Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Atletik merupakan dasar dari segala macam olahraga atau disebut juga “ibu”
dari segala olahraga. Karena gerakan-gerakan yang ada didalam atletik dimiliki
oleh sebagian besar cabang-cabang olahraga lainya. Pada cabang olahraga atletik
terdiri dari empat macam nomor, yaitu : jalan, lari, lempar dan lompat. Sedangkan
pada nomor lari terbagi menjadi enam macam yang salah satunya adalah lari cepat
(sprint) yang kemudian dibagi lagi menjadi tiga jarak, yakni 100m, 200m, dan
400m.
Menurut Adisasmita (1992:35), Sprint atau lari cepat adalah semua nomor
lari yang dilakukan dengan kecepatan penuh atau kecepatan maksimal sepanjang
jarak yang harus ditempuh. Dalam lari jarak pendek kemampuan biomotor yang
paling dominan dan sangat penting adalah kecepatan, karena untuk menjadi juara
dalam lomba lari jarak pendek diperlukan kecepatan yang maksimal dalam berlari,
siapa yang tercepat maka dialah yang akan memenangkan perlombaan tersebut.
Gerakan-gerakan dalam olahraga atletik didasari oleh kemampuan biomotor yang
diperlukan dalam atletik. Kemampuan biomotor (kondisi fisik) tersebut terdiri atas
unsur-unsur di antaranya adalah kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelentukan,
kelincahan, koordinasi, dan keseimbangan (Fernanlampir dan Faruq, 2015).
Pendidikan jasmani di sekolah merupakan bagian dari pendidikan nasional,
yang pengajarannya hanya mengajarkan kemampuan gerak dasar dari keterampilan
dasar olahraga. Dalam pelaksanaannya olahraga atletik justru lebih sering
dilakukan dibandingkan dengan olahraga permainan lainnya seperti sepak bola,
basket, voli, renang, bulutangkis, dan tenis.
Pendidikan jasmani mengutamakan pengembangan keterampilan gerak
yang menyeluruh, salah satunya adalah lari sprint 100 meter. Lari 100 meter disukai
banyak siswa karena mudah dilakukan. lari banyak digunakan dalam berbagai

1
macam olahraga antara lain sepak bola, bulutangkis, dan tenis lapangan. Semua
cabang olahraga itu memerlukan gerak dasar lari.
Lari bergerak maju kedepan yang dialakukan dengan cepat, karena adanya
gaya dorongan ke belakang terhadap tanah yang dilakukan dengan mengais. Untuk
mencapai kecepatan tinggi diperlukan power tungkai. Pada saat mendorong tanah
tungkai harus benar kuat, sehingga gaya dorongan ke belakang yang dihasilkan juga
besar. Gaya yang dihasilkan diubah menjadi gerakan maju dengan kecepatan gerak
yang tinggi. Hal ini berarti makin cepat gerakan tungkai yang diayunkan kedepan
secara bergantian. Kecepatan lari dipengaruhi oleh power dan jangkauan gerak, atas
suatu keseimbangan antara frekuensi dan panjang langkah kaki (Margono,
2002:10).
Pada saat berlari gerakan ayunan kedua lengan selalu berlawanan arah
dengan gerakan kaki yang sejajar. Gerakan lengan dimaksudkan untuk
mengimbangi gerakan panggul saat berlari. Ayunan lengan kebelakang yang kuat
dapat menyebabkan kaki mampu melangkah lebih jauh, artinya Pelari yang
mempunyai power tungkai dan power lengan yang kuat mampu berlari lebih
maksimal. Pada akhirnya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai jarak 100 meter
semakin sedikit.
Keoptimalan berlari sebagian kecil tergantung pada ukuran proporsi fisik
dan kemampuan biomotor terhadap kemampun lari. Siswa dalam berlari lebih
cepat, jika proporsi fisik dan kemampuan biomotor baik. Siswa yang memiliki
power tungkai kuat dan lengan yang kuat serta ukuran tungkai yang panjang
mempunyai keuntungan, sehingga waktu tempuh yang dibutuhkan sedikit. Namun,
ini bukanlah suatu perbaikan cepat, karena memerlukan proses, komitmen dan
latihan. Hal ini menjadi tantangan bagi para guru pendidikan jasmani khususnya
untuk mengembangkan kemampuan fisik peserta didik, sehingga akan mampu
mengembangkan potensi tiap siswa.
Siswa Sekolah mempunyai perbedaan proporsi fisik. Dimana siswa
memiliki berat badan dan tinggi badan yang berbeda-beda. Disamping itu juga bila
dilihat dari berat badan akan dijumpai anak yang gemuk dan kurus. Perbedaan itu

2
juga pada tinggi badan. Setiap siswa memiliki ukuran tubuh yang berbeda. Orang
yang bebadan gemuk dan pendek dalam berlari waktu tempuhnya kurang baik.
Panjang langkah tiap anak berbeda. Hal ini bisa dilihat dari jangkauan
langkahnya ada yang panjang ada pula yang pendek. Frekuensi langkah dalam
berlari juga bervariasi. Frekuensi langkah merupakan banyaknya langkah dalam
menempuh jarak 100 meter. Jumlah frekuensi langkah ada yang banyak ada yang
sedikit. Siswa saat berlari memiliki frekuensi langkah yang banyak tetapi jangkauan
langkahnya pendek. Kadang ditemui beberapa kasus bila dalam berlari tidak dalam
urutan pertama (menjadi juara) mereka menyerah hal ini menyebabkan konsisten
dalam kecepatan berlari menjadi berkurang.
Ditinjau dari sarana pembelajaran khususnya lari jarak pendek penggunaan
sarana berupa start block juga tidak ada, sarana yang diberikan belum dikemas
dalam modifikasi sedangkan guru hanya memanfaatkan alat yang ada di sekolah
dan jarang modifaksi alat yang ada, sehingga peserta didik tidak terfasilitasi sarana
yang memadai, dan merasa kurang senang, bosan, malas untuk bergerak. Banyak
peserta didik yang masih sulit untuk menguasai materi dan cenderung lebih memilih
bermain sendiri dan tidak aktif bergerak.
Berdasarkan uraian diatas maka dipandang penting untuk melakukan
inovasi model modifikasi sarana untuk pembelajaran atletik lari sprint. Model
pengambangan modifikasi sendiri juga bermanfaat untuk mengantisipasi
terbatasnya sarana dan prasarana yang ada di sekolah, dengan adanya modifikasi
siswa akan banyak kesempatan untuk belajar sehingga pembelajaran lebih efektif
dan tujuan pembelajaran atletik lari sprint dapat tercapai. Model pengembangan
modifikasi dimaksudkan agar materi yang ada dalam kurikulum dapat disajikan
sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik anak.
Kreativitas guru sangat diperlukan untuk melahirkan ide gerak yang mudah
dilaksanakan oleh peserta didik. Dengan upaya tersebut diharapkan peserta didik
akan mempunyai pengalaman yang banyak serta beragam, sehingga mereka akan
menjadi anak yang kaya gerak dan bisa melakukan kegiatan olahraga dengan rasa
nyaman, aman, efektif dan efisien.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Lari
Lari didefenisikan sebagai gerakan tubuh dimana pada suatu saat semua
kaki tidak menginjak tanah. Lari adalah gerakan tubuh dimana kedua kaki ada saat
melayang di udara (kedua telapak kaki lepas dari tanah) yang mana lari diartikan
berbeda dengan jalan yang selalu kontak dengan tanah. (Yoyo Bahagia, 2000:11).
Lari adalah langkah terus menerus dan ada saat melayang (Satriani, 2011). Lari
adalah lompatan yang berturut-turut. Didalamnya terdapat suatu fase dimana kedua
kaki tidak menginjak atau menumpang pada tanah, jadi lari ini berbeda dengan
berjalan. (Yusuf Adisasmita, 1992) Jadi lari merupakan gerakan tubuh pada saat
semua kaki tidak menginjak tanah (ada saat melayang di udara), berbeda dengan
jalan yang salah satu kaki harus tetap ada yang kontak dengan tanah. Urutan gerak
dalam berlari bila dilihat dari tahapan-tahapannya adalah tahap topang depan dan
satu tahap dorong, serta tahap melayang yang terdiri atas tahap ayun ke depan dan
satu tahap pemulihan atau recovery. Tahap topang (Support Phase), pada tahap ini
bertujuan untuk memperkecil menghambatan saat sentuh tanah dan
memaksimalkan dorongan ke depan. Tahap melayang (Flying Phase), pada tahap
ini bertujuan untuk memaksimalkan dorongan ke depan dan untuk mempersiapkan
suatu penempatan kaki yang efektif saat sentuh tanah. Bila dilihat dari sifat-sifat
teknis pada tahap ini adalah lutut kaki ayun bergerak ke depan dan keatas (untuk
meluruskan dorongan dan menambah panjang langkah)

