kegiatan pembelajaran
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa
kurang suatu apapun.
Makalah ini berisikan tentang penjelasan Perkembangan Fisik Peserta Didik dan
Implikasi terhadap Pendidikan yang dapat dilihat pada bagian isi. Dalam penyusunan tugas
ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan tugas ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bantuan dari semua
pihak sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi. Untuk itu kami ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi dan menambah wawasan kita
semua serta menjadi sumbangan pemikiran bagi pembaca sehingga dapat meningkatkan ilmu
pengetahuan kita.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka segala kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
i
Daftar Isi
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pendidikan. Sosok peserta didik umumnya merupakan sosok anak yang
membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa tumbuh dan berkembang ke arah kedewasaan. Ia
adalah sosok yang selalu mengalami perkembangan sejak lahir sampai meninggal dengan
perubahan-perubahan yang terjadi secara wajar (Sutari Imam Barnadib, 1995). Peserta didik
merupakan sosok anak yang membutuhkan bantuan orang lain dalam hal ini yaitu seorang
pendidik.
Seorang pendidik yang membantu mengembangkan potensi peserta didik dituntut untuk
memahami perilaku dan perubahan-perubahan pada peserta didik serta harus dapat
memahami pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Salah satu aspek
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik yaitu perkembangan fisik peserta didik.
Perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh, seperti pertumbuhan
otak, sistem saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan berat badan, hormon, dan
lain-lain), dan perubahan-perubahan dalam cara-cara individu untuk menggunakan tubuhnya,
seperti perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan seksual, serta perubahan
dalam kemampuan fisik, seperti penurunan fungsi jantung, pengelihatan dan sebagainya
(Murti, 2018).
Perkembangan fisik memiliki dampak yang signifikan pada kegiatan pembelajaran
individu. Anak-anak dan remaja yang mengalami perubahan fisik yang cepat atau tidak biasa
dapat menghadapi tantangan dalam beradaptasi dan berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah. Implikasinya adalah penting bagi pendidik untuk memahami
dampak perkembangan fisik pada siswa dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
mengoptimalkan kegiatan pembelajaran mereka.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan fisik?
2. Mengapa terjadi perkembangan fisik pada peserta didik?
3. Bagaimana karakteristik perkembangan fisik peserta didik?
4. Apa saja permasalahan perkembangan fisik peserta didik?
5. Bagaimana implikasi perkembangan fisik peserta didik ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian perkembangan fisik.
2. Mengetahui karakteristik perkembangan fisik pada anak, remaja dan dewasa.
3. Mengetahui pengaruh perkembangan fisik terhadap tingkah laku seseorang.
4. Mengetahui permasalahan mengenai perkembangan fisik peserta didik
5. Mengetahui implikasi perkembangan fisik terhadap penyelenggaraan pendidikan.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Teori perkembangan fisik di kemukakan oleh Gasell dan Ames (1940) Sella
Illingsworth (1983) perkembangan fisik mencakup berat badan, tinggi badan, termasuk
perkembangan motorik. Dalam pendidikan pengembanagn anak mencakup: kekuatan,
ketahanan, kecepatan, dan keseimbangan.
Perkembangan peserta didik pada anak usia dini mengikuti delapan pola umum
sebagai berikut:
a. Contynuity (keberlanjutan), yakni perkembangan dari yang sederhada ke arah
yang kompleks sejalan dengan bertambahnya usia anak.
b. Uniform squence (kesamaan tahapan), yakni perkembangan yang memiliki
tahapan sama untuk semua anak, meskipun kecepatan anak untuk mencapai
tahapan berbeda.
c. Maturity (kematangan), yakni suatu perkembangan yang ada peserta didik yang di
pengaruhi oleh perkembangan sel syaraf.
d. From general to specific process (proses dari umum ke khusus), yakni suatu
perkembangan yang di mualai dari gerak yang bersifat umum kepada gerak yang
bersifat khusus.
e. Dari gerak reflek bawaan ke arah terkoordinasi, yakni suatu perkembangan yang
dimiliki peserta didik yang dimulai dari gerak reflek bawaan semenjak lahir ke
aneka gerak yang terkoordinasi dan bertujuan.
f. Chepalo caudal direction yakni suatu perkembangan yang di tandai dengan
bagian yang mendekati kepala berkembang lebih cepat dari bagian yang
3
mendekati ekor.
g. Proximo distal, yaitu perkembangan yang di tandai dengan bagian yang
mendekati bagian sumbu tubuh berkembang terlebih dahulu di banding yang lebih
jauh.
h. From bilateral to crosslateral coordinate, yakni perkembangan yang di mulai dri
koordinasi yang sama berkembang terlebih dahulu sebelum bisa melakukan
koordinasi dengan orang bersilang.
