAR PUSTAKA Aggoro M. Toha, 2008. Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Terbuka Arikunto Suharsimi, 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi III. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto Suharsimi, 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta Hairi Yunusul,2004. Dasar-dasar kesehatan olahraga. Jakarta : Universitas Terbuka Denroni, 2008. Teknik Dan Prinsif Latihan.

36 http://www.dydo.wordpress.com/2008/03/teknik_dan_prinsif_latihan/html Hermidsyah, 1993. Kepelatihan Dasar. Jakarta: Universitas terbuka Hamid AKib, 2007. Statistik dasar. Jakarta : Universitas Terbuka Nurhasan, 2001. Tes Dan Pengukuran Dalam Kebugaran Jasmani : Prinsif-prinsif Dan Penerapannya. Departemen Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai