Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PSIKOLOGI KESEHATAN
“”
Dosen Pengampu: Bernadetha, M.Kes

Disusun oleh:

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PROMOSI KESEHATAN


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, 21 Juli 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Olahraga merupakan salah satu kebutuhan dalam hidup manusia yang


harus dilaksanakan secara berulang-ulang agar dapat memelihara kesehatan
baik dalam pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial. Namun
sayangnya, saat ini masih terdapat banyak orang yang tidak menyadari tentang
pentingnya berolahraga secara rutin. Menurut data statistik hasil survei Modul
Sosial Budaya Pendidikan (MSBP) tahun 2018, menunjukkan bahwa angka
partisipasi masyarakat berolahraga secara nasional adalah 31,39%. Ini artinya
penduduk usia 10 tahun ke atas yang melakukan olahraga dalam seminggu baru
mencapai 1/3 dari penduduk Indonesia.

Salah satu usaha mewujudkan masyarakat sehat pemerintah melakukan


suatu gebrakan inovasi dengan mengeluarkan program gerakan masyarakat
hidup sehat (Germas) yang melibatkan pemangku kepentingan, swasta,
akademisi dan sektor-sektor lainnya agar dapat berperan dalam pembangunan
kesehatan dengan menekankan pada upaya promotif dan preventif. Program
gerakan masyarakat hidup sehat bertujuan antara lain 1) Menurunkan beban
penyakit menular dan penyakit tidak menular, baik kematian maupun kecacatan;
2) Menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk; 3) Menurunkan
beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena menigkatnya penyakit dan
pengeluaran kesehatan serta; 4) Penguatan sistem kesehatan; Pendekatan
siklus hidup; Jaminan kesehatan nasional (JKN) dan berfokus pada pemerataan
layanan (Kemenkes RI, 2019).

Usaha mewujudkan masyarakat sehat tidak hanya dilakukan dari pihak


pemerintah saja, tetapi masyarakat juga harus ikut berpartisipasi dalam
penerapan gaya hidup sehat yang salah satu caranya tidak lain adalah
melakukan olahraga secara rutin. Akan tetapi banyaknya tuntutan kebutuhan
hidup masyarakat saat ini, seperti bekerja menjadi salah satu penyebab kurang

4
aktifnya masyarakat secara fisik selama bekerja. Padahal, aktivitas fisik adalah
salah satu indikator yang paling menentukan untuk kondisi fisik, kesehatan
mental dan menjalani kehidupan yang baik. Oleh karena itu, kita perlu
mengetahui apa saja cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
olahraga serta modifikasi perilaku seperti apa yang bisa diterapkan untuk
mengatasi masalah ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, telah di dapat beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara untuk meningkatkan perilaku atau kebiasaan berolahraga?


2. Modifikasi perilaku apa saja yang bisa diterapkan untuk meningkatkan
kebiasaan berolahraga?

C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui cara dalam
meningkatkan perilaku olahraga dengan menerapkan bentuk-bentuk modifikasi
perilaku yang diharap dapat meningkatkan kebiasaan berolahraga sebagai bentuk
partisipasi dalam mendukung gaya hidup sehat.

5
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi
Psikologi olahraga adalah keterampilan yang menggunakan
pengetahuan dan keterampilan psikologis untuk menangani kinerja dan
kesejahteraan atlet yang optimal, aspek perkembangan dan sosial dari
partisipasi olahraga, dan masalah sistemik yang terkait dengan pengaturan
dan organisasi olahraga. Badan sertifikasi terpenting dalam psikologi
olahraga adalah Association for Applied Sport Psychology (AASP).
Intervensi psikologi olahraga dirancang untuk membantu atlet dan
peserta olahraga lainnya (misalnya, pelatih, administrator, orang tua) dari
berbagai latar, tingkat kompetisi, dan usia, dari peserta remaja rekreasi
hingga atlet profesional dan Olimpiade hingga pemain tingkat master.
Menurut definisi, American Psychological Association menyatakan
bahwa psikologi Olahraga membahas interaksi antara psikologi dan kinerja
olahraga, termasuk aspek psikologis kinerja atletik yang optimal, perawatan
psikologis dan kesejahteraan atlet, pelatih, dan organisasi olahraga, dan
hubungan antara fisik dan fungsi psikologis. Psikologi merupakan bagian dari
ilmu fisiologi. Psikologi adalah penentu utama kinerja dalam olahraga. Berikut
adalah beberapa definisi psikologi olahraga:
1. Menurut Setiadarma (2000) yang menyatakan bahwa psikologi olahraga
lebih diarahkan pada kemampuan bersaing para pelakunya.
2. Menurut Setyobroto (2002) psikologi olahraga adalah ilmu yang
mempelajari perilaku dan pengalaman manusia berolahraga dalam
interaksinya dengan manusia lain dan dalam merangsang situasi sosial.
3. Menurut Weinberg (2003) psikologi olahraga adalah studi ilmiah tentang
orang-orang atau perilaku mereka dalam kegiatan dan pengetahuan
olahraga.
4. Menurut Gunarsa (2008) Psikologi olahraga adalah psikologi yang
diterapkan dalam bidang olahraga, meliputi faktorfaktor yang secara