B. Lari Cepat/ Sprint 100 Meter


Lari sprint 100 meter merupakan nomor lari jarak pendek, dimana pelari
harus berlari dengan sekencang-kencangnya dalam jarak 100 meter. Kunci pertama
yang harus dikuasai oleh pelari cepat atau sprint adalah start atau pertolakan.
Keterlambatan atau ketidaktelitian pada waktu melakukan start sangat merugikan
seorang pelari cepat atau sprinter. Oleh sebab itu, cara melakukan start yang baik
harus benar-benar diperhatikan dan dipelajari serta dilatih secermat mungkin.

4
Kebutuhan utama untuk lari jarak pendek adalah kecepatan horizontal yang
maksimal sampai garis finis, yang dihasilkan dari dorongan badan ke depan dengan
sudut terbaik 30 derajat. Kecepatan dalam lari jarak pendek adalah hasil kontraksi
yang kuat dan cepat dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan halus lancar dan
efisien dan sangat dibutuhkan bagi pelari untuk mendapatkan kecepatan yang
tinggi.
Menurut Yoyo Bahagia dkk (2000:12) didukung Eddy Purnomo (2007:30)
Kecepatan lari adalah hasil kali dari panjang langkah dan frekuensi langkah. Hal ini
berarti, apabila seorang pelari memiliki langkah yang panjang atau frekuensi
langkah yang cepat maka akan diperoleh kecepatan lari yang baik, apalagi seorang
pelari memiliki kedua-duanya. Oleh karena itu, seorang pelari jarak pendek harus
dapat meningkatkan satu atau kedua-duanya. Seorang pelari jarak pendek (sprinter)
yang potensial bila dilihat dari komposisi atau susunan serabut otot, persentase
serabut otot cepat (fast twitch) lebih besar atau tinggi dibandingkan dengan serabut
otot lambat (slow twitch). Alat-alat yang digunakan dalam lari 100 meter sebagai
berikut.
1. Pistol Start
2. Start block
3. Tiang finis 2 buah dengan tinggi 1,37 meter, lebar 8 cm, tebal 2 cm
4. Pita Finis setinggi 1,22 meter

C. Tahap-tahap Lari Cepat 100 Meter


Lari jarak pendek bila dilihat dari tahap-tahap berlari terdiri dari beberapa
tahap, yaitu:
1) Start atau saat ada aba-aba (reaksi dan dorongan)
Menurut Bompa (1999), terdapat tiga urutan atau langkah-langkah teknik
start lari 100 meter, yaitu dijelaskan berdasarkan aba-aba sebagai berikut:
a. Aba-aba bersedia

5
Gerakan Lari Aba-aba Bersedia
Setelah starter memberikan aba-aba bersedia, maka pelari akan
menempatkan kedua kakinya menyentuh blok depan dan belakang, kemudian lutut
kaki belakang diletakkan di tanah, terpisah selebar bahu. Jari-jari tangan
membentuk V terbalik dan kepala dalam keadaan datar dengan punggung,
sedangkan mata tetap menatap lurus ke bawah. Suatu start yang baik ditandai
dengan sifat Konsentrasi penuh dan menghilangkan semua gangguan dari luar saat
dalam posisi aba-aba Bersedia.
b. Aba-aba siap

Gerakan Lari Aba-aba Siap


Setelah ada aba-aba siap, posisi badan seorang pelari adalah lutut ditekan ke
belakang, lutut kaki depan ada dalam posisi membentuk sudut siku-siku 90 derajat,
sedangkan kaki belakang pelari membentuk 120-140 derajat. Dan posisi pinggang
sedikit diangkat lebih tinggi dari bahu antara 6-12 cm, tubuh sedikit condong ke
depan, serta bahu agak maju ke depan dari dua tangan.

6
c. Aba-aba Ya

Gerakan Lari Aba-aba Dor


Setelah seorang starter memberikan aba-aba, maka gerakan seorang pelari
adalah badan diluruskan dan diangkat pada saat kedua kaki menolak atau menekan
keras pada start blok, dan kedua tangan diangkat dari tanah secara bersamaan untuk
kemudian diayunkan bergantian. Kaki belakang mendorong lebih kuat, dorongan
kaki depan sedikit demi sedikit, namun tidak lama, kaki belakang diayunkan ke
depan dengan cepat sedangkan badan condong ke depan, lutut dan pinggang
diluruskan penuh pada saat akhir dorongan.
2) Percepatan (perubahan dari lambat ke cepat)
Pada saat lari sprint perubahan dari lambat ke cepat baru terjadi pada jarak
10 meter, dimana pada saat start sampai 10 meter pertama mengalami perlambatan
dengan jumlah frekuensi langkah lebih banyak disebabkan pelari baru melakukan
lari nya dan belum ada kecepatan maksimal dan posisi pelari yang belum aman dan
nyaman.
3) Kecepatan (perubahan dari yang cepat ke yang konstan atau tetap)
Perubahan dari cepat ke yang konstan atau cepat terjadi pada jarak 10 meter
sampai ke finis, hal ini terjadi karena pelari telah mendapatkan kecepatan lari nya
yang maksimal dan kecondongan badan yang maksimal serta tingkat kenyamanan
yang dah maksimal.
4) Penurunan atau perlambatan

7
Penurunan atau perlambatan biasa terjadi saat pelari belum nyaman saat
belari, pelari belum dapat kenyamanan dalam mengatur langkag dan kecondongan
badanya di saat berlari untuk menghasilkan kecepatan yang maksimal.
Urutan gerak dalam berlari bila dilihat dari tahap-tahap nya adalah tahap
topang yang terdiri dari topang depan dan satu tahap dorong, serta tahap melayang
yang terdiri dari tahap ayun ke depan dan satu tahap pemulihan atau recovery.
Tahap Topang (support phase), pada tahap ini bertujuan untuk memperkecil
penghambatan saat sentuh tanah dan memaksimalkan dorongan ke depan. Bila
dilihat dari sifat-sifat teknisnya adalah mendarat pada telapak kaki (ballfoot). Tahap
melayang (flying phase), pada tahap ini bertujuan untuk memaksimalkan dorongan
ke depan dan untuk mempersiapkan suatu penempatan kaki yang efektif saat sentuh
tanah. Bila dilihat dari sifat-sifat teknis pada tahap ini adalah lutut kaki ayun
bergerak ke depan dan ke atas (untuk meneruskan dorongan dan menambah panjang
langkah).

