PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Olahraga psikologi adalah kedisiplinan untuk memahami hambatan mental pada atlet
yang dapat mempengaruhi prestasi yang diinginkan. Prinsip-prinsip dalam psikologi olahraga
didasarkan pada hubungan pikiran dan tubuh. Dari prinsip-prinsip psikologi olahraga, muncul
konsep persiapan mental untuk olahraga. Konsep persiapan mental dalam olahraga benar-
benar sangat penting demi tercapainya prestasi yang diharapkan. Meningkatnya stres dalam
pertandingan dapat menyebabkan atlet bereaksi secara negatif, baik dalam hal fisik maupun
psikis, sehingga kemampuan olahraganya menurun. Mereka dapat menjadi tegang, denyut
nadi meningkat, berkeringat dingin, cemas akan hasil pertandingannya, dan mereka merasa
sulit untuk berkonsentrasi. Keadaan ini seringkali menyebabkan para atlet tidak dapat
menampilkan permainan terbaiknya.
Untuk dapat meningkatkan prestasi atau performa seorang atlet maka atlet perlu
memiliki mental yang tangguh, sehingga ia dapat berlatih dan bertanding dengan semangat
tinggi, dedikasi total, pantang menyerah, tidak mudah terganggu oleh masalah-masalah non-
teknis atau masalah pribadi. Dengan demikian ia dapat menjalankan program latihannya
dengan sungguh-sungguh, sehingga ia dapat memiliki fisik prima, teknik tinggi dan strategi
bertanding yang tepat, sesuai dengan program latihan yang dirancang oleh pelatih. Dengan
demikian terlihatlah bahwa latihan mental bertujuan agar atlet dapat mencapai prestasi
puncak, atau prestasi yang lebih baik dari sebelumnya.
Untuk dapat memiliki mental yang tangguh tersebut, atlet perlu melakukan latihan
mental yang sistimatis, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari program latihan
olahraga secara umum, dan tertuang dalam perencanaan latihan tahunan atau periodesasi
latihan. Seringkali dijumpai, bahwa masalah mental atlet sesungguhnya bukan murni
merupakan masalah psikologis, namun disebabkan oleh faktor teknis atau fisiologis.
Contohnya: jika kemampuan atlet menurun karena faktor kesalahan teknik gerakan, maka
persepsi sang atlet terhadap kemampuan dirinya juga akan berkurang. Jika masalah kesalahan
gerak ini tidak segera teridentifikasi dan tidak segera diperbaiki, maka kesalahan gerak ini
akan menetap. Akibatnya, kemampuan atlet tidak meningkat, sehingga atlet menjadi kecewa
dan lama kelamaan bisa menjadi frustrasi bahkan memiliki pikiran dan sikap negative
terhadap prestasi olahraganya.
Demikian juga dengan masalah yang disebabkan oleh faktor fisik. Masalah yang
seringkali terjadi adalah masalah “overtrained” atau kelelahan yang berlebihan, sehingga
1
menimbulkan perubahan penampilan atlet yang misalnya menjadi lebih lambat, sehingga atlet
tersebut kemudian di’cap’ sebagai atlet yang memiliki motivasi rendah. Kedua contoh
tersebut menunjukkan bahwa masalah mental tidak selalu disebabkan oleh faktor mental atau
faktor psikologis. Jika penyebab masalahnya tidak terlebih dahulu diatasi, maka masalah
mentalnya juga akan sulit untuk dapat diperbaiki.
Aspek-aspek kecakapan mental psikologis (psychological skills) yang bisa dilatih,
mencakup banyak hal meliputi aspek-aspek pengelolaan emosi, pengembangan diri,
peningkatan daya konsentrasi, penetapan sasaran, persiapan menghadapi pertandingan, dan
sebagainya.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apakah Yang Dimaksud Mental?
