Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PENELITIAN

Judul
HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI TERHADAP
KECEPATAN LARI 100 METER PADA ATLET PASI
KOTABARU

Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar Penjas dari


Dosen Pengampu : Arham Syahban, S. Pd,. M. Pd

Disusun Oleh :
SANTI
2020.13.1435

Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesahatan, dan Rekreasi


Sekolah Tinggi Keguruan dan llmu Pendidikan (STKIP)
Paris Barantai Kotabaru
Tahun 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Olahraga merupakan bentuk kegiatan jasmani yang terdapat dalam
perlombaan, permainan dan dalam kegiatan jasmani lainya yang
bertujuan untuk rekreasi dan memperoleh kemenangan serta prestasi
yang optimal. Olahraga dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu
sepak bola, voli, renang, tenis, bulutangis, atletik dan lain-lain.
Atletik merupakan cabang olahraga yang sering disebut dengan
induk dari semua cabang olahraga. “Atletik barasal dari bahasa Yunani
dari kata athlon atau athlum yang artinya pertandingan, perlombaan,
pergulatan atau perjuangan sedangkan yang orang yang melakukannya
disebut athlete” (Muhtar & Irawati, 2020: 2). Cabang olahraga atletik
ini berisikan gerak-gerak dasar seperti jalan, lari, lompat dan lempar.
Selain itu cabang olahraga atletik juga merupakan cabang olahraga
yang penting karena didalam cabang olahraga tersebut mengandung
nilai-nilai pendidikan dan pengembangan serta dapat meningkatkan
prestasi yang optimal.
Seiring lanjunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
turut berpengaruh, suatu kenyataan bahwa olahraga senantiasa
meningkat. Bahkan kadang-kadang timbul dalam pemikiran kita sampai
di manakah batas prestasi suatu cabang olahraga atletik khususnya di
nomor lari akan berakhir. Jelasnya peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi turut mempengaruhi bagi peningkatan prestasi olahraga.
Dalam pencapaian prestasi olahraga merupakan usaha yang betul-
betul di perhatikan secara matang melalui proses pembinaan dan
pembibitan sejak dini. Berkaitan dengan pencapaian prestasi olahraga,
Sajoto (1995:2) mengatakan bahwa apabilah seorang ingin mencapai
prestasi yang optimal perlu memiliki empat macam kelengkapan yang
meliputi: 1) pengembangan fisik, 2) pengembangan teknik, 3)
pengembangan mental, 4) kementangan juara.
Nomor yang sering diperlombakan pada cabang olahraga atletik
adalah nomor lari, yang terdiri dari lari jarak pendek, lari jarak
menengah, dan lari jarak jauh. Dari ketiga nomor lari tersebut memiliki
perbedaan pada jarak tempunya seperti lari jara pendek yang dimulai
dari jarak (100 meter, 200 meter, atau 400 meter), lari jarak menengah
yang di tempuh dari jarak (800 meter- 1500 meter), dan lari jarak jauh
yang dapat di tempuh dari jarak (5.000 hingga 10.000 meter). Dari
beberapa nomor yang ada diatletik, yang menjadi titik fokus pada
penelitian ini adalah lari jarak pendek 100 meter.
Cabang olahraga atletik merupakan induk dari semua cabang
olahraga, dimana gerakan-gerakan yang di tampilkan merupakan
gerakan dasar. Menurut Javer (2007:9), mengemukakan bahwa gerakan
dasar tersebut terdiri dari, lari, jalan, lempar, lompat. Dengan demikian
nampak bahwa gerakan tersebut sangat dibutuhkan semua cabang
lainnya. Khusus nomor lari yang di perlombakan baik yang bersifat
nasional maupun internasional terdiri dari nomor lari jarak pendek (lari
sprint) khususnya lari 100 meter. Lari cepat atau sprint 100 meter yaitu
perlombaan lari yang semua peserta berlari dengan kecepatan penuh
dengan menempuh jarak 100 meter. Untuk mencapai hasil yang
maksimal dalam lari 100 meter di perlukan penguasaan teknik start,
teknik berlari, dan teknik melewati garis finish.
