Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS GERAK LOMPAT JAUH

MATA KULIAH : BELAJAR MOTORIK


Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sugiharto, M.S

Oleh
M. FRANSAZELI MAKOROHIM
NIM. 0601618003

PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA
2018
TEKHNIK GERAKAN LOMPAT JAUH
Lompat jauh adalah salah satu nomor yang ada pada atletik, dimana atletik itu

sendiri adalah merupakan olahraga tertua yang dianggap sebagai induk olahraga

seperti lari, lompat dan lempar. Pada lompat jauh yaitu suatu bentuk gerakan

keterampilan gerak berpindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain dengan satu

kali tolakan ke depan sejauh mungkin (Suhendra : 2014). Prinsip dasar lompat jauh

adalah meraih kecepatan awalan yang setinggi-tingginya sambil tetap mampu

nelakukan tolakan yang kuat ke atas dengan kaki untuk meraih ketinggian saat

melayang yang memadai sehingga dapat menghasilkan jarak lompatan. Untuk itu

kondisi fisik dan teknik yang memadai perlu dimiliki oleh seorang pelompat yang

baik. Balesteros (1979) mengemukakan bahwa lompat jauh adalah hasil dari

kecepatan horizontal yang dibuat sewaktu awalan dengan daya vertikal yang

dihasilkan dari kekuatan kaki menolak. Hasil dari kedua gaya menentukan parabola

titik gravitasi. Kinerja gerakan lompatan telah menunjukkan korelasi yang signifikan

dengan kecepatan lari maksimal (20), kecepatan lari maksimal antara 15 dan 30 m

sprint 30 m (15), dan waktu untuk sprint 30, 100, dan 300 m (11) (Almuzaini : 2008).

Melompat adalah gerakan manusia yang mendasar yang memerlukan

koordinasi motorik yang kompleks dari kedua segmen tubuh bagian atas dan bawah

(Ashby : 2002). Dalam lompat jauh, jarak lompatan seorang atlit mungkin dinilai

menurut jumlah keseluruhan dari tiga jarak: 1) Jarak horisontal antara batas depan

ketika lepas landas dan center of gravity atlit pada jarak lepas landas itu. 2) Jarak

horisontal yang ditempuh center of gravity sementara atlit itu melayang. 3) Jarak
horisontal antara center of gravity pada saat tumit menyentuh pasir dan jejak di pasir

yang darinya jarak lompatan itu dihitung. Salah satu faktor penunjang adalah faktor

anatomis yang meliputi: ukuran tinggi, panjang, besar, lebar, dan berat tubuh. jadi

faktor anatomis juga berpengaruh bagi seorang atlet lompat jauh, karena pada waktu

melayang, badan pelompat dipengaruhi oleh sesuatu kekuatan yang disebut “daya

tarik bumi” (Azizi :2014).

Ketika berada di udara, satu-satunya tujuan altit adalah memperhitungkan

posisi tubuh yang optimal untuk mendarat. Atlit hampir pasti mendapatkan forward

angular momentum selama lari ancang-ancang dan lepas landas. Forward angular

momentum ini cenderung menyebabkan kaki berada di bawah center of gravity pada

saat atlit ingin kaki-kaki itu lurus ke depan. Persoalan utama yang dihadapi atlit

adalah meminimalkan pengaruh yang tidak diinginkan dari forward angular

meomentum ini. Jika atlit dengan sengaja mencondongkan tubuh ke depan selama

saat terakhir pada waktu terbang, kaki-kaki diangkat sebagai reaksi dari gerakan ini

dan pendaratan sedikit bisa ditunda. Meningkatnya lamanya waktu terbang

memungkinkan atlit untuk melakukan penerbangan parabolis yang lebih jauh

dibandingkan dengan yang sebaliknya. Pada sisi lain dari buku besar (ledger),

pencondongan tubuh ke depan mengurangi jarak pendaratan (anggapannya atlit tidak

terjengkang) dengan memindahkan center of gravity menjadi lebih dekat ke kaki

dibandingkan yang akan terjadi jika posisi tubuh lebih tegak. Jika atlit mengambil

posisi tubuh yang tegak, atau sedikit condong ke belakang, berbagai pengaruh ini

akan berubah, waktu terbang menurun sementara jarak pendaratan meningkat.


