Anda di halaman 1dari 23

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/348940661

Metode Tes Pemanduan Bakat Olahraga

Preprint · February 2021


DOI: 10.31219/osf.io/kzhv8

CITATIONS READS

0 5,164

2 authors:

Didik Rilastiyo Budi Muhamad Syafei


Universitas Jenderal Soedirman Universitas Jenderal Soedirman
57 PUBLICATIONS 321 CITATIONS 18 PUBLICATIONS 108 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Didik Rilastiyo Budi on 03 February 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MODUL

IDENTIFIKASI BAKAT OLAHRAGA


METODE AUSTRALIAN SPORT SEARCH

Disusun Oleh

Didik Rilastiyo Budi, S.Pd., M.Pd.


M.Syafei, S.Pd., M.Kes.

JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt, yang senantiasa memberikan rakhmat dan karunia-
Nya pada kita semua. Shalawat beserta salam penulis sampaikan pada baginda Nabi
Muhammad S.A.W. beserta sahabat-sahabatnya hingga akhir jaman. Alhamdulillah
atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan modul ini dengan lancar.
Dalam modul ini, berisikan tentang pertumbuhan dan perkembangan anak baik
seara fisik maupun keterampilan gerak, selain itu modul ini juga berisikan tentang
prosedur pelaksanaan tes pemanduan bakat olahraga metode Australian Sport Search
yang dapat dilakukan oleh praktisi dan ademisi di bidang olahraga, dimulai dari Guru,
Pelatih, KONI, DINPORA dan sebagainya, ehingga bakat anak dapat teridentifikasi
dengan tepat.
Penulis menyadari banyak kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki.
Oleh karena itu, kritik dan saran positif sangat penulis harapkan demi perbaikan
dikemudian hari. Akhirnya penulis berharap semoga modul ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca pada umumnya. Amiin.

Purwokerto, Februari 2021


Penulis
ABSTRAK

Pemanduan Bakat Olahraga menjadi faktor kunci dalam keberlangsungan proses


pemasalan dan pembinaan olahraga di masyarakat. Selama ini, pemilihan atlet selalu
berdasarkan intuisi dan pengalaman dari seorang pelatih atau guru penjas tanda
didasari dari hasil tes yang sesuai. Pada era moderen, pemilihan atlet junior tida lagi
berdasarkan pengamatan atau intuisi saja, akan tetapi sudah melibatkan berbagai
aspek pendukung yang relevan, salah satu yang telah dijalankan untuk melihat potensi
dan bakat seorang anak dalam olahraga yaitu menggunakan metode tes pemanduan
bakat yang salah satunya yaitu Australian Sport Search. Metode tes pemanduan bakat
Australian Sport Search akan mengidentifikasi bakat anak dari segi komposisi
antropometri dan kemampuan fisik, sehinga akan mudah untuk diketahui bakat anak
dalam cabang olahraga yang dapat dikembangkan di usia selanjutnya.

