Anda di halaman 1dari 74

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktifitas berolahraga belakangan telah menjadi suatu hal yang fenomenal

didunia yang menjadi bagian serta life style tak terpisahkan dalam kehidupan

masyarakat sehari-hari. Berbagai kemajuan pembangunan melalui aktifitas-

aktifitas di bidang keolahragaan akan bermuara pada meningkatnya budaya dan

prestasi olahraga. Apabila olahraga itu dilakukan secara terarah, terukur,

terprogram dan ditata secara baik, maka dengan berolahraga kita dapat mencapai

suatu titik prestasi serta kebanggaan dari apa yang diharapkan. Pembangunan

olahraga prestasi di Indonesia sendiri perlu dikembangkan sebagai sebuah

keunggulan dalam tatanan bingkai otonomi daerah yang bertujuan memperkaya

khasanah keolahragaan nasional serta menjadi pilar penting dalam upaya

pengembangan olahraga prestasi yang perlu dibangun secara menyeluruh, melalui

penggabungan seluruh ruang lingkup olahraga secara utuh dan masif, dengan

melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan dalam merancang/ mengatur,

mengelola dan mengawasi berbagai upaya mulia yang dimaksud tersebut. Hal

inilah yang mendorong setiap daerah atau suatu negara pun terus berbenah dan

memacu suatu pola pembinaan prestasi dengan mengoptimalkan segala elemen

yang terkandung didalamnya secara baik.

Atletik merupakan suatu cabang olahraga tertua dan juga dianggap sebagai

induk dari semua cabang olahraga. Atletik merupakan cabang olahraga yang

terdiri atas nomor lari, lompat dan lempar. Gerak-gerak yang terdapat dalam

1
2

cabang olahraga atletik seperti: berjalan, berlari, melompat dan melempar adalah

gerak yang di lakukan oleh manusia di dalam kehidupan sehari-hari. Salah

satunya adalah cabang olahraga atletik yang terdiri dari berbagai cabang, baik

untuk cabang lari, lompat, maupun lempar. Cabang lari terbagi ke dalam berbagai

nomor lari, yaitu lari jarak pendek, jarak menengah, dan jarak jauh. Lari jarak

pendek atau sprint pun dibagi lagi kebeberapa nomor lari mulai dari 100 meter,

200 meter, dan 400 meter.

Atletik dewasa ini merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup

popular di kalangan masyarakat kita, hal ini dibuktikan dengan antusiasme

masyarakat dalam mengikuti perlombaan yang sering diadakan baik ditingkat

daerah maupun nasional. Mereka berpartisipasi sebagai peserta perlombaan atletik

diberbagai nomor maupun sebagai penonton perlombaan. Sebagai peserta

perlombaan, mereka yang mempunyai motivasi berbeda. Ada yang mempunyai

motivasi untuk prestasi olahraga, ada juga yang mempunyai motivasi untuk

menyalurkan hobi ataupun hanya ikut serta memeriahkan perlombaan atletik

tersebut, sebagai penonton mereka memberikan semangat dan dukungan moral.

Perkembangan atletik di tanah air juga ditandai dengan banyaknya klub-klub

atletik di bawah naungan PASI. Klub-klub tersebut saling bersaing dalam

membina atletnya untuk berprestasi dalam bidang olahraga khususnya atletik.

Atletik sendiri merupakan bentuk olahraga yang menjadi dasar dari setiap

gerak olahraga lain. Olahraga ini bergantung pada kelincahan dan kekuatan otot,

yang merupakan kunci setiap gerak olahraga lainya. Pembelajaran atletik berarti

mempersiapkan dasar dari setiap olahraga, untuk proses kecabangan olahraga


3

selanjutnya. Gerakan yang terdapat pada semua cabang olahraga, pada intinya

merupakan gerakan dasar yang berasal dari gerakan pada olahraga atletik.

Olahraga atletik merupakan kegiatan jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan

yang dinamis dan harmonis seperti: jalan, lari, lompat dan lempar.

Adapun cabang olahraga atletik memiliki nomor-nomor atletik sebagai

berikut: Jalan cepat, Lari (Pendek atau sprint (100 meter, 200 meter, 400 meter),

menengah atau middle distance (800 meter - 1500 meter) dan jauh atau long

distance (3000 meter – 5000 meter – 10.000 – marathon)), Lempar (Lembing,

Cakram, tolak peluru), Lompat (lompat tinggi, lompat jauh, lompat lari jingkat,

lompat tinggi galah), Panca lomba, sapta lomba.

Beberapa nomor yang ada di atletik khususnya nomor lari sprint adalah

olahraga yang paling diminati, terbukti dengan banyaknya stok pelari sprint di

Atlet Sulsel ini. Lari sprint sendiri adalah lari yang menempuh jarak sampai

dengan 400 m. Oleh karena itu kebutuhan utama untuk lari jarak pendek adalah

kecepatan. Kecepatan dalam lari jarak pendek adalah hasil kontraksi yang kuat

dan cepat dari otot-otot yang diubah menjadi gerakan halus lancar dan efisien dan

sangat dibutuhkan bagi pelari untuk mendapatkan kecepatan yang tinggi.

Lari sprint membutuhkan ketanguhan langkah/straiding yang sangat tinggi

(kecepatan dari kontraksi otot-otot), berusaha menjadikan si pelari terbiasa dengan

langkah-langkah yang ideal dalam perlombaan dan pelari menyesuaikan dirinya

pada usaha yang seimbang yang ada pada dirinya kemudian pada pergantian

langkah diperlukan pengontrolan pada diri sendiri, rasa rilek dan percepatan
4

berlari. Untuk mencapai hasil lari yang baik ada beberapa unsur yang harus

diperhatikan yaitu: gerakan start, gerakan sprint, dan gerakan finish.

Yang dibutuhkan dalam lari sprint adalah kecepatan bergerak yakni

kemampuan atlet bergerak secepat mungkin dalam satu gerak yang di tandai

waktu antara gerak permulaan dengan gerak akhir. Unsur gerak kecepatan

merupakan unsur kemampuan gerak dasar setelah kekuatan dan daya tahan yang

berguna untuk mencapai mutu prestasi prima. Kecepatan atlet dapat ditingkatkan

tergantung dari potensi sejak lahir dan hasil latihan teratur, cermat dan tepat. Lari

sprint merupakan suatu perlombaan lari. Peserta berlari dengan kecepatan penuh

sepanjang jarak yang harus ditempuh. Disebut dengan lari cepat karena jarak yang

ditempuh adalah pendek atau dekat. Jadi, dalam nomor lari ini yang diutamakan

adalah kecepatan yang maksimal mulai dari awal lari (start) sampai akhir lari

(finish). Mengingat dalam lari ini yang diutamakan adalah kecepatan maka

kekuatan fisik yang prima sangat diperlukan.

Pada pelari sprint kondisi fisik yang harus mendukung ialah kecepatan,

kecepatan itu sendiri adalah kemampuan untuk berlari dan bergerak dengan sangat

cepat. Kecepatan dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode latihan.

Banyak atlet yang serius menggunakannya, untuk berlatih gerak ini yang

dibutuhkan alat yang menyerupai anak tangga yang diletakkan pada bidang datar/

lantai, dengan seiring berjalannya waktu maka kecepatan serta kelincahan pada

kinerja kaki akan meningkat.

Selain itu lari sprint sangat mengutamakan daya ledak otot kaki, makin

tinggi mengangkat paha makin cepat larinya, maka makin panjang pula
5

langkahnya. Gerakan lari sprint dalam menggunakan ujung-ujung kaki untuk

menapak, sedangkan tumit tidak menyentuh tanah pada permulaan dari tolakan

kaki sampai masuk garis finish, yang harus diperhatikan juga adalah berat badan

pelari harus selalu berada sedikit di depan kaki pada waktu menapak, atau dalam

posisi badan condong ke depan.

Untuk meraih hasil yang baik membutuhkan pembinaan waktu yang cukup

lama. Waktu yang cukup lama bagi atlit pemula sering kali menjemukan atau

membosankan. Pelatih harus bisa memikirkan bagaimana supaya atlit pemula

tidak bosan. Sebab bosan akan mengurangi motivasi untuk berlatih. Untuk

mengatasi kebosanan dan kejemuan atlit atau siswa dalam berlatih, para pelatih

perlu menggunakan metode-metode dan materi/ isi latihan secara bervariasi.

Hal pertama yang di ingat mengenai latihan untuk sebuah nomor

perlombaan adalah bahwa sebuah kaidah tidak biasa diterapkan untuk setiap

orang. Tidak ada tubuh yang persis sama, maka menyempurnakannya pun tidak

sama caranya bagi setiap orang. Bukan jumlah jam latihan anda yang terpenting

melainkan apa yang anda lakukan pada saat itu. Cara anda menjalani latihan

adalah penting, Jika anda tidak memiliki dorongan untuk berlatih sebaiknya anda

tidak melakukanya. Untuk meningkatkan kemampuan lari sprint siswa dibutuhkan

latihan yang mengarah pada teknik dasar lari sprint dan peningkatan kecepatan

dari kontraksi otot-otot serta koordinasi gerakan dasar lari sprint itu sendiri.

Menyadari pentingnya latihan yang mengarah pada penguasaan teknik dasar dan

peningkatan kecepatan dari kontraksi otot-otot yang berperan penting dalam lari

sprint maka latihan harus mengarah langsung pada dua aspek tersebut.
6

Dari hasil pengamatan peneliti bahwa Atlet Atletik Sulsel memiliki sarana

dan prasarana olahraga yang cukup baik, khususnya untuk sarana olahraga atletik.