Maka bagi mereka yang ingin mengkhususkan diri dalam latihan
atletik yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Setelah teknik dan taktiknya
cukup dikuasai kemudian baru dimulai dengan menggerakkan yang
telah dimiliki itu bagi olahraga khususnya yang ingin dilatih dan harus
diperdalam untuk dikuasai.
Hanya di bidang olahraga kecepatan saat ini kita masih berjuang
dan berusaha supaya menjadi lebih baik atau meningkat. Namun
pelaksanaan dan perjalanannya tidak semudah yang diharapkan.
Memang tidak mudah kecepatan yang ideal dari olahraga itu, sebab
olahraga selalu berkembang baik segi berlatihnya maupun dukungan
penelitian ilmiahnya, ditambah dengan kendala-kendala non teknis yang
banyak mempengaruhinya. Untuk itu diperlukan kebijaksanaan yang
terkoordinasi yang kemudian didukung dengan pelaksanaan latihan
yang baik, disiplin dan dedikasi yang tinggi.
Untuk meningkatkan kecepatan khususnya cabang olahraga lari
100 meter (sprint), selain kemampuan teknik lari seorang pelatih atau
pembina harus memperhatikan keadaan dan sifat biologis seorang
pelari. Keadaan dan sifat biologis tersebut dapat dilihat dari postur
tubuh seorang pelari yang meliputi:Tinggi badan dan berat badan dan
Struktur anatomis. Salah satu faktor yang mendukung peningkatan
kecepatan seorang atlit lari diantaranya adalah struktur anatomis.
Struktur anatomis ini meliputi : Anggota gerak badan atas dan
anggota gerak badan bawah. Bila diperhatikan dalam lari cepat hampir
95% menggunakan struktur gerak badan bawah (tungkai). Struktur
anggota gerak badan bawah atau tungkai sangat penting sekali terhadap
seorang atlit lari terutama tungkai yang panjang.
Sebelum proses penelitian, peneliti melakukan observasi dengan
melakukan wawancara dengan pelatih Persatuan Atletik Seluruh
Indonesia (PASI) Kotabaru. Atlet memiliki struktur anatomi (tungkai)
yang berbeda-beda, ada yang pendek dan ada juga yang panjang.
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik dan ingin mengetahui seberapa
besar Hubungan antara Panjang Tungkai dengan Kecepatan Lari 100
Meter pada Atlet PASI Kotabaru.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah Hubungan antara
Panjang Tungkai dengan Kecepatan Lari 100 Meter pada Atlet PASI
Kotabaru.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarklan uraian diatas, tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui seberapa besar Hubungan antara Panjang Tungkai
dengan Kecepatan Lari 100 Meter pada Atlet PASI Kotabaru.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat kepada khalayak,
terutama yang berkecimpung didalam dunia pendidikan jasmani dan
cabang olahraga atletik . Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari
hasil penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Untuk memperoleh pengalaman praktis dalam melaksanakan
penelitian dan sebagai penelitian sejenis bagi peneliti masa yang
akan datang serta sebagai dasar atau bahan penyusunan skripsi.
2. Bagi Pelatih
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk para atlet
kedepannya agar menunjang prestasi serta melatih kondisi fisik
atlet.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Lari Sprint
Lari sprint atau lari jarak pendek adalah lari yang menempuh
jarak antara 50 meter sampai dengan jarak 400 meter, sehingga
kebutuhan utama untuk lari jarak pendek adalah kecepatan.
Kecepatan dalam lari jarak pendek adalah hasil kontraksi yang kuat
dan cepat dari otot-otot yang diubah menjadi gerakan halus lancar
dan efisien yang sangat dibutuhkan bagi pelari untuk mendapatkan
kecepatan yang tinggi.
