Anda di halaman 1dari 19

CIDERA ENGKEL

PADA PERMAINAN LOMPAT JAUH


( TUGAS AKHIR MATA KULIAH PERAWATAN DAN PENCEGAHAN CIDERA)

Oleh:
Rina rosalina
1381353
2013 B

UNIVERSITAS STKIP PGRI JOMBANG


PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGAFAKULTAS
ILMU KEOLAHRAGAAN
2014

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmat,
taufiq serta hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Cidera Engkel Pada
Permainan lompat jauh .
Tujuan saya menulis makalah ini untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Perawatan
dan Pencegahan Cidera Olahraga.
Harapan saya menyusun makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan juga dosen
pembimbing mata kuliah ini.
Dalam menyusun makalah ini, saya menyadari masih banyak kekurangan dan
keterbatasan, namun saya mengharapkan saran dan kritik dari dosen dan rekan rekan pembaca
demi perbaikan pada penyusunan makalah untuk yang berikutnya.

Mojokerto,01 juli 2014

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................
A. Latar Belakang Masalah...............................................................
B. Tujuan Masalah............................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA.....................................................
A.Olahraga lompat jauh....................................................................
B.Cidera Olahraga............................................................................
C.Terjadinya Cidera..........................................................................
D.Cidera Engkel dan penangananya...............................................
E.mencegah cidera engkel...............................................................
F.Latihan Pasca Cidera Engkel..........................................................
BAB III PENUTUP...............................................................
A.Kesimpulan....................................................................................
B.Saran.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................

DAFTAR GAMBAR
Gambar: 2.1 Permainan lompat jaih olimpiade london 2012
Gambar: 2.2 teknik awalan,menumpu,melayang,mendarat

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Contoh Program Latihan Sebelum dan Pasca Cedera Engkel Pada Lompat
jauh

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek pada ligamen,
atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya memerlukan pertolongan yang
profesional dengan segera. Banyak sekali permasalahan yang dialami oleh atlit olahraga, tidak
terkecuali dengan sindrom ini. Sindrom ini bermula dari adanya suatu kekuatan abnormal dalam
level yang rendah atau ringan, namun berlangsung secara berulang-ulang dalam jangka waktu
lama. Jenis cedera ini terkadang memberikan respon yang baik bagi pengobatan sendiri.
Tak ada yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran tubuh dan melindungi kita
dari berbagai penyakit. Namun, berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan aturan
berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera yang membahayakan dirinya sendiri.
Ada beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga yang salah.
Menurut Wijanarko Adi Mulya, pengurus PBSI (persatuan bulutangkis seluruh Indonesia) Jawa
Timur, aktivitas yang salah ini karena pemanasan tidak memenuhi syarat, kelelahan berlebihan
terutama pada otot, dan salah dalam melakukan gerakan olahraga. Kasus cedera yang paling
banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang biasanya terlalu berambisi menyelesaikan
target latihan atau ingin meningkatkan tahap latihan.
Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior.
Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan (misalnya
ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus diikuti.
Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa jenis
cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon terhadap cedera tersebut. Juga,
akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan
untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu cedera agar tidak terjadi parah,
bagaimana mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara profesional (memeriksakan diri
ke dokter).
Perawatan dan pencegahan cedera di perguruan tinggi. Khususnya para mahasiswa
pendidikan jasmani. Makalah ini mencakup agar mahasiswa mampu melaksanakan dan faham
tentang

prinsip-prinsip,

faktor-faktor

perawatan

cedera

dalam

olahraga

serta

dapat

mempraktekkanya pada saat menempuh perkuliahan maupun setelah lulus dan menjadi guru
pendidikan jasmani di sekolah.
B. TUJUAN MASALAH
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa dapat :
a. Menjelaskan pengertian cedera
b. Mengenal secara mendalam tentang macam-macam cedera olahraga
c. Dapat menjelaskan penyebab dan pencegahan cedera olahraga
d. Mampu menyampaikan informasi dan menunjukkan tata cara pengobatan cedera
olahraga.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. OLAH RAGA LOMPAT JAUH