Awalan dilakukan dengan berlari yang semakin lama semakin mendekati

kecepatan maksimal, namun masih tetap terkendali untuk melakukan tolakan.

Tujuannya adalah meraih kecepatan maksimal yang terkendali untuk melakukan

tolakan yang sekuat-kuatnya. Henry menyebutkan bahwa jika seorang atlit mampu

mengendalikan 100% kecepatan maksimal lari jarak pendeknya, lari ancang-ancang

sama jauhnya dengan jarak yang dia tempuh dalam 6 s, sekitar 45-55 meter, harus

dilakukan. Tetapi, jika seorang atlit bisa melakukan hanya dengan 95% dari

kecepatan maksimalnya, penemuan Henry menunjukkan bahwa lari ancang-ancang

sejauh 20 m sudah cukup.

Gambar1 awalan dalam lompat jauh

Tolakan dilakukan sebagai tahap pengalihan telapak kaki tolak untuk lepas

landas. Tujuannya adalah menghasilkan tolakkan sekuat-kuatnya agar dapat

mengangkat titik berat badan setinggi-tingginya. Arah gaya lepas hendaknya

merupakan kombinasi antara kecepatan gerak kecepatan horizontal (lari awalan) dan

gerak kecepatan vertikal (tenaga tolakan). Hasil kombinasi dari kedua kecepatan

tersebut akan menghasilkan kecepatan tinggal landas dan parabola titik berat badan

pada saat melayang. Sasaran pokok dari teknik melayang di udara adalah: a)
Memelihara keseimbangan badan saat melayang, b) Mengusahakan tahanan udara

sekecil mungkin, c) Mengusahakan melayang di udara selama mungkin dan, d)

Menyiapkan letak kaki dalam posisi yang menguntungkan pada waktu mendarat,

yaitu dengan cara menjulurkan kaki lemas ke depan. Power merupakan aspek yang

terbentuk dari kombinasi dari kemampuan biomotorik yang terpenting dalam

berbagai macam olahraga salah satunya yaitu tolakan dalam lompat jauh. Power

merupakan aplikasi kombinasi antara kekuatan dan kecepatan yang dikerahkan dalam

waktu yang singkat. Power dapat dilatih dan dikembangkan melalui berbagai macam

cara, diantaranya latihan poliometrik. Secara umum latihan pliometrik memiliki

aplikasi yang sangat luas dalam kegiatan olahraga, dan secara khusus latihan

pliometrik sangat bermanfaat untuk meningkatkan power (Setiawan :2011).

Gambar2 saat melakukan tolakan

Mendarat harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak menjadi penyebab

pendaratan yang merugikan. Gerakan-gerakan waktu pendaratan harus dua kaki. Hal

yang perlu diperhatikan saat mendarat adalah kedua kaki mendarat secara bersamaan

diikuti dengan dorongan pinggul ke depan sehingga badan tidak cenderung jatuh ke

belakang yang berakibat merugikan pelompat. Untuk menghindarkan pendaratan


pada pantat, kepala ditundukkan dan lengan diayunkan ke depan sewaktu kaki

menyentuh pasir. Titik berat badan akan melampui titik pendaratan kaki di pasir.

Kaki tidak kaku dan tegang, melainkan lemas dan lentur. Maka sendi lutut harus siap

menekuk pada saat yang tepat. Gerakan ini memerlukan waktu (timing) yang tepat.

Gambar3 mendarat (landing)

Dalam perlombaan lompat jauh, seorang pelompat akan berusaha ke depan

dengan bertumpu pada balok tumpuan sekuat-kuatnya untuk mendarat di bak lompat

sejauh-jauhnya (Arifah : 2012). Faktor kondisi fisik dan factor teknik merupakan

unsur-unsur dasar prestasi lompat jauh. Memiliki kondisi fisik serta menguasai teknik

melompat yang baik merupakn factor dapat mempengaruhi pencapaian prestasi

lompat jauh. Ditinjau dari teknik melompat terdiri beberapa gerakan yaitu awalan,

tumpuan, lompatan serta melayang dan pendaratan (Ermawan : 2010).