Kata Kunci: Pemanduan Bakat Olahraga, Australian Sport Search,


BAB I

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN FISIK –MOTORIK ANAK

A. TAHAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN FISIK


Pertumbuhan dan perkembangan fisik merupakan semua hal kapasitas anak
untuk melakukan kegiatan olahraga tergantung struktur fisik dan bagaimana cara
perkembangan mulai dari usia dini hingga dewasa (Budi et al., 2019). Pertumbuhan
dan perkembangan fisik merupakan fisik secara kuantitatif dan fungsional seperti
pada sistem syaraf, tulang dan otot.
1. Perkembangan Sistem Syaraf
Sistem saraf otak merupakan sistem pusat dan komunikasi bagi tubuh
manusia.Sistem syaraf meliputi otak, sumsum tulang belakang, serta syaraf-
syaraf ferifer. Melalui pembedaan dan penyatuan, sel akan berkembang dan
membesar,dilapisi jaringan lemak berwarna putih yang disebut myline yang
memiliki fungsi untuk meningkatkan efektifitas transmisi rangsang syaraf dan
juga sekaligus sebagai insulator terhadap rangsangan syaraf yang salah.
Cerebral Cortex adalah bagian otak yang berfungsi mengontrol respon
gerak yang disadari serta diperlukan untuk penguasaan bahasa,berpikir abstrak
dan semua proses kognitif. Perkembangan ini hampir sempurna pada saat anak
berusia 4 tahun. Cerebblum merupakan bagian otak yang berkembang paling
akhirdan berfungsi dalam control temporal (timing), pengaturan gerak terampil
yang disadari serta untuk mempertahankan keseimbngan tubuh (Gallahue &
Donnelly, 2003). Fungsi ini disempurnakan oleh vestibular lainnya, dimana
informasi datang akan di transmit ke berbagai otot yang bertanggung jawab untuk
mempertahankan keseimbangan.
2. Perkembangan Tulang dan Berat Badan
Tulang memiliki fungi pada tubuh sebagai penyokong berat badan serta
menyiapkan sistem gerak dan tuas untuk melakukan gerakan. Pada orang dewasa
ada 206 tulang yang sangat kuat yang dikembangkan dari tulang lunak sampai
menjadi mudah retak pada usia anak-anak dan remaja. Percepatan dan
pertumbuhan pada anak perempuan dimulai sejak usia 9 tahun dan mencapai
puncaknya pada usia 12 atau 13 tahun. Jadi sedikit lebih tinggi dari pada anak
laki-laki yang berusia 12 sampai 14 tahun (Gallahue & Ozmun, 1998). Tetapi
setelah ini anak laki-laki akan mulai tumbuh lebih tinggi daripada anak
perempuan.
3. Perkembangan Otot
Ada tiga jenis otot yaitu otot halus, jantung, dan rangka. Jaringan otot
halus membangun bagian otot dari organ-organ internal dan berfungsi secara
otomatis, otot jantung berfungsi tanpa sadar dibawah kendali otak. Sedangkan
Otot rangka merupakan organ yang dapat berkontraksi secara sadar berdasarkan
rangsangan dari otak melalui syaraf-syaraf gerak yang mempengaruhi otot untuk
melakuakn gerakan.
Peningkatan ukuran otot secara normal oleh latihan dan obat-obatan
disebut hipertrofi. Berat otot meningkat rata-rata 40 kali dari saat dilahirkan
sampai usia dewasa. Ini berarti bahwa anak usia 12 tahun memiliki jumlah rata-
rata jaringan otot 2 kali lipat dari anak usia 6 tahun (Macintyre, 2019).

B. TAHAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBAGAN MOTORIK


Manusia adalah makhluk yang selalu berkembang. Bermula dari dalam
kandungan, lahir kemudian menjadi dewasa, tua dan meninggal.(Gallahue &
Donnelly, 2003) mengklasifikasi anak ke dalam dua kategori, yaitu early childhood
(3-8 tahun) dan later childhood (8-12 tahun) untuk melihat perbedaan pertumbuhan
dan perkembangannya. Mereka sudah mulai bisa menaunjukan penampilan
keterampilan gerak dasar yaitu lokomotor dan manipulatif.
Anak sekolah dasar berada pada masa anak-anak dengan umur rata-rata 8-12
Gallahue et al. (2013) menjelaskan Pada masa ini, perkembangan fisiknya berada
pada suatu tingkatan dimana secara organisme telah memungkinkan untuk melakukan
beberapa gerakan dasar dengan beberapa variasinya. Gerakan yang dilakukan pada
masa ini yaitu : a) Berjalan, b) Mendaki, c) Meloncat, d) Menyepak, e) Melempar, f)
Menangkap, g) Memantulkan bola, h) Memukul, i) Berenang, dan j) Memanjat.
BAB II

