Anda di halaman 1dari 46

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Masalah Pendidikan olahraga telah mengalami perkembangan di masyarakat, karena pemerintah telah mencanangkan untuk memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat agar semua lapisan masyarakat dapat melaksanakan k egiatan olahraga. Karena melalui olahraga akan dapat membentuk manusia seutuhnya. Jadi manusia seutuhnya dapat ditafsirkan sebagai insane yang berkembang jasmani, moral, intelektual dan estetikanya secara keseluruhan, sehingga akan menjadi suatu pribadi yang sehat jasmani dan rohani. Untuk meningkatkan prestasi yang tinggi diperlukan kesegaran jasmani dan rohani. Sehingga dengan prestasi prestasi yang tinggi kita dapat mengangkat martabat bangsa. Oleh karena itu, pendidikan olahraga merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan pendidikan. Konsep ini diberikan setiap jenjang pendidikan dimulai dari TK, SD, SMP dan SMA serta perguruan tinggi. Sebagai mata pelajaran yang menitik beratkan perhatian pada ranah jasmani dan psikomotor, tetapi tidak mengabaikan ranah kognitif dan afektif. Pelajaran pendidikan jasmani adalah mencakup kegiatan pokok terdiri atas : senam, atletik, permainan dan renang. Sedangkan kegiatan Pilihan adalah pencak silat, bulu tangkis, teni s meja, catur dan permainan tradisional, dan lain sebagainya. Atletik dalam sejarah dunia olahraga merupakan induk dari semua olahraga seperti misalnya : jalan, lari, lempar dan lompat. Karena itu atletik sering disebut sebagai Ibu dari olahraga karena didalam cabang-cabang olahraga lainnya terdapat unsur-unsur, seperti jalan, lari, lempar, lompat tersebut, sehingga para atlet dalam pelaksanaan kegiatan olahraga sebelum mulai kegiatan inti terlebih dahulu melakukan gerakan jalan, lari-lari kecil atau lompat. Pada cabang atletik pendidikan jasmani dapat : (1) Meningkatkan aktivitas tubuh, yakni peredaran darah, pencernaan dan pernapasan; (2) Meningkatkan pertumbuhan jasmani seperti bertamahnya tinggi badan dan berat badan; (3) Menanamkan nilai nilai disiplin, kerjasama, sportifitas, dan tenggang rasa; (4) Meningkatkan dan mengembangkan keterampilan dalam melakukan kegiatan olahraga serta memiliki sikap positif terhadap kegiatan jasmani (Depdikbud, 1997:vi). Pada zaman purba gerakan-gerakan atletik pada dasarnya difungsikan sebagai pertahanan dalam kelangsungan hidupnya pada zaman Yunani Kuno cabang olahraga atletik sudah mulai diperlombakan seperti : jalan, lari, lempar dan lompat pada olimpiade yang pertama yang dilakukan di Yunani. Sedangkan pada zaman modern secara perlahan-lahan sudah mulai mengalami perubahanperubahan baik dalam sistemnya, tekniknya maupun bentuk latihan latihannya. Sehingga secara perlahan-lahan mulailah bermunculan top-

top organisasi atletik atau induk organisasi yang bertarap Nasional dan yang bertarap Internasional seperti PASI (Persatuan Aletik Seluruh Indonesia) dan IAAF (International Amateur Atletik Federation) sehingga sampai sekarang keberadaan induk-induk organisasi seperi tadi, sangat berperan dalam pelestarian dan penyelenggaraan diset iap perlombaan cabang atletik baik Nasional maupun Internasional seperti PON, Sea Games, Asia Games dan Olympiade. Dalam upaya untuk mencari dan meningkatkan atlet -atlet yang berbakat dan berprestasi yang maksimal khususnya dicabang atletik nomor tolak peluru diperlukan pelatihan and Penerapan metode pengajaran serta pembelajaran siswa yang optimal demi peningkatkan prestasi siswa secara maksimal. Sesuai yang dicanangkan oleh Ketua Umum KONI pusat bahwa atletik sebagai cabang olahraga tertua harus terus terbina, ditingkatkan prestasinya demi keharuman nama Nusa dan Bangsa Indonesia. Terkait dengan hal itu dalam GBHN 1996 ditegaskan bahwa tujuan olahraga untuk membentuk warga Negara Indonesia yang sehat jasmani dan rohani, jujur, trampil, berdedikasi tinggi, serta bertanggung jawab, cinta tanah air, memiliki tenggang rasa disiplin serta beriman. Olahraga sangat diperlukan dan merupakan suatu keharusan untuk menciptakan badan yang sehat, baik jasmani dan rohaninya, tentu mereka akan berperan aktif di dalam set iap aspek kehidupan baik dari segi politik, ekonomi, social, budaya, pertahanan dan keamanan. Siswa sebagai bagian dari pada warga Negara Indonesia yang menjadi objek dalam penelitian ini diupayakan dapat meningkatkan prestasinya dalam salah satu cabang at letik. Pelatihan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sistematis, terprogram dan terus menerus dengan pembebanan yang meningkat secara bertahap sehingga menyebabkan perubahan yang mengarah pada perbaikan prestasi. Maka disini perlu partisi pasi aktip dari atlet yang akan menerapkan program tersebut. Jad maju mundurnya prestasi tergantung dengan kesadaran atlet itu sendiri dan harus tertanam tekad yang kuat. Tanpa pelatihan berat tidak mungkin akan tercapai prestasi puncak atau maksimal (Ngurah Nala : 1992). Dalam teori pelatihan, setiap gerakan yang khusus tertuju pada suatu prestasi cabang olahraga tertentu, berorientasi pada komponen biomotorik kegugaran fisik. Demikian halnya, dalam gerakan pelatihan tolak peluru mencangkup komponen biomotorik, seperti : daya tahan, kecepatan, Ketepatan, kelincahan daya ledak, kekuatan, keseimbangan, koordinasi, kecepatan Reaksi, dan kelentukan. Diantara sepuluh komponen biomotorik yang paling berpengaruh dalam pelatihan tolak perlu adalah daya ledak o tot lengan dan kelentukan. Yang dimaksud dengan daya ledak adalah kemampuan otot untuk mempergunakan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat (Harsono, 1996:200). Hal tersebut ditegaskan pula bahwa daya ledak ini sangat diperlukan pada cabang-cabang olahraga yang memerlukan tenaga (power), seperti : tolak peluru. Gerakan ini dilakukan secara tiba -tiba dengan kekuatan penuh dan cepat. Demikian pula, kelentukan

merupakan kemampuan seseorang untuk beraktivitas dengan gerak yang luas dalam ruang sendi tanpa mengalami cedera pada persendian dan alat-alat di sekitar persendiannya. Kelentukan penting sekali dalam hampir setiap cabang olahraga, terutama olahraga yang selalu menuntut gerakan sendi, seperti pada tolak peluru. (Karna, 1997:12). Hal-hal yang menyebabkan kurangnya kemampuan daya ledak otot lengan dimungkinkan karena tidak adanya kekuatan otot -otot yang dimiliki oleh setiap atlet sehingga gerakan -gerakan tersebut yang dilakukan kurang efektif, kurang efisien dan kurang akurat. Dengan kenyataan ini maka kemampuan tolakan akan menjadi lebih baik dan akurat Apabila adanya kekuatan-kekuatan dan daya ledak otot yang baik. Untuk meningkatkan daya ledak otot lengan yang kuat, pelatihan dengan beban yang cukup dapat meningkatkan tolakan secara akurat. Mengembangkan kekuatan otot merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan prestasi, karena kekuatan otot adalah sumber dari perubahan keadaan. Besarnya kekuatan penampang otot, maka makin besar pula kekuatannya. Otot yang meningkat kekuatannya, maka makin meningkat pula batas kemampuannya (Iman Hidayat, 1998:38). Kekuatan otot untuk dapat dilatih dengan melakukan pembebanan maksimal. Kemampuan otot ini umumnya adalah o tot lengan, tangan, dada, pinggul, perut dan tungkai. Kekuatan otot tungkai yang sangat berat tugasnya yaitu menyangga badan baik pada waktu jalan, lari, melompat dan lain sebagainya. Kemudian otot punggung berfungsi sebagai penahan agar tubuh tetap tegak, sementara lengan dan tungkai berfungsi untuk memukul dan menyepak. Untuk memenuhi hal-hal tersebut, maka perlu diadakan pelatihan secara mengkhusus agar langsung mengarah pada prestasi yang diinginkan. Pelatihan yang dapat diberikan sebagai salah satu cara peningkatan daya ledak o tot adalah dengan pelatihan mendorong beban keatas dengan posisi berdiri yang disesuaikan dengan perkembangan jasmani siswa. Berdasarkan pengamatan secara langsung di lapangan menunjukkan bahwa siswa-siswa SMA Negeri 3 Amlapura belum pernah meraih juara khususnya pada even tolak peluru, baik di Kecamatan maupun di Kabupaten pada saat PORSENIJAR. Hal ini disebabkan mungkin karena kurangnya pembebanan dalam pelatihan. Oleh karena itu masalah pembebanan dalam pelatihan. Oleh karena itu masalah pembebanan merupakan masalah yang sangat penting dan harus ditangani oleh para guru, Pembina dan pelatih. Bertitik tolak dari uraian diatas maka peneliti mengadakan penelitian yang berjudul : Pelatihan Mendorong Beban Ke Atas Dengan Posisi Berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dibuat Rumusan masalahnya sebagai berikut :

Apakah ada pengaruh dan perbedaan pengaruh Pelatihan Mendorong Beban Ke Atas Dengan Posisi Berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010. 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Setiap penelitian akan berhasil Apabila mempunyai tujuan yang jelas, Sehubungan dengan hal tersebut diatas tujuan penelitian pada umumnya adalah untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan. Berdasarkan latar belakang dan Rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : untuk mengetahui pengaruh dan perbedaan pengaruh Pelatihan Mendorong Beban Ke Atas Dengan Posisi Berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010. 1.3.2 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian yang diharapkan dan ditujukan kepada guru olahraga dan Pembina atau pelatih, b ila penelitian ini mempunyai pengaruh maka penelitian ini berguna sebagai berikut : 1.3.2.1 Kegunaan Teoritis 1.3.2.1.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan Sumbangan terhadap ilmu pengetahuan dan pendidikan olahraga, khususnya dalam tolak peluru. 1.3.2.1.2 Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi kepada pelatih, Pembina, guru olahraga dan atlet untuk dapat digunakan sebagai landasan dalam meningkatkan prestasi. 1.3.2.1.3 Merangsang peneliti lain untuk meneliti lebih mendalam terhadap hal-hal yang belum tergambar dalam penelitian ini. 1.3.2.2 Kegunaan Praktis 1.3.2.2.1 Dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai dalam membina atlet yang menekuni cabang olahraga yang mempergunakan kekuatan untuk mencapai prestasi yang optimal. 1.3.2.2.2 Untuk melengkapi kebutuhan perpustakan di IKIP PGRI Bali yang nantinya dapat

dipakai sebagai literature bagi mahasiswa yang berkepentingan. 1.4 Ruang Lingkup Masalah Mengingat demikian luasnya masalah tersebut diatas dan karena terbatasnya fasilitas-fasilitas seperti biaya, tenaga, waktu dan kemampuan penulis maka ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada hal-hal sebagai berikut : 1.4.1 Objek penelitian Objek penelitian adalah berkisar pada Pelatihan Mendorong Beban Ke Atas Dengan Posisi Berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set dan jauhnya tolakan pada tolak peluru. 1.4.2 Subjek Penelitian Adapun subjek penelitian yang digunakan sebagai populasi dalam penelitian ini berkaitan erat dengan objek penelitian adalah siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 108 orang. Data Penelitian Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah hasil tes awal dan tes akhir tolak peluru, yang diukur adalah jauhnya tolakan dengan menggunakan meteran dengan satuan centimeter.

