Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PSIKOLOGI OLAHRAGA
PERSIAPAN DAN LATIHAN MENTAL

OLEH :
KELOMPOK 4

Nama : 1. Fakhrul Razi (20086184)


: 2. Akil Daiful Yusra (20086334)
: 3. Habib Alfarizi (20086199)

Dosen pengampu:
Prof. Kamal Firdaus, M.Kes, AIFO
Indri Wulandari, S.Pd, M.Pd

JURUSAN PENJASKESREK
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021

KATA PENGANTAR
Puji beserta syukursama-sama kita panjatkan atas kehadirat Allah swt,
yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya dan atas izinnya pula kami
dapat menuntaskan tugas makalah yang berjudul “Persiapan dan Latihan
Mental”. Penulisan makalah ini didorong oleh tugas dari mata kuliah
“PSIKOLOGI OLAHRAGA” yang harus kami penuhi.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapatkan tantangan
danhambatan akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan yang Maha Esa.
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
yang selanjutnya.

Padang, 23 November 2021

PENULIS
DAFTAR ISI
COVER …………………………………………………………………….… i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………..……. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………..…… 1
C. Tujuan Makalah ……………………...…...……………………..…. 2

BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian Latihan Mental/Mental Training ……………………….. 3
B. Manfaat Latihan Mental/Mental Training ………………………….. 4
C. Aspek-Aspek Persiapan dan Latihan Mental/ Mental Training ……. 5
D. Pengaruh Kompetisi dan Ketahanan Mental terhadap Atlet ……….. 9

BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan ………………...……………………...………………. 11
B. Saran ………………………………………………………….…… 11
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
hubungan dengan lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang
kompleks. Perilaku manusia ada yang disadari, namun ada pula yang tidak
disadari, dan perilaku yang ditampilkan seseorang dapat bersumber dari luar
ataupun dari dalam dirinya sendiri.
Olahraga psikologi adalah kedisiplinan untuk memahami hambatan
mental pada atlet yang dapat mempengaruhi prestasi yang diinginkan.
Prinsip-prinsip dalam psikologi olahraga didasarkan pada hubungan pikiran
dan tubuh. Dari prinsip-prinsip psikologi olahraga, muncul konsep persiapan
mental untuk olahraga. Konsep persiapan mental dalam olahraga benar-benar
sangat penting demi tercapainya prestasi yang diharapkan.
Kondisi yang terjadi dilapangan berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara penulis dengan para pelatih cabang olahraga, latihan
keterampilan mental belum dilakukan secara seksama dan spesifik dalam
proses latihan. Kondisi inilah yang harus segera dibenahi sebab jika pelatih
masih memiliki pemikiran yang salah dalam melatih, misalnya selalu fokus
pada melatih kemampuan fisik, teknik, taktik saja, akan terjadi ketimpangan
pada diri atlet.
Untuk dapat meningkatkan prestasi atau performa seorang atlet maka
atlet perlu memiliki mental yang tangguh, sehingga ia dapat berlatih dan
bertanding dengan semangat tinggi, dedikasi total, pantang menyerah,tidak
mudah terganggu oleh masalah-masalah non-teknis atau masalah pribadi.
Dengan demikian ia dapat menjalankan program latihannya dengan sungguh-
sungguh, sehingga ia dapat memiliki fisik prima, teknik tinggi dan strategi
bertanding yang tepat, sesuai dengan program latihan yang dirancang oleh
pelatih. Dengan demikian terlihatlah bahwa latihan mental bertujuan agar
atlet dapat mencapai prestasi puncak, atau prestasi yang lebih baik dari
sebelumnya. Maka kita dapat menyimpulkan bahwa mental atlet merupakan
dasar yang harus dilatih dalam pemusatan latihan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis
merumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a. Apakah Pengertian Latihan Mental/Mental Training?
b. Apa Manfaat Latihan Mental/Mental Training?
c. Bagaimana aspek-aspekPersiapan dan Latihan Mental/ Mental Training?
d. Apa Pengaruh Kompetisi dan Ketahanan Mental terhadap Atlet?