Club Atletik Sulsel juga terdapat beberapa beberapa nomor di yang dilatiha oleh

pelatih seperti atlet pelari, atlet lempar dan atlet lompat. Namun perkembangan di

Atlet Atletik Sulsel dapat dikatakan belum cukup membanggakan, karena masih

ketinggalan jauh pada atlet di luar sulsel dalam hal waktu dalam berlari atau lari

sprint. Dalam olahraga atletik khususnya lari sprint, masih banyak atlet yang

mengalami kendala saat melakukan Teknik lari sprint dengan waktu yang singkat.

Dengan demikian, judul yang ingin diangkat yaitu: “Analisis Keterampilan

Sprint 100 Meter pada Atlet Atletik Sulsel”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka dapat dirumuskan

suatu masalah sebagai berikut: “Bagaimana keterampilan sprint 100 meter pada

Atlet Atletik Sulsel?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: “Untuk

mengetahui keterampilan sprint 100 meter pada Atlet Atletik Sulsel”.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai

pihak baik secara teoritis maupun praktis, yaitu:


7

1. Bagi pelatih

a. Pelatih dapat mengetahui latihan yang dapat meningkatkan kecepatan

lari sprint pada atletnya.

b. Bahan pertimbangan pelatih dalam merancang program latihan.

c. Mengetahui latihan yang efektif.

2. Bagi atlet

a. Atlet dapat meningkatkan kemampuan dalam berlari sprint.

b. Atlet bisa mengeluarkan semua potensi yang dimilikinya.

3. Bagi klub

a. Mengidentifikasi dan memudahkan mengoptimalkan atlet yang

berbakat untuk dilakukan pembinaan.

b. Dapat menjadi bahan pertimbangan penyusunan program latihan di

klub.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat cabang olahraga atletik

Menurut Bahagia (2012:2) bahwa: “atletik merupakan ibu dari sebagian

besar cabang olahraga”, dimana gerakan – gerakan yang ada dalam atletik seperti :

jalan, lari, lompat dan lempar dimiliki oleh sebagian besar cabang olahraga”. Jadi

atletik adalah suatu olahraga dengan jangkauan penuh kemungkinan ritmik. Lari

itu sendiri adalah suatu gerakan ritmik. Sedangkan pada jogging irama itu

utamanya sebagai ciri-ciri bentuk gerakan yang diatur/disusun. Tetapi, jogging

juga dapat dialami sebagai tidak ritmik/ berirama. Tugas yang paling penting

adalah untuk merubah jogging menjadi suatu gerakan ayunan berirama. Istilah

atletik yang kita kenal sekarang ini berasal dari beberapa sumber antara lain

bersumber dari bahasa Yunani, yaitu “athlon” yang mempunyai pengertian

berlomba atau bertanding. Misalnya ada istilah pentathlon atau decathlon. Atletik

yang diperlombakan ialah nomor-nomor: jalan, lari, lompat dan lempar.

Menurut Sumarsono (2017:75) bahwa: “Atletik merupakan cabang

olahraga yang paling tua dan merupakan induk dari semua cabang olahraga yang

gerakannya merupakan ragam dan pola gerak dasar hidup manusia”. Event-event

lari kadang-kadang dikatakan sebagai masalah non-teknis, ini hanya karena lari

adalah suatu aktivitas alami yang Nampak relatif sangat sederhana, bila

dibandingkan dengan event lompat tinggi galah atau lontar martil. Namun,

tidaklah ada sesuatu yang sederhana/ simple tentang event lari dalam atletik.

8
9

Lebih lanjut menurut IAAF (2000: 26) bahwa: “event dalam nomor lompat dalam

atletik mungkin nampak berbeda antara satu dengan yang lainnya”. Dari sudut

pandang teknik mereka membentang dari lompat jauh yang relatif sederhana

sampai ke lompat tinggi dan lompat jangkit sampai dengan event yang komplek

lompat tinggi galah.

Dalam event nomor lempar tiap-tiap event memiliki suatu set pembatasan-

pembatasan meliputi: sifat-sifat sarana peralatan yang digunakan, keterbatasan-

keterbatasan ruang, serta tuntutan teknik yang ditentukan oleh peraturan yang

berpengaruh kepada urutan gerak yang membuatnya unik. Menurut Ramadan dan

Sidiq (2019:102) bahwa: “atletik adalah satu cabang olaharaga yang terdiri dari

gerakan-gerakan yang dinamis dan harmonis seperti jalan, lari, lempar, dan

lompat”.

2. Hakikat lari jarak pendek (Sprint)

Lari jarak pendek/sprint menurut Nurhayati dan Widodo (2018:174)

bahwa: “Lari jarak pendek (sprint) adalah semua jenis lari yang sejak start hingga

finish dilakukan dengan kecepatan maksimal”. Semua jenis lari yang menempuh

jarak 400 meter ke bawah. Ada tiga jenis lari yang dilombakan dalam lari jarak

pendek yaitu yang pertama 100 m, 200 m, dan 400 m flat. Jenis yang kedua lari

gawang 100 m, 110 m, dan 400 m. Jenis ketiga lari estafet lari 4 x 100 m, 4 x 200

m dan 4 x 400 m. Menurut pendapat Nurhayati dan Widodo (2018:174) bahwa:

“Tujuan dari lari jarak pendek (sprint) adalah untuk memaksimalkan kecepatan

yang dihasilkan dari dorongan badan kedepan untuk mencapai jarak tertentu

dengan waktu secepat-cepatnya. Kecepatan lari dihasilkan oleh panjang langkah


10

yang dihasilkan dan frekuensi langkah kaki yaitu jumlah langkah persatuan

waktu”. Tujuan dasar dalam semua event lari adalah untuk memaksimalkan

kecepatan lari rata-rata di atas jalur lari yang dilombakan. Untuk meraih tujuan ini

dalam event lari sprint atlet harus memfokuskan pada pecapaian dan

mempertahankan kecepatan lari maksimal. Menurut IAAF (2001:20) bahwa:

“Kebutuhan dari semua lari sprint yang paling nyata adalah kecepatan. Kecepatan

dalam lari sprint adalah hasil dari kontraksi yang kuat lagi cepat dari otot-otot,

dirubah menjadi gerakan yang halus lancar efisien, aktifitas ini dibutuhkan dalam

berlari dengan kecepatan tinggi”.

Banyak karakteristik dari tubuh manusia memainkan peran besar dalam

lari 100 meter. Keterampilan lari 100 meter tampaknya sederhana, sebenarnya

tergantung pada kemampuan seorang atlet untuk menggabungkan gerakan bagian

kaki, lengan, tubuh dan seterusnya ke seluruh secara lancar terkoordinasi. Kita

harus mempertimbangkan aspek anatomi manusia, seperti tinggi badan, frekuensi,

langkah, panjang langkah, kecepatan, produksi energi, somatotipe, anthropometri,

power dan komposisi serat otot, ketika menganalisis gerak lari 100 meter. Juga

harus mempertimbangkan faktor-faktor yang berkontribusi eksternal seperti alas

kaki, sejarah cedera, penampilan lari dan variasi tenaga horizontal. Jika kita

benar-benar menganalisis gerak lari dalam 100 meter.

Suatu kecepatan lari ditentukan oleh panjang langkah dan frekuensi

langkah. Menurut Mustakim dan Priyanto (2019:23) menyatakan bahwa:

“Kecepatan lari adalah hasil kali antara panjang dan frekuensi (jumlah per detik)

langkahnya, siapa yang ingin berlari cepat harus membuat langkah lebih panjang
11

dan membuat langkah lebih banyak tiap detiknya”. Panjang langkah optimal

adalah sebagian besar ditentukan oleh sifat-sifat fisik dan oleh daya kekuatan yang

dikenakan pada tiap langkah larinya. Kebutuhan utama dari lari sprint adalah

kecepatan, kecepatan dalam lari sprint adalah dari kontraksi yang kuat lagi cepat

dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan yang halus, lancar dan efisien sangat

dibutuhkan untuk dapat berlari dengan kecepatan tinggi. Lari 100 meter yang

dicapai 9 – 10 detik memerlukan teknik dan pengaturan unsur-unsur lari yang

sempurna, kesalahan sedikit saja akan mengurangi hasil waktu yang dicapai.

Hal yang dapat dipelajari, dilatihkan dan dikembangkan adalah perlunya

kecakapan atau ketangkasan dan teknik yang terlibat dalam merubah kontraksi

otot menjadi gerakan efisien dari lari sprint yang baik. Latihan dapat

meningkatkan kemampuan biomotor lainnya seperti kekuatan, kelenturan,

koordinasi dan dayatahan khusus yang menyumbang kesuksesan dalam lari sprint.

3. Tahapan lari jarak pendek

Menurut IAAF (2001:21) lari jarak pendek, dilihat dari tahap-tahap

berlari, terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap reaksi dan dorongan (reaction & drive)


b. Tahap percepatan (acceleration)
c. Tahap transisi/perubahan (transition)
d. Tahap kecepatan maksimum (speed maximum)
e. Tahap pemeliharaan kecepatan (maintenance speed)
f. Finish

Tujuan lari jarak pendek adalah untuk memaksimalkan kecepatan

horizontal, yang dihasilkan dari dorongan badan ke depan. Kecepatan lari

ditentukan oleh panjang langkah dan frekuensi Langkah (jumlah langkah


12

persatuan waktu). Oleh karena itu seorang pelari jarak pendek harus dapat

meningkatkan satu atau kedua-duanya.