1.4.3

1.5

Hipotesis Istilah hipotesis diartikan Dugaan sementara seorang peneliti sebelum penelitian dilakukan dilapangan. Dugaan itu mungkin benar atau mungkin juga salah. Hal ini akan ditolak jika salah atau palsu dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkan. Penolakan dan penerimaan hipotesis sangat tergantung kepada hasil penelitian terhadap fakta-fakta yang terkumpul (Sutrisno Hadi, 1990 : 63). Jadi yang dimaksud dengan hipotesis adalah suatu pernyataan yang belum sepenuhnya diakui kebenarannya. Lebih lanjut dikatakan bahwa hipotesis dapat dibagi menjadi dua yaitu : 1.5.1 Hipotesis nol (Ho) : Adalah selalu menyatakan bahwa tidak ada pengaruh atau dinyatakan dengan kalimat negatif. 1.5.2 Hipotesis Alternatif (Ha) : Adalah selalu menyatakan ada hubungan atau pertalian antara dua variabel dan biasanya dinyatakan dalam kalimat positif. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternative yang bunyinya :bahwa ada pengaruh dan perbedaan pengaruh Pelatihan Mendorong Beban Ke Atas Dengan Posisi Berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010.

1.6

Pengertian Beberapa Istilah Untuk menghindari adanya salah pada penafsiran pada istilah istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini. Maka, dalam penjelasan istilah akan diuraikan istilah yang dipergunakan dalam judul penelitian ini sehingga memperoleh pengertian yang jelas serta tidak memunculkan salah tafsir tentang istilah-istilah yang digunakan. Istilah-istilah tersebut akan diuraikan secara singkat satu -persatu yaitu sebagai berikut : 1.6.1 Pelatihan Pelatihan adalah suatu proses yang sistematik, dilakukan secara berulang-ulang dengan beban semakin bertambah serta membiasakan seorang atlet pada tingkat tertinggi penampilanya (Kanca, 1992 : 4). Pelatihan adalah adanya pengulangan gerakan yang dilakukan secara teratur dan berencana dengan takaran tertentu sehingga menyebabkan terjadinya suatu perubahan, baik itu perubahan fisik maupun sikap (Sajoto, 1990:74). Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapatlah disimpulkan yang dimaksud dengan pelatihan adalah sejumlah rangsangan yang dilakukan secara sistematis, berulang-ulang dengan peningkatan serta penambahan beban pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi pelatihan dalam penelitian ini adalah Pelatihan Mendorong Beban Ke Atas Dengan Posisi Berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010. 1.6.2 Mendorong beban Mendorong berarti (1) menolak dari bagian belakang atau bagian depan; Menyorong; (2) Menganjur (ke depan) bergerak kemuka kuat-kuat (3) mendesak atau memaksa supaya berbuat sesuatu. (Poerwadarminta, 1990:242) jadi, dapat dinyatakan bahwa Mendorong dalam hubungannya dengan penelitian ini, adalah menyorong (menganjut) sesuatu ke atas kuat-kuat atau menekan sesuatu ke atas dengan kuat. Sedangkan beban adalah barang (yang berat) yang dibawa (dipikul, dijunjung, diangkat, dan lain sebagainya); muatan (yang ditaruhkan di punggung kuda) (Poerwadarminta, 1990:336). Jadi pengertian Mendorong beban adalah menyorong (menekan) kuat-kuat beban keatas. Dalam penelitian ini beban yang didorong adalah beban berupa barbel seberat 5 kg. 1.6.3 Tolak Peluru Tolak peluru adalah suatu gerak melontarkan peluru dengan kecepatan maksimal dengan hasil sejauh -jauhnya (Nanang Sudrajat, 1996:96). Untuk mencapai tolakan yang sejauh-jauhnya dalam tolakan yang benar, terlebih dahulu

seorang penolak peluru harus memahami unsur -unsur pokok (dasar) dalam tolak peluru. Unsur-unsur pokok tersebut meliputi: sikap awal, awalan, tolakan dan lepasnya peluru, keseimbangan tubuh. Ada 3 macam gaya tolak peluru, yaitu gaya menyamping, gaya membelakangi, dan gaya berputar. Dalam penelitian ini dipergunakan gaya menyamping (samping).

1.6.4

Repetisi dan Set Repetisi adalah ulangan dari pada pelatihan (Soekarman, 1997:33) sedangkan set adalah satu rangkaian dari repetisi (Nala, 1997:12). Dalam penelitian ini repetisi dan set yang dipergunakan untuk membentuk daya ledak otot lengan, kekuatan, kelentukan, daya tahan, keseimbangan dan koordinasi sehingga berpengaruh pada jauhnya tolakan pada tolak peluru adalah sebanyak 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set.

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Setiap kali hasil pelatihan kalau tidak dipelihara akan kembali pada keadaan semula. Oleh karena itu seseorang yang ingin berprestasi harus berlatih secara terus menerus untuk memelihara kondisinya. (Soekarman, 1997:60). 2.1.1 Pelatihan Yang dimaksud pelatihan adalah pengulangan suatu yang dilakukan secara teratur dan berencana, sehingga menyebabkan terjadinya suatu perubahan fisik maupun perubahan yang lain (Nala, 2002:26). Pelatihan adalah suatu proses yang sistematis dari melatih yang dilakukan secara berulang-ulang dengan peningkatan pembebanan secara bertahap (Harsono, 1997:3). Pelatihan adalah adanya pengulangan gerakan yang dilakukan secara teratur dan berencana dengan takaran tertentu sehingga menyebabkan terjadinya suatu perubahan, baik itu perubahan fisik maupun sikap (Sajoto, 1990:74). Pelatihan adalah rangsangan yang dilakukan dengan teratur untuk meningkatkan kemampuan pelajaran untuk membiasakan atau memperoleh suatu kecakapan, misalnya gerak badan (Poewadarminta, 1990:570). Pelatihan merupakan suatu gerakan fisik atau aktivitas mental yang dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang dalam jangka waktu durasi lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan individual yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi biologis tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai penampilan yang optimal (Nala, 2002:1). Pelatihan adalah usaha untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya, syarat adalah dimana organ-organ tubuh dikembangkan melalui pelatihan (Manuaba, 1997:2). Pelatihan secara umum diarahkan kepada rangsangan gerak untuk prestasi tertentu, sebab geraklah yang dari semua rangsangan itu membentuk organ yang paling baik. Seseorang yang kekuatan ototnya sudah meningkat dan berkembang disebabkan karena adanya pelatihan-pelatihan yang dilakukan secara kontinyu, berkelanjut dan terus menerus. Dengan kata lain, pelatihan dapat didefinisikan sebagai upaya sadar yang direncanakan secara teratur, sistematis dan peningkatan yang berdasa rkan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, kecakapan dan kemampuan biomotorik bawaan sehingga memiliki daya adaptasi yang maksimal, baik fisik, psikologis, teknis dan praktis guna melahirkan kinerja atau tampilan yang optimal dalam menghadapi tantangan dan kompetisi dengan penuh konsentrasi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa pelatihan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus secara bertahap menyebabkan terjadinya perubahan sesuai dengan prosedur latihan, yaitu adanya pemanasan, gerakan inti, dan termasuk peregangan. Jadi Sehubungan dengan penelitian ini maka pelatihan yang dimaksud adalah Pelatihan Mendorong Beban Ke Atas Dengan Posisi Berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010. Setiap pelatihan diarahkan pada tujuan-tujuan tertentu. Adapun tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan kondisi fisik secara umum, penyempurnaan tehnik, disiplin, dan koordinasi gerak. Disamping itu tujuan pelatihan diarahkan untuk meningkatkan kepribadian seperti kemampuan yang keras, kepercayaan diri, ketekunan semangat, disiplin dan untuk mencegah cedera dan lain -lain (Bompa, 1990:97). Tujuan utama pelatihan adalah untuk mencapai penyesuaian biologis agar dalam tugas khusus dapat terlaksana secara maksimal.

2.1.2

Komponen Pelatihan Komponenph adalah penting dalam penyusunan program atau takaran pelatihan. Komponen tersebut adalah Frekuensi pelatihan intensitas pelatihan, lamanya pelatihan 9Nala, 1997:27). Dalam usaha untuk meningkatkan gerakan otot -otot tubuh sehingga mencapai kekuatan yang efektif harus memperhatikan beberapa komponen pelatihan tersebut diatas. Berikut ini akan diuraikan komponen-komponen pelatihan sebagai berikut : 2.1.2.1 Frekuensi Latihan Frekuensi atau kekerapan pelatihan per minggu atau sering pula kekerapan melakukan pelatihan adalah gerakan aktivitas yang disebut dengan pengulangan (Repesisi) (Nala, 2002:7). Frekuensi pelatihan adalah beberapa kali seorang melakukan latihan dalam satu minggu (Sajoto, 1998:204). Dalam Frekuensi pelatihan diusahakan agar tidak ada hari istirahat dua hari berturut -turut (Umar, 2004:91). Adapun Frekuensi pelatihan dalam penelitian ini adalah 4 kali dalam seminggu. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa para pelatih pada umumnya setuju untuk menjalankan