Kemudian , Menurut Desmita ( 2009:73)(dalam Firosalin Kristin , 2018 : 34)bagi
anak-anak usia sekolah dan remaja, pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal
adalah sangat penting, sebab pertumbuhan/perkembangan fisik anak secara langsung atau
tidak langsung akan mempengaruhi perilakunya sehari-hari. Secara langsung,
pertumbuhan fisik anak akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Sedangkan
secara tidak langsung, pertumbuhan/perkembangan fisik akan mempengaruhi cara anak
memandang dirinya sendiri dan orang lain.
Menurut Desmita (2009:74)(dalam Firosalin Kristin , 2018 : 34) secara garis besar,
pertumbuhan dan perkembangan fisik peserta didik dapat dibagi atas tiga tahap, yaitu
tahap setelah lahir hingga usia 1 tahun, tahap anak-anak hingga masa prapubertas (2-10
tahun), dan tahap pubertas (10-14 tahun). Berdasarkan tahapan diatas, maka anak usia
sekolah dasar (SD) dimasukan dalam tahap prapubertas dan pubertas awal.
4
BAB III
PEMBAHASAN
Perubahan fisik pada peserta didik disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut
Dr.Masganti sit,M.Ag. (2012) Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik antara
lain faktor keturunan (heredity) dan lingkungan (environment). Faktorfaktor keturunan antara
lain gen yang mempengaruhi tinggi badan, berat badan, warna kulit, warna mata, dan warna
rambut. Faktor hereditas juga berkaitan dengan puncak perkembangan (milestones). Faktor
lingkungan (environment) seperti iklim, kesehatan, gizi, pola asuh, dan kasih sayang orang
tua juga mempengaruhi perkembangan fisik anak. Konsumsi kalori yang cukup dapat
mempengaruhi berat badan anak. Anak-anak yang kurang makan dapat mengalami anorexia
nervosa (kekurusan) dan anak-anak yang kelebihan makan dapat mengalami obesitas
(kegemukan).
Meskipun gen berperan besar dalam proses perkembangan, lingkungan juga berperan
dalam menentukan karakteristik perkembangan fisik Jika janin terkena polusi atau bahan
kimia dalam rahim pada tahap tertentu dalam proses perkembangan, dapat mengubah asam
Deoksiribonukleat, atau DNA, dan menyebabkan mutasi yang tidak mungkin dinyatakan
telah terjadi. Sindrom alkohol dapat menyebabkan janin telah terkena alkohol dalam rahim.
Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan fisik dan kognitif yang tidak berhubungan dengan
keturunan. Di samping itu, gizi juga memainkan peran besar dalam pengembangan
karakteristik tertentu. Stres dapat mengubah DNA dan menyebabkan keterlambatan
perkembangan. Polusi seperti asap rokok, dan kekurangan gizi juga dapat memperlambat
perkembangan fisik dan kognitif anak-anak.
5
sakitsakitan. Besar kecil keluarga juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Keluarga kecil lebih baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik anak sebab kebutuhan
dasar anak lebih terpenuhi dalam keluarga kecil.
Menurut Elbrahim (2012:80) pada usia empat bulan, berat bayi biasanya bertambah
dua kali lipat. Pada usia satu tahun berat bayi rata-rata tiga kali berat pada waktu lahir atau
sekitar 21 pon. Pada usia dua tahun rata-rata berat bayi Amerika adalah 25 pon. Peningkatan
berat tubuh selama bayi terutama disebabkan karena peningkatan jaringan lemak.
Menurut Elbrahim (2012:80) pada usia empat bulan, ukuran bayi antara 23 dan 24
inci, pada usia satu tahun, antara 28 dan 30 inci, dan pada usia usia dua tahun, antara 32 dan
34 inci.