Lari sprint 100 meter adalah termasuk bagian dari nomor lari cabang

atletik. Menurut IAAF (2001: 20) nomor lomba/event lari sprint menjangkau jarak

50 meter, bagi atlet senior hanya dilombakan indoor saja, sampai dengan jarak

400 meter. Menurut Suhaedi (2016:65) bahwa: “Kelangsungan gerak sprint dapat

dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu start, gerakan sprint, dan gerakan finish”.

Jadi, lari sprint adalah lari yang dilakukan dengan kecepatan maksimal dengan

menempuh jarak yang telah ditentukan.

4. Faktor yang berperan dalam lari 100 meter

Menurut IAAF (2001) dalam Ramadhan (2018:11) bahwa faktor-faktor

yang berperanan dalam prestasi lari sprint adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1. Parameter yang berkaitan dengan prestasi lari sprint


Sumber: Ramadhan (2018:11)

Sesuai bagan di atas dapat diperjelas bahwa prestasi sprint dipengaruhi

oleh panjang langkah dan frekuensi langkah. Panjang langkah faktor yang

mempengaruhi adalah power. Power yang baik perlu diselaraskan dengan gerakan

lari, sehingga penyelaras kemampuan penggunaan power adalah teknik dan untuk
13

mendapatkan panjang langkah yang stabil dalam waktu lama diperlukan daya

tahan khusus. Frekuensi langkah dipengaruhi oleh kemampuan koordinasi gerak,

semakin baik koordinasi gerak akan lebih baik frekuensi langkah yang dilakukan,

frekuensi langkah yang dilakukan dalam waktu lama diperlukan dayatahan

khusus. Koordinasi yang baik dipengaruhi oleh bagaimana teknik gerakan lari

apakah sudah efektif dalam pelaksanaannya sehingga komponen-komponen ini

saling mempengaruhi prestasi lari sprint.

5. Tahapan lari sprint

a. Start

Menurut IAAF (2001:6) suatu start yang baik ditandai dengan

sifat-sifat berikut:

1) Konsentrasi penuh dan menghapus semua gangguan dari luar saat


dalam posisi aba aba “bersediaaaa”.
2) Mengadopsi sikap yang sesuai pada posisi saat aba-aba “siaaaap”.
3) Suatu dorongan explosive oleh kedua kaki terhadap startblok,
dalam sudut start yang maksimal.

Teknik yang digunakan untuk start harus menjamin bahwa

kemungkinan power yang terbesar dapat dibangkitkan oleh atlet sedekat

mungkin dengan sudut start optimum 45 derajat. Setelah kemungkinan

reaksi yang tercepat harus disusul dengan suatu gerakan (lari) percepatan

yang kencang dari titik pusat gravitasi dan langkah-langkah pertama harus

menjurus kemungkinan maksimum.


14

Gambar 2.2. Struktur Tahapan Start Jongkok


Sumber: IAAF level II, (201: 11)

b. Tahap akselerasi

Pada tahap akselerasi diupayakan frekuensi lari yang tinggi secepat

mungkin dengan dari sedikit mengadopsi postur lari yang normal. Ciri-ciri

dari tahap ini adalah:

1) Kontak awal dengan lintasan oleh ayunan kaki depan selebar

kurang lebih 30 cm dibelakang proyeksi vertical titik pusat

gravitasi.

2) Kecepatan langkah setinggi mungkin dengan tahap melayang yang

pendek.

3) Tahap dukungan pendek memerlukan dorongan kuat dari telapak

kaki. Badan diluruskan dari sedikit menuju lari yang normal

setelah 10 langkah kira-kira 20 m.

Gambar 2.3. Tahap akselerasi


Sumber: IAAF level II, (2001:12)
15

c. Tahap kecepatan maksimal

Setiap langkah sprint terdiri dari tahap-tahap kontak dengan tanah

(atau dukungan) dan suatu tahap melayang (atau ayunan). Tahap-tahap ini

dapat diuraikan lebih lanjut kedalam tahap sangga/topang depan (front

support) dan tahap sangga/topang belakang (rear support) serta tahap

ayunan depan (front swing) dan tahap ayunan belakang (rear swing).

Gambar 2.4. Deskripsi suatu langkah dalam tahap kecepatan maksimum


dari suatu lomba lari
Sumber: IAAF level II, (2001: 23)

1) Tahap ayunan belakang

Gambar 2.5. Tahap ayunan belakang


Sumber: IAAF level II, (2001:29)

Tahap pemulihan (recovery). Otot-otot flexor lutut mengangkat tumit

kedepan pantat dengan pembengkokan (flexio) kedepan serentak dari

otot-otot paha. Tungkai bawah tetap ditekuk ketat terhadap paha

mengurai momen inertia. Lutut yang memimpin dipersiapkan untuk

suatu ayunan ke depan yang relax dari tungkai bawah dalam langkah

mencakar berikutnya. Lutut dorong yang aktif menyangga pengungkit


16

pendek dari kaki ayun. Kecepatan sudut optimal pada paha berayun ke

depan menolong menjamin frekuensi langkah lari yang tinggi. Tujuan

dan fungsi tahapan ini adalah agar kaki dorong putus kontak dengan

tanah. Kaki rilex, mengayun aktif menuju pembuatan langkah diatas

lutut kaki sangga dan sebagai tahap lanjutan dan persiapan angkatan

lutut.

2) Tahap ayunan depan

Gambar 2.6. Tahap ayunan depan


Sumber: IAAF level II, (2001: 29)

Tahap angkat lutut. Tahap ini menyumbangkan panjang langkah dan

dorongan pinggang. Persiapan efektif dengan kontak tanah. Sudut

lutut yang diangkat kira-kira 15 dibawah horizontal. Gerakan

kebelakang dari tungkai bawah sampai suatu gerakan mencakar aktif

dari kaki di atas dari dasar persendian jari-jari kaki dalam posisi

supinasi dari kaki. Kecepatan kaki dicapai dengan bergerak ke

bawah / ke belakang sebagai suatu indikator penamaan aktif dari hasil

dalam suatu kenaikan yang cepat dari komponen daya vertikal. Tujuan

dan fungsi tahap ini adalah agar lutut diangkat, bertanggung jawab

terhadap panjang langkah yang efektif, dalam kaitan dengan ayunan

lengan yang intensif. Teruskan dan jamin jalur perjalanan pinggang


17

yang horizontal. Persiapan untuk mendarat dengan suatu gerakan

mencakar dan sedikit mungkin hambatan dalam tahap sangga depan.

3) Tahap sangga/topan depan

Gambar 2.7. Tahap sangga/topang depan


Sumber: IAAF level II, (2001: 30)

Tahap amortisasi. Pemulihan dari tekanan pendaratan adalah ditahan.

Ada alat peng-aktifan awal otot-otot yang tersedia didalam yang

diawali dalam tahap sebelumnya. Idenya guna menghindari adanya

efek pengereman / hambatan yang terlalu besar dengan membuat lama

waktu tahap sangga/topang sependek mungkin. Tahap ini mempunyai

tujuan dan fingsi sebagai tahap amortisasi tahap kerja utama.

Mengontrol tekanan kaki pendarat oleh otot-otot paha depan yang

diaktifkan sebelumnya dan otot- otot kaki bertujuan untuk membuat

suatu gerak explosif memperpanjang langkah sebelumnya.


18

4) Tahap sangga/topang belakang

Gambar 2.8. Tahap sangga belakang


Sumber: IAAF level II, (2001: 30)

Besarnya impuls dan dorongan horizontal diberi tanda. Lama

penyanggaan itu adalah singkat saja. Sudut dorongan sedekat mungkin

dengan horizontal. Adapun tanda perluasan elastik dari sendi kaki,

lutut dan pinggul. Menunjang gerakan ayunan linier lengan oleh suatu

angkatan efektif dari siku dalam ayunan ke belakang, dan ayunan kaki

mengintensifkan dorongan dan menentukan betapa efektifnya titik

pusat massa tubuh dikenai oleh gerakan garis melintang dari perluasan

dorongan. Togok badan menghadap ke depan. Tujuan dan fungsi dari

tahap ini adalah sebagai tahap akselerasi ulang, penyangga untuk

waktu singkat dan sebagai persiapan dan pengembangan suatu

dorongan horizontal yang cepat.

d. Finish

Finish adalah akhir dari jarak lari yang ditempuh dalam suatu

lomba. Dalam melewati gari finish teknik lari yang digunakan sama

dengan teknik lari pada saat dalam tahap kecepatan maksimal.


19

6. Sistem energi lari 100 meter

Jenis energi yang digunakan dalam lari 100 meter. Menurut Fox (1984:22)

bahwa: “Sumber energi yang diperlukan dengan mudah dan tepat dapat dianalisis

berdasarkan atas waktu yang diperlukan untuk kegiatan olahraga yang dilakukan,

yaitu: waktu penampilan dengan kurang dari 30 detik”. Aktivitas kerja dengan

intensitas tinggi dalam waktu kurang dari 30 detik, sistem energi yang digunakan

adalah ATP-PC dan LA. Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa

energi utama yang diperlukan dalam lari cepat 100 meter adalah ATP-PC dan

sedikit LA. Oleh karena itu tujuan utama latihan untuk meningkatkan kecepatan

lari 100 meter terutama harus ditujukan pada pengembangan sistem energi ATP-

PC dan ditambah pengembangan LA.

Dari aktivitas fisik dapat dilihat bahwa sistem energi yang dibutuhkan

dalam lari 100 meter adalah sistem ATP-PC dan LA, karena dalam melakukan lari

tanpa menggunakan oksigen (anaerob) dan jumlah ATP yang diproduksi terbatas

hal ini tentunya menyebabkan otot akan lebih cepat lelah. Menurut Fox (1984: 22-

23) bahwa: “Perbedaan utama antara penyedia energi anaerobic dan aerobik

adalah jika dilakukan pembentukan jumlah glikogen yang sama, maka dengan

cara aerobik lebih banyak 13 kali ATP yang dikembangkan dari pada dengan

proses anaerobic”. Ini berarti dalam cara penyediaan sistem energi aerobic lebih

ekonomis dan tentu saja otot dapat bekerja lebih lama. Dalam melaksanakan

perlakuan terhadap probandus peneliti menggunakan kaidah sistem energi yang

sudah dijelaskan seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini:


20

Tabel 2.1. Sistem energi (Bompa, 2009: 82)

7. Metode Latihan lari sprint

Persyaratan yang ditentukan disini meringkaskan hal-hal (features) yang

berkaitan dengan prestasi khusus, utamanya dalam bidang kebugaran. Menurut

Ramadhan (2018:18-20) dalam melaksanakan nya terdapat pada tabel dibawah

ini:

Tabel 2.2. Metode latihan untuk lari sprint

Faktor Maksud dan tujuan latihan Isi dan metode latihan


 Guna mencapai kecepatan  Belajar mekanika lari
maksimum. sprint dengan benar.
 Untuk memelihara kecepatan  Memperbaiki frekuensi
maksimum sejauh mungkin Langkah dengan latihan
(meningkatkan tahanan koordinasi.
Kecepatan Lari sistem urat syaraf pusat  Memperbaiki kecepatan
Sprint Max terhadap kelelahan). dengan sprint lebih jauh
(kecepatan siklus  Untuk meningkatkan prestasi dari suatu start yang
maksimum) kerja system metabolik guna bergerak.
memproduksi enegi  Metode-metode
anaerobik. kekuatan elastis,
intensif-interval
pengulangan,
kompetisi, dan evaluasi.
Daya tahan  Memperbaiki energi dan  Sprint/tempo lari atas
kecepatan pengaturan morphologis dari jarak 100m dan 60m.
(Daya tahan sistem metabolic untuk  Metode-metode
Laktat-anaerobik) memproduksi energi laktat minterval intensif,
anaerobik. pengulangan,
21

perlombaan/kompetisi
dan evaluasi
 Kekuatan besar tingkat tinggi  Latihan sprint, lompat
(sebagai prasyarat guna dan beban dengan
mengembangkan kekuatan tahanan sedang dan
Kekuatan eksplosif yang kuat dalam ringan.
(Kekuatan tahap akselerasi).  Lari tali, interval
maksimum) intensif,
pengulangan/repetisi,
kompetisi, evaluasi,
metoda elastik/power.
 Memperbaiki kekuatan  Latihan lompat dengan
elastik berkaitan dengan intensitas tinggi, lari
kebutuhan dayatahan dengan tahanan/laritali,
kekuatan pada pelurusan lari angkat lutut,
Daya Tahan kaki/lutut, angkat-lutut. latihan lari di bukit, dll.
Kekuatan  Metode-metode daya
tahan kekuatan.
 Metode interval
extensive dan daya
tahan
 Memperbaiki energi dan  Lari jauh dan latihan
Daya tahan
pengaturan system metabolik interval extensif guna
(endurance)
untuk produksi energi kemampuan dayatahan
Daya tahan
aerobik. khusus. Metode-
dasar/daya-tahan
metode daya tahan dan
aerobik umum
interval extensif.
 Posisi lari yang ekonomis  Latihan kelenturan/
Mobilitas dan rilek mencegah fleksibilitas.
Kelenturan terjadinya cedera. Memelihara
semua otot  Tingkatkan dinamika kelenturan, kelenturan
utamanya otot- mobilitas persendian yang dinamik aktif, metoda-
otot kaki dan berpengaruh pada panjang metoda Relax-
pinggang langkah. Contract Strength
(RCS).
 Membuat otot-otot  Latihan koordinasi
berkontraksi dan relaksasi  Latihan mobilitas
dalam pola waktu optimum.  Latihan kecepatan
 Meningkatkan frekuensi elastic
Koordinasi langkah dengan menambah  Metode-metode
Koordinasi antar efisiensi gerak. kompetisi,
otot-otot. Menggunakan sumber energi pengulangan.
lokal untuk waktu yang lebih
lama.
 Meningkatkan Gerakan lari
yang ekonomis.
22

 Menstabilkan dan sebagai  Latihan-latihan teknik;


Teknik
pengontrolan terhadap teknik Metode-metode
Teknik Lari
lari sprint pada saat pengulangan,
Sprint
kecepatan tinggi. kompetisi dan evaluasi.
Kecakapan  Penambahan sistematis  Latihan observasi;
Mental tekanan psikologis dalam latihan mental (misal:
Kemapuan latihan dan perlombaan. latihan ideomotor),
berelaksasi teknik pengaturan
kesiapan psikologis guna
berupaya/ mengontrol ketegangan
berusaha. atau stress (misal:
Mempertahankan latihan autogenik, bio
ketegaran mental feedback, yoga).
& power

8. Hakikat kecepatan

Dalam cabang olahraga kecepatan merupakan komponen fisik yang

mendasar, sehingga kecepatan merupakan faktor penentu dalam cabang olahraga

seperti nomor lari jarak pendek, tinju, anggar, dan cabang olahraga permainan.

Menurut Ihsan dan Sawirman (2018:2) bahwa: “Kecepatan adalah kemampuan

untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenisnya secara berturur-turut dalam

waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak

dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”. Kecepatan adalah kemampuan untuk

melakukan gerakan-gerakan sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu gerak dalam waktu

yang sesingkat-singkatnya. Jadi, kecepatan adalah kemampuan bergerak yang

dilakukan dalam waktu yang singkat. Kecepatan dapat juga berarti berpindahnya

badan secepat-cepatnya ketempat lain. Menurut Irawan dan Hariadi (2019:223)

mengatakan bahwa: “Kecepatan adalah jarak tempuh per satuan waktu diukur

dalam menit atau skala kuantitas; kecepatan adalah kemampuan melakukan


23

gerakan dalam periode waktu yang pendek”. Menurut Pratama (2015:79) bahwa:

“Implikasi kecepatan berupa kecepatan reaksi sebagian, sedangkan kecepatan

gerak adalah kecepatan gerak anggota tubuh secara keseluruhan dalam menempuh

jarak tertentu seperti lari”.

Kecepatan bukan hanya berarti menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat,

akan tetapi dapat pula menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya. Dalam lari sprint kecepatan larinya ditentukan oleh gerakan

berturut-turut dari kaki yang dilakukan secara cepat, kecepatan menendang bola

ditentukan oleh singkat tidaknya tungkai dalam menempuh jarak gerak tendang.

Kecepatan anggota tubuh seperti lengan atau tungkai adalah penting pula guna

memberikan akselerasi kepada obyek-obyek eksternal seperti sepakbola,

bolabasket, tenis lapangan, lempar cakram, bola voli, dan sebagainya. Menurut

Harsono (1988:216) bahwa: “Kecepatan tergantung dari beberapa faktor yang

mempengaruhinya yaitu strength, waktu reaksi, dan fleksibilitas”. Untuk

melakukan gerakan kecepatan adalah merupakan hasil dari jarak per satuan waktu

(m/dt), misalnya 100 km per jam atau 120 meter per detik. Sedangkan menurut

fisiologis kecepatan didefinisikan sebagai kemampuan berdasarkan kemudahan

gerak dalam suatu waktu tertentu. Kecepatan merupakan suatu keuntungan dalam

bermain bila dilakukan dengan benar terburu-buru atau tergesa-gesa berbeda

dengan cecap. Terburu-buru menandakan tiadanya emosi, keseimbangan fisik

terkontrol. Kecepatan mengacu pada kecepatan gerak di dalam menampilkan

keahlian (bukan sekedar berlari cepat).


24

Menurut Kurniawan, Nurrochman dan Paulina (2016:386) bahwa:

“Mengintegrasikan kecepatan, kelincahan, dan daya tahan kecepatan ke dalam

rencana pelatihan tahunan dan manipulasi variabel pelatihan khusus dapat

mengoptimalkan kapa-sitas performa”. Secara garis besar kecepatan dapat dibagi

kedalam dua tipe: (1) waktu reaksi yaitu kecepatan waktu reaksi muncul pada saat

adanya stimulus hinggga mulai terjadi gerakan, dan (2) waktu gerakan adalah

waktu yang digunakan atau dibutuhkan untuk melakukan kegiatan dari permulaan

hingga akhir. Dari beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa kecepatan

gerakan dapat dibagi menjadi tiga , yaitu : (1) waktu reaksi, (2) waktu gerakan ,

(3) waktu respon yaitu merupakan kombinasi dari waktu reaksi dan waktu

gerakan.

Kecepatan dalam hal ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : (1)

kecepatan sprint, (2) kecepatan reaksi, (3) kecepatan bergerak. Kecepatan sprint

adalah kemampuan seseorang untuk bergerak ke depan dengan kuat dan

kecepatan maksimal untuk mencapai hasil yang sebaikbaiknya. Dalam hal ini lari

40 yard adalah gerakan lari yang sepenuhnya masih menggunakan glikogen dalam

otot belum membutuhkan stamina untuk lari 40 yard belum mengalami kelelahan

dan jarak ini digunakan untuk melakukan fast break.

Menurut Wardani dan Irawadi (2020:64) bahwa: “Kecepatan diartikan

sebagai kemampuan seseorang dalam berpindah tempat dari satu titik ke titik yang

lainnya dalam waktu sesingkat singkatnya. Kecepatan yang dimaksud adalah

menggiring bola dengan cepat agar saat menggirig bola dapat melewati lawan dan

rintangan yang dihadapi”. Kecepatan didefinisikan sebagai kemampuan


25

organisme atlet melakukan gerakan-gerakan dengan waktu yang sesingkat-

singkatnya untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Menurut Harsono

(1988:217) bahwa: “Kecepatan reaksi adalah kecepatan seseorang antara

pemberian rangsang atau stimulan dengan gerak pertama”. Sedangkan menurut

Sajoto (1995:9) bahwa: “Kecepatan gerak adalah kemampuan seseorang untuk

mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu

yang sesingkatsingkatnya”. Kecepatan seseorang ditentukan oleh berbagai faktor,

secara umum menurut Suharno (1985:26) yaitu: “(1) macam fibril otot yang

dibawa sejak lahir (pembawaan), fibril berwarna putih baik untuk gerakan

kecepatan, (2) Pengaturan Nervous system, (3) Kekuatan otot, (4) Kemampuan

elastisitas dan relaksasi suatu otot, (5) Kemauan dan disiplin individu”.

Kecepatan mengacu pada kecepatan gerakan dalam melakukan suatu

ketrampilan bukan hanya sekedar kecepatan lari. Menggerakkan kaki dengan

cepat merupakan ketrampilan fisik terpenting bagi pemain bertahan dan harus

ditingkatkan kemampuan mengubah arah pada saat teakhir merupakan hal yang

terpenting lainnya. Kecepatan merupakan salah satu dari komponen kondisi fisik.

Menurut Sajoto (1995:9) bahwa: “Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk

mengerjakan Gerakan kesinambungan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”.

Jadi, kecepatan didefinisikan sebagai laju gerak, dapat berlaku untuk tubuh secara

keseluruhan atau bagian tubuh.

Menurut Purnomo dan Irawan (2021:2) bahwa: “Apabila pemain

sepakbola memiliki kecepatan, kelincahan secara bersama-sama dalam kondisi

yang baik akan mampu melakukan seluruh rangkaian dalam pelaksanaan gerakan
26

menggiring bola pada permainan sepak bola”. Kecepatan gerakan dan kecepatan

reaksi sering dianggap sebagai ciri dari atlet berprestasi., yanag dapat diamati

dalam cabang-cabang olahraga yang membutuhkan mobilitas tinggi, seperti

kecepatan lari seseorang pemain sepak bola mengejar atau menggiring bola,

kecepatan pemain softball berari dari satu base ke base berikutnya. Kedua gerak

tipe tersebut diatas sangat diperlukan dalam kegiatan olahraga misalnya seorang

pemain sepak bola pada saat menggiring bola lalu mengoper kepada kawan dan

sesaat kemudian dikembalikan lagi kedepannya dan bola harus dikejar, artinya

pemain tersebut sudah melakukan gerakan (movement) dengan gerakan secara

cepat, karena harus mendahului lawan yang menghadang. Dalam permainan sepak

bola, kedua tipe gerak didepan banyak digunakan mulai dari menggiring bola,

memberikan umpan, kepada kawan, saat menendang bola bahkan saat melakukan

gerakan tanpa bola pun seorang pemain harus sesering mungkin melakukan

gerakan (movement).

Bertolak dari teori yang telah dikemukakan didepan, maka dapat

disimpulkan bahwa kecepatan merupakan kemampuan seseorang untuk

melakukan reaksi, dengan bergerak secepat-cepatnya ke arah sasaran yang telah

ditetapkan adanya respon.

B. Kerangka Pikir

Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan di atas maka kerangka

berfikir dari prestasi lari sprint 100 meter pada sprinter. Dalam lari sprint 100

meter merupakan gerakan lari untuk menempuh jarak 100 meter yang dilakukan

dari garis start sampai menuju garis finish. Dengan kecepatan maksimum dalam
27

waktu yang sesingkat-singkatnya. Kecepatan lari sendiri dipengaruhi oleh panjang

langkah dan frekuensi langkah. Frekuensi langkah dipengaruhi oleh kekuatan, dan

panjang langkah dipengaruhi oleh panjang tungkai. Untuk mencapai kecepatan

tinggi diperlukan power tungkai.

C. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas diajukan

hipotesis tindakan sebagaiberikut: “Keterampilan sprint 100 meter pada atlet

Atletik Sulsel berada pada kategori sedang.


28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan

utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara

objektif. Menurut Notoatmodjo (2010;36) bahwa: “Penelitian ini dilakukan

dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi,

pengolahan/analisis data, membuat kesimpulan dan menyusun laporan”.

Sedangkan menurut Machfoedz (2007:7) bahwa: “Penelitian deskriptif umumnya

untuk mengetahui perkembangan dan frekuensi sarana fisik tertentu misalnya

fenomena sosial, yang hasilnya dicantumkan dalam tabel-tabel frekuensi”.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Waktu penelitian yang akan dilaksanakan pada bulan Mei 2022.

2. Tempat Penelitian

Dengan lokasi penelitian dilaksanakan di sekolah langan Atletik Kampus

FIK UNM yang beralamat di Jalan Wijaya Kusuma No.14, Banta-Bantaeng,

Kecamatan Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan

28
29

C. Variabel Penelitian

Menurut Surahman, Rachmad dan Supardi (2016:56) mengatakan bahwa:

“Variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari, sehingga

merupakan representasi konkrit dari konsep abstrak”. Sedangkan menurut Siyoto

dan Sodik (2015:45) mengatakan bahwa: “Variabel adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.

Adapun variabel yang ingin diteliti adalah keterampilan sprint 100 meter pada

atlet Atletik Sulsel

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Damadi (2013:50) mengatakan bahwa: “Populasi adalah

keseluruhan objek yang berfungsi sebagai sumber data dalam penelitian”.

Sedangkan menurut Abdullah (2015:226) bawah: “Populasi adalah kumpulan unit

yang akan diteliti ciri-ciri (karakteristik) nya, dan apabila populasinya terlalu luas,

maka peneliti harus mengambil sampel itu untuk diteliti”. Bertolak dari pengertian

di atas, maka ditarik suatu makna bahwa seluruh obyek yang memiliki

karakteristik tertentu diistilahkan sebagai populasi. Jadi, yang menjadi populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh atlet atletik Sulsel khusus laki-laki yang

berjumlah 10 atlet.
30

2. Sample

Menurut Riduwan (2014:56) bahwa: “Sampel penelitian adalah sebagian

dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh

populasi”. Sedangkan menurut Rinaldi dan Mujianto (2017:75) bahwa: “Sampel

adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Jadi

dapat disumpulkan bahwa sampel adalah sebagian individu yang diperoleh dari

populasi, diharapkan dapat mewakili terhadap seluruh populasi. Sehubungan

dengan definisi di atas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 10 atlet Atletik Sulsel dengan teknik pengambilan sampel yaitu total

populasi. Menggunakan total populasi karena populasi di tempat penelitian yang

terbatas.

E. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari penapsiran yang meluas tentang variabel-variabel

yang terlihat dalam penelitian ini, maka variabel- variabel tersebut perlu

didefinisikan sebagai berikut:

Keterampilan sprint 100 meter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kemampuan seseorang atau atlet dalam berlari secepat mungkin mulai dari posisi

start sampai garis finish dengan jarak tempuh yaitu 100 meter. Tes yang

digunakan yaitu berlari secepat mungkin dengan jarak 100 meter dengan satuan

detik.
31

F. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006:136) bahwa: “Instrument penelitian adalah alat

atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik”. Pada penelitian dilakukan

pengukuran kemampuan lari sprint, maka instrumen yang digunakan untuk

pengukuran lari 100 meter. Tes lari 100 meter merupakan instrument tes

keterampilan olahraga yang telah ada dan dinyatakan baku untuk mengetahui

kemampuan seseorang dalam bidang olahraga atletik khususnya lari cepat atau

sprint (Albertus dan Muhammad, 2015:170). Setiap sprinter diambil prestasi

waktu lari jarak 100 meter pada lintasan lari yang sesungguhnya.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data empiris sebagai

bahan untuk menguji kebenaran hipotesis. Data yang dikumpulkan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Pelaksanaan tes lari sprint 100 meter

1. Tujuan : Untuk mengetahui prestasi lari 100 meter

2. Perlengkapan :

a. Lintasan lari dan tanda batas (selotip)

b. Tiang pancang/ kerucut

c. Stop-watch

d. Peluit

e. Pencatat skor.

f. Start blok
32

3. Petugas :

a. Pengukur jarak.

b. Mengamati waktu.

c. Pencatat skor.

4. Satuan waktu : detik (s)

5. Pelaksanaan :

a. Testee siap berdiri di belakang garis start (garis batas pertama) dengan

menggunakan start berdiri.

b. Dengan aba-aba “yaak”, testee segera lari secepatnya menuju garis

vats kedua (garis finish).

c. Testee harus berlari secepatnya hingga jarak 100 meter.

d. Testee diperbolehkan melakukan 2 kali.

6. Penilaian :

a. Waktu yang dicatat sebagai kecepatan adalah waktu yang digunakan

testi untuk menyelesaikan jarak tempuh, dimulai dari aba-aba “yak”

atau bunyi pistol, atau peluit dari starter sampai kaki tercepat melewati

garis finish.

b. Angka dicatat sampai per seratus detik bila stopwatch-nya digital,

namun bila manual sampai per sepuluh detik.


33

Gambar 3.1. Contoh ilustrasi tes lari 100 meter


Sumber: Ramadhan (2018:49-50)

Sedangkan untuk kisi-kisi penilaian lari jarai 100 meter dilakukan oleh dua

ahli atau pelatih. Adapun kisi-kisi penilaian lari jarak 100 meter adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.1. Kisi-kisi penilaian lari jarak 100 meter

Faktor Indikator Penilaian


1. Letakan tangan lebih lebar sadikit dari lebar
bahu. Jari-jari dan ibu jari membentuk
huruf V terbalik. Bahu condong kedepan,
sedikit di depan tangan dan lengan lurus.
Pada aba-aba 2. Kepala sedemikian rupa sehingga leher
“Bersedia” tidak tegang, dan pandangan ke depan kira-
kira 1-1,5 meter di muka garis start.
3. Jarak letak kaki terhadap garis start
tergantung dari bentuk start yang di
gunakan.
1. Angkat panggul kedepan atas dengan
tenang sampai sedikit lebih tinggi dari
bahu, garis punggung sedikit ke depan, dan
Pada aba-aba berat badan lebih kedepan.
“Siap” 2. Kepala rendah, leher tetap kondor,
pandangan kebawah 1-1,5 meter di muka
garis start.
3. Lengan tetap lurus, siku jangan bengkok.
Pada aba-aba 1. Dimana pelari meninggalkan blok start.
“Ya” 2. Proses meninggalkan blok start adalah
tungkai belakang di ayunkan kedepan yang
berfungsi sebagai tungkai tumpuan di
luruskan.
34

3. Sedangkan lengan berlawanan ke belakang.


Badan tetap condong ke depan demikian
juga kepala pandangan tetap kedepan
sampai masuk garis finish.
1. Ayunan kedua lengan dilakukan dari
belakang kedepan secara bergantian dengan
siku sedikit dibengkokkan
Pada tahap 2. Langkah kaki dilakukan secepat mungkin
“Lari” pendaratan kaki/tumpuan selalu pada ujung
telapak kaki, lutut sedikit dibengkokkan
3. Kecepatan semakin naik ketika menuju 20
meter finish
1. Lari terus tanpa mengubah sikap lari
Pada tahap
2. Dada maju, kedua tangan lurus kebelakang
“Finish”
3. Kepala ditundukkan
Skor diperoleh
Total Skor 15
Sumber: Datang dan Pribadi (2020:3-4)

Kriteria skor/iteam:

1. Indikator muncul semua skor 3

2. Indikator muncul 2 skor 2

3. Indikator muncul 1 skor 1

H. Teknik Analisis Data

Analisis data atau penggolongan data merupakan satu langkah penting

dalam penelitian. Dalam pelaksanaannya terdapat dua jenis analisa data yang

dikatakan Hadi (2005:221), bahwa dalam suatu penelitian seorang peneliti dapat

menggunakan dua jenis analisis yaitu analisis statistik dan non statistik. Metode

analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah dengan perhitungan

statistik menggunakan analisis deskriptif presentase. Adapun rumus yang

digunakan:
35

DP = × 100%

Keterangan:

n = Jumlah nilai faktor faktual

N = Jumlah seluruh nilai jawaban ideal

% = Tingkat presentase yang dicapai

(Muhammad Ali, 2000:186)

Tabel 3.2. Norma penilaian

No Interval Kategori
1 M + 1,5 SD > X Sangat Baik
2 M + 0,5 SD < X < M + 1,5 SD Baik
3 M - 0,5 SD < X < M + 0,5 SD Sedang
4 M - 1,5 SD < X < M - 0,5 SD Kurang
5 X < M - 1,5 SD Sangat Kurang
Sumber: Azwar (2010:163)

Keterangan:

M : Rata-rata nilai

SD : Standar Deviasi

X : Nilai yang diperoleh sampel


36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data empiris yang diperoleh di lapangan berupa hasil tes dan pengukuran

tingkat keterampilan sprint 100 meter pada Atlet Atletik SulSel terlebih dahulu

diadakan tabulasi data untuk memudahkan pengujian selanjutnya. Analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah dianalisis dengan teknik statistik

infrensial. Analisis data secara deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan

gambaran umum data meliputi total nilai, rata-rata, standar deviasi, data

maximum, data minimum, range, tabel frekuensi dan grafik.

1. Hasil deskriptif data

Analisis data deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum

data penelitian. Analisis deskriptif dilakukan pada data hasil tingkat keterampilan

sprint 100 meter pada Atlet Atletik SulSel. Analisis deskrtiptif meliputi; total

nilai, rata-rata, standar deviasi, range, maksimal dan minimum. Dari nilai-nilai

statistik ini diharapkan dapat memberi gambaran umum tentang keadaan hasil

sprint 100 meter. Hasil analisis deskriptif setiap variabel penelitian dapat dilihat

dalam tabel 4.1.

36
37

Tabel 4.1. Hasil analisis deskriptif tiap variabel

N Sum Mean Stdv Variance Range Min. Max.

Kecepatan
lari 10 116,72 11,6720 0,55403 0,307 1,52 10,97 12,45

Kisi-kisi
penilaian 10 800,00 80,0000 8,31539 69,146 26,66 66,67 93,33

Keterampilan
sprint 100 10 999,59 99,9590 15,66172 245,289 54,70 75,92 130,62
meter

Hasil dari tabel 4.1 di atas yang merupakan gambaran hasil keterampilan

sprint 100 meter dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Untuk data hasil kecepatan lari pada Atlet Atletik SulSel dari 10 jumlah

sampel diperoleh total nilai sebanyak 116,72 detik dan rata-rata yang

diperoleh 11,6720 detik dengan hasil standar deviasi 0,55403 dan nilai

variance 0,307 dari range data 1,52 detik antara nilai minimum 10,93 detik

dan 12,45 detik untuk nilai maksimal.

b. Untuk data hasil kisi-kisi penilaian pada Atlet Atletik SulSel dari 10

jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 800,00 dan rata-rata yang

diperoleh 80,0000 dengan hasil standar deviasi 8,31539 dan nilai variance

69,146 dari range data 26,66 antara nilai minimum 66,67 dan 93,33 untuk

nilai maksimal.

c. Untuk data hasil keterampilan sprint 100 meter pada Atlet Atletik SulSel

dari 10 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 999,59 dan rata-rata

yang diperoleh 99,9590 dengan hasil standar deviasi 15,66172 dan nilai

variance 245,289 dari range data 54,70 antara nilai minimum 75,92 dan

130,62 untuk nilai maksimal.


38

2. Normalitas data

Salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar statistik parametrik dapat

digunakan pada penelitian adalah data harus mengikuti sebaran normal. Untuk

mengetahui sebaran data hasil keterampilan sprint 100 meter pada Atlet Atletik

SulSel, maka dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan Uji Kolmogorov

Smirnov (KS-Z). Hasil analisis normalitas data dapat dilihat dalam rangkuman

tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2. Hasil uji normalitas tiap variabel

Variabel K – SZ P  Ket.

Kecepatan lari 0,182 0,200 0,05 Normal

Kisi-kisi penilaian 0,189 0,200 0,05 Normal

Keterampilan sprint 0,216 0,200 0,05 Normal


100 meter

Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa dari hasil pengujian

normalitas data hasil keterampilan sprint 100 meter menggunakan Uji

Kolmogorov Smirnov menunjukkan hasil sebagai berikut:

a. Dalam pengujian normalitas data hasil kecepatan lari pada Atlet Atletik

SulSel diperoleh nilai uji Kolmogorov-Smirnov Test 0,182 dengan tingkat

probabilitas (P) 0,200 lebih besar dari pada nilai 0,05. Dengan demikian

data hasil kecepatan lari pada Atlet Atletik SulSel yang diperoleh

mengikuti sebaran normal atau berdistribusi normal.

b. Dalam pengujian normalitas data hasil kisi-kisi penilaian pada Atlet

Atletik SulSel diperoleh nilai uji Kolmogorov-Smirnov Test 0,189 dengan


39

tingkat probabilitas (P) 0,200 lebih besar dari pada nilai 0,05. Dengan

demikian data hasil kisi-kisi penilaian pada Atlet Atletik SulSel yang

diperoleh mengikuti sebaran normal atau berdistribusi normal.

c. Dalam pengujian normalitas data hasil keterampilan sprint 100 meter pada

Atlet Atletik SulSel diperoleh nilai uji Kolmogorov-Smirnov Test 0,216

dengan tingkat probabilitas (P) 0,200 lebih besar dari pada nilai 0,05.

Dengan demikian data hasil keterampilan sprint 100 meter pada Atlet

Atletik SulSel yang diperoleh mengikuti sebaran normal atau berdistribusi

normal.

3. Hasil analisis hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini perlu diuji dan dibuktikan

melalui data empiris yang diperoleh di lapangan melalui tes dan pengukuran

terhadap variabel yang diteliti, selanjutnya data tersebut akan diolah secara

statistik. Karena data penelitian mengikuti sebaran normal, maka untuk menguji

hipotesis penelitian ini digunakan analisis statistik parameterik.

