Anda di halaman 1dari 21

Perkembangan Fisik dan implikasinya pada

kegiatan pembelajaran

Disusun Oleh Kelompok 4 :


Erlin Tri Setyowati 292022033
Najwa Adilla Ramadhani 292022034

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA


MATA KULIAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK B
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa
kurang suatu apapun.

Makalah ini berisikan tentang penjelasan Perkembangan Fisik Peserta Didik dan
Implikasi terhadap Pendidikan yang dapat dilihat pada bagian isi. Dalam penyusunan tugas
ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan tugas ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bantuan dari semua
pihak sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi. Untuk itu kami ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi dan menambah wawasan kita
semua serta menjadi sumbangan pemikiran bagi pembaca sehingga dapat meningkatkan ilmu
pengetahuan kita.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka segala kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Salatiga, 26 Mei 2023

Penulis

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


Daftar Isi ................................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan .............................................................................................................................................. 2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Perkembangan Fisik Peserta Didik ........................................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Penyebab Perubahan Perkembangan Fisik Peserta Didik......................................................... 5
3.2 Karakteristik Perkembangan Fisik Peserta Didik ....................................................................... 6
3.2.1 Perkembangan Fisik Bayi (0-1 tahun) ....................................................................................... 6
3.2.2 Perkembangan Fisik Anak (2-10 tahun) ................................................................................... 7
3.2.3 Perkembangan Fisik Anak Pubertas (10-14 tahun) .................................................................. 9
3.3 Permasalahan Perkembangan Fisik Peserta Didik .................................................................... 13
3.4 Implikasi Perkembangan Fisik terhadap Pendidikan ............................................................... 14
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan .................................................................................................................................... 15
4.2 Saran .............................................................................................................................................. 16
Daftar Pustaka .................................................................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pendidikan. Sosok peserta didik umumnya merupakan sosok anak yang
membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa tumbuh dan berkembang ke arah kedewasaan. Ia
adalah sosok yang selalu mengalami perkembangan sejak lahir sampai meninggal dengan
perubahan-perubahan yang terjadi secara wajar (Sutari Imam Barnadib, 1995). Peserta didik
merupakan sosok anak yang membutuhkan bantuan orang lain dalam hal ini yaitu seorang
pendidik.
Seorang pendidik yang membantu mengembangkan potensi peserta didik dituntut untuk
memahami perilaku dan perubahan-perubahan pada peserta didik serta harus dapat
memahami pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Salah satu aspek
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik yaitu perkembangan fisik peserta didik.
Perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh, seperti pertumbuhan
otak, sistem saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan berat badan, hormon, dan
lain-lain), dan perubahan-perubahan dalam cara-cara individu untuk menggunakan tubuhnya,
seperti perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan seksual, serta perubahan
dalam kemampuan fisik, seperti penurunan fungsi jantung, pengelihatan dan sebagainya
(Murti, 2018).
Perkembangan fisik memiliki dampak yang signifikan pada kegiatan pembelajaran
individu. Anak-anak dan remaja yang mengalami perubahan fisik yang cepat atau tidak biasa
dapat menghadapi tantangan dalam beradaptasi dan berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah. Implikasinya adalah penting bagi pendidik untuk memahami
dampak perkembangan fisik pada siswa dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
mengoptimalkan kegiatan pembelajaran mereka.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan fisik?
2. Mengapa terjadi perkembangan fisik pada peserta didik?
3. Bagaimana karakteristik perkembangan fisik peserta didik?
4. Apa saja permasalahan perkembangan fisik peserta didik?
5. Bagaimana implikasi perkembangan fisik peserta didik ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian perkembangan fisik.
2. Mengetahui karakteristik perkembangan fisik pada anak, remaja dan dewasa.
3. Mengetahui pengaruh perkembangan fisik terhadap tingkah laku seseorang.
4. Mengetahui permasalahan mengenai perkembangan fisik peserta didik
5. Mengetahui implikasi perkembangan fisik terhadap penyelenggaraan pendidikan.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Perkembangan Fisik Peserta Didik

Menurut Seifert dan Hoffnung (1994), perkembangan fisik meliputi perubahan-


perubahan dalam tubuh (seperti : pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-organ indrawi,
pertambahan tinggi dan berat, hormon, dan lain-lain), dan perubahan-perubahan dalam
cara individu dalam menggunakan tubuhnya (seperti perkembangan keterampilan motorik
dan perkembangan seksual), serta perubahan dalam kemampuan fisik (seperti penurunan
fungsi jantung, penglihatan dan sebagainya).

Teori perkembangan fisik di kemukakan oleh Gasell dan Ames (1940) Sella
Illingsworth (1983) perkembangan fisik mencakup berat badan, tinggi badan, termasuk
perkembangan motorik. Dalam pendidikan pengembanagn anak mencakup: kekuatan,
ketahanan, kecepatan, dan keseimbangan.
Perkembangan peserta didik pada anak usia dini mengikuti delapan pola umum
sebagai berikut:
a. Contynuity (keberlanjutan), yakni perkembangan dari yang sederhada ke arah
yang kompleks sejalan dengan bertambahnya usia anak.
b. Uniform squence (kesamaan tahapan), yakni perkembangan yang memiliki
tahapan sama untuk semua anak, meskipun kecepatan anak untuk mencapai
tahapan berbeda.
c. Maturity (kematangan), yakni suatu perkembangan yang ada peserta didik yang di
pengaruhi oleh perkembangan sel syaraf.
d. From general to specific process (proses dari umum ke khusus), yakni suatu
perkembangan yang di mualai dari gerak yang bersifat umum kepada gerak yang
bersifat khusus.
e. Dari gerak reflek bawaan ke arah terkoordinasi, yakni suatu perkembangan yang
dimiliki peserta didik yang dimulai dari gerak reflek bawaan semenjak lahir ke
aneka gerak yang terkoordinasi dan bertujuan.
f. Chepalo caudal direction yakni suatu perkembangan yang di tandai dengan
bagian yang mendekati kepala berkembang lebih cepat dari bagian yang
3
mendekati ekor.
g. Proximo distal, yaitu perkembangan yang di tandai dengan bagian yang
mendekati bagian sumbu tubuh berkembang terlebih dahulu di banding yang lebih
jauh.
h. From bilateral to crosslateral coordinate, yakni perkembangan yang di mulai dri
koordinasi yang sama berkembang terlebih dahulu sebelum bisa melakukan
koordinasi dengan orang bersilang.
Kemudian , Menurut Desmita ( 2009:73)(dalam Firosalin Kristin , 2018 : 34)bagi
anak-anak usia sekolah dan remaja, pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal
adalah sangat penting, sebab pertumbuhan/perkembangan fisik anak secara langsung atau
tidak langsung akan mempengaruhi perilakunya sehari-hari. Secara langsung,
pertumbuhan fisik anak akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Sedangkan
secara tidak langsung, pertumbuhan/perkembangan fisik akan mempengaruhi cara anak
memandang dirinya sendiri dan orang lain.
Menurut Desmita (2009:74)(dalam Firosalin Kristin , 2018 : 34) secara garis besar,
pertumbuhan dan perkembangan fisik peserta didik dapat dibagi atas tiga tahap, yaitu
tahap setelah lahir hingga usia 1 tahun, tahap anak-anak hingga masa prapubertas (2-10
tahun), dan tahap pubertas (10-14 tahun). Berdasarkan tahapan diatas, maka anak usia
sekolah dasar (SD) dimasukan dalam tahap prapubertas dan pubertas awal.

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penyebab Perubahan Perkembangan Fisik Peserta Didik

Perubahan fisik pada peserta didik disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut
Dr.Masganti sit,M.Ag. (2012) Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik antara
lain faktor keturunan (heredity) dan lingkungan (environment). Faktorfaktor keturunan antara
lain gen yang mempengaruhi tinggi badan, berat badan, warna kulit, warna mata, dan warna
rambut. Faktor hereditas juga berkaitan dengan puncak perkembangan (milestones). Faktor
lingkungan (environment) seperti iklim, kesehatan, gizi, pola asuh, dan kasih sayang orang
tua juga mempengaruhi perkembangan fisik anak. Konsumsi kalori yang cukup dapat
mempengaruhi berat badan anak. Anak-anak yang kurang makan dapat mengalami anorexia
nervosa (kekurusan) dan anak-anak yang kelebihan makan dapat mengalami obesitas
(kegemukan).