D. Fase lari sprint 100 meter


Menurut Purnomo (2007:33), terdapat dua tahap dalam berlari cepat, yaitu
dijelaskan sebagai berikut:
a. Fase Topang
Fase topang bertujuan untuk memperkecil hambatan saat menyentuh tanah
dan memaksimalkan dorongan ke depan. Fase topang terdiri dari topang depan dan
topang dorong. Adapun tekniknya adalah sebagai berikut:

Fase Topang dalam berlari cepat


1. Mendarat pada telapak kaki.
2. Lutut kaki topang bengkok harus minimal pada saat amortasi.

8
3. aki ayun dipercepat, pinggang, sendi lutut dan mata kaki dari kaki topang harus
diluruskan kuat-kuat pada saat bertolak.
4. Paha kaki ayun naik dengan cepat ke suatu posisi horizontal.
b. Fase layang
Fase layang bertujuan untuk memaksimalkan dorongan ke depan dan untuk
mempersiapkan suatu penempatan kaki yang efektif saat menyentuh tanah. Adapun
tekniknya adalah sebagai berikut:

Fase Layang dalam berlari cepat


1. Lutut kaki ayun bergerak ke depan dan ke atas.
2. Lutut kaki topang bengkok dalam fase pemulihan, ayunan lengan aktif namun
rilek.
3. Kaki topang bergerak ke belakang.

E. Latihan Lari 100 Meter


Latihan 100 meter (sprint) terdiri dari dua tahapan, yaitu:
1. Tahap Bermain (game)
Pada tahap ini bertujuan untuk mengenalkan masalah gerak (movement
problem) lari jarak pendek langsung, dan cara lari jarak pendek yang benar ditinjau
secara anatomis, memperbaiki sikap berlari jarak pendek serta meningkatkan
motivasi siswa terhadap pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan
kebugaran jasmani siswa. Tujuan khusus dalam bermain lari jarak pendek adalah

9
meningkatkan reaksi bergerak, kecepatan dan percepatan gerak siswa, serta
koordinasi gerak siswa dalam berlari. Dalam bermain aa beberapa bentuk yang
dapat diberikan, yaitu bentuk perorangan, kelompok kecil atau kelompok besar.
2. Tahap Teknik Dasar (Basic of Technic)
Tahap ini bertujuan untuk mempelajari dasar gerak lari jarak pendek yang
sistematis. Adapun tahap-tahapnya sebagai berikut :
a. Latihan Dasar ABC
Tahap ini bertujuan mengembangkan keterampilan dasar lari dan mengembangkan
koordinasi gerak lari jarak pendek. Adapun latihannya adalah :
1. Tumit menendang pantat
2. Gerak ankling
3. Lutut diangkat tinggi dan kaki diluruskan
4. Lutut diangkat tinggi
b. Latihan Dasar Koordinasi ABC Tahap ini bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan dan koordinasi lari cepat.
c. Lari Cepat Dengan Tahanan Tahap ini bertujuan untuk mengembangkan tahap
dorong atau support phase dan kekuatan khusus. Pada tahap ini dapat menggunakan
tahanan dari teman atau suatu alat penangan misalnya ban mobil atau beberapa ban
motor, lakukan dengan tidak melebihi berat tahanan, serta guru memperhatikan
kaki topang betul-betul lurus dan kontak dengan tanah sesingkat mungkin.
d. Lari Mengejar Tahap ini bertujuan untuk mengembangkan kecepatan reaksi dan
percepatan lari. Latihan ini dapat menggunakan tongkat atau tali sepanjang 1,5 m;
mulailah dengan berlari pelan-pelan setelah teman pasangan di depan melepaskan
tongkat atau tali siswa yang di belakang mengejar sampai batas yang telah
ditentukan.
e. Lari Percepatan Tahap ini bertujuan untuk mengembangkan lari percepatan dan
kecepatan maksimum. Buatlah tanda untuk menandai daerah 6 m, satu teman
menunggu di ujung batas yang telah ditentukan, dan pelari yang di belakang berlari
optimum dan percepatlah berlari bila pelari yang datang mencapai daerah 6 m dan
pelari yang di depan mulai berlari secepat mungkin bila pelari belakang telah
menginjak garis 6 meter di belakangnya.

10
f. Start Melayang Lari Sprint 20 meter Tahap ini bertujuan untuk mengembangkan
kecepatan maksimum. Untuk melakukannya buatlah tanda 20 m dan gunakan
awalan antara 20 sampai 30 meter tetapi bisa disesuaikan dengan keadaan lapangan
antara 10 sampai 20 meter, selanjutnya siswa berusaha melewati batas yang telah
ditentukan dengan kecepatan maksimum.

F. Teknik Start Lari 100 Meter


Dalam perlombaan lari dikenal tiga macam start, yaitu start jongkok
(crouching start), start berdiri (standing start) dan start melayang (flying start).
Untuk teknik start jongkok mempunyai tiga macam posisi start yang dilakukan pada
block start, sebagai berikut.
1. Start pendek (short startbunc start)
Posisi start ini diukur 16 inci dari garis start sampai dengan block start
depan. Saat jongkik lutut kaki belakang berada di depan ujung kaki yang
lain. Apabila berdiri, ujung kaki belakang akan terletak kira-kira di samping
tumit. Start ini dapat menghasilkan kecepatan yang tinggi, secara ergonomi
start ini kurang sesuai untuk anak-anak karena dengan posisi kaki yang
berdekatan, peranan kedua tangan akan terasa lebih berat, maka start pendek
ini akan sesuai dipakai pada atlit yang sudah terlatih. Jarak telapak kaki saat
jongkok 14-28 cm.
2. Start Menengah (Medium start)
Posisi start diukur 21 inci dari garis start sampai dengan block start depan,
saat berjongkok lutut kaki belakang kira-kira berada di samping lekukan
telapak kaki depan. Start ini juga bisa menghasilkan kecepatan yang tinggi.
Pada posisi ini atlet dapat mengeluarkan tenaga yang besar untuk melesat
dari block start, dengan kecepatan yang tinggi, sehingga posisi start ini
banyak digunakan oleh para atlet. Jarak telapak kaki saat jongkok 35-42 cm.
secara ergonomi start ini sangat efektif dan efisien untuk digunakan karena
dapat menghasilkan kecepatan dan dorongan yang kuat saat melakukan
start.
3. Start panjang (long start)

11
Posisi start ini diukur 21 inci dari garis start sampai block start depan,
dengan jarak 26 inci di antara block start. Saat berjongkok lutut kaki
belakang berada di samping atau kira-kira segaris dengan tumit kaki depan
atau letak lutut lebih mundur lagi, kedua telapak kaki saling berjauhan.
Secara ergonomi Start ini kurang menguntungkan karena tidak cocok untuk
atlet yang tungkai kakinya pendek. Jarak telapak kaki saat jongkok 50-70.