2. Apa Yang Dimaksud Dengan Latihan Keterampilan Mental?
3. Apa Itu Efektivitas Latihan Keterampilan Mental?
4. Apa Itu Keterampilan Dan Metode Dalam Latihan Mental?
5. Apa Itu Ruang Lingkup Latihan Keterampilan Mental?
6. Apa Saja Proses-Proses Pelatihan Mental?
1.3.Tujun Masalah
1. Dapat Mengetahui Apa Itu Yang Dimaksud Mental?
2. Dapat Mengetahui Apa Itu Latihan Keterampilan Mental?
3. Dapat Mengetahui Apa Itu Efektivitas Latihan Keterampilan Mental?
4. Dapat Mengetahui Apa Itu Keterampilan Dan Metode Dalam Latihan Mental?
5. Dapat Mengetahui Apa Itu Ruang Lingkup Latihan Keterampilan Mental?
6. Dapat Mengetahui Apa Saja Proses-Proses Pelatihan Mental?
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia terdiri dari kesatuan jiwa dan raga atau disebut juga sebagai "psychosomatic
unity". Artinya bagian yang satu dengan bagian yang lainnya saling memengaruhi. Pengaruh
yang dirasakan oleh jiwa kita akan berpengaruh pula terhadap raga kita, demikian pula
sebaliknya. Kesatuan jiwa dan raga ternyata sangat kuat, apa yang dipikirkan dalam jiwa kita
maka raga kita akan memberikan reaksi. Begitupun dalam olahraga prestasi terutama dalam
2
pertandingan, atlet yang melakukan gerakan-gerakan fisik tidak mungkin akan
menghindarkan diri dari pengaruh-pengaruh mental-emosional yang timbul dalam olahraga
tersebut (Harsono, 1988:242). Hal yang sama juga disampaikan oleh Sugarman (2008:1)
bahwa hubungan antara jiwa dan raga sangatlah erat. Apapun yang ada dalam jiwa, raga kita
sebetulnva bereaksi.
Kalau kita amati Iebih mendalam, penampilan para atlet sebenarnya merupakan hasil
gabungan dari beberapa faktor. Faktor tersebut adalah kemampuan fisik, teknik, taktik atau
strategi, dan mental. Latihan mental memegang peranan penting untuk menghasilkan keadaan
mental yang tangguh. Pelatihan kemampuan mental dalam olahraga harus didesain untuk
menghasilkan kondisi dan keterampilan psikis para atlet yang akan mengarah kepada
peningkatan performa dalam olahraga (Rushall, 2008).
Kondisi yang terjadi di lapangan berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
penulis dengan para pelatih cabang olahraga, latihan keterampilan mental belum dilakukan
secara saksama dan spesifik dalam proses latihan. Kondisi inilah yang harus segera dibenahi,
sebab jika pelatih masih memiliki pemikiran yang salah dalam melatih, misalnya selalu fokus
pada melatih kemampuan fisik, teknik, taktik saja, akan terjadi ketimpangan pada diri atlet.
Di satu sisi kemampuan atlet meningkat lebih baik, tetapi di sisi lain kemampuan atlet dalam
aspek mentalnya lemah. Padahal mental dalam situasi tertentu memegang peranan penting
dalam mengendalikan keadaan buruk yang dialami atlet supaya atlet yang bersangkutan tetap
dapat menampilkan performa dengan baik.
Berkenaan dengan materi yang dibahas pada bab ini, diharapkan mahasiswa atau
pembaca dapat memahami dan mampu mengaplikasikannya dalam proses pelatihan olahraga.
Oleh karena itu tujuan yang ingin penulis capai pada bab ini adalah:
1. Mahasiswa dan atau pembaca mampu menjelaskan pengertianmental dan latihan
keterampilan mental.
2. Mahasiswa dan atau pembaca mampu menjelaskan efektivitas latihan keterampilan
mental.
3. Mahasiswa dan atau pembaca mampu menganalisis perbedaan antara keterampilan
(skill) dengan metode latihan keterampilan mental.
4. Mahasiswa dan atau pembaca mampu menjelaskan ruang lingkup dalam memahami
latihan keterampilan mental.
5. Mahasiswa dan atau pembaca mampu menjelaskan proses pelatihan mental.
Pengertian Mental
3
2.1.Pengertian Mental
Untuk mengetahui pengertian mental, dalam kamus psikologi yang dikemukakan oleh
Kartono Gulo (2000: 276) dijelaskan bahwa mental menyinggung masalah pikiran, akal atau
ingatan, penyesuaian organisme terhadap lingkungan, dan secara khusus rnenunjuk pada
penyewaian yang mencakup fungsi-fungsi simbol yang disaclari oleh individu. sedangkan
menurut Drever (1971); Setyobroto (1989: 41) mental adalah keseluruhan struktur dan
proses-proses kejiwaan yang terorganisasi, baik yang disadari maupun yang tidak disadari.
