Anda di halaman 1dari 20

Tugas Kebugaran Jasmani

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

Nama : Briyen Julian Aldo Kemit


Kelas : IKOR B
Nim : 6213210044
Dosen Pengumpu : Pak Agus Salim Samosir
Mata Kuliah : Kebugaran Jasmani
CJR ( Critical Jurnal Review)

Jurnal Pertama

Judul : Konsep dan Cara Penilaian Kebugaran Jasmani Menurut


Sudut Pandang Ilmu Faal Olahraga

Jumlah Halaman : 9

Penulis : H.Y.S. Santosa Giriwijoyo, Dikdik Zafar Sidik

Tahun : 2010

Link Jurnal :
https://ejournal.upi.edu/index.php/JKO/article/download/16223/9086
Abstrak

Kebugaran Jasmani lebih merupakan terjemahan dari Physiological fitness. Secara


Fisiologis kemampuan fungsional jasmani terdiri dari kemampuan anaerobik dan
kemampuan aerobik. Kemampuan anaerobik terdiri dari kemampuan anaerobik
alaktasid dan kemampuan anaerobik laktasid. Kemampuan anaerobik alaktasid adalah
kemampuan untuk mewujudkan gerak ledak (gerak explosive) maximal maupun sub-
maximal, kemampuan anaerobik laktasid adalah kemampuan untuk mewujudkan gerak
ketahanan anaerobik (anaerobic endurance/stamina/daya tahan anaerobik),
sedangkan kemampuan aerobik adalah kemampuan untuk mewujudkan gerak
ketahanan umum seperti misalnya pada lari maximal maupun sub-maximal dengan
durasi 8 menit atau lebih. Tes adalah uji kemampuan maximal. Dengan demikian tes
Kebugaran Jasmani (KJ) adalah uji kemampuan maximal untuk menilai kemampuan
anaerobik (alaktasid dan laktasid) dan kemampuan aerobik. Kemampun anaerobik dan
kemampuan aerobik merupakan kemampuan fungsional jasmani dengan kepentingan
yang setara. Demikian juga kepentingan fungsional anaerobik alaktasid dan laktasid
adalah setara. Oleh karena itu berdasarkan konsep kesetaraan fungsional ini, maka
penilaian KJ adalah penjumlahan dari nilai kemampuan anaerobik (jumlah kemampuan
anaerobik alaktasid ditambah kemampuan anaerobik laktasid dibagi dua) ditambah
dengan nilai kemampuan aerobik dibagi dua, dengan rumus sebagai berikut:

½ (anaerobik alaktasid + anaerobik laktasid) + aerobik /2

Pada Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) tidak jelas konsep dasar fisiologi dan cara
penilaiannya. Kesalahan yang nyata ialah memposisikan butir (item) tes kemampuan
aerobik sebagai salah satu dari 5 (lima) butir TKJI. Dengan demikian maka kontribusi
peran fungsional kemampuan aerobik menjadi hanya 20 % saja (100 % : 5) dari seluruh
nilai TKJI itu, sedangkan sesungguhnya kontribusi peran itu adalah 50%. Sebaliknya
kontribusi peran fungsional kemampuan anaerobik menjadi sebesar 80%, sedangkan
sesungguhnya kepentingan peran fungsional kemampuan anaerobik dan aerobik adalah
setara, yaitu masing-masing 50%.

PENDAHULUAN

Penulisan Artikel ini dipicu oleh adanya kesalahan dalam Konsep dan Cara Penilaian
Kebugaran Jasmani dalam TKJI (Tes Kesegaran Jasmani Indonesia). Dalam Bab I
dikemukakan bahwa: “… TKJI telah disepakati dan ditetapkan menjadi suatu instrumen
yang berlaku di seluruh wiayah Indonesia”. Namun apapun dan bagamanapun
kesalahan harus tetap dikoreksi! Dengan membaca Artikel ini, diharapkan para yang
berkepentingan dapat lebih memahami Konsep dan Cara Penilaian Kebugaran Jasmani
yang sesuai dengan sudut pandang Ilmu Faal Olahraga. Physical Fitness selain
diterjemahkan sebagai kebugaran jasmani, diterjemahkan pula dengan istilah-istilah
lain misalnyan: kesegaran jasmani, kesanggupan jasmani dan kesamaptaan jasmani.
Dalam perkembang-annya, istilah Kebugaran jasmani menjadi terjemahan yang paling
populer bagi istilah Physical Fitness. Untuk dapat memahami arti kebugaran jasmani,
perlu ditelusuri kembali dari istilah asalnya. Secara harfiah arti physical fitness ialah
kecocokan fisik atau kesesuaian jasmani. Tetapi Fit juga dapat berarti sehat, sehingga
fitness dapat berarti Kesehatan.

Ada syarat-syarat fisik tertentu untuk dapat melaksanakan tugas fisik itu. Pengertian ini
masih memerlukan penjabaran lebih lanjut, khususnya dalam kaitan dengan syarat-
syarat fisik tertentu yang bersifat:

1. Anatomis (Struktural)

Dari pengertian ini timbul istilah Anatomical (Structural) fitness yaitu kesesuaian
struktur anatomis jasmani terhadap tugas fisik yang harus dilaksanakan. Dengan
demikian Physical fitness terdiri dari 2 bagian yaitu: Anatomical (Structural) fitness dan
Physiological (Functional) fitness. Anatomical fitness (Kesesuaian Anatomik),
berhubungan dengan masalah-masalah yang bersifat anatomis, yaitu kesesuaian
struktur tubuh dengan tugas fisik yang harus dilakukan, seperti: tinggi badan, berat
badan, kelengkapan anggota badan, ukuran berbagai bagian badan, terhadap tugas fisik
yang harus dilaksanakan.

2. Fisiologis (Fungsional)

Dari pengertian ini timbul istilah Physiological (Functional) fitness yaitu kesesuaian
fungsí fisiologis jasmani terhadap tugas fisik yang harus dilaksanakan. Physiological
fitness (Kesesuaian Fisiologik), berhubungan dengan masalahmasalah yang bersifat
fisiologis, yaitu tingkat kemampuan menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap:

a. Keadaan lingkungan:

- Suhu

- Kelembaban

- Ketinggian

- Sifat medan, dan/atau

b. Tugas fisik:

- Berbagai bentuk kegiatan dan beban (intensitas) kerja jasmaniah,secara fisiologis


yaitu:

1) Alat-alat tubuh berfungsi dalam batas-batas normal

2) Efisien

3) Tidak terjadi kelelahan yang berlebihan atau yang bersifat kumulatif.


4) Telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya.

KOMPONEN KEBUGARAN JASMANI

Komponen Kebugaran Jasmani secara anatomis terdiri dari: Ergo-sistema I (ES-I) dan
Ergosistema II (ES-II). ES-I terdiri dari:

- Kerangka dengan persendiannya

- Otot

- Saraf

ES-II terdiri dari:

- Darah dan cairan tubuh

- Perangkat pernafasan

- Perangkat kardiovaskular

Komponen Kebugaran Jasmani secara fisiologis adalah fungsi dasar dari komponen-
komponen anatomis tersebut di atas yaitu:

Fungsi dasar ES-I yang wujudnya adalah:

- flexibilitas

- kekuatan dan daya tahan otot

- fungsi koordinasi saraf

Fungsi dasar ES-II yang wujudnya adalah:

- daya tahan umum, sering juga disebut sebagai daya tahan kardio-respirasi.

Secara fungsional, ES-I mewujudkan:

- kapasitas anaerobik yang merupakan faktor pembatas kemampuan maximal primer.


Sedangkan ES-II mewujudkan:

- kapasitas aerobik (VO2 max) yang merupakan faktor pembatas kemampuan maximal
sekunder.

TES KEBUGARAN JASMANI

Hakekat Tes Kebugaran Jasmani adalah mengukur kemampuan fungsi-onal maximal


yang dimiliki seseorang pada saat dilakukan pengukuran. Kemampuan fungsional
diukur dari besaran kemampuan gerak yang dapat dilakukan. Besaran kemampuan
gerak ditentukan oleh kemampuan tubuh menghasilkan daya (energi). Apabila tubuh
dapat menghasilkan daya dalam jumlah besar, maka ia pun dapat menghasilkan daya
dalam jumlah kecil, tetapi tidak berarti sebaliknya.

Kemampuan manusia menghasilkan daya terjadi melalui 2 mekanisme yaitu mekanisme


anaerobik (tanpa menggunakan O2) dan mekanisme aerobik (dengan menggunakan
O2). Intensitas gerak/kerja tergantung pada besar daya yang dihasilkan oleh
mekanisme olahdaya (metabolisme) anaerobik. Makin besar daya yang dihasilkan oleh
mekanisme olahdaya anaerobik, makin besar intensitas gerak/kerja yang dapat
diwujudkan. Pembentukan daya secara anaerobik diwujudkan melalui 2 (dua)
mekanisme yaitu mekanisme anaerobik yang tanpa menghasilkan asam laktat
(anaerobik alaktasid) dan mekanisme anaerobik yang menghasilkan asam laktat
(anaerobik laktasid) Pada tes Kebugaran Jasmani, daya dari mekanisme anaerobik
alaktasid adalah untuk mewujudkan gerakan-gerakan ledak (explosive) maximal.
Contoh gerakan-gerakan ledak :

1. vertical jump.

2. standing broad jump.

3. sprint 30 M maximal.

4. Lempar bola medicine (3 kg). dan sejenisnya.

Pada tes Kebugaran Jasmani, daya dari mekanisme anaerobik laktasid adalah untuk
mewujudkan gerakan-gerakan daya tahan anaerobik maxi-mal (anaerobic endurance/
stamina). Contoh gerakan untuk daya tahan anaerobik:

1. Lari dengan kecepatan maximal selama antara 1-2 menit.

2. Lari kijang (speed bound) sejauh 300 meter.

3. Berenang dengan kecepatan maksimal sejauh 200 meter.

4. Push ups dengan irama cepat selama 1 menit.

5. Lompat tinggi angkat paha dengan irama cepat selama 1 menit 30 detik.

dan sejenisnya.

