Anda di halaman 1dari 13

MM ea sc i hn i n D e i t e Tr r j ea mn sa lha k t ae n d o b l ey h G G o o o og g ll e e

Mes in Di t erj e m a h k a n o l e hG oo gle M e s in D ite r je m ah k an o le h G o og l e

PERSIAPAN MENTAL PELATIHAN ATLET

MENGHADAPI KOMPETISI

Tjung Hauw Sin

Abstrak : Persiapan atlet untuk siap bertanding harus dilakukan secepat


mungkin, melalui prosedur dan proses pembinaan mental yang sistematis dan
membutuhkan waktu yang cukup lama. Tujuan dari latihan ini adalah kesuksesan. Untuk
dapat mencapai prestasi yang maksimal diperlukan kemampuan fisik, teknik, taktik dan
manusia, keempat unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Terkadang atlet
sudah dalam kondisi fisik, teknik dan taktik yang baik, namun saat bertanding mengalami penurunan mental.

Melihat fenomena yang terjadi, maka penting untuk menerapkan latihan mental dalam mengatasi pert
Latihan mental memiliki peranan penting bagi atlet yang berguna untuk mempersiapkan mental yang kuat
khususnya dalam menghadapi pertandingan. Latihan mental merupakan latihan yang melibatkan seluruh aspek
psikologis dalam menghadapi berbagai macam tekanan selama pertandingan. Ada tiga teknik latihan mental yang
memerlukan perhatian khusus sesuai kebutuhan praktis dalam melatih atlet menghadapi pertandingan. Pelatihan
mental yang tepat
diperlukan untuk meningkatkan kualitas mental atlet. Diharapkan dengan memberikan latihan mental ini para atlet dapat
berprestasi

Kata Kunci: Latihan Mental, persiapan pertandingan

PENDAHULUAN

Kegiatan masyarakat pada saat ini tidak lepas dari olahraga,

baik sebagai arena untuk sukses dan sebagai kebutuhan untuk mempertahankan

tubuh agar tetap sehat. Menghadapi era globalisasi dan perubahan zaman

begitu cepat, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Yaitu manusia

yang memiliki segudang luaran, baik akademik maupun non akademik.

Olahraga akan memberi kekuatan dan menyehatkan tubuh dan jiwa, bentuk

Tjung Hauw Sin adalah dosen Fakultas Ilmu Latihan Universitas Negeri Padang (FIK ± UNP)
1

61
MM ea sc i hn i n D e i t e Tr r j ea mn sa lha k t ae n d o b l ey h G G o o o og g ll e e
Mes in Di t erj e m a h k a n o l e hG oo gle M e s in D ite r je m ah k an o le h G o og l e

kepribadian yang sehat untuk mampu menghadapi perubahan serta ulet dan kreatif

dalam menemukan solusi untuk setiap masalah yang kompleks.

Untuk dapat meningkatkan prestasi atau hasil yang maksimal pada cabang olahraga no

yang dibutuhkan hanya latihan fisik, teknik, taktik dan strategi, tetapi latihan mental

memainkan peran penting dalam menciptakan keadaan pikiran yang baik. Karena itu

bahkan dalam dunia olahraga, semua olahraga melibatkan pikiran dan tubuh.

Mental dalam bentuk pikiran bertindak sebagai pengontrol, perintah pikiran dan

tubuh mengikuti. Prestasi olahragawan tidak hanya bisa diraih secara eksklusif

mengikuti apa yang diperintahkan atau dilakukan oleh pelatih, tetapi mereka

memiliki pikiran positif yang mengontrol perilaku olahraga mereka.

Pendekatan psikologis harus menghasilkan atlet yang mendalam

setiap aspek menunjukkan dorongan (motivasi) yang kuat untuk bermain

terbaik dan memenangkan permainan. Motivasi ini dibutuhkan tidak hanya pada

jenis olahraga individu, tetapi juga panggilan motivasi tim atau kelompok

(aturan).