Berdasarkan pendapat tersebut, kesiapan struktur dan proses-proses kejiwaan seperti aspek
kognitif yang berhubungan dengan akal atlet akan sangat menentukan sikap mental atlet yang
bersangkutan. Atlet yang kemampuan akalnya rendah dalam menghadapi pertandingan, akan
sangat mudah kehabisan akal untuk bisa mengalahkan lawan meskipun dengan berbagai cara
yang dikerahkan oleh atlet sesuai dengan kemampuannya.
4
latihan keterampilan mental seperti layaknya latihan fisik agar bisa dikuasai dengan baik
oleh atlet harus diajarkan oleh pelatih dan dipelajari oleh atlet. Dengan demikian, latihan
keterampilan mental tidak begitu saja bisa dikuasai oleh atlet setelah atlet yang bersangkutan
menguasai beberapa kemampuan fisik, teknik, dan taktik. Namun. atlet harus juga
rnempelajari keterampilan mental dalam proses latihan.
Latihan keterampilan mental berdasarkan beberapa pendapat ahli seperli Chee (2010)
menjelaskan latihan keterampilan mental merupakan strategi dan metode sistematis yang
sengaja didesain atau dirancang untuk meningkatkan performa atlet dengan cara
meningkatkan keterampilan mental atau psikologisnya. Vealey (1988) menjelaskan latihan
keterampilan mental ditemukan untuk mendeskripsikan teknik dan strategi yang didesain
untuk mengajarkan atau meningkatkan keterampilan mental yang memfasilitasi performa dan
pendekatan positif untuk kompetisi olahraga. Begitupun, Rushall (2008) menjelaskan bahwa
pelatihan keterampilan mental dalam olahraga didesain untuk menghasilkan kondisi dan
keterampilan psikologis para atlet yang akan mengarah pada peningkatan performanya.
Latihan keterampilan mental menurut pendapat tersebut lebih menekankan kepada
teknik dan strategi yang dirancang untuk mengajarkan atau meningkatkan keterampilan
mental yang dapat memfasilitasi penampilan atlet. Latihan keterampilan mental bisa menjadi
sebuah pendekatan positif bagi atlet untuk menghadapi pertandingan olahraga. Selain itu,
latihan keterampilan mental dirancang untuk menghasilkan atlet terampil dalam aspek mental
yang mendorong ke arah peningkatan penampilannya.
Dengan katalain, pelatihan ketcrampilan psikologis pada dasarnya menyiratkan bahwa
para atlet sehat secara mental, sekaligus mampu mempelajari keterampilan kognitif dan
strategi untuk memenuhi tuntutan dalam kompetisi. Latihan keterampilan mental sangat
berkairan dengan telmik kognitif-somatik secara general. Teknik-teknik tersebut mencakup
latihan visualisasi, latihan visuo-motor, terapi kognitif-behavior, biofeedback, meditasi, dan
relaksasi otot secara progresif (Harris Harris, 1984); Martens, (1987); Behncke, (2010).
Pendapat tersebut menekankan bahwa latihan keterampilan mental berhubungan
dengan teknik kognitil'-somatik yang secara umum meliputi latihan visualisasi, latihan gerak
visual, terapi kognitif, bio- feedback. meditasi. relaksasi otot secara progtesif. Dengan
demikian, latihan keterampilan mental harus diberikan kepada atlet sesuai dengan
kebutuhannya, dengan menggunakan berbagai metode dan teknik latihan yang tepat. Latihan
keterampilan mental merupakan suatu program yang disusun dan dirancang secara sistematis
agar atlet dapat menguasai dan mempraktikkan keterampilan.keterampilan mental yang
5
berguna untuk meningkatkan performa dalam olahraga. Latihan keterampilan mental harus
dilakukan secara sistematis, kontinu, dan berkesinambungan, sehingga waktu yang
diperlukan atlet untuk menguasai suatu keterampilan tersebut akan semakin pendek Artinya
atlet dapat menguasai keterampilan mental daIam waktu yang relatif singkat.