Dalam Ilmu Faal Olahraga terdapat pengelompokan Olahraga yang didasarkan pada
durasi yang dapat dipertahankannya pada pelaksana-annya dengan intensitas maximal.
Pengelompokan itu adalah sebagai berikut: Olahraga dengan intensitas maximal (lari
dengan kecepatan maximal) dengan durasi:

1. 0 – 2 menit = Olahraga anaerobik dominan

2. 2 – 8 menit = Olahraga campuran anaerobik dan aerobik


3. > 8 menit = Olahraga aerobik dominan.

Perlu difahami bahwa pada hakekatnya tidak ada Olahraga yang murni (100%)
anaerobik atau yang murni (100%) aerobik. Dalam setiap aktivitas fisik selalu ada
kontribusi anaerobik dan aerobik. Pada Olahrga Anaerobik dominan, ciri aktivitas
fisiknya ialah intensitas tinggi (=kontribusi anaerobiknya tinggi) dan durasi singkat
(=kontribusi aerobiknya kecil). Makin (diper)panjang durasi aktivitas fisiknya, makin
kecil kontribusi anaerobiknya sebaliknya makin besar kontribusi aerobiknya. Pada
hakekatnya perubahan dari anaerobik dominan menjadi aerobik dominan, merupakan
satu kontinuum, sehingga pengelompokan menjadi 3 (tiga) jenis kelompok olahraga
tersebut di atas berdasarkan pembatasan durasi tidak mungkin dapat dilakukan secara
tepat. Oleh karena itu dalam mengambil gerakan bagi tes Kebugaran Jasmani yang
dimaksudkan untuk memperagakan kemampuan menggunakan daya aerobik, haruslah
yang benar-benar nyata berasal dari kelompok aktivitas fisik aerobik dominan.
Contohnya adalah lari dengan kecepatan maximal:

1. 12 menit (Cooper).

2. 15 menit.

3. 2400 m (Cooper).

4. 3200 m.

5. 5000 m (Cooper: jalan cepat), dan sejenisnya.

KONSEP KESETARAAN FUNGSIONAL

Dalam lingkup kemampuan anaerobik, kepentingan fungsional (peran) anaerobik


alaktasid dan anaerobik laktasid adalah setara. Artinya tidak ada salah satu dari
padanya yang lebih penting ! Kapasitas anaerobik merupakan faktor pembatas
kemampuan maximal primer oleh karena bila seluruh kapasitas anaerobik telah habis
terpakai maka olahraga tidak mungkin dapat dilanjutkan, karena telah terjadi kelelahan
yang mutlak (exhaustion), yaitu karena jumlah asam laktat di dalam tubuh tidak dapat
ditoleransi lagi oleh tubuh. Kepentingan fungsional kemampuan anaerobik dan
kemampuan aerobik adalah juga setara. Atas dasar konsep kesetaraan ini, maka
penghitungan nilai Kebugaran Jasmani adalah sebagai berikut:

1. Tentukan nilai Kemampuan Anaerobik alaktasid dan Anaerobik laktasid.

2. Hitung nilai kemampuan Anaerobik dengan menjumlahkan nilai kemampuan


Anaerobik alaktasid dan nilai kemampuan Anaerobik laktasid kemudian dibagi 2 (dua).

3. Tentukan nilai Kemampuan Aerobik.


4. Nilai Kebugaran Jasmani adalah jumlah kemampuan Anaerobik dan kemampuan
Aerobik dibagi 2 (dua).

Dalam hubungan dengan tes kebugaran jasmani, perlu diketahui tatahubungan


fungsional antara ES-I dengan ES-II, yang dalam perwujudanfungsionalnya adalah tata-
hubungan antara kapasitas anaerobik dengan kapasitas aerobik.

MERAMU TES KEBUGARAN JASMANI

Dari uraian mengenai Komponen Kebugaran Jasmani, Tes Kebugaran Jasmani dan cara
Penghitungannya, maka tidaklah sulit untuk meramu (mengkonstruksi) sendiri suatu
batere tes Kebugaran Jasmani yang memenuhi Konsep Fisiologi Olahraga. Batere tes
Kebugaran Jasmani harus mengandung komponen gerak yang mencerminkan
kemampuan maximal menghasilkan daya anaerobik alaktasid, daya anaerobik laktasid
dan daya aerobik (lihat contoh-contoh gerakan pada bab: TES KEBUGARAN JASMANI di
atas). Untuk tes kemampuan aerobik cukup dipilih satu saja dari contohcontoh di atas,
karena contoh-contoh tes itu sudah merupakan tes yang sangat valid bagi pengukuran
kemampuan aerobik. Untuk tes kemampuan anaerobik laktasid disarankan mengambil
gerakan yang paling mencerminkan gerakan kemampuan daya tahan anaerobik.
Sedangkan untuk tes kemampuan anaerobik alaktasid disarankan memilih 2 (dua) atau
lebih dari contoh-contoh gerakan di atas, untuk lebih meningkatkan validitas hasil
pengukurannya. Contoh: Pada penelitian: Giriwijoyo, H.Y.S. dkk. (2000): Pelatihan
“Tenaga Dalam” melalui Senam Pagi Indonesia, Pengaruhnya terhadap berbagai
kemampuan Statis, Dinamis Anaerobik dan Dinamis Aerobik, yang disajikan dalam
Kongres dan Seminar Nasional Ikatan Ahli Ilmu Faal Indonesia, Denpasar, 13-17
Oktober 2002, batere tes yang digunakan terdiri dari:

1. tes kemampuan menahan nafas

2. tes anaerobik alaktasid: standing broad jump + vertical jump

3. tes anaerobik laktasid: lari 400 m

4. tes aerobik: lari 12 menit.

Adanya 2 (dua) nilai untuk kemampuan anaerobik alaktasid tidak menjadi masalah
karena kedua nilai itu harus diubah lebih dahulu menjadi satu nilai kemampuan
anaerobik alaktasid. Selanjutnya penghitungan niai Kebugaran Jasmaninya sesuai denga
rumus.

KOMPONEN KETRAMPILAN DALAM TES KEBUGARAN JASMANI

Komponen saraf dari ES-I dengan fungsi koordinasinya menentukan kemampuan


ketrampilan, khususnya kemampuan ketrampilan gerak (kemampuan koordinasi) hasil
pembelajaran. Dengan demikian secara fisiologis terdapat tiga macam tes kebugaran
jasmani, khususnya bagi Atlet yaitu tes kebugaran jasmani terhadap: (1) kapasitas
anaerobik, yang terdiri dari tes kapasitas anaerobik alaktasid dan tes kapasitas
anaerobik laktasid (2) kapasitas aerobik dan (3) kemampuan ketrampilan kecabangan
olahraga.

BAGAIMANA KONSEP DASAR FISIOLOGI YANG MENJADI LANDASAN PENYUSUNAN


TKJI ?

Pada TKJI tidak dijabarkan konsep dasar fisiologinya. Butir-butir tesnya tidak disertai
keterangan termasuk landasan gerak dasar fisiologi yang mana, sehingga tester tidak
mendapat informasi yang tepat mengenai apa hakekat fisiologi dari butir-butir tes yang
dilakukan. Kesalahan konsep yang nyata adalah kesalahan dalam cara penilaian
Kebugaran Jasmaninya. Pada TKJI butir tes untuk menilai kemampuan aerobik
diposisikan setara dengan butir-butir tes anaerobik yang lain. Tes Kemampuan aerobik
seharusnya tidak diposisikan sebagai salah satu butir dari 5 butir tes TKJI, karena
dengan menempatkan tes itu sebagai salah satu butir tes dari 5 butir tes dalam TKJI,
maka peran kemampuan aerobik hanya menjadi sebesar (100% : 5) 20% saja dari nilai
Kebugaran Jasmani Testee ybs. Seharusnya peran itu adalah sebesar 50%. Sebaliknya
kontribusi peran fungsional kemampuan anaerobik menjadi sebesar 80%, sedangkan
sesungguhnya kepentingan peran fungsional kemampuan anaerobik dan aerobik adalah
setara, yaitu masing-masing 50%.

KESIMPULAN

1. Physical Fitness dapat diterjemahkan dalam beberapa istilah yaitu : kesegaran


jasmani, kesanggupan jasmani, kesamaptaan jasmani dan kebugaran jasmani.
Kebugaran jasmani merupakan terjemahan yang paling populer.

2. Secara harfiah arti physical fitness atau kebugaran Jasmani ialah kecocokan fisik atau
kesesuaian jasmani. Dengan demikian kebugaran jasmani ialah kecocokan syarat-syarat
fisik terhadap tugas yang harus dilaksanakan oleh fisik itu, baik syarat anatomis dan
khususnya syarat fisiologis yang harus dimiliki oleh individu yang bersangkutan.

3. Penerapan Tes Kebugaran Jasmani harus dengan memperhatikan siapa populasi yang
akan dites demi pencapaian tujuan tes dan efisiensi pelaksanaannya, karena pada
dasarnya tes Kebugaran Jasmani dilakukan untuk mengetahui derajat sehat dinamis
populasi yang bersangkutan pada saat itu.

4. Pengukuran tingkat kebugaran jasmani untuk kelompok Atlet sesuatu cabang


Olahraga harus dilakukan dengan mengukur semua kemampuan fungsional yang harus
dimiliki Atlet yang bersangkutan yang meliputi komponen kemampuan fungsional ES-1,
kemampuan fungsional ES-2, dan tingkat penguasaan ketrampilan koordinasi (skill)
kecabangan Olahraga yang ditekuninya.
5. Kesalahan pada TKJI ialah karena memposisikan nilai kemampuan aerobik sebagai
salah satu dari 5 (lima) butir TKJI, sehingga nilai Kemampuan aerobik hanya menjadi
tinggal 20% saja dari seluruh nilai Kebugaran Jasmaninya, sedangkan nilai kemampuan
anaero-biknuya menjadi sebesar 80%. Seharusnya nilai Kemampuan anaerobik dan
aerobik masing-masing adalah 50% dari seluruh nilai Kebugaran Jasmani. Konsep dasar
fisiologi TKJI perlu dikaji ulang dan dengan sendirinya juga cara penilaiannya.

