TENTANG
OLEH KELOMPOK 7:
DOSEN PENGAMPU:
2023 M/ 1444H
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita persembahkan kehadirat Allah SWT yang maha mendengar lagi
maha melihat atas segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang telah direncanakan. Sholawat dan salam semoga
selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad saw serta keluarga dan sahabat beliau.
Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Dr. Rahmad Hidayat, M.Ag,
M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Lembaga Pendidikan Islam yang telah
memberikan bimbingan terhadap penulisan makalah ini serta mengamanahkan tugas ini
kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikannya. Kemudian juga penulis mengucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah berpartisipasi memberikan bantuan dalam
penulisan makalah ini. Dan penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
sangat jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca agar lebih baiknya makalah ini kedepannya.
Makalah ini membahas tentang pertumbuhan fisik peserta didik dan perkembangan
social, intelektual, dan bahasanya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semuanya dan juga
bagi penulis.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan Fisik
1
M. Pali, Perkembangan Peserta Didik, (Malang: laboratorium teknologi pendidikan universitas malang, 2017),
hlm.17
2
M. Sit, Perkembangan Peserta Didik, (Medan: Perdana Publishing, 2012), hlm. 67
2
kekuatan otot ini terjadi karena faktor keturunan dan latihan. Umumnya anak
laki-laki lebih kuat dari pada anak perempuan karena jumlah perbedaan sel-sel
otot. Pada saat yang sama, gemuk bayi berkurang (Santrock, 1995).
Anak-anak terlihat lebih cepat berlari dan makin pandai meloncat. Anak
juga mampu menjaga keseimbangan badannya dan penguasaan badan, seperti
membungkuk, melakukan bermacam-macam latihan seperti olahraga. Hal
tersebut tidak terlepas karena perkembangan motorik anak yang terus
berkembang seiring dengan bertambahnya berat dan kekuatan badan.
3
10) Terjadi akhir perubahan suarak
11) Rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap
12) Tumbuh bulu didada dan kaki.
3
E. Fatimah , Psikologi Perkembangan:perkembangan peserta didik, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm.73
4
Penurunan kemampuan mengingat pada lansia semakin lama akan
semakin menurun, kecepatan dalam mengingat suatu kejadian sangat
lambat, hal demikian setara dengan penyakit tua yang disebut “Pikun”.
2) Indera Penglihatan (Mata)
Penurunan penglihatan akan semakin dirasakan pada masa lansia bahkan
pada masa sebelum lansia atau masa dewasa tidak sedikit dari seseorang
mengalami rabun jauh ataupun rabun dekat. Pada umumnya dimasa ini
lansia akan menderita presbyopi atau tidak bisa melihat objek dalam jarak
jauh.
3) Indra Pendengaran (Telinga)
Dimasa ini seseorang akan kehilangan kemampuan mendengar suatu
ucapan atau bunyi dengan jelas, karena dimasa ini penurunan pertumbuhan
saraf dan organ basal, penurunan tersebut mengakibatkan matinya rumah
siput yang terletak didalam telinga.
4) Indra Peraba
Berkurangnya kepekaan yang diperoleh oleh kulit pada masa lansia,
karena perubahan yang dialami seorang lansia. Kulit menjadi semakin kasar
dan mengkerut, sehingga seorang lansia sulit membedakan benda yang ia
pegang.
5) Daerah bagian kepala
Perubahan daerah kepala yang terlihat seperti rambut yang mulai
memutih, rambut mulai menipis, pipi yang hilang atau bisa disebut dengan
kempong, gigi mulai tanggal satu persatu, sehingga akan menjadi ompong,
kerutan yang tak bisa disembunyikan pada kulit wajah yang mengalami
kekeringan, dan banyak tumbuh tai lalat pada bagian kepala.
6) Daerah Tubuh
Perubahan pada bahu yang dulunya tegak, akan berubah menjadi
membungkuk, tubuh yang dulunya gagah, akan berubah menjadi lemas dan
tidak bisa membawa beban yang berat, berat badan bertambah, karena
adanya penumpukan lemak pada bagian perutdan paha, perubahan kulit
pada tubuh seorang lansia sama halnya dengan kuliat pada wajah, yang
mengalami kerutan, dan kekeringan pada kulit.