Anda membutuhkan strategi dan mentalitas untuk menghadapi permainan.

Atlet harus diberikan persiapan mental yang memadai. Karena itu bekerja secara mental

sebagai driver, controller, controller dan diperintahkan untuk melakukan

aktivitas motorik. Atlet yang memiliki pola pikir yang baik diharapkan mendapatkan hasil

penampilan maksimal.

Latihan mental

Mental adalah kondisi diri yang terintegrasi dari individu, satu kesatuan

respon emosional dan intelektual (Sudarwati: 2007). Faktor mental harus

dilatih, ditingkatkan dan dipelihara untuk standar yang optimal. mendidik

pola pikir harus dilakukan sejak dini saat atlet masih berada di klub

seorang coach Singer (1980) menyebutkan mental training dalam istilah mental

pembentukan atau pembentukan citra , yaitu konseptualisasi mengacu pada pembentukan tugas

dimana pergerakannya tidak dapat diamati. Magil (1980) mendefinisikan praktik

mental menunjukkan latihan kognitif kecakapan fisik dan kurangnya kejelasan

62
MM ea sc i hn i n D e i t e Tr r j ea mn sa lha k t ae n d o b l ey h G G o o o og g ll e e
Mes in Di t erj e m a h k a n o l e hG oo gle M e s in D ite r je m ah k an o le h G o og l e

gerakan fisik.

Prestasi atlet tidak hanya bisa diraih dengan mengikuti

DSD \DQJ GLSHULQWDKNDQ DWDX GL GULOO¥ instruktur SEMANGAT, bagaimanapun mereka memiliki pikiran

mengontrol perilaku olahraga mereka secara positif. Oxendine (1984) mendefinisikan

berlatih latihan mental yang digunakan dalam kaitannya dengan proses

konseptualisasi fungsi ide/gagasan, introspeksi dan latihan imajiner/imajiner. Latihan

Mental adalah suatu metode latihan yang didalamnya terdapat kinerja pada suatu tugas

dibayangkan atau divisualisasikan tanpa latihan yang terlihat.

Mental menurut James Drever (dalam Sudibyo Setyobroto. 2002) itu adalah

seluruh struktur dan proses psikologis yang terorganisir, keduanya disadari

maupun tidak sadar. Jadi jelas bahwa masing-masing elemen

Psikologi akan menentukan kekuatan dan pola pikir atlet. Pelatihan mental adalah

proses latihan untuk meningkatkan kekuatan mental seseorang

melibatkan unsur konsentrasi, mengarahkan tindakan menuju tujuan sesuai rencana,

dan mengendalikan perasaan (emosi dan pikiran) serta kondisi psikofisik. Monti P.

Santiadarma (2000).

Istilah mental tidak lepas dari prestasi olahraga, tidak juga dari masyarakat

WHODKPHQJHQDOLVWLODKPHQWDOMXDUD¥\DQJGLDVRVLDVLNDQVHEDJDLNDUDNWHULVWLNPHQWDO

apa yang harus dimiliki seorang juara untuk menjadi seorang juara. Mentalitas pemenang adalah

keterampilan yang dimiliki oleh seseorang, dimana keterampilan itu tidak ada

diperoleh atau dibawa sejak lahir, tetapi terbentuk karena pengaruh lingkungan sekitar

dan kemauan pada atlet.

Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa mental training

itu memiliki peran penting bagi atlet yang sangat membantu untuk mempersiapkan

ditandai kewaspadaan mental terutama dalam menghadapi persaingan. Latihan mental

itu adalah latihan yang melibatkan semua aspek psikologis dari koping

berbagai jenis tekanan selama pertandingan.