KEPUSTAKAAN

Giriwijoyo,Y.S.S. (1992) : Ilmu Faal Olahraga, Buku perkuliahan Mahasiswa FPOK-IKIP


Bandung.

Giriwijoyo,H.Y.S.S. (2000) : Olahraga Kesehatan, Bahan perkuliahan Mahasiswa FPOK-


UPI.

Giriwijoyo, H.Y.S.S. dkk. (2000) : Makalah : Pelatihan “Tenaga Dalam” melalui Senam
Pagi Indonesia, Pengaruhnya terhadap berbagai kemampuan Statis, Dinamis Anaerobik
dan Dinamis Aerobik. Disajikan dalam Kongres dan Seminar Nasional Ikatan Ahli Ilmu
Faal Indonesia,

Denpasar, 13-17 Oktober 2002.

Karpovich, P.V. and Sinning, W.E.: Physiology of Muscular Activity, Chapter

Sventeen: Health, Physical Fitness and Age, pg. 266-280; Chapter

Eighteen: Tests of Physical Fitness, pg 281-294. W.B.Saunders Co.

Philadelphia-London-Toronto, 1971.

Departemen Pendidikan Nasional – Pusat Kesegran Jasmani dan Rekeasi (1999): Tes
Kesegaran Jasmani Indonesia untuk Anak Indonesia.

Penulis

H.Y.S. Santosa Giriwijoyo, Prof. Emeritus, Drs. Physiol., Drs. Med., Dokter, Ahli Ilmu Faal
dan Ilmu Faal Olahraga, pada Ikatan Ahli Ilmu Faal Indonesia (IAIFI) Komisariat
Bandung dan Jurusan/Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia. Dikdik Zafar
Sidik, Doktor, M.Pd., S.Pd. Olahraga, Jurusan Pendidikan Kepela-tihan Olahraga, Fakultas
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia.
Jurnal Kedua

Judul : Faktor– Faktor yang Mempengaruhi Kebugaraan


Jasmani Mahasiswa Kedokteran Universitas Malahayati

Jumlah Halaman : 6

Penulis : Ringgo Alfarisi , Wahyu Karhiwikarta , Dessy


Hermawan

Tahun : 2013

Link Jurnal :
http://www.ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/article/dow
nload/353/289
ABSTRAK

Kebugaran jasmani diperlukan tidak hanya oleh atlet untuk performa yang lebih baik
tetapi juga untuk non-atlet (mahasiswa kedokteran) untuk menjaga kesehatan jasmani
dan rohani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktifitas fisik, Indeks
Massa Tubuh (IMT), dan merokok terhadap kebugaran jasmani. Penelitian ini
merupakan penelitian analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Sampel
penelitian adalah 122 orang laki –laki dan 122 orang perempuan dengan teknik
disproportionate stratified random sampling. Analisis statistik dilakukan dalam bentuk
uji Spearman. Hasil penelitian pada responden laki–laki, ditemukan bahwa ada
pengaruh aktifitas fisik (r = 0,958 ; p < 0,001), IMT (r = - 0,368 ; p < 0,001), dan merokok
(r = -0,234 ; p < 0,05) terhadap kebugaran jasmani. Hasil penelitian pada responden
perempuan, ditemukan bahwa ada pengaruh aktifitas fisik (r = 0,981 ; p < 0,001) dan
IMT (r = - 0,342 ; p < 0,001) terhadap kebugaran jasmani. Mahasiswa Kedokteran
Universitas Malahayati hendaknya melakukan olahraga rutin dan menghindari rokok
agar memiliki kebugaran jasmani yang baik.