Meskipun gen berperan besar dalam proses perkembangan, lingkungan juga berperan
dalam menentukan karakteristik perkembangan fisik Jika janin terkena polusi atau bahan
kimia dalam rahim pada tahap tertentu dalam proses perkembangan, dapat mengubah asam
Deoksiribonukleat, atau DNA, dan menyebabkan mutasi yang tidak mungkin dinyatakan
telah terjadi. Sindrom alkohol dapat menyebabkan janin telah terkena alkohol dalam rahim.
Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan fisik dan kognitif yang tidak berhubungan dengan
keturunan. Di samping itu, gizi juga memainkan peran besar dalam pengembangan
karakteristik tertentu. Stres dapat mengubah DNA dan menyebabkan keterlambatan
perkembangan. Polusi seperti asap rokok, dan kekurangan gizi juga dapat memperlambat
perkembangan fisik dan kognitif anak-anak.

Pengalaman anak-anak dalam keluarga turut mempengaruhi pertumbuhan dan


perkembangan. Anak-anak yang dicintai tumbuh dengan rasa aman. Jika kebutuhan fisik,
emosional, dan sosial anak terpenuhi, mereka akan tumbuh menjadi anak baik dan percaya
diri. Sebaliknya anak yang mengalami pengalaman negatif dalam keluarga dapat tumbuh
menjadi anak yang memiliki rasa percaya diri yang rendah. Lingkungan tempat tinggal juga
mempengaruhi anak-anak. Jika tempat tinggal mereka tercemar maka anak-anak cenderung

5
sakitsakitan. Besar kecil keluarga juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Keluarga kecil lebih baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik anak sebab kebutuhan
dasar anak lebih terpenuhi dalam keluarga kecil.

3.2 Karakteristik Perkembangan Fisik Peserta Didik

3.2.1 Perkembangan Fisik Bayi (0-1 tahun)

Menurut Barnardos (2022: 7) penciuman bayi mengalami perkembangan yang sangat


pesat. Pada usia 7 (tujuh) hari bayi sudah sepenuhnya dapat mengenali bau ibunya bayi juga
dapat mengenali bau botol susunya dan bau pengasuhnya. Bayi belum sensitif terhadap rasa
sakit pada saat dilahirkan, tetapi pengenalan terhadap rasa sakit berkembang secara dramatis
pada hari pertama bayi dilahirkan.

Menurut Elbrahim (2012:80) pada usia empat bulan, berat bayi biasanya bertambah
dua kali lipat. Pada usia satu tahun berat bayi rata-rata tiga kali berat pada waktu lahir atau
sekitar 21 pon. Pada usia dua tahun rata-rata berat bayi Amerika adalah 25 pon. Peningkatan
berat tubuh selama bayi terutama disebabkan karena peningkatan jaringan lemak.

Menurut Elbrahim (2012:80) pada usia empat bulan, ukuran bayi antara 23 dan 24
inci, pada usia satu tahun, antara 28 dan 30 inci, dan pada usia usia dua tahun, antara 32 dan
34 inci.

Proporsi fisik menurut Elbrahim (2012:80) pertumbuhan kepala berkurang dalam


masa bayi, sedangkan pertumbuhan badan dan tungkai meningkat. Jadi bayi berangsur-angsur
menjadi kurang berat diatas dan tampak lebih ramping dan tidak gempal pada masa akhir
bayi.

6
3.2.2 Perkembangan Fisik Anak (2-10 tahun)

a. Perkembangan Masa Awal Anak-anak (2,5-5,5 tahun)

1. Tinggi dan Berat

Selama masa anak-anak awal,tinggi rata-rata anak bertumbuh 2,5 inci dan berat
bertambah antara 2,5-3,5 kilogram setiap tahunnya. Pada usia tiga tahun, tinggi anak sekitar
38 inci dan beratnya sekitar 16,5 kilogram. Pada usia lima tahun, tinggi anak mencapai 43,6
inci dan beratnya 21,5 kilogram.