10

2.1.3

program pelatihan 4 kali setiap minggu agar tidak terjadi kelelahan yang kronis. (Sadoso, 1996:42). 2.1.2.2 Intensitas Pelatihan Intensitas adalah kesanggupan berat ringannya suatu aktivitas dilakukan yang sering dinyatakan dengan waktu, beban, pengulangan dan denyut jantung (Nala, 2002:12) intensitas adalah suatu dosis latihan yang harus dilakukan atlet Menurut program yang ditentukan (Sajoto, 1994:204) pelatihan olahraga fisik yang dilakukan hendaknya intensitas pelatihan sebesar 65-90% dari denyut nadi maksimal (Sadoso, 2004:64) Pembebanan kerja dilakukan berulang-ulang dapat mempertinggi kemampuan fungsi organ terutama tergantung pada perbandingan antara volume dan intensitas kerja, pelatihan kerja dan interval. Untuk mengukur prestasi tolak peluru ini siswa melakukan tes awal an tes akhir sebelum dan sesudah di laksanakan pelatihan Mendorong beban keatas dengan posisi berdiri seberat 5 Kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set. 2.1.2.3 Lamanya Latihan (Durasi) Durasi adalah waktu lamanya aktivitas itu dilaksanakan dalam setiap pelatihan (Nala, 2002 : 42). Durasi adalah lamanya aktivitas pelatihan (termasuk instirahat) yang harus dilaksanakan dalam satu session, sekali pelatihan atau lamanya berada dalam keadaan. (Nala, 2002:1). Banyak peneliti menyatakan bahwa Frekuensi atau kekerapan pelatihan itu penting, tetapi yang lebih penting adalah intensitas dan lamanya pelatihan. Pelatihan dilakukan selama 6 minggu dengan jadwal seminggu 4 kali yaitu Senin, Rabu, Jumat dan Minggu. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya waktu istirahat lebih dari 2 kali 24 jam (Soekarman, 1997:52). Prinsip-prinsip Pelatihan Berdasarkan teori yang ada dalam melakukan pelatihan untuk mendapatkan hasil yang diharapkan perlu adanya prinsip-prinsip pelatihan yang mestinya diketahui dan dipegang oleh pelatih dalam melaksanakan pelatihan. Secara umum prinsip-prinsip pelatihan tersebut dapat dikatagorikan menjadi beberapa macam yaitu : 2.1.3.1 Prinsip Beban Berlebih (Over load) Dalam pelatihan selalu meningkatkan suatu efek pelatihan yang baik. Untuk mendapatkan efek pelatihan yang baik, maka organ tubuh harus

11

diberikan beban berlebih dari beban yang biasa diterima dalam aktivitas sehari-hari. 2.1.3.2 Prinsip Beban Bertambah Agar prinsip beban berlebih (over load) memiliki efek, haruslah mengikuti prinsip beban bertambah. Prinsip over load secara progresif berarti beban dalam pelatihan mendekati maksimal dan secara terus menerus meningkat, sebagai akibatnya kapasitas seseorang semakin meningkat pula. Peningkatan dapat dilakukan dengan cara : meningkatkan beban, set, repetisi, frekuensi maupun lamanya pelatihan. (Bomba, 1993 : 68). 2.1.3.3 Prinsip Interval Dikatakan bahwa, interval adalah istirahat, jeda, pause, waktu diantara babak satu dan dua, yang lamanya tergantung pada peraturan permainan itu sendiri. Dikatakan pula interval adalah jarak antara dua nilai yang diketahui antara dua macam bent uk pelatihan yang dilakukan (Poerwadarminta, 1990:812). 2.1.3.4 Prinsip Individu Didalam melakukan pelatihan yang efektif maka harus mengetahui tingkatan masing-masing individu agar dapat dilatih secara sistematis dan metodis untuk mencapai prestasi. Pelatihan adalah masalah individual, faktor-faktor seperti umur, pekerjaan, beban studi, keadaan tubuh, waktu yang tersedia untuk tidur dan istirahat merupakan pertimbangan dalam menyusun program pelatihan untuk setiap orang (Abdullah, 1994:141). 2.1.3.5 Prinsip Kekhususan Dalam beberapa hal, pelatihan berbeban hendaknya bersifat khusus. Setiap cabang olahraga atau bagian dari abang memerlukan Persiapan persiapan khusus dan khas dalam menyusun program pelatihan. Beban pelatihan harus mengikuti azas frekuensi dan intensitas. Beban harus berat dan frekuensi ditentukan sehingga tubuh dapat menyesuaikan sampai batas maksimalnya dalam satu aktivitas tertentu (Abdullah, 1994:143). 2.1.3.6 Prinsip Beban Sepanjang Tahun Tanpa Selingan Mengingat penyesuaian kualitas gerak terhadap beban itu bersifat lebih dan sementara. Maka untuk mencapai prestasi maksimal merupakan suatu keharusan bahwa beban pelatihan diberikan sepanjang tahun secara teratur dan kontinyu. Atlet

12

2.1.4

yang telah mempunyai prestasi tinggi hendaknya menyesuaikan beban pelatihannya agar prestasinya tidak menurun lagi, sehingga dapat mempertahankan prestasi yang telah dicapai. 2.1.3.7 Prinsip Beban Gawat atau Prinsip Stres Beban pelatihan harus dapat menimbulkan kelelahan local maupun kelelahan total dari jasmani seseorang. Kelelahan local itu disebabkan oleh beban yang diberikan dengan waktu tetap dan intensitas maksimal yang mengakibatkan kelelahan sistem fungsi otot. Sedangkan kelelahan total disebabkan oleh beban latihan yang diberikan dengan volume yang besar dan intensitas yang tinggi. Beban gawat diberikan untuk meningkatkan peredaran darah dan pernapasan yang diperlukan organ-organ tubuh seseorang dalam meningkatkan prestasi olahraga. (Sadoso, 2001:47). 2.1.3.8 Prinsip Edukatif Prinsip edukatif dalam pelatihan menyangkut perubahan sikap yang ditimbulkan sebagai akibat pelatihan. Perubahan sikap tercermin dalam kemampuan diri meraih prestasi yang dicapai secara optimal sehingga kemampuan itu memberikan dampak yang positif terhadap diri atlet dan oran g lain untuk mentaati aturan-aturan yang berlaku. 2.1.3.9 Prinsip Nutrisi Prinsip makanan sangat penting bagi tubuh seseorang untuk meningkatkan prestasi serta kondisi fisik agar tetap prima. Keseimbangan kebutuhan zat makanan dengan pengeluaran tenaga, a kan dapat mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan dan menurunnya kemampuan fisik dan psikis akibat kelebihan pelatihan. Komponen Biomotorik yang menunjang kebugaran Fisik Pada umumnya kebugaran fisik itu selalu diidentikan dengan daya tahan. Padahal kebugaran fisik itu memiliki pengertian lebih luas dari itu. Kebugaran fisik menyangkut banyak unsur. Unsur-unsur tersebut sering disebut dengan komponen biomotorik kebugaran fisik. Ada sepuluh komponen biomotorik yang menunjang kebugaran fisik, yaitu : 2.1.4.1 Kekuatan (Strength) Kekuatan adalah kemampuan otot skeletal tubuh untuk melakukan kontraksi atau tegangan maksimal dalam menerima beban sewaktu melakukan aktivitas (Nala, 2002:6). Kekuatan adalah komponen yang sangat penting guan meningkatkan fisi k seseorang secara keseluruh (James tangkudung,

13

2006:63). Kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuan dalam mempergunakan otot untuk menerima beban suatu pekerjaan 9Sajoto, 1990:16). Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa kekuatan adalah otot seseorang untuk membangkitkan tegangan dalam menerima beban pada waktu bekerja. Beban dapat berupa anggota tubuh kita sendiri maupun dari luas. 2.1.4.2 Daya tahan (Endurance) Daya tahan adalah kemampuan tubuh dalam melakukan aktivitas dengan terus menerus yang berlangsung cukup lama (Nala, 2002:7). Daya tahan adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja dalam waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan (Kosasih, 1993:117). Dari pendapat diatas dapat didefinisikan bahwa daya tahan merupakan keadaan atau kondisi tubuh untuk mampu bekerja dalam waktu yang lama, tanpa kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan suatu kegiatan. 2.1.4.3 Kecepatan (Speed) Kecepatan adalah kemampuan untuk mengerjakan suatu aktivitas berulang yang sama serta berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat singkatnya ((Nala, 2002::9). Kecepatan adalah kemampuan untuk berjalan, berlari dan bergerak dengan sangat cepat atau waktu yang sesingkat singkatnya (James tangkudung, 2006:67). Adalah kemampuan seseorang untuk mengejar gerakan gerakan yang berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Sajoto, 1990:17). Jadi dapat dinyatakan bahwa kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan setiap gerakan dalam waktu yang sesingkat singkatnya. 2.1.4.4 Kelentukan (Flexibility) Kelentukan adalah kesanggupan tubuh atau gerak anggota tubuh untuk melaksanakan gerakan pada sebuah atau beberapa sendi seluas-luasnya (Nala, 2002:9). Kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan persendian melalui jangkauan gerak yang luas (James Tangkudung, 2006:67). Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bah wa kelentukan adalah kemampuan seseorang untuk beraktivitas dengan gerakan yang luas dalam ruan g

14

gerak sendi tanpa mengalami cedera pada persendian dan otot-otot disekitar persendian. 2.1.4.5 Ketepatan (Accuracy) Ketepatan adalah kemampuan tubuh untuk mengendalikan gerakan bebas menuju ke suatu sasaran (Nala, 2002:10). Ketepatan adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan gerakgerak bebas terhadap suatu sasaran. (Sajoto, 1998:59). Ketepatan adalah kemampuan tubuh untuk menempatkan meletakan suatu benda dengan efektif, efisiensi sesuai dengan kehendak dan mengurangi kesalahan sekecil mungkin (Syarifuddi, 2003:126). Dari pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa Ketepatan adalah kemampuan tubuh untuk mengendalikan suatu gerakan bebas menuju ke suatu sasaran. Sasaran yang di maksud baik yang berupa jarak atau suatu objek langsung yang harus dikenal. 2.1.4.6 Reaksi (Reaction) Reaksi adalah kemampuan tubuh atau anggota tubuh untuk bereaksi secepat mungkin ketika ada rangsangan yang oleh reseptor somatic, kimostetik atau vestibular (Nala, 2002:10). Kecepatan Reaksi adalah kemampuan tubuh untuk memberikan jawaban secepatnya secara kinetis terhadap suatu rangsangan (Sumosarjono, 1999:155). Jadi yang dimaksud Reaksi adalah kemampuan tubuh untuk memberikan jawaban secepatnya secara kinetis terhadap suatu rangsangan yang terjadi secara cepat..