6
langsung mempengaruhi atlet dan faktorfaktor di luar atlet yang dapat
mempengaruhi penampilan (performa) atlet tersebut.
5. Hidayat (2008) psikologi olahraga adalah studi ilmiah tentang individu dan
perilakunya dalam olahraga dan olahraga.
6. Luther, Pengertian psikologi olahraga adalah bidang yang mencoba
menerapkan fakta dan prinsip psikologis untuk mempelajari kinerja
manusia dan perilaku yang terkait di semua bidang olahraga.
7. Burns, Definisi psikologi olahraga adalah bahwa pendidikan jasmani
adalah cabang psikologi yang berhubungan dengan kebugaran jasmani
seseorang melalui partisipasinya dalam permainan dan olahraga.
8. Sudibyo (1993), Arti psikologi olahraga adalah studi tentang perilaku dan
pengalaman manusia berolahraga dalam interaksinya dengan orang lain
dalam situasi sosial yang merangsangnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi
olahraga adalah ilmu yang mempelajari gejala atau perilaku psikologis
yang terjadi pada atlet saat berolahraga. Psikologi olahraga juga
berkaitan dengan perasaan nyaman dan bugar (wellness), serta
keharmonisan kepribadian seseorang. Artinya, berolahraga secara teratur
memiliki pengaruh tertentu terhadap kondisi psikologis seseorang, yang
mempengaruhi kualitas kepribadian. Kondisi psikologis akan berpengaruh
positif dengan olahraga, dan membentuk aspek/sifat kepribadian yang
positif pula.
B. Cara Meningkatkan Perilaku Atau Kebiasaan Berolahraga
Olahraga rutin diketahui secara luas menyimpan berbagai manfaat,
tidak hanya bagi kesehatan fisik, namun juga kesehatan mental. Berbagai
lembaga dalam dan luar negeri menganjurkan olahraga sebanyak 150 menit
per minggu dengan intensitas sedang. Itu setara dengan sekitar 30 menit
sehari. Tak heran kebiasaan berolahraga baik untuk dimasukkan dalam
keseharian kita.
sayangnya, membangun kebiasaan olahraga rutin masih menjadi
tantangan bagi sebagian orang. Mengacu pada Sport Development Index

7
2021 dari Kemenpora Republik Indonesia, hanya 32,83% masyarakat
Indonesia yang berpartisipasi aktif berolahraga. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) mencatat bahwa per 2016, lebih dari seperempat orang dewasa di
dunia belum mengikuti anjuran olahraga rutin yang direkomendasikan.
Menurut model dari Lally & Gardner (2013), setidaknya terdapat
empat hal yang berkontribusi dalam pembentukan sebuah kebiasaan.
Keempatnya adalah adanya timbal balik yang positif dari sebuah perilaku
(reward atau “hadiah”), konsistensi, kompleksitas dari perilaku yang rendah,
serta pemberian isyarat pada lingkungan (environmental cues). Penelitian
Kaushal dan Rhodes mengonfirmasi hal tersebut pada konteks olahraga
rutin, baik pada level memulai maupun mempertahankan kebiasaan.
1. Reward: Buat Perilaku Olahraga jadi Menyenangkan
Faktor emosi diketahui merupakan faktor terkuat untuk memulai
kebiasaan. Agar sebuah perilaku berkembang menjadi kebiasaan,
seseorang perlu memaknakan bahwa perilaku tersebut sebagai sesuatu
yang menyenangkan serta memberi keuntungan bagi dirinya.
Sebenarnya secara alami olahraga dapat memberikan emosi positif bila
dilakukan dalam intensitas sedang (Biddle & Mutrie, 2007; Weir, 2011).
Olahraga membantu tubuh menghasilkan zat-zat yang berpengaruh pada
pembentukan emosi positif seperti serotonin dan endorfin. Untuk
memperkuat emosi positif saat berolahraga, sobat juga dapat
memasangkan aktivitas olahraga dengan hal menyenangkan. Misalnya
dengan mendengarkan lagu favorit hingga berolahraga di tempat-tempat
dengan dekorasi menyenangkan atau alam terbuka dengan
pemandangan indah. Sobat juga dapat mengatur agar olahraga yang
dijalani diikuti reward. Misalnya dengan menonton serial favorit sobat
setelah berolahraga dengan durasi tertentu.
2. Consistency: Selalu Lakukan Perilaku Olahraga di Waktu yang Sama
Selain faktor emosi positif dan reward, konsistensi juga diketahui
menjadi prediktor terkuat dalam memulai suatu kebiasaan. Namun jika
berbicara mengenai mempertahankan suatu kebiasaan baru, Kaushal