2. Perkembangan Otak

Firosalin Kristin (2018 : 36) Menyebutkan bahwa Salah satu perkembangan fisik yang
paling penting pada perkembangan fisik seorang anak adalah otak. Pada usia dua
tahun,ukuran rata-rata otak seorang anak adalah 75% dari otak orang dewasa. Pertumbuhan
pada masa anak-anak inilah disebabkan oleh pertambahan jumlah saraf yang berujung di
dalam otak. Hal lain yang menyebabkan jumlah saraf dalam otak betambah adalah
myelination. Myelination adalah suatu proses dimana sel-sel urat saraf ditutup dan disekat
dengan suatu lapisan sel-sel lemak.

7
3. Perkembangan Motorik

Tabel 1. Perkembangan Motorik Menurut Robert Halverson

(dalam Firosalin Kristin , 2018 : 36)

Usia / Motorik Kasar Motorik Halus


Tahun
2,5-3,5 Berjalan dengan baik, berlari lurus ke Meniru sebuah lingkaran, tulisan
depan, melompat. cakar ayam, dapat makan
menggunakan sendok, dapat
menyusun beberapa kotak.
3,5-4,5 Berjalan dengan 80% langkah orang Mengancingkan baju, meniru bentuk
dewasa, berlari 1/3 kecepatan orang sederhana, membuat gambar
dewasa, melempar dan menangkap bola sederhana.
besar tetapi lengan masih kaku.
4,5-5,5 Menyeimbangkan badan di atas satu kaki, Menggunting, menggambar orang,
berlari jauh tanpa jatuh, dapat berenang meniru angka dan huruf sederhana,
dalam air yang dangkal membuat susunan yang kompleks
dengan kotakkotak.

b. Perkembangan Masa Akhir Anak-anak (6-10 tahun)

Menurut Mussen, Conger dan Kagan yang dikutip oleh Desmita (2009:74) sampai
dengan usia sekitar 6 tahun terlihat bahwa badan anak bagian atas berkembangan lebih
lambat daripada bagian bawah. Anggota-anggota badan relatif masih pendek, kepala dan
perut relatif masih besar. Selama masa akhir anak-anak, tinggi bertumbuh sekitar 5 hinggga
6% dan berat bertambah sekitar 10% setiap tahun. Pada usia 6 tahun tinggi rata-rata anak
adalah 46 inci (116,84 cm) dengan berat 22,5 kg. Kemudian usia 12 tahun tinggi anak
mencapai 60 inci (152,4 cm) dan berat 40 hingga 42,5 kg.

Menurut Santrock dikutip oleh Desmita (2009:75) pada masa anak usia sekolah
peningkatan berat badan anak lebih banyak daripada panjang badannya. Kaki dan tangan

8
menjadi lebih panjang, dada dan pinggul lebih besar. Peningkatan berat badan anak selama
masa ini terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka dan otot, serta ukuran
beberapa organ tubuh. Pada saat yang sama, massa dan kekuatan otot-otot secara berangsur-
angsur bertambah dan gemuk bayi (baby fat) berkurang. Pertambahan kekuatan otot-otot ini
adalah karena faktor keturunan dan latihan (olahraga). Karena perbedaan jumlah sel-sel otot,
maka umumnya anak laki-laki lebih kuat daripada perempuan.

Menurut Santrock dikutip oleh Desmita (2009:80) sejak usia 6 tahun, koordinasi
antara mata dan tangan (visio-motorik) yang dibutuhkan untuk membidik, menyepak,
melempar dan menangkap juga berkembang. Pada usia 7 tahun, tangan anak semakin kuat
dan ia lebih menyukai pensil daripada krayon untuk melukis. Dari usia 8 hingga 10 tahun,
tangan dapat digunakan secara bebas, mudah dan tepat. Koordinasi motorik halus
berkembang, di mana anak sudah dapat menulis dengan baik. Ukuran huruf menjadi lebih
kecil dan lebih rata.