G. Teknik Lari Jarak Sprint 100 Meter


Pada teknik lari 100 meter ada tiga bagian yang harus diperhatikan, yaitu
langkah kaki, ayunan lengan, serta kecondongan badan.
a. Langkah Kaki
Gerakan lari secara keseluruhan dimulai dengan tanah kembali, siklus
keseluruhan dimulai saat dimana satu kaki melangkah menyentuh tanah, dan
sampai kemudian menyentuh lagi, jadi terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap melangkah (drive)
Mata kaki dan lutut diangkat pada saat titik berat badan bergerak didepan
kaki yang menumpu, dan mendorong pinggul kedepan. Kaki yang melangkah
ditekuk dan bergerak kedepan dan keatas, ekstensi maksimum dari kaki yang
melangkah bersamaan dengan gerak mengangkat paha dari kiri, ekstensi tersebut
kedepan sampai kejari jari kaki.
Kedua lengan mengayun memberi imbangan gerak terhadap kedua kaki,
titik maksimum gerakan ini bersamaan pula dengan gerak dorong akhir, sehingga
bila siku berada dititik jauh dibelakang, lutut yang satunya akan mencapai tinggi
maksimum didepan badan, ayunan tangan kedepan kearah hidung serta ayunan
kebelakang agak keluar dengan siku ditekuk membuat sudut kira-kira 90 derajat.
2. Kontak (contact)
Kontak dengan tanah untuk lari jarak pendek khususnya lari jarak 100 meter
berbeda dengan lari jarak jauh dan menengah. Pada lari jarak jauh dan menengah
kontak terjadi saat telapak kaki menyentuh tanah, sedangkan kontak pada saat lari
jarak 100 meter terjadi pada saat bola kaki menyentuh tanah.
3. Support

12
Pada saat yang sama lutut sedikit dibengkokan sebagai persiapan untuk
melangkah, sedangkan lutut yang lainya ketika bergerak kedepan terus
dibengkokan (jaga keseimbangan dengan kecepatan) sampai ini menjadi kaki
tumpu (dibawah titik berat badan), dan diteruskan bersama dengan pinggul
bergerak kedepan pada saat rilek pada saat kaki tumpu menjadi kaki dorong.
Ayunan kedua tangan tetap kearah hidung.
4. Tahap pemulihan (recovery)
Sekali gerak melangkah itu selesai, sentuhan pada tanah yang dibuat oleh
tungkai selesai juga, dan titik pusat berat badan tetap diproyeksikan pada satu garis
lurus kedepan (bukan parabola), tungkai yang telah melangkah secara otomatis
akan terangkat kebelakang, sedangkan tungkai yang lain kedepan dan mulailah
terbentuk tarikan yang aktif ketika tungkai mulai menyentuh tanah.
Tungkai belakang membuat gerakan rotasi yang berulang ulang dan lengan
berayun dengan arah yang berlawanan. Siklus ini dapat disebut suatu gerakan rilek
dalam saaat melayang atau tahap pemulihan.
2. Ayunan Lengan
Ayunan lengan pada lari jarak pendek gerakannya lebih keras dibandingkan
dengan lari jarak menengah dan jauh karena dipengaruhi oleh kecepatan yang
tinggi, sehingga secara otomatis ayunan lengan akan lebih keras dan lebih tinggi
juga frekuwensinya dan lebih banyak di bandingkan dengan lari jarak menengah
dan jauh. Ayunan tangan harus kuat agar keseimbangan titik terganggu, ayunan
tangan ini mengarah kedepan hidung serta ayunan kebelakang agar keluar dengan
siku ditekuk membentuk sudut 90 derajat.
3. Kecondongan Badan
Pada lari jarak pendek posisi badan condong kedepan, tidak membungkuk
dan juga tidak membusungkan dada, pandangan tidak terlalu jauh kedepan,
sebaiknya kurang lebih 5 sampai 10 meter kedepan (Yusuf Adisasmita, 1992:40)
Namun pada kenyataannya pada atlet kelas dunia, seperti Carl Lewis dan Ben
Johnson, posisi badan tidak condong kedepan, namun cenderung hampir tegak, hal
ini bisa terjadi karena dipengaruhi oleh kecepatan lari yang sangat tinggi, sehingga

13
secara otomatis badan akan tegak dalam melakukan lari jarak pendek 100 meter
tersebut.

H. Kekhususan dalam lari sprint


1) Tumpuan kaki
Secara teknis dalam melakukan gerakan lari sprint adalah menggunakan
ujung telapak kaki, sedangkan lari jarak menengah ataupun jauh menggunakan
seluruh telapak kaki. Hal ini disebabkan karena yang dibutuhkan dalam sprint
adalah kecepatan dalam menolak. Mengingat jarak yang ditempuh dalam
sprint 100 meter lebih pendek dibandingkan lari jarak menengah maupun
jauh. Sehingga menolak dengan menggunakan seluruh telapak kaki akan lebih
lama dibandingkan dengan ujung telapak kaki saja. Selain waktunya yang cepat
menolak dengan menggunakan ujung kaki pun akan menghasilkan dorongan ke
depan yang lebih kuat.
2) Daya tahan
Kelangsungan gerakan lari jarak jauh, menengah ataupun pendek secara
teknis adalah sama. Yang membedakan hanyalah terletak pada penghematan
penggunaan tenaga karena adanya perbedaan jarak yang harus di tempuh. Makin
jauh jarak yang ditempuh, makin membutuhkan keuletan dan daya tahan.
Hal-Hal yang harus dihindari dalam lari sprint, antara lain:
1) Dorongan ke depan tidak cukup dan kurang tinggi mengangkat lutut
2) Tubuh condong sekali ke depan atau lengkung ke belakang
3) Memutar kepala dan menggerakkan bahu secara berlebihan
4) Lengan diayun terlalu ke atas dan ayunannya terlalu jauh menyilang dada
5) Meluruskan kaki yang akan dilangkahkan kurang sempurna.
Hal-hal yang diutamakan dalam lari sprint, antara lain:
1) Menjaga kepala tetap tegak dan pandangan lurus ke depan
2) Membuat mata kaki yang dilangkahkan seelastis mungkin
3) Menjaga posisi tubuh sama seperti posisi pada waktu berjalan biasa.
4) Mengayunkan lengan sejajar dengan pinggul dan sedikit menyilang ke
depan badan.

14
3. Power Tungkai
a. Kemampuan biomotor
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam lari sprint 100 M
kemampuan biomotor sangat diperlukan. Kemampuan biomotor merupakan
kemampuan gerak manusia yang dipengaruhi oleh system organ dalam
(Sukadiyanto, 2002:35). System-sistem organ dalam tersebut meliputi system
neuromuskuler, pernafasan, pencernaan, peredaran darah, energi, tulang dan
persendian. Gerak pada anak dihasilkan adanya cukup energi. Energi terbentuk
dari proses metabolism dan didukung oleh system organ yang lain. Jadi komponen
biomotor merupakan keseluruhan dari kondisi fisik siswa.
Komponen dasar dari kemampuan biomotor meliputi kekuatan, ketahanan,
kecepatan, koordinasi dan fleksibilitas. Gabungan dari komponen dasar
dari kemampuan biomotor seperti kecepatan dan kekuatan membentuk
power. Karena power hasil kali dari kekuatan dengan kecepatan.
b. Kemampuan otot tungkai
Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi
beban atau tahanan. Kekuatan otot tungkai merupakan kemampuan otot atau
sekelompok otot tungkai untuk mengatasi beban atau tahanan dalam hal ini
lari 100 meter. Menurut (Bompa, 1994 :268-270) macam-macam kekuatan antara
lain a) kekuatan umum, b) kekuatan khusus, c) kekuatan maksimal, d) kekuatan
ketahanan (ketahanan otot), e) kekuatan kecepatan ( kekuatan elastis atau power),
f) kekuatan absolute, g) kekuatan relatif, h) kekuatan cadangan.
Power adalah kemampuan otot untuk mengatasi beban dalam waktu
sesingkat mungkin. Kekuatan kecepatan sama dengan power karena power
merupakan hasil kali antara kekuatan dan kecepatan (Bompa, 1994:269). Daya
ledak (power) adalah kemampuan tubuh yang memungkinkan otot atau
sekelompok otot untuk bekerja secara eksplosif (Wahjoedi, 2001:61). Dari
kalimat tersebut dapat disimpulkan power merupakan suatu kemampuan otot
atau sekelompok otot untuk mengatasi beban dalam waktu sesingkat mungkin.
Sekelompok otot akan berkontraksi dengan kekuatan dan kecepatan secara
maksimal. Otot akan memanjang dan memendek secara eksplosif.