Gambar4 keseluruhan lompat jauh

ANALISIS BIOMEKANIKA GERAKAN LOMPAT JAUH

Gerak lompat jauh merupakan gerakan dari perpaduan antara

• Kecepatan (speed),

• Kekuatan (stenght),

• Kelenturan (flexibility), saat melecut setelah menolak

• Daya tahan (endurance),

• Ketepatan (acuration). Saat menumpu di balok tumpuan

Hal – hal yang perlu dihindari dalam melakukan lompat jauh:

1. Memperpendek atau memperpanjang langkah terakhir sebelum bertolak.

2. Bertolak dari tumit dengan kecepatan yang tidak memadai.

3. Badan miring jauh kedepan atau kebelakang.

4. Fase yang tidak seimbang.

5. Gerak kaki yang premature.

6. Tak cukup angkatan kaki pada pendaratan.

7. Satu kaki turun mendahului kaki lain pada darat.


Hal – hal yang harus diperhatikan dalam melakukan lompat jauh:

1. Pertahankan kecepatan sampai saat menolak

2. Berusahalah mencapai dorongan yang cepat dan dinamis dari balok tumpuan.

3. Rubahlah sedikit posisi lari, bertujuan mencapai posisi lebih tegak.

4. Manfaatkan gerakan lengan dengan baik

5. Capailah jangkuan gerak yang baik.

6. Gerak akhir sebaiknya diusahakan sekuat mungkin menggunakan tenaga

semaksimal mungkin

7. Latihan gerakan pendaratan.

8. Kuasai gerak yang betul dari lengan dan kaki untuk mendapatkan lentingan saat

melayang di udara

Lompat Jauh adalah Gabungan gerak berputar dan gerak linier. Ketika

seorang atlet lompat jauh melakukan start hingga dia mendarat pada bak pasir,

merupakan gerakan linier sebab :

• Dia berpindah dari satu titik ke titik yang lain yaitu dari titik start sampai pada

titik ketika mendarat dibak pasir

• Dia bergerak lurus berubah beraturan dengan percepatan maksudnya atlet

tersebut berlari lurus kedepan dengan kecepatan berubah secara beraturan yaitu

semakin lama semakin cepat. Selanjutnya dikatakan sebagai gerak beputar karena,

pada saat atlet tersebut berlari merupakan gerak berputar dimana pusat putaran

tersebut ada pada

• Articulacio humeri merupakan sumbu putaran ketika mengayunkan tangan.


• Articulation coxae merupakan sumbu putaran saat mengayunkan tungkai.

• Articulation genus merupakan sumbu putaran ketika melakukan lompatan

Jadi dapat disimpulkan pada cabang olahraga lompat jauh menggabungkan

antara gerak linier dan juga gerak berputar. Dalam lompat jauh juga terdapat gerak

parabola yaitu ketika bertolak dari balok tumpuan hingga mendarat di bak pasir.

Berdasarkan gerak horisontal ini maka untuk dapat menghasilkan jangkauan yang

jauh maka harus menggunakan sudut 45˚. Lompat jauh adalah suatu peristiwa yang

mengharuskan seorang atlet untuk melompat sejauh mungkin dari lari cepat ke dalam

bak pasir. Jarak lompatan sangat ditentukan oleh jarak tolakan dan ini ditentukan oleh

tinggi, kecepatan, dan sudut proyeksi pusat massa saat menolak. Kecepatan dan sudut

proyeksi ditentukan oleh kombinasi kecepatan horizontal dan vertikal. Kecepatan

horizontal dikembangkan melalui lari yang biasanya dengan jarak cukup panjang agar

atlet dapat mendekati kecepatan maksimum di papan tolakan (Lees : 1994).