BAKAT DALAM OLAHRAGA

A. DEFINISI BAKAT
Menurut Kusuma et al. (2019) Bahwa Bakat pada umumnya diartikan sebagai
suatu kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu untuk
dikembangkan lebih lanjut dan dilatih, yaitu agar bakat itu dapat terwujud. Pendapat
lain tentang bakat, menyatakan bahwa Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang
yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus dapat mencapai suatu
kecakapan, pengetahuan dan ketrampilan khusus (Sayfei et al., 2020). Dengan
demikian orang dikatakan berbakat artinya dalam dirinya terdapat ciri – ciri yang
dapat dikembangkan menuju keberhasilan yaitu prestasi yang lebih tinggi. Untuk itu
ciri–ciri yang terdapat dalam diri seseorang atau individu perlu dikenal agar diperoleh
bahan baku atau bahan mentah yang dapat diolah menjadi barang jadi yang dapat
dikembangkan secara maksimal.
Berdasarkan pengertian itu, maka dalam pembinaan olahraga hendaknya
diberikan peluang kepada anak untuk mengembangkan kemampuannya dalam
ketrampilan gerak. Karena perkembangan pikiran anak sesungguhnya dilandasi
gerakan dan perbuatan, oleh karena itu anak harus diberikan kesempatan untuk
bergerak dan berbuat pada objek yang nyata, karena pada dasarnya setiap anak
mempunyai motifasi untuk berprestasi. Sedangkan Pemanduan adalah proses, cara,
atau perbuatan dalam memimpin atau melatih mendidik, mengajari dan sebagainya
supaya dapat melakukan pekerjaan sendiri (Syafei et al., 2020). Berdasarkan
pengertian tersebut di atas, dapatlah dikemukakan bahwa pengertian pemanduan bakat
adalah proses dalam usaha untuk menemukan atau mendapatkan tanda-tanda atau
dasar yang dimiliki oleh seseorang seperti kepandaian, keterampilan, sifat dan
pembawaan yang dibawa sejak lahir yang dilakukan dengan jalan memprediksi atau
memperkirakan bahwa seseorang itu mempunyai peluang dalam suatu cabang
olahraga tertentu untuk dibina dan dikembangkan menjadi atlet yang memiliki potensi
tinggi, sehingga diharapkan akan berhasil di dalam mengikuti latihan-latihan dan
mencapai prestasi puncak.
B. Karakteristik Atlet Berbakat
Karekateristik atlet bibit berbakat, adalah seseorang yang mempunyai sifat
khas sesuai dengan perawatakan tertentu, dimana seseorang yang akan dijadikan bibit
itu mempunyai kelebihan dari orang lain, misalnya lebih tinggi, lebih pandai, lebih
baik, lebih cakap, lebih kuat, lebih ulet dan sebagainya. Karakteristik dari anak yang
akan dijadikan atlet bibit berbakat itu (Irianto, 2004), antara lain memiliki :
1. Tingkat atau derajat atau mutu kualitas bawaan sejak lahir
2. Bentuk postur tubuh yang baik, sesuai dengan cabang olahraga yang
diminatinya.
3. Fisik dan mental yang sehat
4. Fungsi organ–organ yang baik seperti jantung, paru – paru, otot syaraf dan
lain–lain.
5. Kemampuan gerak dasar yang baik seperti kekuatan, kecepatan, kelincahan,
daya tahan, koordinasi dan daya ledak.
6. Penyesesuaian yang cepat dan tepat baik secara fisik maupun mental terhadap
pengalaman yang baru dan dapat membuat pengalaman dan pengetahuan yang
telah dimiliki siap untuk dipergunakanapabila dihubungkan pada fakta – fakta
atau kondisi–kondisi yang baru atau dengan istilah lain ”intelegensi tinggi”
7. Sifat–sifat kejiwaan karakter bawaan sejak lahir yang dapat mendukung
terhadap pencapaian prestasi yang prima, antara lain watak, kompetensinya
tinggi, kemauan keras, tabah, ulet, tahan uji, dan semangat juangnya tinggi.
8. Kegemaran untuk berolahraga.

C. Hal – hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemilihan Atlet Berbakat


Menurut Furqon (2000) mengemukakan kriteria penilaian untuk pemilihan
atlet berbakat, yaitu :
1. Aspek biologis
a) Potensi kemampuan dasar tubuh FundamentalMotor Skill
b) Fungsi organ tubuh.
c) Postur dan struktur tubuh
2. Aspek Psikologis
a) Intelektual Kecerdasan
b) Motivasi
c) Kepribadian
3. Kerja persarafan
4. Umur Umur secara kronologis (Chronological age)
5. Umur secara psikologis (Psikological age)
6. Keturunan
7. Aspek lingkungan (Environment)
BAB III
PROSEDUT TES KEBERBAKATAN OLAHRAAGA
METODE AUSTRALIAN SPORT SEARCH