C. Tujuan Makalah
Mengacu pada rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin
dicapai oleh penulis adalah untuk memperoleh informasi lebih jauh mengenai
pelatihan mental dan aspeklatihan yang digunakan terhadap seorang atlet
dalam menghadapi sebuah pertandingan/kejuaraan.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Latihan Mental/Mental Training

Secara luas, pengertian mental mencakup pikiran, pandangan, image


dan sebagainya yang pada intinya adalah pemberdayaan fungsi berpikir
sebagai pengendali tindakan dan respons tubuh (Nasution, 2010). Koruc
(2004) menyatakan bahwa mental merupakan sebuah kecakapan. Oleh
karena itu, mental dapat dilatih dan dikembangkan. Istilah yang sering
digunakan adalah mental skills atau psychological skill yang
diterjemahkan sebagai kecakapan atau keterampilan mental. Menurut
Gunarsa, Soekasah, dan Satiadarma (1996), latihan mental didefinisikan
sebagai : resources and to learn to control performance, behavior, emotions.

Tujuan latihan mental adalah agar atlet dapat mengontrol


pikiran, emosi, dan perilakunya dengan lebih baik selama ia menampilkan
performa olahraganya. Lebih lanjut para ahli menyatakan bahwa latihan
mental bertujuan agar atlet memiliki ketahanan mental, yaitu pendirian
yang tak tergoyahkan untuk mencapai tujuan meskipun berada di bawah
tekanan

(Loehr, 1982). Latihan mental juga membuat atlet memiliki


strategi dan orientasi yang mengarahkannya agar memiliki ketahanan
mental (Middleton, Marsh, Martin, Richards, dan Perry, 2001). Dengan
demikian atlet dapat tampil prima dalam setiap pertandingan dan dapat
mencapai prestasi yang lebih baik dari sebelumnya. Menurut Goldsmith
(2011), kompetisi renang bukan sekedar cepat, melainkan bagaimana
mempertahankan kemampuan fisik dan teknik dalam keadaan tertekan,
sakit, dan lelah. Dalam kondisi tersebut, penting menyatukan antara tubuh
dan pikiran (body and mind), dan latihan mental berperan di dalamnya.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka latihan mental diartikan
sebagai latihan yang dilakukan atlet untuk meningkatkan fungsi
berpikirnya agar dapat mengendalikan tubuh dan tindakannya. Pelatihan
mental merupakan latihan yang dilakukan untuk memperoleh ketahanan
mental, sehingga dapat mencapai prestasi yang prima dalam setiap
pertandingan.