Gaya Yang Bekerja Saat Melakukan Lompat Jauh

• Hukum kelebaman (law of inertia)

“Suatu benda akan tetap dalam keadaan diam atau dalam keadaan bergerak kecuali

pengaruh gaya yang mempengaruhi keadaannya”. Ketika kita menolak, tubuh akan

melayang dan kemudian akan jatuh kembali ke tanah, dilanjutkan sedikit gerakan ke

depan setelah tubuh menyentuh tanah, kemudian berhenti. Hal ini disebabkan karena:
1. Adanya gaya gravitasi bumi.

Setiap benda yang ada dibumi akan dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi meski

seringan apapun benda tersebut. Inilah yang menjadi penyebab mengapa setiap

benda yang bergerak dia akan berhenti karena adanya gaya gravitasi tersebut.

2. Adanya gaya gesek.

Gaya gesek ini terjadi antara tubuh dengan pasir, yang terjadi ketika tubuh tepat

setelah mendarat. Gaya gesek yang terjadi cukup besar, sehingga gerakan tubuh ke

depan setelah menyentuh tanah hampir tidak terlihat.

• Hukum percepatan (law of reaktion)

“percepatan suatu benda karena suatu gaya berbanding lurus dengan gaya

penyebabnya”. Semakin besar power kita dalam dalam melakukan awalan maka akan

semakin besar pula kecepatan lari kita. Awalan yang maksimal akan menghasilkan

lompatan yang maksimal.

• Hukum III: Hukum reaksi (law of reaktion)

“setiap aksi selalu ada reaksi yang sama dan berlawanan”. Terjadi ketika melakukan

tolakan. Tolakan sebaiknya dilakukan sekuat-kuatnya untuk mendapat hasil tolakan

yang maksimal.

• Moment Gaya

Kapan moment gaya harus diperbesar dan kapan moment gaya harus

diperkecil. Moment gaya harus diperbesar: Logikanya, hamper sama dengan hokum

aksi reaksi. Semakin besar moment gaya, akan semakin besar pula gaya yang di

hasilkan. Moment gaya harus diperkecil : Untuk mengangkat benda agar lebih ringan
maka moment gaya di perkecil. Jadi untuk mengangkat benda agar benda tersebut

menjadi lebih ringan maka jarak benda tersebut atau moment gayanya juga harus

diperpendek. Dalam lompat jauh, hal ini terlihat ketika melayang di udara pada

lompat jauh gaya jongkok. Kaki diletakkan sedekat mungkin dengan badan dengan

tujuan untuk memperkecil moment gaya.

• Gaya gesek

Gaya gesek adalah suatu gaya yang timbul karena persinggungan antara dua

permukaan yang merupakan hambatan terhadap gerak. Gaya tersebut terjadi ketika

berlari, menumpu, dan mendarat. Bahkan, saat melayang di udara pun terjadi gaya

gesek antara tubuh dengan udara. Hal ini relatif kecil pengaruhnya terhadap hasil

lompatan. Namun demikian, angin yang berhembus berlawanan arah lompatan,

sedikit banyak mempengaruhi jauhnya hasil lompatan. Gaya gesek yang terjadi ketika

berlari, menumpu, dan mendarat memberi keuntungan kepada pelompat. Beberapa

pelompat menggunakan sepatu khusus (spes) yang memiliki pull untuk memperbesar

gaya gesek, yaitu agar pelompat tidak jatuh ketika melakukan awalan.

• Elastisitas (flexibility)

Koefisien elastisitas adalah kemampuan untuk memperkesil diri dari bentuk semula

sebagai akibat suatu gaya yang mengenainya. Dilakukan saat tepat akan melayang,

merupakan gerak lecutan untuk mendapat gaya dorong ke depan. Penggunaan system

pengungkit pada organ-organ tubuh ketika seseorang melakukan lompat jauh, terlihat

adsanya penggunaan pengungkit jenis kesatu oleh anggota tubuh yaitu pada lutut.