Gambar: 2.1 Permainan lompat jaih olimpiade london 2012


Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik yang
paling populer dan paling sering dilombakan dalam kompetisi kelas dunia, termasuk Olimpiade.
Lompat jauh adalah suatu gerakan melompat ke depan atas dalam upaya membawa titik berat
badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan
jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.
Lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat yang menggunakan tumpuan pada satu
kaki untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Sasaran dan tujuan lompat jauh adalah untuk
mencapai jarak lompatan sejauh mungkin ke sebuah titik pendaratan atau bak lompat. Jarak
lompatan diukur dari papan tolakan sampai ke batas terdekat dari letak titik pendaratan yang
dihasilkan oleh bagian tubuh.
Panjang lintasan lari hingga papan lompatan atau papan tolak pada umumnya berukuran 40-45
meter dengan lebar lintasan mencapai 1,22 meter. Sementara itu, papan lompatan memiliki
panjang 1,22 meter dan lebar 20 cm dengan ketebalan 10 cm.
Di antara papan lompatan dengan bak lompat terdapat jarak sepanjang 1 meter. Sedangkan bak
lompat memiliki panjang 9 meter dengan lebar 2,95 meter. Untuk lebar tempat pendaratan,
jaraknya paling sedikit 2,75 meter antara garis tolakan sampai akhir tempat tolakan. Tempat
pendaratan diisikan dengan pasir dimana permukaan pasir harus sama tinggi atau datar dengan
sisi atas papan tolakan.

Gambar: 2.2 teknik awalan,menumpu,melayang,mendarat

Ada 4 teknik yang harus dilakukan dalam melakukan olahraga lompat jauh, yaitu :
1.

Teknik Awalan

Awalan merupakan suatu gerakan dalam atletik lompat jauh yang dilakukan dengan cara lari
secepat mungkin agar memperoleh kecepatan maksimal sebelum melakukan tolakan. Selain itu,
awalan dalam atletik lompat jauh dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk memperoleh
kecepatan horizontal maksimal yang kemudian diubah menjadi kecepatan vertikal ketika
melakukan tolakan.
Jarak dari suatu awalan tergantung dari tingkat kematangan dari atlet tersebut dan kemampuan
dari atlet tersebut untuk berakselerasi dengan kecepatannya sendiri. Teknik awalan harus
dilakukan dengan berlari secepat mungkin dari jarak 40-45 meter pada sebuah lintasan lari.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan awalan dalam cabang atletik lompat
jauh, seperti :
- Jarak awalan dalam cabang atletik lompat jauh bergantung pada kemampuan atlet itu sendiri.
Bagi para pelompat yang dalam jarak pendek sudah dapat mencapai kecepatan maksimal, jarak
awalan cukup pendek atau dekat saja (kurang lebih 30-35 meter atau kurang dari itu). Sementara
itu, bagi para atlet lompat jauh yang mencapai kecepatan maksimal dalam jarak relatif jauh, jarak
awalan harus lebih jauh (kurang lebih 30-45 meter atau lebih dari itu).
- Posisi ketika berdiri di titik awalan pada lompat jauh yaitu kaki posisi sejajar atau bisa juga
salah satu kaki berada di depan, tergantung dari kebiasaan atlet itu sendiri. Cara pengambilan
awalan dalam lompat jauh dimulai dari perlahan-lahan dan kemudian cepat (sprint). Kecepatan
ini harus dipertahankan hingga sesaat sebelum melakukan tumpuan/tolakan.
- Setelah mencapai kecepatan maksimal, sekitar 3-4 langkah terakhir bertumpu (take-off)
gerakan lari dilepas secara spontan tanpa mengurangi kecepatan yang telah dicapai sebelumnya.

Pada langkah terakhir ini, konsentrasi dan tenaga fokus untuk melakukan tumpuan di papan atau
balok tumpu.

2.

Teknik Menumpu

Menumpu merupakan gerakan yang penting dalam lompat jauh untuk menentukan hasil
lompatan yang sempurna. Dalam teknik ini, atlet melakukan tolakan pada sebuah papan atau
balok tumpuan menggunakan kaki terkuat dengan mengubah kecepatan horizontal menjadi
kecepatan vertikal.
Pada saat melakukan tumpuan, posisi badan tidak boleh terlalu condong. Tumpuan juga harus
kuat, cepat dan aktif. Keseimbangan badan juga harus dipertimbangkan agar tidak goyang.
Gerakan ayunan lengan sangat membantu untuk menambah ketinggian serta menjaga
keseimbangan tubuh.
Ada beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam melakukan tolakan dalam lompat jauh,
antara lain :
- Tolakan dalam lompat jauh harus dilakukan dengan kaki yang kuat.
- Bagian telapak kaki yang sangat cocok dan kuat untuk bertumpu biasanya terletak di bagian
tumit terlebih dahulu dan diakhiri di bagian ujung kaki.
- Sesaat sebelum melakukan tumpuan, usahakan badan condong ke belakang.
- Sebaiknya bertumpulah tepat di papan tumpuan.
- Kedua lengan ikut diayunkan ke depan atas ketika bertumpu.
- Ayunkan kaki dan angkat ke depan sampai setinggi pinggul dengan posisi lutut ditekuk.

3.

Teknik Melayang

Gerakan melayang dalam lompat jauh dilakukan setelah meninggalkan balok tumpuan. Saat
melakukan gerakan melayang, keseimbangan badan harus tetap terjaga. Ayunan kedua tangan
bisa membantu atlet dalam menjaga keseimbangan tubuh.
Ada 2 cara dalam melakukan teknik melayang yaitu :

Dengan sikap jongkok

Dalam sikap ini, saat menumpu, kaki ayun mengangkat lutut setinggi-tingginya, lalu disusul
dengan kaki tumpu. Kemudian sebelum melakukan pendaratan, kedua kaki dibawa ke depan.

Dengan sikap menggantung

Dalam sikap ini, kaki ayun dibiarkan tergantung lurus pada waktu menumpu. Tubuh diusahakan
tegak, disusul oleh kaki tumpu dengan lutut ditekuk sambil pinggul didorong ke depan. Lalu,
kedua lengan direntangkan ke atas.
4.

Teknik Mendarat

Dalam teknik ini, atlet harus berupaya mendarat dengan sebaik mungkin. Jangan sampai badan
atau lengan jatuh ke belakang. Pendaratan pada bak lompat dimulai dengan posisi kedua tumit
kaki dan kedua kaki agak rapat. Gerakan-gerakan waktu pendaratan harus dilakukan dengan
kedua kaki.
Yang perlu diperhatikan saat mendarat dalam lompat jauh adalah kedua kaki mendarat secara
bersamaan, diikuti dengan dorongan pinggul ke depan. Sehingga badan tidak cenderung jatuh ke
belakang yang dapat berakibat fatal bagi atlet itu sendiri.

B. CIDERA OLAHRAGA
merupakan hal yang bisa terjadi kapanpun dan dimanapun. tek terkecuali buat
orang yang sudah persiapan menghindari cidera. dalam topik ini cidera saya maksudkan
untuk cidera yang disebabkan karena kegiatan olahraga. cidera bisa terjadi oleh siapapun
dan kapanpun baik atlet senior maupun yunior. alangkah baiknya anda mengetahui secara
detail
apa
itu
cidera
dan
bagaimana
penanganan
yang
baik
dalam mengatasi cidera ringan maupun yang parah
Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek pada
ligamen, atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya memerlukan
pertolongan yang profesional dengan segera. Banyak sekali permasalahan yang dialami
oleh atlit olahraga, tidak terkecuali dengan sindrom ini. Sindrom ini bermula dari adanya
suatu kekuatan abnormal dalam level yang rendah atau ringan, namun berlangsung secara
berulang-ulang dalam jangka waktu lama. Jenis cedera ini terkadang memberikan respon
yang baik bagi pengobatan sendiri.
Tak ada yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran tubuh dan
melindungi kita dari berbagai penyakit. Namun, berolahraga secara berlebihan dan
mengabaikan aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera yang
membahayakan dirinya sendiri.

Ada beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga yang salah.
Menurut Wijanarko Adi Mulya, pengurus PBSI (persatuan bulutangkis seluruh Indonesia)
Jawa Timur, aktivitas yang salah ini karena pemanasan tidak memenuhi syarat, kelelahan
berlebihan terutama pada otot, dan salah dalam melakukan gerakan olahraga. Kasus
cedera yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang biasanya terlalu
berambisi menyelesaikan target latihan atau ingin meningkatkan tahap latihan.
Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet
senior. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu
permainan (misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan
yang harus diikuti.
Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami
beberapa jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon terhadap
cedera tersebut. Juga, akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga dapat
mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana
mendeteksi suatu cedera agar tidak terjadi parah, bagaimana mengobatinya dan kapan
meminta pengobatan secara profesional (memeriksakan diri ke dokter).

C. TERJADINYA CIDERA
Lompat jauh merupakan salah satu aktivitas pengembangan
akan kemampuan daya gerak yang dilakukan, dari satu tempat ke
tempat lainny
Lompat jauh meliputi daya ledak, kekuatan, kelincahan, keseimbangan dan lainlain.
Drs. Eddy Suparman menjelaskan bahwa unsur pokok dalam lompat jauh adalah
sebagai berikut :
1.Harus dapat membangkitkan daya momentum yang sebesar-besarnya.
2.Harus dapat memindahkan momentum gaya horizontal dan vertical.
3.Harus dapat mempersatukan gaya tersebut dengan tenaga badan pada saat
melakukan
tolakan.
4. Harus dapat menggunakan titik berat badan seefisien mungkin.

Saat kaki melakukan loncatan maka otot sendi engkel inilah yang
mendukung kaki untuk bergerak, rasa nyeri yang sangat saat menggerakkan
tubuh ini yang menghambat atau mempengaruhi loncatan dalam melakukan
tumpuan sering terjadi karena kondisi tubuh yang tidak seimbang.

Gambar: 2.3 terjadinya cedera engkel pada saat pendaratan

D. CIDERA ENGKEL DAN PENANGANANYA


Cedera Engkel - Cidera Engkel. Cedera ini terjadi karena terjadi robekan ligamen
(jaringan penghubung antar tulang) pada pergelangan kaki. Cara menangani cedera
engkel dapat dilakukan dengan prinsip RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation).
Berikut Penjabaranya.
1. Rest - Yaitu mengistirahatkan pemain yang cedera untuk membatasi rasa
sakit, pendarahan, dan pembengkakan di sekitar sendi ankle. Pembengakan
terjadi dengan lambat, pertama-tama nampak kecil, tetapi seiring berjalannya
waktu, akan membesar di sekitar sendi dan membatasi pergerakan dan
mengganggu proses rehabilitasi pemain.
2. Ice - Yaitu setelah pemain yang cedera diistirahatkan maka langkah
selanjutnya segera dibalutkan pada area yang sakit dengan es atau air yang
dingin. Es seharusnya dibalutkan tiap jam, selama 15 menit, pada empat jam
pertama. Penggunaan es dilanjutkan setiap empat jam sekali sampai 24 48
jam ke depan.
3. Compression - Yaitu memberikan penekanan pada daerah yang cedera agar
tidak terjadi pembengkakan yang serius. Hal ini bisa dilakukan dengan
menggunakan perban yang dibalutkan ke daerah cedera. Namun harus hatihati jangan sampai terlalu erat.
4. Elevation - Yaitu mengangkat atau sedikit meninggikan daerah yang cedera
posisi jantung dan dilakukan sesering mungkin selama 48 jam pertama.

Perlakuan ini mengurangi aliran darah ke ankle. Nasehat petugas medis dapat
digunakan untuk memperkirakan seberapa parah cedera pada ligamen dan
mengantisipasi terjadinya keretakan tulang.
E. Mencegah Cedera Engkel
Untuk menghindari cedera angkle maka selalu lakukan pemanasan dengan
melakukan peregangan atau stretching pada pergelangan kaki. Terlebih bagi anda yang
sudah pernah menderita cedera angkle maka lakukan pemanasan atau stretching yang
lebih pada daerah pergelangan kaki. Kita juga dapat mengurangi resiko cedera angkle
dengan melakukan latihan secara rutin pada otot kaki bagian bawah seperti latihan beban
atau latihan keseimbangan dengan woble board untuk yang mengalami cedera berulang,
dan yang juga tidak kalah penting adalah pemakaian ankle taping/bracing.

F. LATIHAN PASCA TERJADINYA CIDERA ENGKEL

Setelah melihat salah seorang teman yang juga adalah atlit bulutangkis cidera saat bermain
bulutangkis dan mengalami lateral sprain di ankle, akhirnya saya mencari referensi bagaimana
seharusnya menangani cidera. Walaupun secara umum konsep dan prinsip penanganan cidera
sudah dimiliki namun jarangnya diaplikasikan dalam suatu kejadian cidera karena pekerjaan
tidak berhubungan dengan hal itu dan jarang pula mengalami kondisi tersebut, maka memori di

otak semakin menipis juga. Kejadian cidera saat sore hari itu harus istirahat tidak bisa jalan kaki
hampir 35 jam, setelah memasuki waktu sekitar 40 jam yang dilakukan penanganan dengan
massage barulah kaki sebelah kiri bisa mengimbangi tugas kaki kanan dalam melaksanakan
tugas berjalan. Walaupun masih ada sebagian otot dan ligamen belum bekerja dengan dengan
sempurna karena masih terlihat sedikit peradangan.
Pelaksanaan pada pertolongan suatu kejadian cidera dalam keadaan darurat hampir semua cidera
sama, baik sobekan otot, ligamen yang tergeliat, sakit pada persendian, maupun patah tulang. Ini
merupakan suatu program yang terdiri dari empat bagian yang anda dapat ikuti sekalipun anda
akan mencari bantuan dokter dan program ini disingkat menjadi RICE:

1. Rest = Istirahat
Setiap cidera yang terjadi pada saat kegiatan berlangsung atau pertandingan sebaiknya
diistirahatkan dahulu untuk diperiksa, diobservasi secara teliti, dan kemudian disiapkan secara
optimal langkah-langkah penanggulangannya. Misalnya pemakaian taping atau bracing untuk
kemudian dipertimbangkan kemungkinan untuk dapat melanjutkan pertandingan. Lama istirahat
tergantung pada derajat cidera. Derajat cidera menentukan apakah penderita dapat segera
kembali berlatih atau tidak. Pada prinsipnya cidera jaringan lunak anggota gerak tubuh
diistirahatkan atau dibebaskan dari beban gerak selama 24-48 jam.
2. Ice = Kompres Es
Tujuan pemberian kompres es adalah untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan.
Kompres es pada suatu cidera akan efektif apabila rasa dingin dapat masuk cukup dalam dan
lama ke dalam jaringan. Prinsipnya adalah makin besar otot atau sendi cidera, makin lama
kompres es harus diberikan. Waktu kompres pada cidera lutut adalah minimal 30 menit
sedangkan pada cidera otot paha minimal 45 menit. Kompres es diberikan 2-3 jam terus menerus
segera setelah suatu cidera terjadi dan dilanjutkan dengan interval 30 menit selama 3-6 jam.
Perhatikan reaksi kulit yang terjadi terhadap pelaksanaan kompres. Kompres es tidak diberikan
langsung diatas kulit, akan tetapi es terlebih dahulu dibungkus dengan kantong plastik dan
handuk kecil karena jika bersentuhan langsung dapat menyebabkan kerusakan kulit.

3. Compression = kompresi/penekanan
Bersamaan dengan kompres es diberikan tekanan pada daerah cidera. Balutkanlah perban
elastik dengan kuat diatas es, disekitar daerah yang cidera. Berhati-hatilah agar jangan membalut
daerah tersebut terlalu kuat sehingga menghentikan suplai darah. Tanda-tanda terhentinya suplai
darah adalah mati rasa, kejang, dan sakit. Jika timbul salah satu gejala tersebut, bukalah balutan
tersebut dengan segera. Kalau tidak, biarkanlah kantong es dan pembalut tetap pada tempatnya
selama 30 menit. Agar kulit tetap menjadi hangat kembali dan peredaran darah dapat pulih,
bukalah balutan selama 15 menit.
4. Elevation = Ditinggikan
Bagian anggota gerak tubuh yang cidera sebaiknya ditempatkan di suatu tinggian untuk
mengurangi aliran darah ke daerah cidera. Pembengkakan dapat dikurangi dengan cara bagian
tubuh yang cidera ditinggikan sampai lebih tinggi dari posisi jantung.
Jika cidera hebat, Anda dapat melanjutkan program RICE sampai selama 24 jam. Bila
nyeri dan pembengkakannya menetap selama 48 jam setelah cidera, panaskanlah daerah tersebut.
Pengobatan selanjutnya tergantung pada jenis jaringan yang menderita cidera.
5. Contrast Bath
Suatu alternatif penerapan panas dan dingin terkadang efektif menghilangkan reaksi
peradangan yang ada. Dengan menggunakan dua baskom atau ember besar, satu diisi air panas
35 derajat celsius sampai 37 derajat celsius dan ember lainnya dengan air dingin 12,7 Celsius
sampai 18,3 derajat Celsius. Bagian tubuh yang cidera direndam air panas selama 1 sampai 2
menit, diulang sampai beberapa kali, terakhir dengan mencelupkan ke dalam air dingin selama 4
sampai 5 menit, ini sebaiknya dilakukan setiap hari.
6. Pusaran Air (Whirpool)
Pengobatan dengan pusaran air efektif mengurangi peradangan karena menambah
beberapa manfaat dari adanya panas, ada juga efek pijat yang disebabkan oleh gelembunggelembung udara dalam air. Ini membantu menambah sirkulasi pada bagian yang cidera. Pusaran
air umumnya dapat diperoleh pada spa atau pada klub kesehatan. Seseorang yang mengalami