A. JENIS TES

Tes dan pengukuran keberbakatan olahraga padda siswa Sekolah Dasar


dengan menggunakan metode Australian Sport Search terdapat beberapa jenis tes
yang akan dilaksanakan, yaitu 1) Tes Antopometri dan 2) Tes Fisik (Nurhasan &
Cholil, 2014; Ratno & Nidyatama, 2019).
1. Tes Antopometri
Tes ini bertujuan untuk mengetahui porposi tubuh siswa, dengan
dilaksanakannya tes ini maka akan diketahui apakah secara anatomis siswa tersebut
memiliki komposisi yang baik untuk mendukung cabang olahraga yang ditekuni oleh
siswa. Bagian tubuh yang diukur pada tes ini yaitu:
a. Tinggi badan
b. Berat badan
c. Tinggi duduk
d. Panjang lengan
2. Tes Fisik (Batre Test)
Tes fisik silaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi fisik siswa
secara umum, pada tes ini siswa melakukan beberapa macam gerakan yang meliputi:
a. Kecepatan (Speed)
b. Kelentukan (Flexibility)
c. Koordinasi
d. Kekuatan (Straenght)
e. kelincahan (Agility)
f. Daya Ledak (Power)
g. Daya Tahan (Endurance).
Diharapkan dengan hasil tes fisik yang baik maka siswa akan diketahui
potensi fisik yang telah dimiliki untuk mendukung dalam kesesuaian kecabangan
olahraga yang akan ditekuni.
B. IDENTIFIKASI KEBERBAKATAN METODE AUSTRALIAN SPORT
SEARCH

Identifikasi keberbakatan adalah sebuah program yang dibuat untuk mencari


bibit-bibit atlet potensial yang sesuai dengan karakteristik yang sangat dibutuhkan
untuk suatu cabang olahraga tersebut (Hidayat et al., 2019). Hal ini dimaksudkan
untuk mengefisienkan proses pelatihan agar pelatih tidak terlalu mengalami kesulitan
dalam membentuk siswa untuk dapat berprestasi pada tingkat elit dikemudian hari
melalui sebuah program latihan yang telah disusun secara tepat dan sistematis.
Melalui program identifikasi keberbakatan ini juga diharapkan dapat
meningkatkan jumlah atlet berprestasi melalui peningkatan daya saing yang dimulai
dari sekala terkecil, yaitu lingkungan sekolah. Seperti dipaparkan (Milić et al., 2017):
Another apparent advantage of TD programs is that they maximize the
number of gifted individuals participating in a given sport, resulting in
stronger domestic competition and likely increasing the number of
internationally competitive athletes (Durand-Bush & Salrnela, 2001; Hahn,
1990). This is because TD programs ostensibly promote competitiveness and
direct athletes toward sports in which they are more likely to succeed,
increasing the number of athletes aiming for elite levels of sport (Abbott &
Collins, 2002, 2004; Bompa, 1999)

Dari paparan tersebut dapat diartikan bahwa, Jelas keuntungan lain dari
program TD adalah memaksimalkan jumlah individu berbakat yang berpartisipasi
dalam olahraga tertentu, sehingga menjadikan persaingan domestik yang lebih kuat
dan kemungkinan meningkatkan jumlah atlet internasional yang kompetitif
(Lawrence, 2010). Hal ini karena program TD seolah-olah meningkatkan daya saing
dan atlet langsung terhadap olahraga di mana mereka lebih mungkin untuk berhasil,
meningkatkan jumlah atlet bertujuan untuk tingkat elit olahraga
Selain itu, hal ini dilakukan untuk meminimalisir bakat-bakat potensial yang
dimiliki oleh para siswa sehingga tidak terjadi kemubaziran bakat dan potensi siswa.
Dalam (Lawrence, 2010)
Vaeyens, Gullich, Warr, and Philippaerts (2009) contend that programs
whose aim is to predict future sport success, called talent detection (TD) or
talent identification (TID) programs, "are designed to identify young athletes
who possess extraordinary potential for success in senior elite sport, and to
select and recruit them into talent promotion programs" (p. 1367).
Dari paparan tersebut dapat diartikan bahwa program yang bertujuan untuk
memprediksi keberhasilan olahraga di masa depan, yang disebut deteksi bakat (TD)
atau bakat identifikasi (TID) program, "dirancang untuk mengidentifikasi atlet muda
yang memiliki potensi luar biasa untuk sukses dalam olahraga senior yang elit, dan
untuk memilih dan merekrut mereka ke dalam program promosi bakat."
Metode yang dapat digunakan untuk identifikasi pemanduan bakat pada anak
yaitu dengan menggunakan metode Australian Sport Seacrh. Sports search ini
dikembangkan oleh The Australian Commision yang merupakan bagian dari AUSSIE
SPORTS dengan maksud untuk melakukan pembinaan pada atlet-atlet muda. Hamlets
(2007) tugas fisik diatas dibagi kembali menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Basic Measurements and Refferal
- Height
- Weight
2. Running and VO2 Max
- Agility Run
- 40m Sprint
- Multi stage Fitness
3. Strength, explosive power and Hand to Eye Coordination
- Basketball Throw
- Throw and Catch
- Vertical Jump