6
b. Danish (1985). psikoIog olahraga Pennsylvania. menjelaskan perbedaan antara
performa yang luar biasa dalam olahraga sedikit dipengamhi oleh keterampilan fisik,
dan sangat banyak dipengamhi oleh keterampilan mental.
c. Godwin (1985), seorang pelatih tenis wanita UCLA (Amerika), menjelaskan bahwa
sikap pemain adalah faktor paling penting dalam sebuah kompetisi lebih tinggi yang
bisa didapat, setiap permainan menjadi lebih baik apabila faktor psikologis baik.
d. Pettit, bintang bola basket, menjelaskan bahwa aspek mental dalam bola basket adalah
50 persen dari pertandingan.
e. Caldwell, pegolfprofesional, menjelaskan bahwa sikap mentalitasnya sangat kuat.
Setiap kali dirinya siap memukul bola, dirinya yakin bola tersebut akan jatuh tepat di
titik yang dia inginkan.
f. McKinney (1985), pemanah nasional Amerika, menjelaskan bahwa siapapun bisa
membeli peralatan yang dia gunakan. tetapi hanya mereka yang memiliki mental dan
pikiran yang kuat yang mampu memaksimalkannya.
Selanjutnya secara spesifik dalam berbagai cabang olahraga. Letts (2009)
menjelaskan bahwa manfaat Iatihan mental dalam olahraga tenis meja adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan kemampuan bermain dengan baik di bawah tekanan pada saat angka
kritis.
b. Meningkatkan kemampuan adet dalam menentukan bentuk permainan.
c. Meningkatkan kemampuan atlet untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan lawan
dan menentukan cara menghadapinya.
d. Meningkatkan kemampuan atlet untuk menganalisis diri dan adaptasi diri.
e. Meningkatkan kemampuan adet untuk mencegah masuknya gangguan dan tetap
berkonsentrasi penuh pada setiap angka.
f. Meningkatkan kemampuan atlet untuk tetap yakin dan konsisten pada setiap
permainan.
Untuk mencapai prestasi maksimal atlet sering dihadapkan pada berbagai tantangan,
baik dalam situasi berlatih maupun dalam situasi pertandingan. Oleh sebab itu, atlet harus
memiliki kemampuan yang baik dalam aspek fisik, teknik, taktik maupun mental. Gary salah
seorang pelatih Baseball Oklahoma State University's ketika ditanya menjelaskan bahwa
mengombinasikan dua elemen yaitu pelatihan mental dan teknik, memberikan kesempatan
kepada atlet untuk menampilkan performa terbaik dan konsisten setiap kali mereka memasuki
lapangan. Apabila tim dipersiapkan dengan baik secara mental dan fisik, maka kesuksesan
7
jelas di depan mata (Brennan, 1990: 252). Dengan demikian, atlet harus memiliki
kemampuan ganda yaitu tidak hanya kemampuan fisik tetapi kemampuan mental, sebab
mental akan terbentuk konsistensi pada diri mencapai penampilan puncak. Jika tim
mempersiapkan fisik dan mental dengan baik akan sangat membantu untuk mencapai sukses
dalam olahraga.
Atlet yang dilatih mentalnya tentu akan semakin terampil daIam mengatasi masalah
mental emosional. Hal ini dijelaskan oleh Blumenstein, Lidor, Tenenbaum (2007) bahwa
persiapan psikologis bertujuan untuk memberikan teknik mengatasi beban mental dan
emosional kepada para atlet. Sehubungan dengan hal tersebut, keterampilan mental
merupakan fondasi yang harus dibangun kuat pada diri atlet untuk menopang pencapaian
prestasi atlet di masa yang akan datang. Williams (1993: 276) menjelaskan bahwa
keterampilan psikologis merupakan fondasi yang akan mengantar kepada kesuksesan,
potensi, kenyamanan, serta keuntungan di masa depan. Pelatihan mental harus mendatangkan
keuntungan tapi setiap orang untuk meningkatkan performanya dalam olahraga. Pendapat
tersebut menegaskan bahwa latihan keterampilan mental bermanfaat untuk meningkatkan
performa atlet dalam olahraga. Oleh karena itu, mental merupakan salah satu Faktor yang
harus diperhatikan dalam proses Iatihan, supaya atlet marnpu menampilkan kemampuan
maksimal di masa mendatang.