2.1.4.7 Keseimbangan (Balance) Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan Reaksi atas setiap perubahan posisi tubuh, sehingga tubuh tetap stabil terkendali. (Nala, 2002:11). Keseimbangan adalah wujud dari kemampuan tubuh memelihara posisi diam atau bergerak dengan maksud tertentu sambil melawan tenaga gravitasi (Redhana, 2008:34) Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sikap dan posisi tubuh secara tepat pada saat berdiri atau pada saat melakukan gerakan. (Adisaputra, 1999:5). Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa keseimbangan adalah kemampuan untuk tetap memelihara posisi tubuh secara tepat baik pada saat bergerak maupun diam. 2.1.4.8 Daya Ledak (Power)

15

Daya ledak adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas secara tiba-tiba dan dengan menggerakan seluruh kekuatan dalam waktu yang singkat (Nala, 2002:9). Daya ledak adalah kemampuan otot untuk berkontraksi dengan kekuatan maksimal dalam waktu yang singkat (Hasan Said, 1999:51). Daya ledak adalah kemampuan otot untuk mempergunakan kekuatan maksimal dalam waktu yang cepat (Harsono, 1998:20). Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa daya ledak adalah kemampuan otot untuk berkontraksi dengan kekuatan maksimal dalam waktu yang singkat. 2.1.4.9 Kelincahan (Agility). Kelincahan adalah kemampuan tubuh atau bagian tubuh untuk mengubah arah gerak secara mendadak dalam kecepatan yang tinggi (Nala, 2002:10). Kelincahan merupakan kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu atau seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik (Nugroho, 2005:129). Kelincahan adalah kemampuan tubuh mengubah arah gerakan ke segala arah dengan mudah dan cepat (Engkos Kokasih, 1993:36). Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk bergerak mengubah arah posisi tubuh dengan mudah, cepat dan tepat tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya.

2.1.4.10 Koordinasi Koordinasi adalah k emampuan tubuh untuk mengintegrasikan berbagai gerakan yang berbeda menjadi gerakan tunggal yang harmonis dan efektif. (Nala, 2002:12). Koordinasi adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dengan berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan efisien dan penuh ketepatan. (James Tangkudung, 2006:68). Koordinasi didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk mengintegrasikan macam-macam gerakan dalam pola-pola yang khusus. (Krempel dalam Kanca, 1990:10). Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa koordinasi adalah kemampuan biomotorik dalam menyatukan berbagai gerak yang terpisah ke dalam pola penampilan yang harmonis dan terpadu.

16

2.2

Khusus 2.2.1 Pelatihan Mendorong Beban Keatas Untuk memperoleh kemampuan fisik yang baik atau yang tinggi maka perlu adanya pelatihan-pelatihan yaitu jumlah semua rangsangan yang dilaksanakan pada ja rak-jarak waktu tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi khusus yang erat hubungan dengan penggunaan lengan, dan pelatihan-pelatihan itu yang dimaksud untuk mencapai perubahan-perubahan penyesuaian fungsional, bentuk dan kemampuan organ-organ tubuh dan salah satu peralatan yang dapat meningkatkan kemampuan organ-organ tubuh khususnya lengan adalah dengan pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri sebe rat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set. Pengaruh yang ditimbulkan terhadap pelatihan ini membesarkan penampang otot kerangka. Otot yang terlatih pada umumnya akan menjadi lebih besar dan lebih kuat daripada yang tidak terlatih. Ukuran penampang lintangannya maupun volumenya menjadi lebih besar. Besarnya kekuatan tergantung dari besarnya penampang otot. Mungkin besar penampang otot makin besar pula batas kemampuan dalam perbandingan yang kira-kira sama juga tenaga ototnya meningkat. Pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set merupakan salah satu pelatihan yang dapat meningkatkan dan membesarkan kekuatan tulang dan kerangka yang akan Berguna bagi kegiatan yang memerlukan kemampuan sistem rangka. Disamping itu pembinaan prestasi lewat pengembangan kemampuan otot dan analisis gerakan yang dilakukan perlu diperhatikan masalah-masalah: kelelahan, otot, pemanasan, kekuatan otot, dan reflek serta koordinasi gerak (Karna, 1997:13). Dalam kehidupan sehari-hari gerak tubuh diperlukan untuk hal-hal yang berhubungan dengan penyesuaian terhadap lingkungan perlindungan terhadap kondisi yang berbeda dan untuk mempertahankan kehidupan selanjutnya. Pada individu normal, gerak tubuh tidak hanya sekedar untuk jalan, lari, berpakaian tetapi dapat juga ditingkatkan menjadi suatu gerak yang lebih ekonomis dan terampil. Demikian juga dalam bidang olahraga, suatu gerak tubuh memiliki unsur kekuatan, kecepatan, dan daya tahan tertentu, yang hampir sempurna bukan mustahil untuk dicapai. Keberhasilan seseorang untuk melakukan cabang olahr aga ditentukan oleh banyak faktor, antara lain : faktor fisik, skill dan lingkungan. Dalam penelitian ini hanya dibahas upaya untuk meningkatkan kekuatan otot lengan dengan pelatihan

17

2.2.2

mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri sebe rat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru Tolak Peluru Tolak peluru adalah suatu gerakan melontarkan peluru dengan kecepatan maksimal dengan hasil sejauh jauhnya (Nanang Sudrajat 1996:96). Untuk mencapai tolakan yang sejauh-jauhnya dalam tolakan yang benar, terlebih dahulu seorang penolak peluru harus memahami unsur -unsur pokok (dasar) dalam tolak peluru. Unsur -unsur pokok tersebut meliputi : sikap awal, awalan, tolakan dan lepasnya peluru, keseimbangan tubuh. Tujuan awalan atau ancangancang dalam tolak peluru adalah untuk mencapai kecepatan maksimal. Tujuan dari pada tolakan peluru adalah untuk mengarahkan jatuhnya peluru yang didapat dengan mengarahkan kecepatan dan kekuatan sebesar mungkin. Dalam tolak peluru, untuk memperoleh kemampuan fisik yang baik atau tinggi maka perlu adanya pelatihan -h yaitu jumlah semua rangsangan yang dilaksanakan pada jarak-jarak waktu tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi khusus yang erat hubungannya dengan penggunaan otot lengan. Salah satu pelatihan meningkatkan kemampuan organ tubuh khususnya otot lengan adalah dengan melakukan pelatihan mendorong beban keatas sebe rat 5kg. Kelangsungan gerak pada tolak peluru dapat dirinci sebagai berikut 2.2.2.1 Awalan Awalan dilakukan dimana Penolakan berdiri di dalam lingkaran muka batas belakang, badan segaris dengan arah tolakan. Peluru diletakan pada batas leher dengan pundak dibawah telinga, siku diangkat setinggi bahu. Lengan kiri dimuka dada sedikit ditekuk, setelah itu kaki kanan di tekuk rendah. Berat badan seluruhnya diterima oleh kaki kanan. 2.2.2.2 Tolakan dan Lepasnya Peluru Kaki kanan menolak kuat dibantu dengan kaki kiri mengangkat panggul kedepan atas disertai dengan panggul dan badan diputar kekiri. Kepala menghadap kearah lemparan agak menengadah, pandangan agak ke atas. Dengan didahuli siku kanan, peluru didorong atau ditolakkan sekuat -kuatnya badan yang dicondongkan ke depan mengikuti ayunan lengan menolak peluru. 2.2.2.3 Memelihara Keseimbangan Lepasnya peluru diikuti dengan kaki kanan melangkah kemuka. Bersamaan dengan mendaratnya

18

2.2.3

kaki kanan, kaki kiri digerakkan kebelakang dan tetap terangkat untuk memberikan keseimbangan pada kaki kanan yang harus berjengket-jengket dalam usahanya mengerem lajunya awalan. Lengan ikut memelihara keseimbangan badan dengan cara yang menjadi kebiasaan masing-masing. Komponen Biomotorik yang menunjang dalam pelatihan Sehubungan dengan pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru, maka komponen biomotorik yang paling dominant digunakan adalah : 2.2.3.1 Kekuatan Kekuatan diperlukan untuk melatih kekuatan otot lengan pada saat mendorong beban 5 kg ke atas hingga lengan lurus keatas. Beban seberat 5 kg harus digenggam sekuat-kuatnya agar mencapai tolakan sejauh mungkin. Dalam melakukan gerakan mendorong beban seberat 5 kg keatas, harus dilakukan dengan kekuatan maksimal sehingga beban dapat terdorong lurus keatas. 2.2.3.2 Kelentukan Kelentukan dipentingkan ketika saat mendorong beban dan kembali lagi keposisi semula diperlukan otot-otot lengan dan tungkai yang lentuk, sehingga gerakan demi gerakan dapat dilaksanakan berdasarkan repetisi dan set yang ditentukan kelentukan juga diperlukan ketika tangan mendorong beban untuk memperoleh tolakan sejauhnya dan pada saat kaki diayunkan sebelum tolakan terjadi. 2.2.3.3 Kecepatan Kecepatan dipentingkan pada sat tangan mendorong beban. Semakin cepat gerakan dorongan beban dapat dilakukan oleh siswa, maka kekuatan otot-otot lengan akan semakin baik. 2.2.3.4 Daya Tahan Daya tahan diperlukan untuk menyelesaikan gerakan dari satu set ke set lain. Daya tahan menyangkut stamina yang dimiliki oleh sampel untuk menyelesaikan rangkaian gerakan dalam pelatihan. daya tahan merupakan tenaga yang masih tersimpan untuk melakukan gerakan-gerakan berikutnya. 2.2.3.5 Keseimbangan Keseimbangan diperlukan ketika mendorong beban keatas dan kembali ditarik. Sikap tungkai yang diubah-ubah memerlukan keseimbangan yang stabil. Keseimbangan diperlukan untuk menjaga berat tubuh

19

dan posisi tangan seimbang pada saat mendorong beban dan untuk menghindari kemungkinan terjadinya cedera dalam pelatihan. 2.2.3.6 Koordinasi Koordinasi merupakan serangkaian gerak yang menjadi satu kesatuan sehingga melahirkan gerakan yang teratur, sistematis dan harmonis dalam pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru. Dalam hal ini proses mendorong beban dan kembali menarik dengan membuka dan merapatkan lutut harus terjadi dari koordinasi gerakan secara menyeluruh sehingga terwujud suatu gerakan yang harmonis dalam pelatihan. 2.2.3.7 Daya Ledak Daya ledak ini dapat dilakukan pada saat menggunakan kekuatan yang maksimal dalam waktu yang sangat cepat, dalam hal ini yang dimaksud yaitu otot lengan pada saat bergerak mendorong ke atas.