Basic Measurements And Refferal, yakni pengukuran mengenai tinggi dan


berat badan untuk mengetahui indeks masa tubuh atau lebih dikenal sebagai tes
anthropometrik. Melalui tes ini, diharapkan akan dapat menjaring siswa yang
memiliki ciri fisik dan komposisi tubuh ideal sesuai dengan kebutuhan dari cabang
olahraga sepak bola. Running and VO2 Max, adalah pengukuran yang dilakukan untuk
mengetahui kelincahan (Agility Run), kecepatan (40m Sprint), dan VO2 Max melalui
multi stage fitness test. Strength, explosive power and Hand to Eye Coordination,
adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui kekuatan otot dan explosive
power melalui lempar bola basket dan vertical jump serta hand to eye coordination
atau koordinasi mata dan tangan melalui lempar tangkap bola tenis.
C. PROSEDUR TES IDENTIFIKASI KEBERBAKATAN METODE
AUSTRALIAN SPORT SEARCH

Tes identifikasi keberbakatan olahraga dilakukan dengan dua jenis tes, yaitu
tes antopometri dan tes fisik. Secara teknis, prosedur tes dang pengukuran identifikasi
keberbakatn olahraba metode Australian Sport Search dilakukan seperti di bawah ini:
1. Antopometri
Tes antropometri untuk mengukur tinggi dan berat bada, pada
perkembangannya juga dapat dijadikan alat untuk mengukur Indeks Massa Tubuh
(IMT) pada anak (Budi et al., 2020; Listiandi et al., 2020; Widanita et al., 2019)
a) Tinggi Badan
1) Perlengkapan: Permukaan lantai yang halus dan rata, alat pengukur tinggi
badan, bisa menggunakan pita pengukur tinggi badan atau dengan
menggunakan alat timbangan berat badan yang sekaligus terdapat alat
pengukur tinggi badan.
2) Prosedur Pelaksanaan : Testi atau siswa berdiri di atas alat pengukur tinggi
badan, dengan tanpa menggunakan alas kaki, posisi kaki, pantat, badan,
kepala tegak dan tidak boleh membungkuk. Tinggi badan diukur dari
ujung telapak kaki sampai atas kelapa. Untuk menentukan tinggi badan
seseorang yaitu diukur nilai yang tertera pada meteran atau lat ukur tinggi
badan setelah alat tersebut menyentuk ujung kepala.

Gambar Pengukuran Tinggi Badan


b) Berat Badan
1) Perlengkapan: Permukaan lantai yang halus dan rata, alat pengukur berat
badan, dengan menggunakan timbangan badan biasa maupun timbangan
badan digital.
2) Prosedur Pelaksanaan : Testi atau siswa berdiri di atas timbangan badan,
dengan posisi badan tegak dan tanpa menggunakan alas kaki. Berat badan
seseorang diperoleh dengan melihat angka yang ditunjukan oleh jarum
pada alat pengukur berat badan, jika menggunakan alat timbangan badan
digital maka catatlah angka yang muncul pada alat tersebut.

Gambar Pengukuran Berat badan

c) Tinggi Duduk
1) Perlengkapan: Permukaan lantai yang halus dan rata, dinding atau tembok
yang rata, meteran yang ditempel di dinding (Vertical) dengan panjang
150 cm.
2) Prosedur Pelaksanaan : Testi atau siswa duduk dan bersandar di dinding
atau tembok yang terdapat meteran/alat pengukur tinggi duduk. Posisi
badan tegak dan menenpel ke tembok atau dinding, posisi kaki lurus dan
rapat, posisi kepala tekak menghadap ke depan. Tinggi duduk diukur dari
pantan, pinggang/panggul sampai dengan kepala, untuk mengetahu skor
tinggi duduk seseorang dapat mengggunakan penggaris yang ditempelkan
dikepala sisswa/seseorang dan lihatlah angka yang diperoleh, itu
merupakan tinggi duduk orang tersebut.

Gambar Pengukuran Tinggi Duduk

d) Panjang Lengan
1) Perlengkapan: Permukaan lantai yang halus dan rata, dinding atau tembok
yang rata, meteran yang ditempel di dinding secara horizontal
(memanjang).
2) Prosedur Pelaksanaan : Testi atau siswa berdiri tegak dengan badan
menempel ke tembok yang terdapat meteran. Posisi tanagan terlentang dan
lurus. Skor panjang lengan diukur dari ujung jari tangan kiri ke ujung jari
tangan kanan, dan kemudian lihatlah skor yang tertera pada meteran
tersebut.