PENDAHULUAN

Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDM Kes) merupakan faktor penting dalam
pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu. Oleh karena itu, pengembangan SDM
Kes merupakan faktor kunci dalam pencapaian tujuan Millenium Development Goals
(MDG’s) dan peningkatan status kesehatan masyarakat. Untuk mewujudkan SDM yang
berkualitas dan berdaya saing, diperlukan pembangunan kesehatan berbasis preventif
dan promotif, dengan aplikasi pada peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya dapat terwujud. Derajat kesehatan merupakan pilar utama bersama-sama
dengan pendidikan dan ekonomi yang sangat erat dengan peningkatan kualitas sumber
daya manusia, sehingga diharapkan akan tercipta sumber daya manusia yang tangguh,
produktif dan mampu bersaing untuk menghadapi semua tantangan yang akan
dihadapinya (Sedyaningsih, 2010). Status kesehatan sangat tergantung dari tingkat
kebugaran jasmani seseorang. Kebugaran jasmani adalah kualitas hidup yang berupa
kemampuan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari dengan giat dan sigap, tanpa
kelelahan yang berarti, serta masih memiliki energi untuk menikmati waktu senggang
dan keadaan darurat yang tidak terduga (Karhiwikarta, 2012). Ada banyak faktor yang
mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani seseorang, antara lain adalah aktifitas fisik,
status gizi, dan perilaku merokok (Depkes RI, 2005). O2max merupakan tingkatan
tertinggi untuk mengetahui kebugaran seseorang. (Hutchins, 2011). Kebugaran jasmani
diperlukan tidak hanya oleh atlet untuk performa yang lebih baik tetapi juga untuk
nonatlet untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani (Prajapati et. al., 2008).
Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran
tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta
mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktifitas
fisik memiliki banyak sekali manfaat bagi tubuh. Aktivitas fisik yang dilakukan secara
teratur akan meningkatkan kualitas hidup seseorang (WHO, 2010). Menurut Soekirman
(2000) status gizi adalah merupakan keadaan kesehatan akibat interaksi antara
makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia. Penilaian status gizi secara
langsung, dapat dibagi menjadi empat penilaian, yaitu; antropometri, klinis, biokimia,
dan biofisik. Antropometri sebagai indikator status gizi, dapat dilakukan dengan
mengukur beberapa parameter. Salah satu parameter tersebut adalah Indeks Massa
Tubuh (IMT). IMT merupakan metode sederhana untuk memantau status gizi seseorang
khususnya yang berkaitan dengan kekurangan atau kelebihan berat badan (Supariasa,
dkk 2002). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO)
menyebutkan bahwa jumlah perokok Indonesia terbanyak ketiga di seluruh dunia.
Jumlah perokok di Indonesia, diperkirakan terus meningkat karena konsumsi rokok
remaja laki-laki yang tahun 1995 hanya 13,7 persen naik menjadi 37,3 persen tahun
2007. Perokok wanita jumlahnya juga meningkat dari 0,3 persen pada tahun 1995
menjadi 1,6 persen tahun 2007. Organisasi profesi dokter, dokter gigi, apoteker, bidan,
perawat dan praktisi kesehatan masyarakat ingin mewujudkan Indonesia bebas asap
rokok pada 2025 (Jayadiputra, 2012). Program Studi Pendidikan Dokter Universitas
Malahayati didirikan sejak tahun 1996 dalam upaya untuk mempersiapkan dan
memenuhi kebutuhan sumber daya kesehatan khususnya tenaga dokter. Pada tingkat
pendidikan Sarjana Kedokteran (S1), Program Studi Pendidikan Dokter Universitas
Malahayati sudah menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan jumlah
blok sebanyak 23 blok (Medical Education Unit, 2010). Berdasarkan uraian diatas, maka
rumusan masalah dari penelitian ini adalah mengenai adakah pengaruh masing- masing
faktor (aktifitas fisik, Indeks Massa Tubuh, dan merokok) terhadap kebugaran jasmani
mahasiswa Kedokteran Universitas Malahayati. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui adanya pengaruh masingmasing faktor (aktifitas fisik, Indeks Massa Tubuh,
dan merokok) terhadap kebugaran jasmani mahasiswa Kedokteran Universitas
Malahayati.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan rancangan cross


sectional, yaitu penelitian yang dilakukan dengan sekali pengamatan pada suatu saat
tertentu (Budiarto, 2003). Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Malahayati Bandar
Lampung pada tanggal 15- 30 Oktober 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas
Malahayati tahun masuk 2011 berjumlah 498 orang. Dengan jumlah laki- laki sebanyak
211 orang dan perempuan sebanyak 287 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan
metode disproportionate stratified random sampling. Metode ini membagi populasi ke
dalam kelompok-kelompok yang homogen (strata) secara disproporsional, dimana
jumlah sampel tiap strata tidak tergantung dengan perbandingan jumlah sesungguhnya
dalam populasi (Jamil, 2007). Total jumlah sampel yang diteliti adalah sebanyak 244
orang mahasiswa, yang terdiri dari 122 orang laki- laki dan 122 orang perempuan. Data
jenis recall aktifitas fisik dan merokok diperoleh melalui pengisian kuesioner. Data
kebugaran jasmani didapatkan dari hasil tes kebugaran (Mc Ardle Step Test) dan diisi
oleh peneliti. Data berat badan responden diperoleh dengan pengukuran menggunakan
timbangan injak. Data tinggi badan responden diperoleh dengan pengukuran langsung
menggunakan microtoise. Data Indeks Massa Tubuh (IMT) didapatkan melalui kalkulasi
dengan menggunakan rumus IMT dari data tinggi badan dan berat badan responden
yang telah didapatkan sebelumnya. Hasil kalkulasi dicatat pada lembar yang sama.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji spearman melalui program SPSS 16.0
for Windows.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh aktifitas fisik terhadap
kebugaran jasmani. Hal ini sejalan dengan penelitian di Georgia, AS yang dilakukan pada
421 siswa SMA dengan rata – rata usia 16 tahun dengan hasil bahwa kelompok dengan
latihan fisik dengan intensitas tinggi relatif lebih bugar dan ramping (Gutin, et all,
2005). Namun demikian, terdapat perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Indrawagita (2009) dengan sampel penelitian adalah mahasiswi FKM UI , yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktiftas fisik dan
kebugaran (nilai p olahraga = 0,347 dan nilai p waktu luang = 0,553). Hal ini mungkin
disebabkan oleh perbedaan sampel, waktu, dan lokasi penelitian. Semakin besar massa
otot rangka yang diberikan beban kerja, semakin besar potensi untuk meningkatkan
ambilan oksigen tubuh. Otot yang terbiasa terhadap latihan memiliki kemampuan yang
lebih besar/baik untuk mengekstraksi oksigen dari darah karena otot-otot tersebut
menggunakan oksigen dengan cepat dan memiliki lebih banyak kapiler-kapiler
pembuluh darah. Aktifitas fisik yang dilakukan secara rutin dan teratur berdampak
pada peningkatan curah jantung. Curah jantung adalah faktor utama yang
mempengaruhi O2max. Kemampuan untuk menghasilkan curah jantung yang tinggi
merupakan penentu utama untuk memiliki nilai ambilan oksigen maksimal yang tinggi
(Ganong, 2005). Semakin tinggi aktifitas fisik yang dilakukan seseorang mempengaruhi
semakin meningkatnya kebugaran jasmani seseorang. Tubuh yang sehat dan bugar
sangat menunjang aktivitas yang dilakukan setiap orang (Muhajir, 2007). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap
kebugaran jasmani. Hal ini sejalan dengan penelitian Olivia (2010) dengan sampel
mahasiswa laki-laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2011,
didapatkan koefisian korelasi Pearson menunjukkan hubungan yang sedang antara IMT
dengan VO2max (r = - 0.521; p < 0.001). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh
Indrawagita (2009) dengan sampel penelitian adalah mahasiswi FKM UI , yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi menurut IMT
dengan status kebugaran (nilai p olahraga = 0,044). Penelitian ini juga menunjukkan
bahwa semakin semakin tinggi Indeks Massa Tubuh, maka kebugaran jasmani akan
semakin rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Maputo, Mozambik
dari 2316 orang anak- anak dan remaja berusia 6 – 18 tahun, menyatakan bahwa
kelompok gizi lebih (overweight) tergolong paling rendah dalam hampir seluruh tes
kebugaran. Sementara itu dibandingkan dengan kelompok normal, kelompok gizi
kurang (underweight) lebih buruk dalam tes kekuatan, sama baiknya dalam tes
kelenturan dan ketangkasan, namun justru lebih baik dalam daya tahan kardiovaskular
(Prista, et.al, 2003). Seseorang yang memiliki Indeks Massa Tubuh yang normal akan
mampu melakukan berbagai gerakan dengan baik. Sesuai dengan hukum II Newton,
kelebihan massa tubuh akan menurunkan percepatan (gerak). Peningkatan berat badan
akan membawa pada kebutuhan energi yang lebih besar pada sistem aerobik untuk
melakukan dan melangsungkan pergerakan badan. Oleh sebab itu, kelebihan berat
badan umumnya menyebabkan saat kelelahan yang jauh lebih dini. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya pengaruh merokok terhadap kebugaran jasmani. Pengaruh yang
nyata dari rokok terhadap kebugaran jasmani, disebabkan oleh kandungan zat yang
terdapat pada rokok yang dapat menurunkan fungsi paru dan kardiovaskular. Nikotin
dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi jalan nafas serta parenkim paru
yang dapat mengakibatkan gangguan pada proses ventilasi dan difusi, sehingga
menghambat proses pertukaran oksigen dan karbondioksida (CO2). Karbonmonoksida
mempunyai daya ikat yang lebih kuat dibandingkan oksigen, sehingga CO lebih cepat
mengikat hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai pengangkut oksigen keseluruh
tubuh. Ikatan CO pada hemoglobin akan menghambat pengangkutan oksigen ke
jaringan tubuh yang memerlukannya (Depkes, 2005). Perilaku merokok pada remaja,
disebabkan oleh adanya pengaruh dari lingkungan terutama teman sebaya. Perilaku
merokok dapat menyebabkan seseorang menjadi ketergantungan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Dariyo, (2003) yang menyatakan bahwa merokok dapat menyebabkan
ketergantungan psikologis, kondisi ketika individu merasakan, memikirkan dan
memutuskan untuk merokok terus menerus. Dalam keadaan apa saja dan dimana saja ia
selalu cenderung ingin merokok. Merokok dapat menurunkan kebugaran jasmani
seseorang, sehingga dapat menurunkan kualitas hidup seseorang. Oleh karena itu,
perilaku merokok harus dihindari.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka didapatkan kesimpulan bahwa ada pengaruh


aktifitas fisik, Indeks Massa Tubuh, dan merokok terhadap kebugaran jasmani.

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, E. Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC,


2003

Dariyo, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, PT Grasindo, Jakarta, 2003

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Petunjuk Tekhnis Pengukuran Kebugaran


Jasmani,
Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Kesehatan Komunitas,
Jakarta, 2005

Ganong William . F, Riview of Medical Phisiology, New York: McGraw-Hill, 2005

Gutin, Bernard, et all . Relations of Moderate and Vigorous Physical Activity to Fitness
and Fatness in Adolescents. American Journal of Clinical Nutrition 81 (2005): 746 –50

Hutchins, Michael, The Definition Of O2max , 5 Agustus 2011, diunduh pada 7 Oktober
2012, dari http://www.livestrong.com/article/ 509102-the-definition-of-vo2-max/

Indrawagita Larasati, Hubungan Status Gizi, Aktifitas Fisik, dan Asupan Gizi dengan
Kebugaran Pada Mahasiswi Program Studi Gizi, Skripsi, FKM-UI, Jakarta 2009

Jamil N. A., Teknik Sampling Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia,


Yogyakarta, 2007, diunduh pada 5 Oktober 2012 dari
http://medicine.uii.ac.id/upload/kli nik/ elearning/ikm/tekniksampling-penelitian-
ikm-fkuiinaj.pdf

Jayadiputra, F. (2012), Jumlah Perokok Indonesia Terbanyak Ketiga di Dunia, diunduh


pada 5 Oktober 2012 dari http://www.antaranews.com/ berita/313477/jumlah-
perokokindonesia-terbanyak-ketiga-didunia

Karhiwikarta Wahyu, Kebugaran Jasmani dalam Simposium Exercise Phisiology,


Manado, 18 Mei 2012

MEU (Medical Education Unit), Buku Panduan Ekademik Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati, Fakultas Kedokteran Universitas
Malahayati, 2010

Muhajir, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Yudhistira, Bandung, 2007

Olivia W, Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kebugaran Fisik Pada Mahasiswa
Laki- Laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2010, Karya
Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, 2011

Prajapati, et all, Assesment of Some Pulmonary Parameters And Cardiorespiratory


Fitness Status in Nepalese Medical Students, Nepal med Coo.J.10. (1), 28-29, Nepal :
2008

Prista, Antonio, et.al,“Anthropometric Indicators of Nutritional Status: Implications for


Fitness, Activity and Health in School-Age Children and Adolescents from Maputo,
Mozambique”, American Journal of Clinical Nutrition 77(2003): 952 –9

Supariasa,dkk , Penilaian Status Gizi, EGC (Cetakan pertama), Jakarta, 2002

Sedyaningsih E. R, SDM Kesehatan Kunci Pencapaian MDG's, diambil pada 10 Mei 2012
dari http://www.tribunnews.com/2012/02/13/sdm-kesehatan-kuncipencapaian-mdgs
Soekirman, Ilmu Gizi dan Aplikasinya, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2000

World Health Organization, Physical Activity. In Guide to Community Preventive


Services, 2010, diunduh pada 30 Mei 2012 dari http://www.who.int/

Keunggulan dan Kelemahan Setiap Jurnal


 Juranal Pertama
Keunggulan
- Menjelaskan apa itu kebugaran jasmani
- Halamannya lumayan banyak
- Menjelaskan syarat-syarat untuk melakukan tugas fisik
- Menjelaskan komponen kebugaran jasmani
- Menjelaskan tes kebugaran jasmani
- Memiliki contoh
- Menjelaskan konsep kesetaraan fungsional
- Memiliki kesimpulan
- Memiliki kepustakaan
- Bahasa mudah dimengerti

Kelemahan

- Tidak terdapat gambar


- Tidak terdapat pembahasan
- Tidak terdapat hasil

 Jurnal Kedua
Keunggulan
- Menjelaskan metode
- Menjelaskan hasilnya
- Membuat penjelasan
- Bahasa mudah dimengerti

Kelemahan

- Tidak terdapat gambar


- Tidak terdapat kepustakaan
- Halaman sangat sedikit
Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat di simpulkan bahawa buku yang


pertama lebih unggul dari pada buku kedua baik dari segi jumlah
halaman,materi,pembahasan.Tetapi buku pertama tidak memiliki
pembahasan dan hasil.
Sekian makalah Kebugaran Jasmani saya,jika ada kesalahan kata saya
mohon maaf karena manusia tidak ada yang sempurna dan Jika ada
masukan saya sebagai penulis bersedia di kritik.

Saran

Saran saya selaku penulis makalah ini untuk jurnal yang pertama.
1. Supaya pembahasan ditambahkan ke jurnal tersebut
2. Gambar diperbanyak agar pembaca sapat lebih menegtahuinya

Saran saya selaku penulis makalah ini untuk jurnal yang kedua.
1. Halaman jurnalnya diperbanyak
2. Ditambahkan beberapa gambar
3. Ditambahkan keputakaan

DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.upi.edu/index.php/JKO/article/download/16223/9086

http://www.ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/article/dow
nload/353/289

Anda mungkin juga menyukai