7) Daerah Persendian
Menurunnya fungsi dari anggota gerak ini akan berakibat melemahnya
seorang lansia untuk melakukan banyak aktivitas dan kaki menjadi berat
untuk berjalan. Perubahan lain terjadi pada kuku tangan dan kuku kaki pada
seorang lansia, perubahan dari kedua kuku yang semakin menebal, mengeras
dan mengkapur.
5
8) Perubahan pada kesehatan
Masalah kesehatan yang terjadi pada masa lansia diantaranya mudah
lelah, telinga berdengung, sakit pada otot, pusing-pusing biasa, sakit pada
lambung serta insomnia.
b. Pengaruh gizi
Anak-anak yang memperoleh gizi yang cukup, biasanya akan lebih tinggi
tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai masa remaja dibanding dengan
mereka yang memperoleh gizi buruk.
c. Gangguan emosional
Anak yang sering mengalami gangguan emosional, akan mengalami
terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan, dan ini akan membawa akibat
berkurangnya pembentukan hormon, pertumbuhan di kelenjar pituitari. Bila
terjadi hal demikian, pertumbuhan awal remajanya akan terhambat dan tidak
tercapai berat tubuh yang seharusnya.
d. Jenis kelamin
Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak
perempuan, kecuali pada usia antara 12 dan 15 tahun. Anak perempuan
biasanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat daripada anak laki-laki.
Terjadinya perbedaan berat dan tinggi tubuh ini karena bentuk tulang dan otot
pada anak laki-laki memang berbeda dari anak perempuan.
e. Status Sosial Ekonomi
Anak-anak yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah,
cenderung lebih kecil dari pada anak yang berasal dari keluarga yang status sosial
ekonominya tinggi. Keluarga yang kaya akan dapat memenuhi kebutuhan primer
anak-anaknya. Sebaliknya, keluarga miskin tidak akan dapat memenuhi 9
kebutuhan primernya secara memadai.
6
f. Kesehatan
Anak-anak yang sehat dan jarang sakit biasanya akan memiliki tubuh yang
lebih berat dari pada anak yang sering sakit-sakitan. Kurangnya perawatan
kesehatan akan menyebabkan anak mudah terserang penyakit. Cara makan yang
salah dalam arti makan tanpa aturan atau tanpa memperhatikan keseimbangan
gizi dan vitamin juga dapat menyebabkan tubuh menjadi mudah sakit.
g. Pengaruh Bentuk Tubuh
Bentuk tubuh mesamorf, ektamorf, atau endomorph akan memengaruhi
besar kecilnya tubuh anak. Misalnya, anak yang bentuk tubuhnya mesomorph
akan lebih besar dari pada yang endomorf atau ektamorf, karena memang
mereka lebih gemuk dan berat. Perubahan-perubahan fisik itu menyebabkan
kecanggungan bagi para remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya.
Pertumbuhan badan yang mencolok misalnya, atau pembesaran
payudara yang terlalu cepat akan membuat remaja merasa malu atau kurang
percaya diri. Demikian pula dalam menghadapi haid dan “mimpi” yang pertama,
anak-anak remaja itu perlu mengadakan penyesuaian tingkah laku dan dukungan
dari pihak orang tua. Karena sedang terjadi perubahan beberapa kelenjar
pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam bentuk dan
ukuran tubuhnya, anak-anak remaja ini secara fisik sering merasa sangat tidak
nyaman, sering mengeluh, gelisah, nafsu makan berkurang, mengalami
gangguan pencernaan, sakit kepala, sakit punggung, dan sebagainya karena
tubuhnya bertambah besar dan panjang. Gangguan ini lebih banyak
menghinggapi anak perempuan dari pada anak laki-laki.
7
f. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup
memenuhi semuanya.
g. Senang bereksperimentasi.
h. Senang bereksplorasi.
i. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
j. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan
berkelompok.
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika
mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya
(remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan
ketidakpuasan/keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang
biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering
membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka.
Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. (Sit,
2012:76) 4
B. Perkembangan Sosial
4
M. Sit, Perkembangan Peserta Didik, (Medan: Perdana Publishing, 2012), hlm. 76
8
dari keluarga hingga ke lingkungan masyarakat yang lebih luas seperti lingkungan
budaya dan bangsa. 5
d. Menggoda (Teasing)
5
Sarwono, Berkenalan Dengan Aliran dan Tokoh Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 2002), hlm. 156
9
Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda
merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata
ejekan atau cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
e. Persaingan (Rivaly)
Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang
lain. Sikap ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan prestice dan
pada usia enam tahun semangat bersaing ini akan semakin baik.
f. Kerja sama (Cooperation)
Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Sikap ini mulai nampak
pada usia tiga tahun atau awal empat tahun, pada usia enam hingga tujuh tahun
sikap ini semakin berkembang dengan baik.
g. Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior)
Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau
bersikap memerintah dan mengambil alih kontrol orang lain. Wujud dari sikap ini
adalah memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya.
h. Mementingkan diri sendiri (selffishness)
Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi keinginannya sendiri dan
melakukan tindakan apapun untuk mencapai keinginannya. Sikap mementingkan
diri sendiri biasanya tidak akan mendengarkan apa yang dikatakan orang lain dan
hanya mempedulikan dengan apa yang ia yakini.
i. Simpati (Sympaty)
Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh
perhatian terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.
10
Faktor utama yang dimana perkembangan sosial suatu individu
ditentukan oleh lingkungan hidup seseorang yang akan mempengaruhi emosi
dan perilaku seseorang. Ada berberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi
perkembangansosial seseorang yaitu keluarga, pendidikan dan masyarakat.
c. Faktor Umum
Merupakan faktor campuran antara faktor lingkungan dan faktor
hereditas. Faktor umum juga tergolong dari kedua faktor di atas.
C. Perkembangan Intelektual/kecerdasan
1. Pengertian intelektual
Intelek berasal dari kata bahasa Latin intelligere yang artinya memahami.
Intelligere berasal dari kata inter yang artinya di antara dan legere yang artinya
mengumpulkan, memilih, mencerap, dan membaca. Terdapat beberapa pengertian
mengenai intelek yang dapat dipahami dalam 3 artian. Pertama, intelek sebagai
kemampuan kognitif. Kemampuan mengetahui dan dilawankan dengan kemampuan
menghendaki serta kemampuan merasa. Kedua, intelek adalah fungsi rasio yang
menjadikan ide, konsep, abstraksi menjadi kemungkinan yang realistis. Ketiga,
intelek adalah kemampuan untuk mengetahui, mengerti secara konseptual, dan
menghubungkan apa yang diketahui atau dimengerti.
Intelektual atau intelek (Intellect) adalah istilah umum yang digunakan untuk
menjelaskan sifat pikiran manusia yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti
kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak,
memahami gagasan, menggunakan bahasa, daya tangkap, dan belajar. Kecerdasan
erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu.
11
Intelektual merupakan kemampuan yang dibawa individu sejak lahir. Intelektual
akan berkembang bila lingkungan memungkinkan dan kesempatan tersedia. Intelek
dapat pula dikatakan sebagai kecerdasan individu yang dapat memicu proses
berpikir seseorang, daya menghubungkan, kemampuan menilai, dan kemampuan
mempertimbangkan. 7
12
dari lingkungannya. Dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya, temasuk
juga dengan orang tuanya, anak mengembangkan kemampuannya untuk
mempersepsi, melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakan dan
secara perlahan-lahan belajar mengoordinasikan tindakan-tindakannya.
b. Periode Praoperasional (1-7 tahun)
Pada tahap ini, anak tidak selalu ditentukan oleh pengamatan indrawi
saja, tetapi juga pada intuisi. Anak mampu menyimpan kata-kata serta serta
menggunakanya, terutama yang berhubungan erat dengan kebutuhan mereka.
Pada masa ini anak siap untuk belajar bahasa, membaca dan menyanyi. Ketika
kita menggunakan bahasa yang benar untuk berbicara kepada anak akibatnya
sangat baik pada perkembangan bahasa mereka. Cara belajar yang memegang
peran pada tahap ini adalah intuisi. Intuisi membebaskan mereka dari berbicara
semaunya tanpa menghiraukan pengalaman konkret dan paksaan dari luar.