2. Teknik Lari Sprint
a. Teknik Start
Teknik start merupakan persiapan awal seorang pelari
untuk melakukan gerakan lari, lari jarak pendek menggunakan
start jongkok (crouching start). Start jongkok merupakan
tolakan pertama untuk menghasilkan dorongan penuh menuju
akselerasi lari menuju kecepatan maksimal.
1) Bersedia
Starter akan memberikan aba-aba “bersedia”, maka pelari
segera menempatkan kedua kaki menyentuh block depan
dan belakang. Lutut kaki belakang diletakkan di tanah,
terpisah selebar bahu tetapi sedikit lebih dekat, jari-jari
tangan membentuk V terbalik dan kepala dalam keadaan
mendatar dengan punggung, sedangkan pandangan mata
menatap lurus ke bawah.
2) Siap
Starter memberikan aba-aba “siap”, kemudian pelari
menekan lututnya ke belakang, lutut kaki depan ada dalam
posisi membentuk sudut siku-siku (90°), pinggang sedikit
diangkat tinggi dari bahu, tubuh sedikit condong ke depan,
serta bahu sedikit maju ke depan dari dua tangan
3) Ya
Saat aba-aba “ya” atau pistol dibunyikan, maka badan
pelari diluruskan dan diangkat pada saat kedua kaki
menolak atau menekan keras pada block, kedua tangan
diangkat dari tanah bersamaan untuk kemudian diayun
bergantian, kaki belakang mendorong lebih kuat, dorongan
kaki depan sedikit namun tidak lama, kaki belakang
diayun ke depan dengan cepat sedangkan badan condong
ke depan, lutut dan pinggang keduanya diluruskan penuh
pada saat akhir dorongan.
b. Teknik Saat Berlari
Tubuh pelari saat berlari dengan cepat yaitu condong ke
depan dengan lengan ditekuk 90° pada siku dan diayunkan ke
arah lari, tangan dan otot muka dilemaskan. Masing-masing
kaki diluruskan sepenuhnya dengan kuat, paha kaki yang
memimpin diangkat horizontal, sedangkan pinggul tetap pada
ketinggian yang sama.
c. Teknik Melewati Garis Finish
Pelari mencapai garis finish atau garis akhir dengan lari
terus menerus tanpa perubahan apapun, posisi dada condong
kedepan karena pencatat waktu akan menghentikan stopwatch
sampai dada menyentuh garis finish.
3. Panjang Tungkai
Tungkai terdiri dari tungkai atas dan tungkai bawah yaitu
bagian bawah tubuh manusia yang berfungsi menggerakkan tubuh,
seperti berjalan, berlari, dan melompat. Gerakan pada tungkai
tersebut disebabkan oleh adanya otot dan tulang. Otot sebagai alat
gerak aktif dan tulang sebagai alat gerak pasif.
Tinggi badan merupakan salah satu indikator dalam
menyeleksi pemain sepak bola. Seorang pemain yang memiliki
proporsi badan yang tinggi biasanya diikuti dengan ukuran tungkai
yang panjang, meskipun hal itu tidak selalu demikian. Panjang
langkah dari tungkai yang panjang sebagian besar mempengaruhi
kecepatan lari karena pelari dengan tungkai panjang memiliki
langkah yang lebar daripada pelari dengan tungkai pendek, selain
itu semakin panjang otot semakin panjang tulangnya, kemungkinan
semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan. Penelitian ini
dilakukan pada pemain sepak bola Diklat Diponegoro Muda PS
Undip, dimana tidak ada persyaratan tinggi badan minimal pada
saat seleksi pemainnya, sehingga ada variasi panjang tungkai.
Faktor yang mempengaruhi panjang tungkai yaitu faktor
genetik dan faktor gizi. Faktor keturunan atau genetik merupakan
sifat bawaan sejak lahir yang diperoleh dari orang tuanya. Faktor
keturunan sangat berpengaruh terhadap sifat dan pertumbuhan
fisik, serta pengaruh nyata terhadap ukuran, bentuk dan kecepatan
atau irama pertumbuhan, sedangkan faktor gizi yang dikonsumsi
sehari-hari juga akan mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan rangka tubuh dan organ lainnya, sehingga panjangnya
segmen-segmen badan berkaitan dengan tinggi badan.