3.2.3 Perkembangan Fisik Anak Pubertas (10-14 tahun)

Menurut Desmita (2009:75) pada akhir usia sekolah, anak segera memasuki masa
yang disebut dengan “pubertas” (berasal dari bahasa Latin “pubescere”, artinya mendapat
rambut kemaluan), yakni masa awal terjadinya permatangan seksual. Dalam rangkaian proses
perkembangan seseorang, masa pubertas tidak mempunyai tempat yang jelas. Sulit
membedakan antara masa puber dengan masa remaja karena masa puber adalah bagian dari
masa remaja dan pubertas sering dijadikan sebagai pertanda awal seseorang memasuki masa
remaja. Ketika seorang anak mengalami pubertas, berarti dia anggap sudah memasuki masa
remaja, yakni masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Menurut Desmita (2009:75) waktu datangnya masa pubertas tidak dapat diketahui
secara pasti. Ada anak-anak yang memulai masa pubertasnya pada usia yang lebih awal dan
ada pula yang lebih belakangan. Biasanya, anak perempuan mulai memasuki masa pubertas
lebih awal 2 tahun dibandingkan dengan anak laki-laki. Menurut sejumlah ahli
perkembangan, pada anak-anak perempuan pubertas terjadi sekitar usia 10 tahun, sedangkan
anak laki-laki terjadi pada usia sekitar 12 tahun.

9
Menurut Sunarto (1995:79) urutan perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada perempuan
dan laki-laki adalah sebagai berikut:

a) Pada Anak Perempuan

1) Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi


panjang).

2) Pertumbuahan payudara.

3) Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan.

4) Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya.

5) Bulu kemaluan menjadi keriting.

6) Menstruasi.

7) Tumbuh rambut-rambut ketiak.

b) Pada Anak Laki-Laki

1) Pertumbuhan tulang-tulang.

2) Testis membesar.

3) Tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap.

4) Awal perubahan suara.

5) Mimpi basah.

6) Rambut kemaluan menjadi keriting.

7) Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya.

8) Tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot).

9) Tumbuh rambut ketiak.

10) Akhir perubahan suara.

10
11) Rambut-rambut di wajah bertambah tebal dan gelap.

12) Tumbuh bulu di dada.

Adapun perubahan-perubahan fisik yang penting dan yang terjadi pada masa remaja:

1. Perubahan Fisik

Menurut Seifert dan Hoffnung yang dikutip oleh Desmita (2009:74) percepatan
pertumbuhan yang terjadi selama masa puber ini hanya berlangsung sekitar 2 tahun, dan
segera setelah masa tersebut berakhir maka anak tersebut mencapai kematangan seksual.
Karena anak perempuan mengalami percepatan pertumbuhan fisik lebih awal 2 tahun
dibandingkan dengan anak laki-laki, maka anak perempuan pada usia sekitar 10 atau 11 tahun
lebih tinnggi dan lebih kuat dibandingkan anak laki-laki pada usia yang sama. Tinggi rata-rata
anak perempuan pada saat ia memulai percepatan pertumbuhan adalah 54 atau 55 inci (137,7
cm atau 139,7cm), sedangkan tinggi rata-rata anak laki-laki adalah sekitar 59 atau 60 inci
(149,9cm atau 152,4cm).

2. Proporsi Tubuh

Menurut Desmita (2009:77) perubahan-perubahan dalam proporsi tubuh selama masa


pubertas, juga terlihat pada perubahan ciri-ciri wajah, di mana wajah anak-anak mulai
menghilang, seperti dahi yang semula sempit sekarang menjadi luas, mulut melebar, dan bibir
menjadi lebih penuh. Di samping itu, dalam perubahan struktur kerangka, terjadi percepatan
pertumbuhan otot, sehingga mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah lemak dalam
tubuh. Perkembangan otot dari kedua jenis kelamin terjadi dengan cepat ketika tinggi
meningkat. Akan tetapi, perkembangan otot anak laki-laki lebih cepat, dan mereka memiliki
lebih banyak jaringan otot, sehingga anak laki-laki lebih kuat daripada anak perempuan.

3. Kematangan Seksual

Menurut Desmita (2009:78) kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari


perubahan-perubahhan fisik yang terjadi pada masa pubertas yang ditandai dengan
peruabahan pada ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder.

• Perubahan Ciri-Ciri Seks Primer

Menurut Sarwono dikutip oleh Desmita (2009:78) perubahan-perubahan pada ciri-ciri

11
seks primer pada laki-laki ini sangat dipengaruhi oleh hormon, terutama hormon perangsang
yang diproduksi oleh kelenjar bawah otak (pituitary gland). Hormon perangsang laki-laki ini
merangsang testis, sehingga testis menghasilkan hormon testosteron dan androgen serta
spermatozoa. Sperma yang dihasilkan dalam testis selama masa remaja ini, memungkinkan
untuk mengalami penyemburan air mani mereka yang pertama atau dikenal dengan istilah
“mimpi basah”.