B. Manfaat Latihan Mental/Mental Training


1. Membantu mengembangkan kepercayaan diri atlet. Kepercayaan diri
merupakan keyakinan akan kemampuan atlet untuk dapat sukses dalam
mencapai tujuannya. Dengan latihan mental, atlet akan mampu
meningkatkan dan mengantisipasi apa yang akan terjadi. Kalau dia sukses
dalam latihan mental mental ini, ia akan semakin yakin kemampuannya,
dan peningkatan ini dapat meningkatkan pla kepercayaan dirinya.
2. Membantu mengembangkan strategi pre-kompetisi dan kompetisi. Atlet
diajari untuk memahami situasi baru sebelum mereka turun di
gelanggang yang sebenarnya, sehingga apa yang akan terjadi dapat
diantisipasi oleh atlet, dan dengan antisipasi ini, mereka mudah
melakukan adaptasi terhadap berbagai kemungkinan hal yang terjadi.
3. Membantu atlet memfokuskan perhatian atau konsentrasinya pada suatu
bentuk ketrampilan tertentu yang sedang dilatihnya. Hal ini bisa
dilakukan pada masa latihan (training session). Kita tahu bahwa
ketrampilan terbentuk melalui tiga tahapan yaitu tahap kognitif, tahap
asosiasi, dan tahap otomatisasi. Ketrampilan tertentu dalam olahraga akan
cepat dicapai atlet bila pada dua tahapan banyak melakukan latihan
mental.
4. Membantu atlet memfokuskan diri pada pertandingan. Bila kita ingin
fokus pada pertandingan, latihan mental dapat dilakukan disaat
dibutuhkan. Sewaktu-waktu kita bisa mengingat kembali atau
membayangkan kembali ketrampilan yang bisa kita lakukan di saat kita
mengalami kesulitan di lapangan.
C. Aspek-Aspek Persiapan dan Latihan Mental/ Mental Training
1. Tahap awal
Tahap ini merupakan persiapan latihan mental dengan sasaran utama
membentukan citra latihan mental berikutnya. Tahap latihan mental pada
tahap ini meliputi antara lain :
a. Latihan pernafasan; ini merupakan persiapan fisik sesuai dengan
prinsip badan dan jiwa manusia merupakan satu kesatuan yang
bersifat organis (kesatuan psikofisis yang organis).
b. Latihan konsentrasi; ini perlu sekali karena pada hakekatnya
prestasi tinggi hanya akan dicapai dengan mobilisasi total seluruh
energi. Untuk itulah perlu atlet memiliki kemampuan untuk
mengkonsentrasikan perhatian dan fungsi-fungsi psikologik agar
dapat terpusat pada sasaran atau penyelesaian tugas tertentu.
Relaksasi; ini merupakan hal yang perlu dikuasai oleh setiap
atletkarena atlet adalah orang yang selalu atau sering dalam
keadaan penuh ketegangan sehingga teknik relaksasi harus
dikuasai untuk dapat mengembalikan kondisi sebaik-baiknya
sehingga siap menghadapi tugas-tugas berikutnya yang penuh
ketegangan pula.
c. Imagery atau visualization; teknik ini perlu dikuasai agar atlet
selalu dapat menggambarkan dengan jelas gerakan-gerakan
teknik-teknik dan taktik-taktik yang harus dilakukan menghadapi
perlombaan atau pertandingan; dengan menguasai gerakan-
gerakan, teknik dan taktik tersebut berarti atlet memiliki sebagian
dari kesiapan menta, khususnya kesiapan akal menghadapi
pertandingan.
d. Pembinaan citra atau image building sebagai atlet warga negara
Indonesia yang mempunyai tugas dan tanggung jawab
menegakkan Sang Merah Putih, menjunjung nama Bangsa dan
Negara.
2. Tahap lanjutan
Tahap ini merupakan tahap untuk menguatkan kemampuan komponen-
komponen mental atlet. Karena mental merupakan keseluruhan struktur
dan proses kejiwaan maka pada tahap lanjut ini semua teknik mental
training harus terarah untuk menguatkan fungsi-fungsi psikologik yang
berhubungan dengan asepek kognitif (akal), aspek konatif (kemauan) dan
aspek afektif emosional. Mental training yang berkaitan dengan
peningkatan kemampuan aspek kognitif antara lain :
a. Pemusatan perhatian (attention focus)
b. Kecepatan dan ketepatan reaksi
c. Restrukturisasi pemikiran.

Mental training yang berkaitan dengan peningkatan dan


kemampuan aspek konatif (kemauan) yaitu, antara lain :

a. Will power training


b. Concentration
c. Contemplation

Mental training yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan


aspek afektif emosional antara lain :

a. Biofeed-back; ini berkaitan dengan aspek psiko-fisis


b. Latihan penguasaan diri dengan teknik “self suggestion”

Meditasi untuk dapat menguasai gejala-gejala emosional. Upaya


peningkatan kemampuan mental lebih lanjut dapat dilakukan dengan
teknik-teknik seperti trancendental meditation