B. Hipotesis
Terdapat hubungan antara panjang tungkai dengan kecepatan lari
100 Meter, yaitu semakin panjang tungkai semakin meningkatkan
kecepatan lari sprint.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakana dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kuantitatif dengan teknik pengambilan data dilakukan dengan
melakukan tes dan pengukuran. Pada umumnya tujuan utama penelitian
deskriptif untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan
karakteristik objek dan subjek yang diteliti dengan tepat.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitan
deskriptif kuantitatif yang dimaksud untuk mengumpulkan informasi
menegnai status gejala yang ada. pada umumnya tujuan utama
penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan secara sistematis
fakta dan karaktristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat
(Kusumawati 2015: 59)
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
korelasional dengan menggunakan metode survey. Penelitian
korelasional adalah suatu metode yang di rancang untuk mengetahui
seberapa besar hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Adapun variabel yang di libatkan dalam penelitian ini antara lain,
hubungan antara panjang tungkai sebagai variabel bebas, yang di
lambangkan dengan X, dan kecepatan lari 100 meter sebagai variabel
terikat yang di lambangkan dengan Y.
Rancangan penelitian dalam suatu penelitian merupakan suatu
keharusan yang harus dilakukan oleh peneliti. Sehingga dengan
rancangan ini dapat memperoleh kebenaran secara sistematis.
Rancangan penelitian ini merupakan tahapan proses yang diperlukan
dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian. Dalam penelitian ini
menggunakan teknik korelasi karena penelitian ini mencari hubungan
antara dua variabel.
Salah satu teknik statistik yang kerapkali digunakan untuk mencari
hubungan antar dua variabel adalah teknik korelasi (Hadi, 2000 : 233).
Sedangkan pada penelitian ini untuk mencari hubungan dua variabel
yaitu hubungan antara panjang tungkai dengan kecepatan lari cepat 100
meter. Teknik korelasi ini merupakan bagian dari rancangan penelitian
Non Eksperimen. Rancangan Non Eksperimen itu sendiri terbagi
menjadi 4 macam, yaitu :1) Studi Deskriptif, 2) Studi Komparatif, 3)
Studi korelatif, dan 4) Studi Kasus.
Berdasarkan teori tersebut di atas, maka penelitian ini menggunakan
rancangan non eksperimen yaitu studi korelasional. Adapun model
penelitian yang di gunakan secara sederhana dapat di gambarkan
sebagai berikut:
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan di laksanakan di Stadion GOR Bamega
Kotabaru. Setelah mendapat surat ijin penelitian dari lembaga terkait
penelitian ini akan ditentukan tanggal dan waktu pelaksanaan
penelitian.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
“Populasi adalah totalitas objek penelitian yang dapat berupa,
manusia, hewan, tumbuhan dan benda yang mempunyai kesamaan
untuk dijadikan data penelitian” (Kusumawati. 2015: 93). Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Adapun populasi pada penelitian ini diambil dari seluiruh Atlet
PASI Kotabaru sebanyak 25 Orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan kita jadikan
sebagai data untuk diteliti, artinya tidak ada sampel jika tidak ada
populasi (Kusumawati 2015: 94). Meskipun sampel hanya sebagian
dari populasi, namun sampel yang digunakan harus bisa
menggambarkan keseluruhan populasi.
Pengambilan sampel untuk penelitian menurut Arikunto dalam
(Hamdi and Wahyudhi 2019:107), “jika subjeknya kurang dari 100
orang sebaiknya diambil semuanya, jika subjeknya besar atau lebih
dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih”.