Merujuk pada beberapa hasil penelitian dan pendapat para ahli terkait dengan latihan
keterampilan mental bahwa latihan keterampilan mental sangat penting bagi atlet. Para ahli
yakin betul bahwa latihan keterampilan mental memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap performa atlet Bukti konkret pentingnya latihan tersebut. dimunculkan dalam bentuk
data persentase hasil penelitian mulai dari 50%, 70%, 81%, 90%, bahkan sampai 95%
performa yang baik ditentukan oleh mental. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya
latihan mental untuk meningkatkan performa atlet, baik pada proses latihan maupun pada saat
pertandingan Atlet yang memiliki mental tangguh akan mampu mengatasi berbagai masalah
mental emosional.
8
Keterampilan (skills) menurut Vealey (1988: 326) adalah KUALITAS yang ingin
dicapai. Sedangkan metode mencakup prosedur dan teknik yang berkaitan erat dengan
peningkatan keterampilan.
Keterampilan mental dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: a) keterampilan dasar
(foundation skills); b) keterampilan performa (performance skill); dan c) keterampilan
fasilitatif (facihnuive skills) Untuk lebih jelas, penulis akan bahas satu per satu sebagai
berikut .
a. Keterampilan Dasar
Keterampilan dasar menurut Vealey (1988: 328) adalah kualitas yang merupakan
dasar yang dibutuhkan dalam keterampilan mental. Lebih lanjut Vcaiey; Kirschcnbaum
(2005: 288) menjelaskan bahwa kcterampilan dasar adalah sumber daya interpersonal yang
merupakan keterampilan mental dasar yang dibutuhkan untuk meraih kesuksesan dalam
olahraga. Keterampilan dasar meliputi: a) motivasi atau molivasi berprestasi; b) kesadaran
diri; c) harga diri; d) berpikir produktif; dan e) kepercayaan diri (Vealey, 1988). Keterampilan
dasar juga meliputi komitmen; motivasi; kepercayaan diri; and harga diri (Hodge, 2007).
b. Keterampilan Performa
Keterampilan performa menurut Kirschenbaum (2005: 290) adaIah keterampilan
mental yang sangat penting dalam peningkatan keterampilan performa olahraga.
Keterampilan performa digunakan selama proses latihan dan pertandingan. Keterampilan
performa meliputi: a) pengelolaan energi; b) ketergugahan fisik optimal; c) ketergugahan
mental optimal; dan d) perhatian optimal
c. Keterampilan Fasilitatif
Keterampilan fasilitatif merupakan keterampilan yang tidak secara langsung
memengaruhi kemampuan dan performa olahraga. Namun apabila berhasil diraih, biasanya
berefek pada kemampuan atlet baik dalam olahraga maupun aspek lainnya (Vealey, 1988:
329). Keterampilan fasilitatif sangat penting bagi atlet agar mampu melakukan keterampilan
performa dengan efektif. Misalnya, keterampilan interpersonal merupakan keterampilan
fasilitatif yang penting bagi atlet untuk melakukan komunikasi secara efektif. Bahkan Gauron
(1984) menyebut keterampilan fasilitatif itu sebagai "keterampilan komuanikasi bagi atlet."
Martens (1987) menyebutnya "keterampilan komunikasi bagi pelatih." Sedangkan Orlick
(1986) menyebutnya sebagai "strategi untuk membantu atlet menggunakan media lebih
9
efektip." Keterampilan fasilitatif meliputi keterampilan interpersonal, dan manajemen gaya
hidup (Vealey, 1988). Sedangkan menurut Chee (2010) keterampilan fasilitatif meliputi
komunikasi, melatih motivasi, semangat dan kemampuan kerja tim, rehabilitasi psikologis
dari luka atau cedera, serta pensiun dan manajemen gaya hidup.