15
Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi
untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan (Santoso
Giriwijoyo, 2005 : 71). Kekuatan adalah kemampuan otot atau
sekelompok otot untuk menahan atau menerima beban sewaktu bekerja
(Suharjana, 2001 : 100). Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa kekuatan
otot adalah kemampuan otot untuk mengatasi suatu tahanan atau beban
dalam berlari, otot yang dominan adalah otot tungkai.
Kecepatan adalah berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan
gerakan dalam waktu yang sangat singkat. Lari sprint membutuhkan kecepatan
untuk menempuh waktu yang sesingkat- singkatnya. Kecepatan merupakan salah
satu komponen biomotor yang sangat penting untuk sprint. Alat gerak pada
manusia dibagi menjadi alat gerak pasif (kerangka badan) dan alat gerak aktif
(otot badan). Susunan otot anggota badan bawah dari sudut topografi dibagi
dalam 1) otot-otot pangkal paha, 2) otot- otot tungkai atas, 3) otot-otot tungkai
bawah, 4) otot-otot kaki (A.Munandar, 1992 : 114-154) Otot-otot kaki terdiri
dari bagian dorsal dan plantar. Otot-otot bagian dorsal terdiri dari M. extensor
hallucis brevis dan M. extensor digitorum brevis. Otot-otot bagian plantar terdirir
dari sisi medial, lateral dan tengah kaki. Otot-otot sisi medial kaki terbagi
dalam M. abductor hallucis, M. flexor hallucis brevis dan M. adductor hallucis.
Otot-otot sisi lateral terdiri dari M. abductor digiti V, M. flexor digiti V brevis dan
M. opponens digiti V. Otot-otot tengah kaki terdiri dari M. flexor digitorum brevis,
M. quadratus plantae, Mm lumbricales dan Mm interossei.
Pada dasarnya gerakan lari sama dengan gerakan jalan, tetapi saat berlari
kedua kakinya terlepas dari tanah atau melayang, menururt (A.Munandar,
1992:164). Gerakan kaki dimulai dengan memindahkan berat badan pada kaki
kanan bila kaki kiri akan dilangkahkan. Antefleksi tungkai kiri dilakukan oleh m.
iliopsoas (terpenting), m. rectus femoris dan lain-lain dan dengan demikian
dilepaskan dari tanah. Turunnya panggul, bagian kiri dicegah oleh kontraksi
mm. glutaei medius dan minimus sebelah kanan. Selain dari itu kedua otot itu
memutar panggul bagian kiri ke depan dan dengan demikian membantu
mengayunkan tungkai kirir maju dan memperbesar langkah. Titik berat bergerak

16
kedepan sehingga tidak terdapat lagi di atas kaki kanan. Akibatnya badan
hendak jatuh ke depan. Bersamaan dengan itu, terjadi pantofleksi kaki kanan
oleh kontraksi mm. triceps surae dan tumit kanan terangkat dari tanah. Dengan
demikian titik berat yang tadinya sudah turun naik kembali. Setelah tumit kiri
mengenai tanah maka dengan tumit sebagai pusat seluruh kaki. Kelingking
dan daerah-daerah ujung distal ossa metatarsalia IV, III serta II dengan jarinya
masing-masing bersamaan dengan ibu jari mengenai tanah. Kaki kanan makin
melepaskan diri dari tanah dengan berlangsungnya dorsofleksi pada articulation
metatarsophalangeales. Sedang jari-jari kaki tetap kokoh berpijak pada tanah.
Akhirnya ibu jari kaki melepaskan diri dari tanah dan pada waktu yang
bersamaan tumit kaki kiri mengenai tanah.
4. Panjang Tungkai
Beberapa indikator untuk menyeleksi atlet berbakat antara lain kesehatan,
anthropometri, lama latihan, kemampuan fisik dan sebagainya (Cholik : 1994)
yang dikutip oleh Djoko Pekik Irianto (2002 : 29). Anthropometri mempunyai
arti ukuran tubuh manusia, ukuran tubuh manusia mencakup tinggi badan, berat
badan, ukuran bagian tubuh. Pengukuran anthropometri bertujuan untuk
menentukan status fisik yang diperluas sehingga mencakup perkembangan tipe
tubuh manusia dalam hubungannya dengan kesehatan, kekebalan penyakit, sikap,
kemampuan fisik dan kualitas kepribadian (Wahjoedi, 2001: 56). Dengan
mengetahui ukuran anthropometri siswa maka dapat dijadikan bahan untuk
memprediksi kemampuan fisik siswa.
Menurut Tim Anatomi FIK UNY (2003:4) panjang tungkai yaitu dari
trochanter mayor atau tulang paha bagian atas yang menonjol keluar dekat dengan
sendi sampai dengan permukaan lantai. Sedangkan menurut Amari (1996 :155)
panjang tungkai adalah ukuran panjang tungkai seseorang dimulai dari alas
kaki sampai trochanter mayor ( tulang paha bagian atas yang menonjol keluar
dekat dengan sendi ), kira – kira pada bagian tulang yang terlebar disebelah luar
paha dan bila paha digerakkan trochanter mayor dapat diraba di bagian atas tulang
paha yang bergerak. Pada pinggir atasnya, yakni krista iliaka dapat diraba
keseluruhannya. Ke depan rigi ini berakhir pada spina iliaka anterior superior