20

BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu metode studi memiliki penyelidikan yang dilakukan secara hati -hati, sistematis, memperhatikan berbagai kriteria untuk memperoleh pemecahan masalah yang tepat. Dengan demikian penelitian merupakan upaya yang dilakukan secara sadar untuk mengetahui, mempelajari, menjelaskan, suatu masalah yang dihadapinya (Gorda, 1994:10). 3.1 Jenis Penelitian Suatu penelitian dilakukan karena adanya masalah yang harus dipecahkan, dalam penelitian ini peneliti menggunakan cara atau pendekatan dan strategi yang mudah dan efekt if. Dari rancangan yang efektif akan menentukan rancangan penelitian yang paling akhir, penggolongan penelitian dapat dilakukan berdasarkan sifat sifat masalah yang terjadi, maka penelit ian dapat didefinisikan. Untuk menentukan jenis tersebut adalah sebagai berikut : 3.1.1 Penelitian Eksperimen Penelitian eksperimen ini mencoba menjawab bagaimana kedudukan atau hubungan klausal antara variabelvariabel yang diteltii dengan mengadakan ma nipulasi terhadap objek penelitian dan mengadakan kontrol, penelitian eksperimen dapat mengubah teori-teori yang telah usang, menguji hipotesis dan menemukan hubungan kausal yang baru (Sautrisno Hadi, 1990:43). Ciri-ciri penelitian ini adalah : 3.1.1.1 Menurut pengaturan variabel-variabel dan kondisikondisi eksperimental secara tertib, ketat baik dengan control maupun manipulasi langsung atau randomisasi. 3.1.1.2 Menggunakan kelompok control sebagai garis dasar. 3.1.1.3 Adanya control variasi 3.1.1.4 Interval validitas merupakan tujuan utama dan pertimbangan mengenai ekternal validitas (ISPI,1991: 47-48). 3.1.2 Penelitian Deskriptif Fokus penelitian deskriptif adalah pemecahan yang ada pada masa kini yang dapat menyangkut status suatu objek, kelompok manusia, suatu sistem pemikiran dan suatu peristiwa. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis, factual, akurat dan fakta -fakta, sifatsifat serta hubungannya antara gejala yang diselidiki (Sutrisno Hadi, 1990:40). Ciri-ciri penelitian ini adalah :

21

3.1.3

Sifatnya membuat deskripsi umum dalam arti merupakan akumulasi data dasar dengan cara deskriptif semata. 3.1.2.2 Ruang lingkupnya adalah mencari informasi, mengindetifikasi, mendapatkan justifikasi (kebenaran), membuat komparasi (perbandingan) dan evaluasi (ISPI, 1991:41). Penelitian Historis Penelitian ini bertujuan untuk merekontruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan, serta menyintesiskan bukit-bukti untuk menegakkan fakta guna memperoleh kesimpulan yang kuat. Ciri-ciri penelitian ini adalah : 3.1.3.1 Lebih tergantung pada data yang observasi oleh orang lain dari pada yang diobservasi oleh peneliti 3.1.3.2 Pelaksanaannya harus tertib, ketat, sistematis, dan tuntas untuk menghindari informasi yang tidak layak, tidak reliable, dan berat sebelah. 3.1.3.3 Berdasarkan informasi yang luas tidak terbatas pada dokumen yang diterbitkan (ISPI, 1991:48). Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, maka jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan saling berhubungan sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen dengan satu atau lebih kondisi perlakuan. Penelitian ini menggunakan kelompok eksperimen dengan du a perlakuan, dan membandingkan hasilnya dengan kelompok eksperimen pertama dan kelompok eksperimen kedua. Dalam hal ini perlakuan terhadap kelompok eksperimen pertama berupa pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan kelompok eksperimen kedua berupa pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 10 repetisi 3 set. Kedua kelompok eksperimen ini saling mengontrol satu sama lain.

3.1.2.1

3.2

Variabel dan Data Penelitian 3.2.1 Variabel Penelitian Yang dimaksud dengan variabel adalah, gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati, variabel itu sebagai akibat dari sekelompok orang atau objek yang mempunyai variasi (dalam hal ini repetisi dan set) dengan yang lainnya dalam kelompok tersebut (Husin Umar, 2005:25). 3.2.1.1 Variabel Bebas Yang dimaksud dengan variabel bebas adalah, suatu faktor atau unsur yang dianggap dapat

22

3.2.2

menentukan variabel yang lainnya (Poerwardarminta, 1990:1001) yang dimaksud dengan variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set. 3.2.1.2 Variabel Terikat Variabel terikat adalah gejala yang muncul atau berubah dalam pola yang teratur dan bisa diamati atau berubahnya variabel lain (Poerwardarminta, 1990:1001) dalam hal ini yang dimaksud dengan variabel terikat adalah jauhnya tolakan pada tolak peluru. Data Penelitian Yang dimaksud dengan data adalah keterangan yang benar dan nyata atau bahan nyata yang dapat dijadikan ba han kajian (analisis) keterampilan. Selanjutnya data diperlukan untuk menjawab masalah-masalah penelitian untuk dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : 3.2.2.1 Data Kualitatif Data kualitatif adalah data yang diperoleh langsung dari subjek yang bersangk utan atau orang yang diteltii atau sumber pertama. Data ini merupakan data kongkrit yang dihasilkan oleh sampel penelitian (Chaval, 2004:123). Ata kualitatif merupakan atau yang tidak berbentuk angka yang diperoleh dari rekaman, pengamatan, wawancara atau bahan tertulis. 3.2.2.2 Data Kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka yang diperoleh dari penjumlahan atau pengukuran (Poerwadarminta, 1990:187) Data kuantitatif adalah data yang telah dicatat atau diinventarisasi oleh seorang dan data ini merupakan data hasil dari sampel penelitian (Husin Umar, 2005 : 83). Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan maka data yang dimaksud adalah hasil tes (awal dan akhir) prestasi tolak peluru, yang diukur adalah jauhnya tolakan dengan alat ukur (meteran) dalam satuan centimeter. Jadi data hasil penelitian ini digolongkan dalam data kuantitatif.

3.3

Lama, Waktu dan Tempat Penelitian 3.3.1 Lama Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu, karena kemajuan yang telah dicapai akan tampa k hasilnya (efek pelatihan) setelah waktu itu, hal ini diperkuat dengan

23

pendapat yang menyatakan bahwa pelatihan yang telah dijalankan dengan tekun akan tampak hasilnya setelah 6-8 minggu pelatihan (Nala, 1992:89) sedangkan tes awal dan tes akhir tidak dimasukkan dalam lamanya penelitian. 3.3.2 Waktu Penelitian Pelaksanaan pelatihan mengangkat beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set dilakukan pada waktu sore hari pada pukul 15.00 Wita sampai selesai, karena siswa masuk pagi sehingga tidak mengganggu proses belajar mengajar para siswa. Pelatihan diambil setiap hari Senin, Rabu Jumat, dan Minggu hal ini mengacu pada teori bahwa lama pelatihan akan mendapat efek yang permanent bila dilakukan selama 6 -8 minggu (Nala, 1992 : 89). Hal ini juga untuk menghindari terjadinya waktu senggang lebih dari 2 hari (2x 24 jam) karena jika berturut-turut terdapat istirahat selama lebih dari dua hari dikawatirkan kondisi fisik subjek akan kembali dalam kondisi semula seperti sebelum melakukan pelatihan (Nala, 1994 : 9). Tempat Penelitian Pelaksanaan pelatihan mengangkat beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set akan dilaksanakan di Lapangan Ki Kopang Desa Seraya, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem demikian pula tes awal dan tes akhir dilakukan di tempat yang sama.

3.3.3

3.4

Metode Penentuan Subjek Penelitian Dalam menentukan subjek penelitian di bahas mengenai populasi dan sampel. 3.4.1 Populasi Populasi adalah totalitas semua nilai-nilai yang mungkin hasil penelitian menghitung ataupun pengukuran kuantatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas ( Sujana, 1995:5). Populasi adalah sekelompok individu yang mem iliki satu atau lebih karakteristik umumnya yang menjadi pusat perhatian penelitian (Warsito, 1992 : 324) Ada juga yang mengatakan populasi sebagai seluruh individu yang menjadi subjek penelitian (Sutrisno Hadi, 1990:19) Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik dari sekelompok individu yang diteliti.

24

Dalam penelitian ini yang termasuk populasi adalah seluruh siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura tahun pelajaran 2009/2010. berikut ini data jumlah populasi yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 1 : No 1 2 3 4

Populasi siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura tahun pelajaran 2009/2010 Kelas Jumlah XA 22 orang XB 30 orang XC 26 orang XD 30 orang Jumlah 108 orang Sumber : SMA Negeri 3 Amlapura tahun pelajaran

2009/2010 3.4.2 Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteltii dan dapat mewakili populasi secara keselur uhan (Sutrisno Hadi, 1990:70). Sampel diperoleh dengan cara acak (random) tanpa memandang siapa-siapa yang akan dipilih atau yang dipergunakan sebagai sampel penelitian. Dengan demikian yang dimaksud dengan sampel adalah sejumlah individu yang lebih kecil yang dapat mewakili populasi yang akan diteltii atau diselidiki. Pengambilan sampel sebagai wakil populasi didasarkan pada pertimbangan -pertimbangan seperti keterbatasan dalam bidang biaya, waktu dan tenaga. Penelitian terhadap sampel bertujuan untuk mered uksi subyek penelitian dan mengadakan generalisasi penelitian yaitu mengadakan penelitian pada sebagian dari populasi. Metode sampling adalah suatu cara pengambilan subjek penelitian, dimana subjek yang akan diteliti itu terdiri dari jumlah individu yang mewakili jumlah yang besar. Penelitian terhadap sampel bertujuan untuk mereduksi subjek penelitian dan mengadakan generalisasi penelitian, yaitu mengadakan penelitian pada bagian saja dari populasi. Sedangkan generalisasi hasil penelitian, maksudnya mengikuti sertakan populasi penelitian pada kesimpulan yang dicapai dalam penelitian terhadap sampel. Adapun tehnik yang digunakan untuk mengambil sampel dalampn ini dipergunakan tehnik quota sampling, proporsional sampling dan random sampling. Yang dimaksud quota sampling adalah pengambilan sampel dilakukan dengan menetapkan jumlah sampel telah dahulu. Sedangkan proporsional sampling adalah pemasukan unsur atau kategori-kategori Menurut pertimbangan sample (Sutrisno Hadi, 1990 : 228).