Sering kali kita lihat anak berbicara sendiri pada benda-benda yang ada di
sekitarnya, misalnya pohon, anjing, kucing dan sebagainya, yang menurut
mereka benda-benda tersebut mendengar dan berbicara. Peristiwa semacam ini
baik untuk melatih diri anak menggunakan kekayaan bahasanya. Piaget
menyebut tahap ini sebagai collective monologue, pembicaraan yang egosentris
dan sedikit hubungan dengan orang lain
c. Periode Operasional Konkret (7-12 tahun)
Sifat-sifat anak dapat berpikir konkret karena daya otak terbatas pada
objek melalui pengamatan langsung, dapat mengembangkan operasi mental
seperti menambah dan mengurang, mulai mengembangkan struktur kognitif
berupa ide atau konsep, melakukan operasi logika dengan pola berpikir masih
konkret. Perubahan yang terlihat pada anak: tidak egosentri lagi, berpikir
tentang objek yang berhubungn dengan berat, warna, dan susunan, melakukan
aktivitas yang berhubungan dengan objek, membuat keputusan logis.
d. Periode Operasional Formal (12 tahun ke atas)
Pada tahap ini, interaksi dengan lingkungan sudah amat luas, menjangkau
banyak teman sebayanya dan bahkan berusaha untuk dapat berinteraksi dengan
orang dewasa. Kondisi seperti ini tidak jarang menimbulkan masalah dalam
interaksinya dengan orang tua. Namun, sebenarnya secara diam-diam mereka
juga masih mengarapkan perlindungan dari orang tua karena belum sepenuhnya
memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Jadi, pada tahap ini ada semacam tarik-
menarik antara ingin bebas dengan ingin dilindungi.
Karena pada tahap ini anak sudah mulai mampu mengembangkan pikiran
formalnya, mereka juga mulai mampu mencapai logika dan rasio serta dapat
menggunakan abstraksi. Arti simbolik dan kiasan dapat mereka mengerti.
13
Melibatkan mereka dalam suatu kegiatan akan lebih memberi akibat yang positif
bagi perkembangan kognitifnya. Misalnya, menulis puisi, lomba karya ilmiah,
lomba menulis cerpen dan sejenisnya.
3. Hubungan intelektual dengan tingkah laku
Inteligensi menurut Piaget merupakan pernyataan dari tingkah laku adaptif yang
terarah kepada kontak dengan lingkungan dan kepada penyusunan pemikiran
(Bybee and Sund, 1982). Piaget memposisikan subjek sebagai pihak yang aktif dalam
interaksi adaptif antara organisme atau terjadi hubungan dialektis antara organisme
dan linkungannya. Apa yang dikatakan oleh Piaget ini kenyataannya memang benar,
sebabornisme tidak pernah terpisah dari lingkungannya dan juga tidak semacam
penerima yang pasif. Interaksi antara organisme dengan lingkungannya lebih
bersifat interaksi timbal balik. Hanya dalam bentuk interaksinya juga, setiap
perubahan tingkah laku adalah merupakan hasil dialektis pengaruh timbal balik
antara organisme dan lingkungannya. Karena pandangan yang demikian itu, teori
Piaget tenteng intelegensi atau kognitif disebut juga dengan teori interaksionis
(interactionism theory) (Bybee danSund, 1982).
Piaget memiliki pandangan dasar bahwa setiap organisme memiliki
kecenderungan inheren untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Inteligensi
sebagai bentuk khusus dari penyesuaian organisme baru dapat diketahui berkat dua
proses yang saling mengisi, yaitu yang disebut dengan istilah asimilasi dan
akomodasi. Organisme sebagai sutu sistem dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan karena kemampuan mengakomodasi unsur kognitifnya sedemikian rupa
sehingga objek yang baru itu dapat ditangkap dan dipahami secara memadai.
Asimilasi adalah suatu proses individu memasukkan dan menggabungkan
pengalaman-pengalaman dengan stuktur psikologis yang telah ada pada diri
individu. Struktur psikologis dalam diri individu ini disebut dengan istilah skema yang
berarti kerangka mental individu yang digunakan untuk menafsifkan segala sesuatu
yang dilihat dan didengarnya. Skema mampu menyusun pengamatan-pengamatan
dan tingkah laku sehingga terjadilah suatu rangkaian fisik dan mental untuk dapat
memahami lingkungannya.