Gambar Pengukuran Panjang Lengan


2. Kondisi Fisik
Kondisi fisik menjadi faktor penting untuk identifikasi keberbakatan olahraga.
Anak dengan kondisi fisik yang bugar dan baik memiliki keenderungan dapat
menampilkan keterampilan olahraga dengan lebih baik dibandingkan dengan anak
yang memiliki kondisi fisik yang kurang (Hidayat et al., 2020; Nanang et al., 2018;
Suhartoyo et al., 2019). Prosedur tes Fisik adalah sebagai berikut.
a) Daya Letak Otot Tungkai (Loncat Tegak /Vertical Jump)
Bertujuan untuk mengukur daya ledak (tenaga eksplosif) otot tungkai, dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Pelaksanaan, subyek berdiri tegak dekat dinding, kedua kaki, papan
dinding berada di samping tangan kiri atau kanannya. Kemudian tangan
yang berada dekat dinding diangkat lurus ke atas telapak tangan
ditempelkan pada papan berskala, sehingga meninggalkan bekas raihan
jarinya. Kedua tangan harus berada di samping badan kemudian subyek
mengambil sikap awalan dengan membengkokan kedua lutut dan kedua
tangan diayunkan ke belakang, kemudian subyek melompat setinggi
mungkin sambil menepuk papan berskala dengan tangan yang terdekat
dengan dinding sehingga meninggalkan bekas raihan pada papan berskala.
Tanda ini menampilkan tinggi raihan loncatan subyek tersebut. Subyek
diberi kesempatan tiga kali loncatan.
2) Skor, ambil tinggi raihan yang tertinggi dari ketiga loncatan tersebut,
sebagai hasil tes loncat tegak. Hasil loncat tegak diperoleh dengan cara
hasil raihan tertinggi dari salah satu loncatan tersebut dikurangi tinggi
raihan tanpa loncatan.

Gambar Tes Loncat Tegak


b) Koordinasi (Lempar Tangkap Bola Tenis)
Bertujuan untuk mengukur tingkat koordinasi mata dan tangan seseorang.
Dengan ketentuan pelaksanaan sebagai berikut:
1) Perlengkapan : Bola tenis, Stopwhatch, sasaran di tembok berbentuk kotak
dengan ukuran 40 cm X 40 cm, pita pengukur, jarak lemparan ke tembok
sejauh 2 meter.
2) Prosedur pelaksanaan : testi bersiap melakukan lemparan bola ke didnding
dan berdiri di batas lemparan. Testi harus melakukan melempar dan
menangkap bola tenis ke dinding dengan tangan yang berbeda (lempar
kanan, tangkap kiri atau sebaliknya). Waktu yang diperlukan untuk
melakukan lemparan yaitu selama 30 detik, skor dihitung apabila bola
hasil lemparanke dinding berhasil ditangkap secara langsung oleh terti
tanpa menyentuh lantai terlebih dahulu. Setelah 30 detik maka dihitung
skor jumlah tangkapan bola yang benar dari testi.

Gambar Tes Lempar Tangkap Bola Tenis

c) Daya Ledak Otot Lengan (Lempar Bola Basket)


Bertujuan untuk mengukur daya ledak/power otot lengan seseorang. Dengan
ketentuan pelaksanaan sebagai berikut:
1) Perlengkapan : Bola basket, dinding/bangku, meteran panjang 10 meter
2) Prosedur pelaksanaan : testi/siswa duduk dengan badan tegak dan
bersandar ke bangku/dinding, posisi kaki rapat dan lurus. Kedua tangan
memegang bola basket dan diletakan di depan dada (umpan
dada/Chespass). Setelah ada aba-aba “ya”, testi/siswa melakukan dorongan
bola basket sekuat-kuatnya. Hasil yang diperoleh yaitu dilihat pantulan
pertama bola basket ke tanah/lantai. Dan kemudian di catat hasilnya. Siswa
melakukan kesempatan sebanyak dua kali.