25

Dalam penelitian ini jumlah sampel yang ditetapkan dengan tehnik quota sampling sebanyak 68 orang. untuk mendapat perhitungan di masing-masing sub populasi sebagai sampel dipergunakan tehnik proporsional sampling. Proporsional sampling adalah tehnik pengambilan sampel dengan memporsikan populasi pada masing-masing sub populasi, Apabila pada sub populasi jumlah populasinya banyak maka harus diwakili oleh jumlah sampel yang banyak. Begitu juga sebaliknya jika pada sub populasi jumlah populasinya sedikit maka harus diwakili oleh jumla h sample yang sedikit. Adapun tehnik pemporsian tersebut menggunakan formulasi rumus sebagai berikut : n Spl = x Js N Keterangan : Spl = Jumlah sampel pada tiap-tiap sub populasi n = Jumlah responden dalam sub populasi N = Jumlah responden dalam populasi Js = Jumlah sample yang ditetapkan. (Bambang Soepeno, 1997:90). Berdasarkan rumus tersebut diatas dapat dihitung jumlah sampel pada masing-masing sampel di tiap kelas sebagai berikut : 22 Kelas A = x 68 = 13,85 (dibulatkan 14 orang) 108 30 Kelas B = x 68 = 18,88 (dibulatkan 19 orang) 108 26 Kelas C = x 68 = 16,37 (dibulatkan 16 orang) 108 30 Kelas D = x 68 = 18,88 (dibulatkan 19 orang) 108 Jadi jumlah sampel seluruhnya adalah 68 orang Karena hasil yang diharapkan harus bulat, maka hasil perhitungan diatas dibulatkan. berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus proporsional sampling, didapat jumlah sampel 68 orang. hal ini disebabkan karena pembulatan yang penulis lakukan dengan ketentuan : 0,5 keatas dibulatkan menjadi satu dan yang dibawah dari 0,5 dibulatkan kebawah atau

26

dihapus. Dan agar semua populasi mendapat kesempatan yang sama menjadi sampel maka dilaksanakan pengundian di masing-masing sub populasi dengan langkah-langkah sebagai berikut : 3.4.2.1 Pada kelas A cara pengundiannya yaitu dengan membuatkan gulungan kertas sebanyak 22 gulungan, 14 gulungan berisi kode nomor urut, sedangkan 8 gulungan kosong. Seluruh gulungan diletakkan dalam kardus kemudian setiap siswa putra pada kelas itu diberikan kesempatan mengambil 1 gulungan kertas. Siswa yang mendapatkan gulungan kertas yang bernomor berhak menjadi sample yaitu sebanyak 14 orang. 3.4.2.2 Pada kelas B dibulatkan 30 gulungan kertas dengan 19 gulungan berkode nomor urut dan 11 gulungan kosong. Selanjutnya seluruh gulungan ditempatkan dalam kardus kemudian seluruh siswa putra di kelas itu diberikan kesempatan mengambil 1 gulungan kertas. Siswa yang mendapatkan gulungan kertas bernomor berhak menjadi sampel yaitu se banyak 19 orang. 3.4.2.3 Pada kelas C dibulatkan 26 gulungan kertas dengan 16 gulungan berkode nomor urut dan 10 gulungan kosong. Selanjutnya seluruh gulungan ditempatkan dalam kardus kemudian seluruh siswa putra di kelas itu diberikan kesempatan mengambil 1 gulungan kertas. Siswa yang mendapatkan gulungan kertas bernomor berhak menjadi sampel yaitu sebanyak 16 orang. 3.4.2.4 Pada kelas d dibulatkan 30 gulungan keras dengan 19 gulungan berkode nomor urut dan 11 gulungan kosong. Selanjutnya seluruh gulungan ditempatkan dalam kardus kemudian seluruh siswa putra di kelas itu diberikan kesempatan mengambil 1 gulungan kertas. Siswa yang mendapatkan gulungan kertas bernomor berhak menjadi sampel yaitu sebanyak 19 orang. Setelah didapat jumlah sampel 68 orang se suai dengan kuantum maka langkah selanjutnya dilakukan undian lagi untuk membagi sampel menjadi 2 kelompok yaitu kelompok I sebanyak 34 orang yang diberikan pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set. Dan kelompok II sebanyak 34 orang yang diberikan pelatihan mendorong beban keatas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 10 repetisi 3 set. Adapun cara pengundiannya adalah sebagai berikut : Dibulatkan gulungan kertas sebanyak 68 gulungan, dimana 34 gulungan berisi kode E.I dan 34 lagi berisi kode

27

E.II Gulungan kertas tersebut diletakkan dalam kardus kemudian dikocok dan seluruh sampel diberi kesempatan masing-masing untuk mengambil 1 gulungan kertas. Sampel yang mengambil gulungan kertas berkode E.I menjadi kelompok I sedangkan sampel yang mengambil gulungan kertas berkode E.II menjadi kelompok II. 3.5 Metode Pelatihan Dalam penelitian ini pelatihan diberikan kepada dua kelompok pelatihan berupa perbuatan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set. Sebelum pelatihan dimulai, terlebih dahulu disiapkan media/tempat pelatihan yaitu menyediakan barbell seberat 5 kg. setelah itu akan dimulai pelatihan dengan langkah sebagai berikut : 3.5.1 Kelompok Eksperimen Pertama Sebelum pelatihan mendorong beban dimulai, siswa diberikan pemanasan terlebih dahulu selama 15 menit untuk menghindari terjadinya cedera otot atau sendi saat pelatihan dilaksanakan. Setelah pemanasan lalu gerakan dimulai dengan mengambil sikap permulaan, berdiri tegak, kedua tangan memegang barbell seberat 5 Kg sudah siap dalam posisi mendorong ke atas, setelah aba-aba ya atau bunyi tiupan pluit siswa melakukan gerakan mendorong beban ke atas seberat 5 kg. Gerakan ini dilakukan dengan seluruh kekuatan maksimal secara berulang-ulang dalam 5 repetisi 6 set. Setiap set diberikan waktu istirahat 1 menit dan dilanjutkan dengan set berikutnya. 3.5.2 Kelompok Eksperimen Kedua Sebelum pelatihan mendorong beban dimulai, siswa diberikan pemanasan terlebih dahulu selama 15 menit untuk menghindari terjadinya cedera otot atau sendi saat pelatihan dilaksanakan. Setelah pemanasan lalu gerakan dimulai dengan mengambil sikap permulaan, berdiri tegak, kedua tangan memegang barbel seberat 5 kg suah siap dalam posisi mendorong ke atas, setelah aba-aba ya atau bunyi tiupan pluit siswa melakukan gerakan mendorong beban ke atas seberat 5 kg. Gerakan ini dilakukan dengan seluruh kekuatan maksimal secara berulang-ulang dalam 10 repetisi 3 set. Setiap set diberikan waktu istirahat 1 menit dan dilanjutkan dengan set berikutnya.

3.6

Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah kegiatan yang sangat penting dalam penelitian. Sebab data tersebut akan diolah pada langkah selanjutnya sesuai dengan tujuan penelitian yang diinginkan. Jadi dalam pengumpulan data ini, kegiatan yang dilakukan adalah

28

mengumpulkan bahan-bahan yang tepat untuk disajikan dalam pengumpulan data. Metode pengumpulan data sebenarnya ada macam-macam seperti kusioner, tes, wawancara, pengukuran, dan observasi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 3.6.1 Metode Tes Yang dimaksud dengan metode tes adalah sesuatu cara untuk memperoleh suatu data yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang dikerjaka n oleh seseorang atau sekelompok orang yang dapat menghasilkan nilai dan nilai-nilai tersebut dapat dibandingkan dengan suatu standar. Tes sering kali diadakan sebagai alat untuk mengumpulkan keterangan. Tes adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Suharmini, 1995:51). Berdasarkan atas pendapat diatas maka dapatlah dikatakan metode tes adalah suatu cara untuk mencari data dengan memberikan tugas pada seluruh sampel yang nantinya akan menghasilkan suatu nilai dan nilai tersebut dapat di bandingkan dengan nilai yang lain maupun suatu standar. Tes yang diberikan dalam penelitian ini adalah tes jauhnya tolakan pada tolak peluru sebagai tes awal dan te s akhir. Berat peluru yang digunakan adalah 5 kg. Siswa melakukan tolakan sebanyak 3 kali kesempatan dan data yang diambil adalah tolakan yang terjatuh. Tes awal dilakukan sehari sebelum pelatihan, sedangkan tes akhir diberikan sehari setelah pelatihan selama 6 minggu selesai dilaksanakan. Tes awal dan tes akhir diberikan kepada kedua kelompok pelatihan eksperimen I dan II. 3.6.2 Metode Pengukuran Pengukuran adalah suatu cara untuk mendapatkan data atau rata-rata dengan jalan menentukan jumlah dari pada sesuatu. Alt ukur yang dipakai dalam penelitian ini adalah mempergunakan meteran dengan satuan meter (M) ataupun centimeter (CM) sebagai alat ukurnya (Soekatamsi 1994:127). Pengukuran adalah suatu cara untuk mendapatkan data dengan jalan menentukan jumlah dari pada sesuatu capaian tujuan (Harahap, 1992:120). Dalam penelitian ini yang diukur adalah jauhnya hasil tolakan peluru sebanyak 3 kali, dan yang diambil adalah tolakan yang terjatuh, dengan menggunakan meteran dalam satuan ukur centimeter baik dalam tes awal maupun dalam tes akhir pada kedua kelompok perlakuan. 3.7 Metode Analisis Data Setelah kegiatan pengumpulan data selesai, maka langkah selanjutnya dalam suatu penelitian adalah menganalisa data yang telah terkumpul. Untuk pengolahan data tersebut maka digunakan

29

suatu metode yang disebut metode pengolahan data. Dalam metodologi penelitian dibedakan menjadi 3 macam metode pengolahan data yaitu metode deskripsi, metode komperatif, dan metode analisis (Sutrisno Hadi, 1990:81). Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik. Metode analisis statistik adalah suatu analisis yang menggunakan rumus-rumus matematika (Sutrisno Hadi, 1990:82). Sebab dipergunakannya analisis statistik karena datanya bersifat kuantitatif atau angka, maka dipergunakan dalam pengolahan datanya adalah metode analisis t-tes yang formulasi rumusnya sebagai berikut : X1 X 2 t= SD 2 N ( N 1) Keterangan : = Rata-rata hasil tes akhir X1

X 2 = Rata-rata hasil tes awal = Sigma atau jumlah SD = Simpangan baku (standar deviasi) D-MD N = Jumlah sampel 1 = Bilangan konstan (Sutrisno, 1983:278). Taraf signifikan yang digunakan untuk menguji hipotesis di atas dengan taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan (N -1). Apabila ternyata nilai t-test yang didapat dalam penelitian ini adalah lebih besar atau sama dengan nilai t -test pada tabel, maka hipotesis nol yang diajukan ditolak. Demikian sebaliknya, Apabila ternyata nilai t-test yang didapat dalam penelitian ini adalah lebih kecil dengan nilai t-test pada tabel, maka hipotesis nol yang diajukan diterima. Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk menganalisis data-data tersebut adalah sebagai berikut 3.7.1 Merumuskan hipotesis nol; 3.7.2 Menyusun tabel kerja; 3.7.3 Memasukkan data ke dalam rumus; 3.7.4 Menentukan taraf signifikansi. 3.7.5 Menguji nilai t 3.7.6 Menarik kesimpulan.

30

BAB IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN 4.1 Penyusunan Data Untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap, sehingga memudahkan perhitungan dan analisis data, maka data tentang pengaruh dan perbedaan pengaruh pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010, maka dilakukan tes awal dan tes akhir tolak peluru yang hasilnya disusun dalam bentuk tabel, seperti dalam tabel berikut ini.

31

Tabel 01.

Data tentang Hasil tes awal dan tes akhir, kelompok pelatihan pertama yang mendapat pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri sebe rat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jau hnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010
Nama Siswa Tes Akhir (cm) (3) 580 580 620 722 701 634 703 597 619 676 728 782 612 804 734 781 603 666 661 631 757 626 657 672 625 571 655 755 623 718 638 677 796 558 22762 669,471 Tes Awal (cm) (4) 531 535 580 680 681 619 681 550 594 644 708 770 589 770 684 762 583 638 615 593 712 582 639 624 591 529 634 726 588 700 611 661 774 522 21711 638,559 Beda (cm) (5) 49 45 40 42 20 15 11 47 25 32 20 12 23 34 50 19 20 28 46 38 45 42 18 48 34 42 21 29 35 18 27 16 22 36 1049 30,853

No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34

(2) Ade Suryantara I Putu Aditya Agung P. I Nyoman Agus Suparwata I Kadek Ari Kama Jaya I Made Aripta Sujana I Gede Arinata I Made Ariawan I Kadek Bayu Arya Werdi S. I Putu Budi Antara I Nyoman Budi Astawa I Made Dedi Agus Suarsana I Gede Edi Diana I Komang Eka Juliantara I Komang Ganda Subrata I Wayan Joni Asta Giri I Komang Kariasa I Kadek Kusuma I Gede Lianto I Made Marianto I Made Muliada I Wayan Muliasa Arsana I Gede Nastra I Putu Pancayasa I Komang Pika Astsawa I Kadek Rinchi Sambora I Wayan Roy Birawa I Kadek Suadra I Ketut Suartana I Wayan Putu Suarjaya I Ketut Sulestra Adi S. I Made Surata I Nengah Suryanata I Gede Widiasa I Ketut Widiana I Made Jumlah Rata-rata

Tabel 02.

Data tentang Hasil tes awal dan tes akhir, kelompok pelatihan kedua yang mendapat pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5

32

repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010
No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Nama Siswa (2) Adi I Nyoman Agus Subawa I Wayan Agus Tedi Aryawan I Wayan Agus Widi Indranata I Kadek Aristana I Wayan Astawa I Wayan Budi Astawa I Ketut Eka Adnyaan I Wayan Eka Mahastika I Putu Juliastra Jaya I Wayan Juniarsa I Ketut Kantor I Wayan Karang I Gede Lantur I Wayan Maha Cipta Atmaja I Gede Lantur I Wayan Mawa Astawa I Wayan Marta Widana I Gede Ngurah Senjata I Made Noviana I Kadek Ogi Adnya I Gede Putusa I Wayan Retika I Made Rena I Nyoman Rijana I Gede Rio Susata I Gede Suardika Kusuma I Wayan Suarsana I Nyoman Suastika I Made Sugiana I Wayan Sugita I Made Toniarta M I Nyoman Wira A tmaja I Komang Yogi I Made Jumlah Rata-rata Tes Akhir (cm) (3) 569 577 720 718 791 641 704 695 723 775 726 786 611 781 646 596 736 731 615 624 774 631 717 669 699 659 605 771 670 639 768 640 641 743 23391 687,971 Tes Awal (cm) (4) 529 535 685 684 776 619 692 650 694 744 706 772 589 761 603 547 715 712 583 582 754 586 702 644 670 628 570 750 634 597 750 615 600 721 22399 658,794 Beda (cm) (5) 40 42 35 26 15 22 12 45 29 31 20 14 22 20 43 49 21 19 32 42 20 45 15 25 29 31 35 21 36 42 18 25 41 22 984 28,941

4.2

Persiapan Perhitungan Dalam persiapan perhitungan ini akan dibahas petunjuk statistik yang digunakan dalam analisis data. Persoalan pokok pembicaran dalam penelitian ini adalah menguji hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh dan perbedaan pengaruh pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri sebe rat 5 kg 5 repetisi

33

6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010. Untuk menguji hipotesis di atas digunakan t -tes yang formulasinya adalah sebagai berikut : X1 X 2 t= SD 2 N ( N 1) Keterangan : = Rata-rata hasil tes akhir X1

X 2 = Rata-rata hasil tes awal SD = Simpangan baku (standar deviasi) N = Jumlah sampel (Sutrisno, 1983:278). Taraf signifikan yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan (N -1). Jika ttest > nilai t-tabel, maka hipotesis nol yang diajukan ditolak. Demikian sebaliknya, jika nilai t-test < nilai t-tabel, maka hipotesis nol yang diajukan diterima. 4.3 Perhitungan Statistik/Perhitungan Data 4.3.1 Perhitungan statistik/Analisis data tentang nilai tes awal dan tes akhir tolak peluru bagi siswa yang mendapat pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri sebe rat 5 kg 5 repetisi 6 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak pel uru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010. 4.3.1.1 Merumuskan Hipotesis nol Adapun hipotesis nol yang diuji berbunyi tidak ada pengaruh pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010. 4.3.1.2 Menyusun Tabel Kerja Untuk mencari nilai t-tes pengaruh pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010, maka disusunlah tabel kerja seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 03 : Tabel kerja untuk mencari nilai t, sebelum dan sesudah pelatihan kelompok/eksperimen pertama yang mendapat pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi

34

6 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010
No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 X1 (2) X2 (3)

580 580 620 722 701 634 703 597 619 676 728 782 612 804 734 781 603 666 661 631 757 626 657 672 625 571 655 755 623 718 638 677 796 558 22762 669,471

531 535 580 680 681 619 681 550 594 644 708 770 589 770 684 762 583 638 615 593 712 582 639 624 591 529 634 726 588 700 611 661 774 522 21711 638,559

D (4) 49 45 40 42 20 15 11 47 25 32 20 12 23 34 50 19 20 28 46 38 45 42 18 48 34 42 21 29 35 18 27 16 22 36 1049 30,853

SD (5) 18,147 14,147 9,147 11,147 -10,853 -15,853 -19,853 16,147 -5,853 1,147 -10,853 -18,853 -7,853 3,147 19,147 -11,853 -10,853 -2,853 15,147 7,147 14,147 11,147 -12,853 17,147 3,147 11,147 -9,853 -1,853 4,147 -12,853 -3,853 -14,853 -8,853 5,147

SD 2 (6) 329,313609 200,137609 83,667609 124,255609 117,787609 251,317609 394,141609 260,725609 34,257609 1,315609 117,787609 355,435609 61,669609 9,903609 366,607609 140,493609 177,787609 8,139609 229,431609 51,079609 200,137609 124,255609 165,199609 294,019609 9,903609 200,137609 97,081609 3,433609 17,197609 165,199609 14,845609 220,611609 78,375609 26,491609 4932,146706

X1 X2 D SD MD

= = = =

Hasil tes akhir Hasil tes awal Defferences (perbedaan) Simpangan baku (standar deviasi) d = D

4.3.1.3

= Jumlah X = Rerata Memasukkan data ke dalam Rumus

35

Sebelum menghitung nilai t, maka perlu dihitung komponen-komponen sebagai berikut : D MD = N 1049 = 34 = 30,853 SD 2 = 4932,146706

Setelah mendapatkan komponen-komponen tersebut di atas maka dapatlah dicari t nya : X1 X 2 t= SD 2 N ( N 1) 669,471 638,559 = 4932,146706 34(34 1) =
30,912 4932,146709 1122 30,912

4,395852679 30,912 = 2,096628884 = 14,74366791 = 14,744 4.3.1.4 Menentukan Taraf signifikansi, dan Derajat Kebebasan Taraf signifikansi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah taraf signifikansi 5% Derajat beban [db] dapat dihitung dengan rumus : db = [N - 1] = 34 - 1 = 33 Keterangan Db = Derajat kebebasan N = Jumlah Sampel 1 = Bilangan konstan 4.3.1.5 Menguji nilai t

36

Berdasarkan taraf signifikansi 5 dan db = 33, di dapat batas angka penolakan hipotesis nol dalam tabel nilai-nilai t sebesar = 2,042. Sedangkan nilai t yang diperoleh dalam penelitian 14,744. Hal ini berarti bahwa nilai t yang didapat melampaui batas angka Penolakan hipotesis nol. 4.3.1.6 Menarik Kesimpulan Berdasarkan analisis diatas, maka hipotesis nol yang diuji berbunyi :tidak ada pengaruh pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri sebe rat 5 kg 5 repetisi 6 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010, ditolak. 4.3.2 Perhitungan statistik/Analisis data tentang nilai tes awal dan tes akhir tolak peluru bagi siswa yang mendapat pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri sebe rat 5 kg 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010. 4.3.2.1 Merumuskan Hipotesis nol Adapun hipotesis nol yang diuji berbunyi tidak ada pengaruh pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010.

4.3.2.2 Menyusun Tabel Kerja Untuk mencari nilai t-tes pengaruh pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010, maka disusunlah tabel kerja seperti pada tabel berikut ini :

37

Tabel 04:

Tabel kerja Hasil tes awal dan tes akhir kelompok/ eksperimen kedua yang mendapat pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010
X1 (2) X2 (3)

No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

569 577 720 718 791 641 704 695 723 775 726 786 611 781 646 596 736 731 615 624 774

529 535 685 684 776 619 692 650 694 744 706 772 589 761 603 547 715 712 583 582 754

D (4) 40 42 35 26 15 22 12 45 29 31 20 14 22 20 43 49 21 19 32 42 20

SD (5) 11,059 13,059 6,059 -2,941 -13,941 -6,941 -16,941 16,059 0,059 2,059 -8,941 -14,941 -6,941 -8,941 14,059 20,059 -7,941 -9,941 3,059 13,059 -8,941

SD 2 (6) 122,301481 170,537481 36,711481 8,649481 194,351481 48,177481 286,997481 257,891481 0,003481 4,239481 79,941481 223,233481 48,177481 79,941481 197,655481 402,263481 63,059481 98,823481 9,357481 170,537481 79,941481

38

22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34

631 717 669 699 659 605 771 670 639 768 640 641 743 23391 687,971

586 702 644 670 628 570 750 634 597 750 615 600 721 22399 658,794

45 15 25 29 31 35 21 36 42 18 25 41 22 984

16,059 -13,941 -3,941 0,059 2,059 6,059 -7,941 7,059 13,059 -10,941 -3,941 12,059 -6,941

257,891481 48,177481 15,531481 0,003481 4,239481 36,711481 63,059481 49,829481 170,537481 119,705481 15,531481 145,419481 48,177481 3557,608354

X1 X2 D SD MD

= = = =

Hasil tes akhir Hasil tes awal Defferences (perbedaan) Simpangan baku (standar deviasi) d = D

= Jumlah = Rerata X 4.3.2.3 Memasukkan data ke dalam Rumus Sebelum menghitung nilai t, maka perlu dihitung komponen-komponen sebagai berikut : D MD = N 984 = 34 = 28,941 SD 2 = 3557,608354

Setelah mendapatkan komponen-komponen tersebut di atas maka dapatlah dicari t nya : X1 X 2 t= SD 2 N ( N 1) 687,971 658,794 = 3557,608354 34(34 1)