Keterampilan mental

63
MM ea sc i hn i n D e i t e Tr r j ea mn sa lha k t ae n d o b l ey h G G o o o og g ll e e
Mes in Di t erj e m a h k a n o l e hG oo gle M e s in D ite r je m ah k an o le h G o og l e

Keterampilan menurut Vealey (dalam Komarudin, 2013) adalah

Kualitas yang ingin dicapai, berbeda dengan metode yang merupakan prosedur atau teknik

Atlet berkomitmen untuk mengembangkan keterampilan¥

Artinya keterampilan adalah kualitas yang harus dicapai.

Kemampuan mental dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Keterampilan mendasar

Keterampilan dasar adalah sumber daya interpersonal yang mereka miliki

keterampilan mental dasar untuk mencapai keberhasilan dalam olahraga. Keterampilan

dasar meliputi:

sebuah. Motivasi atau motivasi hasil (will, result drive)

b. Kesadaran diri _

c. Harga diri
_

d. Berpikir produktif

Dan. Kepercayaan diri Vealey (dalam Komarudin, 2013)

2. Keterampilan kinerja

Keterampilan kinerja (performance skill) adalah keterampilan mental

yang sangat penting untuk keterampilan bermain selama pertunjukan

latihan. Keterampilan kinerja meliputi:

sebuah. Manajemen energi

b. Gairah fisik yang optimal (manajemen fisik yang optimal)

c. Gairah mental yang optimal (optimal mental arousal)

d. Perhatian optimal (perhatian optimal)

3. Keterampilan fasilitatif

Keterampilan fasilitatif tidak secara langsung memengaruhi kinerja

dalam olahraga, tetapi jika dikuasai dapat memfasilitasi perilaku yang mendalam

olahraga seperti aspek kehidupan lainnya. Keterampilan yang sangat fasilitatif

Penting bagi atlet untuk dapat melakukan keterampilan kinerja secara efektif.

Misalnya, keterampilan interpersonal adalah keterampilan fasilitatif

Penting bagi atlet untuk berkomunikasi secara efektif. Keterampilan

ini termasuk:

64
MM ea sc i hn i n D e i t e Tr r j ea mn sa lha k t ae n d o b l ey h G G o o o og g ll e e
Mes in Di t erj e m a h k a n o l e hG oo gle M e s in D ite r je m ah k an o le h G o og l e

sebuah. Keterampilan interpersonal ( keterampilan interpersonal)

b. Manajemen gaya hidup

Keterampilan mental untuk atlet dan pelatih

Dalam pengembangan lebih lanjut dari pengalaman model kemampuan mental

perubahan dalam hal teknik atau metode sebagai ilmu terus

pengembangan menekankan berbagai bentuk keterampilan mental, baik untuk

pelatih dan atlet. Kirschenbaum (dalam Komarudin 2013) mendukung hal ini

perluasan teknik atau metode khususnya dalam metode keterampilan pengembangan diri e

keterampilan tim.

1. Keterampilan Pengembangan Pribadi (Personal Development Skills)

Keterampilan pengembangan pribadi adalah keterampilan mental

Ini menunjukkan kematangan pribadi yang ditandai dengan fungsi mental

tingkat tinggi seperti memiliki konsep diri, merasa baik, dan memiliki rasa

koneksi dengan orang lain. Avanti Vealey (dalam Komarudin. 2013)

menyatakan bahwa keberhasilan pelatih diidentifikasi oleh dua tujuan penting yaitu

peningkatan kinerja dan pertumbuhan pribadi. Keterampilan pengembangan

Staf dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

sebuah. identitas sukses

b. kompetensi antarpribadi.

2. Keterampilan Tim

Konteks lain terkait dengan perluasan kapabilitas mental, yaitu tim

keterampilan. Keterampilan Tim adalah kumpulan kualitas tim yang digunakan sebagai

alat untuk menciptakan lingkungan tim yang efektif dan mencapai kesuksesan

pasukan. Keterampilan tim dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

sebuah. Kepercayaan tim

b. Kohesi kelompok

c. Komunikasi tim

d. Kepemimpinan kelompok.