17
yang bulat ( mudah diraba) menurut (John V. Basmajian dan Charles E.
Slonecker,1993 : 16) SIAS ini akan tampak sebagai tonjolan bila diraba.
Tulang panggul terdiri dari kedua tulang pangkal paha (ossa coxae).
Gelang panggul mempunyai hubungan yang kokoh dengan batang badan sebagai
alat yang harus menerima berat badan dan meneruskannya kepada kedua tungkai.
Tiap os coxae terbentuk dari 3 tulang yang mul- mula terpisah tetapi tumbuh
menjadi satu tulang. Tulang-tulang itu adalah tulang usus (os ilium), tulang
kemluan (os pubis) dan tulang duduk (os ischium).
Tulang-tulang anggota badan bawah yang bebas terdirir dari os femoris,
ossa cruris (tibia dan fibula) dan patella suatu bijian yang besar dalam urat M.
quadriceps femoris serta ossa pedis. Ossa pedis terdiri dari ossa tarsalia, ossa
metatarsalia, dan ossa digitorium pedis. Ossa tarsalia terbentuk oleh talus,
calcaneus, os naviculare pedis, ossa cunei formia I, II dan III serta os cuboideum.
Ossa digitorum pedis tersusun oleh tiap jari kaki terdapat 3 phalanges, kecuali
ibu jari yang terdiri dari 2 phalanges.
5. Power Lengan
Power merupakan komponen kondisi fisik yang dalamnya terdapat dua
unsur pokok yaitu kekuatan dan kecepatan. Berkaitan dengan power Suharno
HP. (1993:95) menyatakan “ explosive power adalah kemampuan otot atlet untuk
mengatasi tahan beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam satu
gerakan utuh “. Sudjarwo (1993 : 27) menyatakan “ explosive power merupakan
kemampuan otot (segerombolan otot) untuk melawan beban / tahanan dengan
kecepatan tinggi dalam satu gerakan (penggunaan force & velocity). Sedangkan
Bompa (1994 : 269) menyatakan power adalah kemampuan otot untuk mengatasi
beban dalam waktu sesingkat mungkin. Kekuatan kecepatan sama dengan power
karena power merupakan hasil kali antara kekuatan dan kecepatan.
Lengan merupakan anggota gerak atas yang terdiri dari seluruh lengan,
mulai dari pangkal lengan sampai ujung jari tangan. Menurut Evelyn C Pearce
(1999:112) bahwa, otot-otot yang terdapat pada lengan sisi posteriot dan lengan
bawah yaitu : “ (1) otot deltoid, (2) otot irisep, (3) otot brakhioradialis, (4) otot
extensor karp radialis longus, (5) otot extensor digitorum, (6) otot extensor dan

18
abductor ibu jari, (7) otot ankonectis, (8) otot extensor karpudnaris, (9) otot
extensor retinakulum”.
Terjadinya kontraksi otot dalam tubuh manusia akibat bekerja melawan
beban yang diterimanya. Misalnya mendorong atau menolak suatu benda,
menahan beban, menarik benda dan lain sebagainya. Aip Syarifuddin (1997 : 35)
menyatakan bahwa , “Otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat, apabila
mendapat rangsangan dari luar”. Mekanisme kontraksi otot tidak sederhana ,
tetapi cukup kompleks. Hal terpenting dan harus diperhatikan saat otot
berkontraksi adalah dibutuhkan cadangan energi .
Bertolak dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan
power lengan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot lengan untuk
menghasilkan kerja fisik dengan mengerahkan kekuatan- kekuatan dari otot-otot
lengan secara maksimal dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dalam
mengayunkan lengan pada saat berlari sprint. Power lengan ini penting untuk
cabang-cabang olahraga dimana atlet mengerahkan tenaga secara eksplosif dari
otot-otot lengan.
Sprint memerlukan fleksibilitas tungkai, panggul dan bahu yang baik.
Kemampuan untuk memutar panggul pada poros longitudinal tubuh membantu
menciptakan panjang dan frekuensi langkah optimal. Fleksibilitas pada bahu
membantu ayunan lengan yang baik. Kedua lengan pelari difleksikan 90 derajat
dan diayun dengan kuat kedepan dan kebelakang. Kedua lengan rileks
dan diayun kebelakang ketinggian panggul dan bahu didepan.
Ayunan lengan kedepan dan kebelakang mengimbangi (counterbalance)
gerak putaran (twisting motion) yang diciptakan dorongan tiap tungkai pada kedua
sisi samping poros longitudinal pelari. Fleksi kedua lengan pada sikut menurunkan
momen inersia dan membuat gerak pendular lebih mudah oleh otot-otot yang
terlibat. Ayunan kedepan yang cepat dari tiap lengan mentransfer momentum
ketubuh pelari secara keseluruhan. Ayunan ini bersamaan dengan dorongan
tungkai yang membantu mendorong pelari kedepan. Ayunan lengan kedepan
dan kebelakang membantu mempertahankan togok dan sendi bahu
(keseimbangan) dan rileks ( traight line toward the finish).

19
I. Teknik Finish
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan pelari pada waktu melewati garis
finish, di antaranya:
a. Lari terus tanpa mengubah sikap lari
b. Dada dicondongkan kedepan, tangan kedua-duanya diayunkan kebawah
belakang, di Amerika lazim disebut “the lunge” atau merobohkan diri.
c. Dada diputar dengan ayunan tangan kedepan atas, sehingga bahu sebelah
maju kedepan.
Cara yang paling baik untuk memasuki garis finish adalah dengan cara dada
dicondongkan kedepan, tangan diayunkan kebelakang, karena cara ini paling efektif
dan biasa dilakukan oleh atlet-atlet lari jarak pendek 100 meter.

J. Sarana Atletik
1. Start Block
Dalam Atletik khususnya cabang lari kita jumpai teknik dalam permulaan
lari (Start). Permulaan Lari (Start) menggunakan alat yaitu Start Block yang dapat
disesuaikan ukurannya berdasarkan kaki pelari. Start block adalah alat yang
digunakan dalam olahraga atletik oleh atlet sprint untuk menahan kaki mereka pada
awal perlombaan sehingga mereka tidak tergelincir saat mereka mendorong pada
suara pistol. Modifikasi start blok sangat perluh untuk dilakukan oleh seorang
pelatih atau guru untuk menciptakan kenyamanan seorang pelari dalam melakukan
start saat belari, hal ini karena panjang tungkai, tinggi badan, dan berat badan siswa
berbeda. Untuk Balok star harus terbuat dari bahan yang kokoh dan kuat, serta
mudah di stel atau di pasang maupun di bongkar, tetapi tidak boleh ada
perlengkapan atau alat yang membantu memberi percepatan atau pengaruh lari.
Start block harus terdiri dari dua buah tumpuan kaki, tempat atlet menumpu saat
posisi start. Tumpuan kaki ini harus dipasang pada suatu kerangka yang kaku, yang
tidak akan menghambat kaki atlet pada saat meninggalkan start block. Tumpuan
kaki ini dipasang miring sesuai kemiringan letak kaki atlet, dapat merupakan
permukaan rata atau cekung.

20
Permukaan tumpuan kaki dibuat untuk bisa mengakomodasi paku sepatu
atlet, dengan mempergunakan alur atau lubang pada permukaannya atau melapisi
permukaannya dengan bahan yang sesuai sebagai tempat injakan paku sepatu atlet.
Pemasangan tumpuan kaki pada kerangka yang kaku seyogyanya dapat distel tetapi
tidak goyah pada saat start sebenarnya. Tumpuan kaki harus dapat distel maju atau
mundur sesuai kebutuhan atlet. Penyetelannya dikencangkan dengan penjepit atau
mekanisme pengunci yang kuat yang dapat distel dengan mudah dan cepat oleh
atlet.
Start block atau Balok star, terdiri dari dua bagian. Pertama adalah batang
besi atau block yang di bentuk seperti huruf U, dilengkapi ukiran atau lubang pada
kedua tepinya, gunanya untuk memasang pijakan kaki dan bisa diatur sesuai
panjang dan pendek jangkauan kaki, dilengkapi paku/pasak yang berguna untuk
menancapkan balok ke lintasan/arena agar tidak bergeser kemana-mana. Bagian
kedua adalah pijakan kanan dan kiri yang terbuat dari besi di bentuk segitiga, serta
dilapisi dengan karet.

2. Sepatu Olahraga
Manusia bergerak dengan melibatkan otot, tulang, dan sendi. Setiap gerakan
manusia terjadi karena adanya perintah dari otak melalui syaraf dan diteruskan
menjadi gerakan dengan cara kontraksi ataupun relaksasi dari otot. Setiap gerakan,
sudut yang memungkinkan, otot yang bereaksi, tulang yang terlibat dicatat menjadi
bahan penelitian biomekanika. Dalam biomekanika olahraga sendiri terdapat
tambahan tambahan variabel khusus, karena olahraga berbeda dengan aktivitas
biasa.

21
Dalam olahraga, momentum, kecepatan, intensitas kerja otot, kontak fisik,
repetisi, refleks, dan eksplosivitas dari atlet menjadi variabel tersendiri. Olahraga
merupakan kegiatan dengan biomekanika yang terlatih dan terukur. Gerakan-
gerakan khas dari setiap cabang olahraga menjadikan biomekanika memiliki
kompleksitas tersendiri. Tujuan dari kajian biomekanika dalam kegiatan olahraga
adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja otot dari atlet, memahami gerakan
seperti apa yang dapat diakomodasi oleh tubuh, dan mengurangi resiko terkena
cedera.
Dalam kegiatan olahraga, kaki adalah bagian tubuh yang paling sering
bergerak, karena merupakan sarana mobilitas manusia. Seseorang mengunakan
kaki untuk berlari, melompat, menopang beban, dan lain-lain. Setiap cabang
olahraga memiliki intensitas dan penekanan yang berbeda pada kaki. Misalnya,
pada cabang olahraga atletik lari sprint 100 meter, seseorang harus berlari
secepatnya untuk sampai finis.
Ketika melakukan lari sprint 100 meter, posisi telapak kaki harus berada
dalam posisi tertentu ketika berlari. Begitu seterusnya dengan cabang-cabang
olahraga yang berbeda. Posisi kaki dalam hal ini paha, lutut, telapak kaki dan semua
persendian juga otot yang terlibat, mempunyai biomekanika berbeda-beda yang
terjadi pada kaki peserta didik.
Kaki merespon permukaan tersebut dengan cara berbeda. Kaki telanjang
akan merespon dan bergerak secara natural. Tetapi kulit manusia tidak terlalu
mengakomodasi permukaan tersebut bila kegiatan berlangsung dalam jangka waktu
lama. Oleh karena itu dibutuhkan alas kaki yang dapat mengakomodir segala
ergonomi yang berlangsung saat olahraga.
Saat bertelanjang kaki, sesorang dengan leluasa berlari. Namun kaki tidak
dapat meredam tekanan saat telapak kaki menyentuh permukaan. Kemampuan kaki
dalam meredam disebut dengan pronation. Jika memakai sepatu olahraga, tekanan
dapat diredam lebih baik karena sepatu memiliki cushion atau bantalan di telapak
kaki. Berikut adalah hasil penelitian A. Rakotomamonjy, M. Barbaud, M Tronel,
dan P. Marché (1997) yang bejudul Time Frequency Analysis of Impact Shock

22
During Running yang membahas perbedaan telanjang kaki dan pengenaan sepatu
saat berlari.

Grafik respon kaki terhadap tekanan

Dari gambar grafik menujukan data bahwa telanjang kaki (barefoot)


memiliki kecenderungan tekanan dalam jumlah yang lebih besar daripada kaki
dengan penggunaan sepatu. Hal ini menjelaskan bahwa seseorang akan lebih cepat
merasa kelelahan dan beresiko terkena cedera bila tidak memakai sepatu saat
berkativitas olahraga.

Gerakan telapak kaki saat berlari.

23
Sepatu olahraga yang baik akan mengakomodasi gerakan supination dan
pronation dengan baik. Untuk mencapainya, sepatu olahraga khususnya lari, harus
memiliki sole yang baik untuk meredam pengaruh gaya dari eksternal sepatu ke
kaki. Karena beban gaya yang ditopang pada tumit 3 kali berat badan saat berlari.
Sole harus mampu memberikan rasa nyaman saat kegiatan berlangsung (Sadayuki
Ujihashi, 1997).
Forefoot atau telapak kaki depan adalah bagian dari telapak kaki yang
fleksibilitasnya tinggi. Bagian forefoot adalah bagian yang paling sering terjadi
abduksi maupun aduksi. Sepatu olahraga yang baik dapat membuat kaki bergerak
bebas seperti biasa tanpa terhalang atau terbebani bahkan menghambat
biomekanika kaki. Karena bentuk forefoot adalah asimetris, maka diperlukan
bentuk rancangan yang tepat untuk meningkatkan performa (P.Freychat, 1997)
Karena pergerakan kaki begitu kompleks saat melakukan kegiatan olahraga,
pengembangan desain sepatu olahraga terus dilakukan untuk mencapai tingkat
performa atlit yang maksimal. Bentuk dari sebuah sepatu harus disesuaikan dengan
kaki dan cabang olahraganya. Selain bentuk, material yang digunakan harus tepat
dan nyaman dipakai. Sirkulasi udara, ukuran sepatu, ketebalan, sudut yang
diakomodasi dan segala sesuatu yang terkait dalam perancangan sebuah sepatu
harus menjadi pertimbangan.
Material yang tepat dan nyaman dapat membantu meningkatkan performa
peserta didik. Material di setiap bagian sepatu harus dipertimbangkan agar menjadi
sebuah sistem yang dapat menopang kaki dengan baik dan mengurangi resiko
terkena cedera. Bentuk dan sambungan dari setiap bagian harus sesuai dan
mengakomodasi gerakan kaki.

2.1 Anatomi Tubuh Peserta Didik

Data yang rilis oleh Food and Agriculture Organizations of the United
Nations (FAO) mengenai tinggi badan berbagai negara menunjukkan bahwa rata-
rata tinggi badan anak di Indonesia adalah sebagai berikut:
Usia Tinggi badan anak laki-laki Tinggi badan anak perempuan
1 tahun 71,7 cm 69,8 cm
2 tahun 81,5 cm 79,2 cm

24
3 tahun 89,0 cm 87,8 cm
4 tahun 95,8 cm 95,0 cm
5 tahun 102,0 cm 101,1 cm
6 tahun 107,7 cm 106,6 cm
7 tahun 113,0 cm 111,8 cm
8 tahun 118,1 cm 116,9 cm
9 tahun 122,9 cm 122,1 cm
10 tahun 127,7 cm 127,5 cm
11 tahun 132,6 cm 133,5 cm
12 tahun 137,6 cm 139,8 cm
13 tahun 142,9 cm 145,2 cm
14 tahun 148,8 cm 148,7 cm
15 tahun 155,2 cm 150,5 cm
16 tahun 161,1 cm 151,6 cm

Dibandingkan dengan di Benua Amerika dan Eropa, rata-rata tinggi badan


anak di Indonesia memang jauh lebih rendah. Demikian juga bila dibandingkan
dengan negara maju di Asia, seperti Hongkong dan Singapura. Sementara itu, rata-
rata tinggi badan anak di Filipina dan Thailand serupa dengan di Indonesia. Tinggi
badan dipengaruhi oleh nutrisi. Namun tidak hanya itu saja, tinggi badan kedua
orangtua (keturunan) juga turut berpengaruh.
Selain memperhatikan rata-rata tinggi badan yang tercantum di atas, penting
juga bagi guru untuk memantau kenaikan tinggi badan anak secara berkala. Anak
yang mendapatkan ilmu gizi yang baik, umumnya tinggi badannya akan meningkat
4-5 cm setiap tahunnya. Karena itu, berikanlah pengetahuan mengenai ilimu gizi
kepada didik Anda agar ia memiliki berat dan tinggi badan yang optimal sesuai
usianya.
Menentukan Tinggi badan seseorang merupakan hal yang sangat
dibutuhkan dalam proses identifikasi forensik, salah satu penentuan tinggi badan
dapat dilakukan melalui pengukuran terhadap panjang tungkai atas, berdasarkan
penelitian ahli forensik dan antropologi di luar dan didalam negeri, perkiraan tinggi
badan dapat ditentukan dengan mengukur panjang beberapa tulang panjang dengan
formula seperti Trotter & Glesser (1952-1958) dan formula Amri Amir, formula
Mistar Ritonga.