Sangat boleh jadi dalam perkembangan selama kurun waktu tertentu berbagai
pengalaman baru tidak sesuai lagi dengan struktur psikologis dalam diri individu dan
tidak dapat diasimilasikan ke dalam skema-skema yang telah ada. Oleh sebab itu,
skema harus diubah, diperluas dan disesuaikan dengan fakta-fakta yang diperoleh
melalui pengalaman-pengalaman baru. Proses penyesuaian skema dengan fakta-
fakta yang diperoleh melalui pengalaman-pengalaman baru ini dikenal dengan istilah
akomodasi. Dengan demikian, proses asimilasi dan akomodasi merupakan dua
proses yang berlawanan. Jika dalam asimilasi proses yang terjadi adalah
14
menyesuaikan pengalaman-pengalaman baru yang diperolehnya dengan struktur
skema yang ada dalam diri individu, sedangkan akomodasi merupakan proses
penyesuain skema dalam diri individu dengan fakta-fakta baru yang diperoleh
melalui pengalaman dari lingkungannya. 8
b. Faktor Gizi
Kuat atau lemahnya fungsi intelektual juga ditentukan oleh gizi yang
memberikan energi/tenaga bagi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik. Kebutuhan akan makanan bernilai gizi tinggi (gizi berimbang)
terutama yang besar pengaruhnya pada perkembangan Intelektual ialah pada
fase prenatal (anak dalam kandungan) hingga usia balita, sedangkan usia diatas
lima tahun pengaruhnya tidak signifikan lagi.
c. Faktor Kematangan
Piaget (seorang psikolog dari Swiss) membuat empat tahapan
kematangan dalam perkembangan intelektual, yaitu :
1) Periode sensori motorik (0 - 1 tahun)
2) Periode pra operasional (1 - 7 tahun)
3) Periode operasional konkrit (7 - 12 tahun)
4) Periode operasional formal (12 tahun)
8
Gunarsa, Psikologi Praktis Anak Remaja, (Jakarta: BPK gunung mulia, 1991), hlm. 102
9
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Karya, 1986), hlm. 67
15
Hal tersebut membuktikan bahwa semakin bertambah usia seseorang,
intelektualnya makin berfungsi dengan sempurna. Ini berarti faktor kematangan
mempengaruhi struktur intelektual, sehingga menimbulkan perubahan-
perubahan kualitatif dari fungsi intelektual. Yaitu kemampuan menganalisis
(memecahkan suatu permasalahan yang rumit) dengan baik.
d. Faktor Pembentukan
Pendidikan dan latihan yang bersifat kognitif dapat memberikan
sumbangan terhadap fungsi intelektual seseorang. Misalnya, orang tua yang
menyediakan fasilitas sarana seperti bahan bacaan majalah anak-anak dan
sarana bermain yang memadai, semua ini dapat membentuk anak menjadi
meningkatkan fungsi dan kualitas pikirannya, pada gilirannya situasi ini akan
meningkatkan perkembangan Intelektual anak dibanding anak seusianya.
e. Kebebasan Psikologis
Kebebasan psikologis perlu dikembangkan pada anak agar intelektualnya
berkembang dengan baik. Anak yang memiliki kebebasan untuk berpendapat,
tanpa disertai perasaan takut atau cemas dapat merangsang berkembangnya
kreativitas dan pola pikir. Mereka bebas memilih cara (metode) tertentu dalam
memecahkan persoalan.
Hal ini mempunyai sumbangan yang berarti dalam perkembangan
intelektual. Mappiare (1982) mengemukakan tiga faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan Intelektual remaja, yaitu:
1) Bertambahnya informasi yang disimpan (dalam otak) seseorang sehingga ia
mampu berfikir selektif.
2) Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga
seseorang dapat berfikir proporsional.
16
D. Perkembangan Bahasa
10
Elin Rusoni, Tahap Pemerolehan Bahasa Anak dan Perkembangan Bahasa Anak, (Tengerang: UT Halliday, 2006),
hlm.24
17
akan tersenyum jika mendengar suara yang ramah atau sebaliknya
mereka akan menangis jika mendengar suara dengan nada marah.
b) Usia 2-5 bulan
Pada usia 2-5 bulan bayi dapat membedakan suara laki-laki dan
perempuan. Anak mulai mendekat dan mengeluarkan bunyi-bunyi vocal
yang bercampur dengan bunyi-bunyi mirip konsonan. Bunyi ini biasanya
muncul sebagai respon terhadap senyum atau ucapan ibunya atau orang
lain.
c) Pada usia 4-6 bulan
Pada usia tersebut anak mulai mengeluarkan bunyi agak utuh
dengan durasi (rentang waktu) yang lama. Bunyi mirip konsonan atau
mirip vokalnya lebih bervariasi. Konsonan nasal/m/n sudah mulai muncul.