Untuk lebih jelas mengenai keterampilan mental dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Motivasi
Kesadaran Diri
Harga Diri Keterampilan Dasar
Kepercayaan Diri
Keterampilan Interpersonal
Keterampilan Fasilitatif
Manajemen Gaya Hidup
10
personal adalah keterampilan mental yang merepresentasikan ciri kedewasaan yang
signifikan pada pengembangan diri yang mengarah pada konsep pemikiran diri pada level
psikologis tinggi yang jelas, rasa kesejahteraan, serta rasa empati dan simpati terhadap orang
lain (Kirschenbaum, 2005: 290) Selanjutnya, Vallee Bloom (2005) menjelaskan bahwa para
pelatih berhasil mengidentifikasi bahwa pengembangan diri dan performa merupakan tujuan
yang sangat penting bagi mereka. Jadi keberhasilan pelatih diidentifikasi dari dua tujuan
penting, yaitu peningkatan performa dan perkembangan personal. Keterampilan
perkembangan personal dibagi menjadi dua bagian yaitu: a) identitas prestasi dan b)
kompetensi interpersonal.
Konteks lain terkait dengan perluasan keterampilan mental yaitu keterampilan tim.
Keterampilan tim adalah kualitas kolektif tim yang merupakan faktor penting dalam
membentuk lingkungan efektif dan keberhasilan tim (Vealey, 2005). Keterampilan tim dibagi
menjadi empat bagian yaitu: a) kepercayaan diri tim; b) kohesi tim; c) komunikasi tim; dan d)
kepemimpinan tim. Perluasan konteks tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.2.
Dorongan Prestasi
Keterampilan Dasar Kesadaran Diri
Berpikir Produktif
Kepercayaan Diri
Keterampilan Kognitif-Perseptual
Keterampilan Performa Perhatian
Manajemen Energi
Latihan Fisik
Metode Dasar
Pendidikan
Penetapan Tujuan
Imageri
Metode PST
Relaksasi Fisik
Mengendalikan Pikiran
KETERAMPILAN MENTAL
Keterampilan Keterampilan
Perkembangan Tim
Personal
13
Konteks Efektivitas Pelatihan
Sosial Konsultan Fisik
Budaya
Teknik
Strategi
Model
Filosof
Gambar 1.4. menunjukkan bahwa target dalam Iatihan keterampilan mental adalah
keterampilan dasar, keterampilan performa. keterampilan pengembangan personal, dan
keterampilan tim. Sedangkan proses dalam latihan mental meliputi filosofi, model, strategi,
dan teknik, yang harus dilaksanakan oleh psikolog atau pelatih dalam meningkatkan
keterampilan mental atlet. Proses tersebut dimediasi oleh kualitas interpersonal dan
efektivitas konsultasi sebagai teknik yang digunakan oleh psikolog atau pelatih.
Dua panah di samping kiri-kanan menunjukkan ruang lingkup latihan fisik, dan sosial
budaya yang memengaruhi proses latihan mental. Keterampilan mental atlet dikembangkan
dan ditingkatkan secara bersamaan dengan kualitas latihan fisik yang dirancang oleh pelatih.
Pelatih harus memahami cara-cara yang spesifik dalam mengintegrasikan latihan mental ke
dalam sesi latihan fisik. Hal ini sesuai dengan pendapat Gould; Damarjian Medbery (1999)
yaitu banyak pelatih membutuhkan bimbingan dan latihan untuk mempelajari cara spesifik
dan untuk mengintegrasikan pelatihan mental dalam sesi latihan fisik dengan atlet mereka.
Terkait dengan konteks sosial budaya dalam latihan keterampilan mental, meliputi
ragam budaya yang unik yang dirasa mengganggu latihan keterampilan mental. Brustad &
Ritter-Taylor (1997) menjelaskan bahwa persepsi diri terhadap tingkah laku seperti adanya
kesan negatif terhadap tubuh, adanya perpeloncoan, penyalahgunaan obat, homofobia
berlebihan, penyitaan identitas, merendahkan, serta kekerasan. Sosial budaya yang ada di
14
lingkungan masyarakat seharusnya membantu atlet untuk mencapai perkembangan
pribadinya, di sinilah peran psikolog dan pelatih untuk meyakinkan dan memberikan
pemahaman kepada atlet mengenai lingkungan sosial budaya yang bisa memengaruhi
pemikiran, perasaan, dan perilaku atlet dalam proses latihan mental.