8
dan Rhodes menemukan bahwa konsistensi menjadi faktor terpenting.
Konsistensi yang dimaksud adalah “melakukan suatu perilaku pada
waktu tertentu” atau “melakukan suatu perilaku setelah melakukan
aktivitas tertentu”. Misalnya konsisten berolahraga pukul 6 pagi atau
konsisten berolahraga setelah merapikan tempat tidur. “Meskipun
berolahraga sebenarnya perilaku yang kompleks, namun melakukannya
secara konsisten dapat membuatnya terasa semakin mudah dari waktu
ke waktu dan membantunya menjadi suatu kebiasaan,” tulis Kaushal dan
Rhodes.
3. Environmental Cues: Buat Lingkungan Mendukung Perilaku
Lingkungan dapat berperan pula dalam membantu Sobat membentuk
kebiasaan berolahraga, baik itu sebagai penguat maupun penghambat.
Mengatur lingkungan agar nyaman dan mempermudah perilaku
berolahraga dapat mempermudah suatu perilaku dilakukan secara
otomatis hingga menjadi kebiasaan. Yang dimaksud “dilakukan secara
otomatis” berarti kita melakukan suatu perilaku “hampir tanpa sadar”.
Bayangkan kebiasaan mandi pagi setelah bangun. Sebagian orang
yang terbiasa mandi pagi akan secara otomatis mengambil handuk dan
alat mandi serta menuju kamar mandi begitu ia bangun dari tidurnya.
Namun bagaimana jika, misalnya, dalam proses pembentukan kebiasaan
tersebut ternyata kamar mandinya jauh dari kamar? Atau kamar
mandinya kurang nyaman karena kotor atau berbau tidak sedap?
Perasaan tidak nyaman ketika melakukan suatu perilaku dapat menjadi
distraksi yang membuat perilaku tersebut urung terlaksana secara
otomatis, yang akhirnya menghambatnya berkembang jadi sebuah
kebiasaan.
Memberi isyarat-isyarat pada lingkungan yang mengingatkan kita
pada sebuah perilaku juga dapat membantu pembentukan kebiasaan.
Misalnya dengan menempatkan sepatu atau pakaian olahraga di dekat
kasur atau di samping pintu kamar dapat menjadi pengingat kita untuk
berolahraga. Dengan begitu bisa jadi hal pertama yang Sobat lihat

9
setelah bangun adalah pakaian olahraga, yang kemudian mengingatkan
Sobat pada perilaku berolahraga.
4. Complexity: Buat Perilaku Semudah Mungkin
Kompleksitas suatu perilaku dapat diartikan sebagai seberapa sulit
suatu perilaku dilakukan. Perilaku yang dipandang sebagai sesuatu yang
rumit lebih kecil kemungkinannya untuk dilakukan secara otomatis
(Verplanken & Melkevik, 2008; Wood et al., 2002) sehingga lebih kecil
kemungkinannya berkembang menjadi sebuah kebiasaan. Dengan
demikian, Sobat dapat mengatur agar kegiatan olahraga yang dipilih
menjadi semudah mungkin. Misalnya dengan mengumpulkan peralatan
olahraga di satu tempat tempat yang mudah terjangkau. Atau jika Sobat
merasa pergi ke gym terlalu jauh dari tempat tinggal Sobat saat ini, Sobat
dapat mencari latihan-latihan atau aktivitas olahraga yang bisa Sobat
lakukan di rumah. Untuk hal ini Sobat dapat berdiskusi dengan ahli
kebugaran atau profesional di bidang terkait, ya.
C. Modifikasi
1. Penguatan (Reinforcement)
Penguatan atau reinforcement merupakan modifikasi perilaku yang
dilakukan dengan cara memberikan dukungan penuh terhadap apa yang
dilakukan oleh seseorang sebelumnya. Konsekuensi yang terjadi
kemudian dikuatkan sehingga seseorang menjadi lebih percaya diri untuk
meningkatkan hal tersebut. Dalam psikologi olahraga, ini akan berguna
terutama untuk meningkatkan motivasi seorang atlet.
2. Penguatan positif (Positive Reinforcement)
Penguatan positif merupakan bagian dari penguatan itu sendiri,
dimana dukungan yang diberikan kemudian bisa dalam bentuk reward
atau penghargaan tertentu. Sebagai contoh, seorang atlet akan diberikan
reward berupa kenaikan posisi atau penggantian sabuk dan lain
sebagainya dengan tujuan membuat atlet tersebut semakin
meningkatkan kemampuannya. (Baca juga: Pendekatan dalam modifikasi
perilaku)

