Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Salah satu pendukung pembentukan manusia yang berkualitas adalah melalui olahraga, Pembangunan

olahraga telah berhasil menumbuhkan budaya olahraga guna meningkatkan kualitas manusia Indonesia sehingga memiliki tingkat kesehatan dan kebugaran yang cukup, yang harus dimulai sejak usia dini melalui pendidikan olahraga disekolah dan masyarakat. Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, baik sebagai arena adu prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat dibentuk manusia yang sehat jasmani, rohani serta mempunyai kepribadian, disiplin, sportifitas yang tinggi sehingga pada akhirnya akan terbentuk manusia yang berkualitas. Suatu kenyataan yang bisa diamati dalam dunia olahraga, menunjukkan kecenderungan adanya peningkatan prestasi olahraga yang pesat dari waktu kewaktu baik ditingkat daerah, nasional maupun internasional. Hal ini dapat dilihat dari pemecahan-pemecahan rekor yang terus dilakukan pada cabang olahraga tertentu, penampilan tehnik yang efektif dan efisien dengan ditunjang oleh kondisi fisik yang baik. Dengan adanya kecenderungan prestasi yang meningkat, maka untuk berpartisipasi dan bersaing antar atlet dalam kegiatan olahraga prestasi harus dikembangkan kualitas fisik, tehnik, psikologi dan sosial yang dituntut oleh cabang olahraga tertentu. Oleh karena itu melalui pengembangan dan pembinaan di masyarakat, olahraga wajib diajarkan di sekolah-sekolah dari sekolah tingkat dasar, sekolah tingkat pertama sampai dengan sekolah tingkat menengah. Atletik merupakan cabang olahraga yang mendasari cabang olahraga Yang lain dan sebut juga sebagai induk dari semua cabang olahraga. Melalui kegiatan atletik terbina kemajuan manusia untuk bertahan hidup hingga menjadi manusia yang produtif. Atletik yang mencakup jalan, lari, lompat dan lempar boleh dikatakan sebagai cabang tertua, sama tuanya dengan usia manusia pertama didunia. Hal ini mudah dipahami, karena manusia pada saat itu harus berjalan, lari, lompat, dan lempar untuk mempertahankan hidupnya. Atletik memiliki bentuk kegiatan yang beragam, oleh karena itu atletik dapat digunakan sebagai alat pembinaan bagi setiap cabang olahraga. Bahkan, ada yang menyebutnya sebagai ibu dari semua cabang olahraga, meskipun ini hanya atas dasar pandangan akal sehat semata, tetapi kenyataan membuktikan bahwa atletik memiliki berbagai bentuk gerak yang tergolong lengkap. Didalamnya terdapat gerak dasar yang dapat dijumpai pada beberapa cabang olahraga lainnya. Menurut sajoto (1988:2) bahwa untuk mencapai suatu prestasi dalam olahraga merupakan usaha benar-benar harus diperhitungkan secara matang dengan suatu usaha pembinaan melalui suatu pembibitan secara dini, serta peningkatan melalui pendekatan ilmiah terhadap ilmu-ilmu yang terkait. Lompat jauh merupakan salah satu nomor yang terdapat dapat dalam olahraga atletik nomor lompat. Untuk menghasilkan lompatan yang maksimal diperlukan kondisi fisik diantaranya power (power) otot tungkai dan kekuatan otot perut mempunyai peran besar untuk hasil lompatan yang jauh. Menurut para ahli , khususnya mengenai faktor power otot merupakan faktor yang sangat penting dalam cabang olahraga yang dominan menggunakan tungkai sebagai indikator dalam meningkatkan kemampuan. Maka power (power) tungkai mutlak diperlukan untuk menghasilkan yang sempurna. Ada beberapa unsur kondisi fisik yang sangat mendukung pencapaian prestasi dalam lompat jauh, unsur-unsur tersebut adalah power, kekuatan, kelenturan, kecepatan, kelincahan, keseimbangan, koordinasi dan reaksi (sajoto 1988: 4). Disini penulis akan

meneliti dua komponen kondisi fisik yaitu : kekuatan otot perut dan power (power) otot tungkai. Kekuatan adalah energi untuk melawan tahanan atau kemampuan untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan (Harsono, 1998: 47). Cara terbaik untuk meningkatkan kekuatan otot perut dan power otot tungkai adalah dengan melakukan latihan yang teratur dan terencana dipandu oleh pembina/ pelatih, latihan untuk meningkatkan otot perut dapat dilakukan dengan cara sit-up memakai beban tetap dan beban meningkat. Berat latihan dapat diberikan dengan berbagai cara, antara lain meningkatkan frekuensi latihan, lama latihan, ulangan dalam suatu bentuk latihan atau gerakan, berat beban atau alat yang digunakan, kesukaran dalam latihan dan memperpendek interval latihan. Sajoto (1995:9) mengatakan bahwa kekuatan merupakan dasar setiap gerak yang dilakukan manusia sebab dapat dinyatakan daya otot (muscular power) merupakan perpaduan antara kekuatan (strenght) dengan kecepatan (velocity). Lebih lanjut sajoto (1988:17) mengatakan bahwa kekuatan dan kecepatan merupakan satu kesatuan yang dinamakan power yang merupakan kemampuan otot untuk mengerahkan atau mengeluarkan kekuatan maksimal dalam waktu yang amat singkat. Berdasarkan utaian diatas maka penulis ingin mengadakan penelitian sehingga penulis menetapkan judul Kontribusi Kekuatan Otot Perut dan Power Otot Tungkai terhadap Kemampuan Lompat Jauh Pada Mahasiswa Penjaskesrek FKIP Unsyiah. Alasan penulis memilih judul tersebut adalah karena penulis melihat betapa pentingnya faktor kekuatan otot perut dan power otot-otot tubuh yang digunakan untuk melakukan gerakan melompat khususnya dalam cabang olahraga atletik pada nomor lompat jauh. KERANGKA PEMIKIRAN 1. Pengertian Atletik Atletik merupakan istilah yang sudah dialih bahasakan dari berbagai istilah sebelumnya. Memiliki makna bertanding atau berlomba. Istilah athlon hingga saat ini masih sering digunakan seperti yang kita dengar kata Pentathlon atau Decathlon. Pentathlon memiliki makna panca lomba, meliputi loma jenis lomba, sedangkan decathlon adalah dasa lomba, meliputi lima jenis lomba, sedangkan decathlon adalah dasa lomba, meliputi sepuluh jenis lomba. Istilah atletik yang digunakan di indonesia saat ini diambil dari bahasa inggris yaitu Atletic yang berarti cabang olahraga yang meliputi jalan, lari, lompat, dan lempar. Sementara di Amerika serikat, istilah untuk menyebut atletik adalah track and field. Di jerman, istilah untuk menyebut atletik diberi makna yang lebih luas lagi yaitu berbagai cabang olahraga yang bersifat perlombaan atau pertandingan, termasuk cabang olahraga renang, bola basket, tenis, sepakbola, senam dan lain-lain. Atletik ini memiliki bentuk kegiatan yang beragam, maka atletik dapat digunakan sebagai alat pembinaan bagi setiap cabang olahraga. Bahkan, ada yang menyebutkan sebagai Ibu dari semua cabang olahraga. Meskipun ungkapan ini hanya atas dasar pandangan akal sehat semata, tetapi kenyataan yang ada membuktikan bahwa atletik memiliki berbagai bentuk gerak yang tergolong lengkap. Didalamnya terdapat gerak yang tergolong lengkap. Didalamnya terdapat gerak dasar yang dapat dijumpai pada beberapa cabang olahraga.

2.

Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan yang merupakan rangkaian urutan gerakan yang dilakukan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya yang merupakan hasil dari kecepatan horizontal yang dibuat sewaktu awalan, dengan daya vertikal yang dihasilkan oleh power. Menurut Aip Syaifuddin (1992 : 90) lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Keempat unsur gerakan yaitu awalan, tolakan, melayang dan mendarat, merupakan suatu kesatuan yaitu urutan gerakan lompatan yang tidak terputus. Lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat menggunakan tumpuan satu kaki untuk mencapai jarak sejauhjauhnya. Sasaran dan tumpuan lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan sejauh mungkin ke sebuah letak pendaratan atau bak lompat. Jarak lompatan diukur dari papan tolakan sampai batas terdekat dari letak pendaratan yang dihasilkan oleh bagian tubuh. Dalam lompat jauh terdapat beberapa macam gaya yang umum dipergunakan oleh para pelompat, yaitu gaya jongkok (tuck), gaya menggantung (hand style) dan gaya jalan di udara (walking in the air). Perbedaan antara gaya lompatan yang satu dengan yang lainnya, ditandai oleh keadaan sikap badan pada waktu melayang di udara (Aip Syaifuddin, 1992 : 93). Jadi mengenai awalan, tumpuan, melayang dan mendarat, bahwa ketiga gaya tersebut prinsipnya sama. Mengenai unsur-unsur yang berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan lompat jauh meliputi power, kekuatan, kelincahan, keseimbangan dan lain-lain.