Jumlah populasi seluruh Atlet PASI 25 orang. Maka jumlah sampel
yang di gunakan dalam penelitian ini adalah 25 Orang.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen
penelitian yaitu Lari 100 Meter dan mengukur panjang tungkai dengan
cara sebagai berikut :
1. Instrumen Tes lari 100 meter
Alat yang digunakan untuk pengukuran lari 100 meter adalah:
1) Lapangan untuk lari 100 meter
2) Stopwatch
3) Peluit dan bendera start
4) Blangko pencatat hasil lari
5) Alat tulis
Pelaksanaan tes:
a) Pada aba-aba Bersedia:
1) Letakan tangan lebih lebar sadikit dari lebar bahu. Jari-jari
dan ibu jari membentuk huruf V terbalik. Bahu condong
kedepan, sedikit di depan tangan dan lengan lurus.
2) Kepala sedemikian rupa sehingga leher tidak tegang, dan
pandangan ke depan kira-kira 1-1,5 meter di muka garis
start.
3) Jarak letak kaki terhadap garis start tergantung dari bentuk
start yang di gunakan.
b) Pada aba-aba “siap:
1) Angkat panggul kedepan atas dengan tenang sampai sedikit
lebih tinggi dari bahu, garis punggung sedikit ke depan, dan
berat badan lebih kedepan.
2) Kepala rendah, leher tetap kondor, pandangan kebawah 1-
1,5 meter di muka garis start.
3) Lengan tetap lurus, siku jangan bengkok.
c) Pada aba-aba “Ya”.
1) Dimana pelari meninggalkan blok start.
2) Proses meninggalkan blok start adalah tungkai belakang di
ayunkan kedepan yang berfungsi sebagai tungkai tumpuan
di luruskan.
3) Sedangkan lengan berlawanan ke belakang. Badan tetap
condong ke depan demikian juga kepala pandangan tetap
kedepan sampai masuk garis finish.
Dikatakan condong ke depan guna mengimbangi tubuh
pada saat berlari agar tubuh tidak jatuh kedepan, saat pelari
harus mengangkat kakinya kedepan untuk membantu
kekuatan dan keseimbangan tubuh.
Pelaksanaan tes lari 100 meter, di laksanankan pada lintasan
lurus dan datar masing-masing teste menempuh jarak 100
meter. Prosedur pelaksanaan tes lari 100 meter di
laksanankan sebagai berikut :
Sebelum di lakukan tes, Teste di beri pemanasan 10-20
menit, pelaksanaan lari 100 meter di laksanakan secara
berkelompok sesuai dengan nomor yang di tentukan,
masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang. pelaksanaan
tes lari di laksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
4) Bersamaan dengan aba-aba “Ya” stopwatch di jalankan dan
di berhentikan saat sampai garis finish
5) Hasil: hasilnya adalah waktu tercepat yang di capai pada
jarak 100 meter
2. Instrumen Tes Pengukuran Panjang Tungkai.
Panjang tungkai adalah panjang seluruh kaki dari pangkal paha
ke bawah (Moelyono, 1988:973). Jadi panjang tungkai yang diukur
mulai pangkal paha ke bawah hingga telapak kaki di lantai dalam
satuan cm. Alat-alat yang digunakan adalah :
1) Alat ukur satuan sentimeter (Meter)
2) Blangko pencatat hasil
3) Alat tulis
Pelaksanaan Tes:
1) Teste berdiri tegak di atas lantai yang rata
2) Testor meraba bagian tulang yang terluar di sebelah lateral
pada paha (pada trochanter mayor), dan bila paha diayunkan
interior maupun ke posterior nampak trochanter mayor
bergerak
3) Testor meletakan meteran pas pada titik trochanter mayor, lalu
tarik meteran sampai bagian kaki yang terbawa.
E. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dari pengamat, dijumlah menjadi satu
kemuadian dirata-rata. Setelah semua data terkumpul, langkah
selanjutnya adalah menganalisis data sehingga data-data tersebut dapat
ditarik suatu kesimpulan. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kuantitatif, dianalisis menggunakan teknik
analilis deskriptif.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai