Anda di halaman 1dari 4

KAJIAN ERGONOMI DARI BIOMEKANIKA OLAHRAGA DAN HUBUNGANNYA

DENGAN DESAIN DAN MATERIAL SEPATU OLAHRAGA


ERGONOMIC RESEARCH OF SPORTS BIOMECHANICS AND ITS RELATION
WITH SPORTS SHOE DESIGN AND MATERIALS
San Teresia Penglipurati
Prodi S1 Desain Produk, Fakultas Industri Kreatif, Universitas Telkom

santeresia@students.telkomuniversity.ac.id, santheresia3@gmail.com

Abstrak

Dalam kegiatan olahraga banyak terdapat biomekanika yang dilakukan baik sekali maupun berulang
dengan usaha yang tinggi. Tenaga dan energi yang dikeluarkan sangat jauh berbeda dengan aktivitas
biasa. Kerja otot terjadi dalam intensitas tinggi. Kecepatan, kontak fisik, eksplosivitas, kelincahan dan
lain-lain menjadi pertimbangan penilaian performa seorang atlit. Bagian kaki biasanya perlu perhatian
khusus karena kaki rentan terkena cedera dan bekerja lebih berat dari bagian lain. Pola gerakan yang
terjadi di kaki memiliki kompleksitasmya sendiri. Diperlukan support tambahan dalam sepatu untuk
mendukung gerakan olahraga dengan repetisi intensitas tinggi. Kenyamanan dan kekuatan bisa didapat
dari bentuk dan material yang tepat. Untuk itu bentuk dan material yang diterapkan dalam sepatu harus
dikaji lebih dalam agar performa atlit dapat ditingkatkan melalui kajian ergonomi yang tepat. Bentuk
dan material seperti apa yang tepat dan baik diterapkan dalam sepatu olahraga harus dipertimbangkan
dalam perancangannya.

Keywords: ergonomi, biomekanika, performa, bentuk, material.

1. Pendahuluan

Biomekanika mempelajari tentang cara gerak manusia di suatu kegiatan tertentu. Praktik penelitiannya memakai
metode kuantitatif dan kualitatif. Cara bergerak seseorang diteliti untuk mengetahui gerakan manakah yang
paling optimal untuk dilakukan. Sudah banyak penelitian tentang biomekanika, khususnya biomekanika dalam
olahraga. Salah satu tujuan utamanya adalah untuk menganalisa pola gerakan manusia saat berolahraga dan
membantu meningkatkan performa atlit dalam cabang olahraganya, dan mengurangi resiko terkena cedera
(Roger Bartlett, 2007).

Otot dan tulang yang terlibat, sendi yang bergerak, sudut yang tercipta, rangkaian pola gerakan yang terjadi
dalam sebuah kegiatan diteliti dan dimaksimalkan hasilnya untuk mencari pola yang paling optimal dan
mengurangi resiko cedera. Dalam berolahraga, gerakan-gerakan yang terjadi begitu cepat dan full force. Untuk
itu, memperbaiki gerakan yang salah diperlukan repetisi dalam jumlah banyak untuk melatih dan mengurangi
kesalahan gerakan.

Olahraga memiliki banyak sekali biomekanika yang terjadi. Banyak gerakan berulang yang dilakukan dalam
sebuah olahraga. Jenis kegiatan berulang tersebut dapat terjadi ratusan bahkan ribuan kali terjadi dalam satu
kegiatan olahraga. Sendi, otot, dan tulang yang bergerak terkadang menjadi lelah bahkan cedera karena tekanan
dan intensitas yang tinggi dalam suatu kegiatan olahraga. Salah satu bagian tubuh yang paling rentan terkena
cedera atau kelelahan adalah kaki.