6
3.2.2 Perkembangan Fisik Anak (2-10 tahun)
Selama masa anak-anak awal,tinggi rata-rata anak bertumbuh 2,5 inci dan berat
bertambah antara 2,5-3,5 kilogram setiap tahunnya. Pada usia tiga tahun, tinggi anak sekitar
38 inci dan beratnya sekitar 16,5 kilogram. Pada usia lima tahun, tinggi anak mencapai 43,6
inci dan beratnya 21,5 kilogram.
2. Perkembangan Otak
Firosalin Kristin (2018 : 36) Menyebutkan bahwa Salah satu perkembangan fisik yang
paling penting pada perkembangan fisik seorang anak adalah otak. Pada usia dua
tahun,ukuran rata-rata otak seorang anak adalah 75% dari otak orang dewasa. Pertumbuhan
pada masa anak-anak inilah disebabkan oleh pertambahan jumlah saraf yang berujung di
dalam otak. Hal lain yang menyebabkan jumlah saraf dalam otak betambah adalah
myelination. Myelination adalah suatu proses dimana sel-sel urat saraf ditutup dan disekat
dengan suatu lapisan sel-sel lemak.
7
3. Perkembangan Motorik
Menurut Mussen, Conger dan Kagan yang dikutip oleh Desmita (2009:74) sampai
dengan usia sekitar 6 tahun terlihat bahwa badan anak bagian atas berkembangan lebih
lambat daripada bagian bawah. Anggota-anggota badan relatif masih pendek, kepala dan
perut relatif masih besar. Selama masa akhir anak-anak, tinggi bertumbuh sekitar 5 hinggga
6% dan berat bertambah sekitar 10% setiap tahun. Pada usia 6 tahun tinggi rata-rata anak
adalah 46 inci (116,84 cm) dengan berat 22,5 kg. Kemudian usia 12 tahun tinggi anak
mencapai 60 inci (152,4 cm) dan berat 40 hingga 42,5 kg.
Menurut Santrock dikutip oleh Desmita (2009:75) pada masa anak usia sekolah
peningkatan berat badan anak lebih banyak daripada panjang badannya. Kaki dan tangan
8
menjadi lebih panjang, dada dan pinggul lebih besar. Peningkatan berat badan anak selama
masa ini terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka dan otot, serta ukuran
beberapa organ tubuh. Pada saat yang sama, massa dan kekuatan otot-otot secara berangsur-
angsur bertambah dan gemuk bayi (baby fat) berkurang. Pertambahan kekuatan otot-otot ini
adalah karena faktor keturunan dan latihan (olahraga). Karena perbedaan jumlah sel-sel otot,
maka umumnya anak laki-laki lebih kuat daripada perempuan.
Menurut Santrock dikutip oleh Desmita (2009:80) sejak usia 6 tahun, koordinasi
antara mata dan tangan (visio-motorik) yang dibutuhkan untuk membidik, menyepak,
melempar dan menangkap juga berkembang. Pada usia 7 tahun, tangan anak semakin kuat
dan ia lebih menyukai pensil daripada krayon untuk melukis. Dari usia 8 hingga 10 tahun,
tangan dapat digunakan secara bebas, mudah dan tepat. Koordinasi motorik halus
berkembang, di mana anak sudah dapat menulis dengan baik. Ukuran huruf menjadi lebih
kecil dan lebih rata.
Menurut Desmita (2009:75) pada akhir usia sekolah, anak segera memasuki masa
yang disebut dengan “pubertas” (berasal dari bahasa Latin “pubescere”, artinya mendapat
rambut kemaluan), yakni masa awal terjadinya permatangan seksual. Dalam rangkaian proses
perkembangan seseorang, masa pubertas tidak mempunyai tempat yang jelas. Sulit
membedakan antara masa puber dengan masa remaja karena masa puber adalah bagian dari
masa remaja dan pubertas sering dijadikan sebagai pertanda awal seseorang memasuki masa
remaja. Ketika seorang anak mengalami pubertas, berarti dia anggap sudah memasuki masa
remaja, yakni masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Menurut Desmita (2009:75) waktu datangnya masa pubertas tidak dapat diketahui
secara pasti. Ada anak-anak yang memulai masa pubertasnya pada usia yang lebih awal dan
ada pula yang lebih belakangan. Biasanya, anak perempuan mulai memasuki masa pubertas
lebih awal 2 tahun dibandingkan dengan anak laki-laki. Menurut sejumlah ahli
perkembangan, pada anak-anak perempuan pubertas terjadi sekitar usia 10 tahun, sedangkan
anak laki-laki terjadi pada usia sekitar 12 tahun.
9
Menurut Sunarto (1995:79) urutan perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada perempuan
dan laki-laki adalah sebagai berikut:
2) Pertumbuahan payudara.
6) Menstruasi.
1) Pertumbuhan tulang-tulang.
2) Testis membesar.
5) Mimpi basah.
10
11) Rambut-rambut di wajah bertambah tebal dan gelap.
Adapun perubahan-perubahan fisik yang penting dan yang terjadi pada masa remaja:
1. Perubahan Fisik
Menurut Seifert dan Hoffnung yang dikutip oleh Desmita (2009:74) percepatan
pertumbuhan yang terjadi selama masa puber ini hanya berlangsung sekitar 2 tahun, dan
segera setelah masa tersebut berakhir maka anak tersebut mencapai kematangan seksual.
Karena anak perempuan mengalami percepatan pertumbuhan fisik lebih awal 2 tahun
dibandingkan dengan anak laki-laki, maka anak perempuan pada usia sekitar 10 atau 11 tahun
lebih tinnggi dan lebih kuat dibandingkan anak laki-laki pada usia yang sama. Tinggi rata-rata
anak perempuan pada saat ia memulai percepatan pertumbuhan adalah 54 atau 55 inci (137,7
cm atau 139,7cm), sedangkan tinggi rata-rata anak laki-laki adalah sekitar 59 atau 60 inci
(149,9cm atau 152,4cm).
2. Proporsi Tubuh
3. Kematangan Seksual
11
seks primer pada laki-laki ini sangat dipengaruhi oleh hormon, terutama hormon perangsang
yang diproduksi oleh kelenjar bawah otak (pituitary gland). Hormon perangsang laki-laki ini
merangsang testis, sehingga testis menghasilkan hormon testosteron dan androgen serta
spermatozoa. Sperma yang dihasilkan dalam testis selama masa remaja ini, memungkinkan
untuk mengalami penyemburan air mani mereka yang pertama atau dikenal dengan istilah
“mimpi basah”.
Menurut Sarwono dikutip oleh Desmita (2009:78) pada anak perempuan, perubahan
ciri-ciri seks primer ditandai dengan munculnya periode menstruasi, yang disebut dengan
menarche, yaitu menstruasi yang pertama kali dialami oleh seorang gadis. Terjadinya
menstruasi pertama ini memberi petunjuk bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan
telah matang, sehingga memungkinkan mereka untuk mengandung dan melahirkan anak.
Munculnya menstruasi pada perempuan ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan indung
telur (ovarium). Ovarium terletak dalam rongga perut wanita bagian bawah, di dekat uterus,
yang berfungsi memproduksi sel-sel telur (ovum) dan hormon-hormon estrogen dan
progesteron. Hormon progesteron bertugas unntuk mematangkan dan mempersiapkan sel
telur sehingga siap dibuahi. Sedangkan hormon estrogen adalah hormon yang mempengaruhi
pertumbuhan sifat-sifat kewanitaan pada tubuh seseorang (pembesaran payudara dan pinggul,
suara halus, dll). Hormon ini juga mengatur siklus haid.
12
4. Perkembangan Motorik
Menurut Santrock dikutip oleh Desmita (2009:80) pada usia 10 hingga 12 tahun,
anak-anak mulai memperlihatkan keterampilan-keterampilan manipulatif menyerupai
kemampuan-kemampuan orang dewasa. Mereka mulai memperlihatkan gerakan-gerakan
yang kompleks, rumit, dan cepat, yang diperlukan untuk menghasilkan karya kerajinan yang
bermutu bagus atau memainkan instrumen musik tertentu.
Menurut Desmita (2009:82) perkembangan motorik halus anak semakin baik, ia mulai
dapat menulis sederet kata-kata dengan rapi, tidak naik turun sebagaimana pada masa-masa
sebelumnya. Keterampilan menggambarnya juga semakin meningkat, sehingga bentuk hasil
gambarnya pun semakin jelas. Untuk mewarnai gambarnya, anak-anak usia 10-14 tahun tidak
lagi menggunakan krayon, tetapi lebih senang menggunakan pensil warna.