65
MM ea sc i hn i n D e i t e Tr r j ea mn sa lha k t ae n d o b l ey h G G o o o og g ll e e
Mes in Di t erj e m a h k a n o l e hG oo gle M e s in D ite r je m ah k an o le h G o og l e

Implementasi pelatihan mental

Menurut Unestahl (1988) pelatihan mental adalah upaya untuk meningkatkan

kemampuan mental dan daya tahan atlet, yang meliputi kemampuan untuk

mengembangkan keterampilan dalam situasi apa pun, wajah

hambatan dari dalam dan luar selama pertandingan. Tidak enak juga

katanya: Pelatihan mental adalah pelatihan jangka panjang dan sistematis untuk

mengembangkan dan belajar mengendalikan: 1) perilaku 2) penampilan 3) emosi e

keadaan pikiran (suasana hati) 4) proses-SURVHVEDGDQLDK¥Setiap atlet selalu menghadapi

VLWXDVLSVLNRORJLVKDUDSDQXQWXNVXNVHV¥GDQNHWDNXWDQDNDQJDJDO¥0HODOXLmentale

konsekuensi negatif dari pelatihan relatif lebih mudah diatasi.

Sudibyo Styobroto (1993) menyatakan bahwa pelaksanaan pelatihan mental

Dari segi tahapan, dapat dikelompokkan menjadi tahapan awal dan tahapan

amplifikasi / lanjutan. Tahapan perkembangan mental ini dapat dilakukan dengan cara:

sistem dan teknik yang berbeda. Adapun tujuan yang ingin dicapai untuk

setiap tahap juga dapat bervariasi sesuai dengan keadaan dan perkembangan

psikologi atlet dan juga disesuaikan dengan minat olahraga yang digeluti

diikuti oleh atlet.

1. Tahap awal

Tahap ini merupakan persiapan untuk pelatihan mental dengan tujuan utama

konstruksi gambar ¥ VHUWDSHQ \LDSDQNRQGLVLILVLNXQWXNPHQJKDGDSL

latihan mental berikutnya. Tingkat pelatihan mental pada tingkat ini meliputi antara lain:

sebuah. latihan pernapasan; ini adalah persiapan fisik menurut prinsipnya

Tubuh dan jiwa manusia adalah satu kesatuan organik

(unit psikofisik organik).

b. latihan konsentrasi; Hal ini sangat diperlukan karena pada hakikatnya merupakan prestasi yang tinggi

itu akan dicapai hanya dengan mobilisasi total semua energi. Untuk ini perlu

Atlet memiliki kemampuan untuk fokus dan berfungsi

fungsi psikologis untuk difokuskan pada tujuan atau menyelesaikan tugas

Yakin. Relaksasi; Ini adalah sesuatu yang harus dikuasai setiap atlet

66
MM ea sc i hn i n D e i t e Tr r j ea mn sa lha k t ae n d o b l ey h G G o o o og g ll e e
Mes in Di t erj e m a h k a n o l e hG oo gle M e s in D ite r je m ah k an o le h G o og l e

karena atlet adalah orang yang selalu atau sering dalam keadaan utuh

ketegangan sehingga teknik relaksasi harus dikuasai untuk melakukan hal ini

kembali dalam kondisi terbaik sehingga siap untuk menangani tugas

tugas selanjutnya penuh dengan ketegangan.

c. Gambar atau visualisasi; teknik ini harus dikuasai agar atlet selalu bisa

menggambarkan dengan jelas teknik dan taktik gerakan

apa yang perlu dilakukan sebelum kompetisi atau kompetisi; dengan

Menguasai gerakan, teknik, dan taktik ini berarti atlet memilikinya

bagian dari kewaspadaan mental, terutama kewaspadaan pikiran untuk menghadapi

kompetisi.

d. 3HPELQDDQFLWUDcreazione dell'immagine ¥VHEDJDLDWOHWZDUJDQHJDUD,QGRQHVLD\DQJ

mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk membela merah putih,

membela nama bangsa dan negara.