masalah kronis membelinya sedikit, dan memang relatif tidak mahal untuk penggunaan di
rumah. Baskom dengan satu unit vibrator lebih murah, namun sebenarnya menggunakan pusaran
air atau hydrotherapy jauh lebih efektif. Terapi pusaran air digunakan dengan suhu air 36 sampai
40 derajat celcius selama 20 menit. Sebaiknya dilakukan setiap hari.
7. Pemijatan
Pemijatan merupakan suatu manipulasi jaringan-jaringan tubuh dengan tangan. Pijat ini
berpengaruh terhadap sistem saraf, otot, dan sirkulasi darah. Pemijatan merupakan hal positif
pada yang mengalami cidera-cidera karena dapat membantu mengurangi perlekatan di antara
serat-serat otot dan membantu memindahkan timbunan cairan tubuh.
Pemakaian pijat merupakan suatu perilaku yang bersifat insting. Pada saat bagian tubuh
kita mengalami cidera, seperti pada otot, seseorang secara alami akan menggososkkan sebagian
dari titik yang perih dan sakit tersebut. Hal ini membantu mengendurkan bagian tubuh tersebut
dan dapat memberikan pertolongan sementara.

BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Penyebabnya, pada saat berlatih kardio seperti lari atau jalan cepat, sendi
pada engkel kaki sering mengalami cedera. Cedera sendi engkel sebenarnya
merupakan cedera pada ligamen dari sendi engkel, yang elastis, memiliki struktur
seperti karet yang menjaga tulang-tulang dari sendi engkel bersama-bersama dan
mencegah sendi terputar atau terpelintir berlebihan. Beberapa penyebab cedera
pada lokasi tersebut adalah jika kaki mendarat secara janggal, jika dataran tidak
rata atau ketika terdapat kekuatan dalam jumlah yang tidak biasa diberikan pada
sendi tersebut.

B.SARAN
- pelihara kecepatan sampai saat menolak
- capailah dorongan yang cepat dan dinamis dan balok tumpuan.
- Rubahlah sedikit posisi lari, baertujuan mencapai posisi lebih tegak.
- Gunakan gerakan kompensasi lengan yang baik
- Capailah jangkuan gerak yang baik.
- Gerak akhir agar dibuwat lebih kuat dengan menggunakan lebih besar daya kepadanya.
- Latihan gerakan pendaratan.
- Kuasai gerak yang betul dari lengan dan kaki dalam meluruakan dan membengkokkan.

C.DAFTAR PUSTAKA
Aip Syarifuddin. 1992. Atletik. Jakarta : Depdikbud.

Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992/1993. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Depdikbud.

Bernhard, G. 1993. Atletik Prinsip Dasar Latihan Loncat Tinggi, Jauh, Jangkit dan Loncat Galah.
Terjemahan dari String Trainning voor. Djeugd. Semarang : Dahara Prize.

Carr, Gerry. 2000. Atletik (Edisi Terjemahan). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Depdikbud. 2004. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi SD dan MI. Jakarta: Dharma Bhakti.

--------------. 1997. Kondisi Fisik Anak-anak Sekolah Dasar. Jakarta : Depdikbud.

Depdiknas. 2000. Pedoman dan Modal Pelatihan Kesehatan Olah Raga Bagi PelatihOlahragawan
Pelajar. Jakarta.

Engkos, Kosasih. 1985. Olahraga Tehnik dan Program Latihan. Jakarta. Akademika Pressindo.

Harsono. 1982. Ilmu Coaching. Jakarta: KONI Pusat.

J. Matakupan. 1996. TeoriBermain. Jakarta: Depdikbud

KONI. 2000. Panduan Kepelatihan. Jakarta: KONI.

M. Sajoto. 1988. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang :
Dahara Prize.

Nurhasan. 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas.

Anda mungkin juga menyukai