Pertumbuhan proporsi tubuh pada masa remaja tidak selalu sesuai dengan harapan
remaja. Anak laki-laki dan anak perempuan cenderung menjadi lebih gemuk pada masa
13
remaja (Hurlock, 1980: 188). Remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau
lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha.
Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang
berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, merokok, dan perilaku makan
yang berlebihan atau diet yang berlebihan. Lebih lanjut, ketidakpuasan akan bentuk tubuh
sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia.
Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis.
Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun penggunaan
obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada remaja penyebab terbesar
adalah karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi dan bereksplorasi. Perubahan
hormonal selama masa remaja membuat dorongan seksual meningkat, sehingga remaja
mungkin sulit mengendalikan diri (Hasan, 2006: 112). Hal ini juga menjadi sulit ketika
remaja tidak percaya diri dengan penampilannya.
a. Menyediakan sarana dan prasarana. Faktor sarana dan prasarana ini jangan sampai
menimbulkan gangguan kesehatan pada anak. Misalnya ruangan kelas, tempat duduk
dan meja, dan sebagainya.
b. Waktu istirahat. Untuk menghilangkan rasa lelah dan mengumpulkan tenaga baru,
istirahat yang cukup sangat diperlukan.
c. Diadakannya jam olah raga bagi siswa. Pelajaran olah raga sangat penting bagi
pertumbuhan fisik anak karena dengan olah raga yang dijadwalkan secara teratur oleh
sekolah berarti pertumbuhan fisik anak akan memperoleh stimulasi secara teratur
pula.
d. Menyediakan kegiatan ekstrakulikuler yang berupa seni dan olahraga agar anak dapat
meningkatkan keterampilan motoriknya sehingga dapat berfungsi dengan maksimal.
14
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Ketiga , anak-anak dengan daya tahan fisik yang rendah mungkin mengalami
kesulitan dalam konsentrasi dan berpartisipasi dalam kegiatan yang membutuhkan ketahanan
fisik, seperti olahraga atau kegiatan luar ruangan. Implikasinya adalah penting bagi pendidik
untuk mengenali kebutuhan fisik siswa dan mengatur jadwal pembelajaran dengan
memperhatikan waktu istirahat yang cukup.
Keempat, kondisi kesehatan fisik, termasuk asupan makanan dan pola tidur, dapat
memengaruhi tingkat energi dan fokus siswa dalam proses pembelajaran. Implikasinya
adalah penting bagi pendidik untuk mempromosikan pola makan sehat, istirahat yang cukup,
dan aktivitas fisik yang tepat guna meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan siswa.
15
Terakhir , selama masa remaja, perubahan fisik yang terkait dengan perkembangan
seksual dapat memengaruhi perhatian dan konsentrasi siswa dalam pembelajaran.
Implikasinya adalah pendidik perlu memahami kebutuhan khusus yang mungkin muncul
selama periode ini dan menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif bagi siswa untuk
mengatasi perubahan tersebut.
4.2 Saran
2. Mengintegrasikan gerakan dan aktivitas fisik: Gerakan dan aktivitas fisik dapat
meningkatkan keterlibatan dan pemahaman siswa. Pendidik dapat mengintegrasikan
gerakan tubuh saat belajar, memperkenalkan aktivitas fisik sederhana di kelas, atau
mengadakan sesi olahraga singkat untuk meningkatkan energi dan konsentrasi siswa.
16
4. Memahami perbedaan individual: Setiap individu memiliki perkembangan fisik yang
berbeda-beda. Pendidik perlu memahami perbedaan ini dan mengakomodasi
kebutuhan individu dalam pembelajaran. Misalnya, memberikan pilihan dalam
aktivitas fisik yang sesuai dengan kemampuan siswa atau memberikan dukungan
tambahan untuk siswa dengan keterbatasan fisik.
17
Daftar Pustaka
Barnadib Sutari Imam, 1995, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Yogyakarta: Andi Offset
Desmita, 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Firosalia Kristin. 2018. Perkembangan Peserta Didik. Salatiga : Satya Wacana University
Press
Murti, 2018. Perkembangan fisik motorik dan perseptual serta implikasinya pada
pembelajaran di sekolah dasar. Wahana Sekolah Dasar, 26(1), 21-28.
18