3. Teknik-teknik dalam Lompat Jauh Lompat jauh adalah gerakan melompat dari papan tumpuan menggunakan salah satu kaki terkuat untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Lompat jauh mempunyai 4 unsur gerakan yaitu awalan, tolakan, sikap badan ketika di udara, sikap badan saat jatuh atau mendarat. 3.1 Awalan Awalan adalah gerakan-gerakan permulaan dalam bentuk lari untuk mendapatkan kecepatan pada waktu akan melakukan tolakan dan lompatan. Awalan harus dilakukan dengan secepat-cepatnya dan jangan merubah langkah saat melakukan tolakan. Untuk awalan pada lompat jauh, jaraknya berbedabeda tergantung dari kemampuan masingmasing. Awalan harus dilakukan dengan secepat-cepatnya serta jangan merubah langkah pada saat akan melompat. Panjang pendekatan jarak biasanya konsisten untuk seorang atlet. Pendekatan dapat bervariasi antara 12 dan 19 langkah di tingkat pemula dan menengah, sementara di tingkat elite mereka lebih dekat dengan antara 20 dan 22 langkah. Jarak yang tepat dan jumlah langkah-langkah dalam pendekatan tergantung pada pengalaman jumper, teknik berlari cepat, dan tingkat pengkondisian. Konsistensi dalam pendekatan sangat penting karena merupakan pesaing tujuan untuk selalu dekat ke bagian depan papan takeoff mungkin tanpa menyeberangi garis dengan setiap bagian dari kaki. 3.2 Tumpuan atau Tolakan Tumpuan atau tolakan adalah gerakan pada papan tolakan dengan kaki yang terkuat yaitu meneruskan ke kecepatan horisontal ke kekuatan vertikal secara cepat seperti yang dikatakan oleh Aip Syaifuddin (1992 : 91) bahwa tolakan adalah perubahan atau