Otot dan tulang pada kaki, terutama telapak kaki mempunyai bagian bagian yang kompleks dan rumit. Sudut-
sudut biomekanika yang terjadi saat berlari atau melompat melibatkan banyak otot yang terkait. Produk
pendukung seperti sepatu harus dirancang untuk mendukung semua gerakan yang terjadi. Oleh karenanya, sepatu
olahraga harus dirancang secara ergonomis dan tepat untuk kaki para atlit dalam cabang olahraganya. Jika
seorang atlit tidak menggunakan sepatu yang tepat dan tidak mengakomodasi gerakan kakinya, resiko terkena
cedera akan meningkat.
2. Kajian Pustaka

Manusia bergerak dengan melibatkan otot, tulang, dan sendi. Setiap gerakan manusia terjadi karena adanya
perintah dari otak melalui syaraf dan diteruskan menjadi gerakan dengan cara kontraksi ataupun relaksasi dari
otot. Setiap gerakan, sudut yang memungkinkan, otot yang bereaksi, tulang yang terlibat dicatat menjadi bahan
penelitian biomekanika. Dalam biomekanika olahraga sendiri terdapat tambahan tambahan variabel khusus,
karena olahraga berbeda dengan aktivitas biasa. Dalam olahraga, momentum, kecepatan, intensitas kerja otot,
kontak fisik, repetisi, refleks, dan eksplosivitas dari atlit menjadi variabel tersendiri. Olahraga merupakan
kegiatan dengan biomekanika yang terlatih dan terukur. Gerakan-gerakan khas dari setiap cabang olahraga
menjadikan biomekanika memiliki kompleksitas tersendiri. Tujuan dari kajian biomekanika dalam kegiatan
olahraga adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja otot dari atlit, memahami gerakan seperti apa yang
dapat diakomodasi oleh tubuh, dan mengurangi resiko terkena cedera.

Dalam kegiatan olahraga, kaki adalah bagian tubuh yang paing sering bergerak, karena merupakan sarana
mobilitas manusia. Seseorang mengunakan kaki untuk berlari, melompat, menopang beban, dan lain-lain. Setiap
cabang olahraga memiliki intensitas dan penekanan yang berbeda pada kaki. Misalnya, pada cabang olahraga
atletik, kaki diayun dan menginjak tanah dengan tingkat pengulangan tinggi. Cabang olahraga lompat tinggi,
seseorang mengayunkan kaki dan mengkaselerasi kecepatan sebelum akhirnya berhenti dengan lompatan.
Cabang olahraga sepak bola, ketika seorang atlit berlari tanpa bola dan dengan bola, sudut kaki ketika
menyentuh permukaan tanah berbeda. Ketika menendang bola, kaki akan diayun jauh ke belakang dengan sudut
tertentu untu mendapatkan momentum yang tepat dan ditambah dengan usaha aga ketika menyentuh bola,
energy dapat diteruskan dan menambah kecepatan pada bola yang menjadi proyektil. Cabang olahraga basket,
seseorang berlari dan kemudian mengganti gerakan dan arah dengan cepat, kaki harus bergerak dengan cepat
bahkan sebelum mata lawan merespon gerakannya. Ketika melompat untuk menembak bola, mengambil bola,
menerima operan, dan lain-lain, posisi telapak kaki harus berada dalam posisi tertentu ketika mendarat. Begitu
seterusnya dengan cabang-cabang olahraga yang berbeda. Posisi kaki dalam hal ini paha, lutut, telapak kaki dan
semua persendian juga otot yang terlibat, mempunyai biomekanika berbeda-beda yang terjadi pada kaki atlitnya.

Selain cabang olahraga, yang menjadi penentu perbedaan biomekanika adalah permukaan lapangan olahraga.
Permukaan kayu, beton, rumput, tanah, karpet, aspal, dan lain-lain memiliki karakteristik berbeda-beda. Kaki
merespon permukaan tersebut dengan cara berbeda. Kaki telanjang akan merespon dan bergerak secara natural.
Tetapi kulit manusia tidak terlalu mengakomodasi permukaan tersebut bila kegiatan berlangsung dalam jangka
waktu lama. Oleh karena itu dibutuhkan alas kaki yang dapat mengakomodir segala biomekanika yang
berlangsung saat olahraga.

Saat bertelanjang kaki, sesorang dengan leluasa berlari. Namun kaki tidak dapat meredam tekanan saat telapak
kaki menyentuh permukaan. Kemampuan kaki dalam meredam disebut dengan pronation (Gambar 2). Jika
memakai sepatu olahraga, tekanan dapat diredam lebih baik karena sepatu memiliki cushion atau bantalan di
telapak kaki. Berikut adalah hasil penelitian A. Rakotomamonjy, M. Barbaud, M Tronel, dan P. Marché (1997)
yang bejudul Time Frequency Analysis of Impact Shock During Running yang membahas perbedaan telanjang
kaki dan pengenaan sepatu saat berlari.