39

29,177 3557,608354 1122 29,177

3,1707773934 29,177 = 1,78066671 = 16,3854377 = 16,385 4.3.2.4 Menentukan Taraf signifikansi, dan Derajat Kebebasan Taraf signifikansi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah taraf signifikansi 5% Derajat beban [db] dapat dihitung dengan rumus : db = [N - 1] = 34 - 1 = 33 Keterangan Db = Derajat kebebasan N = Jumlah Sampel 1 = Bilangan konstan 4.3.1.5 Menguji nilai t Berdasarkan taraf signifikansi 5 dan db = 33, di dapat batas angka penolakan hipotesis nol dalam tabel nilai-nilai t sebesar = 2,042. Sedangkan nilai t yang diperoleh dalam penelitian 16,385. Hal ini berarti bahwa nilai t yang didapat melampaui batas angka penolakan hipotesis nol. 4.3.2.6 Menarik Kesimpulan Berdasarkan analisis diatas, maka hipotesis nol yang diuji berbunyi :tidak ada pengaruh pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri sebe rat 5 kg 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010, ditolak. 4.3.3 Perhitungan statistik/Analisis data tentang perbedaan pengaruh pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010. 4.3.3.1 Merumuskan Hipotesis nol Adapun hipotesis nol yang diuji berbunyi tidak ada perbedaan pengaruh pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya

40

tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010. 4.3.3.2 Menyusun Tabel Kerja Untuk mencari nilai t-tes perbedaan pengaruh pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010, maka disusunlah tabe l kerja seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 05:

Tabel pengujian hipotesis perbedaan pengaruh pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi

41

berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010
No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 X1 (2) X2 (3)

49 45 40 42 20 15 11 47 25 32 20 12 23 34 50 19 20 28 46 38 45 42 18 48 34 42 21 29 35 18 27 16 22 36 1049 30,853

40 42 35 26 15 22 12 45 29 31 20 14 22 20 43 49 21 19 32 42 20 45 15 25 29 31 35 21 36 42 18 25 41 22 984 28,941

D (4) 9 3 5 16 5 7 1 2 4 1 0 2 1 14 7 30 1 9 14 4 25 3 3 23 5 11 14 8 1 24 9 9 19 14 303 8.912

SD (5) 0,088 -5,912 -3,912 7,088 -3,912 -1,912 -7,912 -6,912 -4,912 -7,912 -8,912 -6,912 -7,912 5,088 -1,912 21,088 -7,912 0,088 5,088 -4,912 16,0888 -5,912 -5,912 14,088 -3,912 2,088 5,088 -0,912 -7,912 15,088 0,088 0,088 8,912 5,088

SD 2 (6) 0,007744 34,951744 15,303744 50,239744 15,303744 3,655744 62,599744 47,775774 24,127744 62,599744 79,423744 47,775774 62,599744 25,887744 3,655744 444,703744 62,599744 0,007744 25,887744 24,127744 258,823744 34,951744 34,951744 198,471744 15,303744 4,359744 25,887744 0,831744 62,599744 227,647744 0,007744 0,007744 79,423744 25,887744 2062,391296

X
eksperimen I

X1 X2 eksperimen II SD MD

= Perbedaan hasil tes awal dan tes akhir = Perbedaan hasil tes awal dan tes akhir D = Defferences (perbedaan) = Simpangan baku (standar deviasi) d = D = Jumlah

42

= Rerata X 4.3.3.3 Memasukkan data ke dalam Rumus Sebelum menghitung nilai t, maka perlu dihitung komponen-komponen sebagai berikut : D MD = N 303 = 34 = 8,912 SD 2 = 2062,391296

Setelah mendapatkan komponen-komponen tersebut di atas maka dapatlah dicari t nya : X1 X 2 t= SD 2 N ( N 1) 30,853 28,941 = 2062,391296 34(34 1) =
1,912 2062,391296 1122 1,912

1,83813841 1,912 = 1,355779632 = 1,410258684 = 1,410 4.3.3.4 Menentukan Taraf signifikansi, dan Derajat Kebebasan Taraf signifikansi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah taraf signifikansi 5% Derajat beban [db] dapat dihitung dengan rumus : db = [N - 1] + (N 1) = (34 - 1) + (34-1) = 66 Keterangan Db = Derajat kebebasan

43

= Jumlah Sampel = Bilangan konstan 4.3.3.5 Menguji nilai t Berdasarkan taraf signifikansi 5% dan db = 66, di dapat batas angka penolakan hipotesis nol dalam tabel nilai-nilai t sebesar = 2,000. Sedangkan nilai t yang diperoleh dalam penelitian 1,410. Hal ini berarti bahwa nilai t yang didapat lebih kecil dari pada angka penolakan hipotesis nol. 4.3.3.6 Menarik Kesimpulan Berdasarkan analisis diatas, maka hipotesis nol yang diuji berbunyi :tidak ada perbedaan pengaruh antara pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010, diterima. 4.4 Pengkajian atau Interpretasi Data Setelah dilakukan pengujian terhadap hipotesis dengan taraf signifikansi 5% maka hasilnya dapat diinterpretasikan sebagai tabel dibawah ini : Tabel 06 : Rekapitulasi hasil analisis pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010. Nilai t-tabel signifikan 5% (0,05) (3) 2,042 2,042 2,000 Nilai t-test (4) 14,744 16,385 1,410 Keterangan Ho (5) Ditolak Ditolak Diterima Ha (6) Diterima Diterima Ditolak

N 1

Kelompok (1) Eks. I Eks. II Beda I & II

Db (2) 33 33 66

44

BAB V PENUTUP Berdasarkan analisis data, maka pada bab ini dibuat kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut : 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Ada pengaruh yang signifikan pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010. terbukti hasil t-hitung menunjukkan 14,744 angka ini lebih besar dari angka batas penolakan hipotesis nol dalam tabel nilai t sebesar 2,042, dengan taraf signifikansi 5%, Db = 33. 5.1.2 Ada pengaruh yang signifikan pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010. terbukti hasil t-hitung menunjukkan 16,385 angka ini lebih besar dari angka batas penolakan hipotesis nol dalam tabel nilai t sebesar 2,042, dengan taraf signifikansi 5% db = 33. 5.1.3 Tidak ada perbedaan yang signifikan pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dibandingkan pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010. terbukti hasil t-hitung menunjukkan 1,410 angka ini lebih kecil dari angka batas. Penolakan hipotesis nol dalam tabel nilai t sebesar 2,000 dengan taraf signifikansi 5% db = 66. 5.2 Saran-saran Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, dapat disimpulkan saran-saran sebagai berikut : 5.2.1 Dianjurkan kepada guru, Pembina, dan pelatih olahraga dalam upaya untuk meningkatkan jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra sekolah menengah agar menggunakan bentuk pelatihan mendorong beban ke ata s dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set. Karena kedua pelatihan ini sama-sama memberikan peningkatan terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru. 5.2.2 Disarankan Kepada Guru, Pembina, dan pelatih olahraga agar dalam memberikan pelatihan selalu berpedoman pada komponen-komponen dan prinsip-prinsip pelatihan agar tidak terjadi kelelahan berlebih dalam pelatihan. 5.2.3 Disarankan bagi peneliti lain agar mengadakan penelitian yang lebih mendalam dengan mencoba, mengatur, memainkan variabel, repetisi dan set yang berbeda dari penelitian ini.

45

DAFTAR PUSTAKA

Aif, Syarifudin, 2003. Pendidikan dan Kesehatan. Jakarta: CV Baru. Arikunto, Suharsimi. 1995. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Bambang. Soepeno. 1997. Statistik Terapan dalam Penelitian Ilmu-ilmu dan Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Anggota IKAPI. Bompa. 1990. Theory And Methadologi of Training The Key To Atletik Training. Dubuque. I A WC Brown. Bompa. 1993. Bimbingan Bermain Bulu Tangkis. Jakarta: Akademi Pressido, Depdikbud. 1997. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Senam. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Engkos, Kokasih. 1993. Olahraga Tehnik dan Program Pelatihan. Jakarta: Akademika Pressindo. Gorda. 1994. Metode Penelitian Ekonomi. Denpasar: Widya Kriya Gatama. Harsono. 1991. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma. Harsono. 1998. Biomekanika. Fakultas Pendidikan Olahraga Kesehatan IKIP Bandung. ISPI. 1991. Scoring Tables of Mens Track and Field Events. Balai Pustaka. ISPI. 1994. Buku Penelitian Bagi Pengembangan Propesi. Singaraja: STKIP. James Tangkudung. 2006. Kepelatihan Olahraga. Cerdas Cermat. Jonath, U. 1998. Atletik. Jakarta: PT. Rosda Jaya Putra. Kappi. 1993. Metode Penelitian. Institut IKIP Yogyakarta. Karna, Ketut. 1997. Otot dan Gerakan dalam Olahraga. Denpasar: Yayasan Ilmu Faal Widya Laksana, Krempel dalam Kanca. 1990. Atletik I. Jakarta: PT. Rasida. Nala, Ngurah. 1992. Kumpulan Tulisan Olahraga. Denpasar: Koni Provinsi Bali. Nala, Ngurah. 1994. Komponen Kondisi Fisik. Bali Post. Sabtu 1994. Nala, Ngurah. 1998. Komponen Kondisi fisik. Bali Post Sabtu 1994. Nala, Ngurah. 1998. Kesegaran Jasmani. Denpasar: Yayasan Ilmu Faal Widya Laksana. Nala, Nagurah. 2002.Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Koni Daerah Bali. Nanang, Sudrajat. 1996. 1996. Tes dan Pengukuran. Bandung: Tarsito. Manuaba. 1997. Pendekatan Ilmiah dalam Olahraga. UNUD Denpasar: Yayasan Ilmu Faal Widhaya Laksana. Sajoto. 1990. Peningkatan dan Pembina Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang: Dahara Prise. Sajoto. 1996. Pembina Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta. Soekarman R. 1997. Dasar Olahraga Untuk Pembina, Pelatihan dan Atlet. Inti Idayu Press.

46

Soekatamsi. 1994. Permainan Boal Besar Sepak Bola. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sujana. 1992. Periode Penelitian. IKIP Yogyakarta: Institut Press. Sujana. 1995. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Instittut Press. Sumosardjono, Sadoso. 1996. PengetahuanPraktis dalam Olahraga. Jakarta: PT. Gramedia. Sutrisno, Hadi. 1990. Metodelogi Risearch. Jogyakarta: Andi Offse. Sutrisno, Hadi 1993, Statistik Jilid II. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Warsito, Guntur Mulyadi. 1992. Metode Penelitian. Bandung: Tarsito WJS, Poerwadarminta. 1990. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka. Wiratha, Redhana. 2008. Rahasia Berprestasi Dalam Olahraga. Denpasar: KONI Provinsi Bali.

Anda mungkin juga menyukai