2. Tingkat lanjutan

Fase ini merupakan fase penguatan kapasitas komponen

komponen mental atlet. Karena mental adalah keseluruhan struktur dan proses

secara psikologis, pada tahap lanjut ini semua teknik pelatihan mental harus dikuasai

Memperkuat fungsi psikologis yang berkaitan dengan aspek kognitif

(alasan), aspek konatif (kemauan) dan aspek afektif emosional.

Pelatihan mental berkaitan dengan peningkatan kemampuan aspek-aspek

kognitif meliputi:

sebuah. Fokus perhatian (fokus perhatian)

b. Pencitraan atau visualisasi

c. Kecepatan reaksi dan akurasi

d. Pikirkan tentang renovasi.

Pelatihan mental terkait dengan peningkatan dan keterampilan

aspek konatif (kemauan), yaitu antara lain :

sebuah. Latihan kekuatan

b. Konsentrasi

c. Kontemplasi

67
MM ea sc i hn i n D e i t e Tr r j ea mn sa lha k t ae n d o b l ey h G G o o o og g ll e e
Mes in Di t erj e m a h k a n o l e hG oo gle M e s in D ite r je m ah k an o le h G o og l e

Pelatihan mental berkaitan dengan peningkatan kemampuan aspek-aspek

afektif emosional, antara lain:

sebuah. Biofeedback; Hal ini terkait dengan aspek psiko-fisik

b. /DWLKDQSHQJXDVDDQGLULGHQJDQWHNQLSaran otomatis¥

c. Meditasi untuk dapat menguasai gejala-gejala emosional.

Upaya dapat dilakukan untuk lebih meningkatkan kemampuan mental

dengan teknik seperti (1) kontemplasiGHQJDQPHGLWDVLGDQEHUGRD

VHPHQWDUDDKOLPHQ\HEXWNDQGHQJDQLVWLODTmeditasi transendental ¥

Pelatih sebagai Pelatih Mental atlet

Pelatih atletik memiliki fungsi pencipta dan pelaksana

program pelatihan, sebagai motivator, konselor, evaluator dan manager

untuk semua hal yang berkaitan dengan pelatihan. Seperti manusia

Biasanya pelatihnya sama dengan atletnya, mereka punya kepribadian yang unik

berbeda satu sama lain.

Setiap pelatih memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Di

untuk mengisi peran pelatih, harus benar-benar terlibat dengan para atlet yang

terlatih. Artinya seorang pelatih bukan hanya tentang masalah atau hal-hal yang ada

hanya berhubungan dengan atlet tetapi pelatih juga berperan sebagai teman, guru,

orang tua, konselor dan bahkan psikolog untuk atlet. Jadi bisa diharapkan

yang akan memiliki atlet sebagai seseorang yang ingin mengembangkan hasil mereka

kepercayaan penuh kepada pelatih.

Keterlibatan yang mendalam antara pelatih dan atlet harus dilandasi oleh eksistensi

empati dari pelatih terhadap atlet. Empati adalah keterampilan

pelatih untuk mengalami perasaan atau kondisi atlet, yang berarti bahwa pelatih mengerti

atlet secara total. Kepribadian seorang pelatih juga dapat membentuk kepribadian

Atlet. Hal terpenting yang harus ditanamkan oleh seorang pelatih kepada para atletnya adalah ini

Atlet memercayai pelatih tentang apa yang direncanakan dan dilakukan pelatih

itu untuk kebaikan dan kemajuan para atlet itu sendiri.

68
MM ea sc i hn i n D e i t e Tr r j ea mn sa lha k t ae n d o b l ey h G G o o o og g ll e e
Mes in Di t erj e m a h k a n o l e hG oo gle M e s in D ite r je m ah k an o le h G o og l e

Untuk bisa mendapatkan kepercayaan itu, pelatih saja tidak cukup

hanya bertanya, tetapi harus membuktikannya melalui perkataan, perbuatan dan

kejujuran. Jika atlet memercayai pelatihnya, tidak peduli seberapa sulit programnya

diberikan oleh pelatih akan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh atlet.