25
Penelitian tersebut bertujuan menentukan suatu rumus perhitungan tinggi
badan seseorang berdasarkan panjang tungkai atas yang ditemukan di tempat
kejadian perkara (TKP) pada kasus mutilasi, sebagian korban dalam keadaan
terpotong -potong dengan jaringan otot dan kulit pembungkus tulang dijumpai
masih melekat, dilakukan pengukuran tinggi badan dan panjang tungkai atas
seterusnya mencari formula hubungan panjang tungkai atas terhadap tinggi badan.
Dari hasil penelitian yang diambil sampel sebanyak 30 sampel, 8 laki-laki
dan 22 perempuan diperoleh tinggi badan minimal 14,6 maksimal 177 dan berat
badan maksimal 109 minimal 37, umur minimal 21 maksimal 25, panjang tungkai
atas kanan minimal 34,3 maksimal 48, panjang tungkai atas kiri minimal 34,3
maksimal 46, rerata tinggi badan 159,77, rerata panjang tungkai atas kanan 41,45,
rerata panjang tungkai atas kiri 41,41 dan rerata umur 22,80. Tinggi badan dapat
ditentukan berdasarkan panjang tungkai atas dengan formula sementara penentuan
berdasarkan tungkai atas kanan atau kiri dan tidak mempunyai perbedaan yang
bermakna.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bawah panjang tungkai
anak-anak sekolah lebih pendek dibandingkan dengan orang dewasa, bila
dihubungkan panjang langkah pada saat berjalan atau berlari maka panjang langkah
peserta didik lebih pendek, dan bila dihubungkan dengan jarak lintasan maka perlu
diadakan penyesuaian agar dalam proses pembelajaran lari sprint dapat berjalan
secara efektif dan efisien.
Penyesuaian ukuran bagi anak-anak sekolah tentunya mempunyai tujuan
yang berbeda dari proses pembelajaran lari sprint agar anak-anak merasa senang.
Mungkin selama ini para guru Penjas belum memodifikasi block start dan jarak
yang dimodifikasi.

3. Pakaian Olahraga Yang Ergonomis Untuk Menunjang Performance


dan Kesehatan Yang Prima

Kenyamanan tubuh dan performance saat melakukan lari sprint yang


dipengaruhi oleh sport clothing dan desain sport clothing yang ergonomis. Aspek

26
ergonomics dari sport clothing mempertimbangkan kesesuaian pakaian terhadap
antropometri pemakai, jenis aktivitas olahraga yang dilakukan dan kondisi iklim.
Selain itu juga mempertimbangkan jenis material dan kualitasnya yang disesuaikan
dengan pertimbangan ekonomi dan socio-cultural. Desain sport clothing, selain
meminimalisir semaksimal mungkin hambatan kecepatan gerak tubuh hendaknya
juga menghindari pemakainya dari tekanan panas maupun kehilangan panas tubuh
yang berlebihan, serta mampu melindungi tubuh dari kemungkinan cedera oleh
faktor fisik maupun kimiawi.

K. Prasarana olahraga Atletik

Secara umum prasaran berarti segala sesuatu yang merupakan penunjang


terselenggaranya suatu proses (usaha atau pembangunan). Dalam olahraga
prasarana didefinisikan sebagai sesuatu yang mempermudah atau memperlancar
tugas dan memiliki sifat yang relative permanen.
Berdasarkan definisi tersebut maka prasarana atletik adalah stadion atletik.
Stadion atletik adalah prasarana olahraga ukuran standard. Tetapi pendidikan
jasmani seringkali hanya dilakukan di halaman sekolah atau sekitar taman yang
dekat dengan sekolah. Hal ini bukan karena tidak adanya lapangan pendidikan
jasmani akan tetapi dilakukan dihalaman yang memenuhi standard, tetapi memang
kondisi sekolah-sekolah saat sekarang hanya sedikit yang memiliki prasarana
olahraga dengan ukuran standard. Sebagai tambahan dikemukakan bahwa
pengertian prasarana sebenarnya bukan hanya terbatas pada hal-hal yang terkait
dengan area kegiatan olahraga saja. Tetapi segala sesuatu diluar area yang ikut
memperlancar jalanya aktivitas olahraga yang disebut prasarana. Dalam hal ini
jalan yang menuju ke arena tempat parkir juga termasuk prasarana olahraga yang
terkait. (Soepartono, 2000: 5-6 ).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran lari
sprint tidak mesti harus dilakukan di lapangan yang berstandar, akan tetapi bisa
dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan siswa saat pembelajaran supaya proses
pembelajarannya bisa menyenangkan dan bisa efektif dan efisien. Dalam hal ini
guru bisa menggunakan lapangan yang tersedia disekolah dengan memodifikasi

27
jarak tempuh saat melakukan lari sprint, misalnya standar lari sprint 100 meter bisa
di modifikasi menjadi lari sprint 30 meter agar semua anak bisa melakukan secara
maksimal.

28
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Penggunaan alat bantu pembelajaran yang dimodifikasi dapat


dikembangkan dan digunakan dalam pembelajaran lari sprint di sekolah. Dalam
proses pembelajaran guru harus memperhatikan kondisi antropometri siswa dan
menggunakan strategi mengajar yang bervariasi dan juga menggunakan alat peraga
pembelajaran yang menyenangkan, aman, nyaman, sehat, efektif dan efisien untuk
digunakan. Dengan demikian akan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga.

29
DAFTAR PUSTAKA

A. Munandar.1992. Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani. Universitas


Negeri Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan.
Adisasmita, 1992. Atletik. Jakarta: Dapartemen Pendidikan Nasional.
Aip Syarifudin. (1992). Atletik. Jakarta : Depdikbud.
Bompa Tudor, O. (1994). Power Training For Sport. Canada : Coaching
Association of Kanada.
Depdiknas. 2003. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Eddy Purnomo dan Dapan. (2011). Dasar-dasar Gerak Atletik. Yogyakarta
: Alfamedia
Eddy Purnomo. (2007). Pedoman Mengajar Dasar Gerak Atletik. Yogyakarta
: FIK UNY.
Eddy, Purnomo. 2011. Dasar-dasar Gerakan Atletik. Yogyakarta: Alfamedia.

Laboratorium Fisiologi FIK UNY. (2003). Petunjuk Praktikum Fisiologi

Manusia. Yogyakarta: FIK UNY.


Margono. (2002). Perkembangan Olahraga Terkini. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Santoso Giriwijoyo. (2005). Manusia dan Olahraga. Bandung : ITB.
Satriani. (2011). Atletik Lari Jarak Pendek. Diambil Pada Hari Rabu, 25 Januari
2012 dari http://atletik.blogspot.com/2011/05/atletik-lari-jarak-
pendek.html
Sukadiyanto. (2002). System-system organ manusia.
Wahjoedi. (2001). Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta :
Raja Grafindo Persada.
Yoyo Bahagia dan Adang Suherman. 2000. PrinsipPrinsip Pengembangan dan
Modifikasi Cabang Olahraga. Semarang: FIK UNNES.

30

Anda mungkin juga menyukai