Menurut Sarwono dikutip oleh Desmita (2009:78) pada anak perempuan, perubahan
ciri-ciri seks primer ditandai dengan munculnya periode menstruasi, yang disebut dengan
menarche, yaitu menstruasi yang pertama kali dialami oleh seorang gadis. Terjadinya
menstruasi pertama ini memberi petunjuk bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan
telah matang, sehingga memungkinkan mereka untuk mengandung dan melahirkan anak.
Munculnya menstruasi pada perempuan ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan indung
telur (ovarium). Ovarium terletak dalam rongga perut wanita bagian bawah, di dekat uterus,
yang berfungsi memproduksi sel-sel telur (ovum) dan hormon-hormon estrogen dan
progesteron. Hormon progesteron bertugas unntuk mematangkan dan mempersiapkan sel
telur sehingga siap dibuahi. Sedangkan hormon estrogen adalah hormon yang mempengaruhi
pertumbuhan sifat-sifat kewanitaan pada tubuh seseorang (pembesaran payudara dan pinggul,
suara halus, dll). Hormon ini juga mengatur siklus haid.

• Perubahan Ciri-Ciri Seks Sekunder

Menurut Desmita (2009:79) ciri-ciri sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang


tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi, tetapi merupakan tanda-tanda yang
membedakan antara laki-laki dan perempuan. Tanda-tanda jasmaniah ini muncul sebagai
konsekuensi dari berfungsinya hormon-hormon yang disebutkan di atas. Di antara tanda-
tanda jasmaniah yang terlihat pada laki-laki adalah tumbuh kumis dan janggut, jakun, bahu
dan dada melebar, suara berat, tumbuh bulu di ketiak, di dada, di kaki dan di lengan, dan di
sekitar kemaluan, serta otot-otot menjadi kuat. Sedangkan pada perempuan terlihat payudara
dan pinggul yang membesar, suara menjadi halus, tumbuh bulu di ketiak dan di sekitar
kemaluan.

12
4. Perkembangan Motorik

Menurut Santrock dikutip oleh Desmita (2009:80) pada usia 10 hingga 12 tahun,
anak-anak mulai memperlihatkan keterampilan-keterampilan manipulatif menyerupai
kemampuan-kemampuan orang dewasa. Mereka mulai memperlihatkan gerakan-gerakan
yang kompleks, rumit, dan cepat, yang diperlukan untuk menghasilkan karya kerajinan yang
bermutu bagus atau memainkan instrumen musik tertentu.

Menurut Desmita (2009:82) perkembangan motorik halus anak semakin baik, ia mulai
dapat menulis sederet kata-kata dengan rapi, tidak naik turun sebagaimana pada masa-masa
sebelumnya. Keterampilan menggambarnya juga semakin meningkat, sehingga bentuk hasil
gambarnya pun semakin jelas. Untuk mewarnai gambarnya, anak-anak usia 10-14 tahun tidak
lagi menggunakan krayon, tetapi lebih senang menggunakan pensil warna.

Menurut Desmita (2009:82) perkembangan motorik kasarnya pun terus berlanjut.


Pada usia 10 tahun anak mampu berlari sejauh 62 meter dalam waktu 5,5 detik, berlari
dengan kecepatan 4,5m/detik, melempat sejauh 1,3 meter, melempar bola sejauh 9 meter, dan
menangkap bola yang dilemparkan ke arahnya dari jarak tertentu. Pada usia 11 tahun,
lompatannya sudah mencapai 1,5 meter dan pada usia 12 tahun kecepatannya larinya
mencapai 62 meter dalam waktu 4 detik, dua kali lebih cepat dibandingkan ketika masih
berusia 6 tahun.

3.3 Permasalahan Perkembangan Fisik Peserta Didik

Permasalahan Perkembangan Fisik Peserta Didik biasanya terjadi pada remaja.


Menurut Masganti (2012) , Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh
remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa
pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan
ketidakpuasan/keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak
sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan fisiknya
dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering
mengakibatkan mereka kurang percaya diri.