Aspek-aspek kecakapan mental psikologis (psychological skills)


yang bisa dilatih, mencakup banyak hal meliputi aspek-aspek
pengelolaan emosi, pengembangan diri, peningkatan daya konsentrasi,
penetapan sasaran, persiapan menghadapi pertandingan, dan sebagainya.
Bentuk latihan kecakapan mental yang paling umum dilakukan oleh atlet
adalah:

a. Berfikir positif.
Berfikir positif dimaksudkan sebagai cara berfikir yang mengarahkan
sesuatu ke arah yang positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu
dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi pelatih
yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berfikir positif dapat
menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi dan menjalin
kerjasama antara berbagai pihak. Pikiran positif akan diikuti dengan
tindakan dan perkataan positif pula, karena pikiran akan menuntun
tindakan.
b. Membuat catatan harian latihan mental (mental log)
Catatan latihan mental merupakan catatan harian yang ditulis setiap
atlet selesai melakukan latihan, pertandingan, atau acara lain yang
berkaitan dengan olahraganya. Dalam buku catatan latihan mental ini
dapat dituliskan pikiran, bayangan, ketakutan, emosi, dan hal-hal lain
yang dianggap penting dan relevan oleh atlet. Catatan ini semestinya
dapat menceritakan bagaimana atlet berfikir, bertindak, bereaksi, juga
merupakan tempat untuk mencurahkan kemarahan, frustrasi, kecewa,
dan segala perasaan negatif jika melakukan kegagalan atau tampil
buruk.
c. Penetapan sasaran (goal-setting).
Penetapan sasaran perlu dilakukan agar atlet memiliki arah yang
harus dituju. Sasaran tersebut bukan melulu berupa hasil akhir
(output) dari mengikuti suatu kejuaraan. Penetapan sasaran ini sebisa
mungkin harus bisa diukur agar dapat melihat perkembangan dari
pencapaian sasaran yang ditetapkan. Selain itu pencapaian sasaran ini
perlu ditetapkan sedemikian rupa secara bersama-sama antara atlet
dan pelatih. Sasaran tersebut tidak boleh terlalu mudah, namun
sekaligus bukan sesuatu yang mustahil dapat tercapai. Jadi, sasaran
tersebut harus dapat memberikan tantangan bahwa jika atlet bekerja
keras maka sasaran tersebut dapat tercapai. Dengan demikian
penetapan sasaran ini sekaligus dapat pula berfungsi sebagai
pembangkit motivasi.
d. Latihan relaksasi.
Tujuan dari latihan relaksasi, termasuk pula latihan manajemen stres,
adalah untuk mengendalikan ketegangan, baik itu ketegangan otot
maupun ketegangan psikologis. Ada berbagai macam bentuk latihan
relaksasi, namun yang paling mendasar adalah latihan relaksasi otot
secara progresif. Tujuan daripada latihan ini adalah agar atlet dapat
mengenali dan membedakan keadaan rileks dan tegang. Biasanya
latihan relaksasi ini baru terasa hasilnya setelah dilakukan setiap hari
selama minimal enam minggu (setiap kali latihan selama sekitar 20
menit). Sekali latihan ini dikuasai, maka semakin singkat waktu yang
diperlukan untuk bisa mencapai keadaan rileks.
e. Latihan visualisasi dan imajeri.
Latihan imajeri (mental imagery) merupakan suatu bentuk latihan
mental yang berupa pembayangan diri dan gerakan di dalam pikiran.
Manfaat daripada latihan imajeri, antara lain adalah untuk
mempelajari atau mengulang gerakan baru; memperbaiki suatu
gerakan yang salah atau belum sempurna; latihan simulasi dalam
pikiran; latihan bagi atlet yang sedang rehabilitasi cedera. Latihan
imajeri ini seringkali disamakan dengan latihan visualisasi karena
sama-sama melakukan pembayangan gerakan di dalam pikiran.
Namun, di dalam imajeri si atlet bukan hanya ‘melihat’ gerakan
dirinya namun juga memberfungsikan indera pendengaran, perabaan,
penciuman dan pengecapan. Untuk dapat menguasai latihan imajeri,
seorang atlet harus mahir dulu dalam melakukan latihan relaksasi.
f. Latihan konsentrasi.
Konsentrasi merupakan suatu keadaan dimana kesadaran seseorang
tertuju kepada suatu obyek tertentu dalam waktu tertentu. Dalam
olahraga, masalah yang paling sering timbul akibat terganggunya
konsentrasi adalah berkurangnya akurasi lemparan, pukulan,
tendangan, atau tembakan sehingga tidak mengenai sasaran. Akibat
lebih lanjut jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah
dipersiapkan menjadi tidak jalan sehingga atlet akhirnya
kebingungan, tidak tahu harus bermain bagaimana dan pasti
kepercayaan dirinya pun akan berkurang. Selain itu, hilangnya
konsentrasi saat melakukan aktivitas olahraga dapat pula
menyebabkan terjadinya cedera. Tujuan daripada latihan konsentrasi
adalah agar si atlet dapat memusatkan perhatian atau pikirannya
terhadap sesuatu yang ia lakukan tanpa terpengaruh oleh pikiran atau
hal-hal lain yang terjadi di sekitarnya. Pemusatan perhatian tersebut
juga harus dapat berlangsung dalam waktu yang dibutuhkan.