Hasil persentasi keterampilan sprint 100 meter pada Atlet Atletik SulSel

Tabel 4.3. Rekapitulasi persentase hasil data keterampilan sprint 100 meter
pada Atlet Atletik SulSel
No. Interval Frekuensi Persen Klasifikasi
1 123,46 > X 1 10,0% Sangat Baik
2 107,80 < X < 123,45 2 20,0% Baik
3 92,14 < X < 107,79 5 50,0% Sedang
4 76,48 < X < 92,13 2 20,0% Kurang
5 X < 76,47 0 0,0% Sangat Kurang
Jumlah 10 100% -
40

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, nampak bahwa persentase hasil data

tingkat keterampilan sprint 100 meter pada Atlet Atletik SulSel dari 10

atlet atau (100%), kategori sangat baik sebanyak 1 atlet atau (10,0%),

kategori baik sebanyak 2 atlet atau (20,0%), kategori sedang sebanyak 5

atlet atau (50,0%), kategori kurang sebanyak 2 atlet atau (20,0%), dan

kategori sangat kurang sebanyak 0 atlet atau (0,0%). Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa persentase hasil data akhir keterampilan sprint

100 meter pada Atlet Atletik SulSel berada pada kategori Sedang.

Untuk diagram dapat dilihat pada pada gambar 4.1 di bawah ini

Gambar 4.1. Diagram hasil keterampilan sprint 100 meter pada Atlet
Atletik SulSel

B. Pembahasan

Keterampilan sprint 100 meter pada Atlet Atletik SulSel

Bahwa persentase hasil data tingkat keterampilan sprint 100 meter pada

Atlet Atletik SulSel dari 10 atlet atau (100%), kategori sangat baik sebanyak
41

1 atlet atau (10,0%), kategori baik sebanyak 2 atlet atau (20,0%), kategori

sedang sebanyak 5 atlet atau (50,0%), kategori kurang sebanyak 2 atlet atau

(20,0%), dan kategori sangat kurang sebanyak 0 atlet atau (0,0%). Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa persentase hasil data akhir keterampilan

sprint 100 meter pada Atlet Atletik SulSel berada pada kategori Sedang.

Pada nomor lari sprint faktor yang sangat dominan adalah kecepatan,

seperti definisi lari sprint adalah lari secepat-cepatnya menempuh jarak

tertentu dengan waktu sesingkat mungkin, artinya, atlet harus berlari dari

mulai start sampai garis finish tanpa mengurangi kecepatan dengan waktu

singkat. Kategori sedang merupakan hasil sebagian besar yang diterima oleh

atlet yang melaksanakan lari sprint 100 meter. Hasil tersebut dapat

dikarenakan beberapa faktor antara lain; (1) Kurang memadainya sarana dan

prasarana yang ada; dan (2) Kurang adanya dukungan dari pihak lain yang

terkait dengan atletik khususnya nomor lari.

Pada cabang olahraga atletik, khususnya pada nomor lari sprint, unsur

kondisi fisik yang dibutuhkan adalah kekuatan, kecepatan, daya ledak otot

tungkai serta kecepatan reaksi pada saat start. Kekuatan yang dimaksud disini

adalah kekuatan otot lengan, dikatakan penting karena pada saat berlari otot

lengan yang kuat akan membantu mendororng laju kecepatan. Sedangkan

daya ledak otot tungkai dikatakan penting karena pada saat melakukan start

akan membantu kecepatan reaksi untuk menempuh waktu yang diharapkan

daya ledak otot tungkai juga berperan penting dalam melakukan accelerasi

dan untuk mendapatkan dorongan yang kuat saat berlari.


42

Dalam cabang olahraga atletik sprint 100 meter memiliki keterampilan

teknik dasar gerak keterampilan lari sprint 100 meter sangatlah penting.

Karena untuk melakukan sprint seseorang harus menguasai keterampilan

teknik dasar lari sprint 100 meter. Keterampilan teknik dasar mampu

meningkatkan kualitas sprint 100 meter, untuk mencapai target yang baik

dalam bertahan sampai garis finish. Salah satu keterampilan yang harus

dikuasai dalam sprint 100 meter yaitu teknik gerak keterampilan. Tanpa

penguasaan teknik dasar gerak keterampilan para sprint tidak akan dapat

berlari secara baik pula.

Seorang atlet dikatakan terampil apabila kegiatan yang dilakukan

ditandai oleh kemampuannya untuk menghasilkan sesatu dengan kualitas

yang sangat tinggi dengan (cepat dan bagus) dengan tingkat keberhasilan

yang konsisten dan tak berubah-ubah. Lari sprint 100 meter harus menguasai

teknik dasar gerak keterampilan dalam sprint 100 meter karena tehnik gerak

keterampilan sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu

pertandingan dalam lari sprint 100 meter dan teknik gerak keterampilan

digunakan untuk melakukan kecepatan dari berlari.

Selain itu manfaat bila menguasai teknik dasar gerak keterampilan

dengan baik adalah “ketika memiliki tehnik gerak keterampilan dalam berlari

dan mempunyai kemampuan keceptan sesingkat mungkin, akan

menghasilkan point dengan waktu yang tercepat”. Oleh karena itu seorang

pelatih dan atlet harus mampu mengetahui tehnik gerak keterampilan dalam

atletik lari sprint 100 meter.


43

Cara untuk mengetahui apakah teknik gerak keterampilan yang

dilakukan sudah tepat atau belum, salah satunya dengan melakukan analisis

gerak keterampilan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan yang telah

menjadi kebiasaan, serta kurang tepatnya melakukan teknik gerakan

keterampilan mudah untuk diperbaiki.


44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat dikemukakan

kesimpulan sebagai hasil dari penelitian ini, sebagai berikut :

Keterampilan sprint 100 meter pada Atlet Atletik SulSel berada pada

kategori Sedang. Penguasaan tehnik gerak keterampilan lari sprint 100 meter pada

atlet Atletik SulSel sangat penting untuk berlari saat berlomba dan kecepatan

sangat penting untuk mempertahankan kemenagan dengan waktu yang sangat

cepat.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka saran yang

dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Club harus mampu memfasilitasi latihan secara maksimal agar tujuan

latihan pada cabang olahraga atletik dapat tercapai dengan maksimal.

2. Pelatih harus mampu menumbuhkan tingkat keterampilan sprint 100 meter

atletnya dengan meningkatkan faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat

keterampilan sprint 100 meter pada atletnya.

3. Bagi peneliti yang akan datang, dalam skripsi ini masih banyak

kekurangan, untuk itu bagi peneliti selanjutnya hendaknya megembangkan

dan menyempurnakan instrumen penelitiaa ini.

44
45

4. Fakultas Ilmu Keolahragaan merupakan suatu wadah untuk memperoleh

ilmu keolahragaan, sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat

dijadikan bahan masukan dan ilmu yang berguna bagi Mahasiswa

Olahraga.
46

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Ma’ruf. 2015. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Aswaja


Pressindo

Albertus Fenanlampir dan Muhammad Muhyi Faruq. 2015. Tes dan Pengukuran
dan Olahraga. Yogyakarta: Andi.

Ali Muhammad. 2000. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung:


Angkasa.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: Penerbit PT. Rineka


Cipta.

Azwar Saifuddin. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bahagia Yoyo. 2012. Pembelajaran Atletik. Jakarta: Departemen Pendidikan


Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat
Pendidikan Luar Biasa

Bompa, O.T. & Haff, G.G. 2009. Periodization theory and methodology of
training. United States: Human Kinetics.

Darmadi, Hamid. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung:


Alfabeta

Datang Wardiman dan Pribadi Mahatma Raison. 2020. Hubungan Antara Panjang
Tungkai dengan Kecepatan Lari 100 Meter pada Mahasiswa Putra
Program Studi Pendidikan Olahraga (STKIP) Kie Raha Ternate. Jurnal
Pendidikan Olahraga, 10 (2) 1 – 9

Fox, Edward, L. 1984. Sport Physiology. Philadelphia: Saunders. College


Publishing.

Hadi Sutrisno. 2005. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset.

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta :


PT. Dirjen Dikti P2LPT

IAAF. 2001. Level I/II Sprint & Hurdles Textbook. Monaco: IAAF.

IAAF. 2000. Pedoman Mengajar Lari, Lompat, Lempar level I. Jakarta:


Development Programme.

46
47

Ihsan Nurul dan Sawirman. 2018. Sumbangan Konsentrasi terhadap Kecepatan


Tendangan Pencak Silat. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, 8
(1), 1 – 6

Irawan Angga Yudha dan Hariadi Imam. 2019. Hubungan antara Kecepatan dan
Kelincahan dengan Keterampilan Menggiring Bola. Sport Science and
Health, 1 (3) 222 – 226

Kurniawan Doni, Nurrochman Siti dan Paulina Febrita H. 2016. Hubungan Antara
Kecepatan Lari Dengan Kemampuan Menggiring Bola Sepak Pada Siswa
Usia 13-14 Tahun Ssb Unibraw 82 Malang. PENDIDIKAN JASMANI, 26
(2), 381 – 397

Machfoedz. 2007. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan dan.


Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.