Pertumbuhan proporsi tubuh pada masa remaja tidak selalu sesuai dengan harapan
remaja. Anak laki-laki dan anak perempuan cenderung menjadi lebih gemuk pada masa

13
remaja (Hurlock, 1980: 188). Remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau
lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha.
Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang
berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, merokok, dan perilaku makan
yang berlebihan atau diet yang berlebihan. Lebih lanjut, ketidakpuasan akan bentuk tubuh
sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia.

Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis.
Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun penggunaan
obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada remaja penyebab terbesar
adalah karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi dan bereksplorasi. Perubahan
hormonal selama masa remaja membuat dorongan seksual meningkat, sehingga remaja
mungkin sulit mengendalikan diri (Hasan, 2006: 112). Hal ini juga menjadi sulit ketika
remaja tidak percaya diri dengan penampilannya.

3.4 Implikasi Perkembangan Fisik terhadap Pendidikan

Menurut Firosalia Kristin (2018:43) Implikasinya bagi pendidikan adalah perlunya


memperhatikan faktor berikut:

a. Menyediakan sarana dan prasarana. Faktor sarana dan prasarana ini jangan sampai
menimbulkan gangguan kesehatan pada anak. Misalnya ruangan kelas, tempat duduk
dan meja, dan sebagainya.
b. Waktu istirahat. Untuk menghilangkan rasa lelah dan mengumpulkan tenaga baru,
istirahat yang cukup sangat diperlukan.
c. Diadakannya jam olah raga bagi siswa. Pelajaran olah raga sangat penting bagi
pertumbuhan fisik anak karena dengan olah raga yang dijadwalkan secara teratur oleh
sekolah berarti pertumbuhan fisik anak akan memperoleh stimulasi secara teratur
pula.
d. Menyediakan kegiatan ekstrakulikuler yang berupa seni dan olahraga agar anak dapat
meningkatkan keterampilan motoriknya sehingga dapat berfungsi dengan maksimal.

14
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Perkembangan fisik pada individu memiliki dampak signifikan pada kegiatan


pembelajaran. Perubahan fisik yang terjadi selama masa pertumbuhan anak dapat
memengaruhi kemampuan mereka untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar-
mengajar. Terdapat beberapa aspek yang dapat mempengaruhi perkembangan fisik setiap
peserta didik dan memberikan implikasi pada masing – masing aspeknya.

Pertama , perkembangan fisik mencakup pertumbuhan tubuh secara keseluruhan,


termasuk tinggi dan berat badan. Jika seorang anak mengalami pertumbuhan yang cepat atau
lambat, hal ini dapat mempengaruhi kenyamanan dan keaktifan mereka dalam kelas.
Implikasinya adalah penting bagi pendidik untuk menyediakan lingkungan yang sesuai
dengan ukuran dan kebutuhan fisik siswa.

Kedua, perkembangan motorik melibatkan kemampuan anak untuk menggunakan otot


dan mengendalikan gerakan tubuh. Dalam kegiatan pembelajaran, kemampuan koordinasi
motorik yang baik diperlukan untuk menulis, menggambar, dan berpartisipasi dalam kegiatan
fisik lainnya. Implikasinya adalah guru perlu memperhatikan tingkat keterampilan motorik
siswa dan memberikan dukungan yang sesuai untuk pengembangan keterampilan tersebut.

Ketiga , anak-anak dengan daya tahan fisik yang rendah mungkin mengalami
kesulitan dalam konsentrasi dan berpartisipasi dalam kegiatan yang membutuhkan ketahanan
fisik, seperti olahraga atau kegiatan luar ruangan. Implikasinya adalah penting bagi pendidik
untuk mengenali kebutuhan fisik siswa dan mengatur jadwal pembelajaran dengan
memperhatikan waktu istirahat yang cukup.

Keempat, kondisi kesehatan fisik, termasuk asupan makanan dan pola tidur, dapat
memengaruhi tingkat energi dan fokus siswa dalam proses pembelajaran. Implikasinya
adalah penting bagi pendidik untuk mempromosikan pola makan sehat, istirahat yang cukup,
dan aktivitas fisik yang tepat guna meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan siswa.