Jadi peran pelatih sangat luas untuk membentuk pola pikir atlet menjadi lebih

Bagus. Atlet diharapkan memiliki mental tangguh untuk bertahan hidup

segala situasi dan kondisi saat berlatih atau bertanding.

Pelaksanaan pelatihan mental dalam menghadapi persaingan

Menurut Sudibyo Setyobroto (1993), setidaknya ada tiga teknik mental

pelatihan yang memerlukan perhatian khusus berdasarkan kebutuhan praktis di

melatih atlet menghadapi pertandingan, yaitu konsentrasi, relaksasi dan

gambar¥

1. Konsentrasi perhatian

Konsentrasi adalah sesuatu yang ditunjukkan oleh atlet

kesadaran tertuju pada sesuatu (atau objek tertentu) yang tidak mudah tergoyahkan. Atlet

dapat melakukan konsentrasi, dapat melakukan kinerja terbaik, tepat

dengan kemampuannya. John Syer (1984) membedakan konsentrasi

konsentrasi internal dan eksternal. Konsentrasi terkonsentrasi pada konsentrasi internal

pengamatan, perasaan dan pikiran subjek data. Sementara itu pergi

konsentrasi eksternal maka konsentrasi dipusatkan pada objek yang berada di luar diri

pihak yang berkepentingan. Atlet yang dapat berkonsentrasi dengan baik adalah atlit

yang menjaga keharmonisan fisik dan emosional serta mengatur pola pikir dan konsentrasinya

memperhatikan tugas yang ada.

John Syer juga memberikan contoh latihan konsentrasi seperti

berikut ini: Perintahkan atlet untuk duduk dengan nyaman di kursi, lalu pelatih

meletakkan di depannya sebuah objek atau foto, yang berhubungan dengan olahraga

mengikuti. Tenang dulu sebelum disuruh buka mata. Berhenti lima

menit dan jangan bergerak, perhatikan baik-baik objeknya. Setelah lima

menit atlet diminta untuk berbalik. Lalu dia bertanya untuk mengatakan apa

69
MM ea sc i hn i n D e i t e Tr r j ea mn sa lha k t ae n d o b l ey h G G o o o og g ll e e
Mes in Di t erj e m a h k a n o l e hG oo gle M e s in D ite r je m ah k an o le h G o og l e

melihat. Atlet yang memiliki daya konsentrasi yang baik akan menceritakan apa yang dilihatnya

dengan benar dan tanpa membuat terlalu banyak kesalahan.

Selanjutnya, Nideffer (dalam Sudibyo Setyobroto. 1993) masih membedakan di atas

(a) memusatkan perhatian ke luar atau mempersempit perhatian eksternal, misalnya pegolf, (b)

perhatian terfokus atau terfokus secara internal, misalnya pada pelempar cakram,

dan (c) perhatian tersebar atau perhatian luar yang besar, seperti pembela

sepak bola.

2. Relaksasi

Relaksasi adalah strategi persiapan mental untuk mengatasi stres dan

ketegangan pada atlet yang muncul selama kompetisi. Ada beberapa teknik relaksasi

diantara yang lain. Relaksasi progresif, teknik relaksasi yang diciptakan oleh Jacobson

pada tahun 1938 ia menyatakan bahwa individu harus dapat membedakan antara

ketegangan dengan relaksasi. Dengan teknik pengajaran progresif untuk

tegang dan rileks, maka otot tubuh menjadi sensitif dan darah lebih banyak

beradaptasi dengan situasi. Biofeedback, dengan teknik ini digunakan secara terbalik

fisiologis (umpan balik fisiologis), misalnya dengan mengukur suhu kulit,

ketegangan otot, tekanan darah, melalui tanda-tanda yang dapat dilihat atau didengar

mengetahui ketegangan seseorang. Meditasi Transendental, teknik relaksasi

yang dikembangkan oleh Benson pada tahun 1975 cukup efektif. Dengan latihan

dua kali sehari ± 20 menit ditemukan dapat menurunkan tekanan darah, detak jantung,

tingkat pernapasan, konsumsi oksigen dan ketegangan otot. Cara ini diharapkan

positif dapat mempengaruhi kinerja atlet.