Gambar Lempar Bola Basket

d) Kelincahan (Lari Boolak-Balik/Shuttle Run)


Bertujuan untuk mengukur kelincahan gerak seseorang. Dengan ketentuan
pelaksanaan sebagai berikut:
1) Siswa/seseorang berdiri di batas garis/cones tanda start lari.
2) Perlengkapan : Stopwatch, lintasan yang rata sepanjang 5 meter yang di
tandai dengan cones/pembatas
3) Prosedur Pelaksanaan : siswa/seseorang bersiap di garis batas awalan lari,
kemudian setelah ada aba-aba lari, maka siswa berlari menuju ke
batas/cones di depannya sejauh 5 meter, siswa melakukan lari sebanyak 3
balikan atau 6 kali berlari. Waktu dihitung apabila siswa/seseorang telah
melakukan 3 kali balikan dan kemudian dicatat hasilnya.
4) pengukuran : Hasil diukur dengan mencatat waktu yang diperoleh.
Gambar Tes Kelincahan

e) Kecepatan (Lari cepat/Sprint 40 Meter)


Bertujuan untuk mengukur kecepatan lari seseorang. Dengan ketentuan
pelaksanaan sebagai berikut:
1) Pelaksanaan, subjek berdiri di belakang garis start dengan sikap berdiri,
aba-aba “ya” subyek lari ke depan secepat mungkin menempuh jarak 40
meter. Pada saat subyek menyentuh/melewati garis finish stop watch
dihentuikan.
2) Kesempatan lari diulang apa bila pelari mencuri start dan pelari terganggu
oleh pelari lainnya.
3) Skor hasil tes yaitu waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak
40 meter.

Gambar Lari 40 meter


f) Daya Tahan Aerobik (Lari Multi Tahap/MFT)
Bertujuan untuk mengukur daya tahan aerobic (cardio vascular/VO2 Max)
seseorang. Dengan ketentuan pelaksanaan sebagai berikut:
1) Perlengkapan. Kaset/ CD, Lintasan lari. Mesin pemutar kaset (tape
recorder/CD). Jarak yang bermarka 20 meter pada permukaan yang datar,
rata, dan tidak licin. Stopwatch, Kerucut pembatas atau patok 4, Formulir
tes.
2) Prosedur. Ceklah kecepatan mesin kaset dengan menggunakan periode
kalibrasi satu menit dan sesuaikan jarak lari bimana perlu (telah dijelaskan
di dalam pita rekaman dan di dalam manual pitanya). Ukurlah jarak 20
meter tersebut dan berilah tanda dengan pita dan pembatas jarak.
Jalankan pita cadencenya. Intruksikan kepada testi untuk lari kearah
ujung atau akhir yang berlawanan dan sentuhkan satu kaki dibelakang
garis batas pada saat terdengar bunyi “tuut”. Apabila testi telah
sampai sebelum bunyi “tuut”, testi harus bertumpu pada titik putar,
menanti tanda bunyi, kemudian lari kearah garis yang berlawanan agar
dapat mencapai tepat pada saat tanda berikutnya berbunyi. Pada akhir
dari tiap menit interval waktu diantara dua bunyi “tuut” makin pendek,
oleh karena itu, kecepatan lari makin bertambah cepat. Testi harus
dapat mencapai garis ujung pada waktu yang ditentukan dan tidak
terlambat. Tekankan kepada testi agar berputar dan lari kembali,
bukannya lari membuat belokan melengkung, karena akan memakan
lebih banyak waktu. Tiap testi harus berlari selama mungkin sehingga testi
tidak dapat lagi mengejar tanda bunyi “tuut” dari pita rekaman. Kriteria
untuk menghentikan testi apabila testi tetinggal tanda bunyi “tuut” dua
kali lebih dari dua langkah di belakang garis ujung
Gambar Tes Lari Multi Tahap (MFT)
DAFTAR PUSTAKA

