1 April 2012
Tuti Azra
Dosen Administrasi Niaga Politeknik Negeri Padang
Jurusan Administrasi Niaga
email : tuti_fathan@yahoo.com
ABSTRACT
Situational leadership style is based on the assumption that leaders need to change
their behavior according to the level of readiness or maturity of subordinates /
followers. While the principle motivation is to create conditions that can encourage
each worker to perform his duties with a happy and satisfied. Appropriate leadership
styles and motivation that will lead to higher job satisfaction for employees where job
satisfaction is a general attitude towards work individu. This study aims to look at and
analyze the effect of leadership style and work motivation on Employee Job Satisfaction
Padang State Polytechnic. The theory used in this study is the Situational Leadership
Styles of Hersey and Blanchard's. Work motivation theory of David McClellan, while
Job Satisfaction theory of Lancaster. The method of analysis used is the method of
verification (path analysis). By using the iterative process obtained a sample size of 54
employees are allocated proportionately to each unit of work. The results of the
analysis showed that verification situational leadership style and work motivation
either simultaneously or partially significant effect on employee Job Satisfaction
Padang State Polytechnic
1. PENDAHULUAN
Munculnya paradigma baru dalam Manajemen Sumber Daya Manusia, bahwa
karyawan adalah asset/kekayaan perusahaan. Aset akan mendatangkan keuntungan
apabila diberdayakan sesuai dengan kebutuhan organisasi. Untuk itu, karyawan yang
ada diperusahaan harus diperhatikan agar mampu berperan aktif di dalam segala
kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi. Insentif financial bukan satu-satunya cara
agar karyawan memiliki komitmen melakukan yang terbaik bagi organisasi, banyak
faktor lain yang sifatnya hidden/tidak kelihatan tetapi menentukan, antara lain: motivasi
dan gaya kepemimpinan.
Motivasi timbul karena adanya faktor dalam diri seseorang yang menggerakkan
dan mengarahkan perilakunya untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam mencapai tujuan,
adakalanya gagal atau berhasil. Kegagalan dan keberhasilan ini dipengaruhi oleh
seberapa kuat manusia berupaya mencapai tujuan, jika gigih memperjuangkan
keinginan, maka tujuan berhasil, jika lalai yang diperoleh hanya kegagalan yang
Polibisnis, Volume 4 No. 1 April 2012
berakhir dengan kekecewaan. Langkah yang bijaksana, jika pihak manajemen dalam
organisasi mampu menghidupkan semangat motivasi karyawannya. Sehingga karyawan
mau berjuang dengan gigih untuk mencapai tujuannya, karena tujuan individu
berpengaruh signifikan terhadap tujuan organisasi.
Kepemimpinan merupakan tulang punggung pengembangan organisasi, tanpa
kepemimpinan yang baik akan sulit mencapai tujuan organisasi. Seorang pemimpin
harus mampu menciptakan misi, visi dan mengembangkan strategi dengan
kekuasaannya untuk mempengaruhi bawahan sesuai dengan tujuan organisasi.
Pemimpin juga harus dapat menciptakan iklim organisasi dimana seseorang merasa
bebas namun bertanggung jawab.
Model kepemimpinan situasional merupakan salah satu gaya kepemimpinan
yang menyesuaikan dengan situasi, khususnya kematangan karyawan. sehingga dalam
menerapkan gaya kepemimpinan, seorang pemimpin lebih berpedoman pada kesiapan
karyawan untuk menerima gaya tersebut. Jadi pendekatan terhadap karyawan akan
berbeda-beda, karena usia, masa kerja dan latar belakang karyawan yang heterogen.
Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk
mendapatkan hasil kerja yang optimal. Ketika seseorang merasakan kepuasan dalam
bekerja ia akan berupaya semaksimal mungkin untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Dengan demikian, produktivitas dan hasil kerja karyawan akan meningkat secara
optimal. Karyawan yang memiliki kepuasan kerja, akan dapat menampilkan perilaku
yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukannya sebagai hasil pengaruh dalam
dirinya (internal) maupun lingkungan di luar dirinya (eksternal). (Rita, 2002).
Politeknik Negeri Padang merupakan salah satu lembaga pendidikan tinggi yang
mengarah pada penciptaan lulusan profesional dan menguasai secara praktikal ataupun
teoritis bidang ilmu yang digelutinya. Politeknik ini memiliki enam jurusan antara lain
Teknik Mesin, Teknik Sipil, Teknik Elektro, Informatika Komputer, Akuntansi dan
Administrasi Niaga. Selain memiliki program Diploma Tiga, Politeknik Negeri Padang
juga memiliki program Diploma Empat. Mahasiswa yang diterima dikelompokkan
kedalam kelas reguler, non reguler dan kerja sama.
Dari penelitian terdahulu diperoleh gambaran bahwa kinerja karyawan
Politeknik berada pada kategori cukup, (Fisla, 2007). Artinya untuk meningkatkan
kinerja yang superior banyak hal yang harus dibenahi. Diantaranya pemimpin yang
dijadikan figur sehingga lebih dihargai oleh bawahan, motivasi yang tinggi untuk
melakukan yang terbaik dan rasa puas terhadap pekerjaan ataupun fasilitas yang
diberikan.
Sebagai penyedia jasa, Politeknik dituntut untuk menyediakan jasa yang
berkualitas agar tetap diminati oleh masyarakat. Jasa yang berkualitas tercipta jika
Politeknik memiliki karyawan dengan motivasi kerja yang tinggi, mempunyai
pemimpin yang mampu membimbing mengayomi dan memperhatikan kepentingan
karyawan serta memiliki karyawan yang merasa puas atas apa yang dikerjakannya.
Menarik untuk dilakukan penelitian lebih mendalam tentang bagaimana ”Pengaruh
Gaya Kepemimpinan Situasional dan Motivasi Kerja terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan Politeknik Negeri Padang”
1.3. Hipotesis
1. Gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan Politeknik
Negeri Padang
2. Motivasi kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan Politeknik
Negeri Padang
3. Secara simultan gaya kepemimpinan dan motivasi kerja berpengaruh terhadap
kepuasan kerja karyawan Politeknik Negeri Padang
2. TINJAUAN PUSTAKA
Kepemimpinan adalah suatu proses dimana individu mempengaruhi kelompok
untuk mencapai tujuan umum (Northouse, 2003). Menurut Dubrin kepemimpinan itu
adalah kemampuan untuk menanamkan keyakinan dan memperoleh dukungan dari
anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (Dubrin, 2001). Kepemimpinan itu
ada pada diri pemimpin/ manajer.
Motivasi berasal dari kata motiv yang berarti dorongan, sebab atau alasan orang
melakukan sesuatu. Menurut Nawawi prinsip utama motivasi adalah menciptakan
kondisi yang mampu mendorong setiap pekerja agar melaksanakan tugas-tugasnya
dengan senang dan puas (Nawawi, 2000; 351)
Kepuasan kerja merupakan sikap individu secara general terhadap pekerjaannya.
Karyawan bekerja ternyata tidak hanya untuk menunggu konsumen, atau mengendarai
truk, berinteraksi dengan bos dan sesama karyawan, mengikuti aturan dan kebijakan
perusahaan, memperoleh prestasi yang standar, hidup dengan kondisi kerja yang sering
kurang dari ideal dan yang diinginkan, yang artinya karyawan berlatih dengan kondisi
yang memuaskan atau tidak memuaskan atas elemen pekerjaan yang kompleks. Job
satisfaction as pleasurable or positive emotional state resulting from appraisal of one’s
job or job experience. (Luthan, 2002: 230) kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang
menyenangkan atau positif yang merupakan hasil dari prestasi kerja atau pengalaman.
Kepuasan kerja mempunyai banyak dimensi. Secara umum faktor ynag diamati
adalah kepuasan dalam pekerjaan itu sendiri, gaji, pengakuan, hubungan antara
supervisor dengan tenaga kerja, dan kesempatan untuk maju. Setiap dimensi
menghasilkan perasaan puas secara keseluruhan dengan pekerjaan itu sendiri, namun
pekerjaan juga mempunyai definisi yang berbeda bagi orang lain. Pengukuran kepuasan
kerja dapat dilakukan dengan mengetahui beberapa komponen kepuasan kerja, antara
lain (Robbin 2001:82):
1. Pekerjaan yang bersifat menantang, pekerjaan yang bersifat membangkitkan
semangat, pekerjaan yang manarik dan menantang, pekerjaan yang tidak bersifat
membosankan, hasil kerja yang menyenangkan, hasil pekerjaan yang berguna bagi
karywan/kelompok dan semua orang lain
2. Sistem imbalan dan promosi yang adil, jumlah gaji dan sistem promosi yang sesuai,
yang bersifat adil yang didasarkan atas prestasi dan kemampuan karyawan
3. Kondisi kerja yang bersifat mendukung, tempat kerja yang aman dan nyaman, tertib
disertai dengan sistem jenjang karir yang terbuka dan adil
4. Rekan kerja dan atasan yang bersahabat: pimpinan dan rekan kerja yang bijaksana,
tidak emosional, menghargai prestasi kerja karyawannya, memberikan kepercayaan,
semangat dan dorongan, bimbingan, serta saling menghormati antar sesama
karyawan.
Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka dapat dibuat paradigma penelitian
seperti gambar berikut:
(X1)
Kepemimpina n
Robbins (2001),
Situasional
Perilaku tugas
Perilaku hubungan
(Robbins, 2001) (Y)
Kepuasan Kerja
Pekerjaan itu sendiri
Robin (2001) Gaji
Kesempatan Promosi
Pengawasan
Rekan Kerja
(X2) (Luthan, 2009)
Motivasi
Kebutuhan kekuasaan
Kebutuhan persahabat an
Kebutuhan Berprestasi Greenberg (2005)
(Mc Clelland)
Robbins (2001)
εY
ρY
ε
}
rX X
12
ρ XX
12
Uji secara individual ditunjukkan oleh tabel Coefficients seperti dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 5.10 juga menginformasikan besarnya koefisien jalur yang dapat lihat
dari Standardized Coefficients (Beta). Besarnya pengaruh langsung dan pengaruh tidak
langsung Variabel Gaya Kepemimpinan Situasional dan Motivasi Kerja terhadap
Kepuasan Kerja dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, Pengaruh Total dan
Pengaruh Bersama X1 dan X2 terhadap Y
Pengaruh
Variabel Koefisien Jalur
Langsung Tidak Langsung Total
X1 0.461 0.2125 0.0567 0.2692
X2 0.352 0.1239 0.1569 0.1569
Total Pengaruh (Pengaruh bersama) 0.426
Ε 0,574
}
Gambar 4.1 Diagram Jalur Hipotesis
Y = 0.461X1 + 0.352X2 + ∈
DAFTAR PUSTAKA
Baron, R. A., and J. Greenberg. 2002. Behavior in Organization: Understanding and
Managing the Human Side of Work, Third Edition. Toronto: Allyn and Bacon.
Dubrin, A. J. 2001. Leadership: Research Findings, Practices, and Skills, Third Edition.
Boston: Houghton Mifflin Company.
Fisla, W., 2007. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan Politeknik
Negeri Padang,
Luthan, F., McCaul, H.S., Dodd, N.G., 1985,”Organizational commitment : a
comparison of American, Japanese, and Korean employeses”, Academy of
Management Journal, 28, 213-19.
Luthans, F., 2002. Organizational Behavior, Ninth Edition. Singapore: McGraw- Hill
International Editions
Mukaram, M. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Politeknik Negeri Bandung
Nawawi, H. H. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitif.
Yokyakarta. UGM Press.
Northouse, P.G. 2003. Leadership: Theory and Practice, Third Edition. New Delhi
Response Book.
Robbins, S. P., 2001. Organizational Behavior. 9th Ed. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Critical Jurnal Report
Dosen Pengampu :
Dr. Daulat Saragih, M.pd
OLEH :
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Jurnal Report
ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Daulat selaku dosen pengampu
mata kuliah ini, yang telah memberikan bimbingan kepada penulis sehingga dapat
memahami sistematika penyusunan critical jurnal report. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada rekan-rekan yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada
penulis sehingga tugas ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Terlepas dari itu semua, penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat, isi, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
penulis menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki
tugas critical jurnal report dikemudian hari. Akhir kata, penulis berharap semoga critical
jurnal report ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
1. IDENTITAS JURNAL
1. Judul Artikel : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional dan
2. IDENTITAS PENULIS
4. RANGKUMAN JURNAL
a. Latar Belakang
d. Hasil Temuan
e. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: (1) Gaya
Kepemimpinan Situasional dan Motivasi kerja mempunyai keeratan hubungan yang
positif. Artinya Semakin bagus gaya kepemimpinan, maka tingkat kepuasan kerja
karyawan juga akan semakin meningkat; dan (2) Keeratan hubungan antara Gaya
Kepemimpinan Situasional dan kepuasan Kerja bernilai positif. Artinya Besarnya
pengaruh Variabel Gaya Kepemimpinan Situasional yang secara langsung
mempengaruhi tingkat kepuasan kerja; (3) Keeratan hubungan antara Gaya
Kepemimpinan Situasional dan Kepuasan Kerja bernilai positif. Artinya Semakin
tinggi tingkat Motivasi Kerja Karyawan, maka tingkat Kepuasan Kerja akan semakin
meningkat. Besarnya pengaruh Variabel motivasi kerja yang secara langsung
mempengaruhi tingkat kepuasan kerja karyawan.
b. Kekurangan Tulisan
(1) Kegayutan antar elemen
Tiap informasi ataupun gagasan yang dikemukakan di
dalam tulisan ini sangat penting, namun teori yang disampaikan
lebih banyak daripada pembahasan dari data ataupun bukti yang
diperoleh dari gaya kepemimpinan situasional yang sudah
diterapkan di Politeknik Negeri Medan, sehingga membuat
pembaca bingung dan kesulitan memahami apa yang
disampaikan. Selain itu, jurnal ini di terbitkan pada tahun 2012
sehingga jurnal ini kurang sesuai dengan perkembangan
pemikiran pada masa sekarang.
(2) Kohesi dan korehensi isi penelitian
Pemaparan di dalam jurnal ini, dalam mengutip suatu teori
untuk menguatkan pendapat atau pemikiran sebaiknya dibatasi
hanya dari beberapa pendapat saja sehingga apa yang
disampaikan lebih mudah dicerna dan tidak terkesan bertele-tele.