D. Pengaruh Kompetisi dan Ketahanan Mental terhadap Atlet


Begitu besarnya motivasi dan semangat hingga level permainan
atlet/tim, secara tak sadar, performa juga mengalami peningkatan yang
luar biasa. Hal itu adalah bukti, bahwa kondisi mental sangat berpengaruh
terhadap kemampuan atletis seseorang. Didukung dengan mental yang
tangguh, maka kemampuan fisik dan keunggulan teknik permainan akan
menjadi sebuah sinergi yang akan menghasilkan kemampuan dan
penampilan yang luar biasa.
Membangun mental pemain sebenarnya tidak berbeda dengan
membentuk pemain yang berteknik dan berfisik prima. Artinya mental
harus dibangun dengan proses panjang dan berjenjang. Pemain sepakbola
kelas dunia semacam, Beckham, Ronaldo, Messi dll. adalah akibat dari
sebuah proses panjang dan berkelanjutan. Mereka menjalani sebuah
perjalanan yang disebut latihan dengan baik.
Menurut Van Lingen, Direktur Teknis KNVB (persatuan
sepakbola Belanda) ada 3 unsur yang harus selalu dihadirkan oleh
seorang pelatih dalam membangun pemain-pemain berkualitas. Ketiga
unsur itu biasa disebut dengan TIC, yakni Technic, Insight, dan
Communication.
Untuk mendapatkan kemampuan aplikasi latihan dalam sebuah
pertandingan, mau tidak mau para pemain harus terjun langsung dan
mengalami sendiri sebuah pertandingan. Hal ini berarti para pemain harus
lebih sering bertanding dalam situasi kompetisi yang ketat dimana lawan
langsung hadir, maka para pemain akan dipaksa untuk berpikir cepat
untuk bisa mengatasi tekanan lawan. Semakin sering seorang pemain
berpikir cepat dan mengambil keputusan, maka secara tidak langsung
mental bertanding pun ikut diasah, terlepas dari hasil pertandingan.
Para pelatih juga hendaknya berperan sebagai seorang konselor
yang secara detail memahami kondisi pemainnya. Jika dalam sebuah
turnamen, para pemain melakukan banyak kesalahan, maka pelatih harus
dengan bijak membaca kelemahan-kelemahan itu dan
mengomunikasikannya kepada para pemainnya. Pelatih tidak berhak
langsung menjatuhkan vonis atas kesalahan yang dilakukan oleh para
pemainnya. Tapi masukan yang membangunlah yang seharusnya
dilakukan.
Dalam sebuah pertandingan yang kompetitif, kemampuan asli
para pemain akan langsung terlihat. Hal ini akan memudahkan para
pelatih untuk membuat evaluasi atas pemainnya yang selanjutnya
membenahi kekuarangan-kekurangan yang ada. Evaluasi ini harus
diterapkan dalam bentuk format latihan yang mengidentifikasi kondisi
asli pertandingan.
Dengan seringnya para pemain melakoni pertandingan yang
kompetitif, maka para pemain pun sebetulnya dengan dalam proses
learning by doing, atau trial error. Berbagai tekanan dengan segera harus
dihadapi dan dipecahkan oleh para pemain. Tekanan-tekanan inilah yang
akan menjadi stimulus bagi para pemain.Secara psikologis, para pemain