perpindahan gerakan dari gerakan horisontal ke gerakan vertikal yang dilakukan secara cepat. Tumpuan dapat dilakukan dengan baik dengan kaki kiri ataupun kaki kanan, tergantung kaki mana yang lebih dominan. Setelah kaki depan menumpu secara tepat pada balok tolakan segera diikuti kaki yang lain ke arah depan atas dengan dibantu oleh ayunan lengan searah dengan tolakan. Mengenai tolakan, Soedarminto dan Soeparman (1993 : 360) mengemukakan sebagai berikut : untuk membantu tolakan keatas, lengan harus diayun keatas dan kaki yang melangkah diayunkan setinggi mungkin (prinsipnya adalah bahwa momentum dari bagian dipindahkan kepada keseluruhan) oleh karena itu kaki tumpu harus sedikit ditekuk. 3.3 Melayang di udara Menurut Aip Syaifuddin (1992 : 92 -93) sikap gerakan badan di udara sangat erat hubungannya dengan kecepatan awalan dan kekuatan tolakan, karena pada waktu pelompat lepas dari papan tolakan badan si pelompat akan dipengaruhi oleh suatu kekuatan yaitu gaya gravitasi. Untuk itu, kecepatan lari awalan dan kekuatan pada waktu menolak harus dilakukan oleh si pelompat untuk mengetahui daya tarik bumi tersebut. Dengan demikian jelas bahwa pada nomor lompat (khususnya lompat jauh), bahwa kecepatan dan kekuatan tolakan sangat besar pengaruhnya terhadap hasil tolakan. Tetapi dengan mengadakan suatu perbaikan bentuk dan cara-cara melompat maka akan dapat memperbaiki hasil lompatan. Dalam hal yang sama Yusuf Adi Sasmita (1992 : 68) berpendapat bahwa pada waktu naik, badan harus dapat ditahan dalam keadaan sikap tubuh untuk menjaga keseimbangan dan untuk memungkinkan pendaratan lebih sempurna. Kalaupun mengadakan gerak yang lain harus dijaga agar gerak selama melayang itu tidak menimbulkan perlambatan. Pada lompat jauh, waktu melayang di udara berprinsip pada tiga hal sebagai berikut : 1) bergerak kedepan semakin cepat semakin baik ; 2) menolak secara tepat dan kuat ; 3) adapun gerakan yang dilakukan selama melayang tidak akan menambah kecepatan gerak selama melayang dan hanya berperan untuk menjaga keseimbangan saja. Menurut Engkos Kosasih (1985 : 67) sikap badan di udara adalah badan harus diusahakan melayang selama mungkin di udara serta dalam keadaan seimbang dan yang paling penting pada saat melayang ini adalah melawan rotasi putaran yang timbul akibat dari tolakan. Selain itu juga untuk mendapatkan posisi mendarat yang paling ekonomis dan efisien. Menurut Bernhard (1993 : 83) fase melayang berhubungan langsung dengan perpindahan, karena itu latihan gerakan akhirnya akan terjadi dari lompatan dengan ancang-ancang yang tidak terlalu panjang. 3.3.1 Gaya Jongkok Yang dimaksud dengan gaya jongkok dalam nomor lompat jauh, dimana pada saat melayang di udara kedua kaki pelompat dibawa ke depan selanjutnya seolah-olah sedang melakukan jongkok dan selanjutnya mendarat dibak lompat. Setelah tolakan dilakukan dengn keras dan kuat auyunkan tungkai kanan kedepan atas, tungkai kiri mengikuti dan dirapatkan ketungkai kanan dan kedua tangan diayunkan kedepan. Pada waktu akan mendarat kedua ditekuk kedua kaki rapat serta kedua lengan lurus kedepan. Untuk lebih jelas tentang gaya jongkok dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 1. Gerakan Gaya Jongkok Sumber. Alletik IAAF (2000) 3.3.2 Gaya Melenting Seperti halnya pada gaya jongkok, hanya pada saat mencapai titik tertinggi kaki tumpuan dibawa kedepan, akan tetapi justru kaki kanan yang digerakkan kebelakang dengan disertai lenting badan dan ayunan tangan keatas belakang. Kemudian kedua lengan dan kaki bersama-sama diayun ke depan untuk mendarat. Pendaratan dilakukan seperti pada gaya jongkok. Untuk lebih jelas tentang gaya melenting dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2. Gerakan Gaya Melenting Sumber. Atletik IAAF (2000)

3.3.3

Gaya Berjalan Di Udara Gerakan berjalan diudara sulit dibandingkan dengan gaya sebelumnya. Gaya ini menuntut kelincahan gerak. Yang dimaksud dengan berjalan ialah selama melayang kedua kaki digerakan seperti berjalan atau berlari. Teknik pelaksanaannya setelah kaki diayun terangkat kedepan, kaki ini digerakkan lagi kebelakang dan kaki tumpu digerakkan kedepan. Selanjutnya kaki kanan dgerakkan ke depan lagi hingga sejajar dengan kaki kiri. Cara mendaratnya sama seperti gaya-gaya yang lain. Perlu diingat bahwa gerakan di udara harus dilakukan tanpa adanya ketegangan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 3. Gerakan Gaya Berjalan di Udara Sumber. Atletik IAAF (2000) 3.4 Sikap Mendarat Melakukan pendaratan adalah bagian akhir dari lompat jauh. Keberhasilan dalam lompat jauh terletak pada pendaratan. Pada pendaratan yang mulus akan berpengaruh terhadap jarak, keselamatan dan keindahan. Pada saat mendarat titik berat badan harus dibawa ke muka dengan jalan membungkukkan badan hingga lutut hampir merapat,