Mustakim K dan Priyanto. 2019. Hubungan Panjang Tungkai Dan Berat Badan
Terhadap Kecepatan Lari Sprint 60 Meter. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Dasar, VI (1), 22 – 29

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nurhayati Cici Diah Lutfi dan Widodo Achmad. 2018. Analisis Gerak Nomor
Lari Sprint 100 Meter Putra Cabang Olahraga Atletik (Studi Kasus Pada
Usain Bolt Di Kejuaraan International Association Of Athletics
Federation Berlin Tahun 2009). Jurnal Kesehatan Olahraga, 2 (7), 173 –
181

Pratama Budiman Agung. 2015. Kontribusi Kecepatan dan Kelentukan Terhadap


Hasil Menggiring Bola. Jurnal Sportif, 1 (1), 74 - 80

Purnomo Adi dan Irawan Fajar Awang. 2021. Analisis kecepatan dan kelincahan
dalam menggiring bola pada tim futsal. Jurnal Resi, 1 (1), 1 – 7

Ramadan Wahyu dan Sidiq Dikdik Zafar. 2019. Pengaruh Metode Circuit
Training terhadap Daya Tahan Cardiovascular Cabang Olahraga Atletik
Nomor Lari Jarak Jauh. Jurnal Kepelatihan Olahraga, Universitas
Pendidikan Indonesia. 11 (2), 101 - 105

Ramadhan Kevin. 2018. Pengaruh Latihan Variasi Speed Ladder Terhadap


Prestasi Lari Sprint 100 Meter Pada Sprinter UKM Atletik Universitas
Negeri Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Prodi Pendidikan Kepelatihan
Olahraga Jurusan Pendidikan Kepelatihan Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Yogyakarta

Riduwan. 2014. Metode dan Teknis Meyusun Tesis. Bandung: Alfabeta


48

Rinaldi Sony Faisal dan Mujianto Bagya. 2017. Metodologi Penelitian dan
Statistik. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan

Sajoto M. 1995. Pembinaan Kondisi Fisik Olahraga. Jakarta : Depdikbud Dirjen


Dikti PPLPTK

Siyoto Sandu dan Sodik Ali. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Literasi Media Publising

Suhaedi Didi. 2016. Meningkatkan Hasil Belajar Lari Sprint 60 Meter Melalui
Pendekatan Bermain Dengan Alat. Juara: Jurnal Olahraga, 2 (1), 64 –
75

Suharno HP.1985. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta

Sumarsono Adi. 2017. Implementasi Model Pembelajaran Atletik Melalui


Permainan Berbasis Alam. Jurnal Magister, 4 (2), 70 – 83

Surahman, Rachmad Mochamad dan Supardi Sudibyo. 2016. Metodologi


Penelitian. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Kesehatan

Wardani Ai Syah Putri dan Irawadi Hendri. 2020. Perbedaan Pengaruh Latihan
Kelincahan Shuttle Run Dengan Latihan Lateral Run Terhadap
Kemampuan Menggiring Bola Siswa U-14 SSB Putra Wijaya FC
Padang. Jurnal Patriot, 2 (1), 62 – 72
49

LAMPIRAN-LAMPIRAN
50

Lampiran A. Persuratan
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

Lampiran B. Data dan analisis data


B.1. Data hasil penelitian keterampilan sprint 100 meter pada atlet Atletik Sul-Sel

Kecepatan
Kisi-Kisi Penilaian
Lari Hasil
N Tahap " Start" Keterampilan
Nama Umur TB Kategori
o T- Aba-Aba Tahap Tahap T- Sprint 100
Hasil Aba-aba Aba-Aba Hasil
Skor "Bersedia "Lari" "Finish" Skor Meter
"Siap" "Ya"
"
1 Risal 23 167 11,12 59,93 3 2 3 2 3 86,67 58,17 118,10 Baik
2 Fadil 24 167 12,04 43,32 2 3 2 3 2 80,00 49,09 92,41 Sedang
3 Dandi 23 163 12,45 35,92 2 2 3 2 2 73,33 40,00 75,92 Kurang
4 Rafli 21 165 11,34 55,96 2 3 2 2 2 73,33 40,00 95,96 Sedang
5 Sandi 26 168 10,93 63,36 3 3 3 3 2 93,33 67,26 130,62 Sangat Baik
6 Julio 27 165 12,16 41,16 2 2 3 3 3 86,67 58,17 99,33 Sedang
7 Fausan 22 170 11,41 54,69 3 2 2 2 2 73,33 40,00 94,69 Sedang
8 Munir 23 164 11,12 59,93 3 2 3 2 2 80,00 49,09 109,01 Baik
9 Joe 24 164 12,32 38,27 2 3 3 3 2 86,67 58,17 96,44 Sedang
10 Rivat 23 162 11,83 47,11 2 2 2 2 3 73,33 40,00 87,11 Kurang
61

B.2. Hasil analisis deskriptif dan frekuensi


Frequencies
Statistics
Keterampilan
Kecepatan Lari Kisi-Kisi Penilaian Sprint 100 Meter
N Valid 10 10 10
Missing 0 0 0
Mean 11.6720 80.0000 99.9590
Std. Deviation .55403 8.31539 15.66172
Variance .307 69.146 245.289
Range 1.52 26.66 54.70
Minimum 10.93 66.67 75.92
Maximum 12.45 93.33 130.62
Sum 116.72 800.00 999.59

Frequency Table
Kecepatan Lari
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 10.93 1 10.0 10.0 10.0
11.12 2 20.0 20.0 30.0
11.34 1 10.0 10.0 40.0
11.41 1 10.0 10.0 50.0
11.83 1 10.0 10.0 60.0
12.04 1 10.0 10.0 70.0
12.16 1 10.0 10.0 80.0
12.32 1 10.0 10.0 90.0
12.45 1 10.0 10.0 100.0
Total 10 100.0 100.0

Kisi-Kisi Penilaian
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 66.67 1 10.0 10.0 10.0
73.33 3 30.0 30.0 40.0
80 2 20.0 20.0 60.0
86.67 3 30.0 30.0 90.0
93.33 1 10.0 10.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
62

Keterampilan Sprint 100 Meter


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 75.92 1 10.0 10.0 10.0
87.11 1 10.0 10.0 20.0
92.41 1 10.0 10.0 30.0
94.69 1 10.0 10.0 40.0
95.96 1 10.0 10.0 50.0
96.44 1 10.0 10.0 60.0
99.33 1 10.0 10.0 70.0
109.01 1 10.0 10.0 80.0
118.1 1 10.0 10.0 90.0
130.62 1 10.0 10.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
63

B.3. Hasil analisis histogram


Histogram
64
65

B.4. Hasil analisis normalitas data


Explore
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kecepatan Lari 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%
Kisi-Kisi Penilaian 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%
Keterampilan Sprint 100 Meter 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error


Kecepatan Lari Mean 11.6720 .17520
95% Confidence Interval for Lower Bound 11.2757
Mean
Upper Bound 12.0683
5% Trimmed Mean 11.6700
Median 11.6200
Variance .307
Std. Deviation .55403
Minimum 10.93
Maximum 12.45
Range 1.52
Interquartile Range 1.08
Skewness .093 .687
Kurtosis -1.736 1.334
Kisi-Kisi Penilaian Mean 80.0000 2.62956
95% Confidence Interval for Lower Bound 74.0515
Mean
Upper Bound 85.9485
5% Trimmed Mean 80.0000
Median 80.0000
Variance 69.146
Std. Deviation 8.31539
Minimum 66.67
Maximum 93.33
Range 26.66
Interquartile Range 13.34
Skewness .000 .687
66

Kurtosis -.915 1.334


Keterampilan Sprint 100 Meter Mean 99.9590 4.95267
95% Confidence Interval for Lower Bound 88.7553
Mean
Upper Bound 1.1116E2
5% Trimmed Mean 99.5911
Median 96.2000
Variance 245.289
Std. Deviation 1.56617E1
Minimum 75.92
Maximum 130.62
Range 54.70
Interquartile Range 20.20
Skewness .681 .687
Kurtosis .610 1.334

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kecepatan Lari .182 10 .200*
.918 10 .341
Kisi-Kisi Penilaian .189 10 .200* .940 10 .549
Keterampilan Sprint 100 Meter .216 10 .200* .947 10 .634
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
67

B.5. Hasil analisis pengkategorian

No Interval Kategori
1 M + 1,5 SD > X Sangat Tinggi
2 M + 0,5 SD < X < M + 1,5 SD Tinggi
3 M - 0,5 SD < X < M + 0,5 SD Sedang
4 M - 1,5 SD < X < M - 0,5 SD Kurang
5 X < M - 1,5 SD Sangat Kurang
Keterangan:
M = 99,96
SD = 15,66
Menghasilkan nilai pengkategorian di bawah ini

No Interval Kategori
1 123,46 > X Sangat Baik
2 107,80 < X < 123,45 Baik
3 92,14 < X < 107,79 Sedang
4 76,48 < X < 92,13 Kurang
5 X < 76,47 Sangat Kurang

Frequencies
Keterampilan Sprint 100 Meter
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 2 20.0 20.0 20.0
Kurang 2 20.0 20.0 40.0
Sangat Baik 1 10.0 10.0 50.0
Sedang 5 50.0 50.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
68
69

Lampiran C. Dokumentasi penelitian

Pelaksanaan pemanasan
70

Posisi start
71

Posisi pada saat lari


72

Posisi pada saat garis finis


73
74

Lampiran D. Riwayat hidup

RIWAYAT HIDUP

Renaldi, lahir di Kajuara Kab. Bone pada tanggal 10 Juli

2000, anak pertama dari tiga bersaudara, dari Ayahanda

Agus dan Ibunda Zaidah

Penulis mulai menginjakkan kaki pada bangku

Sekolah Dasar di SDN Centre Mawang Kabupaten Gowa pada tahun 2006 dan

tamat tahun 2012 kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di MTSN

Balang - balang Kabupaten Gowa 2012 dan tamat tahun 2015, kemudian

melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas SMAN 1 Bontomarannu Kabupaten

Gowa pada tahun 2015 dan tamat tahun 2018 dan setelah itu melanjutkan sekolah

perguruan tinggi Universitas Negeri Makassar Jurusan Pendidikan Jasmani,

Kesehatan dan Rekreasi tahun 2018 sampai sekarang.

Anda mungkin juga menyukai