Oleh Aditya
I. PENDAHULUAN
psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Tingkah laku di
sini bisa berarti sesuatu yang nampak seperti berjalan dan berlari, bisa juga berarti
sesuatu yang tidak nampak seperti berperasaan dan berpikir. Sementara itu,
olahraga adalah segala aktivitas fisik yang sistematis untuk mendorong, membina,
lingkungan sosial) Orang yang sehat mental akan senantiasa merasa aman dan
bahagia dalam kondisi apapun, ia juga akan melakukan intropeksi atas segala hal
yang dilakukannya sehingga ia akan mampu mengontrol dan mengendalikan
II. PEMBAHASAN
hari, sebab dengan olahraga dapat membuat manusia menjadi sehat dan kuat,
baik
secara jasmani maupun rohani. Sementara itu, olahraga juga dapat dijadikan
melalui olahraga Pencak Silat. Utami (2014), menyatakan data tahun 2011
menyebutkan bahwa total jumlah medali yang diperoleh atlet kelas olahraga
cabang olahraga Pencak Silat pada berbagai macam kejuaraan yang diikuti baik di
tahun 2012 hingga 2013, perolehan medali yang diperoleh atlet kelas olahraga
Atlet adalah Indi vidu yang memiliki keunikan dan memiliki bakat tersendiri
lalu memiliki pola perilaku dan juga keperibadia tersendiri serta memiliki latar
itulah yang dimaksud dengan atlet. Satiadarma (dalam Yuwanto & Sutanto, 2012)
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa atlet adalah individu
yang terlatih, memiliki keunikan, dan juga memiliki bakat dalam bidang olahraga
terhadap atlet dan faktor-faktor di luar atlet yang dapat mempengaruhi penampilan
motivasi, semangat, rasa tanggungjawab, rasa sosial, hasrat ingin menang dan
psikologik yang terjadi dalam olahraga pada umumnya, dapat meramalkan atau
pada atlet, berkaitan dengan permasalahan psikologik, dan dapat mengontrol dan
mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, mampu
kepada komunitasnya.
prima dalamsetiap pertandingan. Tahapan atau fase latihan mental terbagi menjadi
tiga, yaitu Tahap Pendidikan, Tahap akuisisi atau Perolehan, Tahap Pelatihan.
kekuatanmental.
( Sapto Adi ) Dalam olahraga prestasi, sarat dengan berbagai aspek fisik, teknik,
taktik dan mental yang harus dipersiapkan dengan berlatih secara baik. Ke empat
aspek itu memiliki peran yang sangat penting dalam upaya meraih prestasi. Tanpa
latihan yang baik, terencana dan terprogram secara sistematis akan sangat sulit
utuh yang tidak bisa dipisahkan dalam pelatihan olahraga prestasi. Pada dasarnya
ada beberapa cara yang dipergunakan untuk sarana latihan mental, berfikir positif,
digunakan secara kombinasi antara cara satu dengan cara yang lainnya agar tidak
Pada saat bertanding dengan mental dan emosi yang stabil dia akan melampaui
hilang, performance yang turun, bahkan mengalami cedera dan pengaruh keadaan
baik akan membawa atlet ke puncak tertinggi. Peran mental dalam olahraga
mendapatkan prestasi puncak seorang atlet tidak hanya melatih faktor fisik saja
tetapi juga harus melatih faktor psikis seperti motivasi, percaya diri dan
sendirinya, pada saat bertanding akan munculnya startegi dalam beryanding untuk
prestasi puncak dalam olahraga prestasi. Kata Kunci: Peran, Mental dan Prestasi
Olahraga.
Selain itu Kesehatan mental berfungsi dalam memelihara dan mengembangkan
kondisi mental individu agar sehat, serta terhindar dari mental illness (sakit
mental. Fungsi ini menerapkan prinsip-prinsip yang berupaya agar tercapai mental
yang sehat, misalnya dengan memelihara kesehatan fisik serta pemenuhan atas
memperoleh kasih
sayang, rasa aman, penghargaan diri, aktualisasi diri sebagai mana mestinya
tempat kerja dan lingkungan lainnya), sangat menentukan mental yang sehat serta
dapat mencegah dari gangguan mental. Di lingkungan rumah, sikap dan perlakuan
yang hangat dari orangtua, kasih sayang, penerimaan diri serta penghargaan oleh
atlet: pada tahapan apapun ia, dengan dampak yang berbeda-beda. Pada atlet baru
peningkatan karier; sedangkan pada atlet yang bereda di akhir masa karier (late-
career athlete), maka penundaan bisa berakibat tidak bisa bertanding karena
rencana pensiun, yang dapat berdampaknya pada rencana lainnya setelah pension
2020; N. B. Stambulova et al., 2020; N. Stambulova & Wyleman, 2014; Taku &
Arai, 2020). 2) Terputusnya atlet dari rutinitas yang berkaitan erat dengan
telah menganggu rutinitas para atlet yang selama ini membentuk identitas dan
konsep dirinya. Perubahan secara drastis ini berpotensi mengarah pada krisis
identitas yang efeknya negatif pada kesehatan mental, mulai dari demotivasi,
seperti rasa takut, kecemasan, gangguan tidur, depresi, dan lain sebagainya
(Mehrsafar et al., 2020; Reardon et al., 2020; Şenışık et al., 2020; Taku & Arai,
2020; Terry et al., 2020). 3) Isolasi, kesendirian, dan terputus dari lingkungan
pergaulan dan situasi yang akrab: kondisi pandemi membuat asrama, gym,
menyesuaikan dengan kondisi tersebut. Relokasi ini bisa membuât atlet terputus
dari lingkungan yang familiar yang selama ini menjadi sumber dukungan sosial
baginya, misalnya pelatih, rekan setim ofisial dan suasana yang diakrabinya (T. V
Ryba et al., 2018). Ini dapat menimbulkan rasa terasing, kesepian, terputus
(alienated) dan juga menghilangkan kesempatan untuk rehat dari rutinitas karena
antara rumah dan ruang-ruang latihan menjadi samar (Håkansson et al., 2020;
Reardon et al., 2020; Şenışık et al., 2020; N. B. Stambulova et al., 2020; Terry et
al., 2020); 4) Dampak secara finansial atau ekonomi; karier atlet dapat tergantung
pada uang saku, gaji dan bonus yang diberikan oleh klub, organisasi olahraga atau
atlet terputus. Ini dapat merembet ke perubahan gaya hidup yang drastis,
yang terjadi dalam olahraga pada umumnya, dapat meramalkan atau membuat
prediksi dengan tepat kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada atlet,
kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam
kondisi dimana individu memiliki kesejahteraan yang tampak dari dirinya yang
tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, mampu bekerja
baik, Beberapa cara dalam melakukan latihan mental untuk mencapai prestasi
olahraga sebagai berikut. ( berpikir positif, membuat catatan harian latihan mental,
relaksasi ).
Daftar Pustaka
Media Publishing.
Ilhamuddin, M. F., Hariastuti, R. T., Pratiwi, T. I., Wiyono, B. D., & Alisyahbana,
29–39.