Secara fisik, emosional dan mental, relaksasi ditandai dengan ketidakhadiran

aktivitas dan ketegangan (tension), suasana yang sedapat mungkin dipenuhi dengan ketenangan

jauh dari segala perasaan yang berhubungan dengan kebutuhan hidup sehari-hari.

Menurut Syer dan Connolly (dalam Sudibyo Setyobroto. 1993) relaksasi adalah

kedalaman akan mudah dicapai dengan tidur telentang; tetapi dalam keadaan

tubuh lelah posisi seperti ini dapat dengan mudah menyebabkan atlet terpengaruh

tidur. Jika Anda perlu bersantai sebelum balapan, sebaiknya lakukan di dalam

posisi duduk dengan punggung bersandar pada sandaran.

70
MM ea sc i hn i n D e i t e Tr r j ea mn sa lha k t ae n d o b l ey h G G o o o og g ll e e
Mes in Di t erj e m a h k a n o l e hG oo gle M e s in D ite r je m ah k an o le h G o og l e

3. Citra mental

Pencitraan mental hari ini dipraktikkan oleh pelatih dan merupakan a

bagian penting untuk mempercepat proses latihan dan pertumbuhan jiwa batin

praktek. Atlet dilatih untuk dapat membentuk gambaran mental tentang suatu gerakan

atau keterampilan apa yang harus dilakukan dan situasi tertentu.

Teknik motivasi diberikan dengan tujuan mempercepat proses pembelajaran

membangkitkan semangat mahasiswa/atlet. Citra mental melatih siswa/atlet

dapat membentuk ilusi mental tentang gerakan atau

keterampilan tertentu atau apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu

Yakin. Eberspacher (dalam Husdarta. 2010) mengemukakan cara melakukan metode tersebut

gambaran mental sebagai berikut:

Pada awalnya para atlet diperlihatkan pola gerak, seperti a

pola gerakan judo yang baru dan masih asing bagi para atlet. Demonstrasi ini bisa

diberikan melalui demonstrasi langsung atau melalui klip video. Atlet dipersilakan untuk melakukannya

Perhatikan dan amati demonstrasi dengan cermat dan berkonsentrasi

penuh. Fokus ini sangat penting karena dengan fokus biasanya akan begitu

diperoleh dimensi kognitif yang kuat:

sebuah. Atlet tersebut kemudian diminta untuk mendiskusikan kesalahan baru tersebut

baru saja diamati. Tidak menutup kemungkinan diskusi akan berkembang

tanggapan-WDQJJDSDQ VHSHUWL PLVDOQ\D WHNQLN LWX WHUODOX UXPLW¥ DWDX WHNQLN

LWXEDLNGDQSHUOXNLWDODDWLK¥

b. Langkah selanjutnya adalah atlet disuruh melakukan apa yang disebutnya

pelatihan mental internal atau dengan kata lain, bayangkan,

bayangkan gerakannya-JHUDNDQ\DQJGLGHPRQWUDVLNDQWDGL¥

c. Kemudian demonstrasi diperlihatkan lagi agar mereka bisa menyelesaikannya

segala kekurangan yang mungkin ada dalam imajinasinya.