Ekstensi sendi lutut (articulacio genus). Terjadi pada articulacio genus yaitu antara
tulang femur dan tulang tibia dan fibula. Otot yang digunakan insersio vastus

medialis dan insersio vastus lateralis. Penggunaan pengungkit jenis kesatu ini terjadi

ketika melakukan pendaratan. Ketika itu, kaki menumpu pada landasan (bak pasir),

tungkai bawah bertindak sebagai pengungkit, dimana lutut sebagai sumbu pusat, dan

badan seolah-olah sebagai beban yang akan diungkit ke depan. Gerakan ini dilakukan

untuk mendapatkan jarak lompatan terjauh. Dengan cara menjatuhkan badan ke

depan, agar tumit adalah titik terjauh yang dapat diraih dari tumpuan, bukan pantat

atau tangan yang terjadi karena tubuh jatuh ke belakang saat mendarat.

• Rekor dunia putra

Lompatan Powell mencapai 8,95 meter yang dibuat di Tokyo, Jepang,

Agustus 1991. Dengan begitu, rekor dunia lompat jauh Mike Powell sudah bertahan

hampir 18 tahun.

• Lompatan terbaik 2009

Tahun ini lompatan terbaik dunia dibuat atlet AS, Dwight Phillips, yang

mencapai 8,74 meter. Lompatan tersebut dibuat Phillips saat mengikuti Kejuaraan

Nasional Atletik AS di Eugene, Oregon, akhir bulan lalu.

• Rekor Afrika

Di Meeting de Madrid 2009, yang merupakan bagian dari Tour Dunia Atletik

IAAF, Mokoena mampu melompat sejauh 8,50 meter.

• Rekor PON
Maria Natalia Londan atlet dari Bali berhasil memecahkan rekor PON cabang

olahraga atletik nomor lompat jauh pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII di

Stadion Utama Palaran Samarinda, Rabu petang. Maria Natalia Londan berhasil

melompat sejauh 6,13 meter

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penguasaan Teknik Dalam Lompat Jauh

Dalam penguasaan teknik tolak peluru terdapat faktor-faktor yang sangat

mendukung tercapainya penguasaan teknik dengan baik. Beberapa komponen

biomotor dasar yang merupakan unsur-unsur kesegaran yaitu kekuatan, daya ledak,

kecepatan, kelentukan, koordinasi dan daya tahan.

1. Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan badan dalam menggunakan daya. Kekuatan

dapat dirinci menjadi tiga tipe atau bentuk yaitu :

· Kekuatan maksimum

Kekuatan maksimum adalah daya atau tenaga terbesar yang akan dihasilkan oleh otot

yang berkontraksi. Kekuatan maksimum tidak memerlukan betapa cepat suatu

gerakan atau berapa lama gerakan itu dapat diteruskan.

· Kekuatan elastis

Kekuatan elastis yaitu kekuatan yang diperlukan sehingga sebuah otot dapat bergerak

cepat terhadap suatu tahanan. Kombinasi dari kecepatan kontraksi dan kecepatan

gerak kadang disebut sebagai " power atau daya". Kekuatan ini sangat penting bagi

even eksplosip dalam lari, lompat dan lempar.


· Daya tahan kekuatan

Daya tahan kekuatan yaitu kemampuan otot untuk terus-menerus menggunakan daya

dalam menghadapi meningkatnya kelelahan. Daya tahan kekuatan adalah kombinasi

antara kekuatan dan lamanya gerakan.

2. Daya ledak

Daya ledak yaitu kemampuan otot untuk menghasilkan kekuatan semaksimal

mungkin pada saat melakukan tolakan.

3. Kecepatan atau daya lecut

Kecepatan atau daya lecut adalah kemampuan otot untuk melakukan gerakan

menghentak pada saat menolak pada balok tumpu .

4. Kelentukan

Kelentukan adalah kemampuan otot untuk melakukan gerakan persendian

melalui jangkauan gerak yang luas. Kelentukan terbatas atau tertahan adalah suatu

sebab umum terjadinya teknik yang kurang baik dan prestasi rendah. Kelentukan

jelek jugamenghalangi kecepatan dan daya tahan karena otot-otot harus bekerja lebih

keras untuk mengatasi tahanan menuju kelangkah yang penjang.

5. Koordinasi

Koordinasi adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dengan tingkat

kasukaran dengan tepat dan dengan efisien dan penuh ketepatan. Seorang atlet

dengan koordinasi yang baik tidak hanya mampu melakukan skil dengan baik tetapi

juga dengan tepat dan dapat menyelesaikan suatu tugas latihan.


6. Daya tahan

Daya tahan mengacu pada kemampuan melakukan kerja yang ditentukan

intensitasnya dalam waktu tertentu. Faktor utama yang membatasi pada waktu yang

sama mengakhiri prestasi adalah kelelahan. Seorang atlet dikatakan memiliki daya

tahan apabila tidak mudah lelah atau dapat bergerak dalam keadaan kelelahan.

Psikologi sama pentingnya bagi seorang pelatih untuk membantu individu

atau atlet untuk mengembangkan bagaimana mereka memikirkan kecakapan mental

mereka, tetapi juga penting untuk mengembangkan kecakapan fisik mereka. Factor

psikologi tersebut antara lain

· Ketangkasan mental

Ketangkasan mental sangat penting bagi pelatih dan atlet. Ketangkasan mental ini

bukan hanya satu sarana untuk menghindari bencana ataupun pemulihan kembali dari

terapi ketangkasan mental juga.

· Motivasi

Motivasi adalah suatu hal yang membuat sukses yang sebenarnya bagi atlet. Pelatih

membantu atlet mengerti apa yang ingin atlet raih, tujuan, dan bagaimana meraihnya.

· Kontrol emosi

Kontrol emosi adalah suatu kemampuan seorang atlet dalam mengendalikan perasaan

dalam menghadapi situasi tertentu.


DAFTAR PUSTAKA

Almuzaini, K. S., & Fleck, S. J. (2008). Modification of the standing long jump test
enhances ability to predict anaerobic performance. The Journal of Strength &
Conditioning Research, 22(4), 1265-1272.

Arifah, H. L. (2014). PENGARUH PERMAINAN LOMPAT TERHADAP HASIL


BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (Studi pada Siswa
Kelas V SDN Kabuh I Jombang). Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, 2(3).

Ashby, B. M., & Heegaard, J. H. (2002). Role of arm motion in the standing long
jump. Journal of biomechanics, 35(12), 1631-1637.

AZIZI, M. M. (2014). KONTRIBUSI KEKUATAN OTOT TUNGKAI, BERAT


BADAN DAN TINGGI BADAN TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH
GAYA BERJALAN DI UDARA (Studi di PASI-Tuban). Jurnal Kesehatan
Olahraga, 2(2).

Castro-Piñero, J., Ortega, F. B., Artero, E. G., Girela-Rejón, M. J., Mora, J.,
Sjöström, M., & Ruiz, J. R. (2010). Assessing muscular strength in youth: usefulness
of standing long jump as a general index of muscular fitness. The Journal of Strength
& Conditioning Research, 24(7), 1810-1817.

Ermawan, Z. A. (2010). PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK


BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH
GAYA BERJALAN DI UDARA PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 3
PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 (Doctoral
dissertation, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan).

Lees, A., Graham-Smith, P., & Fowler, N. (1994). A biomechanical analysis of the
last stride, touchdown, and takeoff characteristics of the men's long jump. Journal of
applied Biomechanics, 10(1), 61-78.

Porter, J. M., Ostrowski, E. J., Nolan, R. P., & Wu, W. F. (2010). Standing long-jump
performance is enhanced when using an external focus of attention. The Journal of
Strength & Conditioning Research, 24(7), 1746-1750.

Setiawan, H. (2011). Perbedaan Pengaruh Latihan Box Jump Dan Leaps Terhadap
Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa Putra Kelas Viii Smp Negeri 14
Surakarta Tahun 2010/2011 (Doctoral dissertation, Universitas Sebelas Maret).
Suhendra, R. P. (2014). Peningkatan Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Kelas X MIA-2
SMA Negeri 1 Kertosono. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, 2(3).

Wakai, M., & Linthorne, N. P. (2005). Optimum take-off angle in the standing long
jump. Human movement science, 24(1), 81-96.

Yuktasir, B., & Kaya, F. (2009). Investigation into the long-term effects of static and
PNF stretching exercises on range of motion and jump performance. Journal of
bodywork and movement therapies, 13(1), 11-21.

Anda mungkin juga menyukai