dibantu pula dengan julurantangan ke muka. Pada waktu mendarat ini lutut dibengkokkan sehingga memungkinkan suatu momentum membawa badan ke depan, di atas kaki. Mendarat merupakan suatu gerakan terakhir dari rangkaian gerakan lompat jauh. Sedangkan menurut Aip Syaifuddin (1992 : 95) sikap mendarat pada lompat jauh baik untuk lompat gaya jongkok, gaya menggantung, maupun gaya berjalan di udara adalah sama yaitu pada waktu akan mendarat kedua kaki di bawa ke depan lurus dengan jalan mengangkat paha ke atas, badan dibungkukkan ke depan, kedua tangan ke depan, kemudian mendarat pada kedua tumit terlebih dahulu dan mengeper, dengan kedua lutut dibengkokkan (ditekuk), berat badan dibawa ke depan supaya tidak jatuh ke belakang, kepala ditundukkan, kedua tangan ke depan. Untuk lebih jelasnya gambar di bawah ini menunjukkan serangkaian gerakan lompat jauh gaya jongkok dari take off sampai sikap mendarat.Hal yang penting disaat mendarat banyak para atlet atau siswa ketika mendarat tidak memperhatikan posisi badan dan pandangan mata yang selalu tertuju pada kondisi pendaratan artinya siswa harus semampu mungkian meraih gerakan pendaran dengan tungkai yang benar-benar maksimal tungkai lurus kedepan. 4. Kondisi Fisik Latihan kondisi fisik adalah proses mengembangkan kemampuan aktivitas gerak jasmani yang dilakukan secara sistematik dan ditingkatkan secara progresif untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kebugaran jasmani agar tercipta kemampuan kerja fisik yang optimal. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan potensi fungsional atlet dan mengembangkan kemampuan biomotorik ke derajat yang paling tinggi. 4.1 Kekuatan Otot Perut Kekuatan adalah dasar yang paling penting dalam melatih ketrampilan gerak. Menurut M. Sajoto (1988 : 58) kekuatan diartikan komponen kondisi fisik yang menyangkut masalah kemampuan seorang pada saat menggunakan otot-ototnya, menerima beban waktu bekerja. Jadi kekuatan merupakan otot dalam menahan beban dari bekerja motorik dalam waktu tertentu secara maksimal. Dalam lompat jauh unsur kekuatan sangat penting untuk mendapatkan hasil tolakan yang kuat dan benar. Kekuatan otot menurut M. Sajoto (1988:99) adalah komponen kondisi fisik yang dapat ditingkatkan sampai batas sub maksimal, sesuai kebutuhan setiap cabang olahraga yang memerlukan. Faktor-faktor yang harus benar-benar diperhatikan secara matang melalui pembinaan secara dini serta memperhatikan beberapa aspek yang harus meningkatkan prestasi adalah struktur postur tubuh yang meliputi: a) ukuran tinggi dan panjang tubuh, b) ukuran besar, lebar, dan berat tubuh, c) somato tipe (bentuk tubuh: endomorphy, mesomorphy, dan ectomorphy). Dari beberapa pengertian tersebut kekuatan dapat diartikan sebagai kualitas tenaga otot atau sekelompok otot dalam membangun kontraksi secara maksimal untuk mengatasi beban yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Otot Perut terdiri dari empat kelompok otot. yaitu rectus abdominis. external obliques. internal obliques, dan transverse abdominis. Secara umum, otot-otot perut bekerja sebagai penggerak utama dan penstabil tulang belakang. Rectus abdominis membentang ke atas dan tulang pubis ke tulang dada. External melintang diagonal, dengan arah menurun dan rusuk ke bagian tengah tulang panggul. Internal obliques membentang diagonal ke atas dan panggul ke rusuk. Kedua kelompok obliques bekerja sama dengan rectus abdominis untuk meregangkan dan memutar torso ke samping. Transverse abdominis melintang horizontal dan belakang ke depan, berkontraksi ketika yang lain sedang bekerja, namun tidak dapat bekerja sendiri.

4.2 Power Otot Tungkai Kondisi fisik akan baik apabila komponen-komponen yang ada terpelihara dengan baik. Komponen kondisi fisik menurut M. Sajoto (1988 : 57) meliputi kekuatan, daya tahan, power, kecepatan, daya lentur, kelincahan, koordinasi, keseimbangan dan reaksi. Power menurut M. Sajoto (1988:58) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum dengan usahanya dikeluarkan dalam waktu sependek-pendeknya. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa daya otot = kekuatan (streng) x kecepatan (velocity). Berdasarkan pendapat para ahli dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan power otot adalah kombinasi gerakan ini bila dilakukan secara intensif dalam waktu yang singkat akan dapat menimbulkan power otot yang cukup besar atau kuat dan dapat dikatakan bahwa power otot tungkai adalah merupakan suatu kemampuan seseorang untuk menggerakkan kekuatan dengan cepat dalam waktu yang singkat dengan gerakan naik turun (vertikal) dan menggunakan anggota gerak bawah (otot tungkai). 5. Hubungan Kekuatan Otot Perut Terhadap Kemampuan Lompat Jauh Kekuatan merupakan faktor utama untuk menciptakan prestasi yang optimal, dengan kekuatan seorang pelari dapat berlari lebih cepat karena dia memiliki kekuatan. Demikian pula seorang pelompat jauh dapat melompat lebih jauh karena sumbangan dari kekuatan. Kekuatan adalah kemampuan otot untu melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Kekuatan otot perut merupakan kontraksi otot-otot diperut ketika seseorang melakukan lompatan. Menurut pendapat para ahli kekuatan otot perut akan memberikan sumbangan yang besar untuk menghasilkan lompatan yang jauh, karena ketika seseorang melompat otot perut akan berkontraksi untuk memberikan dorongan, makin kuat otot perut seseorang makin jauh pula lompatannya. 6. Hubungan Power Otot tungkai Terhadap Kemampuan Lompat Jauh Power otot tungkai adalah suatu kemampuan otot tungkai untuk melakukan aktivitas secara cepat dan kuat untuk menghasilkan tenaga. Power otot tungkai merupakan kombinasi dari kecepatan maksimal dan kekuatan maksimal. power ini harus ditunjukkan oleh perpindahan tubuh melintasi udara, dimana otot-otot harus mengeluarkan kekuatan dengan kecepatan yang tinggi, agar dapat membawa tubuh atau obyek pada saat pelaksanaan gerak untuk dapat mencapai suatu jarak. Upaya dalam meningkatkan unsur power dapat dilakukan dengan cara : a) meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan atau menitik beratkan pada kekuatan; b) meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan kekuatan atau menitik beratkan pada kecepatan; c) meningkatkan kedua-duanya sekaligus, kekuatan dan kecepatan dilatih secara simultan. Power otot tungkai adalah gabungan dari kekuatan dan kecepatan merupakan aspek penting pada olahraga yang banyak menggunakan tungkai khususnya cabang lompat jauh, power otot tungkai banyak memberikan sumbangan untuk seseorang dapat melompat dengan jauh terutama pada saat tolakan, otot-otot tungkai akan berkontraksi memberikan dorongan yang besar. 7. Kontribusi Kekuatan Otot Perut dan Power Otot Tungkai Terhadap Kemampuan lompat Jauh Kekuatan otot perut dan power otot tungkai merupakan aspek kondisi fisik yang mempunyai kontribusi yang besar terhadap jauhnya lompatan seseorang. Seseorang yang melompat terutama pada saat tolakan, otot perut dan otot tungkai akan berkonstrasi secara bersamaan sehingga pelompat memperoleh tenaga tolakan yang kuat, dengan demikian pelompat akan dapat lebih lama mempertahankan diri pada saat melayang dan memperoleh hasil lompatan yang lebih jauh.

METODE PENELITIAN Metode Penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah adalah dilaksanakan didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional adalah penelitian dilakukan dengan caracara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris adalah cara yang digunakan dapat diamati dengan indera manusia. Sistematis adalah proses penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk kedalam penelitian deskriptif korelasional, artinya penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa penjaskesrek FKIP Unsyiah Angkatan 2011 yang keseluruhannya berjumlah 135 orang. Sampel diambil 30 lah% dari keseluruhan populasi yaitu berjumlah 22 orang. Teknik pengumpulan data Dalam penelitian ini pengambilan data penelitian menggunakan tes kekuatan otot perut dengan cara sit-up, tes power tungkai dengan Lompat jauh tanpa awalan (standing broad jump), serta tes lompat jauh untuk mengetahui hasil lompatan terjauh dari masingmasing sampel. HASIL PENELITIAN Data penelitian yang diperoleh dalam hasil tes yang dilakukan pada Mahasiswa Penjaskesrek FKIP Unsyiah angkatan 2011 yaitu berupa kuantitatif atau data bentuk angka, data ini didapat secara langsung dari test kekuatan otot perut, tes power otot tungkai dan tes kemampuan lompat jauh. Koefisien korelasi antara kekuatan otot perut (X1) dengan kemampuan lompat jauh pada Mahasiswa Penjaskesrek FKIP Unsyiah Angkatan 2011 (Y) adalah sebesar 0,5. Sedangkan rtabel = 0,444 maka rhitung rtabel, artinya kekuatan otot perut mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kemampuan lompat jauh. Koefisien korelasi antara power otot tungkai (X2) dengan kemampuan lompat jauh pada Mahasiswa Penjaskesrek FKIP Unsyiah Angkatan 2011 (Y) adalah sebesar 0,71, sedangkan rtabel =0,444 maka rhitung rtabel, artinya power otot tungkai mempunyai hubungan terhadap kemampuan lompat jauh. Nilai hubungan antara kekuatan otot perut (X1), dan power otot tungkai (X2) sebesar Rx1x2 = 0.82, sedangkan rtabel 0,444. Maka rhitung rtabel, artinya kekuatan otot perut mempunyai hubungan yang signifikan dengan power otot tungkai. Nilai koefesien korelasi ganda (R) kekuatan otot perut dan power otot tungkai (X2) terhadap kemampuan lompat jauh pada Mahasiswa Penjaskesrek FKIP Unsyiah Angkatan 2011 (Y) adalah sebesar 0,71. Sedangkan rtabel 0,444, maka rhitung rtabel, artinya kekuatan otot perut dan power otot tungkai mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap kemampuan lompat jauh. Pembahasan Penelitian Kekuatan otot merupakan hal penting untuk setiap orang tetapi menjadi lebih penting bagi olah ragawan karena kekuatan otot merupakan daya dukung gerakan dalam menyelesaikan tugas-tugas. Secara fisiologis, kekuatan otot perut adalah kemampuan otot perut atau sekolompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara maksimal melawan tekanan (M. Sajoto, 1988:77). Apabila seorang atlet lompat jauh memiliki otot yang kuat,

tidak menutup kemungkinan kekuatan yang dimiliki akan lebih baik. Kekuatan otot perut sama pentingnya dengan otot-otot lain. Dimana otot perut lebih berpengaruh terhadap seluruh kegiatan dari badan atau tubuh karena otot merupakan pusat dari seluruh gerakan (A. Kamiso, 1988:80). Besar kecilnya otot benar-benar berpengaruh terhadap kekuatan otot adalah kenyataan. (a. Kamiso, 1988:80). Atlet lompat jauh yang memiliki otot besar tetapi tidak didukung otot yang kuat tidak memiliki kekuatan yang besar. Menurut Sajoto (1988:98) Semakin besar serabut otot seseorang makin kuat pula otot tersebut, semakin panjang ukuran otot makin kuat pula otot tersebut dan semakin besar ukuran otot, maka kuat pula seorang atlet. Faktor ukuran ini, baik besarnya maupun panjangnya sangat dipengaruhi oleh pembawaan atau keturunan walaupun ada bukti bahwa latihan kekuatan dapat menambah jumlah serabut otot, namun para ahli fisiologi berpendapat bahwa pembesaran otot itu disebabkan oleh bertambahnya luas serabut otot akibat suatu latihan. Power adalah kekuatan sebuah otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam gerakan yang utuh (Suharno HP, 1998:36). Power yaitu kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya ( Sajoto, 1995: 17). Untuk mendapatkan tolakan yang kuat dan kecepatan yang tinggi seorang atlet harus memiliki power yang besar. Jadi power otot tungkai sebagai tenaga pendorong lompatan pada saat melakukan tolakan pada papan tolak setelah melakukan awalan untuk memperoleh kecepatan vertikal sehingga dapat menambah jarak lompatan yang dilakukan. Power otot tungkai dapat dikembangkan dan ditingkatkan melalui latihan-latihan yang mengarah pada hasil lompatan. Prinsip latihan untuk meningkatkan otot tungkai, seperti berjalan dan berlari. Sedangkan power dan daya tahan otot yaitu penambahan beban, berulang-ulang, frekuensi latihan dan lama latihan. Oleh karena itu untuk mencapai prestasi yang optimal atlet lompat jauh harus memiliki kekuatan otot perut dan power otot tungkai yang bagus. Kedua unsur kondisi fisik ini akan secara bersama-sama berkontraksi mengangkat tubuh dari horizontal ke vertikal. Makin kuat otot seseorang makin jauh pula lompatannya. Penelitian ini dilakukan hanya sebatas pembuktian teori-teori yang telah dikemukakan para ahli olahraga, namun demikian penelitian ini diharapkan dapat menjadi baha masukan yang berarti bagi pengembangan ilmu pengetahuan secara umum dan lebih khusus lagi untuk pengembangan ilmu keolahragaan dalam rangka peningkatan prestasi cabang olahraga khususnya Atletik pada Nomor Lompat Jauh. PENUTUP Kesimpulan Hasil penelitian dengan pengolahan serta analisis data, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: Terdapat kontribusi yang signifikan antara kekuatan otot perut dengan kemampuan lompat jauh, hal tersebut ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,5. Kekuatan otot perut memberikan kontribusi sebesar 25 % (0,52x 100%) terhadap kemampuan lompat jauh pada Mahasiswa Penjaskesrek FKIP Unsyiah angkatan 2011. Terdapat kontribusi yang signifikan antara power otot tungkai dengan kemampuan lompat jauh, hal tersebut ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,71. Power otot tungkai memberikan kontribusi sebesar 50,41 % (0,712x100%) terhadap kemampuan lompat jauh pada Mahasiswa Penjaskesrek FKIP Unsyiah angkatan 2011. Terdapat kontribusi yang signifikan antara kekuatan otot perut dan power otot tungkai dengan kemampuan lompat jauh, hal tersebut ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,71. Sehingga secara bersama-sama Kekuatan otot perut dan power otot tungkai