Akhirnya mereka disuruh mempraktekkan gerakan teknik tersebut. metode

Gambaran mental ini merupakan bagian penting dari strategi pelatihan Anda

pelatih. Cara ini juga bisa digunakan untuk mengamati calon lawan

71
MM ea sc i hn i n D e i t e Tr r j ea mn sa lha k t ae n d o b l ey h G G o o o og g ll e e
Mes in Di t erj e m a h k a n o l e hG oo gle M e s in D ite r je m ah k an o le h G o og l e

hadapi, sampai atlit mengetahui keunggulan/kekuatan lawan, akhirnya atlit

Anda akan merasa lebih siap untuk permainan.

Contoh implementasinya bisa dilihat di www.youtube.com mental click

gambar Chad Allen dan Ricky Bennington diproduksi oleh University of

Florida Barat, diedit oleh Sean Reynolds.

PENUTUPAN

Pelatihan mental adalah latihan yang melibatkan semua aspek

psikologi dalam menghadapi berbagai macam tekanan selama pertandingan. Keterampilan

itu adalah kualitas yang ingin dicapai. Kemampuan mental dapat dibagi menjadi tiga

bagian yaitu: (a) kompetensi inti (basic competence), (b) kemampuan eksekusi

(keterampilan eksekusi) dan (c) keterampilan fasilitasi. Keterampilan

mental bagi atlet dan pelatih, yaitu dengan keterampilan pengembangan diri

(keterampilan pengembangan pribadi) dan keterampilan tim (keterampilan tim).

Pelaksanaan pelatihan mental ditinjau dari tahapannya dapat dikelompokkan

pada fase awal dan fase amplifikasi/lanjutan. Tahap awal terdiri dari (a)

latihan pernapasan, (b) latihan konsentrasi; (c) relaksasi, (d) melihat gambar e

H3HPELQDDQFLWUDimage building ¥ Implementasi latihan mental dalam coping

kompetisi, yaitu memusatkan perhatian, relaksasi dan imajinasi mental.

Untuk bisa melakukan latihan mental mental yang tangguh memang harus dilakukan

selama atlet berpartisipasi dalam olahraga. Atlet harus melakukan latihan secara sistematis,

yang merupakan bagian integral dari program pelatihan umum.

REFERENSI

Komarudin. 2013. Psicologia dello sport. Bandung: PT Rosdakarya giovanile.

Magill, Richard A. 1980. Konsep dan aplikasi pembelajaran motorik. IOWA: Wm. c.

Penerbit Brown Company.

Maksum Ali, dkk. 2011. Menjadi pelatih mental atlet. Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.
Jakarta

72
MM ea sc i hn i n D e i t e Tr r j ea mn sa lha k t ae n d o b l ey h G G o o o og g ll e e
Mes in Di t erj e m a h k a n o l e hG oo gle M e s in D ite r je m ah k an o le h G o og l e

Oxendine, Joseph B. 1984. Psikologi Pembelajaran Motorik. New Jersey: magang

Kamar, Inc.

Satiadarma, P. Monty. 2000. Dasar-dasar psikologi olahraga. Jakarta: Perpustakaan Sinar

Untuk berharap.

Setyobroto, Sudibyo. 1993. Psicologia del coaching. Giacarta : CV. Jayashakti.

2001. Pelatihan mental. Jakarta: CV. Untuk menginstal Jaya Shakti.

2002. Psikologi olahraga. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Penyanyi, Robert N. 1980. Pembelajaran motorik dan kinerja manusia. New York: Penerbitan Macmillan

Co., Inc.

Sudarvati, Lili. 2007. Mental Capital Achievement Champion. Jakarta. Grafino King
milik

Syer, John & Connolly, Christopher. 1984. Olahraga Pikiran Olahraga. Pers Universitas Cambridge:

Inggris Raya.

Unesthal, 1988. Pelatihan keterampilan mental yang sistematis dalam olahraga dan kehidupan. Disampaikan pada

Kongres Ilmiah Olimpiade Seoul.

www.youtube.com

73

Anda mungkin juga menyukai