15
Terakhir , selama masa remaja, perubahan fisik yang terkait dengan perkembangan
seksual dapat memengaruhi perhatian dan konsentrasi siswa dalam pembelajaran.
Implikasinya adalah pendidik perlu memahami kebutuhan khusus yang mungkin muncul
selama periode ini dan menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif bagi siswa untuk
mengatasi perubahan tersebut.

Dalam keseluruhan, perkembangan fisik individu dapat berdampak pada kegiatan


pembelajaran dengan cara yang berbeda. Pendidik harus menyadari dan memperhatikan
perubahan fisik siswa serta memberikan dukungan yang sesuai untuk memfasilitasi
pembelajaran yang efektif.

4.2 Saran

Dengan memperhatikan perkembangan fisik peserta didik , pendidik dapat


menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung perkembangan fisik yang optimal
serta membantu siswa meraih potensi belajar mereka secara maksimal. Berikut hal yang
dapat dilakukan pendidik untuk dapat menciptakan pembelajaran yang mendukung
perkembangan fisik peserta didik :

1. Menyediakan lingkungan yang sesuai: Penting bagi pendidik untuk menyediakan


lingkungan belajar yang sesuai dengan kebutuhan fisik siswa. Pastikan meja dan kursi
yang digunakan sesuai dengan ukuran dan tinggi badan siswa, sehingga mereka dapat
duduk dengan nyaman dan konsentrasi pada pembelajaran.

2. Mengintegrasikan gerakan dan aktivitas fisik: Gerakan dan aktivitas fisik dapat
meningkatkan keterlibatan dan pemahaman siswa. Pendidik dapat mengintegrasikan
gerakan tubuh saat belajar, memperkenalkan aktivitas fisik sederhana di kelas, atau
mengadakan sesi olahraga singkat untuk meningkatkan energi dan konsentrasi siswa.

3. Mengatur jadwal pembelajaran yang seimbang: Kesehatan fisik siswa mempengaruhi


tingkat energi dan fokus mereka dalam kegiatan pembelajaran. Penting untuk
mengatur jadwal pembelajaran yang seimbang, termasuk waktu istirahat yang cukup
dan waktu untuk makan makanan bergizi. Memperhatikan kebutuhan tidur dan asupan
makanan yang sehat akan membantu siswa tetap bugar dan siap belajar.

16
4. Memahami perbedaan individual: Setiap individu memiliki perkembangan fisik yang
berbeda-beda. Pendidik perlu memahami perbedaan ini dan mengakomodasi
kebutuhan individu dalam pembelajaran. Misalnya, memberikan pilihan dalam
aktivitas fisik yang sesuai dengan kemampuan siswa atau memberikan dukungan
tambahan untuk siswa dengan keterbatasan fisik.

5. Mengedukasi tentang kesehatan dan kesejahteraan: Perkembangan fisik juga


melibatkan aspek kesehatan dan kesejahteraan. Pendidik dapat mengedukasi siswa
tentang pentingnya pola makan sehat, olahraga teratur, dan tidur yang cukup.
Memberikan pemahaman yang sehat tentang perubahan fisik yang terjadi selama
masa remaja juga penting untuk membantu siswa merasa nyaman dengan perubahan
tersebut.

6. Mendorong penghargaan terhadap tubuh: Pendidik dapat menciptakan lingkungan


yang positif dan inklusif yang mendorong siswa untuk menghargai tubuh mereka
sendiri dan tubuh orang lain. Mengajarkan tentang pentingnya pemeliharaan
kesehatan dan menghindari body shaming atau perilaku yang merendahkan fisik
seseorang adalah langkah penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang
mendukung perkembangan fisik positif.

17
Daftar Pustaka

Barnadib Sutari Imam, 1995, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Yogyakarta: Andi Offset
Desmita, 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Elbrahim, M. Nur, 2012. Psikologi Remaja, Depok: CV Arya Duta.

Firosalia Kristin. 2018. Perkembangan Peserta Didik. Salatiga : Satya Wacana University
Press

Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Jakarta: Gramedia.

Masganti.2012. Perkembangan Peserta Didik . Medan : Perdana Publishing.

Murti, 2018. Perkembangan fisik motorik dan perseptual serta implikasinya pada
pembelajaran di sekolah dasar. Wahana Sekolah Dasar, 26(1), 21-28.

Sunarto, 1995. Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : Rineka Cipta.

18

Anda mungkin juga menyukai