akan belajar dari pengalaman. Seperti teori stimulus-respon yang
dikemukakan oleh Skinner, para pemain yang mendapati stimulus akan
berusaha merespon dengan perilaku tertentu. Ditambah dengan penguat
dari pelatih, maka respon yang diperoleh diharapkan berupa respon-
respon yang positif atas stimulus tersebut.
Sudah waktunya Indonesia mempunyai sistem pembinaan pemain
yang berjenjang dengan basis kompetisi yang teratur. Sekali lagi,
kompetisi akan mematangkan dan menyelesaikan tugas belajar yang
dimiliki oleh pemain di masing-masing kelompok umur. Jika dalam satu
kelompok umur para pemain berhasil menyelesaikan tugas belajarnya,
maka fase selanjutnya akan lebih mudah di jalani. Sekali lagi, kompetisi
merupakan salah satu ujung tombak dalam membangun mental pemain
dan tentu saja membentuk bibit-bibit pemain yang berkualitas. Tanpa
kompetisi yang teratur, niscaya mental pemain hanya akan berada pada
level angin-anginan. Artinya kadang meningkat, tapi tidak jarang dalam
level bawah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Latihan mental (mental training) merupakan suatu bentuk latihan mental
yang berupa pembayangan diri dan gerakan didalam pikiran. Manfaat
daripada latihan mental, antara lain adalah untuk mempelajari atau
mengulang gerakan baru, memperbaiki gerakan yang salah atau belum
sempurna, latihan simulasi dalam pikiran, latihan bagi atlet yang sedang
rehabilitasi cedera. Latihan mental ini sering disamakan dengan latihan
visualisasi karena sama-sama melakukan pembayangan gerakan di dalam
pikiran. Namun, didalam imajeri para atlet bukan hanya ‘melihat’
gerakan dirinya. Namun juga memfungsikan indera pendengaran,
perabaan, penciuman dan pengecapan. Untuk dapat menguasai latihan
mental, seorang atlet harus dapat mahir terlebih dahulu dalam melakukan
latihan relaksasi.
B. Saran
Untuk dapat memiliki mental yang tangguh tersebut, atlet perlu
melakukan persiapan dan latihan mental yang sistematis, hal ini
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program latihan olahraga
secara umum, dan tertuang dalam perencanaan latihan tahunan atau
periodesasi latihan. Seringkali dijumpai, bahwa masalah mental atlet
sesungguhnya bukan murni merupakan masalah psikologis, namun
disebabkan oleh faktor teknis atau fisiologis. Contohnya: jika
kemampuan atlet menurun karena faktor kesalahan teknik gerakan, maka
persepsi sang atlet terhadap kemampuan dirinya juga akan berkurang.
Jika masalah kesalahan gerak ini tidak segera teridentifikasi dan tidak
segera diperbaiki, maka kesalahan gerak ini akan menetap. Akibatnya,
kemampuan atlet tidak meningkat, sehingga atlet menjadi kecewa dan
lama-kelamaan bisa menjadi frustrasi bahkan memiliki pikiran dan
berdampak negatif terhadap prestasi olahraganya.

Anda mungkin juga menyukai