15
memberikan bantuan kepada atlet dengan cara memeriksa dan mengobati (therapeutic) atlet
yang memiliki kelainan mental.
b. Pendekatan yang Berpusat pada Program vs Berpusat pada Atlet P
Pendekatan yang berpusat pada program menegaskan bahwa Iatihan keterampilan
mental digunakan sebagai rangkaian pra- perencanaan untuk melakukan intervensi yang telah
dirancang oleh psikolog atau pelatih. Sedangkan pendekatan yang berpusat pada atlet
dilakukan lebih interaktif antara psikolog, pelatih, dan atlet, yang didasarkan kepada
kebutuhan untuk melakukan intervensi.
Terkait dengan pendekatan tersebut, Hardy Parfitt (1994) mengevaluasi dua filosofi
berbeda dalam melakukan latihan mental, yaitu:
1) Program yang digunakan dalam latihan adalah pendekatan yang berpusat pada program.
Psikolog atau pelatih tampil sebagai ahli dalam membantu atlet. Instrumen yang
digunakan adalah wawancara, pengamatan, laporan tertulis. tutorial atau pelatih itu
sendiri. dan memberikan gambaran aktivitas latihan mental untuk atlet yang didasarican
kepada profil atlet yang bersangkutan.
2) Program yang menekankan pada pendekatan aktivitas latihan mental secara fonnal.
Psikolog atau pelatih tampil sebagai ahli, program tersebut memfokuskan pada upaya
untuk mengevaluasi kebutuhan atlet yang berkenaan dengan aktivitas latihan mental.
Psikolog atau pelatih mengadakan pertemuan dengan atlet untuk berbagi pengalaman
atau diskusi, dan berkolaborasi untuk mengonsultasikan segala Permasalahannya dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah.
c. Pendekatan Pengembangan Diri vs Pengembangan Performa
Pendekatan ini tidak berdiri sendiri dan sering kali menjadi tujuan lain dari latihan
keterampilan mental. Penelitian menunjukkan bahwa efektivitas latihan keterampilan mental
lambat laun bergerak pada aspek di luar performa sebagai hasil dari pengaruh intervensi
terhadap hasil lainnya seperti keberhasilan hidup masa transisi (Lavallee, 2005); kualitas
pengalaman dalam olahraga (Lindsay, Maynard, & Thomas, 2005); keterampilan hidup
(Danish & Nellen, 1997): dan pertumbuhan sosio-moral anak-anak (Miller, Bredemeier
Shields, 1997): dan sebagainya.
2. Tahap Model
Tahapan kedua dalam proses latihan mental adalah model (model intervensi). Model
inlervensi adalah ruang lingkup srrategi dan teknik yang spesifik terkait dengan latihan
mental yang harus dikembangkan Model intervensi meliputi model untuk tim, model
16
pengorganisasian. dan model intervensi keluarga (Helistedt. et al., 1995); model regulasi diri
atau perilaku kognitif (Boutcher Rotella. 1987); Hanin. et al., (2000); model manajemen
perilaku (Martin Toogood. et al., 1997); model keterampilan mental untuk pendidikan
(Orlick, et al.. 2000); model keterampilan mental untuk olahraga spesifik (Ravir_m Hanson,
ct al, 1994); model intervensi klinik (Gardner Moorr. 2004); dan model latihan perseptual
(WiJliam Ward. 2003). Model.model tersebut pada prinsipnya berfungsi untuk menunjukkan
gambaran mcenyeluruh tentang latihan keterampilan mental dalam meningkatkan
pemahaman atlet supaya tertarik mengikuti program latihan metal.
3. Tahap Strategi
Tahapan ketiga dalam proses latihan mental adalah strategi. Strategi merupakan
pengorganisasian rencana kegiatan serta bagaimana pelaksanaan model intervensi latihan
mental secara spesifik dilaksanakan. khususnya dalam menggunakan langkah-langkah, dan
teknik praktik latihan mental. Strategi yang bisa dilakukan mengacu kepada strategi yang
sudah dilakukan para ahli. yaitu empat fase program latihan mental untuk meningkalican
performa pada keterampilan tertutup (boutcher Rotella, 1987); berpikir dan pemetaan tujuan
(VeaJey. 2005); pemusatan (Nideffer Sagal, 2006); perencanaan kompetisi (Orlick, 1986);
pendekaran latihan mental dengan menggunakan bio.feedback (Blumenstein, Bar-Eli
Tenenbaum, 2002); dan latihan perilaku gerak visual (Suinn, I993).