memberikan kontribusi sebesar 50,41% (0,712x100%) terhadap kemampuan lompat jauh pada Mahasiswa Penjaskesrek FKIP Unsyiah angkatan 2011. Saran-Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan dalam penelitian ini, dapat dikemukan saran-saran sebagai berikut: Dalam upaya peningkatan kemampuan lompat jauh hendaknya para pelatih/guru pendidikan jasmani harus memperhatikan komponen kondisi fisik yang dominan seperti kekuatan otot perut dan power otot tungkai karena kedua komponen ini sangan berperan dalam kemampuan lompat jauh. Bagi peneliti lain, kiranya penelititan ini dapat dilanjutkan dalam permasalahan yang lebih luas dengan jumlah sampel yang lebih besar, sehingga dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pelatih, pembina maupun atlet dapat berupaya meningkatkan prestasi. Bagi peneliti sendiri, kiranya dapat menjadikan masukan dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang penelitian dan dalam mengadakan penelitian berikutnya dapat menjadi lebih baik

DAFTAR PUSTAKA

Amir. Nyak, 2010. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Olahraga. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Rineka Cipta Dangsina. Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro. 1984. Kesehatan dan olahraga. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Harsono 1998. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta CV : Tambak Kusuma Harsuki, 2003, Perkembangan Olahraga Terkini, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Jess Jarver. 1999. Atletik. Bandung : CV Pioner. M. Sajoto. 1988. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik. Semarang: Dahara Prize M. Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik. Semarang: Dahara Prize Pate. Rusel, dkk. 1993. Dasar-Dasar Ilmu Kepelatihan. Semarang: IKIP Semarang Press Saputra. Yudha,2001. Dasar-Dasar Keterampilan Atletik. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga Sunarno. Agung dan Sihombing. Syaifullah 2011. Metode Penelitian Keolahragaan. Surakarta: Yuma Pustaka Sugiyono, 2002. Statistik Untuk Penelitian. CV Alfabeta: Bandung

Sudjana, 2005. Metode Statistik. Bandung: Tarsito Suharno Hp, 1985. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta: FPOK IKIP Yogyakarta Syarifuddin, 1992. Pedoman Pembinaan Kondisi Fisik Atletik. Solo: CV Aneka

Anda mungkin juga menyukai