10
3. Penguatan negatif (Negative Reinforcement)
Berkebalikan dengan penguatan positif, penguatan negatif justru tidak
memberikan reward atau penghargaan apa pun. Penguatan ini justru
dilakukan dengan gesture kecewa terhadap apa yang dilakukan oleh
seorang atlet. Ini akan menunjukkan sikap ketidakpuasan terhadap
performa atlet, dimana harapannya atlet tersebut kemudian akan
berusaha lebih maksimal lagi dalam meningkatkan kemampuannya.
(Baca juga: Jenis konsentrasi dalam psikologi olahraga)
4. Shaping
Sesuai dengan pengertian harafiahnya, shaping merupakan proses
pembentukan perilaku dengan cara memberikan penguatan yang
berurutan. Seorang atlet akan terus menerus diberikan penguatan secara
bertahap sehingga ia lambat laun semakin meningkatkan
kemampuannya. Sebagai contoh, seorang atlet renang akan diminta
untuk meningkatkan kemampuan jarak berenangnya dari pendek hingga
ke panjang.
5. Chaining
Chaining merupakan istilah untuk menggambarkan bentuk aplikasi
modifikasi perilaku psikologi olahraga dengan cara membuat serangkaian
stimulus deskriminatif dan respon. Misalnya, seorang atlet akan
dihadapkan pada konsekuensi jika ia tidak berhasil mengangkat beban
dengan baik, ia akan diminta melakukan push up yang lebih berat dari
sebelumnya. Ini akan meningkatkan kapasitas kemampuannya.
6. Generalisasi
Generalisasi merupakan modifikasi perilaku dengan menghadapkan
atlet pada fenomena-fenomena yang sedang terjadi di sekitarnya.
Harapannya, atlet bisa menarik kesimpulan sendiri terhadap berbagai
macam hal yang tengah terjadi di sekitarnya sehingga penguatan itu bisa
muncul begitu saja. (Baca juga: Contoh generalisasi dalam modifikasi
perilaku)

11
7. Avoidance
Avoidance atau penghindaran merupakan modifikasi perilaku dengan
cara menghindari atau mencegah stimulus yang bisa saja terjadi. Dalam
psikologi olahraga, ini bisa dilakukan dengan cara menghindarkan atlet
dari hal-hal yang bisa membuat ia turun motivasinya.
8. Punishment
Punishment sebenarnya merupakan lawan dari penguatan. Modifikasi
perilaku ini dilakukan dengan memberikan hal yang tidak menyenangkan.
Dalam psikologi olahraga, atlet bisa diberikan punishment ketika ia gagal
atau mengalami kesalahan selama melakukan performa. Akhirnya atlet
akan berusaha untuk meningkatkan kemampuannya. Punishment sendiri
ada dua macam bentuk, yakni positif dan negatif.
9. Escape
Escape merupakan perilaku yang menghilangkan masalah. Misalnya
seorang atlet tengah menghadapi suatu krisis tertentu, maka sumber dari
krisis itu akan dihilangkan sehingga diharapkan atlet bisa kembali fokus.
Proses menghilangkan sumber masalah ini dinilai akan lebih efektif
dalam membangun karakter seorang atlet. Ia juga bisa menyelesaikan
masalah yang tengah dihadapi dengan lebih efektif lagi. (Baca juga:
Strategi behavioristik dalam modifikasi perilaku)
10. Extinction
Kebiasaan atlet yang kurang bagus, seperti misalnya pola makan
yang belum teratur, bisa dimodifikasi dengan menggunakan teknik
extinction. Ini merupakan cara untuk menghentikan penguatan (dalam hal
ini makanan) sehingga akan terbentuk pola makan yang lebih baik lagi.
Penerapan extinction ini juga bisa lebih berkembang lagi disesuaikan
dengan kebutuhan dari atlet itu sendiri.

12
BAB 3
PENUTUP

A.Kesimpulan
Olahraga merupakan salah satu kebutuhan dalam hidup manusia yang harus
dilaksanakan secara berulang-ulang agar dapat memelihara kesehatan baik dalam
pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial.

Psikologi olahraga adalah keterampilan yang menggunakan pengetahuan


keterampilan psikologis untuk menangani kinerja dan kesejahteraan atlet yang
optimal, aspek perkembangan dan sosial dari partisipasi olahraga, dan masalah
sistemik yang terkait dengan pengaturan dan organisasi olahraga.

B.Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca,khususnya kita sebagai
penyuluh kesehatan dapat memahami pentingnya olahraga dalam kehidupan kita
dan juga diharapkan berguna dalam menunjang strategi promosi kesehatan dalam
rangka memajukan kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dengan promosi kesehatan.

13

Anda mungkin juga menyukai