Untuk mengetahui keberhasilan dalam penerapan strategi tersebut, perlu dilakukan
evaluasi strategi terhadap proses latihan mental. Tujuannya untuk menentukan bagaimana dan
kapan latihan mental tersebut benar-benar dibutuhkan oleh atlet (Vealey Garner-Holman,
1998). Instrumen yang digunakan dalam evaluasi di antaranya adalah observasi, wawancara,
quesioner, dan pengukuran psiko-fisiologi.
4. Tahap Teknik
Tahapan terakhir dalam proses latihan mental adalah teknik atau metode. Metode
adalah cara untuk mengimplementasikan strategi, atau metode berperan sebagai alat yang
sudah familier diketahui oleh semua psikolog atau pelatih dalam latihan mental yang meliputi
imagery. relaksasi, penetapan tujuan, self-talk, bio- feedback. profil penampilan, dan teknik
manajemen perilaku.
Terdapat empat teknik latihan mental tradisional yang dikemukakan Gould. Murphy.
Tammen, dan May, (1991); Sullivan Nashman (1998); dan Vealey (1988) yaitu imagery, god-
setting, manajemen pikiran, dan relaksasi fisik, atau regulasi ketergugahan. Bahkan, menurut
Jones (1993), bahwa teknik lain yang bisa digunakan adalah: "performing profiling."
17
Beberapa teknik tersebut sudah teruji melalui berbagai penelitian sehingga teknik tersebut
bisa dijadikan sebagai teknik yang efektif yang bisa digunakan dalam Iatihan mental,
khususnya untuk mengembangkan keterampilan mental atlet secara spesifik.
Untuk lebih jelas proses latihan keterampilan mental mulai dmi filosofi, model,
strategi, sampai pada penggunaan teknik atau metode, dapat dilihat pada Bagan I.l.
Bagan 1.1. Proses latihan keterampilan mental
Menurut Vealey, 2005
Filosofi Model Strategi Teknik
Membantu atlet Memperoleh cara Berpikir dan Monitoring diri
mencapai mengatasi pemetaan tujuan, sendiri, self-talk,
perkembangan kecemasan, fondasi manajemen energi imagery, relaksasi,
optimal baik latihan mental untuk goal-setting,
pengalaman, tiga keterampilan manajemen
penampilan, mental yang perolaku
pelatih bertindak menyeluruh
sebagai pendidik
mental.
Beberapa teknik atau metode yang terdapat dalam model latihan keterampilan mental
yang dipaparkan di atas, penulis akan membahasnya dalam bab-bab selanjutnya.
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
mental adalah keseluruhan struktur dan proses-proses kejiwaan yang terorganisasi,
baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Berdasarkan pendapat tersebut, kesiapan
struktur dan proses-proses kejiwaan seperti aspek kognitif yang berhubungan dengan akal
atlet akan sangat menentukan sikap mental atlet yang bersangkutan.
Latihan imajeri (mental imajeri) merupakan suatu bentuk latihan mental yang
berupa pembayangan diri dan gerakan didalam pikiran. Manfaat daripada latihan imajeri,
antara lain adalah untuk mempelajari atau mengulang gerakan baru, memperbaiki gerakan
yang salah atau belum sempurna, latihan simulasi dalam pikiran, latihan bagi atlet yang
sedang rehabilitasi cedera. Latihan imajeri ini sering disamakan dengan latihan visualisasi
karena sama-sama melakukan pembayangan gerakan di dalam pikiran. Namun, didalam
imajeri para atlet bukan hanya ‘melihat’ gerakan dirinya. Namun juga memfungsikan indera
19
pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Untuk dapat menguasai latihan imajeri,
seorang atlet harus dapat mahir terlebih dahulu dalam melakukan latihan relaksasi.
20