Tabel 1. Rata-rata dan standar deviasi dari 10 subjek penelitian respon kaki terhadap tekanan

Gambar 1. Grafik hasil penelitian respon kaki terhadap tekanan


Dalam tabel 1 dan gambar 1ditunjukkan data bahwa telanjang kaki (barefoot) memiliki kecenderungan tekanan
dalam jumlah yang lebih besar daripada kaki dengan penggunaan sepatu. Hal ini menjelaskan bahwa seseorang
akan lebih cepat merasa kelelahan dan beresiko terkena cedera bila tidak memakai sepatu saat berkativitas
olahraga.

Gambar 2. Gerakan telapak kaki saat berlari.

Sepatu olahraga yang baik akan mengakomodasi gerakan supination dan pronation dengan baik. Untuk
mencapainya, sepatu olahraga khususnya lari, harus memiliki sole yang baik untuk meredam pengaruh gaya dari
eksternal sepatu ke kaki. Karena beban gaya yang ditopang pada tumit 3 kali berat badan saat berlari. Sole harus
mampu memberikan rasa nyaman saat kegiatan berlangsung (Sadayuki Ujihashi, 1997).

Forefoot atau telapak kaki depan adalah bagian dari telapak kaki yang fleksibilitasnya tinggi. Bagian forefoot
adalah bagian yang paling sering terjadi abduksi maupun aduksi. Sepatu olahraga yang baik dapat membuat kaki
bergerak bebas seperti biasa tanpa terhalang atau terbebani bahkan menghambat biomekanika kaki. Karena
bentuk forefoot adalah asimetris, maka diperlukan bentuk rancangan yang tepat untuk meningkatkan performa
(P.Freychat, 1997)

Karena pergerakan kaki begitu kompleks saat melakukan kegiatan olahraga, pengembangan desain sepatu
olahraga terus dilakukan untuk mencapai tingkat performa atlit yang maksimal. Bentuk dari sebuah sepatu harus
disesuaikan dengan kaki dan cabang olahraganya. Selain bentuk, material yang digunakan harus tepat dan
nyaman dipakai. Sirkulasi udara, ukuran sepatu, ketebalan, sudut yang diakomodasi dan segala sesuatu yang
terkait dalam perancangan sebuah sepatu harus menjadi pertimbangan.

Material yang tepat dan nyaman dapat membantu meningkatkan performa atlit. Material di setiap bagian sepatu
harus dipertimbangkan agar menjadi sebuah sistem yang dapat menopang kaki dengan baik dan mengurangi
resiko terkena cedera. Bentuk dan sambungan dari setiap bagian harus sesuai dan mengakomodasi gerakan kaki.

3. Kesimpulan

Saat seseorang memakai sepatu olahraga, kaki ditopang oleh struktur sepatu. Oleh karena itu, sepatu harus
dirancang dengan baik agar dapat mengakomodasi biomekanika yang terjadi. Perancangan desain sepatu
olahraga yang baik harus mempertimbangkan cabang olahraga, permukaan tanah, otot telapak kaki mana yang
bekerja paling berat, mekanika yang terjadi saat kegiatan berlangsung, tipe pergerakan kaki seperti apa yang
terjadi di lapangan, dan lain-lain. Semua variabel yang terkait harus dipertimbangkan untuk merancang sepatu
yang ergonomis.
Daftar Pustaka

Bartlett, Roger. 2007. Introduction to Sport Biomechanics – 2nd Edition : Analyzing Human Movement Patterns.
New York, Amerika Serikat. Routledge.

Freychat, P. 1997. Forefoot Abduction in Various Sport Situations and Its Application to Sport Shoe Design
(Jurnal). Decalthon Production, R&D Footwear Department, Prancis.

Knudson, Duane. 2007. Fundamentals of Biomechanics – Second Edition. California State University of Chico,
USA. Spinger Science + Business Media, LLC.

Ujihashi, Sadayuki. 1997. The Measurement and Evaluation of The Cushioning Abilities (Jurnal). Tokyo
Institute of Technology. Jepang.

Anda mungkin juga menyukai