Budi, D. R., Kusuma, M. N. H., Syafei, M., & Stephani, M. R. (2019). The Analysis of
Fundamental Movement Skill in Primary School Student in Mountain Range.
https://doi.org/10.2991/icsshpe-18.2019.56
Budi, D. R., Listiandi, A. D., Festiawan, R., Widanita, N., & Anggraeni, D. (2020).
Indeks Masa Tubuh (IMT): Kajian Analisis pada Atlet Renang Junior Usia
Sekolah Dasar. TEGAR: Journal of Teaching Physical Education in Elementary
School, 3(2), 46–53. https://doi.org/10.17509/tegar.v3i2.24452
Furqon, M. H. (2000). Pengembangan Bakat Olahraga. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Keolahragaan (PUSLITBANG-OR) UNS.
Gallahue, D. L., & Donnelly, F. C. (2003). Developmental physical education for all
children. In Revista de investigación clínica; organo del Hospital de
Enfermedades de la Nutrición.
Gallahue, D. L., & Ozmun, J. C. (1998). Understanding; Motor Development: infants,
Children, Adolescents, Adults. The Mc Graw Hill Companies. Fourth Edition.
Gallahue, D. L., Ozmun, J. C., & Goodway, J. C. (2013). Compreendendo o
desenvolvimento motor : bebês, crianças, adolescentes e adultos. In AMGH
Editora Ltda.
Hamlets, T. (2007). Sports Search Health and Physical Activity Report. The London
Borough of Tower Hamlets.
Hidayat, R., Budi, D. R., Purnamasari, A. D., Febriani, A. R., & Listiandi, A. D.
(2020). Faktor Fisik Dominan Penentu Keterampilan Bermain Sepak Takraw.
Jurnal MensSana. https://doi.org/10.24036/jm.v5i1.127
Hidayat, R., Febriani, A. R., Budi, D. R., & Listiandi, A. D. (2019). Pembinaan
Prestasi Tim Sepak Takraw Putri Jawa Tengah Menuju PON XVIII Tahun 2012
di Riau. Jendela Olahraga. https://doi.org/10.26877/jo.v4i2.3815
Irianto, D. P. (2004). Pedoman Praktis Berolahraga untuk Kebugaran & Kesehatan.
Andi.
Kusuma, M. N. H., Syafei, M., & Budi, D. R. (2019). Biomekanika Olahraga. Unsoed
Press.
Lawrence, I. (2010). Talent identification in soccer: A critical analysis of
contemporary psychological research. Soccer Journal.
Listiandi, A. D., Budi, D. R., Festiawan, R., Nugraha, R., faozi, faiz, & Bakhri, R. S.
(2020). Hubungan Body Fat Dan Physique Rating Dengan Cardiorespiratory
Fitness Mahasiswa. Jurnal MensSana. https://doi.org/10.24036/jm.v5i1.144
Macintyre, C. (2019). Understanding motor development. In Understanding
Children’s Development in the Early Years.
https://doi.org/10.4324/9781315776347-5
Milić, M., Grgantov, Z., Chamari, K., Ardigò, L., Bianco, A., & Padulo, J. (2017).
Anthropometric and physical characteristics allow differentiation of young
female volleyball players according to playing position and level of expertise.
Biology of Sport, 1(1), 19–26. https://doi.org/10.5114/biolsport.2017.63382
Nanang, M., Fuad, N., Didik, R., Topo, S., & Panuwun, J. (2018). Effect of Alkaline
Fluids to Blood pH and Lactic Acid Changes on Sub Maximal Physical Exercise.
IOP Conference Series: Earth and Environmental Science.
https://doi.org/10.1088/1755-1315/197/1/012049
Nurhasan, H., & Cholil, H. D. (2014). Tes dan Pengukuran Keolahragaan.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Ratno, P., & Nidyatama, N. (2019). Analisis Hasil Talent Scouting Dispora Kota
Medan Cabang Olahraga Karate Pada Calon Atlet Ppld Kota Medan. Sains
Olahraga : Jurnal Ilmiah Ilmu Keolahragaan.
https://doi.org/10.24114/so.v3i1.13060
Sayfei, M., Budi, D. R., Himawan Kusuma, M. N., & Listiandi, A. D. (2020).
Identifikasi Keberbakatan Menggunakan Metode Australian Sport Search
Terhadap Kesesuaian Cabang Olahraga Pada Anak Sekolah Dasar. Physical
Activity Journal. https://doi.org/10.20884/1.paju.2020.1.2.2285
Suhartoyo, T., Budi, D. R., Kusuma, M. N. H., Syafei, M., Listiandi, A. D., &
Hidayat, R. (2019). Identifikasi Kebugaran Jasmani Siswa SMP Di Daerah
Dataran Tinggi Kabupaten Banyumas. Physical Activity Journal.
https://doi.org/10.20884/1.paju.2019.1.1.1995
Syafei, M., Budi, D. R., Listiandi, A. D., Festiawan, R., Kusnandar, K., Nurcahyo, P.
J., Stephani, M. R., & Qohhar, W. (2020). Functional Movement Screening: An
Early Detection of The Student Injury Risk in Sport Class. Jurnal Pendidikan
Jasmani Dan Olahraga. https://doi.org/10.17509/jpjo.v5i2.25466
Widanita, N., Kusuma, M. N. H., Budi, D. R., Suhartoyo, T., Listiandi, A. D.,
Anggraini, D., & Gitya, N. (2019). The Effectiveness of Pilates Training Moderl
Towards BMI and Muscle Mass. Annals of Tropical Medicine & Public Health,
11(December).

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai