Anda di halaman 1dari 9

ATLET BERPRESTASI DENGAN PROFIL KEDISIPLINAN

TINGGI

Oleh:

Siti Nabila Alawi

22602241055

Abstrak

Kedisiplinan memainkan peran sentral dalam kesuksesan atlet dalam dunia


olahraga. Olahragawan yang sempurna dibekali oleh kualitas fisik, teknik, taktik
dan mental yang baik. Mental akan tampak dari nilai-nilai yang tertanam pada
jiwa seseorang. Nilai karakter dalam atlet juga sangat penting karena memainkan
peran utama dalam membentuk etos kerja dan kemampuan atlet untuk mencapai
prestasi maksimal. Kedisiplinan merupakan salah satu nilai yang akan terbentuk
dari seorang atlet berdasarkan kajian mental dan nilai karakter yang dimiliki
seorang atlet berprestasi. Kedisiplinan melandasi proses berlatih untuk
mengembangkan kualitas fisik, teknik, taktik dan mental sampai tingkatan
maksimal. Berlatih secara berkala dalam jangka waktu yang lama dengan
kedisiplinan tinggi akan memperoleh hasil peningkatan fisik, teknik, taktik dan
mental yang maksimal. Kedisiplinan merupakan salah satu nilai yang terbentuk
dari proses berlatih. Faktor-faktor pendukung kedisiplinan, seperti peran pelatih
dan motivasi atlet, juga akan mempengaruhi proses capaian prestasi atlet sebagai
faktor kunci dalam mencapai prestasi olahraga yang optimal.

Keyword: disiplin, prestasi

PENDAHULUAN

Berlandasan pada teori sosial bahwa manusia merupakan makhluk sosial


yang hidup di lingkungan. Lingkungan sosial sebagai tempat beraktivitas akan
mempengaruhi pembentukan karakter manusia. Pembentukan karakter merupakan
proses sepanjang kehidupan manusia. Sejalan dengan ungkapan diatas bahwa
kedisiplinan merupakan salah satu nilai yang akan dibentuk dimana disiplin
melandasi proses berlatih disetiap latihan yang dilakukan, dalam hal ini disiplin
dalam latihan dapat mengembangkan kualitas fisik, teknik, taktik dan mental
sampai tingkatan maksimal pada saat latihan. Kedisiplinan merupakan salah satu
nilai yang terbentuk dari proses berlatih. Manusia akan memiliki tingkat
kedisiplinan tinggi, yang akan ditransfer untuk melaksanakan aktivitas fisik yang
dilakukannya.

Dalam kehidupan sosial orang yang memiliki sifat disiplin terlihat dari
kesediaan untuk mereaksi dan bertindak terhadap nilai-nilai yang berlaku, yaitu
nilai-nilai yang tertuang dalam bentuk: ketentuan, tata tertib, aturan, tatanan
hidup, atau kaidah kaidah tertetu. Jadi disiplin dalam bidang latihan ini harus
dimiliki oleh setiap atlet yang bertujuan untuk mencapai prestasi maksimal, dan
disiplin tersebut dapat ditingakatkan menjadi disiplin diri, dengan demikian dapat
dikatakan seorang atlet yang memiliki tingkat disiplin diri yang tinggi maka setiap
latihan yang dilakukan akan memproleh hasil yang maksimal maka dapat
dikatakan atlet akan dapat meraih sebuah prestasi dalam biadang olahraga yang
digelutinya. Begitu juga sebaliknya jika seorang atlet kurang memiliki disiplin diri
dalam mengikuti latihan yang dilakukan maka seorang atlet tidak dapat mencapai
hasil latihan yang maksimal sehingga menurunnya prestasi olahraga yang
digelutinya.

Disiplin dalam latihan merupakan hal yang penting untuk mencapai tujuan
organisasi dan atlet itu sendiri. Kedisiplinan merupakan kunci keberhasilan suatu
organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pendisiplinan pegawai
adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk
pengetahuan, sikap dan perilaku pegawai sehingga para pegawai tersebut secara
sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dengan pegawai yang lainnya serta
meningkatkan prestasi kerjanya. (Siagian, 2008).
Prestasi adalah hasil belajar yang merupakan penekanan dari kecakapan -
kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki sesorang, sedangkan indikasinya
dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk pengetahuan,
ketrampilan berpikir, maupun ketrampilan motorik. Witherington (2003:155),
Prestasi kerja juga diartikan sebagai sesuatu yang dikerjakan yang dihasilkan atau
diberikan seseorang atau sekelompok orang (Dharma, 1991).

Maraknya kegiatan event olahraga secara nasional maupun internasional


dalam beberapa tahun belakangan ini diketahui dari segi bidang ekonomi
pendapatan penyelenggara maupun penggiat olahraga sangat menjanjikan dalam
beberapa cabang olahraga. Ini semua harus ditunjang dengan prestasi atlet guna
mencapai tujuan suatu penyelenggara atau organisasi dalam bidang olahraga.
Maka dengan itu, diperlukannya identifikasi atlet-atlet berprestasi untuk
menunjang tujuan olahraga prestasi. Salah satunya dengan memilih atlet-atlet
yang berpotensi dengan mental dan karakter yang mendukung pembinaan
olahraga berprestasi.

PEMBAHASAN

A. Atlet Berprestasi

Atlet menururt UU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan


Nasional Bab 1 Pasal 1 Nomor 7 bahwa atlet adalah pengolahraga yang mengikuti
pelatihan secara teratur dan kejuaraan dengan penuh dedikasi untuk mencapai
prestasi. Menurut Al Barry (2001:538) atlet adalah seseorang yang profesional
dalam bidang olahraga. Atlet adalah seseorang yang menggeluti dan aktif
melakukan latihan untuk meraih prestasi pada cabang olahraga yang dipilih.

Atlet berprestasi adalah atlet yang ikut serta dalam pertandingan Nasional
pada level tertinggi dan mampu mencapai prestasi tinggi sebagai tim Nasional
(Bompa, 1994:23). Beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa atlet
berprestasi adalah atlet yang memiliki prestasi dan dengan upaya yang maksimal
mampu mencapai level prestasi tinggi dengan turut serta berpartisipasi dalam
pertandingan tingkat nasional maupun internasional. Atlet yang memiliki prestasi
biasanya lebih berorientasi pada kemajuan prestasi yang akan diperolehnya.
Prestasi tersebut akan terkait dengan karakter yang dimiliki oleh seorang atlet
tersebut.

Suatu kenyataan yang tak bisa dipungkiri bahwa olahraga, khususnya


olahraga prestasi adalah arena dengan sifat kompetitif yang sangat tinggi. Atlet
yang berhasil adalah mereka yang memiliki kualifikasi terbaik, tidak hanya dari
aspek fisik tetapi juga psikis (Brown, 2001; Nideffer, 1992). Studi yang dilakukan
oleh Gould dan Dieffenbach (2002) terhadap 10 atlet Amerika peraih medali emas
Olimpiade membuktikan betapa karakteristik psikologis yang dimiliki atlet
berpengaruh terhadap pencapaian prestasinya. Misalnya bagaimana atlet memiliki
dorongan (drive) yang kuat untuk mencapai kesuksesan; bagaimana atlet memiliki
kekuatan mental (mental toughness); bagaimana atlet memiliki kecerdasan (sport
intelligence) dan sebagainya. Meskipun demikian perlu diingat bahwa mereka
yang memiliki bakat fisik dan psikis yang unggul tidak dengan sendirinya akan
berhasil mencapai prestasi tinggi. Banyak faktor yang akan mempengaruhi atlet
dalam menoreh prestasinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi atlet
berprestasi menurut Bompa (2009:57) terdiri dari faktor fisik, teknik, taktik dan
mental.

1) Faktor fisik

Faktor fisik berhubungan dengan struktur bentuk tubuh atlet yang ideal,
misalnya tinggi badan dan berat badan atlet. Adapun struktur antropometrik
berhubungan dengan pengukuran kemampuan atlet dalam melakuakan gerakan-
gerakan yang berkaitan dengan cabang olahraga yang ditekuni. Fisik yang prima
merupakan salah satu aset penting yang harus diperhatikan dan dipertahankan
oleh seorang atlet.

Faktor fisik juga berkaitan dengan daya tahan, kecepatan, fleksibilitas,


agilitas, koordinasi gerak, dan kekuatan seorang atlet, baik dalam latihan maupun
dalam menghadapi pertandingan. Fisik merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi atlet dari sebuah kemajuan yang diperoleh seorang atlet
dalam proses latihan. Faktor fisik terpenuhi untuk mengembangkan faktor yang
mempengaruhi prestasi selanjutnya.

2) Faktor teknik

Faktor teknik merupakan faktor yang berhubungan dengan latihan yang


teratur dan intensif dengan baik dan benar dapat mengembangkan ketrampilan
khusus dan mengoptimalkan ketrampilan atlet tersebut. Menurut Bompa
(2009:62) teknik merupakan keterampilan motorik, teknik meliputi semua
gerakan, ketrampilan dan unsur-unsur teknik yang diperlukan dalam olahraga.
Ketrampilan atlet yang baik mempengaruhi penguasan teknik seorang atlet. Bila
atlet memiliki suatu ketrampilan khusus, penguasaan tekniknya akan semakin
baik. Ketrampilan khusus yang dimiliki atlet bisa dipengaruhi oleh bakat atau
bawaan, serta dapat juga dilatih dan dikembangkan. Ketrampilan yang dimiliki
seorang atlet berpengaruh pada penampilan atlet tersebut saat latihan dan
pertandingan. Penampilan tersebut akan diperlihatkan melalui ketrampilan yang
telah dilatih selama proses latihan.

3) Faktor taktik

Faktor taktik dan strategi adalah konsep penting dalam pembinaan atlet.
Taktik dapat digunakan selama dalam latihan atau pada saat menghadapi lawan
secara langsung maupun tidak langsung. Taktik dan strategi dalam proses latihan
terkait dengan bagaimana kekuatan dan cara pelatih untuk menimbulkan respon
fisiologis dengan menggunakan taktik yang diatur ke dalam sistem yang baik
juga.

Penguasaan taktik didasarkan pada pengetahuan yang mendalam dan


kemampuan yang tepat untuk diterapkan pada lingkungan yang kompetitif. Taktik
yang baik sangat diperlukan pada situasi kompetisi olahraga yang sifatnya beregu,
misalnya pada cabang olahraga bola basket yang saling kejar mengejar angka,
atlet harus memunculkan taktik untuk memperoleh angka sebanyak-banyaknya
untuk memenangkan suatu pertandingan.
4) Faktor mental

Faktor psikologis merupakan struktur dan fungsi aspek psikis, baik


karakter maupun kognitif yang bisa menunjang atau menghambat aktualisasi
sesuai potensi yang ada dan dilihat pada prestasi yang dicapai. Faktor mental akan
berfungsi dengan baik jika fisik, teknik, dan taktik seorang atlet telah memiliki
potensi yang sangat baik. Situasi dalam olahraga kompetitif sangat membutuhkan
mental yang baik.

B. Kedisplinan Atlet

Pengertian disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah


ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dan sebagainya). Kata disiplin
berasal dari bahasa Latin “disciplina” yang berarti latihan atau pendidikan
kesopanan dan kerohanian serta pengembangan prilaku. Disiplin adalah berupa
ketaatan seseorang yang berwujud dalam bentuk kemauan dalam mengikuti
aturan-aturan yang telah dibuat baik secara kelompok maupun individual.
Manusia sebagai idividu terkadang ingin hidup bebas, sehingga ia ingin
melepaskan diri dari sebuah ikatan ataupun aturan yang membatasi kegiatan
ataupun perilakunya. Namun perlu disadari manusia adalah makhluk sosial yang
hidup diantara individu-individu lain yang saling berinteraksi satu sama lainnya,
dimana dalam hal ini ia mempunyai kebutuhan akan perasaaan diterima oleh
orang lain. Menurut Tulus Tu’u (2004: 33) ada lima unsur-unsur disiplin yaitu:

1) Mengikuti dan mentaati peraturan, nilai dan hukum yang berlaku.


2) Pengikutan dan ketaatan, terutama muncul karena adanya kesadaran diri
bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan diri, karena rasa takut,
tekanan, paksaan dan dorongan dari luar diri.
3) Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan
membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.
4) Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku, dalam
rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku.
5) Peraturan-peraturaan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku.
Dalam olahraga atlet selalu menghadapi pilihan antara melakukan
ketentuan sesuai program latihan yang ditetapkan atau tidak melakukan sesuai
dengan program latihan, antara patuh pada peraturan dan bertindak sportif, atau
dengan melanggar peraturan asal dapat memenangkan pertandingan, dan
sebagainya. Ini semua erat kaitannya dengan disiplin atlet dan masalah
penguasaan diri menghadapi keinginan mendapatkan kepuasan. Disiplin yang
ditanamkan dengan paksaan dapat menjurus kearah terbentuknya “disiplin semu”
sedangkan disiplin yang ditanamkan atas dasar kesadaran dapat menumbuhkan
disiplin diri sendiri atau (self discipline) atlet yang bertindak negative atau
menolak ketentuan atau tata tertib yang sudah disepakati menunjukan gejala tidak
disiplin, karena disiplin mengandung ketaatan atau kepatuhan terhadap ketentuan
dan nilai-nilai yang berlaku.

Dalam banyak hal pertentangan bathin antara mengutamakan kepentingan


pribadi atau lebih mengutamakan kepentingan umum, merupakan tantangan
terhadap disiplin atlet tersebut apabila dikembangkan lebih lanjut akan dapat
menimbulkan pemahaman dan kesadaran yang lebih mendalam untuk mematuhi
segala nilai-nilai, norma-norma dan kaidah-kaidah yang berlaku, meskipun tidak
ada yang memerintah dengan memberi sanksi-sanksi dan diawasi. Bahkan
akhirnya juga akan mematuhi rencana-rencana yang dibuatnya sendiri, sesuai
dengan nilai-nilai yang diketahuinya ini yang dinamakan disiplin diri sendiri atau
(self discipline).

Dalam hal ini sesungguhnya seorang atlet yang telah mampu


menumbuhkan disiplin diri sendiri atau (self discipline) akhirnya juga akan
memiliki “citra diri” sebagai orang yang disiplin. Disiplin juga dapat berkembang
sehingga menimbulkan dampak positif terhadap perkembangan rasa harga diri
atlet. Atlet yang merasa bangga melaksakan program-programnya sendiri tanpa
ada yang mengawasi, berarti merasa dirinya berharga untuk dapat menepati
sebagai atlet yang baik, sebaliknya akan merasa dirinya kurang baik atau harga
dirinya berkurang apabila melakukan hal-hal yang melanggar ketentuan-ketentuan
atau norma-norma yang seharusnya dilakukan oleh seorang atlet yang baik
Jadi atlet yang memiliki disiplin diri sendiri sudah memiliki kesadaran
untuk berlatih sendiri, meningkatkan keterampilan, dan menjaga kondisi fisik
serta kesegaran jasmaninya, hal ini dapat menguai diri untuk tidak melakukan
halhal yang bertentangan dengan peraturan yang dapat merugikan kesehatan
dirinya dan lebih lanjutnya selalu akan berusaha untuk hidup dan berbuat sebaik-
baiknya sesuai dengan citranya sebagai atlet yang ideal.

KESIMPULAN

Mencapai sebuah prestasi dalam olahraga membutuhkan perjuangan baik


secara fisik maupun pisikis. Atlet berprestasi adalah atlet yang memiliki prestasi
dan dengan upaya yang maksimal mampu mencapai level prestasi tinggi dengan
turut serta berpartisipasi dalam pertandingan tingkat nasional maupun
internasional. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah kedisiplinan seorang
atlet itu sendiri. Kedisiplinan merupakan salah satu nilai yang akan terbentuk dari
seorang atlet berdasarkan kajian mental dan nilai karakter yang dimiliki seorang
atlet berprestasi. Kedisiplinan melandasi proses berlatih untuk mengembangkan
kualitas fisik, teknik, taktik dan mental sampai tingkatan maksimal. Kedisiplinan
merupakan salah satu nilai yang terbentuk dari proses berlatih.

DAFTAR PUSTAKA

Hermawan, E., Isnurhadi, & Muktamar, R. N. (2021). Pengaruh Pelatihan


Dan Disiplin Terhadap Prestasi Atlet Cabang Olahraga Beladiri Kabupaten Ogan
Ilir Sumatera Selatan. Jurnal Ilmu Keolahragaan 20(1), 110-115.

Gilang Ginanjar h, (2014). Profil Kontrol Diri Dan Disiplin Atlet Renang
Jawa Barat Peraih Medali Emas Pon Xviii Riau. Jurnal Perpustakaan. Upi. Edu.

Syarifah Ariyani, Victor Simanjuntak, Fitriana Puspa Hidasari, (2019).


Tingkat Kedisiplinan Atlet Pplp Pada Jenjang Sekolah Menengah Atas Di Kota
Pontianak. Artikel Penelitian Ilmu Keolahragaan, Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Pontianak.

Wicaksono, D. (n.d.). Membangun Kedisiplinn Melalui Aktivitas Berlatih


Di Klub Pembinaan Olahraga Prestasi.

Sin, T. H. (n.d.). Disiplin Atlet Dalam Latihan. Jurnal Universitas Negeri


Padang, 240-251

Gunarsa, S.D., (2000). Psikologi olahraga dan penerapannya untuk


bulutangkis. Jakarta: Universitas Tarumanagara, UPT Penerbitan.

----. (2007). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005


Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Kemenpora.

Anda mungkin juga menyukai