2) Tahap Meraba Kedua
Usia 6-12 bulan, pada tahap ini anak mulai memperhatikan intonasi dan
ritme dalam ucapan. Pada tahap ini anak dapat berkomunikasi dan
berceloteh. Celotehannya berupa reduplikasi atau pengulangan konsonan
dan vocal yang sama, seperti/ba ba ba/,ma ma ma/, dad a da/. Vokal yang
muncul adalah dasar /a/ dengan konsonan hambat labial /p, b/ nasal /m, n,
g/, danalveolar /t, d/. Selanjutnya celotehan reduplikasi ini berubah lebuh
bervariasi. Vokalnya sudah mulai menuju vokal /u/ dan /i/, dan konsonan
frikatif pun, seperti /s/ sudah mulai muncul.
b. Tahap Linguistik
Tahap linguistik adalah tahap perkembangan bahasa anak usia 1-5 tahun.
Padatahapan ini anak mulai bisa mengucapkan bahasa seperti bahasa orang
dewasa. Tahap linguistik terbagi lagi ke dalam 4 tahapan, yakni :
1) Tahapan Holofrasis (tahap satu kata)
Pada tahap ini anak sudah mulai mengucapkan suatu kata. Pada periode
ini disebut holofrase, karena anak-anak menyatakan makna keseluruhan
frase atau kalimat dalam suatu kata yang diucapkannya itu.
2) Ucapan Dua Kata
Berlangsung sewaktu anak berusia 1,5-2 tahun. Tahap ini memasuki
tahap pertama kali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat.
Komunikasi yang ingin ia sampaikan adalah bertanya dan meminta. Pada
masa ini, kosakata dan gramatika anak berkembang dengan cepat.
Tuturannya mulai bersifat telegrafik. Artinya apa yang dituturkan anak
hanyalah kata-kata yang penting saja, seperti kata benda, kata sifat, dan kata
kerja.
3) Pengembangan Tata Bahasa
18
Perkembangan anak pada tahap ini makin luar biasa. Perkembangan ini
ditandai dengan penggunaan kalimat dengan lebih dari dua kata. Tahap ini
umumnya dialami oleh anak usia sekita 2 sampai 5 tahun.
4) Tata Bahasa Menjelang Dewasa
Tahap perkembangan bahasa anak yang keempat ini biasanya dialami
oleh anak yang sudah berumur antara 5-10 tahun. Pada tahap ini anak-anak
sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa yang rumit dan sudah mampu
menyusun kalimat yang lebih rumit.
19
dimaksud termasuk lingkungan pergaulan dalam kelompok, seperti kelompok
bermain, kelompok kerja, dan kelompok sosial lainnya.
c. Kecerdasan anak
Untuk meniru bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda,
memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan intelektual atau
tingkat berpikir. Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata
yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik dan memahami atau
menangkap maksud suatu pernyataan fisik lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir
atau kecerdasan seseorang anak.
d. Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan
situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan anggota
keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota
keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus
sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak
yang hidup di dalam keluarga terdidik dantidak terdidik. Dengan kata lain
pendidikan keluarga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa
e. Kondisi fisik
Kondisi fisik di sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu
kemampuannya untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ suara
tidak sempurna akan mengganggu perkembangan alam berbahasa.
f. Kedwibahasaan(bilingualism)
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa yang
lebih dari satu bahasa akan lebih bagus dan lebih cepat perkembangan
bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak
terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi.
g. Jumlah anak atau anggota keluarga
Suatu keluarga yang memiliki banyak anak atau banyak anggota keluarga,
perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komuikasi yang bervariasi
dibandingkan dengan keluarga yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada
anggota keluarga lain selain keluarga inti.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
21
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini sangat banyak sekali terdapat kekurangan sumber
dan pembahasannya, maka dari itu penulis menyarankan agar pembaca menggali lebih
dalam lagi tentang perkembangan peserta didik dari sumber-sumber atau referensi
yang lainnya. Dan juga kepada pihak perpustakaan, dikarenakan sangat sulitnya penulis
mendapatkan buku yang terkait dengan pembahasan ini, maka penulis menyarankan
agar menyediakan buku-buku yang berkaitan dengan perkembangan peserta didik.
22
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa. 1991. Psikologi Praktis Anak Remaja. Jakarta: BPK gunung mulia.
Universitas Malang.
Rusoni, Elin. 2006. Tahap Pemerolehan Bahasa Anak dan Perkembangan Bahasa Anak.
Tengerang: UT Halliday.
Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
23